You are on page 1of 10

UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur Universitas Warmadewa

Volume x, Issue x, Month xxxx; pp. xx–xx


https://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/undagi/index
p-ISSN 2338-0454 (printed), e-ISSN 2581-2211 (online) Dipublikasi: xx xx xxxx

Pengembangan Ekowisata Subak Sembung dengan Pendekatan Green Architecture


Livio Kholilul Bahri1, Agus Kurniawan2, I Kadek Merta Wijaya3
1
Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik dan Perencanaan, Universitas Warmadewa, Denpasar, Bali
e-mail: layousdleon@gmail.com1

ABSTRACT

Ecotourism Subak Sembung is an ecotourism located on Jl. North Ahmad Yani, Denpasar City, Bali with green
nuances surrounded by Subak (rice fields and waters) which was built in 2014, with an area of 115 Ha. The
Denpasar City Service awarded Subak Sembung to be used as Ecotourism because at that time, Subak Sembung
won 1st place as the Largest Subak in the Province of Bali. Subak Sembung has several main functions, namely:
used for farming the surrounding community, and used as a place for sports such as jogging by people outside the
area/tourists. However, Subak Sembung Ecotourism has several problems: (1) Some activities have not been
fulfilled or accommodated with facilities such as: there is no land for educational activities, there are no buildings
for management and culinary, and there is no land for camping. (2) There is no building that shows the identity
of an Ecotourism. (3) There is no system that regulates utilities at that location, such as electricity and sanitation.
From the problems above, it is necessary to re-planning by developing ecotourism into a better ecotourism. This
paper develops Subak Sembung ecotourism by completing and rearranging several facilities with the theme of
Green Architecture. The method used in this research is qualitative.

Keywords: Ecotourism; Subak Sembung; Ecotourism Green Architecture

ABSTRAK

Ekowisata Subak Sembung adalah ekowisata yang berlokasi di Jl. Ahmad Yani Utara, Kota Denpasar, Bali yang
bernuansa hijau dengan dikelilingi oleh Subak (Persawahan dan Perairan) yang dibangun pada tahun 2014, dengan
luas 115 Ha. Dinas Kota Denpasar menghadiahi Subak Sembung agar dijadikan Ekowisata dikarenakan pada
waktu itu, Subak Sembung mendapatkan juara 1 sebagai Subak Terluas se-Provinsi Bali. Subak Sembung memiliki
beberapa fungsi utama yakni : digunakan untuk bertani masyarakat sekitar, serta dijadikan tempat olahraga seperti
jogging oleh masyarakat luar daerah/wisatawan. Namun pada Ekowisata Subak Sembung memiliki beberapa
permasalahan : (1) Beberapa aktivitas belum terpenuhi ataupun terwadahi dengan fasilitas seperti : belum adanya
lahan untuk kegiatan edukasi, belum terdapat bangunan untuk pengelola dan kuliner, serta belum tersedianya lahan
untuk camping. (2) Belum adanya bangunan yang menunjukan identitas sebuah Ekowisata. (3) Belum adanya
sistem yang mengatur utilitas pada lokasi tersebut seperti arus listrik dan sanitasi. Dari permasalahan di atas,
diperlukannya perencanaan ulang dengan mengembangkan ekowisata tersebut menjadi ekowisata yang lebih baik.
Tulisan ini mengembangkan ekowisata Subak Sembung dengan melengkapi serta menata kembali beberapa
fasilitas dengan tema Green Architecture. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif.

Kata kunci: Ekowisata; Subak Sembung; Ekowisata Green Architecture

UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur, Volume x, Nomor x Desember xxxx CC-BY-SA 4.0 License Page xx
PENDAHULUAN historis terus tumbuh dan berkembang (Hartini,
2017).
Pariwisata menurut Undang-undang
kepariwisataan No. 10 Tahun 2009 adalah Subak Sembung adalah ekowisata yang
sebuah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh berlokasi di Jl. Ahmad Yani Utara, Kota
perorangan ataupun berkelompok dengan Denpasar, Bali yang bernuansa hijau dengan
mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan dikelilingi oleh Subak (Persawahan dan
pengembangan pribadi, rekreasi, atau Perairan) yang dibangun pada tahun 2014,
mempelajari keunikan daya tarik dari wisata dengan luas 115 Ha. Dinas Kota Denpasar
yang dikunjungi dengan jangka waktu menghadiahi Subak Sembung agar dijadikan
sementara. (Widowati, 2020). Ekowisata dikarenakan pada waktu itu, Subak
Sembung mendapatkan juara 1 sebagai Subak
Menurut Peraturan Menteri Dalam Terluas se-Provinsi Bali. Subak Sembung
Negeri Nomor 33 Tahun 2009 Ekowisata memiliki beberapa fungsi utama yakni :
adalah kegiatan wisata alam yang bertanggung digunakan untuk bertani masyarakat sekitar,
jawab dengan memperhatikan unsur serta dijadikan tempat olahraga seperti jogging
pemahaman, pendidikan, dan dukungan oleh masyarakat luar daerah/wisatawan
terhadap usaha-usaha konservasi sumber daya (Suwirya, 2020).
alam, serta meningkatkan pendapatan
masyarakat setempat/lokal. Pengembangan Pada Ekowisata Subak Sembung
ekowisata adalah kegiatan pemanfaatan, memiliki beberapa permasalahan : (1) Beberapa
perencanaan, dan pengendalian ekowisata aktivitas belum terpenuhi ataupun terwadahi
tersebut. dengan fasilitas seperti : belum adanya lahan
untuk kegiatan edukasi, belum terdapat
Ekowisata menurut The International bangunan untuk pengelola dan kuliner, belum
Ecotourism Society pada tahun 2015 adalah tersedianya lahan untuk camping, taman
sebuah perjalanan yang bertanggung jawab ke bermain maupun spot untuk berfoto. (2) Belum
daerah-daerah alami dengan tujuan menopang adanya bangunan yang menunjukan identitas
kesejahteraan masyarakat setempat, sebuah Ekowisata. (3) Belum adanya sistem
melestarikan lingkungan, melibatkan yang mengatur utilitas pada lokasi tersebut
interpretasi serta pendidikan lingkungan hidup seperti alur listrik dan sanitasi.
(Yosua Leon, 2019). Menurut David Bruce
Weaver (2001) dalam buku Ekowisata dan Green Architecture adalah sebuah
Berkelanjutan karya Asmin. “Ekowisata adalah proses perancangan dalam upaya untuk
suatu bentuk wisata berbasis alam dengan mengurangi dampak lingkungan yang kurang
upaya melestarikannya secara ekologis, baik, untuk mengurangi penggunaan sumber
ekonomi, dan sosial budaya dengan daya energi, pemakaian lahan, meningkatkan
menyediakan beberapa kesempatan kenyamanan manusia dengan meningkatkan
penghargaan dan pembelajaran kepada efisiensinya, dan pengelolaan sampah dengan
pengunjung tentang lingkungan alami atau efektif dalam tataran arsitektur. (Anisa, 2017).
unsur-unsur spesifik lainnya” (Asmin, 2017). Menurut (Sudarwani, 2012). Green
Salah satu jenis ekowisata yang diketahui Architecture ialah sebuah konsep dalam
adalah subak. arsitektur yang berusaha untuk meminimalkan
pengaruh buruk atau kurang baik terhadap
Subak menurut Peraturan Daerah lingkungan alam maupun manusia dan
Provinsi Bali No.9 Tahun 2012 adalah menghasilkan tempat hidup yang lebih baik dan
organisasi tradisional dibidang tatatanaman dan lebih sehat, dengan cara memanfaatkan sumber
atau tataguna air ditingkat usaha pertanian pada daya dan sumber energi alam secara optimal
masyarakat adat di Bali yang bersifat religius, dan efisien.
sosio-agraris, serta ekonomis yang secara

2|Page
Judul Artikel

Pada Ekowisata Subak Sembung yang disajikan ke dalam bentuk uraian


telah dijelaskan di atas tersebut memiliki seperti: deskripsi, sketsa, tabel, grafik,
beberapa kelemahan yakni fasilitas yang gambar atau foto.
terdapat pada Ekowisata Subak Sembung masih
Klasifikasi Data
belum sesuai dengan syarat sebuah bangunan
Ekowisata dan tidak adanya aktivitas yang Metode ini merupakan suatu proses
mencerminkan sebuah Ekowisata itu sendiri. pengumpulan data dengan kesesuaian
atau ketepatan tingkat kegunaannya.
Oleh karena itu diusulkan untuk Spesifikasi metode ini terlihat dalam
mengajukan Pengembangan Ekowisata Subak proses analisa.
Sembung dengan Pendekatan Green
Architecture untuk memenuhi atau HASIL DAN PEMBAHASAN
memfasilitasi kebutuhan tersebut.
Fungsi Wisata Alam
METODE PENELITIAN
Pengembangan dan pengadaan wisata
Adapun beberapa metode penelitian yang
alam memiliki kompleksitas yang tinggi,
dilakukan dalam mencari data sebagai berikut :
dimana kepentingan pemeliharaan keindahan,
Metode Pengumpulan Data kekayaan dan kelestarian alam harus serasi
Observasi dengan kepentingan ekonomi untuk
Observasi dilakukan dengan terjun memperluas lapangan kerja (Yoeti, 1996)
langsung ke lokasi yang bertujuan
untuk mengetahui data-data yang Faktor Daya Tarik Wisata
terdapat pada Ekowisata Subak
Sembung. Attraction/Atraksi
Wawancara Suatu kegiatan atau pertunjukan yang
Wawancara langsung dilakukan menarik perhatian, seperti : pertunjukan
dengan beberapa pihak seperti Pak seni, budaya, tradisi.
Suwirya selaku Kepala Pengurus Accomodation/Akomodasi
Ekowisata Subak Sembung, Fasilitas atau sesuatu yang disediakan untuk
Pengunjung yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan, seperti tempat
mengetahui masalah yang dialami menginap, restoran, tempat ibadah.
terkait dengan Ekowisata tersebut. Accessibility/Akses
Metode Dokumentasi Akses yang dapat mencapai atau menunjang
Metode dokumentasi ini dilakukan daerah tujuan wisata dengan kemudahan dan
dengan cara mengumpulkan data-data kenyamanan dalam pencapaiannya.
yang dimiliki lembaga kemudian Ancillary/Tambahan
disusun dalam bentuk laporan sesuai Fasilitas penunjang daerah tujuan wisata
dengan kebutuhan yang diperlukan. yang dapat menambah daya tarik wisata.
Seperti melakukan foto dibeberapa
lokasi seperti bagian utara, selatan, Preseden
timur maupun barat serta mencatat
segala hal yang dikatakan oleh Pak
Suwirya.

1. Metode Penyajian Data


a. Kompilasi Data
Metode ini merupakan metode
pemilahan pada data yang akan

UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur, Volume x, Nomor x Desember xxxx CC-BY-SA 4.0 License Page xx
Judul Artikel

Gambar 1 Desa Wisata Pujon Kidul


(Sumber : https://www.sie.pujonkidul.desa.id/ , 2020)

Gambar 3 Penetapan Lokasi Site

Penerapan Konsep Dasar

Konsep Dasar pada Pengembangan


Ekowisata Subak Sembung Dengan Pendekatan
Green Architecture ini adalah Arsitektur
Kontemporer yang akan diterapkan pada desain
bangunan nantinya yang menyesuaikan pada
Gambar 2 Desa Wisata Tembi
(Sumber : https://desatembi.wordpress.com/about/desa-
kebutuhan dari fasilitas ini dan menjadikan
wisata-tembi/ , 2021) manusia dan lingkungan sebagai tujuan
utamanya dengan menggunakan teknologi
Lokasi Eksisting Site
untuk memanfaatkan alam sebagai sumber daya
Lokasi yang digunakan pada Ekowisata dan peraturan daerah setempat sebagai wujud
Subak Sembung ini adalah lokasi awal dari bangunan. Melihat fungsi sebagai ekowisata,
ekowisata tersebut yang berada di Jl. Ahmad maka desain ini akan mengutamakan kebutuhan
Yani Utara, Peguyangan, Kec. Denpasar Utara, fungsi tersebut dengan menjamin kenyamanan
Kota Denpasar, Bali 80239 tepat disebelah SD dan keamanan untuk pengguna. Konsep dasar
Negeri 1 Peguyangan. Dengan luas total yakni ini akan diterapkan pada :
115 Ha.
Pemilihan Site

Site yang digunakan adalah site awal


Ekowisata Subak Sembung itu sendiri.

UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur, Volume x, Nomor x Desember xxxx CC-BY-SA 4.0 License Page xx
Judul Artikel

Ruang Luar

Gambar 4 Kondisi Landscape Gambar 7 Softscape


(Sumber : Bagus Suryada, 2017)

Massa Bangunan

Massa bangunan menggunakan pola


linear yang bertujuan mempermudah
dalam mengaksesnya.

Gambar 8 Hardscape

Ruang Dalam

Gambar 5 Pola Massa Bangunan

Sirkulasi

Gambar 9 Ruang Dalam

Gambar 6 Pola Sirkulasi

UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur, Volume x, Nomor x Desember xxxx CC-BY-SA 4.0 License Page xx
Judul Artikel

Penerapan Tema Rancangan

Tema Rancangan yang digunakan


adalah Green Architecture dengan
menggunakan material dari bambu untuk
bangunan dan menggunakan beberapa
teknologi untuk sumber daya.

Konsep Perencanaan dan Perancangan


Gambar 10 Penerapan Tema pada Bangunan Ekowisata Subak Sembung

Zoning

Gambar 12 Konsep Zoning


(Sumber : Livio, 2021)

Gambar 11 Penerapan Tema pada Energi

Kelompok Civitas

Gambar 13 Konsep Zoning Bangunan

UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur, Volume x, Nomor x Desember xxxx CC-BY-SA 4.0 License Page xx
Judul Artikel

Entrance

Gambar 17 Konsep Sirkulasi Bangunan

Gambar 14 Konsep Entrance


Massa Bangunan

Gambar 15 Konsep Entrance Bangunan


Gambar 18 Konsep Massa Bangunan

Sirkulasi
Ruang Luar

Gambar 16 Konsep Sirkulasi


Gambar 19 Konsep Ruang Luar Softscape

UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur, Volume x, Nomor x Desember xxxx CC-BY-SA 4.0 License Page xx
Judul Artikel

Struktur dan Konstruksi Bangunan

Gambar 20 Konsep Ruang Luar Hardscape

Gambar 23 Konsep Struktur dan Konstruksi Bangunan

Ruang Dalam

Utilitas

Gambar 21 Konsep Ruang Dalam Bangunan

Gambar 24 Konsep Utilitas Pola Listrik


Fasade Bangunan

Gambar 25 Konsep Utilitas Listrik Bangunan

Gambar 22 Konsep Fasade Bangunan

UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur, Volume x, Nomor x Desember xxxx CC-BY-SA 4.0 License Page xx
Judul Artikel

SIMPULAN

Dari hasil penelitian di atas, dapat di


simpulkan bahwa Ekowisata Subak Sembung
tersebut harus di rancang ulang agar
memberikan kenyamanan, kemudahan serta
kelengkapan pada ekowisata tersebut

Perencanaan dan perancangan ekowisata


ini terdapat penambahan beberapa fasilitas baru
dengan memperlimbangkan kebutuhan akan
Gambar 26 Konsep Utilitas Pola Sanitasi aktivitas yang terjadi di area ekowisata tersebut.
Penambahan fasilitas tersebut untuk menunjang
beberapa kegiatan seperi : edukasi, camping,
kuliner, olahraga, maupun ibadah dengan
penggunaan material pendukung yang aman
agar menambah kenyamanan serta keamanan
untuk pengguna.

Massa bangunan ekowisata Subak


Sembung ini menyesuaikan dengan bentuk dan
arah site dengan mempertimbangkan arah
orientasi matahari dan klimatologi agar dapat
menentukan bukaan- bukaan sehingga
Gambar 27 Konsep Utilitas Sanitasi Bangunan pencahayaan dan penghawaan alami dapat
masuk ke dalam ruangan.

DAFTAR PUSTAKA

Anisa. (2017). Aplikasi Green Arcitecture Pada


Rumah Tradisional.

Asmin, F. (2017). Ekowisata dan


Gambar 28 Konsep Utilitas Air Hujan Pembangunan Berkelanjutan: Dimulai
dari Konsep Sederhana.

Cahyani, O. I. (2018). Penerapan Konsep Green


Architecture Pada Bangunan
Perpustakaan Universitas Indonesia.

Hartini, M. A. (2017). Pengelolaan Subak Oleh


Pemerintah Daerah Provinsi Bali
Sebagai Warisan Dunia Dalam
Melestarikan Nilai-nilai Kearifan
Gambar 29 Konsep Utilitas Air Hujan pada Bangunan Lokal.

UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur, Volume x, Nomor x Desember xxxx CC-BY-SA 4.0 License Page xx
Judul Artikel

Sudarwani, M. (2012). Penerapan Green


Architecture Dan Green Building
Sebagai Upaya Pencapaian Sustainable
Architecture.

Weaver, D. B. (2001). Ecotourism as mass


tourism: Contradiction or reality?
Cornell Hotel and Restaurant
Administration Quarterly. .

Western, D. (1993). Memberikan Batasan


tentang Ekoturisme.

Widowati, D. (2020). Promosi Wisata Kuliner


Khas Banten Di Media Online Sebagai
Pendukung Pariwisata Banten.

Yoeti, O. A. (1996). Pengantar Ilmu


Pariwisata.

Yosua Leon, E. T. (2019). Ruang Interaktif


Sungai Ciliwung Di Condet.

UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur, Volume x, Nomor x Desember xxxx CC-BY-SA 4.0 License Page xx

You might also like