Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Ecotourism Subak Sembung is an ecotourism located on Jl. North Ahmad Yani, Denpasar City, Bali with green
nuances surrounded by Subak (rice fields and waters) which was built in 2014, with an area of 115 Ha. The
Denpasar City Service awarded Subak Sembung to be used as Ecotourism because at that time, Subak Sembung
won 1st place as the Largest Subak in the Province of Bali. Subak Sembung has several main functions, namely:
used for farming the surrounding community, and used as a place for sports such as jogging by people outside the
area/tourists. However, Subak Sembung Ecotourism has several problems: (1) Some activities have not been
fulfilled or accommodated with facilities such as: there is no land for educational activities, there are no buildings
for management and culinary, and there is no land for camping. (2) There is no building that shows the identity
of an Ecotourism. (3) There is no system that regulates utilities at that location, such as electricity and sanitation.
From the problems above, it is necessary to re-planning by developing ecotourism into a better ecotourism. This
paper develops Subak Sembung ecotourism by completing and rearranging several facilities with the theme of
Green Architecture. The method used in this research is qualitative.
ABSTRAK
Ekowisata Subak Sembung adalah ekowisata yang berlokasi di Jl. Ahmad Yani Utara, Kota Denpasar, Bali yang
bernuansa hijau dengan dikelilingi oleh Subak (Persawahan dan Perairan) yang dibangun pada tahun 2014, dengan
luas 115 Ha. Dinas Kota Denpasar menghadiahi Subak Sembung agar dijadikan Ekowisata dikarenakan pada
waktu itu, Subak Sembung mendapatkan juara 1 sebagai Subak Terluas se-Provinsi Bali. Subak Sembung memiliki
beberapa fungsi utama yakni : digunakan untuk bertani masyarakat sekitar, serta dijadikan tempat olahraga seperti
jogging oleh masyarakat luar daerah/wisatawan. Namun pada Ekowisata Subak Sembung memiliki beberapa
permasalahan : (1) Beberapa aktivitas belum terpenuhi ataupun terwadahi dengan fasilitas seperti : belum adanya
lahan untuk kegiatan edukasi, belum terdapat bangunan untuk pengelola dan kuliner, serta belum tersedianya lahan
untuk camping. (2) Belum adanya bangunan yang menunjukan identitas sebuah Ekowisata. (3) Belum adanya
sistem yang mengatur utilitas pada lokasi tersebut seperti arus listrik dan sanitasi. Dari permasalahan di atas,
diperlukannya perencanaan ulang dengan mengembangkan ekowisata tersebut menjadi ekowisata yang lebih baik.
Tulisan ini mengembangkan ekowisata Subak Sembung dengan melengkapi serta menata kembali beberapa
fasilitas dengan tema Green Architecture. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif.
UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur, Volume x, Nomor x Desember xxxx CC-BY-SA 4.0 License Page xx
PENDAHULUAN historis terus tumbuh dan berkembang (Hartini,
2017).
Pariwisata menurut Undang-undang
kepariwisataan No. 10 Tahun 2009 adalah Subak Sembung adalah ekowisata yang
sebuah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh berlokasi di Jl. Ahmad Yani Utara, Kota
perorangan ataupun berkelompok dengan Denpasar, Bali yang bernuansa hijau dengan
mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan dikelilingi oleh Subak (Persawahan dan
pengembangan pribadi, rekreasi, atau Perairan) yang dibangun pada tahun 2014,
mempelajari keunikan daya tarik dari wisata dengan luas 115 Ha. Dinas Kota Denpasar
yang dikunjungi dengan jangka waktu menghadiahi Subak Sembung agar dijadikan
sementara. (Widowati, 2020). Ekowisata dikarenakan pada waktu itu, Subak
Sembung mendapatkan juara 1 sebagai Subak
Menurut Peraturan Menteri Dalam Terluas se-Provinsi Bali. Subak Sembung
Negeri Nomor 33 Tahun 2009 Ekowisata memiliki beberapa fungsi utama yakni :
adalah kegiatan wisata alam yang bertanggung digunakan untuk bertani masyarakat sekitar,
jawab dengan memperhatikan unsur serta dijadikan tempat olahraga seperti jogging
pemahaman, pendidikan, dan dukungan oleh masyarakat luar daerah/wisatawan
terhadap usaha-usaha konservasi sumber daya (Suwirya, 2020).
alam, serta meningkatkan pendapatan
masyarakat setempat/lokal. Pengembangan Pada Ekowisata Subak Sembung
ekowisata adalah kegiatan pemanfaatan, memiliki beberapa permasalahan : (1) Beberapa
perencanaan, dan pengendalian ekowisata aktivitas belum terpenuhi ataupun terwadahi
tersebut. dengan fasilitas seperti : belum adanya lahan
untuk kegiatan edukasi, belum terdapat
Ekowisata menurut The International bangunan untuk pengelola dan kuliner, belum
Ecotourism Society pada tahun 2015 adalah tersedianya lahan untuk camping, taman
sebuah perjalanan yang bertanggung jawab ke bermain maupun spot untuk berfoto. (2) Belum
daerah-daerah alami dengan tujuan menopang adanya bangunan yang menunjukan identitas
kesejahteraan masyarakat setempat, sebuah Ekowisata. (3) Belum adanya sistem
melestarikan lingkungan, melibatkan yang mengatur utilitas pada lokasi tersebut
interpretasi serta pendidikan lingkungan hidup seperti alur listrik dan sanitasi.
(Yosua Leon, 2019). Menurut David Bruce
Weaver (2001) dalam buku Ekowisata dan Green Architecture adalah sebuah
Berkelanjutan karya Asmin. “Ekowisata adalah proses perancangan dalam upaya untuk
suatu bentuk wisata berbasis alam dengan mengurangi dampak lingkungan yang kurang
upaya melestarikannya secara ekologis, baik, untuk mengurangi penggunaan sumber
ekonomi, dan sosial budaya dengan daya energi, pemakaian lahan, meningkatkan
menyediakan beberapa kesempatan kenyamanan manusia dengan meningkatkan
penghargaan dan pembelajaran kepada efisiensinya, dan pengelolaan sampah dengan
pengunjung tentang lingkungan alami atau efektif dalam tataran arsitektur. (Anisa, 2017).
unsur-unsur spesifik lainnya” (Asmin, 2017). Menurut (Sudarwani, 2012). Green
Salah satu jenis ekowisata yang diketahui Architecture ialah sebuah konsep dalam
adalah subak. arsitektur yang berusaha untuk meminimalkan
pengaruh buruk atau kurang baik terhadap
Subak menurut Peraturan Daerah lingkungan alam maupun manusia dan
Provinsi Bali No.9 Tahun 2012 adalah menghasilkan tempat hidup yang lebih baik dan
organisasi tradisional dibidang tatatanaman dan lebih sehat, dengan cara memanfaatkan sumber
atau tataguna air ditingkat usaha pertanian pada daya dan sumber energi alam secara optimal
masyarakat adat di Bali yang bersifat religius, dan efisien.
sosio-agraris, serta ekonomis yang secara
2|Page
Judul Artikel
UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur, Volume x, Nomor x Desember xxxx CC-BY-SA 4.0 License Page xx
Judul Artikel
UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur, Volume x, Nomor x Desember xxxx CC-BY-SA 4.0 License Page xx
Judul Artikel
Ruang Luar
Massa Bangunan
Gambar 8 Hardscape
Ruang Dalam
Sirkulasi
UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur, Volume x, Nomor x Desember xxxx CC-BY-SA 4.0 License Page xx
Judul Artikel
Zoning
Kelompok Civitas
UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur, Volume x, Nomor x Desember xxxx CC-BY-SA 4.0 License Page xx
Judul Artikel
Entrance
Sirkulasi
Ruang Luar
UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur, Volume x, Nomor x Desember xxxx CC-BY-SA 4.0 License Page xx
Judul Artikel
Ruang Dalam
Utilitas
UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur, Volume x, Nomor x Desember xxxx CC-BY-SA 4.0 License Page xx
Judul Artikel
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur, Volume x, Nomor x Desember xxxx CC-BY-SA 4.0 License Page xx
Judul Artikel
UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur, Volume x, Nomor x Desember xxxx CC-BY-SA 4.0 License Page xx