You are on page 1of 6

2023 Seminar Nasional Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (SNPPKM) ISSN: 2809-2767

Purwokerto, Indonesia, 05 Oktober 2023

MANFAAT AKUPRESURE DAN KOMBINASI MADU TEMULAWAK


UNTUK MENINGKATKAN NAFSU MAKAN PADA BALITA STUNTING
(The Benefits of Acupressure and A Combination Of Temulawak Honey to
Increase Appetite in Stunting Toddler)

Dwi Agustin Pratiwi1, Fauziah Hanum Nur Adriyani2, Linda Yanti3


123
Prodi Kebidanan Diploma Tiga, Fakultas Kesehatan Universitas Harapan Bangsa,Jl. Raden Patah No 100
Ledug, Purwokerto, 53182, Indonesia
1
dwiapratiwi17@gmail.com, 2fauziahhanum@uhb.ac.id, 3lindayanti@uhb.ac.id

ABSTRAK

Toddlers under five years old (toddlers) are the age most vulnerable to diseases caused by
malnutrition. The importance of prevention and treatment efforts, both directly and indirectly, in
preventing the emergence of disease due to further malnutrition. The stunting disease indicator is
measured by (TB/U). Meanwhile, based on data from Banjarnegara Regency/City, the percentage
of stunted toddlers is 21.23%. Factors that can be related to stunting are most likely due to a lack of
appetite in toddlers so that the growth experienced by these toddlers is slower compared to healthy
toddlers. To increase appetite in toddlers is by giving acupressure and ginger honey. This study used
midwifery management according to Varney with the case study report method. Data collection uses
primary and secondary data. Activities were carried out for 5 days. The aim of giving a combination
of acupressure and ginger honey is to increase appetite in stunted toddlers. From the results of this
research, carrying out acupressure care and giving ginger honey for 5 days was proven to be
effective in increasing appetite in stunted toddlers due to an increase in food portions in toddlers.

Kata kunci : Stunting toddlers, acupressure, ginger honey.

ABSTRACT

Balita dibawah lima tahun (balita) menjadi umur yang paling rentan akan penyakit-penyakit akibat
kekurangan gizi. Pentingnya upaya pencegahan maupun penanganan baik secara langsung
maupun tidak langsung dalam mencegah timbulnya penyakit akibat kekurangan gizi lebih lanjut.
Indikator penyakit stunting di ukur dengan (TB/U). Adapun berdasarkan data pada Kabupaten/Kota
Banjarnegara dengan persentase balita stunting sebanyak 21,23%. Faktor-faktor yang dapat
berkaitan dengan stunting kemungkinan besarnya dikarenakan kurangnya nafsu makan pada balita
sehingga pertumbuhan yang dialami pada balita tersebut melambat dibandingkan dengan balita
yang sehat. Untuk meningkatkan nafsu makan pada balita adalah dengan cara memberikan
akupresur dan madu temulawak. Pada penelitian ini menggunakan manajemen kebidanan menurut
varney dengan metode laporan studi kasus. Pengumpulan data menggunakan data primer dan
sekunder. Kegiatan dilakukan selama 5 hari. Tujuan pemberian kombinasi akupresur dan madu
temulawak adalah untuk meningkatkan nafsu makan pada balita stunting. Dari hasil penelitian ini,
dengan dilakukan nya asuhan akupresur dan pemberian madu temulawak selama 5 hari terbukti
efektif untuk meningkatkan nafsu makan pada balita stunting karena adanya peningkatan porsi
makan pada balita.

Keywords : Balita Stunting, Akupresure, Madu Temulawak.

* Dwi Agustin Pratiwi This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Share Alike 4.0
Email: dwiapratiwi17@gmail.com
kasus kurang gizi dan stunting merupakan
PENDAHULUAN kasus yang masih menjadi perhatian utama
pemerintah desa dalam hal kesehatan balita.
Status gizi balita dan perihal tumbuh Berdasarkan data dari Puskesmas
kembang pada balita menjadi hal penting yang Banjarnegara 1 di desa Argasoka terdapat
harus diketahui dan mendapatkan perhatian sejumlah 8 balita dengan stunting.
mendalam dari setiap orang tua. Balita Faktor-faktor yang dapat berkaitan
dibawah lima tahun (balita) menjadi umur dengan stunting kemungkinan besarnya
yang paling rentan akan penyakit-penyakit dikarenakan kurangnya nafsu makan pada
akibat kekurangan gizi. Pentingnya upaya balita sehingga pertumbuhan yang dialami
pencegahan maupun penanganan baik pada balita tersebut melambat dibandingkan
secara langsung maupun tidak langsung dengan balita yang sehat. Untuk
dalam mencegah timbulnya penyakit akibat meningkatkan nafsu makan pada balita
kekurangan gizi lebih lanjut (Kemenkes RI, adalah dengan cara memberikan akupresur
2021). dan madu temulawak. Akupresur dilakukan
Indikator penyakit stunting di ukur dengan memberikan rangsangan pada titik
dengan (TB/U) sedangkan kekurangan gizi di tertentu dan akupresur terbukti dapat
ukur dengan indeks (BB/TB). Kasus stunting meningkatkan nafsu makan pada balita
merupakan kasus yang paling banyak dialami (Fegge, 2019). Dalam upaya untuk mengatasi
oleh balita. Dalam Organisasi Kesehatan nafsu makan balita yang kurang dapat
Dunia atau WHO (2021), mengatakan angka dilakukan dengan bantuan tim medis maupun
kejadian stunting di dunia mencapai 22% atau dengan orang tua sendiri. Salah satu cara
sebanyak 149,2 juta balita pada tahun 2020 yang dapat digunakan adalah dengan
(Kemenkes RI, 2021).Kemudian berdasarkan memberikan langkah akupresur pada balita,
Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) terapi akupresur dan madu temulawak dapat
Kementrian Kesehatan, persentase balita dilakukan secara mandiri di rumah oleh ibu-ibu
stunting di Indonesia mengalami penurunan atau masyarakat umum, dengan cara
dimana prevalensi stunting turun dari 24,4% di melanjutkan salah satunya secara terus
tahun 2021 menjadi 21,6% di tahun 2022 menerus memberikan akupresur dan madu
(Kemenkes RI, 2022).Adapun berdasarkan temulawak. Akupresure mampu
data program gizi dilaporkan bahwa meningkatkan penyerapan nutrisi atau gizi
persentase balita pendek di Provinsi Jawa lebih optimal akibatnya nafsu makan
Tengah tahun 2022 sebesar 20,8% (Provinsi bertambah dan pada akhirnya dapat
Jateng, 2022). Mencangkup beberapa meningkatkan berat badan (Senara, 2022).
Kabupaten/Kota dengan persentase balita Sedangkan Madu temulawak dapat
pendek pada balita usia 0-59 bulan tahun meningkatkan nafsu makan pada balita
2022 yang tergolong cukup tinggi antara lain stunting karena temulawak mengandung
adalah Kabupaten/Kota Banjarnegara dengan curcumin yang mampu memperbaiki kelainan
persentase balita stunting sebanyak 21,23% pada empedu, sehingga proses penyerapan
(Kemenkes, 2022). makanan di dalam usus lebih baik (Sri
Masalah gizi pada anak berdampak Mukhodim, 2020). Tujuan pemberian asuhan
pada fungsi kognitif dan berkontribusi pada akupresur dan madu temulawak ialah untuk
kemiskinan dengan menghambat meningkatkan nafsu makan pada balita
kemampuan individu untuk menjalani stunting.
kehidupan yang produktif (UNICEF et al.,
2019). Dampak yang ditumbulkan stunting
METODE PENELITIAN
dapat dibagi menjadi dampak jangka pendek
dan jangka panjang. Sebagian besar kesulitan Dalam penelitian ini jenis studi kasus
makan pada balita berkaitan dengan yang dilakukan yaitu dengan mengungkap
gangguan pertumbuhan. Kesulitan makan pernyataan dari studi kasus secara cermat
pada balita yang tidak segera ditangani dapat dan teliti baik peristiwa perseorangan maupun
menyebabkan malnutrisi, dehidrasi, berat kelompok dan merupakan bagian dari metode
badan kurang, ketidakseimbangan elektrolit, studi kasus. Penelitian ini menggunakan
gangguan perkembangan kognitif, gangguan
manajemen kebidanan menurut varney
kecemasan, dan pada keadaan yang lebih
parah dapat menjadi kondisi yang dengan rancangan laporan menggunakan
mengancam hidup (Antolis, 2019). Sehingga, metode laporan deskriptif yaitu

Dwi Agustin Pratiwi, Fauziah Hanum Nur Adriyani, Linda Yanti 170
menggambarkan sesuatu secara obyektif menular, dan anak tidak ada alergi. Pola
dengan menggunakan asuhan kebidanan kebiasaan sehari-hari balita makan 2-3 x
komplementr yang akan diberikan pada balita sehari dengan 3-4 suap (porsi 1/2 nasi +
stunting dengan melakukan penanganan tempe/tahu, sayur) cemilan seperti promina.
akupresure dengan cara menekan bagian titik- Dan ibu hanya sering memberikan protein
titik tertentu dan melakukan pemberian madu seperti tempe, tahu dan sayur karena
temulawak pada balita untuk menambah kurangnya pengetahuan mengenai gizi
nafsu makan pada balita yang mengalami seimbang untuk balita. Pada KPSP balita usia
kesulitan makan. Sasaran dalam studi kasus 15 bulan yaitu dengan jawaban Ya 8 dan
ini yang diberikan asuhan kebidanan yaitu 1 Tidak 2 yang merupakan perkembangan anak
balita dengan stunting. Dengan beberapa meragukan. Untuk pemeriksaan fisik balita
kriteria antara lain adalah Balita stunting yaitu BB : 6,7 kg (grafik -2 SD), BB/U (kurang)
dengan usia 15 bulan, balita dengan TB/U ZS BB/U : -2,48, TB : 69 cm (grafik -2 SD),
belum sesuai dengan umur, dan balita dengan TB/U (pendek) ZS TB/U : -2,04, BB/TB (gizi
sulit makan/kurang nafsu makan. Penelitian ini baik) ZS BB/TB : -1,96, LK : 45 cm (dalam
dilaksanakan di Desa Argasoka wilayah grafik hijau), dan Lila : 13 cm. Berdasarkan
Banjarnegara. Pengambilan data data Subyektif dan Obyektif dapat
dilaksanakan pada 9-13 Juni 2023 yaitu diinterpretasikan An. R dengan Status Gizi
dengan data primer dan sekunder. Instrumen Kurang dan Stunting. Masalah yang
yang digunakan meliputi alat tulis seperti ditimbulkan adanya kurang nafsu makan
pulpen, buku, format askeb balita, buku KIA, sehingga berpengaruh pada terhambatnya
timbangan berat badan, pengukur tinggi pertumbuhan pada balita dan kurangnya
badan/metlin, madu temulawak dan biscuit informasi mengenai gizi makanan yang harus
regal marrie. di konsumsi oleh balita. kebutuhan yang
diberikan ialah memberitahu dan mengajarkan
HASIL DAN PEMBAHASAN ibu bagaimana cara meningkatkan nafsu
Hasil dan pembahasan pada makan pada balita dan memberitahu ibu
penelitian ini sesuai dengan tujuan khusus pengetahuan tentang apa saja gizi yang harus
yaitu menggunakan asuhan kebidanan 7 diberikan guna untuk mencukupi kebutuhan
langkah varney. Pada anamnesa ditemukan nutrisi pada balita.
Identitas anak bernama An. R berumur 15 Pada tanggal 9 Juni 2023 memberikan
bulan dengan identitas orang tua Ny. M balita asuhan komplementer akupresur dan
berumur 23 tahun. Ibu mengatakan anaknya madu temulawak yaitu dengan melakukan
jika makan sedikit, setiap porsi makan hanya penekanan pada titik LR 3, SP 6,ST 36 , LI 4,
memakan antara 3-4 suap saja. Pada LI 9, PC 6 , PC 7, dan SP 16 dan peneliti
trimester pertama ibu tidak begitu mual dan memberikan madu temulawak untuk
muntah, begitu juga pada trimester kedua dan dikonsumsi balita 2 kali dalam sehari pagi dan
ketiga ibu sudah dapat menyesuaikan sore sebelum makan dan setuju untuk
kondisinya. Selama kehamilan ibu merasa mengonsumsi setiap harinya. Memberikan
cukup baik, namun ibu ketika hamil konseling mengenai stunting, gizi seimbang
mengalami Kekurangan Energi Kronik (KEK) yang harus dikonsumsi agar asupan balita
dengan LiLA 22 cm dan kenaikan BB selama terpenuhi. Evaluasinya ibu sudah paham
hamil kurang lebih 8 kg. Ibu meminum vitamin mengenai stunting, gizi seimbang dan
dan tablet tambah darah dengan rutin dari mengetahui cara melakukan asuhan untuk
Bidan. Riwayat persalinan lahir pada 01 meningkatkan nafsu makan pada balita
Januari 2022 di Rumah sakit dan ditolong oleh stunting. Observasi dengan melakukan
Dokter dengan jenis kelamin Perempuan BB : pemeriksaan fisik pada balita sudah dilakukan
2600 gram dan PB : 48 cm. Ibu mengatakan sebagai awal dalam melihat perkembangan
tidak pernah mengalami penyakit seperti balita. Peneliti membawa instrumen seperti
jantung, ginjal, asma, TBC paru, diabetes, metlin dan timbangan kerumah pasien.
penyakit menular seksual, dll serta anaknya
tidak ada penyakit yang serius atau pun

Dwi Agustin Pratiwi, Fauziah Hanum Nur Adriyani, Linda Yanti 171
Data Perkembangan 1 yang tidak maksimal sehingga dari
Dilaksanakan pada tanggal 13 Juni 2023 penelitian yang diberikan pada balita
dirumah pasien. Data subyektifnya Ibu stunting selama 5 hari memberikan efek
mengatakan anaknya semakin lahap dengan
porsi makan yang bertambah dalam sehari belum ada peningkatan pada BB dan PB
makan sampai 3 kali. Data obyektifnya tetapi meningkatnya nafsu makan dan
keadaan umum balita dalam keadaan baik, porsi makan balita.
kesadaran balita compos mentis, pernafasan :
42 x/menit, nadi : 138 x/menit. Pola kebiasaan SARAN
sehari-hari, makan 2-3 x sehari (nasi, telur 1/2
butir dan sayur Bayam 1/4 mangkok) serta Bagi balita stunting disarankan untuk
makanan tambahan biscuit 3-4 keping, minum melakukan asuhan akupresur dan
air putih 4- 5 x sehari, minum ASI 5-6 x sehari. mengonsumsi madu temulawak karena
Perencanaan selanjutnya adalah melakukan terbukti efektif untuk meningkatkan nafsu
pemeriksaan fisik untuk observasi hasil makan pada balita serta dapat
pemberian asuhan komplementer akupresur meningkatkan berat badan dan panjang
dan madu temulawak, setelah dilakukan badan jika dilakukan secara rutin agar
pemeriksaan fisik dengan hasil BB : 6,7 kg, PB hasilnya maksimal. Diharapkan ibu dan
: 69 cm, Lila : 13 cm. Evaluasi nya balita
keluarga balita dapat memberikan
mengalami peningkatan nafsu makan yang
menjadikan nya lebih lahap dan porsi makan
ataupun memenuhi gizi yang baik dan
meningkat. seimbang bagi balita, meningkatkan
kesadaran pentingnya melakukan
Observasi makan pemeriksaan pada posyandu serta
Dilakukan observasi makan agar menghadiri pertemuan konseling yang
mengetahui perkembangan nafsu makan dan
dilaksanakan difasilitas
porsi makan balita pada saat sebelum
diberikan asuhan dan setelah diberikan kesehatan/lingkungan desa agar dapat
asuhan. mencegah resiko yang terjadi pada balita
stunting.
Tabel 1. Frekuensi dan porsi makan
No Jenis makanan Porsi makan 𝑓
Untuk bidan dan petugas
1 Nasi, Sayur dan ½ nasi ±100
2x sehari
kesehatan lainnya agar meningkatkan
lauk, plus ASI gram+tempe,
tahu, sayur dan
dengan porsi mutu pelayanan kesehatan dengan baik
suap 2-3
buah. terutama untuk balita stunting salah
2 Nasi, sayur dan lauk 2-3x sehari satunya dengan memberikan konseling
serta makanan ½ nasi, telor ½ dengan porsi
selingan seperti butir, ¼ sayur suap 5-6 gizi seimbang, pemberian PMT, maupun
biscuit dan ASI bayam, 1 buah nahkan sampai konseling mengenai komplokasi serta
pisang dan 3-4 porsi 1
keping biskuit mangkook resiko stunting dengan tujuan untuk
habis menurunkan angka balita stunting.

Perkembangan nafsu makan balita meningkat


DAFTAR PUSTAKA
SIMPULAN
Antolis, P. V. 2019. Proporsi dan Status Gizi
Dari hasil penelitian ini setelah Anak Usia 6-24 Bulan yang Mengalami
dilakukan nya asuhan komplementer pada Kesulitan Makan di Semarang (Studi
balita stunting dengan melakukan Kasus di Kelurahan Tandang dan
Sendangguwo). Jurnal Media Medika
akupresure dan madu temulawak dalam 7
Muda.
langka varney dapat disimpulkan bahwa
tidak ada kesenjangan antara teori Asih, Yusari dan Mugiati. (2018). Akupresur
dengan lahan. Serta dengan pemberian Tuina Efektif Dalam Mengatasi Kesulitan
Makan Pada Anak Balita. Jurnal
akupresur dan madu temulawak dapat Keperawatan, Volume XIV, No. 1, April
membantu meningkatkan nafsu makan 2018 ISSN 1907 – 0357.
pada balita. adapun keterbatasan
Budiastutik, I. & Rahfiludin, M.Z. 2019. Faktor
penelitian ini yaitu pemberian asuhan
Risiko Stunting pada Anak di Negara
Dwi Agustin Pratiwi, Fauziah Hanum Nur Adriyani, Linda Yanti 172
Berkembang. Amerta Nutrition, 3(3): 122- tentang Penanggulangan Cacingan.
129. Jakarta: Departemen Kesehatan RI;
2017.
Dashboard Dinas Kesehatan Kota
Banjarnegara, 2021, ‘Data Stunting’ Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Situasi balita pendek. Jakarta:
Dewanti, C., Ratnasari, V. 7 Rumiati, T. 2019. Infodatin Pusat Data dan Informasi
Pemodelan Faktor-Faktor yang Kementerian Kesehatan RI; 2016.
memengaruhi Status Balita Stunting di
Provinsi Jawa Tengah Menggunakan Merryana adriani. (2016). Peranan Gizi Dalam
Regresi Probit Biner. Jurnal Sains Dan Siklus Kehidupan. Prenamedia group:
Seni Its, 8(2):29-136 Jakarta
Nirmalasari, N. O. (2020). Stunting Pada Anak
Dinkes. 2021. Profil Kesehatan Provinsi Jawa
: Penyebab Dan Faktor Risiko Stunting
Tengah.
Di Indonesia. Qawwam: Journal For
Fentia, L. 2020. Faktor Risiko Gizi Kurang Gender Mainstreming, 14(1), 19–28.
pada Anak Usia 1-5 Tahun dari Keluarga Https://Doi.Org/10.20414/Qawwam.V1
Miskin. Bojong: Penerbit NEM. 4i1.2372
Fikawati, S., Syafiq, A., Karima, K. 2017. ‘Gizi Permenkes 2020. Peraturan Menteri
Ibu dan Bayi’, PT. Raja Grafindo Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Persada, pp. 53-117 2 Tahun 2020 tentang Standard
Antropometri Anak. Menteri Kesehatan
Helmyati, S., Atmaka, D.R., Wisnusanti, S.U. Republik Indonesia.
& Wigati, M. 2020.
Stunting:Permasalahan dan Prawirohartono, E.P. 2021. ‘Stunting dari
Tantanganya. Yogyakarta: Gadjah Mada Teori dan Bukti ke Implementasi di
Lapangan’, Gadjah Mada University
University
Press, Yogyakarta, pp. 116
Infodatin. (2016). Situasi Balita pendek. Puspitasari, L. (2020). Kreasi dan Inovasi
Kemenkes RI: Jakarta Madu Temulawak Penambah Nafsu
Kemenkes RI. (2011). KEPMENKES RI Makan. Jurnal ABDIMAS-HIP:
Tentang Standar Antropometri Pengabdian Kepada Masyarakat, 1(2),
Penilaian Status Gizi Anak. In Jornal 88-93. [14].
de Pediatria (Vol. 95, Issue 4, p. 41). Rahmadhita, K. (2020). Permasalahan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Stunting Dan Pencegahannya. Jurnal
(2021). Profil Kesehatan Indonesia Ilmiah Kesehatan Sandi Husada,
Tahun 2021. Jakarta: Kementerian 11(1), 225–229.
Kesehatan Republik Indonesia Https://Doi.Org/10.35816/Jiskh.V11i1.
253
Kementerian Kesehatan RI 2019. Laporan
Pelaksanaan Intregasi Susenas Maret Sitti Khadijah, Dheska Arthyka Palifiana,
2019 dan SSGBI Tahun 2019. Kuntari Astriana, Cicilia Amalinda.
2022. Faktor Risiko Kejadian Stunting
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. pada Anak Umur 6-36 Bulan.
Gizi seimbang menuju hidup sehat Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
bagi balita. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI; 2014. Svefors, P., Pervin, J., Islam Khan, A.,
Rahman, A., Ekström, E. C., El Arifeen,
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. S., Ekholm Selling, K., & Persson, L. Å.
Pedoman strategi komunikasi: (2020). Stunting, Recovery From
perubahan prilaku dalam percepatan Stunting And Puberty Development In
pencegahan stunting di indonesia. The Minimat Cohort, Bangladesh. Acta
Jakarta: Departemen Kesehatan RI; Paediatrica, International Journal Of
2018. Paediatrics, 109(1).
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Https://Doi.Org/10.1111/Apa.14929
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Utami, W. T., & Heli, A. S. K. (2015).
Indonesia Nomor 15 Tahun 2017 Effect of Vitamins, Honey and

Dwi Agustin Pratiwi, Fauziah Hanum Nur Adriyani, Linda Yanti 173
Temulawak on the Appetite WHO 2016. Childhood Stunting: Context,
Improvement of Children Age 2 Years Causes and Consequences WHO. The
in Sembung Sukorame Lamongan. Lancet, 9(2): 27-45.
Asuhan Kesehatan: Jurnal Ilmiah Ilmu
World Health Organization. Reducing stunting
Kebidanan dan Keperawatan, 6(2)
in children. Geneva: WHO; 2018.
Wardita, Y., Suprayitno, E., & Kurniyati, E. M.
Zurhayati, Z., & Hidayah, N. (2022). Faktor
(2021). Determinan Kejadian Stunting
Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Pada Balita. Journal Of Health Science
Stunting Pada Balita. Jomis (Journal
(Jurnal Ilmu Kesehatan), 6(1).
Of Midwifery Science), 6(1).
Https://Doi.Org/10.24929/Jik.V6i1.134
Https://Doi.Org/10.36341/Jomis.V6i1.1
7
730

Dwi Agustin Pratiwi, Fauziah Hanum Nur Adriyani, Linda Yanti 174

You might also like