Professional Documents
Culture Documents
Email : gerryantoni29@gmail.com
Abstract
Background : Malnutrition is a state of severe nutritional deficiency caused by low consumption of
energy and protein from daily food for a long time, which is characterized by below normal body
weight. Malnutrition and malnutrition are problems that need attention, because they can lead to
"The Lost Generation". One of the factors that cause malnutrition in toddlers is the lack of
knowledge about nutrition and health. Lack of nutrition in toddlers can be caused by the attitude or
behavior of the mother which is a factor in choosing improper food. In the Working area of the
Pemurus Baru Health Center, Banjarmasin Mother's knowledge about prevention of malnutrition in
the sufficient category indicates that mother's knowledge about preventing malnutrition is still not
good.
Research Objectives: This study aims to determine the level of knowledge of mothers about
Prevention of Malnutrition in Toddlers in the Work Area of Pemurus Baru Health Center
Banjarmasin in 2022.
Research Methods: This study used a quantitative research type using descriptive research.
Sampling using total sampling technique, the number of respondents 46 mothers, data collection
using a questionnaire, the data is analyzed using a frequency distribution.
Research Results: The results of this study were as much as 63% in the sufficient category, 28.3%
less category, good category, 8.7%. Mother's level of knowledge about the prevention of
malnutrition in the working area of the new Pemurus Puskesmas Banjarmasin is mostly adequate.
Conclusion:"The description of the mother's level of knowledge about the prevention of
malnutrition in toddlers in the work area of the new Pemurus Puskesmas Banjarmasin 2022" can be
concluded that the level of knowledge of mothers about the prevention of malnutrition in the
Enough category is 29 people (63.0%).
Latar Belakang : Gizi buruk adalah keadaan kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh
rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari dalam waktu yang cukup lama,
yang ditandai dengan berat badan di bawah normal.
Gizi kurang dan gizi buruk merupakan masalah yang perlu mendapatkan perhatian, karena dapat
menimbulkan “The Lost Generation”. Salah satu faktor penyebab terjadinya gizi buruk pada balita
adalah kurangnya pengetahuan tentang gizi dan kesehatan. Kurangnya gizi pada balita dapat
disebabkan sikap atau perilaku ibu yang menjadi faktor dalam pemilihan makanan yang tidak benar.
Di wilayah Kerja Puskesmas Pemurus Baru Banjarmasin Pengetahuan ibu tentang pencegahan gizi
buruk dalam kategori cukup ini menandakan bahwa pengetahuan ibu tentang pencegahan gizi buruk
masih belum mencapai baik.
Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan ibu tentang
Pencegahan Gizi Buruk pada Balita di wilayah Kerja Puskesmas Pemurus baru Banjarmasin Tahun
2022.
Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan
penelitian deskriptif. Pengambilan sampel menggunakan teknik Total sampling, Jumlah responden
46 ibu, pengambilan data mengunakan kuesioner data di analisa menggunakan distribusi frekuensi.
Hasil Penelitian : Hasil penelitian ini adalah sebanyak 63% dalam kategori cukup, kategori kurang
28,3%, kategori baik, 8,7 %. Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pencegahan Gizi Buruk Diwilayah
Kerja Puskesmas Pemurus baru Banjarmasin sebagian besar adalah cukup.
Kesimpulan :“Gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang pencegahan gizi buruk pada balita di
wilayah kerja Puskesmas Pemurus baru Banjarmasin 2022” dapat di simpulkan bahwa tingkat
pengetahuan ibu tentang pencegahan Gizi buruk dengan kategori Cukup 29 orang (63,0%).
Kata Kunci : Pengetahuan, Ibu, Pencegahan Gizi Buruk.
PENDAHULUAN dengan data dimana sebanyak 15% ibu dalam
kategori tingkat pengetahuan tidak baik dalam
Gizi buruk adalah keadaan kurang gizi
pengetahuan pencegahan gizi buruk dan
tingkat berat yang disebabkan oleh rendahnya
berdasarkan penelitian Yuhansyah
konsumsi energi dan protein dari makanan
menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu
sehari-hari dalam waktu yang cukup lama,
tentang pencegahan gizi buruk pada anak
yang ditandai dengan berat badan di bawah
balita yang paling banyak berada pada
normal (Indra dan wulandari, 2013). Kasus
kategori cukup dengan jumlah 38,9% (In’am,
gizi buruk menjadi perhatian di Indonesia.
2016).
Gizi kurang dan gizi buruk merupakan
masalah yang perlu mendapatkan perhatian, Indonesia sendiri masih memiliki
karena dapat menimbulkan “The Lost banyak kasus terkait gizi buruk. Lebih dari
Generation”. Kualitas bangsa di masa depan itu, kasus-kasus tersebut juga berujung pada
akan sangat dipengaruhi keadaan atau status banyak kasus kematian yang menjerat
gizi pada saat ini terutama balita, apabila masyarakat Indonesia, termasuk para balita di
balita terkena gizi buruk atau gizi kurang akan dalamnya. Lebih lanjut, Ia juga menyebutkan
mempengaruhi kualitas kehidupan masa bahwa sebanyak 110 Kabupaten/Kota di
mendatang (Widardo, 2013). Indonesia mempunyai prevalensi gizi kurang
(termasuk gizi buruk) di atas 30%, yang
Salah satu penyebab terjadinya gizi
menurut World Health Organization (WHO)
buruk pada balita adalah kurangnya
kondisi tersebut berada di di kelompok yang
pengetahuan tentang gizi dan kesehatan.
tinggi. Dinkes (2016) bahkan pernah
Kurangnya gizi pada balita dapat disebabkan
menyebutkan bahwa kasus gizi buruk kian
sikap atau perilaku ibu yang menjadi faktor
waktu kian meningkat. Tahun 2015 menjadi
dalam pemilihan makanan yang tidak benar.
tahun peningkatan yang cukup signifikan.
Pemilihan bahan makanan, tersedianya
Kasus gizi buruk pada tahun sebelumnya
jumlah makanan yang cukup dan
2014 berjumlah 1,8 juta kasus, kemudian,
keanekaragaman makanan ini dipengaruhi
pada tahun 2015 kasus tersebut bertambah
oleh tingkat pengetahuan ibu tentang
dan meningkat menjadi 2,3 juta kasus. Lebih
makanan dan gizinya. Ketidaktahuan ibu
lanjut, dari sumber yang sama, peneliti juga
dapat menyebabkan kesalahan pemilihan
mendapati 5 juga balita yang menderita gizi
makanan terutama untuk anak balita.
buruk di Indonesia. Sementara itu 10% dari
Kurangnya pengetahuan tentang gizi dan
jumlah di atas tersebut berakhir dengan
kesehatan pada orang tua, khususnya ibu
kematian. Pada tahun 2016 kasus gizi buruk
merupakan salah satu penyebab terjadinya
kembali meningkat menjadi 28 juta kasus.
angka gizi buruk pada balita (Warsito, H
Jumlah balita dalam kasus ini pun terbilang
2016).
banyak, sekitar 5,4%. Sedangkan 13% dari
Pengetahuan ibu yang rendah dapat jumlah di atas menderita kasus gizi kurang.
menyebabkan anak/balita mengalami gizi
Berdasarkan Data Rekap status Gizi
buruk, karena ibu tersebut akan kekurangan
balita Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin
wawasan mengenai bahan-bahan makanan
Tahun 2020 menunjukan dari 26 Puskesmas
yang mengandung gizi tinggi sehingga akan
Kota Banjarmasin prevalensi kasus gizi Buruk
mengakibatkan ketidakberagaman makanan
nomor pertama berada di Puskesmas Pemurus
yang diberikan kepada anak/balita. Oleh
Baru dengan jumlah angka tertinggi 46 orang
karena itu, agar ibu dapat menerapkan sebuah
anak dengan gizi buruk, dan 118 orang anak
informasi dengan maksimal, diperlukan
dengan gizi kurang, dimana gizi kurang dapat
adanya teknologi sebagai panduan dan
beresiko menjadi gizi Buruk (Rekap Data
pendukung penyerapan informasi tersebut
Dinkes Kota Banjarmasin 2020).
(Ni’ma, N & M, Iqbal, 2020). Hal ini sesuai
Berdasarkan hasil wawancara saat studi Baru Banjarmasin sebanyak 46 orang. Dalam
pendahuluan dengan 10 ibu diwilayah kerja penelitian ini menggunakan Total Sampling.
No. Usia Frekuensi Persentase Total Sampling
1 20-25 Tahun 12 26,1%
2 26-35 Tahun 30 65,2%
adalah teknik penentuan sampel bila semua
3 36-45 Tahun 4 8,7% anggota populasi digunakan sebagai sampel
Total 46 100% (Sugiyono, 2017).
Puskesmas Pemurus Baru hasil yang
didapatkan ibu mengatakan, 6 (60%) jarang HASIL
membawa anaknya ke Puskesmas dan Distribusi frekuensi karakteristik
Posyandu, 8 (80%) tidak mengetahui status responden berdasarkan usia
gizi pada anaknya, 10 (100%) tidak
mengetahui BB pada anaknya karena hampir Berdasarkan tabel diatas menunjukkan
tidak pernah menimbang BB anaknya, 7 bahwa mayoritas responden dengan usia 26–
(70%) jarang meberikan vitamin pada 35 tahun berjumlah 30 (65,2%) responden
anaknya, 6 (60%) ibu memberikan susu sedangkan minoritas responden dengan usia
formula 2 sampai 3 kali sehari dan makan 3 36-45 tahun yang berjumlah 4 (8,7%).
kali sehari, 8 (80%) ibu anaknya tidak disuapi Peneliti berpendapat melihat dari data
(dibiarkan makan sendiri), 5 (50%) nafsu penelitian dan teori pada rentang usia 26-35
makan anaknya baik, 8 (80%) status tahun pengetahuan ibu tentang pencegahan
perekonomian menengah kebawah, 5 (50%) gizi buruk lebih banyak berpengetahuan
tingkat pendidikan ibu rata-rata tamat SMA. cukup (60,0%). Menurut (Mujiburrahman,
Berdasarkan masalah di atas penulis Riyadi, & Ningsih, 2020), menyatakan bahwa
tertarik akan melakukan penelitian untuk umur 26 - 35 tahun masuk dalam kategori
mengetahui “Pengetahuan Ibu Tentang dewasa awal, yaitu dewasa awal memiliki
Pencegahan Gizi Buruk Pada Balita Di pengetahuan baik karena pengetahuan yang
Wiliyah Kerja Puskesmas Pemurus Baru” dimilikinya bisa berasal dari pengetahuan
sebelumnya dan dari pengalaman atau sumber
METODE informasi dari petugas kesehatan.
No. Jenis Frekuens Persentasi
Kelamin i
Distribusi frekuensi karakteristik
1 Perempuan 46 100% responden berdasarkan jenis kelamin
Total 46 100%