You are on page 1of 19

Al-Dzahab Vol.

1 (1) 2020

PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM PADA MASA AWAL TURKI UTSMANI

Abi Suar
Pascasarjana Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang
Email : abisuar0505@gmail.com

ABSTRACT
Ottoman Turkey is the center of the Islamic Khilafah because it is an Islamic government the
strongest of its time. The peak of Ottoman Turkey's progress was in the reign Sultan Mahmud II's
authority, among others, in 1453 was marked by his conquest Roman Byzantine empire. This almost
invincible political and military power began to be challenged during the Sultan Murad IV (1623-
1640) with the emergence of power West. The Ottoman Turks paid more attention to the advances
in politics and the military. With thus economic and financial conditions contribute to the
development of Islam in Ottoman Empire. The occurrence of a warfare sustainability that befell
Turkey The Ottomans are good wars of a nature offensive-expansive ( to expand the territory),
defensive ( defend themselves from outside attacks) or of a nature prefentive ( for put out rebellions
from within). Various this war is very draining the source of Ottoman Turkish funds. So it can be
concluded that economic activity During the Ottoman Empire the focus was on expanding the region.
This research is research library by using reference books available in the library as well through
studies through the internet media with a philosophical-critical approach. This research method
using library research ( library research). This method aims to assess the concept of the law of
objects, using descriptive-analytical methods, the normative approach economics and sociology.
Keywords: Ottoman Turkey; Islamic Economic

ABSTRAK
Turki Usmani merupakan pusat Khilafah Islam karena merupakan pemerintahan Islam yang
terkuat pada masanya. Puncak kemajuan Turki Usmani berada pada zaman pemerintahan
kekuasaan Sultan Mahmud II, antara lain pada tahun 1453 yang ditandai dengan ditaklukkannya
kekaisaran Byzantium Romawi. Kekuasaan politik dan militer yang hampir tak terkalahkan ini
mulai mendapat tantangan pada masa Sultan Murad IV (1623-1640) dengan munculnya kekuatan
Barat. Turki Ustmani lebih memperhatikan kemajuan bidang politik dan militer. Dengan demikian
kondisi ekonomi dan keuangan turut memberikan andil bagi perkembangan lslam di kerajaan Turki
Ustmani. Terjadinya peperangan yang berkesinambungan yang menimpa Turki Usmani baik
peperangan yang bersifat ofensif-ekspansif (untuk memperluas wilayah kekuasaan), defensive
(mempertahankan diri dari serangan luar) maupun yang bersifat prefentif (untuk memadamkan
pemberontakan-pemberontakan dari dalam). Berbagai peperangan ini sangat menguras sumber
dana Turki Usmani. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekonomi pada masa turki usmani
lebih fokus untuk perluasan wilayah saja. Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan dengan
menggunakan buku-buku referensi yang tersedia di perpustakaan dan juga melalui kajian lewat
media internet dengan pendekatan kritis-filosofis. Metode penelitian ini menggunakan penelitian
kepustakaan (library research). Metode ini bertujuan untuk mengkaji konsep hukum benda,
dengan menggunakan metode deskriptif-analitis, pendekatan normatif- ekonomi dan sosiologi.
Kata Kunci: Turki Utsmani; Ekonomi

53 | 5 3 - 7 1
Al-Dzahab Vol. 1 (1) 2020

PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Bangsa Turki mempunyai peran yang sangat strategis dalam perkembangan kebudayaan
Islam. Peran strategis tersebut terlihat dalam bidang politik ketika mereka masuk dalam tentara
profesional maupun dalam birokrasi pemerintahan yang bekerja untuk khalifah-khalifah Bani
Abbas. Kemudian mereka sendiri membangaun kekuasaan yang sekalipun independen namun
tetap mengaku loyal kepada khalifah Abbas. Hal ini ditunjukkan dengan munculnya Bani Saljuk
(1038-1194). Setelah hancurnya Bagdad ditangan bangsa Mongol, orang-orang Turki semakin
mempertegas kemandirian mereka dalam membangun kekuasasaannya sendiri, seperti yang
dilakukan oleh Turki Usmani (1281-1924). Bahkan pengaruh dinasti itu menjangkau wilayah yang
sangat luas, termasuk Eropa Timur, Asia Kecil, Asia Tengah, Timur Tengah, Mesir dan Afrika
Utara.1
Selama lima abad pemerintahan Turki Usmani, telah memainkan peranan yang pertama
dan satu-satunya dalam menjaga dan melindungi kaum muslimin. Turki Usmani merupakan pusat
Khilafah Islam, karena merupakan pemerintahan Islam yang terkuat pada masa itu, bahkan
merupakan Negara paling besar di dunia.2
Akbar S. Ahmad menjelaskan bahwa peran Turki Usmani tidak dapat dianggap remeh.
Mereka adalah kekhalifaan muslim terpenting, fakta bahwa mereka memerintah salah satu
kekhalifaan terbesar dalam waktu terlama dalam sejarah, mereka menjadi penjaga tempat-tempat
suci di Arabia, khalifah, penerus Nabi adalah penguasa Usmani dan mereka merupakan kalangan
muslim Sunni yang menjadi wakil aliran utama Islam dan penguasa kekhalifaan Muslim terbesar.3
Puncak kemajuan Turki Usmani berada pada zaman pemerintahan kekuasaan Sultan
Mahmud II, antara lain pada tahun 1453. Pada saat ini Turki Usmani dapat menaklukkan
Byzantium Romawi. Dari Istambul mereka menguasai daerah sekitar laut tengah dan berabad-
abad lamanya Turki sebagai suatu Negara yang perlu diperhatikan dan diperhitungkan oleh ahli-

1 Syafiq A. Mughni, (Cet. I; Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1977), hal. 51.
2
Ahmad al-Usairy, diterjemahkan oleh Samson Rahman dengan judul ―Sejarah Islam‖ (Cet. I; Jakarta: Akbar
Media Eka Sarana 2003), hal. 351
3
Akbar S. Ahmad, diterjemahkan oleh Pangestuningsih dengan judul ―Living Islam‖ (Cet. I; Bandung: Mizan,
1997), hal. 120- 121

54 | 5 3 - 7 1
Al-Dzahab Vol. 1 (1) 2020

ahli politik dari Eropa.4 Dalam termin Islam secara keseluruhan, puncak-puncak baru pencapaian
dalam puisi, seni dan arsitektur diukur selama periode ini. Dimasa itu pula Usmani melakukan
ekspansi besar-besaran.5
Namun akhirnya kekuasaan politik dan militer yang hampir tak terkalahkan ini mulai
mendapat tantangan pada masa Sultan Murad IV (1623-1640) dengan munculnya kekuatan Barat.
Kekalahan militernya di Eropa dan India, menurut Abdullahi Ahmed an-Na‟im merupakan
konsekwensi yang harus diterima dinasti ini akibat kemerosotan agama dan budaya,
penyimpangan dari tradisi dan korupsi.6
Banyak pengamat pada masa itu berpendapat bahwa solusi terhadap melemahnya tentara
dan rezim Emperium Usmani sesunguhnya bisa ditemukan dengan kembali kepada tata atuan lama
(nizām al-qadīm), adat dan tradisi Islam serta budaya Turki yang tinggi.
Menjelang awal abad ke-XVIII, seruan untuk kembali ke zaman keemasan Turki Usmani
justru berganti dengan seruan menyongsong tatanan baru. Yaitu keinginan Kesultanan Usmani
untuk pertama kalinya mulai mencermati perkembangan budaya dan peradaban Barat dengan
mengirimkan beberapa Duta Besarnya ke sejumlah ibu kota penting di Eropa guna melaporkan
kemajuan yang terjadi di sana. Ketika keadaan pemerintahannya lemah Negara-negara Nasrani
segera berkumpul, sebelumnya belum pernah berkumpul seperti itu, tujuannya untuk
mengganyang the sick man ‖orang yang tengah sakit‖ (pemerintahan Usmani). Lalu mereka merebut
sedikit demi sedikit kekuasaanya, akhirnya pemerintahan Usmani jatuh tercampakkan.maka
berakhirlah kekhilafahan Islam terakhir yang menyebabkan tercerai berainya kaum muslimin.
Kekuasaan Usmani terpecah ke dalam berbagai kelompok, golongan,dan Negara-negara kecil.7
Bermula dari sinilah munculnya bibit-bibit baru dalam kesultanan Turki Usmani yang
kelak ingin melepasakan diri dari kungkungan kekhalifaan dan menggantikan bentuk
pemerintahan dengan pemerintahan republik Turki yang bercorak sekuler. Sejarah pemerintahan
Turki Usmani tergolong sejarah yang samar, penuh dengan intrik-intrik politik dan juga perkara-
perkara syubhat, namun tidak dapat diabaikan akan jasa-jasa dan pemikiran-pemikiran politiknya

4 Yusran Asmuni, Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia Islam (Cet. II;

Jakarta: PT Raja Grafindo, 1998), hal. 11


5 Akbar S. Ahmad, Op. Cit, hal.125.
6 Abdullahi Ahmed an-Na‟im, Islam dan Negara Sekuler, mengasosiasikan Masa Depan Syariah (Cet.I;

Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2007), hal.343.


7 Ahmad al-„Usairy, Ibid, hal. 352.

selama dinasti kekuasaannya. Hal inilah yang menarik untuk dikaji lebih lanjut lewat penelitian

55 | 5 3 - 7 1
Al-Dzahab Vol. 1 (1) 2020

ini.
Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan dengan menggunakan buku-buku referensi
yang tersedia di perpustakaan dan juga melalui kajian lewat media internet dengan pendekatan
kritis-filosofis. Dengan latar belakang tersebut tulisan ini mencoba untuk menelisik data-data
sejarah yang tersedia mengenai sejarah Islam, khususnya kilasan pada kerajaan Turki Usmani
sembari melakukan analisis terhadap aspek-aspek yang memberikan pengaruh terhadap dinamika
dan sejarah perkembangan lslam pada kerajaan Turki Usmani. Masalah pokok yang dibahas dalam
tulisan ini adalah bagaimana perkembangan peradaban Ekonomi Islam pada masa Turki Ustmani?.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaan (library research). Metode ini
bertujuan untuk mengkaji konsep hukum benda, dengan menggunakan metode deskriptif- analitis,
pendekatan normatif-ekonomi dan sosiologi. Sedangkan data yang di gunakan adalah data
sekunder yang diperoleh dari sumber-sumber relevan berupa buku, jurnal dan lain sebagainya.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


1. Sejarah Pembentukan dan Perkembangan Turki Ustmani
Dalam literatur sejarah Islam tercatat bangsa Turki berhasil mendirikan kekuasaan, yaitu
Turki Saljuk dan Turki Usmani. Turki Usmani didirikan setelah hancurnya Turki Saljuq yang telah
berkuasa selama kurang lebih 250 tahun. 8
Negara Utsmani muncul pada tahun 669 H. Akan tetapi, negara ini baru menganut sistem
kekhalifahan pada tahun 923 H. Yakni saat transisi dari negara Islam menjadi kekhalifahan Islam,
dan terus membela Islam sehingga lembaran sejarahnya ditutup pada tahun 1337 H.
Kerajaan ini didirikan oleh bangsa Turki dari kabilah Oghuz (ughu) yang mendiami daerah
Mongol dan daerah Utara Cina, yang kemudian pindah ke Turki, Persia dan Irak. Mereka memeluk
Islam kira-kira abad IX atau X, yaitu ketika mereka menetap di Asia tengah. Hal ini karena mereka
bertetangga dengan dinasti Samani dan dinasti Ghaznawi, karena tekanan - tekanan bangsa
Mongol, mereka mencari perlindungan kepada saudara perempuannya, dinasti Saljuq. Saljuq
ketika itu dibawah kekuasaan Sultan Alauddin Kaikobad. Ertogul yang merupakan pimpinan Turki
Usmani pada waktu itu berhasil membantu Sultan Saljuq dalam menghadapi Byzantium. Atas jasa

8
Syafik A. Mughani, Op.Cit, hal. 52.

56 | 5 3 - 7 1
Al-Dzahab Vol. 1 (1) 2020

inilah ia mendapat penghargaan dari Sultan, berupa sebidang tanah di Asia kecil yang berbatasan
dengan Bizantium. Sejak itu mereka terus membina wilayah barunya dan memiliki Syukud sebagai
Ibu kota.9 Selain itu Ertotogul juga diberikan wewenang untuk memperluas wilayahnya.10
Setelah Entogrol meninggal, kedudukannya sebagai pimpinan Turki Usmani digantikan
oleh anaknya Utsman. Dan setelah itu Saljuq mendapat serangan bangsa Mongol, dinasti ini
kemudian terpecah menjadi dinasti-dinasti kecil. Pada saat itulah Usman mengklaim kemerdekaan
secara penuh wilayah yang didudukinya, yang semula merupakan pemberian Sultan Saljuq sendiri,
sekaligus memproklamasikan berdirinya kerajaan Turki Utsmani. Inilah asal mula mengapa
kemudian diberikan nama dinasti Usmani. Hal ini berarti bahwa putra Ertogrol inilah dianggap
sebagai pendiri kerajaan Usmani.11 Sebagai penguasa pertama, dalam sejarah ia disebut sebagai
Utsman I. Utsman memerintah pada Tahun 1290 M Sampai 1326 M.

2. Kerajaan Ustmani dan Ekspansinya


Sebagai sultan I, Usman lebih banyak mencurahkan perhatiannya kepada usaha-usaha
untuk memantapkan kekuasaannya dan melindunginya dari segala macam serangan, khususnya
Bizantium yang memang ingin menyerang. Exspansinya dimulai dengan menyerang daerah
perbatasan Bizantium dan menaklukan kota Broessa Tahun 1317 M, dan Broessa dijadikan sebagai
ibu kota kerajaan.12
Putra Utsman, Orkhan, memerintah pada tahun 1326-1360 M.13 Ia membentuk pasukan
yang tangguh kemudian dikenal dengan Inkisyariyah/ Jannisary (organisasi militer baru, yaitu
pengawal elite dari pasukan turki yang kemudian dihapuskan pada tahun 1826). untuk
membentengi kekuasaanya. Basis kesatuan ini berasal dari pemuda-pemuda tawanan perang.
Kebijakan kemiliteran ini lebih dikembangkan oleh pengganti Orkhan yaitu Murad I dengan
membentuk sejumlah korps atau cabang-cabang yennisary. Pembaharuan secara besar-besaran
dalam tubuh organisasi militer oleh Orkhan dan Murad I tidak hanya bentuk perombakan

9Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, ( Jakarta: PT. Raja Graindo Persada, 1997), hal.130
10K. Ali, A Study of Islamic History, Diterjemahkan oleh Ghufron A. Mas’adi, Sejarah Islam, Tarikh
Pramodern, ( Cet. III; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), hal.361.
11 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, hal.130.
12 Syafik A. Mughani, Sejarah kebudayaan Islam Di Turki, (Cet. I; Jakarta: Logos, 1997), hal.54
13
Hassan Ibrahim Hassan, Islamic History And Culture, Diterjemahkan oleh Djahdan Human, Sejarah Dan
Kebudayaan Islam, ( Cet. I; Yogyakarta: 1989), hal. 327.

57 | 5 3 - 7 1
Al-Dzahab Vol. 1 (1) 2020

personil pemimpinnya, tetapi juga dalam keanggotaanya. Seluruh pasukan militer dididik dan
dilatih dalam asrama militer dengan pembekalan semangat perjuangan Islam. Kekuatan militer
Yennisary berhasil mengubah Negara Usmany yang baru lahir ini menjadi mesin perang yang
paling kuat dan memberikan dorongan yang besar sekali bagi penaklukan negeri-negeri non
Muslim.14 Pada masa Orkhan inilah dimulai usaha perluasan wilayah yang lebih agresip dibanding
pada masa Usman. Dengan mengandalkan jennisary, Orkhan dapat menaklukan Azmir (Smirna)
tahun 1327 M, Thawasyanly (1330 M), Uskandar (1338 M), Ankara (1354 M) dan Gallipoli (1356
M). Daerah-daerah ini merupakan bagian benua Eropa yang pertama kali diduduki oleh kerajaan
Usmani.15
Setelah Murad I tewas dalam pertempura melawan pasukan Kristen, ekspansi berikutnya
dilanjutkan oleh putranya Bayazid I. Pada tahun 1391 M. Pasukan Bayazid I apat merebut benteng
Philladelpia dan Gramania atau Kirman (Iran). Dengan demikian kerajaan Usmani secara bertahap
menjadi suatu kerajaan besar.16 Suatu hal yang sangat disayangkan bahwa Bayazid I tewas dalam
pertempuran melawan timur lenk. Tewasnya bayasid I dan sebagian besar pasukannya melawan
hamper seluruh wilaya Usmani jatu ketangan Timur Lenk.
Kerjaan Usmani bangkit kembali pada masa pemerintahan Murad II. Ia digelari Al-Fatih
(Sang Penakluk) karena pada masanya ekspansi Islam berlangsung secara besar-besaran. Kota
penting yang berhasil ditaklukkan adalah Konstantinopel pada tahun 1453. Dengan demikian
usaha menaklukkan atas kerajaan Romawi Timur yang dimulai sejak zaman Umar Bin Khattab
telah tercapai. Konstantinopel dijadikan ibu kita kerajaan dan namanya diubah menjadi Istanbul
(Tahta Isalm). Kejatuhan Konstantinopel memudahkan tentara Utsmani menaklukkan wilayah
lainnya seperti Serbia, Albania dan Hongaria.17
Sekalipun Konstatinopel telah jatuh di tangan Utsmani dibawa kekuasaan Muhammad Al-
Fatih, namun umat Kristen sebagai pendudduk asli daerah tersebut tetap diberikan kebebasan
beragama. Bahkan mereka dibiarkan memilih ketua-ketua dilantik oleh Sultan.18
Setelah Muhammad Al-Fatih meninggal, Ia digantikan Bayazid II.19 Ia lebih
mementingkan kehidupan tasawuf daripada berperang. Kelemahannya di bidang pemerintahan

14 Mahmudunnasir, Islam Konsepsi Dan Sejarahnya, ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1994), hal. 376.
15 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, hal. 130-131.
16 Ibid, hal.141
17 Syafik A. Mughani, Sejarah kebudayaan Islam Di Turki, (Cet. I; Jakarta: Logos, 1997), hal.59-60
18 Ibid, hal. 59
19 Ibid, hal. 60

58 | 5 3 - 7 1
Al-Dzahab Vol. 1 (1) 2020

yang cenderung berdamai dengan musuh mengakibatkan Ia tidak ditaati oleh rakyatnya, termasuk
putra-putranya. Karena seringnya terjadi perselisihan yang panjang antara dia dan putra-putranya,
akhirnya Ia mengundurkan diri dan diganti putranya, Salim I pada tahun 1512 M. Pada masa Sultan
Salim I pada tahu 1517 M. Gelar Khalifah yang disandang oleh Al-Mutawakki alaa llah, salah
seorang keturunan Banii Abbas yang selamat dari Bangsa mongol tahun 1235 M. dan saat itu
berada dalam proteksi makhluk diambil alih oleh Sultan. Engan demikian pada masa Sultan Salim
ini para Sultan Usmani menyandang dua gelar, yaitu gelar Sultan dan gelar Khalifah. Sehingga
nama Sultan Salim pun mulai disebutkan dalam khutbah-khubah. Selain itu ia pun dalam masa
pemerintahannya selama 8 tahun menjadi penguasa dan pelindung 2 buah kota suci yaitu Mekkah
dan Madinah.20
Puncak kerajaan Turki Usmani dicapai pada masa pemerintahan Sulaeman I. Ia digelari
Al-Qanuni, karena ia berhasil membuat undan-undan yang mengatur masyarakat. Orang, barat
menyebunya sebagai Sulaeman yang agung, the magnificien. Ia menyebut dirinya sultan dari
segala sultan, raja dari segala raja, pemberian anigra mahkota bagi para raja. Pada masanya
wilayahnya meliputi dataran Eropa hingga Austria, Mesir dan Afrika Utara hingga ke Aljazair dan
Asia hingga Persia, serta meliputi lautan Hindia, Laut Arabia, Laut merah, Laut tengah,dan Laut
Hitam.
Untuk lebih jelasnya penulis akan menyebutkan priode-priode kesultanan pada masa
kerajaan Turki Usmani. Dalam bukunya DR. Syafiq A. Mughani membagi menjadi 5 (Lima)
priode yakni priode I pada tahun 1299-1402 M. priode ke II pada tahun 1402-1566 M, priode ke
III 1566-1699 M, priode ke IV pada tahun 1699-1839 M dan priode ke V pada tahun 1839-1922
M.21

3. Kondisi Sosial Politik, Sosio-Keagamaan, Sosio-Pendidikan, dan Ekonomi


Pembahasan tentang kondisi sosial politik, sosio-keagamaan, sosio-pendidikan dan
ekonomi di kerajaan Turki Usmani, dalam usaha memahami perkembangan lslam secara obyektif
dan komprehensif memang sangat signifikan. Hal ini mengingat perkembangan sosial politik,
sosio-keagamaan dan ekonomi bukanlah sesuatu yang bersifat konstan, melainkan dinamis
Dengan pemahaman konteks tersebut, diharapkan akan diperoleh sebuah perspektif yang

20
Hassan Ibrahim Hassan, Islamic History And Culture, Diterjemahkan oleh Djahdan Human, Sejarah Dan
Kebudayaan Islam, hal. 333
21 Syafik A. Mughani, Op.Cit, hal. 54

59 | 5 3 - 7 1
Al-Dzahab Vol. 1 (1) 2020

tidak bersifat simplifiet. Berkenaan dengan ini setidaknya ada beberapa hal yang bisa dijadikan
pisau analisis, di antaranya kondisi sosial politik, sosio-keagamaan, sosio-pendidikan dan
ekonomi.

3.1. Kondisi Sosial Politik


Kerajaan Turki Usmani memiliki wilayah kekuasaan yang sangat luas. Masyarakat yang
berada dalam wilayahnya tentu jumlahnya banyak pula. Mereka memiliki latar belakang yang
berbeda-beda, mereka adalah rakyat atau penduduk yang menetap di dalam wilayah kekuasaan
kerajaan Turki Ustmani. Dalam kacamata sosial politik kerajaan Turki Ustmani merupakan
perpaduan antara kebudayaan Persia, Bizantium dan Arab. Dari kebudayaan Persia, mereka
banyak menerima ajaran-ajaran tentang etika dan tata krama dalam kehidupan istana. Organisasi
pemerintahan dan prinsip kemiliteran mereka dapatkan dari kebudayaan Bizantium. Sedang dari
kebudayaan Arab, mereka mendapatkan ajaran tentang prinsip ekonomi, kemasyarakatan.22
Pembentukan kerajaan ini adalah bangsa Turki dari Kabilah Oghuz yang mendiami daerah
Mongol dan daerah utara negeri Cina. Dalam jangka waktu kira-kira tiga abad, mereka pindah ke
Turkistan kemudian Persia dan Irak. Mereka masuk Islam sekitar abad ke sembilan atau ke
sepuluh, ketika mereka menetap di Asia Tengah. Di bawah tekanan serangan-serangan Mongol
pada abad ke13 M, mereka melarikan diri ke daerah barat dan mencari tempat pengungsian di
tengah-tengah saudara-saudara mereka, orang-orang Turki Seljuk, di dataran tinggi Asia Kecil.23
Di sana, di bawah pimpinan Ertoghrul, mereka mengabdikan diri kepada Sultan Alauddin II, Sultan
Seljuk yang kebetulan sedang berperang melawan Bizantium. Berkat bantuan mereka, Sultan
Alauddin mendapat kemenangan. Atas jasa baik itu, Alauddin menghadiahkan sebidang tanah di
Asia Kecil yang berbatasan dengan Bizantium. Sejak itu mereka terus membina wilayah barunya
dan memilih kota Syukud sebagai ibu kota.24
Ertoghrul meninggal dunia tahun 1289 M. kepemimpinan dilanjutkan oleh puteranya,
Ustman. Putera Ertoghrul inilah yang dianggap sebagai pendiri kerajaan Ustmani. Ustman
memerintah antara tahun 1290 M dan 1326 M. Sebagaimana ayahnya, ia banyak berjasa kepada
22
Binnaz Toprak, Islam and Political Development in Turkey (Leiden: E. J. Berill, 1981), hal.43 sebagaimana
dikutip oleh Badri Yatim, Sejarah Kebudayaan Islam (Cet. III; Jakarta: Rajawali Press, 1993), hal. 135-136.
23 Hassan Ibrahin Hassan, "Islamic History and Culture, From 632-1968, diterjemahkan oleh Djahdam

dengan judul Sejarah dan Kebudayaan Islam:632-1968 (Cet. I; Yogyakarta: Kota Kembang, 1986), hal. 324-325.
24
Ahmad Syalabi, Mausu’ah al-Tarikh al-Islami wa al-Hadlarah al-Islamiyyah (Cet. III; Kairo: Maktabah
Nahdlah al-Misriyyah, 1977), hal. 660.

60 | 5 3 - 7 1
Al-Dzahab Vol. 1 (1) 2020

Sultan Alauddin II dengan keberhasilannya menduduki benteng-benteng Bizantium yang


berdekatan dengan kota Broessa. Pada tahun 1300 M, bangsa Mongol menyerang kerajaan Seljuk
dan Sultan Alauddin terbunuh. Kerajaan Seljuk Rum ini kemudian terpecah-pecah dalam beberapa
kerajaan kecil. Usman pun memproklamirkan secara de facto dan de jure kemerdekaan wilayahnya
dengan nama al-Sulthanah al-Ustmaniyah.25 Kerajaan ini tergolong memiliki masa penguasaan
yang relatif panjang, yaitu sampai abad ke-20 tepatnya tahun 1924, selama lebih kurang 625
tahun.26
Secara berurutan imperium Turki Usmani diperintah oleh seorang sultan dengan 37
penguasa, mereka adalah: Usman I (1299-1326); Orkhan (1326-1359); Murad I (1359-1389);
Bayazid I (1389-1402); Muhammad I (1403-1421); Murad II (1421-1451); Muhammad II Fatih
(1451-1481); Bayazid II (1481-1512); Salim I (1512-1520); Sulaiman I Qanuni (1520- 1566);
Salim II (1566-1573); Murad III (1573-1596); Muhammad III (1596- 1603); Ahmad I (1603-
1617); Mustafa I (1617-1618); Usman II (1618-1622); Mustafa (1622-1623); Murad IV (1623-
1640); Ibrahim I (1640-1648); Muhammad IV (1648-1687); Sulaiman III (1687-1691); Ahmad II
(1691-1695); Mustafa II (1695-1703); Ahmad III (1703-1730); Mahmud I (1730-1754); Usman
III (1754-1757); Mustafa III (1757-1774); Abdul Hamid I (1774-1788); Salim III (1789-1807);
Mustafa IV (1807-1808); Mahmud II (1808-1839); Abdul Majid I (1839-1861); Abdul Aziz
91861-1876); Murad V (1876-1876); Abdul Hamid II (1876-1909); Muhammad V (1909-1918)
dan Abdul Majid II (1922-1924).
Kebesaran kerajaan Turki Usmani dicapai pada masa pemerintahan Sultan Muhammad II
yang bergelar al-Fath, gelar ini diperoleh karena ia berhasil menaklukkan Konstatinopel pada 28
Mei 1453 M.27 dengan jatuhnya Konstatinopel yang kemudian beralih nama menjadi Istanbul
merupakan saksi sejarah akan kebesaran kerajaan Usmani (Ottoman Empire).
Pada masa Sultan Salim I (1512-1520) kemajuan semakin pesat, ia berhasil menaklukkan
Persia dan Mesir.28 Dan mencapai puncak keemasannya pada abad ke-16 di bawah pemerintahan
Sultan Sulaiman al-Qanani yang bergelar ―Sultan Agung‖ (1520-1566).29 Wilayah kekuasaan

25 Ahmad Syalabi, loc. cit.,


26
Syafiq A. Mughi, Sejarah Kebudayaan Islam di Turki (Cet. II; Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hal.
54-66.
27Syafiq A. Mughni, op. cit., h. 59; Ahmad Syalabi, op.cit., h. 650; Hassan Ibrahim Hassan, op. cit., hal.
330; Harun Nasution, ―Islam Ditinjau…‖, Jilid I, op. cit. hal. 84.
28
Syafiq A. Mughni, loc. .cit.,
29
Hassan Ibrahim Hassan, op. cit., hal. 334.

61 | 5 3 - 7 1
Al-Dzahab Vol. 1 (1) 2020

kerajaan Usmani pada masa Sultan Sulaiman al- Qanuni meliputi tiga benua, yaitu benua Asia,
meliputi Asia Kecil, Armenia, Irak, Suria, Hujaz serta Yaman. Benua Afrika meliputi Mesir, Libia,
Tunis serta Aljazair, dan benua Eropa meliputi Bulgaria, Yunani, Yugoslapia, Albania, Hongaria
dan Rumania.30
Setelah masa kejayaan itu, Turki Usmani mengalami kemunduran dengan berbagai
kekalahan perang melawan bangsa Eropa. Kekalahan demi kekalahan membuat para elit politik
berpikir dan menyelidiki sebab kekalahannya. Di antara sebab itu adalah keunggulan lawan dalam
bidang sains dan teknologi, sehingga mampu menciptakan peralatan modern.
Pada awal abad ke-17 Turki Usmani mulai memperdebatkan mengenai cara terbaik bagi
program restorasi, integritas politik dan efektifitas kekuatan militer yang dimiliki kerajaan. Para
pembaharu pada awalnya berlandasakan kekuatan Kristen Eorpa atas kaum Muslim. Para
modernis menganggap perlunya kerajaan Turki mengadobsi metode yang dimiliki bangsa Eropa
dan pendidikan kemiliteran, organisasi pemerintahan dan administrasi untuk menciptakan suatu
perubahan diberbagai bidang yakni pendidikan, ekonomi, sosial dan kemiliteran yang mendukung
terbentuknya negara moderen.31
Semenjak abad kedelapan belas penasehat militer Eropa telah mulai dipekerjakan untuk
memberikan latihan kemiliteran bagi pejabat militer kerajaan, selain itu percetakan didirikan untuk
menerbitkan beberapa terjemahan karya Eropa utamanya bidang tekhnik militer dan geografi
Kondisi yang demikian menggelitik pemikiran para golongan terpelajar atau elit birokrat untuk
memperbaharui sistem pendidikan dan pengajaran agar mampu mengangkat keterpurukan itu.
Pembaharuan yang dimaksud adalah mencoba memasukkan pelajaran umum ke dalam madrasah
dan mendirikan sekolah untuk pengetahuan umum. Namun usaha itu tidak banyak mendapat
respon digolongan ulama, sehingga sekolah ini berjalan masing-masing dan yang kemudian pada
akhirnya melahirkan bibit sekuler.

3.2. Kondisi Sosio-Keagamaan


Sebagaimana diketahui bahwa kehidupan sosio-keagamaan merupakan bagian terpenting
dalam sistem sosial politik di Turki Usmani. Melihat kondisi sosial politik di atas, maka Sultan
Turki memegang dua kekuasaan, yaitu Pertama, kekuasaan yang mengurusi masalah-masalah

30
Syafiq A. Mugni, op.cit., h. 60; Harun Nasution, ―Islam di Tinjau…‖ op. cit., hal. 58
31
Syafig. A. Mughni, op. cit., hal. 121.

62 | 5 3 - 7 1
Al-Dzahab Vol. 1 (1) 2020

keduniaan atau pemerintahan yang disimbolkan dengan gelar Sultan dan Kedua, kekuasaan yang
mengurusi masalah agama yang disimbolkan dengan gelar khalifah. Oleh karena itu, dalam bidang
keagamaan penguasa sangat terikat dengan syari’at Islam. Ulama mempunyai otoritas yang tinggi
dalam negara dan masyarakat. Para ulama yang diketuai syakh al-Islam atau mufti— sebagai salah
seorang pejabat tinggi agama--berwenang menyampaikan fatwa resmi mengenai kebijaksanaan
(policy) sultan dan problematika keagamaan32 Kegiatan tarekat berkembang pesat. Al-Bektasyi dan
al-Maulawy merupakan dua yang paling besar dari beberapa aliran tarekat. Tarekat Bekstasy
sangat berpengaruh dikalangan tentara Yennisery, sedangkan tarekat Maulawy berpengaruh besar
di kalangan penguasa.
Sufisme pada masa itu diganrungi oleh umat Islam dan berkembang pesat. Keadaan frustasi
yang merata di kalangan umat karena hancurnya tatanan kehidupan, akibat konflik- konflik internal
dan eksternal mengakibatkan orang kembali kepada Tuhan. Madrasah-madrasah yang ada
diwarnai dengan nuansa sufistik dengan dijadikannya sebagai zawiyahzawiyah untuk mengadakan
riyadhah, merintis jalan untuk kembali kepada Tuhan di bawah bimbingan otoritas mursyid.
Dengan demikian maka berkembanglah berbagai sistem riyadhah untuk menuntun para murid,
inilah yang kemudian menjadi dan disebut tarekat.

3.3. Kondisi Sosio-Pendidikan Islam


Sebagaimana telah disinggung pada bab terdahulu, pada dasarny proses pendidikan Islam
di kerajaan Turki Usmani sebenarnya telah berlangsung sepanjang perkembangan sosial politik
dan sosio-keagamaan. Maka untuk dapat mengetahui dinamika kehidupan serta kecenderungan
masyarakat dan kebudayaan yang dihasilkannya pada suatu kurun waktu tertentu, cara paling cepat
adalah dengan melihat kecenderangan pola hidup para penguasanya. Metode ini akan memperoleh
validitas lebih tinggi jika dipergunakan pada model-model perkembangan masyarakat di bawah
pemerintahan yang bersifat monarki. Dalam konteks kajian ini, untuk melihat dinamika kehidupan
sosio-pendidikan akan dimulai dengan melihat sikap para sultan sebagai kepala pemerintahan di
kerajaan Turki Usmani, terhadap pendidikan dan pengembangan keilmuan secara umum.

32 Hasbullah Bakry, Pedoman Islam di Indonesia (Cet. V; Jakarta: UI-Press, 1990), hal. 326.

63 | 5 3 - 7 1
Al-Dzahab Vol. 1 (1) 2020

Institusi pendidikan pada masa Turki Usman mula-mula didirikan oleh Sultan Orkhan
(1326-1359),33 Sistem pengajaran yang dikembangkan adalah menghafal matan-matan meskipun
murid tidak mengerti maksudnya, seperti menghafal matan al-Jurumiah, matan Taqrib, matan
Alfiah, matan Sultan dan lain-lain. Murid-murid setelah menghafal matan itu barulah mempelajari
syarahnya, kadang-kadang serta khasiyahnya.34 Sedangkan Ilmu pengetahuan keislaman seperti
fiqih, tafsir, ilmu kalam dan lain-lain tidak mengalami perkembangan. Kebanyakan penguasa
Usmani cenderung bersikap taqlid dan fanatik terhadap suatu mazhab dan menentang mazhab yang
lain.
Adanya kekalahan-kekalahan yang di alami kerajaan Turki Usmani menyebabkan Sultan
Ahmad III (1703-1730 M.) amat prihatin sembari melakukan ibda’ bi nafsi, kenapa Kerajaan Turki
Ustmani selalu kalah? Dari itu, tumbuhlah sikap baru dalam diri kerajaan Turki Usmani untuk
bersikap lebih arif terhadap keberadaan Barat. Barat tidak lagi dianggap sebagai musuh yang harus
dijauhi. Menurut Sultan Ahmad III bila umat Islan ingin maju, maka harus menghargai dan mau
menjalin kerja sama untuk mengejar ketertinggalan Islam dengan Barat.35 Langkah yang pertama
yang ia ambil adalah dengan melakukan pengiriman duta-duta ke Eropa untuk mengamati
keunggulan Barat, selanjutnya menyampaikan hasil-hasil penelitian tersebut kepada sultan. Salah
satu implikasi dari adanya penelitian tersebut muncul ide dari sultan untuk mendirikan sekolah
Teknik Militer yang mengajarkan taktik, strategi, serta teknik militer.
Selain militer, Turki mengembangkan ilmu pengetahuan dengan cara mendirikan
percetakan Istambul pada tahun 1727 M. sebagai cara mempermudah acces buku-buku
pengetahuan, mencetak buku-buku tentang ilmu kedokteran, ilmu kalam, ilmu pasti, astronomi,
sejarah, kitab hadis, fikih, dan tafsir.36 Selain itu, pada tahun 1717 M beliau mendirikan lembaga
terjemah yang bertugas menerjemahkan buku-buku dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan ke
dalam bahasa Turki.37
Dengan demikian upaya pembaruan pendidikan yang dilakukan Sultan Ahmad III lebih
pada upaya menciptakan satu lembaga pendidikan yang di dalamnya mengajarkan ilmu-ilmu

33 Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Hidayah Agung, 1989), hal. 165.
34
Ibid., hal. 168.
35
Harun Nasution, Islam Rasional: Gagasan dan Pemikiran, dalam Saiful Muzani (ed.), (Cet. V; Bandung:
Mizan, 1997), hal. 528
36 Ibid, hal. 516.
37
Harun Nasution, ―Pembaharuan…‖, op. cit., h. 16

64 | 5 3 - 7 1
Al-Dzahab Vol. 1 (1) 2020

yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, bangsa dan negara. Upaya ini terus dilakukan sampai
beliau wafat, dan kemudian dilanjutkan oleh Sultan Salim III.
Sultan Salim III (1789-1807 M), memperkenalkan program pembaharuan yang dikenal
dengan nama Nizam Jadid. Rencana pembaruan itu meliputi pembentukan korp militer baru,
perluasan sistem perpajakan dan pelatihan untuk mendidik para kader bagi rezim baru, namun
fakta berbicara lain, rencana yang dikemukakan oleh Sultan Salim ternyata tidak mendapat
dukungan para ulama dan kelompok militer Yeniseri, yang akhirnya ia sendiri menjadi korban
rencana pembaharuan tersebut. ia digulingkan pada tahun 1807.38 Meskipun demikian, program
pembaharuan tersebut baru terealisasi pada periode Sultan Mahmud II, Tanzimat dan Usmani
Muda.

3.4. Kondisi Ekonomi


Telah disinggung di atas bahwa sebagai bangsa yang berdarah militer, Turki Ustmani lebih
memperhatikan kemajuan bidang politik dan militer. Dengan demikian kondisi ekonomi dan
keuangan turut memberikan andil bagi perkembangan lslam di kerajaan Turki Ustmani. Terjadinya
peperangan yang berkesinambungan yang menimpa Turki Usmani baik peperangan yang bersifat
ofensif-ekspansif (untuk memperluas wilayah kekuasaan), defensive (mempertahankan diri dari
serangan luar) maupun yang bersifat prefentif (untuk memadamkan pemberontakan-
pemberontakan dari dalam). Berbagai peperangan ini sangat menguras sumber dana Turki Usmani.
Sebagai konsekuensi logis dari peperangan yang berkepanjangan ini adalah melemahnya
sendi-sendi kekuatan kerajaan dibidang militer, administrasi dan lainnya. Peperangan tersebut juga
berdampak pada merosotnya perekonomian Turki Usmani karena pendapatan negara berkurang
secara drastis sementara belanja negara semakin tinggi untuk biaya perang.39
Peperangan yang tak kunjung usai dan merosotnya perekonomian negara maka secara
simultan juga berakibat pada terabaikannya kesejahteraan umum. Penguasa Turki Usmani tidak
lagi memikirkan apalagi memperhatikan pola pembangunan dan rehabilitasi jalan-jalan, rumah
sakit, sekolah-sekolah serta prasarana ekonomi seperti pembangunan sektor pertanian, pengairan

38
Ibid.
39 Ahmad Syalabi, op. cit., hal. 687-688.

65 | 5 3 - 7 1
Al-Dzahab Vol. 1 (1) 2020

atau pemeliharaan bendungan, sehingga para petani kehilangan harapan untuk mengembangkan
taraf hidup mereka.40 Kondisi demikian berdampak pada berbagai sektor.

4. Kemajuan Daulah Turki Utsmaniyah


Akulturasi budaya pada masa Turki Utsmani ini menjadi penyebab kemajuan Dinasti
Turki Utsmani. Dimana keseluruhan kebudayaan turki merupakan percampuran dari berbagai
macam elemen yang berbeda-beda.dari bidang persia, yang berhubungan dengan oran Turki
bahkan sebelum mereka bermigrasi ke Asia Barat, lahirlah corak-corak yang artistik, pola-pola
yang indah, serta ide-ide politik yang mengangkat keagungan raja. Warisan-warisan kebudayaan
Asia tengah yang nomaden, bisa disebut diantaranya kebiasaaan mereka untuk berperang dan
menaklukkan, serta kecendrungan untuk berasimilasi.
Maka kemajuan-kemajuan pada daulah turki utsmani dapat dipetakkan menjadi beberapa
hal, diantaranya yaitu:
a) Pengelolaan dalam bidang pemerintahan dan reorganisasi militer
Penataan administrasi pemerintahan Turki Utsmani secara umum baru di mulai pada masa
Sultan Muhammad Fatih. Administrasi pemerintahan Turki Utsmani secara komprehensif terbagi
menjadi pemerintahan pusat, pemerintahan daerah, dan pemerintahan lokal. Selanjutnya dibidang
militer juga merupakan salah satu prestasi kemajuan yang terbesar dari kerajaan Turki Utsmani.
Kekuatan militer kerajaan Turki Utsmani terdiri atas pasukan feodal, yenisseri, korps-korps
khusus, dan pasukan pembantu dari angkatan darat dan laut. Kerajaan Turki Utsmani sejak
berdirinya dan khususnya sejak masa Muhammad Al-fatih merupakan kekuatan militer yang
tangguh dan baik di dunia sampai akhir abad ke-17.
b) Kemajuan dalam bidang perekonomian
Daerah kekuasaan yang luas memungkinkan kerajaan turki utsmani membangun
perekonomian kuat dan maju. Pada masa puncak kemajuannya, semua daerah dan kota penting
yang menjadi pusat perdagangan dan perekonomian jatuh ketangannya. Daerah-daerah yang di
taklukkan menjadi sumber perekonomian kerajaan Turki Utsmani. Hal ini di sebabkan dalam
setiap keberhasilan kerajaan mendapatkan rampasan perang, jizyah, dan pajak sesudahnya.

40
Ibid., hal. 688-689

66 | 5 3 - 7 1
Al-Dzahab Vol. 1 (1) 2020

Begitu pula dengan dikuasai kota-kota dangang dan jalur perdagangan dilaut dan didarat
memungkinkan pula kerajaan memacu kemajuan ekonominya melalui perdagangan.41
c) Kemajuan dalam bidang ilmu dan budaya
Dalam wilayah Turki Utsmani muncul tokoh-tokoh penting dalam bidang kebudayaan,
seperti pada abad-abad ke-16, 17, dan 18. Aliran yang di dirikan oleh Baki dan Fuzuli pada abad
ke-17, menekankan tradisi yang berbeda yang didasarkan pengaruh persia dan terutama turki.
Hasilnya ialah mundurnya gaya romantik menshevi, yang hanya terbatas pada karya-karya singkat
dari etika, berisi anekdot, sedangkan kaside turki menjadi alat yang menonjol dari ekspresi puisi.
Kesungguhan usaha Kerajaan Turki Utsmani dalam kegiatan ilmu dan budaya hanya terlihat
dalam bidang hukum dan kebudayaan turki. Dalam bidang hukum dia berhasil mengangkat syari’at
islam pada tingkat yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang diberikan oleh negara-negara islam
lainnya. Bahkan, dalam arti tertentu negara islam pertama yang mencoba pertama yang mencoba
mengangkat syari’at islam sebagai hukumefektif bagi negara dalam aspek kehidupan. Hal ini bisa
dilihat pada masa sultan Muhammad Al-fatih sisusunlah buku Qanun Usmane oleh kerajaan. Buku
ini tidak hanya berisi perundang-undangan legislatif, tetapi juga berisi himpunan peraturan dan
praktik hukum lainnya. Pada masa Sulaeman Al- qanuni disusun pula buku Multaqa Al-Abhur,
buku yang terkenal dalam bidang hukum yang membuat sultan sulaeman digelari al-qanuni. Buku
ini menjadi standar bagi Kerajaan Turki Utsmani di bidang hukum sampai akhir abad ke-19M.
Sementara dalam bidang arsitektur, khususnya pada masa sultan sulaeman al-qanuni, dia
menyempurnakan dalam memperindah ibu kota, serta kota-kota lainnya dengan mendirikan
masjid, sekolah, rumah sakit, istana, jembatan trowongan, jalur kereta dan pemandian umum.
Seorang arsitek kepercayaan kerajaan yang mengubah wajah kerajaan Turki Utsmani menjadi
indah adalah seorang muallaf bernama Sinan. Karya agung nya adalah masjid Sulaimaniyah.
Kebekuan kegiatan ilmu dan pemikiran tersebut disebabkan oleh tertutupnya pintu ijtihad. Para
ulama’ masih menutup pintu ijtihad dan kegiatan penyelidikan ilmiah. Mereka sama sekali tidak
tertarik untuk mengadakan ijtihad dan melakukan penyelidikan ilmiah untuk mendapatkan
pengetahuan baru. Bahkan mereka menolak segala pemikiran baru. Padahal mereka adalah

41Anis Jamil Mahdi, Dinasti Turki Utsmani(kejayaan dan faktor yang melatar belakangi keruntuhan dinasti
tuki utsmani), diakses 05 Mei 2020. http://watawasoubilhaqqi.blogspot.com/2017/11/dinasti-turki-usmani- kejayaan-
dan.html.

67 | 5 3 - 7 1
Al-Dzahab Vol. 1 (1) 2020

seorang yang sangat berwenang dalam menyusun kebijaksanaan pendidikan dan pengajaran.
Keadaan ini berlangsung sampai permulaan abad ke-19M.
Jadi, kemajuan yang dicapai Turki Utsmani hanya dalam bidang politik, sosial, ekonomi dan
budaya. Kebudayaan Turki merupakan perpaduan antara kebudayaan persia, bizantium, dan arab.
Kebudayaan persia telah banyak menanamkan ajaran-ajaran etika dan tatakrama dalam istana.
Sedangkan dari budaya bizantium menghasilkan kemajuan dalam aspek keorganisasian,
kemiliteran, dan pemerintahan. Sedangkan dari kebudayaan Arab, mereka mendapatkan ajaran
tentang ekonomi, kemasyarakatan dan ilmu pengetahuan.

5. Kemunduran Daulah Turki Ustmani


Setelah beberapa abad kerajaan Turki Utsmani memberikan sumbangsih sejarah sebagai
kerajaan Islam yang cukup besar wilayahnya yang pernah menguasai sebagian belahan dunia
setelah Daulah Umayyah dan Daulah Abbasiyah, Kerajaan ini mengalami banyak sekali
kemunduran dalam segala bidang. Baik dalam hal ekonomi, kebudayaan, bahkan militer.
Kemunduran Kerajaan turki Utsmani mulai tampak setelah meninggalnya Sultan Sulaiman
alQanuni tahun 974H/1566M. Karena Kerajaan Turki adalah kerajaan besar maka kemunduran ini
tidak terjadi cepat namun perlahan tapi pasti.42
Beberapa sebab kemunduran tersebut karena :
a. Wilayah kekuasaan yang sangat luas, administrasi pemerintahan bagi suatu negara yang
amat luas wilayahnya sangat rumit dan kompleks, sementara administrasi pemerintahan
kerajaan Utsmani tidak beres. Dipihak lain penguasa sangat berambisi menguasai wilayah
yang sangat luas sehingga mereka terlibat perang terus-menerus dengan berbagai bangsa.
Hal ini tentu menyedot banyak potensi yang seharusnya dapat digunakan untuk
membangun negara.
b. Heterogenitas penduduk, sebagai kerajaan besar Turki Usmani menguasai wilayah yang
amat luas mencakup Asia Kecil, Armenia, Irak, Siria, Hejaz, dan Yaman di Asia; Mesir,
Libia, Tunis, dan Aljazair di Afrika; di Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria;
di Rumania di Eropa. Wilayah yang luas itu didiami oleh penduduk yang beragam baik
dari segi agama, ras, etnis, maupun adat istiadat. Untuk mengatur penduduk yang

42
Bisri Djalil, kemunduran dan perkembangan politik turki utsmani. Jurnal lentera(2017):203. Diakses
pada 05 Mei 2020.

68 | 5 3 - 7 1
Al-Dzahab Vol. 1 (1) 2020

beragam dan tersebar di wilayah yang luas itu diperlukan suatu organisasi pemerintah yang
teratur.
c. Kelemahan para penguasa, sepeninggal sulaiman Al –Qanuni kerajaan Utsmani diperintah
oleh sultan-sultan yang lemah, baik dalam kepribadian terutama dalam kepemimpinannya.
Akibatnya pemerintahan menjadi kacau. Kekacauan itu tidak pernah dapat diatasi secara
sempurna bahkan semakin lama semakin semakin parah.
d. Budaya pungli, pungli merupakan perbuatan yang sudah umum terjadi dalam kerajaan
utsmani. Setiap jabatan hendak diraih oleh seseorang harus di bayar dengan sogokan
kepada orang yang berhak memberikan jabatan tersebut. Berjangkitnya budaya pungli ini
mengakibatkan dekadensi moral kian merajalela yang membuat pejabat semakin rapuh.
e. Pemberontakan tentara Jenissari, kemajuan ekspansi kerajaan utsmani banyak ditentukan
oleh kuatnya tentara Jenissari. Dengan demikian dapat dibayangkan bagaimana kalau
tentara ini memberontak. Pemberontakan tentara Jenissari terjadi sebanyak empat kali,
yaitu pada tahun 1525 M,1632 M, 1727 M, dean 1826 M.
f. Merosotnya ekonomi, akibat perang yang tak pernah berhenti perekonomian negara
merosot. Pendapatan berkurang sementara belanja negara sangat besar termasuk untuk
biaya perang.
g. Terjadinya stagnasi dalam lapangan ilmu dan teknologi kerajaan Utsmani kurang berhasil
dalam pengembangan ilmu kekuatan militer. Kemajuan militer yang tidak diimbangi oleh
kemajuan dan teknologi menyebabkan kerajaan ini tidak sanggup mengahadapi
persenjataan musuh dari Eropa yang lebih maju.

Sedangkan Syafiq Mughni memaparkan bahwa kemunduran Turki pada abad ke XVII
terjadi karena kemerosotan kondisi sosial-ekonomi dengan 3 sebab: pertama, ledakan jumlah
penduduk. Perubahan mendasar terjadi pada jumlah penduduk kerajaan sebagaimana terjadi pada
struktur ekonomi dan keuangan. Penduduk Turki bertambah dua kali lipat dari sebelumnya. Kedua,
lemahnya Perekonomian dalam Negeri. Kebijakan perekonomian dalam negeri Turki dihadapkan
pada kebijakan perekonomian baru yang didengungkan negara-negara Eropa membuat
perekonomian turki semakin terpuruk dan ditinggal relasinya. Ketiga, munculnya Kekuatan Eropa.
Munculnya kekuatan Politik baru di daratan Eropa dapat dianggap secara umum sebagai faktor
yang mempercepat keruntuhan kerajaan Turki Uthmani. Munculnya

69 | 5 3 - 7 1
Al-Dzahab Vol. 1 (1) 2020

kekuatan-kekuatan baru tersebut disebabkan beberapa penemuan dalam teknologi di Eropa yang
memacu bangkitnya kekuatan baru di bidang ekonomi maupun militer. Hal ini tidak hanya
merubah format hidup masyarakat Islam tetapi juga keseluruhan umat manusia.43
Turki Utsmani yang berabad-abad menjadi sebuah kerajaan besar dengan peradaban yang
yang cukup tinggi memadukan budaya budaya besar Persi, Eropa dan Arab. Dengan berjalannya
waktu kerajaan Turki Utsmani mengalami kemunduran sejak abad ke XVII Masehi berangsur-
angsur daerah kekuasaannya terlepas atau direbut bangsa lain. Sebagai puncaknya pada abad XX
tepatnya Tahun 1923 Kerajaan Turki Utsmani runtuh, kekhalifahannya dihapuskan dan diganti
dengan Negara Republik. Meski demikian nama negara tersebut masih menggunakan nama Turki
karena nasionalisme mereka sebagai bangsa Turki.44

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Setelah mengkaji data-data yang masih sangat terbatas mengenai sejarah sosial pendidikan
Islam di Kerajaan Turki Usmani, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kerajaan Turki Utsmani sebagai kerajaan yang mampu bertahan hingga abad ke-20. lebih
banyak difokuskan pada masalah kemiliteran dan perluasan wilayah. Oleh karena itu berkaitan
dengan praktek pendidikan dan kehidupan intelektualnya secara keseluruhan diarahkan untuk
memperkokoh stabilitas imperium kerajaan.
2. Terdapat hubungan yang sangat intens dan mutualistik serta inter-causalistik antara
kepentingan interes militer, keagamaan, kekuasaan, dan pembaharuan dalam bidang
pendidikan. Hal ini dapat dipahami, bahwa pada satu sisi militer demikian keras diinjeksikan
pada seluruh lapisan dan wilayah kerajaan demi memperkokoh kekuasaan Turki Usmani dan
pada sisi lain sosio-keagamaan pihak penguasa sangat terikat dengan syari’at Islam dan
berkembang pula paham yang berorientasi sufistik. Upaya pembaharuan yang dilakukan oleh
para sultan di atas, sesungguhnya lebih ditujukan menjawab aspirasi tuntutan zaman abad ke-
19. Misalnya pembaruan Sultan Ahmad III, upaya pembaruan itu lebih banyak ditujukan
kepada: 1) pada pola pemikiran dan sikap yang tadinya anti Barat ke proses kerjasama yang
lebih intens dengan cara pengiriman duta-duta ke Eropa; 2) pendirian sekolah-sekolah modern,
seperti Sekolah Teknik Militer dan; 3)

43 Syafiq Mughni, Sejarah Kebudayaan,.103-112


44
Bisri Djalil, kemunduran dan perkembangan politik turki utsmani. Jurnal lentera(2017):210. Diakses
pada 05 Mei 2020.

70 | 5 3 - 7 1
Al-Dzahab Vol. 1 (1) 2020

pembentukan percetakan buku, hal ini dilakukan sebagai upaya mempermudah access informasi
dari Barat. Dengan demikian, upaya pembaharuan yang dilakukan oleh beberapa Sultan di
Kerajaan Turki Usmani di atas, sesungguhnya lebih banyak melakukan pembentukan sistem
sebagai jawaban dari beberapa kemunduran yang dialami oleh Kerajaan Turki Usmani.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, A. S. (1997). From Samarkand to Stornoway: Living Islam. (Pangestuningsih, Penerj.)
Bandung: Mizan.
Ali, K. (2000). A Study of Islamic History. (G. A. Mas’adi, Penerj.) Jakarta: PT Raja Grafindo.
Al-Usairy, A. (2003). Al-Tārīkhul Islām. (S. Rahman, Penerj.) Jakarta: Akbar Media Eka Sarana.
An-Na'im, A. A. (2007). Islam dan Negara Sekuler, mengasosiasikan Masa Depan Syariah.
Bandung: PT Mizan Pustaka.
Asmuni, Y. (1998). Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia Islam.
Jakarta: PT Raja Grafindo.
Bakry, H. (1990). Pedoman Islam di Indonesia . Jakarta: UI-Press.
Hassan, H. I. (1989). Islamic History And Culture. (D. Human, Penerj.) Yogyakarta: Kota
Kembang.
Mahmudunnasir. (1994). Islam Konsepsi Dan Sejarahnya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mughni, S. A. (1977). Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki. Jakarta: Logos Wacana
Ilmu.
Syalabi, A. (1977). Mausu’ah al-Tarikh al-Islami wa al-Hadlarah al-Islamiyyah. Kairo:
Maktabah Nahdlah Al-Misriyyah.
Toprak, B. (1981). Islam and Political Development in Turkey . Leiden: E.J. Beril.
Yatim, B. (1997). Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Yunus, M. (1989). Sejarah Pendidikan Islam . Jakarta: Hidayah Agung.

71 | 5 3 - 7 1

You might also like