You are on page 1of 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/316451933

PENGARUH PROSENTASE PENAMBAHAN ACCELERATOR TERHADAP KUAT


TEKAN BETON NORMAL

Article · July 2008

CITATIONS READS

2 3,179

1 author:

Krisnamurti Krisnamurti
Universitas Jember
27 PUBLICATIONS   14 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

mortar, beton UHPC, kuat tekan View project

All content following this page was uploaded by Krisnamurti Krisnamurti on 25 April 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PENGARUH PROSENTASE PENAMBAHAN ACCELERATOR
TERHADAP KUAT TEKAN BETON NORMAL

Krisnamurti1

ABSTRACT: Normal concrete always used in construction


industrial as one of material which is easy to produce, but have
some criteria that must be accomplish, that is workability,
homogenity, durability and economic value. The construction
world always required concrete which could be hardened in a few
hours in order to push the period of construction. To fullfil the
requirement of acceleration additive, PT Megamix Beton
Indonesia has produce some product called as Red Megaset. This
research aim to know the influence of accelerator additiv to the
concrete strength development. The result of this research shows
that percentage of accelerator has no significant influence to the
concrete strength if testing of concrete strength under 28 days. But
after 28 day, the percentage of accelerator have significant
influence to the concrete strength development by equation of y =
90,81 x + 21,301 and the R-square value is 0,6846.

Keywords: accelerator, normal concret, red megaset

PENDAHULUAN

SNI 03-2834-1993 tentang tata cara pembuatan rencana campuran beton normal
menyatakan bahwa beton adalah campuran antara semen Portland atau semen hidraulik yang
lain, agregat halus, agregat kasar dan air dengan atau tanpa bahan tambah membentuk massa
padat. Beton Normal adalah beton yang mempunyai berat isi (2200 – 2500) kg/m3
menggunakan agregat alam yang dipecah. Proporsi campuran beton harus menghasilkan
beton yang memenuhi persyaratan: (1) kekentalan yang memungkinkan pengerjaan beton
(penuangan, pemadatan, dan perataan) dengan mudah dapat mengisi acuan dan menutup
permukaan secara serba sama (homogen); (2) keawetan; (3) kuat tekan; (4) ekonomis. Beton
yang dibuat harus menggunakan bahan agregat normal tanpa bahan tambahan.
Sementara itu dalam dunia konstruksi saat ini sering dituntut adanya upaya
menghasilkan beton dengan kemampuan cepat mengeras dengan tujuan agar kecepatan
pelaksanaan konstruksi dapat lebih ditingkatkan. Untuk itu diperlukan penggunaan bahan
tambahan yang dapat mempercepat pengerasan beton (accelerator). Megaset adalah
merupakan accelerator yang berfungsi untuk memacu pengerasan semen dan beton sesuai
ASTM C 494 2003, Type C Modified. Apabila pengerasan (setting) semen normal biasanya
adalah sekitar 3-4 jam, maka pada daerah dingin, musim hujan, atau pada lokasi cor / rabat
tergenang air, lama pengerasan dapat dipacu oleh Megaset dari 3-4 jam menjadi beberapa
menit saja. Adukan semen Megaset yang cepat keras, akan menghindarkan masuknya “air
lain” secara berlebihan. Kebanyakan air adukan karena lingkungan basah/berair akan
menurunkan secara drastis mutu bangunan.
Sementara itu penambahan bahan tambahan itu sendiri tidak akan mengubah beton
yang memiliki kualitas jelek menjadi lebih baik. Bahan tambahan itu sendiri cenderung
hanya memperbaiki sifat-sifat beton untuk menjadi lebih baik, diantaranya memiliki

1
Staf pengajar Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Jember

97
Jurnal REKAYASA Volume 5 Nomor 1 Juli 2008

workability yang baik. Penggunaan bahan tambahan perlu dikontrol agar tidak menimbulkan
efek samping yang merugikan kekuatan beton yang diharapkan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh prosentase penambahan
accelerator dalam campuran beton terhadap kuat tekan beton pada umur 3, 7, 14, dan 28 hari,
dengan ukuran benda uji silinder 15x30. Dengan penelitian ini diharapkan dapat diketahui
rentang aman penggunaan accelerator yang ada di pasaran. Sebagai hipotesis penelitian ini
ditentukan bahwa dengan penambahan accelerator akan terjadi penurunan kuat tekan beton,
apabila dosis yang digunakan melebihi atau kurang dari yang telah ditentukan oleh pabrik.

TINJAUAN PUSTAKA

Sagel (1997) menyatakan bahwa beton adalah suatu komposit dari beberapa bahan
batu-batuan yang direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus
dan kasar) dan ditambah dengan pasta semen. Singkatnya dapat dikatakan bahwa pasta
semen mengikat pasir dan bahan-bahan agregat lain (batu kerikil, basalt dan sebagainya).
Rongga di antara bahan-bahan kasar diisi oleh bahan-bahan halus. Sifat dari beton ditentukan
oleh karakteristik atau kualitas dasarnya. Empat sifat utama beton adalah: kemampuan untuk
dikerjakan (workability), kepaduan (cohesiveness), kekuatan (strength) dan sifat tahan lama
(durability). Beton memiliki tiga keadaan yang berbeda, yaitu: keadaan plastis (plastic),
mengikat (setting), dan mengeras (hardening). Dalam setiap keadaan yang berbeda tersebut
beton memiliki sifat yang berbeda pula (CCAA, 2004).
Semen merupakan bahan pengikat hidrolis yang mengeras bila bereaksi dengan air
dan akan memberikan kekuatan pada beton itu sendiri. Kualitas semen dipengaruhi oleh
komposisi kimiawi bahan-bahan penyusunnya dan kehalusan butirannya. Penambahan air
pada semen akan menghasilkan pasta dan jika mengering akan mempunyai kekuatan seperti
batu. Agregat merupakan komponen beton yang paling berpengaruh dalam beratnya. Pada
beton biasanya terdapat sekitar 60% - 80% volume agregat. Agregat ini harus bergradasi
sedemikian rupa sehingga seluruh masa beton dapat berfungsi sebagai benda yang utuh,
homogen, rapat dan agregat yang berukuran kecil berfungsi sebagai pengisi celah yang ada
di antara agregat yang berukuran besar (Nawy, 1990).
Setting time atau waktu pengikatan adalah proses perubahan semen dari bentuk cair
ke bentuk rigid atau kaku. Menurut Neville (1981) terdapat 2 macam setting time, yaitu
initial setting time dan final setting time. Pasta semen dinyatakan mengalami initial setting
time jika pada uji penetrasi jarum dengan beban tertentu, jarum penetrasi ditahan pasta
semen pada kedalaman 5 +/- 1 mm dari bawah cawan pasta. Pada kondisi normal initial
setting time berjarak 45 menit sejak air dicampur dalam pasta. Pasta semen akan dinyatakan
mengalami final setting time, ketika alat penetrasi berupa kombinasi jarum dan pipa besi
pada ujungnya dipenetrasikan ke dalam pasta semen, dimana jarum bisa memberikan bekas
pada pasta semen, akan tetapi pipa besi tidak menimbulkan bekas pada pasta semen. Final
setting time berjarak 10 jam dari pencampuran air ke dalam semen.

Pengujian Kuat Tekan Beton

Menurut SK SNI M-14-1989-F, kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan
luas, yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu,
yang dihasilkan oleh mesin tekan. Untuk melaksanakan pengujian kuat tekan beton
diperlukan peralatan sebagai berikut: (1) Cetakan silinder, diameter 152 mm, tinggi 305 mm;
(2) Tongkat pemadat; (3) Mesin pengaduk atau bak pengaduk beton kedap air; (4)
Timbangan dengan ketelitian 0,3% dari berat contoh; (5) Mesin tekan; (6) Satu set alat
pelapis (capping); (7) Peralatan tambahan: ember, sekop, sendok, sendok perata, dan talam;
(8) Satu set alat pemeriksaan slump; dan (9) Satu set alat pemeriksaan berat isi beton.

98
Krisnamurti, Pengaruh Prosentase Penambahan...

Benda uji beton harus dibuat dari beton segar yang mewakili campuran beton.
Cetakan diisi dengan adukan beton dalam 3 lapis, tiap-tiap lapis dipadatkan dengan 25x
tusukan secara merata. Benda uji dibiarkan dalam cetakan selama 24 jam. Setelah 24 jam,
cetakan dibuka dan benda uji direndam dalam bak perendam berisi air pada temperatur 25 0C
untuk pematangan (curing), selama waktu yang dikehendaki. Benda uji selanjutnya
dibersihkan dari kotoran yang menempel dengan kain lembab. Berat dan ukuran benda uji
dicatat, kemudian permukaan atas dan bawah benda uji diberi lapisan dengan mortar
belerang. Dengan demikian benda uji siap untuk diperiksa. Benda uji selanjutnya diletakkan
pada mesin tekan secara sentris. Penambahan beban pada mesin tekan dilakukan secara
konstan antara 2 sampai 4 kg/cm2 perdetik. Pembebanan dilakukan sampai benda uji menjadi
hancur dan beban maksimum yang terjadi selama pemeriksaan dicatat, demikian juga dicatat
keadaan benda uji dan digambar bentuk pecahnya. Kuat tekan beton dihitung dengan
persamaan fc’ = P/A (kg/cm2), di mana P adalah beban maksimum (kg), dan A adalah luas
penampang benda uji (cm2).

Admixture

Admixture atau bahan additif adalah bahan atau zat kimia yang ditambahkan ke
dalam adukan beton pada tahap awal ketika beton masih segar. Penggunaan bahan ini secara
umum adalah untuk memperoleh sifat-sifat beton yang diinginkan sesuai tujuan atau
keperluannya. Berdasarkan ASTM C494-79, klasifikasi admixture (bahan tambahan) adalah:
(1) Water Reducing (type A/superplasticizers), (2) Retarding Admixtures (type B/retarders),
(3) Accelerating admixtures (type C / Kalsium Klorida), (4) Water Reducing and Retarding
Admixture (type D), dan (5) Water Reducing and Accelerating Admixture (type E).
Accelerator adalah bahan kimia cair atau bubuk yang dicampurkan ke dalam beton
dengan fungsi mempercepat proses pengikatan antara semen dan air, serta mempercepat
pengerasan adukan beton dan memberikan kekuatan awal yang tinggi pada beton. Bahan
kimia yang dapat mempercepat pengerasan campuran semen portland dan air, diantaranya
adalah klorida terlarut, karbonat, silika, fluoslika dan hidroksida serta bahan organik seperti
triethanolamin. Namun yang banyak digunakan sebagai bahan pengeras beton yaitu garam
CaCl2.
Menurut Neville (1981), kuantitas CaCl2 yang ditambahkan ke dalam campuran
harus dikontrol dengan sangat hati-hati. Untuk memperkirakan kuantitas yang dikehendaki
dapat diperkirakan atau diasumsikan bahwa penambahan 1% dari anhydrous CaCl2 sebagai
bagian dari berat semen dapat mempengaruhi standar pengerasan beton sebanding jika
terjadi peningkatan temperature sebesar 6 derajat celcius. Komposisi kandungan CaCl2 yang
efisien biasanya mengandung 1% - 2% dari berat semen. Untuk penggunaan pada konstruksi,
harus diuji terlebih dahulu, terutama pengaruh penggunaan komposisi CaCl2 terhadap
campuran semen.

METODOLOGI

Penelitian dilakukan di laboratorium struktur Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,


Universitas Jember. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Januari s/d April 2007.
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Timbangan, cetakan silinder 15x30
cm, Pipa PVC 10x20 cm, tongkat pemadat, dial gauge, gelas ukur, alat uji tekan, alat slump,
molen, ayakan, oven, alat uji berat jenis agregat halus. Bahan yang digunakan adalah Semen
Gresik Type I, Accelerator Megaset dari PT. Megamix Beton Indonesia, Air PDAM, Pasir
dan Kerikil.
Penelitian dilaksanakan dengan menguji kuat tekan beton pada hari ke 3, 7, 14, dan
28 hari dengan berbagai prosentase penambahan zat additif accelerator dengan dosis tertentu

99
Jurnal REKAYASA Volume 5 Nomor 1 Juli 2008

dengan benda uji silinder 15/30. Mutu beton yang diharapkan adalah 20 Mpa, Mix desain
mengacu SNI 03-2834-1993 tentang Tata cara Pembuatan Rencana Campuran Beton
Normal. Ukuran agregat maksimum yang digunakan 20 mm. Benda uji berbentuk silinder
terdiri dari 20 kelompok perlakuan, masing-masing berjumlah 3 benda uji dengan 5 variasi
persentase penambahan accelerator, 4 variasi umur beton. Sehingga total benda uji adalah 60
buah.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah prosentase penambahan additif, yaitu
accelerator. Variabel tak bebasnya adalah kuat tekan beton. Karena setiap perlakuan diberi
pengulangan sebanyak 3 kali maka harga variabel tak bebasnya diambil rata-rata dari hasil
uji ketiganya. Untuk mengetahui pengaruh prosentase penambahan additif accelerator
terhadap kuat tekan beton, digunakan grafik hubungan antara prosentase additif accelerator
dengan kuat tekan beton.
Prosedur penelitian yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:

Mulai

Persiapan bahan dan peralatan


Agregat Agregat Accele-
Semen
halus kasar rator

Pengujian Bahan
Uji Berat isi Kadar
SG Absorbsi
Ayakan kering Air

Penakaran bahan

Pencampuran

Pengujian slump

Pencetakan

Melepaskan benda
uji dari cetakan
Perawatan Benda Uji

Pengujian Kuat
Tekan

Analisis &
Pembahasan

Selesai

Gambar 1. Diagram alir penelitian

100
Krisnamurti, Pengaruh Prosentase Penambahan...

HASIL DAN PEMBAHASAN

Semen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Semen Gresik Tipe I. Terhadap
semen tidak dilakukan pengujian bahan, dengan anggapan bahwa semen memenuhi standard
SNI yang telah ditentukan. Pasir alam yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
pasir sungai yang berasal dari lumajang. Berdasarkan hasil pengujian laboratorium,
diperoleh hasil sebagai berikut:

Kadar air : 9,01 %


Berat Jenis (SSD) : 2,62
Absorbsi : 1,80%
Berat isi agregat : 1393,86 kg/cm3.
Modulus agregat halus : 2,6476

Dari hasil analisis saringan, pasir yang diuji termasuk ke dalam zona 2, dimana batas
gradasi pasir tersebut adalah sedang, yaitu tidak terlalu kasar, namun juga tidak terlalu halus.
Agregat kasar yang digunakan juga agregat yang dijual di pasaran, berupa kerikil
dari daerah sekitar Jember dengan ukuran agregat maksimum 20 mm. Hasil perhitungan
yang diperoleh dari pengujian laboratorium adalah:

Kadar air : 1,63%


Berat Jenis (SSD) : 2,49
Absorbsi : 0,94%
Berat isi agregat : 1460,67 kg/cm3.
Modulus agregat kasar : 8,05

Terhadap air yang digunakan tidak dilakukan pengujian laboratorium. Air yang
digunakan berasal dari PDAM kabupaten Jember. Untuk bahan tambahan (additif) yang
berguna untuk mempercepat perkerasan beton (accelerator) digunakan bahan dengan merek
dagang Megaset Merah produksi dari PT Megamix Beton Indonesia. Menurut petunjuk
dalam brosur produk tersebut, penggunaan accelerator yang dianjurkan adalah antar 2% s/d
5%. Dalam penelitian ini dicoba untuk menggunakan prosentase accelerator 0%, 0,5%, 1%,
1,5%, 3,5%, 5,5%, 6%, dan 7%. Dengan demikian diharapkan dapat diperoleh hubungan
antara prosentase kandungan accelerator dengan kuat tekan rata-rata, maupun kuat tekan
karakteristiknya.
Berdasarkan pada data-data agregat yang telah diketahui tersebut di atas, maka dapat
dihitung rencana campuran beton untuk mutu beton 20 Mpa, dengan perbandingan berat
campuran sebagai berikut: Semen : Air : Agregat Halus : Agregat Kasar = 1 : 0,55 : 1,85 :
2,77 . Faktor air semen maksimum yang direncanakan adalah 0,55.
Sesudah dilaksanakan pembuatan benda uji dan perawatan selama 3, 7, 14, dan 28
hari, maka dilakukan pengujian terhadap setiap 3 benda uji pada masing-masing umur benda
uji. Hasil pembacaan beban hancur benda uji dengan menggunakan alat uji tekan beton
adalah seperti terlihat pada tabel 1.

101
Jurnal REKAYASA Volume 5 Nomor 1 Juli 2008

Tabel 1. Beban hancur benda uji silinder 15/30 (KN)


Umur Benda Prosentase Accelerator
(Hari) Uji ke- 0% 0.50% 1% 1.50% 3.50% 5.50% 6.00% 7.00%
3 1 275 183 244 287 426 310 330 246
2 210 200 221 231 332 214 258 279
3 252 189 194 276 380 203 195 197
rata-
246 190 219 265 379 242 261 241
rata
7 1 310 203 333 297 416 362 366 283
2 317 270 327 323 410 414 405 302
3 244 339 329 277 381 415 312 312
rata-
291 271 329 299 402 397 361 299
rata
14 1 370 321 280 316 454 363 494 430
2 292 329 300 339 438 242 432 432
3 329 342 342 405 382 348 455 384
rata-
330 331 307 353 424 317 460 416
rata
28 1 428 353 418 398 483 507 502 505
2 426 347 369 412 425 496 552 541
3 397 278 375 407 489 372 345 413
rata-
417 326 387 406 465 459 466 486
rata

Sedangkan nilai kuat tekan beton yang diperoleh berdasarkan pada hasil pembacaan
beban hancur tersebut dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Nilai Kuat Tekan Silinder 15/30 pada berbagai variasi prosentase accelerator (MPa)
Umur Benda Prosentase Accelerator
(Hari) Uji ke 0% 0.50% 1% 1.50% 3.50% 5.50% 6.00% 7.00%
3 1 15.57 10.34 13.78 16.22 24.12 17.53 18.66 13.90
2 11.88 11.29 12.48 13.07 18.78 12.12 14.62 15.81
3 14.26 10.70 10.99 15.63 21.51 11.47 11.05 11.17
rata-rata 13.90 10.77 12.42 14.97 21.47 13.71 14.78 13.63
7 1 17.54 11.48 18.83 16.83 23.54 20.48 20.72 16.01
2 17.95 15.30 18.48 18.30 23.19 23.42 22.89 17.07
3 13.83 19.19 18.60 15.65 21.54 23.48 17.66 17.66
rata-rata 16.44 15.32 18.64 16.93 22.76 22.46 20.42 16.91
14 1 20.93 18.18 15.84 17.88 25.67 20.51 27.95 24.35
2 16.50 18.59 16.98 19.19 24.77 13.68 24.47 24.47
3 18.59 19.37 19.37 22.91 21.59 19.67 25.73 21.71
rata-rata 18.67 18.71 17.40 19.99 24.01 17.96 26.05 23.51
28 1 24.22 19.98 23.67 22.52 27.31 28.70 28.40 28.58
2 24.10 19.62 20.89 23.31 24.04 28.10 31.24 30.64
3 22.46 15.74 21.19 23.01 27.67 21.07 19.50 23.37
rata-rata 23.59 18.45 21.92 22.95 26.34 25.96 26.38 27.53

102
Krisnamurti, Pengaruh Prosentase Penambahan...

Pada gambar 2 dapat dilihat grafik hubungan prosentase penggunaan accelerator


dengan kuat tekan beton yang diuji pada usia benda uji 3 hari.

Hubungan Prosentase accelerator dan kuat tekan beton


pada usia 3 hari
2 4 .0 0

2 2 .0 0
Kuat tekan beton (MPa)

2 0 .0 0

1 8 .0 0
y = 2 5 .4 0 1 x + 1 3 .66 2
1 6 .0 0 R 2 = 0 .04 9 6

1 4 .0 0

1 2 .0 0

1 0 .0 0
0% 1% 2% 3% 4% 5% 6% 7% 8%

Penambahan accelerator (%)

Gambar 2. Hubungan prosentase accelerator dengan kuat tekan beton usia 3 hari

Dari grafik tersebut terlihat bahwa penggunaan accelerator pada dosis rendah
(kurang dari 2%) ataupun dosis tinggi (lebih dari 5%) memberikan nilai kuat tekan beton
yang kurang menguntungkan. Pada prosentase 0,5% s/d 3,5% terlihat peningkatan kekuatan
beton. Selanjutnya pada prosentase 5,5% s/d 7% terjadi fluktuasi kuat tekan beton, namun
secara umum kuat tekan beton yang diperoleh lebih rendah dibandingkan penggunaan
accelerator pada prosentase 3,5%. Dari garis regresi yang dibuat bisa diperoleh hubungan
prosentase dengan kuat tekan beton dengan persamaan y = 25,401 x + 13,662. Sedangkan
nilai R-square menunjukkan nilai 0,0496, yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
antara prosentase penambahan accelerator dengan kuat tekan beton.
Selanjutnya apabila ditinjau hubungan prosentase accelerator dengan kuat tekan
beton pada usia 7 hari dapat dilihat pada gambar 3. Pada gambar terlihat bahwa pada
pengujian kuat tekan beton saat usia benda uji 7 hari, terjadi peningkatan kuat tekan beton
berangsur-angsur pada prosentase 0,5% s/d 1%, walaupun pada saat prosentase 1,5 % terjadi
penurunan kuat tekan. Selanjutnya untuk prosentase 3,5%, 5% hingga 7% cenderung terjadi
penurunan kuat tekan beton. Dari garis regresi yang dibuat dapat diperoleh hubungan
prosentase penambahan accelerator dengan kuat tekan beton dalam bentuk persamaan
y=51,849 x + 17,114. Sedangkan nilai R-square adalah 0,2519, yang menunjukkan bahwa
masih belum ada hubungan yang kuat antara penambahan prosentase accelerator terhadap
nilai kuat tekan beton pada saat usia benda uji 7 hari.
Pada saat usia benda uji beton mencapai usia 14 hari, hubungan prosentase
accelerator dan kuat tekan beton dapat dilihat seperti pada gambar 4..

103
Jurnal REKAYASA Volume 5 Nomor 1 Juli 2008

Hubungan Prosentase accelerator dan kuat tekan beton


pada usia 7 hari
2 4 .0 0

2 3 .0 0

2 2 .0 0
Kuat tekan beton (MPa)

2 1 .0 0

2 0 .0 0

y = 51.849x + 17.114
1 9 .0 0
R2 = 0.2519
1 8 .0 0

1 7 .0 0

1 6 .0 0

1 5 .0 0
0% 1% 2% 3% 4% 5% 6% 7% 8%
Pe n am b ah an acce le rator (%)

Gambar 3. Hubungan prosentase accelerator dengan kuat tekan beton usia 7 hari

Hubungan Prosentase accelerator dan kuat tekan beton


pada usia 14 hari
2 7 .0 0

2 5 .0 0
Kuat tekan beton (MPa)

2 3 .0 0
y = 77.019x + 18.383
R2 = 0.4211
2 1 .0 0

1 9 .0 0

1 7 .0 0

1 5 .0 0
0% 1% 2% 3% 4% 5% 6% 7% 8%
Pe nam b ahan acce le r ator (%)

Gambar 4. Hubungan prosentase accelerator dengan kuat tekan beton usia 14 hari

Dari grafik pada gambar 4 terlihat bahwa secara umum terjadi kecenderungan
peningkatan kuat tekan beton seiring dengan penambahan prosentase accelerator dari 1%
hingga 3,5%. Selanjutnya penurunan kuat tekan mulai terjadi pada prosentase 5,5 %. Pada
prosentase 6 % kembali terjadi peningkatan kuat tekan dan kembali turun pada prosentase
7%. Dari garis regresi yang dibuat dapat diperoleh persamaan yang menghubungkan
prosentase accelerator dengan kuat tekan beton dalam bentuk y= 77,019 x + 18,383. Nilai R-
square yang diperoleh adalah 0,4211 yang menunjukkan bahwa belum ada hubungan yang
signifikan antara penambahan accelerator dengan kuat tekan beton.
Selanjutnya pada gambar 5 bisa dilihat hubungan antara prosentase accelerator
dengan kuat tekan beton pada usia benda uji telah mencapai 28 hari.
Dari gambar terlihat bahwa terdapat kecenderungan peningkatan kuat tekan beton
dengan adanya penambahan accelerator. Persamaan yang diperoleh dari garis regresi adalah
y= 90,81 x + 21,301. Sedangkan nilai R-square adalah 0,6846 yang menunjukkan bahwa ada
hubungan yang agak signifikan antara prosentase accelerator dengan kuat tekan beton.

104
Krisnamurti, Pengaruh Prosentase Penambahan...

Hubungan Prosentase accelerator dan kuat tekan beton


pada usia 28 hari
2 9 .0 0

2 7 .0 0

2 5 .0 0
Kuat tekan beton (MPa)

y = 90.81x + 21.301
R2 = 0.6846
2 3 .0 0

2 1 .0 0

1 9 .0 0

1 7 .0 0

1 5 .0 0
0% 1% 2% 3% 4% 5% 6% 7% 8%
Pe nam bahan acce le r ator (%)

Gambar 5. Hubungan prosentase accelerator dengan kuat tekan beton usia 28 hari

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan pada hasil penelitian tersebut di atas, dapatlah disimpulkan bahwa


secara umum, prosentase penambahan accelerator tidak terlalu mempengaruhi nilai kuat
tekan beton, terutama apabila pengujian dilaksanakan pada usia 3 hari, 7 hari, maupun 14
hari. Namun pengaruh penambahan accelerator akan mulai terlihat pada saat benda uji telah
mencapai usia 28 hari.
Dari penelitian tersebut masih dapat dilakukan pengembangan lebih lanjut dengan
cara melakukan pengujian terhadap merek produk additif yang lain, maupun melakukan
pengujian terhadap prosentase accelerator yang lainnya.

DAFTAR RUJUKAN

Balitbang Depkimpraswil, 2002, Metode, Spesifikasi dan tata cara. Bagian 3 Beton, Semen,
Perkerasan Beton Semen

Departemen Pekerjaan Umum, Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal, SK
SNI T-15-1990-03, Yayasan LPMB, Bandung, 1990

Megamix Beton Indonesia, Accelerator Megaset Merah

Nawy, Edward G. 1990. Beton bertulang suatu pendekatan dasar, Bandung.

Neville, A.M., 1981, Properties of Concrete, Longman Scientific & Technical, Singapore.

Sagel, R., Kole, P., dan Kusuma, G., 1997, Pedoman Pengerjaan Beton, berdasarkan SKSNI
T-15-1991-03, Penerbit Erlangga, Jakarta

CCAA, 2004, CONCRETE BASICS A Guide to Concrete Practice, Sixth Edition, Cement
Concrete & Aggregates Australia, Australia, http://www.concrete.net.au.

105

View publication stats

You might also like