You are on page 1of 7

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 5, Nomor 3, Juli 2017 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI


BURUK PADA BALITA DI KOTA SEMARANG TAHUN 2017
(Studi di Rumah Pemulihan Gizi Banyumanik Kota Semarang)

Silvera Oktavia, Laksmi Widajanti, Ronny Aruben


Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
Email : silveraoktavia95@gmail.com

ABSTRACT

Severe acute malnutrition is a condition where nutritional deficiencies are seen


based on nutritional status that is below the average standard determined based
on the anthropometric indicator of body weight by height (WHZ)) with z-score <-3
SD and presence or absence of edema. The purpose of this study is to determine
the factors associated with malnutrition status in under five child in Nutrition
House of Semarang City. The type of research used is descriptive analytic
quantitative research with cross sectional method.
Population in this research is all mother and child who undergo recovery at Home
Nutrition by sampling technique using total sampling technique that is 20.
Anthropometric measurements were performed to calculate z-scores, filling out
questionnaires, food recalls and food and non-family food expenditure forms.
After doing the research, it is known that child suffering from severe acute
malnutrition based on indicator WHZ is as many 11 people (55%). The results
showed that variables associated with nutrition status were energy consumption
level (p = 0,002), protein consumption (p = 0,04), and infectious disease (p =
0,000). While the variables associated with the level of energy and protein
consumption is maternal nutrition knowledge and family economic status
variables (p = 0.001).

Keywords: severe acute malnutrition, child, nutrition status, economic status

PENDAHULUAN penyebab tidak langsung. Penyebab


Keadaan gizi yang baik langsung gizi buruk meliputi
merupakan syarat utama kesehatan kurangnya jumlah dan kualitas
dan berdampak terhadap kualitas makanan yang dikonsumsi dan
sumber daya manusia. Gizi buruk menderita penyakit infeksi,
menurut World Health Organization sedangkan penyebab tidak langsung
(WHO) ditentukan berdasarkan gizi buruk yaitu ketersediaan pangan
indikator antropometri berat badan rumah tangga, kemiskinan, pola
menurut tinggi atau panjang badan asuh yang kurang memadai dan
(BB/TB) dengan z-skor BB/TB <-3 pendidikan yang rendah.3
SD dan ada atau tidaknya odema.1,2 Faktor konsumsi makanan
Faktor penyebab gizi buruk merupakan penyebab langsung dari
dapat dikelompokkan menjadi 2 kejadian gizi buruk pada balita. Hal
yaitu penyebab langsung dan ini disebabkan karena konsumsi

186
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 3, Juli 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

makanan yang tidak memenuhi dapat menghambat pertumbuhan


jumlah dan komposisi zat gizi yang fisik, mental maupun kemampuan
memenuhi syarat gizi seimbang berpikir. Balita yang menderita gizi
yaitu beragam, sesuai kebutuhan, buruk dapat mengalami penurunan
bersih dan aman sehingga akan kecerdasan (IQ) hingga sepuluh
berakibat secara langsung terhadap persen. Dampak paling buruk dari
pertumbuhan dan perkembangan gizi buruk yaitu kematian pada umur
balita. Faktor penyakit infeksi yang sangat dini.10
berkaitan dengan tingginya kejadian Mengantisipasi makin
penyakit menular terutama diare, parahnya kondisi yang mungkin
cacingan dan penyakit pernapasan terjadi akibat kejadian gizi buruk,
akut (ISPA). Faktor kemiskinan maka pemerintah Dinas Kesehatan
sering disebut sebagai akar dari Kota Semarang telah melakukan
kekurangan gizi, yang mana faktor upaya pelayanan perbaikan gizi
ini erat kaitannya terhadap daya beli balita gizi buruk dengan mendirikan
pangan di rumah tangga sehingga rumah pemulihan gizi. Dalam hal ini
berdampak terhadap pemenuhan zat pemerintah Dinas Kesehatan Kota
gizi.4,5 Semarang berkoordinasi dengan
Riwayat berat badan lahir instansi lain untuk melakukan
rendah (BBLR) juga merupakan beberapa pelayanan dirumah gizi
faktor yang dapat berpengaruh antara lain penjaringan dan
terhadap kejadian gizi buruk. Hal ini pelacakan kasus balita gizi buruk,
dikarenakan bayi yang mengalami pemeriksaan antropometri,
BBLR akan mengalami komplikasi pemeriksaan klinis, konseling gizi,
penyakit karena kurang matangnya fisioterapi dan pemberian makanan
organ, menyebabkan gangguan tambahan di rumah gizi.11
pertumbuhan fisik dan gangguan gizi Berdasarkan latar belakang
saat balita. Faktor pendidikan Ibu yang telah dipaparkan, maka peneliti
erat kaitannya dengan pengetahuan bermaksud mengadakan penelitian
Ibu mengenai gizi sehingga akan dengan judul ‘Faktor-Faktor yang
berakibat terhadap buruknya pola Berhubungan dengan Status Gizi
asuh balita.6 Buruk pada Balita dengan Studi di
Berdasarkan Profil Kesehatan Rumah Pemulihan Gizi Banyumanik
Indonesia Tahun 2015, sebanyak Kota Semarang Tahun 2017’
26.518 Balita mengalami gizi buruk
dengan prevalensi gizi buruk METODE
sebanyak 3,8% di Indonesia.7dilihat Jenis penelitian yang digunakan
dari data provinsi, Jawa Tengah yaitu penelitian analitik non
merupakan salah satunya dengan eksperimen dengan metode cross
jumlah balita yang menderita gizi sectional. Jumlah sampel dalam
buruk sebanyak 922 kasus pada penelitian ini yaitu sebanyak 20
Tahun 2015.8sedangkan untuk orang balita gizi buruk, teknik
tingkat Kabupaten/ Kota yang sampling dalam penelitian ini yaitu
terdapat di Jawa Tengah, jumlah menggunakan teknik sampling total
kasus gizi buruk yang ditemukan di yaitu teknik pengambilan sampel bila
Kota Semarang ada sebanyak 39 semua anggota populasi digunakan
kasus balita gizi buruk pada Tahun sebagai sampel.
2015 dan 2016.9
Status gizi buruk pada balita HASIL PENELITIAN
dapat menimbulkan pengaruh yang

187
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 3, Juli 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Persentase jenis kelamin balita gizi pendidikan dasar dengan


buruk yang menjalani pemeriksaan persentase 60%. Analisis
di rumah gizi Kota Semarang pada korelasi mennggunakan rank
bulan April 2017 terbanyak berada spearman menunjukkan hasil
pada kelompok jenis kelamin bahwa tidak terdapat hubungan
perempuan yaitu sebanyak 60%, antara pendidikan Ibu dengan
sedangkan dari segi umur balita gizi tingkat kecukupan energi dan
buruk yang menjalani pemeriksaan protein balita dengan nilai
terbanyak di kelompok umur 1-3 p=0,216 untuk energi dan
tahun yaitu 80%. p=0,343 untuk protein.

1. Hubungan Pengetahuan Gizi 3. Hubungan Status Ekonomi


Ibu Dengan Tingkat Kecukupan Keluarga dengan tingkat
Energi dan Protein Balita kecukupan energi dan protein
Tabel 1.Gambaran balita
Pengetahuan Gizi Ibu Balita Gizi Tabel 3. Gambaran status
Buruk ekonomi keluarga balita gizi
Kategori n % buruk
Pengetahuan Kategori n %
Kurang 13 65% Miskin 12 60%
Cukup 6 30% Tidak miskin 8 40%
Baik 1 5% Total 20 100%
Total 20 100% Berdasarkan tabel 3
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa 55% balita gizi
diketahui bahwa sebagian besar buruk di rumah gizi kota
subyek memiliki pengetahuan semarang berasal dari keluarga
yang kurang mengenai miskin. Analisis korelasi
pengasuhan gizi balita dengan mennggunakan rank spearman
persentase sebanyak 65%. menunjukkan hasil bahwa
Analisis korelasi mennggunakan terdapat hubungan antara status
rank spearman menunjukkan ekonomi keluarga dengan
hasil bahwa terdapat hubungan tingkat kecukupan energi dan
antara pengetahuan gizi Ibu protein balita dengan nilai
dengan tingkat kecukupan p=0,008 untuk energi dan
energi dan protein balita dengan p=0,001 untuk protein.
nilai p=0,001 untuk energi dan
p=0,006 untuk protein. 4. Hubungan kecukupan energi
dan protein dengan status gizi
2. Hubungan Pendidikan Ibu buruk balita
dengan tingkat Kecukupan Tabel 4. Gambaran kecukupan
Energi dan Protein Balita energi dan protein balita gizi
Tabel 2. Gambaran Pendidikan buruk
Ibu Balita Gizi Buruk
Kategori n %
Dasar 12 60%
Menengah 8 40%
Total 20 100%
Berdasarkan tabel 4.8
diketahui bahwa sebagian besar
subyek hanya menempuh Kategori n %

188
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 3, Juli 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Kecukupan <2400 gram 10 50%


energi >2400 gram 10 50%
Kurang 13 85% Total 20 100%
Cukup 6 15% Berdasarkan tabel 6 dapat
Total 20 100% diketahui bahwa balita gizi buruk
Kecukupan yang memiliki riwayar BBLR
protein sebanyak 50%. Analisis korelasi
Kurang 13 85% menggunakan rank spearman
cukup 6 15% menunjukkan hasil bahwa tidak
Total 20 100% terdapat hubungan antara
Berdasarkan tabel 4 riwayat BBLR dengan status gizi
diketahui bahwa 85% balita gizi balita dengan nilai p=0,660
buruk mengalami kekurangan
konsumsi energi dan protein. PEMBAHASAN
Analisis korelasi menggunakan 1. Hubungan Pengetahuan Gizi
rank spearman menunjukkan Ibu dengan Kecukupan Energi
hasil bahwa terdapat hubungan dan Protein pada Balita Gizi
antara tingkat kecukupan energi Buruk
dan protein balita dengan status Hasil analisis korelasi
gizi balita dengan nilai p=0,002 menggunakan rank spearman
untuk energi dan p=0,040 untuk menunjukkan bahwa terdapat
protein. hubungan antara pengetahuan
gizi Ibu dengan kecukupan
5. Hubungan penyakit infeksi energi (p=001) maupun protein
dengan status gizi buruk balita (p=0,006) pada balita. Menurut
Tabel 5. Gambaran penyakit Soediatama (2008)
infeksi yang diderita balita gizi pengetahuan merupakan hasil
buruk tahu dari seseorang setelah
Penyakit n % melakukan penginderaan
Infeksi terhadap suatu objek. Melalui
Diare 7 35% proses belajar, seseorang akan
ISPA 18 90% menjadi tahu sehingga akan
TB 5 25% dapat merubah perilaku
Berdasarkan tabel 5 dapat sebelumnya. Sama halnya
diketahui bahwa balita gizi buruk dengan kurangnya pengetahuan
paling banyak menderita ISPA tentang gizi terutama pada sang
dengan persentase 90%. Ibu akan berdampak pada
Analisis korelasi menggunakan kurangnya kemampuan
rank spearman menunjukkan mengaplikasikan informasi
hasil bahwa terdapat hubungan khususnya tentang gizi yang
antara penyakit infeksi dengan nantinya akan berakibat pada
status gizi balita dengan nilai status gizi balita.
p=0,000.
2. Hubungan Pendidikan Ibu
6. Hubungan riwayat BBLR dengan Kecukupan Energi dan
dengan status gizi buruk balita Protein pada Balita Gizi Buruk
Tabel 6. Gambaran riwayat Hasil analisis korelasi
BBLR balita gizi buruk menggunakan rank spearman
menunjukkan bahwa tidak
Berat lahir n % terdapat hubungan antara

189
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 3, Juli 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

pendidikan Ibu dengan pendapatan orang tersebut.


kecukupan energi (p=001) Semakin tinggi tingkat
maupun protein (p=0,216) pada pendapatan responden, maka
balita. Hasil ini tidak sejalan akan semakin beraneka ragam
dengan penelitian yang makanan yang dikonsumsi dan
dilakukan oleh Tyas Ristiana akan semakin baik pula nilai
Ardini (2012) yang menunjukkan asupan makanan (energi) dari
bahwa terdapat hubungan balitanya.
antara pendidikan dengan
tingkat kecukupan energi dan 4. Hubungan Kecukupan Energi
protein pada balita dengan Dan Protein dengan Status Gizi
p=0,009. Buruk Balitadi Rumah Gizi Kota
Semakin tinggi tingkat Semarang Tahun 2017
pendidikan seseorang maka Hasil analisis
semakin mudah diberikan menggunakan uji rank
pengertian mengenai suatu spearman menunjukkan bahwa
informasi dan semakin mudah ada hubungan antara
untuk mengimplementasikan kecukupan energi dengan status
pengetahuannya dalam perilaku gizi buruk balita di Rumah gizi
khususnya dalam hal kesehatan Kota semarang (p=0,02).
dan gizi. Dengan demikian Hasil analisis
pendidikan juga memiliki menggunakan uji rank
hubungan terhadap sikap dan spearman juga menunjukkan
perilaku seseorang. bahwa ada hubungan antara
kecukupan protein dengan
3. Hubungan Status Ekonomi status gizi buruk balita di Rumah
Keluarga dengan Kecukupan gizi Kota semarang (p=0,04).
Energi dan Protein pada Balita Hasil ini sejalan dengan
Gizi Buruk di Rumah Gizi Kota penelitian yang dilakukan oleh
Semarang Tahun 2017. Lutfianan Nurlaela (2012) yang
Hasil analisis korelasi menyatakan bahwa terdapat
menggunakan rank spearman hubungan antara asupan energi
menunjukkan bahwa terdapat dan protein dengan kejadian gizi
hubungan antara status buruk pada balita.
ekonomi keluarga dengan
kecukupan energi (p=008) 5. Hubungan Penyakit Penyerta
maupun protein (p=0,001) pada dengan Status Gizi Buruk Balita
balita. Hasil ini sejalan dengan di Rumah Gizi Kota Semarang
penelitian yang dilakukan oleh Tahun 2017
Tyas Ristiana Ardini (2012) Hasil analisis
yang menunjukkan bahwa menggunakan rank spearman
terdapat hubungan antara status menunjukkan bahwa terdapat
ekonomi keluarga dengan hubungan antara riwayat
tingkat kecukupan energi dan penyakit infeksi dengan kejadian
protein pada balita dengan gizi buruk pada balita dengan
p=0,037. p=0,000 dimana p=<0,05. Hasil
Status ekonomi erat ini sejalan dengan penelitian
kaitannya dengan daya beli yang dilakukan oleh Tyas
dalam keluarga. Status ekonomi Ristiana Ardini (2012) yang
seseorang dipengaruhi oleh menunjukkan bahwa terdapat

190
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 3, Juli 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

hubungan antara penyakit akan berlanjut sampai usia


infeksi dengan status gizi buruk selanjutnya, dan bayi BBLR juga
pada balita dengan p=0,001. mengalami gangguan
Balita yang terkena pencernanaan seperti kurang
penyakit infeksi cenderung menyerap lemak dan protein
mengalami penurunan berat sehingga mengakibatkan
badan, hal ini dikarenakan kurangnya cadangan zat gizi
terjadi peningkatan metabolisme dalam tubuh.
dalam tubuh balita dan biasanya
juga diikuti penurunan nafsu KESIMPULAN
makan. Penurunan berat badan 1. Ada hubungan antara
yang terus menerus dapat pengetahuan gizi Ibu dengan
menyebabkan terjadinya tingkat kecukupan energi dan
penurunan status gizi. protein balita Rumah Gizi Kota
Semarang
6. Hubungan Riwayat BBLR 2. Tidak ada hubungan antara
dengan Status Gizi Buruk pada pendidikan Ibu dengan tingkat
Balita di Rumah Gizi Kota kecukupan energi dan protein
Semarang Tahun 2017 balita Rumah Gizi Kota Semarang
Berdasarkan analisis 3. Ada hubungan status ekonomi
menggunakan rank spearman keluarga dengan tingkat
menunjukkan bahwa tidak ada kecukupan energi dan protein
hubungan antara riwayat BBLR balita Rumah Gizi Kota Semarang
dengan status gizi buruk pada 4. Ada hubungan tingkat kecukupan
balita dengan p= 0,660. Bayi energi dan protein dengan status
dengan BBLR akan tumbuh dan gizi buruk balita Rumah Gizi Kota
berkembang lebih lambat Semarang
karena pada bayi dengan BBLR 5. Ada hubungan riwayat penyakit
sejak dalam kandungan telah infeksi dengan status gizi buruk
mengalami retardasi balita Rumah Gizi Kota Semarang
pertumbuhan interuterin serta 6. Tidak ada hubungan antara
mengalami pertumbuhan dan riwayat BBLR dengan dengan
perkembangan lebih lambat status gizi buruk balita Rumah
pada organ-organ tubuhnya dan Gizi Kota Semarang
memberikan makanan tinggi
SARAN kandungan energi dan protein
1. Ibu lebih memperhatikan 2. Ibu lebih mempraktekkan PHBS
konsumsi makanan balita dengan untuk mencegah penyakit infeksi

DAFTAR PUSTAKA Kesehatan Masyarakat


1. World Health Organization. FKMUI. Gizi Dan Kesehatan
WHO Child Growth Standards Masyarakat. Jakarta: PT Raja
and The Identification of Grafindo Persada; 2007.
Severe Acute Malnutrition in 4. Ramadani Ikha Rizky. Analisis
Infants and Children. 2010 Faktor-Faktor yang
2. Sanchez pedro et all. Halving Mempengaruhi Gizi Buruk
Hunger: It Can Be Done. Balita di jawa Tengah Dengan
USA: Earthscan; 2005. Metode Spatial Durbin Model.
3. Departemen Gizi dan Skripsi Fakultas Sains dan

191
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 3, Juli 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Matematika Universitas Semarang. Profil Kesehatan


Diponegoro. 2013. Kota Semarang Tahun 2014.
5. Koordinator Bidang 10. Dewi Riana Kurnia dan I
Kesejahteraan Rakyat. Nyoman Budiantara. Faktor-
Kerangka Kebijakan Gerakan Faktor yang Mempengaruhi
Nasional Percepatan Angka Gizi Buruk Di Jawa
Perbaikan Gizi Dalam Rangka Timur dengan Pendekatan
Seribu Hari Pertama Regresi Nonparametrik Spline
Kehidupan (Gerakan 1000 Jurnal Sains dan Seni ITS
HPK). 2013. Vol. 1, No. 1 ISSN: 2301-
6. Marut Ursula Dianita. Aspek 928X. 2012.
Sosial Ekonomi dan 11. Rosha Bunga dkk. Peran
Kaitannya Dengan Masalah Intervensi Gizi Spesifik dan
Gizi Kurang di Kabupaten Sensitif dalam Perbaikan
Manggarai, Nusa Tenggara Masalah Gizi Balita di Kota
Timur Jurnal Gizi dan Pangan, Bogor. Buletin Penelitian
November 2007 2(3): 36-43. Kesehatan, Vol.44 No.2.
2007. 2016:127-138.
7. Kementerian Kesehatan RI. 12. Ngaisyah Dewi. Hubungan
Profil Kesehatan Indonesia Riwayat Lahir Stunting dan
Tahun 2015. BBLR Dengan Status Gizi
8. Dinas Kesehatan Provinsi Anak Balita Usia 1-3 Tahun di
Jawa Tengah. Profil Potorono Batu Yogyakarta
Kesehatan Provinsi Jawa Jurnal Medika Respati Vol. XI
Tengah Tahun 2015. No.2. 2016.
9. Dinas Kesehatan Kota

192

You might also like