You are on page 1of 8

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PENCEGAHAN GIZI BURUK

PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS PEMURUS BARU BANJARMASIN


2022
Antoni Gerry , Chrismilasari Lucia Andi2, Sitompul Dania Relina3
1

Email : gerryantoni29@gmail.com

Abstract
Background : Malnutrition is a state of severe nutritional deficiency caused by low consumption of
energy and protein from daily food for a long time, which is characterized by below normal body
weight. Malnutrition and malnutrition are problems that need attention, because they can lead to
"The Lost Generation". One of the factors that cause malnutrition in toddlers is the lack of
knowledge about nutrition and health. Lack of nutrition in toddlers can be caused by the attitude or
behavior of the mother which is a factor in choosing improper food. In the Working area of the
Pemurus Baru Health Center, Banjarmasin Mother's knowledge about prevention of malnutrition in
the sufficient category indicates that mother's knowledge about preventing malnutrition is still not
good.
Research Objectives: This study aims to determine the level of knowledge of mothers about
Prevention of Malnutrition in Toddlers in the Work Area of Pemurus Baru Health Center
Banjarmasin in 2022.
Research Methods: This study used a quantitative research type using descriptive research.
Sampling using total sampling technique, the number of respondents 46 mothers, data collection
using a questionnaire, the data is analyzed using a frequency distribution.
Research Results: The results of this study were as much as 63% in the sufficient category, 28.3%
less category, good category, 8.7%. Mother's level of knowledge about the prevention of
malnutrition in the working area of the new Pemurus Puskesmas Banjarmasin is mostly adequate. 
Conclusion:"The description of the mother's level of knowledge about the prevention of
malnutrition in toddlers in the work area of the new Pemurus Puskesmas Banjarmasin 2022" can be
concluded that the level of knowledge of mothers about the prevention of malnutrition in the
Enough category is 29 people (63.0%).
Latar Belakang : Gizi buruk adalah keadaan kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh
rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari dalam waktu yang cukup lama,
yang ditandai dengan berat badan di bawah normal.
Gizi kurang dan gizi buruk merupakan masalah yang perlu mendapatkan perhatian, karena dapat
menimbulkan “The Lost Generation”. Salah satu faktor penyebab terjadinya gizi buruk pada balita
adalah kurangnya pengetahuan tentang gizi dan kesehatan. Kurangnya gizi pada balita dapat
disebabkan sikap atau perilaku ibu yang menjadi faktor dalam pemilihan makanan yang tidak benar.
Di wilayah Kerja Puskesmas Pemurus Baru Banjarmasin Pengetahuan ibu tentang pencegahan gizi
buruk dalam kategori cukup ini menandakan bahwa pengetahuan ibu tentang pencegahan gizi buruk
masih belum mencapai baik.
Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan ibu tentang
Pencegahan Gizi Buruk pada Balita di wilayah Kerja Puskesmas Pemurus baru Banjarmasin Tahun
2022.
Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan
penelitian deskriptif. Pengambilan sampel menggunakan teknik Total sampling, Jumlah responden
46 ibu, pengambilan data mengunakan kuesioner data di analisa menggunakan distribusi frekuensi.
Hasil Penelitian : Hasil penelitian ini adalah sebanyak 63% dalam kategori cukup, kategori kurang
28,3%, kategori baik, 8,7 %. Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pencegahan Gizi Buruk Diwilayah
Kerja Puskesmas Pemurus baru Banjarmasin sebagian besar adalah cukup.
Kesimpulan :“Gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang pencegahan gizi buruk pada balita di
wilayah kerja Puskesmas Pemurus baru Banjarmasin 2022” dapat di simpulkan bahwa tingkat
pengetahuan ibu tentang pencegahan Gizi buruk dengan kategori Cukup 29 orang (63,0%).
Kata Kunci : Pengetahuan, Ibu, Pencegahan Gizi Buruk.
PENDAHULUAN dengan data dimana sebanyak 15% ibu dalam
kategori tingkat pengetahuan tidak baik dalam
Gizi buruk adalah keadaan kurang gizi
pengetahuan pencegahan gizi buruk dan
tingkat berat yang disebabkan oleh rendahnya
berdasarkan penelitian Yuhansyah
konsumsi energi dan protein dari makanan
menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu
sehari-hari dalam waktu yang cukup lama,
tentang pencegahan gizi buruk pada anak
yang ditandai dengan berat badan di bawah
balita yang paling banyak berada pada
normal (Indra dan wulandari, 2013). Kasus
kategori cukup dengan jumlah 38,9% (In’am,
gizi buruk menjadi perhatian di Indonesia.
2016).
Gizi kurang dan gizi buruk merupakan
masalah yang perlu mendapatkan perhatian, Indonesia sendiri masih memiliki
karena dapat menimbulkan “The Lost banyak kasus terkait gizi buruk. Lebih dari
Generation”. Kualitas bangsa di masa depan itu, kasus-kasus tersebut juga berujung pada
akan sangat dipengaruhi keadaan atau status banyak kasus kematian yang menjerat
gizi pada saat ini terutama balita, apabila masyarakat Indonesia, termasuk para balita di
balita terkena gizi buruk atau gizi kurang akan dalamnya. Lebih lanjut, Ia juga menyebutkan
mempengaruhi kualitas kehidupan masa bahwa sebanyak 110 Kabupaten/Kota di
mendatang (Widardo, 2013). Indonesia mempunyai prevalensi gizi kurang
(termasuk gizi buruk) di atas 30%, yang
Salah satu penyebab terjadinya gizi
menurut World Health Organization (WHO)
buruk pada balita adalah kurangnya
kondisi tersebut berada di di kelompok yang
pengetahuan tentang gizi dan kesehatan.
tinggi. Dinkes (2016) bahkan pernah
Kurangnya gizi pada balita dapat disebabkan
menyebutkan bahwa kasus gizi buruk kian
sikap atau perilaku ibu yang menjadi faktor
waktu kian meningkat. Tahun 2015 menjadi
dalam pemilihan makanan yang tidak benar.
tahun peningkatan yang cukup signifikan.
Pemilihan bahan makanan, tersedianya
Kasus gizi buruk pada tahun sebelumnya
jumlah makanan yang cukup dan
2014 berjumlah 1,8 juta kasus, kemudian,
keanekaragaman makanan ini dipengaruhi
pada tahun 2015 kasus tersebut bertambah
oleh tingkat pengetahuan ibu tentang
dan meningkat menjadi 2,3 juta kasus. Lebih
makanan dan gizinya. Ketidaktahuan ibu
lanjut, dari sumber yang sama, peneliti juga
dapat menyebabkan kesalahan pemilihan
mendapati 5 juga balita yang menderita gizi
makanan terutama untuk anak balita.
buruk di Indonesia. Sementara itu 10% dari
Kurangnya pengetahuan tentang gizi dan
jumlah di atas tersebut berakhir dengan
kesehatan pada orang tua, khususnya ibu
kematian. Pada tahun 2016 kasus gizi buruk
merupakan salah satu penyebab terjadinya
kembali meningkat menjadi 28 juta kasus.
angka gizi buruk pada balita (Warsito, H
Jumlah balita dalam kasus ini pun terbilang
2016).
banyak, sekitar 5,4%. Sedangkan 13% dari
Pengetahuan ibu yang rendah dapat jumlah di atas menderita kasus gizi kurang.
menyebabkan anak/balita mengalami gizi
Berdasarkan Data Rekap status Gizi
buruk, karena ibu tersebut akan kekurangan
balita Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin
wawasan mengenai bahan-bahan makanan
Tahun 2020 menunjukan dari 26 Puskesmas
yang mengandung gizi tinggi sehingga akan
Kota Banjarmasin prevalensi kasus gizi Buruk
mengakibatkan ketidakberagaman makanan
nomor pertama berada di Puskesmas Pemurus
yang diberikan kepada anak/balita. Oleh
Baru dengan jumlah angka tertinggi 46 orang
karena itu, agar ibu dapat menerapkan sebuah
anak dengan gizi buruk, dan 118 orang anak
informasi dengan maksimal, diperlukan
dengan gizi kurang, dimana gizi kurang dapat
adanya teknologi sebagai panduan dan
beresiko menjadi gizi Buruk (Rekap Data
pendukung penyerapan informasi tersebut
Dinkes Kota Banjarmasin 2020).
(Ni’ma, N & M, Iqbal, 2020). Hal ini sesuai
Berdasarkan hasil wawancara saat studi Baru Banjarmasin sebanyak 46 orang. Dalam
pendahuluan dengan 10 ibu diwilayah kerja penelitian ini menggunakan Total Sampling.
No. Usia Frekuensi Persentase Total Sampling
1 20-25 Tahun 12 26,1%
2 26-35 Tahun 30 65,2%
adalah teknik penentuan sampel bila semua
3 36-45 Tahun 4 8,7% anggota populasi digunakan sebagai sampel
Total 46 100% (Sugiyono, 2017).
Puskesmas Pemurus Baru hasil yang
didapatkan ibu mengatakan, 6 (60%) jarang HASIL
membawa anaknya ke Puskesmas dan Distribusi frekuensi karakteristik
Posyandu, 8 (80%) tidak mengetahui status responden berdasarkan usia
gizi pada anaknya, 10 (100%) tidak
mengetahui BB pada anaknya karena hampir Berdasarkan tabel diatas menunjukkan
tidak pernah menimbang BB anaknya, 7 bahwa mayoritas responden dengan usia 26–
(70%) jarang meberikan vitamin pada 35 tahun berjumlah 30 (65,2%) responden
anaknya, 6 (60%) ibu memberikan susu sedangkan minoritas responden dengan usia
formula 2 sampai 3 kali sehari dan makan 3 36-45 tahun yang berjumlah 4 (8,7%).
kali sehari, 8 (80%) ibu anaknya tidak disuapi Peneliti berpendapat melihat dari data
(dibiarkan makan sendiri), 5 (50%) nafsu penelitian dan teori pada rentang usia 26-35
makan anaknya baik, 8 (80%) status tahun pengetahuan ibu tentang pencegahan
perekonomian menengah kebawah, 5 (50%) gizi buruk lebih banyak berpengetahuan
tingkat pendidikan ibu rata-rata tamat SMA. cukup (60,0%). Menurut (Mujiburrahman,
Berdasarkan masalah di atas penulis Riyadi, & Ningsih, 2020), menyatakan bahwa
tertarik akan melakukan penelitian untuk umur 26 - 35 tahun masuk dalam kategori
mengetahui “Pengetahuan Ibu Tentang dewasa awal, yaitu dewasa awal memiliki
Pencegahan Gizi Buruk Pada Balita Di pengetahuan baik karena pengetahuan yang
Wiliyah Kerja Puskesmas Pemurus Baru” dimilikinya bisa berasal dari pengetahuan
sebelumnya dan dari pengalaman atau sumber
METODE informasi dari petugas kesehatan.
No. Jenis Frekuens Persentasi
Kelamin i
Distribusi frekuensi karakteristik
1 Perempuan 46 100% responden berdasarkan jenis kelamin
Total 46 100%

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian


Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat dilihat
kuantitatif. Dengan desain penelitian
bahwa berdasarkan jenis kelamin perempuan
deskriptif yang bertujuan
yaitu sebanyak 46 responden (100%), karena
untukmendeskripsikan(memaparkan)
sampel dari penelitian ini adalah ibu, maka
peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada
peneliti hanya mengambil sampel Perempuan,
masa kini. Variabel penelitian ini adalah
Jenis kelamin merupakan perempuan dan
variabel tunggal yaitu tingkat pengetahuan ibu
secara biologis, perempuan mempunyai
tentang pencegahan gizi buruk pada balita di
kemampuan sendiri untuk memehami tingkat
wilayah kerja Puskesmas Pemurus Baru.
pengetahuan Pencegahan gizi buruk pada
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas
balita, dan kemampuan berpikir sangat baik.
Pemurus Baru Banjarmasin. Penelitian akan
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat
dilaksanakan pada Bulan Mei-Juni 2022.
bahwa semua responden berjenis kelamin
Instrumen pada penelitianii yaitu
perempuan 46 (100 %).
menggunakan kuesioner. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh ibu yang
mempunyai balita di puskesmas Pemurus
Distribusi frekuensi karakteristik (80,4%) responden, sebagai PNS berjumlah 4
responden berdasarkan pendidikan (8.7 %), pekerjaan dan minoritas pekerjaan
terakhir responden sebagai Pedagang 4 (8,7%) dan
No Pendidikan Frekuens Persentase
Berdasarkan tabel di atas menunjukan i
bahwa mayoritas responden dengan 1 SD 19 41,3%
pendidikan SD berjumlah 19 (41,3%) 2 SMP 7 15,2%
3 SMA 13 28,3%
responden, sedangkan pendidikan SMP 4 Perguruan 7 12,2%
berjumlah 7 (15,2%) responden, tingkat Tinggi
pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) Total 46 100%
berjumlah 13 (28,3%) responden serta untuk wiraswasta berjumlah 1 (2,2%) responden.
Pendidikan Perguruan Tinggi berjumlah 7 Berdasarkan data di atas menunjukan
(12,2%) responden.. Sebagian besar mayoritas pekerjaan responden sebagai Ibu
responden menempuh pendidikan sampai Rumah Tangga (IRT). Sedangkan minoritas
Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah pekerjaan responden adalah Wiraswasta.
Atas (SMA). Riwayat pekerjaan seseorang merupakan
Berdasarkan data di atas menunjukan faktor yang mempengaruhi pengetahuan.
mayoritas pendidikan responden Sekolah Peneliti berpendapat berdasarkan data
Dasar (SD). Rendahnya pendidikan seseorang penelitian dan teori dimana mayoritas
maka akan rendah juga pengetahuannya dan responden dari pekerjaan Ibu Rumah Tangga
wawasannya, sedangkan minoritas pendidikan (IRT) lebih banyak berpengetahuan dengan
responden Sekolah Mengah Pertama (SMP) kategori cukup (65,8%), kategori baik dengan
dan Perguruan Tinggi, semakin tinggi/baik mayoritas responden yang memiliki pekerjaan
pendidikan seseorang maka ia akan memilki PNS (50%) adalah satu faktor yang
pengetahuan yang baik. Menurut mempengaruhi pengetahuan adalah pekerjaan.
Notoatmodjo, (2012). Semakin baik pekerjaan seseorang, maka akan
Peneliti berpendapat melihat dari data semakin baik juga pengetahuan tentang
penelitian dan teori, yaitu Tingkat kesehatannya. Menurut Wati, (2015) ditinjau
Pengetahuan ibu tentang pencegahan gizi dari jenis pekerjaan yang sering berinteraksi
buruk pada balita berdasarkan Pendidikan dengan orang lain lebih banyak
lebih banyak dengan kategori cukup dengan pengetahuannya bila dibandingkan dengan
mayoritas responden bependidikan SD orang tanpa ada interaksi dengan orang lain.
(63,2% dari total partisipan) Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan
Distribusi frekuensi karakteristik No. Kategor Frekuensi Persentase %
responden berdasarkan pekerjaan i
1 Baik 5 10,9%
No. Pekerjaan Frekuens Persentase 2 Cukup 31 61,4%
i 3 Kurang 10 21,7%
1 PNS 4 8,7% Total 46 100%
2 Wirawasta 1 2.2% Ibu tentang Pencegahan Gizi Buruk
3 Pedagang 4 8,7%
4 IRT (Ibu 37 80,4% Berdasarkan tabel 4.8 di atas dapat
Rumah
Tangga) dilihat bahwa tingkat pengetahuan baik
Total 46 100% sebanyak 5 responden (10,9%), pengetahuan
cukup sebanyak 31 responden (67,4%), dan
pengetahuan kurang sebanyak 10 responden
Berdasarkan tabel diatas menjukan (21,7%). Pada tabel 4.5 di atas, tingkat
bahwa dengan pekerjaan mayoritas responden pengetahuan sebagian besar responden berada
Ibu Rumah Tangga (IRT) berjumlah 37 dalam kategori cukup yaitu sebanyak 31
responden (67,4 %). ini rata-rata responden berpendidikan SD 19
(41,3%) Rendahnya pendidikan seseorang
Pengetahuan ibu yang kurang tentang
maka akan rendah juga pengetahuannya dan
pencegahan gizi buruk pada balita yaitu
wawasannya. hal ini sejalan dengan penelitian
sebanyak 10 responden (21,7%) dengan
Zahroh (2012), bahwa ada hubungan yang
mayoritas SD dengan Pekerjaan Ibu Rumah
bermakna antara tingkat pendidikan dengan
Tangga (IRT) Hasil penelitian ini
pengetahuan ibu tentang pencegahan gizi
menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu
buruk pada anak. Penelitian tersebut
tentang pencegahan gizi buruk pada balita
menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan
masih ada yang kurang dan belum mencapai
ibu semakin baik pengetahuan ibu tentang gizi
pada tingkat pengetahuan baik mengenai
serta ibu yang berpendidikan tinggi lebih
pencegahan gizi buruk pada balita.
besar kepeduliannya terhadap masalah
Pada parameter penapisan kekurangan kesehatan dan peningkatan pengetahuan akan
gizi pada balita pernyataan pengukuran Lila meningkatkan partisipasi ibu dalam menjaga
(lingkar lengan atas) merupakan salah satu kesehatan anaknya.
cara untuk menemukan jika ada hambatan
Peneliti menyimpulkan bahwa tingkat
pertumbuhan pada balita minoritas responden
pengetahuan ibu tentang pencegahan gizi
menjawab benar sebanyak 22 (47,8%) dimana
buruk pada balita di Puskesmas Pemurus baru
masih banyak ibu yang menjawab salah, hal
Banjarmasin yaitu berpengetahuan cukup
ini menunjukan bahwa ibu memliki
sebanyak 31 (67,4 %). Hal ini disebabkan
pengetahuan yang kurang mengenai
karena penerimaan informasi yang beredar di
pentingnya pengukuran LiLa pada balita
masyarakat atau tenaga kesehatan yang
untuk mengetahui status perkembangan dan
mempromosikan tentang kesehatan
pertumbuhan anak. Pengukuran LiLa adalah
masyarakat secara terus menerus melalui
deteksi dini yang mudah dilakukan untuk
internet, televisi, radio, buku dan di
mencegah adanya kekurangan energy dan
lingkungan puskesmas juga terdapat tempat
protein pada anak, sehingga orang tua dan
ibadah musholla maupun gereja yang selalu
pihak medis bisa melakukan tindakan
menginformasikan kepada masyarakat
preventif terhadap berbagai penyakit akibat
mengenai gizi kurang pada anak balita,
kekurangan gizi.
terdapat faktor umur dan jenis kelamin. (Yessi
Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Finandita Pratiwi, D. I. 2017).
Hanifah (2012) di RB Pokasi yang
KESIMPULAN
menyebutkan bahwa semakin baik LILA
semakin baik pula berat badan bayi lahir Berdasarkan hasil penelitian dan
sedangkan semakin kurang LILA semakin pembahasan “Gambaran tingkat pengatahuan
kurang pula berat badan bayi lahir. penelitian ibu tentang pencegahan Gizi Buruk pada
ini didukung dengan hasil penelitian oleh balita di wilayah kerja Puskesmas Pemurus
Uswatun, A.Q., Perwitasari (2013) Baru Banjarmasin 2022” dapat di simpulkan
menyebutkan ada hubungan LiLA dengan bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang
berat bayi lahir dengan p = 0,017 dan nilai pencegahan Gizi buruk sebagian besar masih
odds ratio (OR) sebesar 2,631 menunjukkan berada pada kategori cukup 31 orang (67,4%).
bahwa ibu dengan KEK memiliki risiko untuk
SARAN
melahirkan BBLR.
1. Bagi Puskesmas
Selain itu pendidikan menjadi salah satu
factor yang mempengaruhi kurangnya Hasil penelitian ini dapat sebagai indikator
pengetahuan ibu pada parameter penapisan dan referensi untuk meningkatkan pelayanan
kekurangan gizi pada balita. Pada penelitian kesehatan dan memberikan pendidikan
kesehatan kepada masyarakat tentang cara puskesmas terkait peningkatan tumbuh
pencegahan gizi buruk pada balita kembang anak serta rutinnya ibu untuk
memberikan edukasi tentang pentingnya mengikuti jadwal penyuluhan dari puskesmas
pemeberian makanan sesuai umur anak dan dan program-program online/offline
pengukuran antopometri dengan cara puskesmas terkait, dan pendidikan kesehatan
membuat jadwal pertemuan setiap minggu terkait kesehatan ibu dan anak.
dan membuat grup whatsaap agar bisa
sharing tentang informasi seputar kesehatan
anak. DAFTAR PUSTAKA
2. Bagi Perawat A. Wawan dan Dewi, (2010), Teori dan
Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan
Perawat diharapkan mampu melakukan
Perilaku Manusia, Yogyakarta : Nuha
perannya dengan optimal sebagai pemberi
Medika
asuhan keperawatan, educator, koordinator
dan kolaborator dalam melaksanakan Agus Riyanto, (2013), Pengetahuan dan Sikap
kolaborasi dengan ahli gizi atau tenaga Dalam Penelitian Kesehatan, Jakarta:
kesehatan lain dipuskesmas untuk mebuat Salemba Medika
program-program terbaru terkait gizi dan
kesehatan ibu dan anak dipukesmas, seperti Arifin, Z. (2015). Gambaran Pola Makan
melakukan penkes pada ibu yang mempunyai Anak Usia 3-5 Tahun Dengan Gizi
balita tentang pentingnya pemeriksaan Kurang Di Pondok Bersalin Tri Sakti
antopometri, pemeberian makan sesuai umur Balong Tani Kecamatan Jabon Sidoarjo,
anak dan memaksimalkan kerja posyandu (Online),
dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu (http://journal.umsida.ac.id/files/3.Zainul
dan anak. _Arifin.pdf), diakses tanggal 2 November
2016.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Arikunto, S. (2011). Prosedur penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka
sumber referensi dan wacana bagi pembaca cipta
diperpustakaan dalam menambah wawasan
dan ilmu pengetahuan tentang tingkat Erna Kusuma Wati. (2011). Ilmu Gizi Untuk
pengetahuan ibu tentang pencegahan gizi Keperawaran dan Gizi Kesehatan.
buruk pada balita, dapat mengembangkan Yogyakarta: Muha Medika
mata ajar keperawatan dalam setiap Hidayat, T , dan Fuada, N,. (2011). Hubungan
pembelajaran yang berkaitan, seperti sanitasi lingkungan, morbiditas dan
keperawatan anak, keperawatan maternitas, status gizi balita di indonesia
promosi kesehatan ibu dan anak, untuk bahan (relationship between environmental
kajian saat pembelajaran agar melakukan sanitation, morbidity and nutritional
promosi kesehatan ibu dan anak dengan tema status of under-five children in
sesuai penelitian ini. indonesia). 34, 104– 113.
4. Bagi Ibu Ihsan M, Hiswani, Jemadi. (2012). Faktor-
Hasil penelitian ini diharapkan untuk Faktor Yang Berhubungan dengan
menambah pengetahuan dan informasi bagi Status Gizi Anak Balita di Desa Teluk
ibu dengan rajin membawa anak ke Rumbia Kecamatan Singkil Kabupaten
puskesmas setiap bulan untuk dicek Aceh Singkil. J. Epidemiol;1–10.
pertumbuhan dan perkembangan anaknya, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). (2011).
rajin bertanya dengan tenaga kesehatan Kumpulan Tips Pediatrik. Jakarta:
Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Siti M. (2015). Pola Asuh Mempengaruhi
Indonesia Status Gizi Balita. J Keperawatan. 2015;
6(1) 44–50.
Kemenkes RI. (2012). Panduan Gerakan
Nasional Sadar Gizi. Jakarta: Sofiyana, Desi., Noer ER. Perbedaan
Kementerian Kesehatan RI. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu
Sebelum dan Setelah Konseling Gizi
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
pada Balita Gizi Buruk. J Nutr Coll
Direktorat Jenderal Bina Gizi dan
[Internet]. 2013;2(1):134–44. Available
Kesehatan Ibu dan Anak, Direktorat
from:
Bina Gizi. Bagan Tatalaksana Anak
http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jn
Gizi Buruk. Buku I. Jakarta, (2013).
c
Kementrian Kesehatan RI. Profil Kesehatan
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian
Indonesia tahun 2016. 2017.
Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi
Liansyah T M. (2015). Malnutrisi pada Anak (Mixed Methods). (Sutopo, Ed).
Balita. J Ilmiah Universitas Syah Kuala; Bandung: Alfabeta.
2(1):1–12.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian
Nainggolan Jdan Zuraida R. 2010. Hubungan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Antar Pengetahuan dan Sikap Gizi Ibu Bandung : Alfabeta, CV.
dengan Status Gizi Balita di Wilayah
Supariasa. (2014). Penilaian Status Gizi.
Kerja Puskesmas Rajabasa Indah
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Kelurahan Rajabasa Raya Bandar
Lampung. Skripsi. Lampung: Fakultas Susilowati, E dan Alin Himawati, (2017).
Kedokt Univ Lampung: 62–73. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu
Tentang Gizi Balita Dengan Status Gizi
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi
Balita Di Wilayah Kerja Puskesms Gajah
Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka
1 Demak. Jurnal Kebidanan Vol.6.
Cipta.
No.13.
Oktavianis, S. (2016). Faktor-Faktor yang
Widardo. (2013). Pemantauan status gizi
Berhubungan dengan Status Gizi Pada
balita dan ibu hamil. Surakarta:
Balita di Puskesmas Lubuk Kilangan.
Universitas Sebelas Maret.
Jurnal Human Care. Volume 1 No. 3
Tahun 2016.
Putri Ariani, A. (2017). Ilmu Gizi Dilengkapi
dengan Standar Penilaian Status Gizi Dan
Daftar Komposisi Bahan Makanan.
Yogyakarta : Nuha Medika
Santoso S. Kesehatan dan Gizi. Jakarta :
Rineka Cipta; (2009).
Sastroasmoro, Madiyono B. Buku Ajar
Kardiologi Anak. Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Jakarta:Binarupa Aksara;
(2011).
Siregar, S. (2017). Pengetahuan ibu tentang
gizi buruk pada Balita. J Keperawatan.
Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

You might also like