Professional Documents
Culture Documents
Abstract
The background of the present study was the facts that the increase of carbon dioxides concentration in the
air due to industrial activities and fossil fuel combustion certainly leads to global warming. In order to reduce
carbon dioxides concentration, photosynthesis reaction using Tetraselmis chuii was one of the potential methods
to use. The present study aimed at determining the rate constant of reaction that used Tetraselmis chuii. The
study was carried out by firstly saturating sea water as a culture media with carbon dioxide in order to reduce the
influence of carbon dioxide diffusion through the media. Microalgae were then put inside the photo-bioreactor at
different operating conditions. The operating variables investigated in the present work were temperature (28 C,
30 C and 35 C) and inlet CO2 gas concentration (4, 9 and 14%) with a complete random experimental design.
Experimental results showed that the highest absorption capacity was achieved at 30 C and 35 C for each inlet
CO2 concentration. However, the order of reaction with respect to CO2 concentration could not have been
determined since the correction factors (R) values obtained from graphical analysis of first, second and third
order reactions were not significantly different.
Keywords : photo-bioreactor, absorption, Tetraselmis chuii, reaction rate constant, CO2 concentration
Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh meningkatnya konsentrasi CO2 di udara akibat dari pembuangan proses
industri dan pembakaran bahan bakar sehingga dapat menyebabkan global warming. Oleh karena itu dilakukan
penelitian tentang pengurangan konsentrasi CO2 melalui reaksi fotosintesis menggunakan mikroalga Tetraselmis
chuii. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan konstanta laju reaksi menggunakan Tetraselmis chuii. Penelitian
dilakukan dengan menjenuhkan media kultur air laut terlebih dahulu dengan gas CO2, sehingga pengaruh difusi
CO2 ke dalam media kultur dapat diabaikan. Kemudian mikroalga dimasukkan ke dalam fotobioreaktor dengan
berbagai kondisi operasi. Kondisi operasi yang divariasikan adalah temperatur yakni, 28 C, 30 C, dan 35oC serta
umpan gas CO2 sebesar 4, 9, dan 14% dengan rancangan percobaan acak lengkap. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa penyerapan tertinggi diperoleh pada suhu 30 C dan 35oC untuk setiap konsentrasi masukan CO2.. Orde
reaksi terhadap CO2 belum dapat disimpulkan karena tidak ada beda nyata faktor koreksi (R) pada setiap grafik
untuk persamaan order reaksi 1, 2, dan 3.
Kata kunci : fotobioreaktor, penyerapan, Tetraselmis chuii, konstanta laju reaksi, konsentrasi CO2
tujuan tersebut dengan memanfaatkan prinsip merupakan pelarut yang lebih baik dari segi
fotosintesis. Kelebihan cara ini adalah murah dan kualitas minyak yang dihasilkan (Purba dan
efisiensinya tinggi karena mikroalga tidak Taharuddin, 2010).
membutuhkan banyak ruang untuk pengkulturan Penelitian lanjutan untuk menentukan data
dan pembibitan. kinetika reaksi fotosintesis menggunakan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mikroalga perlu dilakukan. Jacob-Lopes, dkk.
mendapatkan data kinetika reaksi fotosintesis (2008) sudah menentukan laju penyerapan CO2
menggunakan Tetraselmis chuii. Melalui menggunakan Aphanothece microspcopia Nageli
penelitian ini diperoleh informasi laju penyerapan dalam fotobioreaktor. Mereka menemukan bahwa
gas CO2 oleh Tetraselmis chuii akibat reaksi order reaksi penyerapan CO2 merupakan reaksi
fotosintesis. Data kinetika reaksi dibutuhkan order satu. Reaksi fotosintesis adalah sebagai
untuk perancangan fotobioreaktor. berikut:
Penelitian yang sudah dilakukan sejak 2009, 6H2O(l)+6CO2(g)+cahaya Klorofil C6H12O6(l) ( glukosa )+6O2(g)
sudah menghasilkan beberapa artikel publikasi
ilmiah pada prosiding nasional dan internasionl, ............. (1)
dan sejumlah laporan hasil penelitian di Teknik Berdasarkan penelitian sebelumnya dapat
Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Lampung. disimpulkan bahwa jumlah CO2 yang dipakai
Penelitian-penelitian tersebut membahas tentang oleh mikroalga untuk berfotosintesis sebanding
peran mikroalga dalam mengurangi CO 2 saat dengan jumlah materi organik C6H12O6 yang
berfotosintesis dalam fotobioreaktor dan dihasilkan (Setiawan, dkk., 2008). Dengan kata
mikroalga dipanen untuk mendapatkan minyak lain, reaksi ini merupakan reaksi elementer.
alga. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses Dalam peristiwa ini ada dua proses yang terjadi
penyerapan CO2 dan perolehan biomassa sudah yaitu absorpsi CO2 oleh media kultur air laut dan
diteliti dan dipublikasikan. Pengaruh konsentrasi reaksi fotosintesis. Akan tetapi karena media
CO2 umpan dan intensitas cahaya yang diberikan kultur sudah dijenuhkan dengan CO2 terlebih
terhadap perolehan biomassa sudah diteliti oleh dahulu, maka yang mengontrol proses secara
Hernadi (2009), Wahyuningsih (2011), dan keseluruhan adalah reaksi kimia.
Subiyantoro (2011). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa konsentrasi umpan CO2 Laju reaksi dan orde reaksi penurunan
maksimum adalah 15% dan intensitas cahaya konsentrasi CO2
yang terbaik adalah 6000 lux. Penyerapan CO2 Laju reaksi dapat didefinisikan sebagai
bervariasi dari 12 sampai 58%. perubahan konsentrasi per satuan waktu (Dogra,
Untuk memperoleh konsentrasi CO2 keluaran 1984). Berkurangnya konsentrasi CO2 yang
reaktor yang lebih stabil, maka kultur dipanen merupakan reaktan dari reaksi fotosintesis
sebanyak volume tertentu yang ditetapkan (1/2, menjadi fokus tinjauan dalam penelitian ini.
1/3, 1/4, 1/5 bagian dari volume kultur) dan Dalam hal ini diambil CO 2 sebagai basis
bersamaan dengan pengambilan tersebut penentuan laju reaksi pada reaksi (1) di atas.
ditambahkan bibit baru sebanyak volume yang Untuk menentukan konstanta laju reaksi,
diambil (Augustina, 2010; Sufriadi dan Purba, dibutuhkan data-data penelitian yaitu waktu
2010; Coryda, 2011; Ramasari, 2011). Hasil reaksi dan konsentrasi CO2 dalam reaktor.
penelitian menunjukkan bahwa volume Konstanta laju reaksi sangat bergantung pada
penggantian kultur yang terbaik adalah 1/5 suhu reaksi (Fogler, 1999). Menurut Arrhenius
bagian, dan periode penggantiannya 1 hari. suhu mempengaruhi konstanta laju reaksi (k),
Mulyawan (2011) dan Febrian (2011) meneliti dengan persamaan sebagai berikut:
tentang pengaruh baffle dalam fotobioreaktor
terhadap perolehan biomassa. Hasil penelitian kA (T) = A. e-E/RT (2)
menunjukkan bahwa reaktor alami yang tanpa dimana,
baffle memberikan hasil perolehan biomassa A = faktor tumbukan
yang lebih banyak. Akan tetapi hasil ini dianggap E = energi aktivasi (J/mol)
kurang valid dan perlu penelitian lanjutan, karena R = konstanta gas ( 8,314J/mol.K)
pada kenyataannya secara visual dapat dilihat T = suhu reaksi (K)
bahwa ada mikroalga yang menempel pada
baffle. Penelitian penting lainnya adalah Energi aktivasi (E) adalah energi minimum
ekstraksi minyak alga dari biomassa. Hasil yang harus dimiliki oleh suatu reaktan untuk
penelitian menunjukkan bahwa heksana dapat bereaksi. Nilai dari energi aktivasi didapat
Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 6, No. 1, 2012 9
Waktu (t)
[A] Slope = k
Tujuan penelitian ini adalah untuk
menentukan orde reaksi dan juga nilai konstanta
laju reaksi menggunakan mikroalga Tetraselmis
chuii. Diharapkan aplikasinya dapat dipakai
Waktu (t) untuk perancangan fotobioreaktor di sektor
Gambar 1. Grafik reaksi orde nol
industri.
Eliminasi efek difusi CO2 ke media kultur air Hasil dan Pembahasan
laut
Air laut di dalam fotobioreaktor perlu Tabel 1 menunjukkan konsentrasi CO2 yang
dijenuhkan dengan gas CO2 sehingga pengaruh bereaksi pada setiap waktu reaksi pada berbagai
difusi dapat diabaikan dalam pengurangan CO2 suhu reaksi, dan berbagai konsentrasi CO2
dalam fotobioreaktor. Campuran CO2 dan udara umpan. Nilai konstanta laju reaksi dan orde laju
dilewatkan ke dalam media kultur yang belum reaksi ditentukan dengan membuat grafik
diisi mikroalga sampai kadar CO2 umpan sama hubungan antara konsentrasi CO2 dalam
dengan kadar CO2 keluar, yang menunjukkan fotobioreaktor dengan waktu reaksi. Grafik
bahwa media kultur sudah jenuh dengan CO2. tersebut didasarkan pada persamaan orde reaksi,
Setelah itu, bibit Tetraselmis chuii ditambahkan dimana setelah disesuaikan dengan ketiga
ke dalam fotobioreaktor untuk pengkulturan. kemungkinan order yang ada, didapatkan orde
reaksi pada orde nol merupakan orde reaksi yang
Pengkulturan Tetraselmis chuii paling sesuai. Hal ini ditunjukkan dari grafik
yang paling linier di antara ketiga order reaksi.
Bibit mikroalga Tetraselmis chuii dimasukkan
Pada proses fotosintesis ini yang paling
dalam fotobioreaktor dengan konsentrasi 50%
berpengaruh dalam reaksi adalah suhu dan
volume kultur. Setelah bibit dimasukkan ke
jumlah sel, dimana semakin tinggi suhu maka
dalam fotobioreaktor, pada waktu yang sama
laju reaksi akan semakin cepat. Demikian juga
campuran gas CO2 2% dalam udara diumpankan
untuk jumlah sel dalam hal ini dapat dianalogikan
ke dalam reaktor. Suhu kultur diatur 28 C. sebagai jumlah katalis, dimana semakin besar
Pengukuran konsentrasi CO2 keluaran dan juga jumlah katalisnya maka semakin besar pula nilai
jumlah sel mikroalga dilakukan setiap jam. laju reaksinya.
Ketika jumlah sel mikroalga konstan atau alga Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa kelinieran
sudah dalam fasa stasioner, maka pengukuran grafik hubungan konsentrasi CO2 dengan waktu
konsentrasi CO2 setiap jam terus dilakukan. untuk orde 0 adalah yang paling sesuai dengan R
Penelitian dilakukan sebanyak 9 run, yaitu sebesar 0,979. Sehingga dapat ditarik kesimpulan
diulangi untuk konsentrasi gas CO2 9 dan 14%, bahwa reaksi ini merupakan reaksi orde 0.
kemudian dilanjutkan untuk suhu 30 C dan 35 C
untuk semua variasi konsentrasi CO2 2, 9, dan Tabel 2. Nilai Konstanta Laju Reaksi (k) Fotosintesis
14%. Tetraselmis chuii
Konsentrasi Jumlah Sel Nilai Konstanta
No Suhu (oC)
CO2 (sel/ml) (k)
Regulator CO2 1 4% 28 1063000 0,108
2 4% 30 943000 0,108
3 4% 35 830000 0,116
Udara
4 9% 28 980000 0,139
5 9% 30 960000 0,152
Analisis
Flowmeter 6 9% 35 800000 0,152
CO2 Gas
Photo- CO2 7 14% 28 830000 0,100
bioreaktor 8 14% 30 740000 0,114
Tabung Pencampur Gas 9 14% 35 700000 0,121
meningkatkan laju reaksi, karena suhu dapat gas CO2. Nilai konstanta tertinggi pada
meningkatkan tumbukan antar molekul yaitu CO2 konsentrasi 9% dan suhu 35oC dengan nilai
dan H2O. Hal ini sesuai dengan Hukum konstanta 0,152.
Arrhenius yang menyatakan bahwa konstanta laju Pada kinetika reaksi, terdapat hukum
reaksi akan meningkat seiring dengan Arrhenius yang menyatakan bahwa,
meningkatnya suhu. meningkatnya suhu dapat mempengaruhi laju
Untuk pengaruh jumlah sel dapat dilihat reaksi (Pers. 3). Pada penelitian ini nilai antara ln
bahwa semakin sedikit jumlah sel maka semakin kA dengan 1/T tidak dapat dibandingkan
tinggi nilai konstanta laju reaksinya. Hal ini walaupun dilakukan pada konsentrasi CO2 yang
disebabkan oleh prilaku dari mikroalga itu sama besar. Hal ini dikarenakan, jumlah sel
sendiri. Dimana mikroalga memiliki rentang suhu mikroalga untuk setiap suhu reaksi sangat jauh
untuk kehidupannya. Semakin tinggi suhu, maka berbeda. Seharusnya jumlah sel mikroalga harus
kondisi mikroalga tersebut dapat menurun. sama, dengan variasi suhu reaksi. Oleh karena itu
Sehingga banyak sel mikroalga yang mati dan nilai Ea belum dapat ditentukan. Untuk itu hasil
jumlah selnya menurun. Namun ada juga beberpa penelitian ini masih merupakan kajian awal yang
mikroalga yang masih hidup, sehingga mikroalga menentukan konstanta laju raksi pada kondisi
yang masih hidup tersebut masih bisa menyerap perlakukan penelitian ini.
12 Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 6, No. 1, 2012
0,9 0,9
0
0,8 0,8
-0,1 1 2 3 4
0,7
0,7
1/[At] - 1/[A0]
-0,2 0,6
0,6
[A0]- [At]
Ln [At]/[Ao]
0,5
0,5 -0,3
R² = 0,979 R² = 0,965 0,4
0,4
-0,4 0,3
0,3 R² = 0,946
-0,5 0,2
0,2
0,1
0,1 -0,6
0
0
-0,7 1 2 3 4
1 2 3 4
Waktu (Jam) Waktu (Jam) Waktu (Jam)
Setiawan, A., Kardono, Darmawan, R, A., Santoso, A. Subiyantoro, 2011. Pengaruh Konsentrasi CO2 Input
D., Stani, A, H., Prasetyadi, Panggabean, L., dan Salinitas Media Kultur Terhadap Penyerapan
Radini, D., Sapulete, S. 2008. Teknologi Gas CO2 pada Mikroalga Tetraselmis chuii,
Penyerapan Karbindioksida dengan Kultur Laporan Hasil Penelitian, Teknik Kimia, Fakultas
Fitoplankton pada Fotobioreaktor. ITB, Bandung. Teknik, Universitas Lampung.
Sufriadi dan Purba, 2010. Pengaruh intensitas Cahaya Wahyuningsih, W., 2011. Pengaruh Konsentrasi CO2
dan Periode Penggantian Mikroalga Terhadap Input dan Salinitas Media Kultur Terhadap
Penyerapan Gas CO2 Menggunakan Penyerapan Gas CO2 pada Nannochloropsis
Nannochloropsis oculata dalam Bubble oculata, Laporan Hasil Penelitian, Teknik Kimia,
Fotobioreaktor, Prosiding Seminar Nasional Sains Fakultas Teknik, Universitas Lampung.
dan Teknologi III, Universitas Lampung.