Professional Documents
Culture Documents
1 (1) 2020
Abi Suar
Pascasarjana Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang
Email : abisuar0505@gmail.com
ABSTRACT
Ottoman Turkey is the center of the Islamic Khilafah because it is an Islamic government the
strongest of its time. The peak of Ottoman Turkey's progress was in the reign Sultan Mahmud II's
authority, among others, in 1453 was marked by his conquest Roman Byzantine empire. This almost
invincible political and military power began to be challenged during the Sultan Murad IV (1623-
1640) with the emergence of power West. The Ottoman Turks paid more attention to the advances
in politics and the military. With thus economic and financial conditions contribute to the
development of Islam in Ottoman Empire. The occurrence of a warfare sustainability that befell
Turkey The Ottomans are good wars of a nature offensive-expansive ( to expand the territory),
defensive ( defend themselves from outside attacks) or of a nature prefentive ( for put out rebellions
from within). Various this war is very draining the source of Ottoman Turkish funds. So it can be
concluded that economic activity During the Ottoman Empire the focus was on expanding the region.
This research is research library by using reference books available in the library as well through
studies through the internet media with a philosophical-critical approach. This research method
using library research ( library research). This method aims to assess the concept of the law of
objects, using descriptive-analytical methods, the normative approach economics and sociology.
Keywords: Ottoman Turkey; Islamic Economic
ABSTRAK
Turki Usmani merupakan pusat Khilafah Islam karena merupakan pemerintahan Islam yang
terkuat pada masanya. Puncak kemajuan Turki Usmani berada pada zaman pemerintahan
kekuasaan Sultan Mahmud II, antara lain pada tahun 1453 yang ditandai dengan ditaklukkannya
kekaisaran Byzantium Romawi. Kekuasaan politik dan militer yang hampir tak terkalahkan ini
mulai mendapat tantangan pada masa Sultan Murad IV (1623-1640) dengan munculnya kekuatan
Barat. Turki Ustmani lebih memperhatikan kemajuan bidang politik dan militer. Dengan demikian
kondisi ekonomi dan keuangan turut memberikan andil bagi perkembangan lslam di kerajaan Turki
Ustmani. Terjadinya peperangan yang berkesinambungan yang menimpa Turki Usmani baik
peperangan yang bersifat ofensif-ekspansif (untuk memperluas wilayah kekuasaan), defensive
(mempertahankan diri dari serangan luar) maupun yang bersifat prefentif (untuk memadamkan
pemberontakan-pemberontakan dari dalam). Berbagai peperangan ini sangat menguras sumber
dana Turki Usmani. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekonomi pada masa turki usmani
lebih fokus untuk perluasan wilayah saja. Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan dengan
menggunakan buku-buku referensi yang tersedia di perpustakaan dan juga melalui kajian lewat
media internet dengan pendekatan kritis-filosofis. Metode penelitian ini menggunakan penelitian
kepustakaan (library research). Metode ini bertujuan untuk mengkaji konsep hukum benda,
dengan menggunakan metode deskriptif-analitis, pendekatan normatif- ekonomi dan sosiologi.
Kata Kunci: Turki Utsmani; Ekonomi
53 | 5 3 - 7 1
Al-Dzahab Vol. 1 (1) 2020
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Bangsa Turki mempunyai peran yang sangat strategis dalam perkembangan kebudayaan
Islam. Peran strategis tersebut terlihat dalam bidang politik ketika mereka masuk dalam tentara
profesional maupun dalam birokrasi pemerintahan yang bekerja untuk khalifah-khalifah Bani
Abbas. Kemudian mereka sendiri membangaun kekuasaan yang sekalipun independen namun
tetap mengaku loyal kepada khalifah Abbas. Hal ini ditunjukkan dengan munculnya Bani Saljuk
(1038-1194). Setelah hancurnya Bagdad ditangan bangsa Mongol, orang-orang Turki semakin
mempertegas kemandirian mereka dalam membangun kekuasasaannya sendiri, seperti yang
dilakukan oleh Turki Usmani (1281-1924). Bahkan pengaruh dinasti itu menjangkau wilayah yang
sangat luas, termasuk Eropa Timur, Asia Kecil, Asia Tengah, Timur Tengah, Mesir dan Afrika
Utara.1
Selama lima abad pemerintahan Turki Usmani, telah memainkan peranan yang pertama
dan satu-satunya dalam menjaga dan melindungi kaum muslimin. Turki Usmani merupakan pusat
Khilafah Islam, karena merupakan pemerintahan Islam yang terkuat pada masa itu, bahkan
merupakan Negara paling besar di dunia.2
Akbar S. Ahmad menjelaskan bahwa peran Turki Usmani tidak dapat dianggap remeh.
Mereka adalah kekhalifaan muslim terpenting, fakta bahwa mereka memerintah salah satu
kekhalifaan terbesar dalam waktu terlama dalam sejarah, mereka menjadi penjaga tempat-tempat
suci di Arabia, khalifah, penerus Nabi adalah penguasa Usmani dan mereka merupakan kalangan
muslim Sunni yang menjadi wakil aliran utama Islam dan penguasa kekhalifaan Muslim terbesar.3
Puncak kemajuan Turki Usmani berada pada zaman pemerintahan kekuasaan Sultan
Mahmud II, antara lain pada tahun 1453. Pada saat ini Turki Usmani dapat menaklukkan
Byzantium Romawi. Dari Istambul mereka menguasai daerah sekitar laut tengah dan berabad-
abad lamanya Turki sebagai suatu Negara yang perlu diperhatikan dan diperhitungkan oleh ahli-
1 Syafiq A. Mughni, (Cet. I; Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1977), hal. 51.
2
Ahmad al-Usairy, diterjemahkan oleh Samson Rahman dengan judul ―Sejarah Islam‖ (Cet. I; Jakarta: Akbar
Media Eka Sarana 2003), hal. 351
3
Akbar S. Ahmad, diterjemahkan oleh Pangestuningsih dengan judul ―Living Islam‖ (Cet. I; Bandung: Mizan,
1997), hal. 120- 121
54 | 5 3 - 7 1
Al-Dzahab Vol. 1 (1) 2020
ahli politik dari Eropa.4 Dalam termin Islam secara keseluruhan, puncak-puncak baru pencapaian
dalam puisi, seni dan arsitektur diukur selama periode ini. Dimasa itu pula Usmani melakukan
ekspansi besar-besaran.5
Namun akhirnya kekuasaan politik dan militer yang hampir tak terkalahkan ini mulai
mendapat tantangan pada masa Sultan Murad IV (1623-1640) dengan munculnya kekuatan Barat.
Kekalahan militernya di Eropa dan India, menurut Abdullahi Ahmed an-Na‟im merupakan
konsekwensi yang harus diterima dinasti ini akibat kemerosotan agama dan budaya,
penyimpangan dari tradisi dan korupsi.6
Banyak pengamat pada masa itu berpendapat bahwa solusi terhadap melemahnya tentara
dan rezim Emperium Usmani sesunguhnya bisa ditemukan dengan kembali kepada tata atuan lama
(nizām al-qadīm), adat dan tradisi Islam serta budaya Turki yang tinggi.
Menjelang awal abad ke-XVIII, seruan untuk kembali ke zaman keemasan Turki Usmani
justru berganti dengan seruan menyongsong tatanan baru. Yaitu keinginan Kesultanan Usmani
untuk pertama kalinya mulai mencermati perkembangan budaya dan peradaban Barat dengan
mengirimkan beberapa Duta Besarnya ke sejumlah ibu kota penting di Eropa guna melaporkan
kemajuan yang terjadi di sana. Ketika keadaan pemerintahannya lemah Negara-negara Nasrani
segera berkumpul, sebelumnya belum pernah berkumpul seperti itu, tujuannya untuk
mengganyang the sick man ‖orang yang tengah sakit‖ (pemerintahan Usmani). Lalu mereka merebut
sedikit demi sedikit kekuasaanya, akhirnya pemerintahan Usmani jatuh tercampakkan.maka
berakhirlah kekhilafahan Islam terakhir yang menyebabkan tercerai berainya kaum muslimin.
Kekuasaan Usmani terpecah ke dalam berbagai kelompok, golongan,dan Negara-negara kecil.7
Bermula dari sinilah munculnya bibit-bibit baru dalam kesultanan Turki Usmani yang
kelak ingin melepasakan diri dari kungkungan kekhalifaan dan menggantikan bentuk
pemerintahan dengan pemerintahan republik Turki yang bercorak sekuler. Sejarah pemerintahan
Turki Usmani tergolong sejarah yang samar, penuh dengan intrik-intrik politik dan juga perkara-
perkara syubhat, namun tidak dapat diabaikan akan jasa-jasa dan pemikiran-pemikiran politiknya
4 Yusran Asmuni, Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia Islam (Cet. II;
selama dinasti kekuasaannya. Hal inilah yang menarik untuk dikaji lebih lanjut lewat penelitian
55 | 5 3 - 7 1
Al-Dzahab Vol. 1 (1) 2020
ini.
Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan dengan menggunakan buku-buku referensi
yang tersedia di perpustakaan dan juga melalui kajian lewat media internet dengan pendekatan
kritis-filosofis. Dengan latar belakang tersebut tulisan ini mencoba untuk menelisik data-data
sejarah yang tersedia mengenai sejarah Islam, khususnya kilasan pada kerajaan Turki Usmani
sembari melakukan analisis terhadap aspek-aspek yang memberikan pengaruh terhadap dinamika
dan sejarah perkembangan lslam pada kerajaan Turki Usmani. Masalah pokok yang dibahas dalam
tulisan ini adalah bagaimana perkembangan peradaban Ekonomi Islam pada masa Turki Ustmani?.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaan (library research). Metode ini
bertujuan untuk mengkaji konsep hukum benda, dengan menggunakan metode deskriptif- analitis,
pendekatan normatif-ekonomi dan sosiologi. Sedangkan data yang di gunakan adalah data
sekunder yang diperoleh dari sumber-sumber relevan berupa buku, jurnal dan lain sebagainya.
8
Syafik A. Mughani, Op.Cit, hal. 52.
56 | 5 3 - 7 1
Al-Dzahab Vol. 1 (1) 2020
inilah ia mendapat penghargaan dari Sultan, berupa sebidang tanah di Asia kecil yang berbatasan
dengan Bizantium. Sejak itu mereka terus membina wilayah barunya dan memiliki Syukud sebagai
Ibu kota.9 Selain itu Ertotogul juga diberikan wewenang untuk memperluas wilayahnya.10
Setelah Entogrol meninggal, kedudukannya sebagai pimpinan Turki Usmani digantikan
oleh anaknya Utsman. Dan setelah itu Saljuq mendapat serangan bangsa Mongol, dinasti ini
kemudian terpecah menjadi dinasti-dinasti kecil. Pada saat itulah Usman mengklaim kemerdekaan
secara penuh wilayah yang didudukinya, yang semula merupakan pemberian Sultan Saljuq sendiri,
sekaligus memproklamasikan berdirinya kerajaan Turki Utsmani. Inilah asal mula mengapa
kemudian diberikan nama dinasti Usmani. Hal ini berarti bahwa putra Ertogrol inilah dianggap
sebagai pendiri kerajaan Usmani.11 Sebagai penguasa pertama, dalam sejarah ia disebut sebagai
Utsman I. Utsman memerintah pada Tahun 1290 M Sampai 1326 M.
9Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, ( Jakarta: PT. Raja Graindo Persada, 1997), hal.130
10K. Ali, A Study of Islamic History, Diterjemahkan oleh Ghufron A. Mas’adi, Sejarah Islam, Tarikh
Pramodern, ( Cet. III; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), hal.361.
11 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, hal.130.
12 Syafik A. Mughani, Sejarah kebudayaan Islam Di Turki, (Cet. I; Jakarta: Logos, 1997), hal.54
13
Hassan Ibrahim Hassan, Islamic History And Culture, Diterjemahkan oleh Djahdan Human, Sejarah Dan
Kebudayaan Islam, ( Cet. I; Yogyakarta: 1989), hal. 327.
57 | 5 3 - 7 1
Al-Dzahab Vol. 1 (1) 2020
personil pemimpinnya, tetapi juga dalam keanggotaanya. Seluruh pasukan militer dididik dan
dilatih dalam asrama militer dengan pembekalan semangat perjuangan Islam. Kekuatan militer
Yennisary berhasil mengubah Negara Usmany yang baru lahir ini menjadi mesin perang yang
paling kuat dan memberikan dorongan yang besar sekali bagi penaklukan negeri-negeri non
Muslim.14 Pada masa Orkhan inilah dimulai usaha perluasan wilayah yang lebih agresip dibanding
pada masa Usman. Dengan mengandalkan jennisary, Orkhan dapat menaklukan Azmir (Smirna)
tahun 1327 M, Thawasyanly (1330 M), Uskandar (1338 M), Ankara (1354 M) dan Gallipoli (1356
M). Daerah-daerah ini merupakan bagian benua Eropa yang pertama kali diduduki oleh kerajaan
Usmani.15
Setelah Murad I tewas dalam pertempura melawan pasukan Kristen, ekspansi berikutnya
dilanjutkan oleh putranya Bayazid I. Pada tahun 1391 M. Pasukan Bayazid I apat merebut benteng
Philladelpia dan Gramania atau Kirman (Iran). Dengan demikian kerajaan Usmani secara bertahap
menjadi suatu kerajaan besar.16 Suatu hal yang sangat disayangkan bahwa Bayazid I tewas dalam
pertempuran melawan timur lenk. Tewasnya bayasid I dan sebagian besar pasukannya melawan
hamper seluruh wilaya Usmani jatu ketangan Timur Lenk.
Kerjaan Usmani bangkit kembali pada masa pemerintahan Murad II. Ia digelari Al-Fatih
(Sang Penakluk) karena pada masanya ekspansi Islam berlangsung secara besar-besaran. Kota
penting yang berhasil ditaklukkan adalah Konstantinopel pada tahun 1453. Dengan demikian
usaha menaklukkan atas kerajaan Romawi Timur yang dimulai sejak zaman Umar Bin Khattab
telah tercapai. Konstantinopel dijadikan ibu kita kerajaan dan namanya diubah menjadi Istanbul
(Tahta Isalm). Kejatuhan Konstantinopel memudahkan tentara Utsmani menaklukkan wilayah
lainnya seperti Serbia, Albania dan Hongaria.17
Sekalipun Konstatinopel telah jatuh di tangan Utsmani dibawa kekuasaan Muhammad Al-
Fatih, namun umat Kristen sebagai pendudduk asli daerah tersebut tetap diberikan kebebasan
beragama. Bahkan mereka dibiarkan memilih ketua-ketua dilantik oleh Sultan.18
Setelah Muhammad Al-Fatih meninggal, Ia digantikan Bayazid II.19 Ia lebih
mementingkan kehidupan tasawuf daripada berperang. Kelemahannya di bidang pemerintahan
14 Mahmudunnasir, Islam Konsepsi Dan Sejarahnya, ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1994), hal. 376.
15 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, hal. 130-131.
16 Ibid, hal.141
17 Syafik A. Mughani, Sejarah kebudayaan Islam Di Turki, (Cet. I; Jakarta: Logos, 1997), hal.59-60
18 Ibid, hal. 59
19 Ibid, hal. 60
58 | 5 3 - 7 1
Al-Dzahab Vol. 1 (1) 2020
yang cenderung berdamai dengan musuh mengakibatkan Ia tidak ditaati oleh rakyatnya, termasuk
putra-putranya. Karena seringnya terjadi perselisihan yang panjang antara dia dan putra-putranya,
akhirnya Ia mengundurkan diri dan diganti putranya, Salim I pada tahun 1512 M. Pada masa Sultan
Salim I pada tahu 1517 M. Gelar Khalifah yang disandang oleh Al-Mutawakki alaa llah, salah
seorang keturunan Banii Abbas yang selamat dari Bangsa mongol tahun 1235 M. dan saat itu
berada dalam proteksi makhluk diambil alih oleh Sultan. Engan demikian pada masa Sultan Salim
ini para Sultan Usmani menyandang dua gelar, yaitu gelar Sultan dan gelar Khalifah. Sehingga
nama Sultan Salim pun mulai disebutkan dalam khutbah-khubah. Selain itu ia pun dalam masa
pemerintahannya selama 8 tahun menjadi penguasa dan pelindung 2 buah kota suci yaitu Mekkah
dan Madinah.20
Puncak kerajaan Turki Usmani dicapai pada masa pemerintahan Sulaeman I. Ia digelari
Al-Qanuni, karena ia berhasil membuat undan-undan yang mengatur masyarakat. Orang, barat
menyebunya sebagai Sulaeman yang agung, the magnificien. Ia menyebut dirinya sultan dari
segala sultan, raja dari segala raja, pemberian anigra mahkota bagi para raja. Pada masanya
wilayahnya meliputi dataran Eropa hingga Austria, Mesir dan Afrika Utara hingga ke Aljazair dan
Asia hingga Persia, serta meliputi lautan Hindia, Laut Arabia, Laut merah, Laut tengah,dan Laut
Hitam.
Untuk lebih jelasnya penulis akan menyebutkan priode-priode kesultanan pada masa
kerajaan Turki Usmani. Dalam bukunya DR. Syafiq A. Mughani membagi menjadi 5 (Lima)
priode yakni priode I pada tahun 1299-1402 M. priode ke II pada tahun 1402-1566 M, priode ke
III 1566-1699 M, priode ke IV pada tahun 1699-1839 M dan priode ke V pada tahun 1839-1922
M.21
20
Hassan Ibrahim Hassan, Islamic History And Culture, Diterjemahkan oleh Djahdan Human, Sejarah Dan
Kebudayaan Islam, hal. 333
21 Syafik A. Mughani, Op.Cit, hal. 54
59 | 5 3 - 7 1
Al-Dzahab Vol. 1 (1) 2020
tidak bersifat simplifiet. Berkenaan dengan ini setidaknya ada beberapa hal yang bisa dijadikan
pisau analisis, di antaranya kondisi sosial politik, sosio-keagamaan, sosio-pendidikan dan
ekonomi.
dengan judul Sejarah dan Kebudayaan Islam:632-1968 (Cet. I; Yogyakarta: Kota Kembang, 1986), hal. 324-325.
24
Ahmad Syalabi, Mausu’ah al-Tarikh al-Islami wa al-Hadlarah al-Islamiyyah (Cet. III; Kairo: Maktabah
Nahdlah al-Misriyyah, 1977), hal. 660.
60 | 5 3 - 7 1
Al-Dzahab Vol. 1 (1) 2020
61 | 5 3 - 7 1
Al-Dzahab Vol. 1 (1) 2020
kerajaan Usmani pada masa Sultan Sulaiman al- Qanuni meliputi tiga benua, yaitu benua Asia,
meliputi Asia Kecil, Armenia, Irak, Suria, Hujaz serta Yaman. Benua Afrika meliputi Mesir, Libia,
Tunis serta Aljazair, dan benua Eropa meliputi Bulgaria, Yunani, Yugoslapia, Albania, Hongaria
dan Rumania.30
Setelah masa kejayaan itu, Turki Usmani mengalami kemunduran dengan berbagai
kekalahan perang melawan bangsa Eropa. Kekalahan demi kekalahan membuat para elit politik
berpikir dan menyelidiki sebab kekalahannya. Di antara sebab itu adalah keunggulan lawan dalam
bidang sains dan teknologi, sehingga mampu menciptakan peralatan modern.
Pada awal abad ke-17 Turki Usmani mulai memperdebatkan mengenai cara terbaik bagi
program restorasi, integritas politik dan efektifitas kekuatan militer yang dimiliki kerajaan. Para
pembaharu pada awalnya berlandasakan kekuatan Kristen Eorpa atas kaum Muslim. Para
modernis menganggap perlunya kerajaan Turki mengadobsi metode yang dimiliki bangsa Eropa
dan pendidikan kemiliteran, organisasi pemerintahan dan administrasi untuk menciptakan suatu
perubahan diberbagai bidang yakni pendidikan, ekonomi, sosial dan kemiliteran yang mendukung
terbentuknya negara moderen.31
Semenjak abad kedelapan belas penasehat militer Eropa telah mulai dipekerjakan untuk
memberikan latihan kemiliteran bagi pejabat militer kerajaan, selain itu percetakan didirikan untuk
menerbitkan beberapa terjemahan karya Eropa utamanya bidang tekhnik militer dan geografi
Kondisi yang demikian menggelitik pemikiran para golongan terpelajar atau elit birokrat untuk
memperbaharui sistem pendidikan dan pengajaran agar mampu mengangkat keterpurukan itu.
Pembaharuan yang dimaksud adalah mencoba memasukkan pelajaran umum ke dalam madrasah
dan mendirikan sekolah untuk pengetahuan umum. Namun usaha itu tidak banyak mendapat
respon digolongan ulama, sehingga sekolah ini berjalan masing-masing dan yang kemudian pada
akhirnya melahirkan bibit sekuler.
30
Syafiq A. Mugni, op.cit., h. 60; Harun Nasution, ―Islam di Tinjau…‖ op. cit., hal. 58
31
Syafig. A. Mughni, op. cit., hal. 121.
62 | 5 3 - 7 1
Al-Dzahab Vol. 1 (1) 2020
keduniaan atau pemerintahan yang disimbolkan dengan gelar Sultan dan Kedua, kekuasaan yang
mengurusi masalah agama yang disimbolkan dengan gelar khalifah. Oleh karena itu, dalam bidang
keagamaan penguasa sangat terikat dengan syari’at Islam. Ulama mempunyai otoritas yang tinggi
dalam negara dan masyarakat. Para ulama yang diketuai syakh al-Islam atau mufti— sebagai salah
seorang pejabat tinggi agama--berwenang menyampaikan fatwa resmi mengenai kebijaksanaan
(policy) sultan dan problematika keagamaan32 Kegiatan tarekat berkembang pesat. Al-Bektasyi dan
al-Maulawy merupakan dua yang paling besar dari beberapa aliran tarekat. Tarekat Bekstasy
sangat berpengaruh dikalangan tentara Yennisery, sedangkan tarekat Maulawy berpengaruh besar
di kalangan penguasa.
Sufisme pada masa itu diganrungi oleh umat Islam dan berkembang pesat. Keadaan frustasi
yang merata di kalangan umat karena hancurnya tatanan kehidupan, akibat konflik- konflik internal
dan eksternal mengakibatkan orang kembali kepada Tuhan. Madrasah-madrasah yang ada
diwarnai dengan nuansa sufistik dengan dijadikannya sebagai zawiyahzawiyah untuk mengadakan
riyadhah, merintis jalan untuk kembali kepada Tuhan di bawah bimbingan otoritas mursyid.
Dengan demikian maka berkembanglah berbagai sistem riyadhah untuk menuntun para murid,
inilah yang kemudian menjadi dan disebut tarekat.
32 Hasbullah Bakry, Pedoman Islam di Indonesia (Cet. V; Jakarta: UI-Press, 1990), hal. 326.
63 | 5 3 - 7 1
Al-Dzahab Vol. 1 (1) 2020
Institusi pendidikan pada masa Turki Usman mula-mula didirikan oleh Sultan Orkhan
(1326-1359),33 Sistem pengajaran yang dikembangkan adalah menghafal matan-matan meskipun
murid tidak mengerti maksudnya, seperti menghafal matan al-Jurumiah, matan Taqrib, matan
Alfiah, matan Sultan dan lain-lain. Murid-murid setelah menghafal matan itu barulah mempelajari
syarahnya, kadang-kadang serta khasiyahnya.34 Sedangkan Ilmu pengetahuan keislaman seperti
fiqih, tafsir, ilmu kalam dan lain-lain tidak mengalami perkembangan. Kebanyakan penguasa
Usmani cenderung bersikap taqlid dan fanatik terhadap suatu mazhab dan menentang mazhab yang
lain.
Adanya kekalahan-kekalahan yang di alami kerajaan Turki Usmani menyebabkan Sultan
Ahmad III (1703-1730 M.) amat prihatin sembari melakukan ibda’ bi nafsi, kenapa Kerajaan Turki
Ustmani selalu kalah? Dari itu, tumbuhlah sikap baru dalam diri kerajaan Turki Usmani untuk
bersikap lebih arif terhadap keberadaan Barat. Barat tidak lagi dianggap sebagai musuh yang harus
dijauhi. Menurut Sultan Ahmad III bila umat Islan ingin maju, maka harus menghargai dan mau
menjalin kerja sama untuk mengejar ketertinggalan Islam dengan Barat.35 Langkah yang pertama
yang ia ambil adalah dengan melakukan pengiriman duta-duta ke Eropa untuk mengamati
keunggulan Barat, selanjutnya menyampaikan hasil-hasil penelitian tersebut kepada sultan. Salah
satu implikasi dari adanya penelitian tersebut muncul ide dari sultan untuk mendirikan sekolah
Teknik Militer yang mengajarkan taktik, strategi, serta teknik militer.
Selain militer, Turki mengembangkan ilmu pengetahuan dengan cara mendirikan
percetakan Istambul pada tahun 1727 M. sebagai cara mempermudah acces buku-buku
pengetahuan, mencetak buku-buku tentang ilmu kedokteran, ilmu kalam, ilmu pasti, astronomi,
sejarah, kitab hadis, fikih, dan tafsir.36 Selain itu, pada tahun 1717 M beliau mendirikan lembaga
terjemah yang bertugas menerjemahkan buku-buku dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan ke
dalam bahasa Turki.37
Dengan demikian upaya pembaruan pendidikan yang dilakukan Sultan Ahmad III lebih
pada upaya menciptakan satu lembaga pendidikan yang di dalamnya mengajarkan ilmu-ilmu
33 Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Hidayah Agung, 1989), hal. 165.
34
Ibid., hal. 168.
35
Harun Nasution, Islam Rasional: Gagasan dan Pemikiran, dalam Saiful Muzani (ed.), (Cet. V; Bandung:
Mizan, 1997), hal. 528
36 Ibid, hal. 516.
37
Harun Nasution, ―Pembaharuan…‖, op. cit., h. 16
64 | 5 3 - 7 1
Al-Dzahab Vol. 1 (1) 2020
yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, bangsa dan negara. Upaya ini terus dilakukan sampai
beliau wafat, dan kemudian dilanjutkan oleh Sultan Salim III.
Sultan Salim III (1789-1807 M), memperkenalkan program pembaharuan yang dikenal
dengan nama Nizam Jadid. Rencana pembaruan itu meliputi pembentukan korp militer baru,
perluasan sistem perpajakan dan pelatihan untuk mendidik para kader bagi rezim baru, namun
fakta berbicara lain, rencana yang dikemukakan oleh Sultan Salim ternyata tidak mendapat
dukungan para ulama dan kelompok militer Yeniseri, yang akhirnya ia sendiri menjadi korban
rencana pembaharuan tersebut. ia digulingkan pada tahun 1807.38 Meskipun demikian, program
pembaharuan tersebut baru terealisasi pada periode Sultan Mahmud II, Tanzimat dan Usmani
Muda.
38
Ibid.
39 Ahmad Syalabi, op. cit., hal. 687-688.
65 | 5 3 - 7 1
Al-Dzahab Vol. 1 (1) 2020
atau pemeliharaan bendungan, sehingga para petani kehilangan harapan untuk mengembangkan
taraf hidup mereka.40 Kondisi demikian berdampak pada berbagai sektor.
40
Ibid., hal. 688-689
66 | 5 3 - 7 1
Al-Dzahab Vol. 1 (1) 2020
Begitu pula dengan dikuasai kota-kota dangang dan jalur perdagangan dilaut dan didarat
memungkinkan pula kerajaan memacu kemajuan ekonominya melalui perdagangan.41
c) Kemajuan dalam bidang ilmu dan budaya
Dalam wilayah Turki Utsmani muncul tokoh-tokoh penting dalam bidang kebudayaan,
seperti pada abad-abad ke-16, 17, dan 18. Aliran yang di dirikan oleh Baki dan Fuzuli pada abad
ke-17, menekankan tradisi yang berbeda yang didasarkan pengaruh persia dan terutama turki.
Hasilnya ialah mundurnya gaya romantik menshevi, yang hanya terbatas pada karya-karya singkat
dari etika, berisi anekdot, sedangkan kaside turki menjadi alat yang menonjol dari ekspresi puisi.
Kesungguhan usaha Kerajaan Turki Utsmani dalam kegiatan ilmu dan budaya hanya terlihat
dalam bidang hukum dan kebudayaan turki. Dalam bidang hukum dia berhasil mengangkat syari’at
islam pada tingkat yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang diberikan oleh negara-negara islam
lainnya. Bahkan, dalam arti tertentu negara islam pertama yang mencoba pertama yang mencoba
mengangkat syari’at islam sebagai hukumefektif bagi negara dalam aspek kehidupan. Hal ini bisa
dilihat pada masa sultan Muhammad Al-fatih sisusunlah buku Qanun Usmane oleh kerajaan. Buku
ini tidak hanya berisi perundang-undangan legislatif, tetapi juga berisi himpunan peraturan dan
praktik hukum lainnya. Pada masa Sulaeman Al- qanuni disusun pula buku Multaqa Al-Abhur,
buku yang terkenal dalam bidang hukum yang membuat sultan sulaeman digelari al-qanuni. Buku
ini menjadi standar bagi Kerajaan Turki Utsmani di bidang hukum sampai akhir abad ke-19M.
Sementara dalam bidang arsitektur, khususnya pada masa sultan sulaeman al-qanuni, dia
menyempurnakan dalam memperindah ibu kota, serta kota-kota lainnya dengan mendirikan
masjid, sekolah, rumah sakit, istana, jembatan trowongan, jalur kereta dan pemandian umum.
Seorang arsitek kepercayaan kerajaan yang mengubah wajah kerajaan Turki Utsmani menjadi
indah adalah seorang muallaf bernama Sinan. Karya agung nya adalah masjid Sulaimaniyah.
Kebekuan kegiatan ilmu dan pemikiran tersebut disebabkan oleh tertutupnya pintu ijtihad. Para
ulama’ masih menutup pintu ijtihad dan kegiatan penyelidikan ilmiah. Mereka sama sekali tidak
tertarik untuk mengadakan ijtihad dan melakukan penyelidikan ilmiah untuk mendapatkan
pengetahuan baru. Bahkan mereka menolak segala pemikiran baru. Padahal mereka adalah
41Anis Jamil Mahdi, Dinasti Turki Utsmani(kejayaan dan faktor yang melatar belakangi keruntuhan dinasti
tuki utsmani), diakses 05 Mei 2020. http://watawasoubilhaqqi.blogspot.com/2017/11/dinasti-turki-usmani- kejayaan-
dan.html.
67 | 5 3 - 7 1
Al-Dzahab Vol. 1 (1) 2020
seorang yang sangat berwenang dalam menyusun kebijaksanaan pendidikan dan pengajaran.
Keadaan ini berlangsung sampai permulaan abad ke-19M.
Jadi, kemajuan yang dicapai Turki Utsmani hanya dalam bidang politik, sosial, ekonomi dan
budaya. Kebudayaan Turki merupakan perpaduan antara kebudayaan persia, bizantium, dan arab.
Kebudayaan persia telah banyak menanamkan ajaran-ajaran etika dan tatakrama dalam istana.
Sedangkan dari budaya bizantium menghasilkan kemajuan dalam aspek keorganisasian,
kemiliteran, dan pemerintahan. Sedangkan dari kebudayaan Arab, mereka mendapatkan ajaran
tentang ekonomi, kemasyarakatan dan ilmu pengetahuan.
42
Bisri Djalil, kemunduran dan perkembangan politik turki utsmani. Jurnal lentera(2017):203. Diakses
pada 05 Mei 2020.
68 | 5 3 - 7 1
Al-Dzahab Vol. 1 (1) 2020
beragam dan tersebar di wilayah yang luas itu diperlukan suatu organisasi pemerintah yang
teratur.
c. Kelemahan para penguasa, sepeninggal sulaiman Al –Qanuni kerajaan Utsmani diperintah
oleh sultan-sultan yang lemah, baik dalam kepribadian terutama dalam kepemimpinannya.
Akibatnya pemerintahan menjadi kacau. Kekacauan itu tidak pernah dapat diatasi secara
sempurna bahkan semakin lama semakin semakin parah.
d. Budaya pungli, pungli merupakan perbuatan yang sudah umum terjadi dalam kerajaan
utsmani. Setiap jabatan hendak diraih oleh seseorang harus di bayar dengan sogokan
kepada orang yang berhak memberikan jabatan tersebut. Berjangkitnya budaya pungli ini
mengakibatkan dekadensi moral kian merajalela yang membuat pejabat semakin rapuh.
e. Pemberontakan tentara Jenissari, kemajuan ekspansi kerajaan utsmani banyak ditentukan
oleh kuatnya tentara Jenissari. Dengan demikian dapat dibayangkan bagaimana kalau
tentara ini memberontak. Pemberontakan tentara Jenissari terjadi sebanyak empat kali,
yaitu pada tahun 1525 M,1632 M, 1727 M, dean 1826 M.
f. Merosotnya ekonomi, akibat perang yang tak pernah berhenti perekonomian negara
merosot. Pendapatan berkurang sementara belanja negara sangat besar termasuk untuk
biaya perang.
g. Terjadinya stagnasi dalam lapangan ilmu dan teknologi kerajaan Utsmani kurang berhasil
dalam pengembangan ilmu kekuatan militer. Kemajuan militer yang tidak diimbangi oleh
kemajuan dan teknologi menyebabkan kerajaan ini tidak sanggup mengahadapi
persenjataan musuh dari Eropa yang lebih maju.
Sedangkan Syafiq Mughni memaparkan bahwa kemunduran Turki pada abad ke XVII
terjadi karena kemerosotan kondisi sosial-ekonomi dengan 3 sebab: pertama, ledakan jumlah
penduduk. Perubahan mendasar terjadi pada jumlah penduduk kerajaan sebagaimana terjadi pada
struktur ekonomi dan keuangan. Penduduk Turki bertambah dua kali lipat dari sebelumnya. Kedua,
lemahnya Perekonomian dalam Negeri. Kebijakan perekonomian dalam negeri Turki dihadapkan
pada kebijakan perekonomian baru yang didengungkan negara-negara Eropa membuat
perekonomian turki semakin terpuruk dan ditinggal relasinya. Ketiga, munculnya Kekuatan Eropa.
Munculnya kekuatan Politik baru di daratan Eropa dapat dianggap secara umum sebagai faktor
yang mempercepat keruntuhan kerajaan Turki Uthmani. Munculnya
69 | 5 3 - 7 1
Al-Dzahab Vol. 1 (1) 2020
kekuatan-kekuatan baru tersebut disebabkan beberapa penemuan dalam teknologi di Eropa yang
memacu bangkitnya kekuatan baru di bidang ekonomi maupun militer. Hal ini tidak hanya
merubah format hidup masyarakat Islam tetapi juga keseluruhan umat manusia.43
Turki Utsmani yang berabad-abad menjadi sebuah kerajaan besar dengan peradaban yang
yang cukup tinggi memadukan budaya budaya besar Persi, Eropa dan Arab. Dengan berjalannya
waktu kerajaan Turki Utsmani mengalami kemunduran sejak abad ke XVII Masehi berangsur-
angsur daerah kekuasaannya terlepas atau direbut bangsa lain. Sebagai puncaknya pada abad XX
tepatnya Tahun 1923 Kerajaan Turki Utsmani runtuh, kekhalifahannya dihapuskan dan diganti
dengan Negara Republik. Meski demikian nama negara tersebut masih menggunakan nama Turki
karena nasionalisme mereka sebagai bangsa Turki.44
70 | 5 3 - 7 1
Al-Dzahab Vol. 1 (1) 2020
pembentukan percetakan buku, hal ini dilakukan sebagai upaya mempermudah access informasi
dari Barat. Dengan demikian, upaya pembaharuan yang dilakukan oleh beberapa Sultan di
Kerajaan Turki Usmani di atas, sesungguhnya lebih banyak melakukan pembentukan sistem
sebagai jawaban dari beberapa kemunduran yang dialami oleh Kerajaan Turki Usmani.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, A. S. (1997). From Samarkand to Stornoway: Living Islam. (Pangestuningsih, Penerj.)
Bandung: Mizan.
Ali, K. (2000). A Study of Islamic History. (G. A. Mas’adi, Penerj.) Jakarta: PT Raja Grafindo.
Al-Usairy, A. (2003). Al-Tārīkhul Islām. (S. Rahman, Penerj.) Jakarta: Akbar Media Eka Sarana.
An-Na'im, A. A. (2007). Islam dan Negara Sekuler, mengasosiasikan Masa Depan Syariah.
Bandung: PT Mizan Pustaka.
Asmuni, Y. (1998). Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia Islam.
Jakarta: PT Raja Grafindo.
Bakry, H. (1990). Pedoman Islam di Indonesia . Jakarta: UI-Press.
Hassan, H. I. (1989). Islamic History And Culture. (D. Human, Penerj.) Yogyakarta: Kota
Kembang.
Mahmudunnasir. (1994). Islam Konsepsi Dan Sejarahnya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mughni, S. A. (1977). Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki. Jakarta: Logos Wacana
Ilmu.
Syalabi, A. (1977). Mausu’ah al-Tarikh al-Islami wa al-Hadlarah al-Islamiyyah. Kairo:
Maktabah Nahdlah Al-Misriyyah.
Toprak, B. (1981). Islam and Political Development in Turkey . Leiden: E.J. Beril.
Yatim, B. (1997). Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Yunus, M. (1989). Sejarah Pendidikan Islam . Jakarta: Hidayah Agung.
71 | 5 3 - 7 1