You are on page 1of 16

ISSN 2549-3922 EISSN 2549-3930 Journal of Regional and Rural Development Planning

(Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)


Februari 2023, 7 (1): 91-106
DOI: http://dx.doi.org/10.29244/jp2wd.2022.7.1.91-106

Pengembangan Wisata Bahari di Wilayah Pesisir Kecamatan Pulo Aceh,


Kabupaten Aceh Besar

Development of Marine Tourism in the Coastal Area of Pulo Aceh Sub-District,


Aceh Besar District

Mumtadul Fikri1*, Khursatul Munibah2, & Fredinan Yulianda3

1
Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB
Dramaga Bogor 16680, Indonesia; 2Departemen Ilmu Tanah dan Sumber daya Lahan, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Dramaga Bogor 16680, Indonesia; 3Program Studi Pengelolaan
Sumber daya Pesisir dan Lautan, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Dramaga
Bogor 16680, Indonesia; *Penulis korespondensi. e-mail: mumtadul@yahoo.com
(Diterima: 6 Juli 2022; Disetujui: 19 November 2022)

ABSTRACT

Pulo Aceh is an island district in Aceh Besar District, which is located at the western tip of
the island of Sumatra. Pulo Aceh District has marine tourism potential that has not been fully
developed. The main objective of this research is to plan the development of coastal areas based on
the concept of marine tourism in order to formulate directions for the development of marine tourism
in the coastal area of Pulo Aceh District. The method used is the survey method and descriptive
analysis to analyze the suitability of marine tourism, the carrying capacity of the area and the level
of community willingness, by collecting data through spatial approaches and interviews. The results
of the analysis show that there are 6 villages that can be developed as snorkeling and diving tourism
destinations in the coastal area of Pulo Aceh District with a high level of community willingness.
Development is based on descriptive analysis, with the following priority directions: (1) maximizing
the development of potential, carrying capacity and community participation to make marine tourism
management sustainable; (2) formulate and implement policies for spatial use regulations based on
resource potential by involving local communities in monitoring marine tourism activities; (3)
improve facilities and infrastructure as well as supporting facilities for the development of marine
tourism.
Keywords: community participation, development, marine tourism

ABSTRAK

Pulo Aceh adalah sebuah kecamatan kepulauan di Kabupaten Aceh besar, yang terletak di
bagian ujung barat pulau Sumatera. Kecamatan Pulo Aceh ini memiliki potensi wisata bahari yang
belum dikembangkan secara maksimal. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk merencanakan
pengembangan kawasan pesisir berdasarkan konsep wisata bahari dalam rangka merumuskan arahan
pengembangan wisata bahari di wilayah pesisir Kecamatan Pulo Aceh. Metode yang digunakan yaitu
metode survei dan analisis deskriptif untuk menganalisis kesesuaian wisata bahari, daya dukung
kawasan dan tingkat kesediaan masyarakat, dengan pengumpulan data melalui pendekatan spasial
dan wawancara. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat 6 desa yang dapat dikembangkan
sebagai destinasi wisata snorkeling dan diving di wilayah pesisir Kecamatan Pulo Aceh dengan

91
Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Februari 2023, 7 (1): 91-106

tingkat kesediaan masyarakat yang tinggi. Pengembangan didasarkan pada analisis deskriptif,
dengan arahan prioritas berikut: (1) memaksimalkan dalam pengembangan potensi, daya dukung dan
keikutsertaan masyarakat untuk menjadikan pengelolaan wisata bahari berkelanjutan; (2) menyusun
dan melaksanakan kebijakan untuk aturan pemanfaatan ruang berbasis potensi sumberdaya dengan
melibatkan masyarakat lokal dalam pemantauan kegiatan wisata bahari; (3) meningkatkan sarana
dan prasarana serta fasilitas pendukung untuk pengembangan wisata bahari.
Kata kunci: arahan pengembangan, pariwisata bahari, partisipasi masyarakat

PENDAHULUAN sekitar destinasi wisata. Pengembangan wisata


bahari pada hakikatnya menitikberatkan pada
Indonesia merupakan negara maritim bentang alam, karakteristik ekosistem, keunikan
yang sangat mengandalkan wisata bahari seni dan budaya, serta karakteristik masyarakat
(Lasabuda, 2013), hal ini diharapkan dapat sebagai kekuatan fundamental dari setiap
memberikan dampak positif terhadap wilayah (Musaddun et al., 2013).
lingkungan dan perekonomian (Yulisa et al., Waluyo (2014) juga berpendapat bahwa
2016). Pulo Aceh adalah satu-satunya perencanaan dan pengelolaan wilayah pesisir
kecamatan kepulauan di kabupaten Aceh Besar, dilakukan melalui kombinasi empat dimensi
Provinsi Aceh. Kecamatan Pulo Aceh dengan yaitu: (1) integrasi wilayah secara ekologis; (2)
luas wilayah 90.56 km2 (9,056 ha) tergolong integrasi lintas sektor keberlanjutan; (3) disiplin
dalam salah satu Kawasan Konservasi Perairan ilmu terpadu; (4) pelibatan pemangku
yang ditetapkan dengan potensi kelautan, kepentingan, pemerintah dan swasta,
perikanan, dan pariwisata. Tahun 2018 Pulo masyarakat pesisir dan lembaga swadaya
Aceh juga dicadangkan sebagai salah satu masyarakat. Peran masyarakat juga sangat
Kawasan Konservasi Daerah Aceh yang penting dalam pengambilan keputusan dan
dinyatakan dalam Keputusan Gubernur Aceh pengelolaan wilayah pesisir.
Nomor 523/1297/2018 tentang Pencadangan Wisata snorkeling dan diving merupakan
Kawasan Konservasi Perairan Aceh. objek yang paling potensial dikembangkan di
Wisata bahari adalah suatu konsep yang Pulo Aceh karena menyimpan beragam
memanfaatkan karakteristik sumber daya pesisir keindahan bawah laut berupa terumbu karang
dan laut, termasuk sumber daya manusia, serta dan biota laut lainnya, sebagaimana hamparan
dapat diintegrasikan menjadi unsur-unsur terumbu karang yang luas dan taman bawah laut
terpadu terhadap pemanfaatan wisata (Wardhani yang indah dapat ditemukan di Pulau Breueh
& Hidayah, 2012). Wisata bahari juga dan Pulau Nasi. Johan (2016) juga berpendapat
memberikan edukasi lingkungan terhadap bahwa pada umumnya pengembangan wisata
wisatawan dan masyarakat lokal (Wuleka et al., snorkeling dan diving sangat dipengaruhi oleh
2013), serta mengutamakan kelestarian hamparan ekosistem terumbu karang.
lingkungan, kesejahteraan masyarakat dan Mengingat pengembangan wisata berkelanjutan,
pemahaman budaya lokal (Wildan et al., 2016). maka perlu adanya perencanaan, arahan dan
Konsep wisata bahari bertanggung jawab program yang terintegrasi dan lebih terarah
atas destinasi wisata yang masih alami untuk dalam pengembangan wisata bahari di
meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal Kecamatan Pulo Aceh. Pengaruh utama dari
dan melindungi lingkungan (Tiyasmono et al., arahan pengembangan adalah implementasinya,
2019). Sitomorang & Mirzanti (2012) dimana pada tahap ini menunjukkan bagaimana
menambahkan bahwa wisata bahari tidak hanya suatu kebijakan akan ditegakkan (Anggraeni et
menawarkan panorama yang masih alami dan al., 2013).
indah, tetapi juga merupakan proses Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini
pembelajaran untuk menjaga dan merawat alam bertujuan untuk: (1) mengkaji kesesuaian wisata
serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat di

M. Fikri, K. Munibah, & F. Yulianda 92


Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Februari 2023, 7 (1): 91-106

dan daya dukung (carrying capacity) wisata Data sekunder diperoleh dari literatur,
snorkeling dan diving di Pulo Aceh; (2) peta, peraturan perundang-undangan dan data
mengkaji tingkat kesediaan masyarakat untuk dari sejumlah instansi dan lembaga, seperti
pengembangan wilayah pesisir menjadi Badan Pusat Statistik, Badan Perencanaan
kawasan wisata bahari di Pulo Aceh; (3) Pembangunan Daerah, Dinas Kelautan dan
menyusun arahan pengembangan wisata bahari Perikanan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata,
di wilayah pesisir Kecamatan Pulo Aceh, Lembaga Ekowisata Pulo Aceh dan Wildlife
Kabupaten Aceh Besar. Conservation Society, serta dokumen-dokumen
perencanaan yang dikeluarkan oleh Pemerintah
METODOLOGI Kabupaten Aceh Besar dan pemerintah Provinsi
Aceh.
Lokasi dan Waktu Penelitian Sampel ditentukan dengan menggunakan
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan purposive sampling, yaitu dengan cara
Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar, dengan Desa mengidentifikasi sampel dengan alasan tertentu.
Lampuyang sebagai Ibukota Kecamatan. Responden dalam penelitian ini adalah Lembaga
Kecamatan ini memiliki 17 gampong (desa) Swadaya Masyarakat, organisasi masyarakat
yang terbagi menjadi 3 pemukiman, yaitu Pulau dan pengusaha lokal. Sampel penelitian
Nasi, Pulau Breuh Utara dan Pulau Breuh ditentukan dengan rumus (Sihotang, 2009):
Selatan. Kecamatan Pulo Aceh terletak pada 𝑁
𝑛=
koordinat 05°35′-05°46′ Lintang Utara dan 𝑁𝑑2 + 1
95°00′-95°12′ Bujur Timur. Penelitian ini Dimana:
dimulai pada bulan Januari hingga Oktober n = Jumlah sampel
2021. N = Jumlah populasi
Lokasi pengamatan ditentukan secara D = Level signifikansi yang diinginkan,
sengaja (purposive sampling) berdasarkan data (10%)
sekunder dan primer, dengan pertimbangan Jumlah sampel yang diambil adalah:
bahwa lokasi yang dipilih memenuhi kriteria 𝑁 4,491
𝑛= =
ekosistem terumbu karang yang dapat mewakili 𝑁𝑑2 + 1 4,491𝑥 ሺ0.1ሻ2 + 1
terhadap pelaksanaan aktivitas wisata 4,491
= = 97.82
snorkeling dan diving di perairan Pulo Aceh, 45.91
serta dibatasi pada zona pemanfaatan. Tujuh Jadi Jumlah sampel yang dibutuhkan adalah 98.
lokasi desa pengamatan yang diperoleh untuk
melaksanakan aktivitas wisata snorkeling dan Metode Analisis Data
diving, yaitu Desa Meulingge, Rinon, Lapeng, a. Analisis Kesesuaian dan Daya Dukung
Blang Situngkoh, Deudap, Lamteng dan Alue (carrying capacity) Wisata Snorkeling dan
Riyeung. Diving
Analisis kesesuaian wisata memakai
Jenis dan Metode Pengumpulan Data matriks kesesuaian berdasarkan tingkat
Penelitian ini melaksanakan kepentingan masing-masing parameter dalam
pengumpulan data secara pendekatan spasial mendukung aktivitas wisata snorkeling dan
dan metode survei, yang berasal dari data primer diving di Pulo Aceh (Adi et al., 2013). Analisis
dan data sekunder. Data primer diperoleh dari ini berkaitan dengan parameter kesesuaian yang
survei lapangan dengan melakukan wawancara dikembangkan oleh Yulianda (2019). Analisis
dan observasi lapangan. Wawancara kesesuaian difokuskan pada peruntukan
dilaksanakan dengan cara terstruktur, yaitu destinasi wisata snorkeling dan diving. Kategori
metode yang dilakukan dengan cara terlebih kesesuaian wisata dihasilkan dengan cara
dahulu mempersiapkan daftar pertanyaan secara mengalikan bobot dan skor masing-masing
tertulis dan menyediakan jawabannya.

93 Pengembangan Wisata Bahari…


Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Februari 2023, 7 (1): 91-106

parameter. Rumus dalam menentukan analisis No Parameter Bobot Kategori Skor


ini adalah sebagai berikut (Yulianda, 2019):
Kecepatan >30 - 50 1
IKW = σ𝑛𝑖=1ሺ𝐵𝑖𝑥𝑆𝑖 ሻ
arus
Dimana: (cm/detik) >50 0
n = Banyaknya parameter kesesuaian
>500 3
Bi = Bobot Parameter ke-i
Si = Skor Parameter ke-i Lebar >100 - 500 2
7 hamparan 0.070
Kualifikasi kesesuaian terhadap wisata datar karang 20 - 100 1
snorkeling dilihat dari tujuh parameter.
<20 0
Parameter tersebut meliputi Tutupan komunitas
Sumber: Yulianda (2019)
karang, jenis lifeform, jenis ikan karang,
kecerahan perairan, kedalaman terumbu karang, Kesesuaian untuk wisata diving
kecepatan arus dan lebar hamparan datar karang mempertimbangkan enam parameter. Parameter
[Tabel 1]. ini meliputi tutupan komunitas karang,
kecerahan perairan, kedalaman terumbu karang,
Tabel 1. Matriks kesesuaian sumber daya untuk jenis lifeform, jenis ikan karang dan kecepatan
wisata snorkeling arus [Tabel 2].
No Parameter Bobot Kategori Skor
Tabel 2. Matriks kesesuaian sumber daya untuk
>75 3
wisata diving
Tutupan >50 - 75 2 No Parameter Bobot Kategori Skor
1 komunitas 0.375
karang (%) 25 - 50 1
>75 3
<25 0
Tutupan >50 - 75 2
>12 3 1 komunitas 0.375
karang (%) 25 - 50 1
Jenis life <7 - 12 2
2 0.145
form 4-7 1 <25 0

<4 0 >80 3

>50 3 Kecerahan 50 - 80 2
2 perairan 0.150
Jenis ikan 30 - 50 2 (%) 20 - <50 1
3 0.140
karang 10 - <30 1
<20 0
<10 0
6 -15 3
100 3
>15 - 20 ;
80 - <100 2 Kedalaman 2
Kecerahan 3 - <6
4 0.100 3 terumbu 0.150
perairan (%) 20 - <80 1 karang (m) >20 - 30 1
<20 0
>30 ; <3 0
1-3 3
>12 3
Kedalaman >3 - 6 2
5 terumbu 0.100 <7 - 12 2
karang (m) >6 - 10 1 Jenis life
4 0.135
form
4-7 1
>10 ; <1 0
0 - 15 3 <4 0
6 0.070
>15 - 30 2 5 0.120 >100 3

M. Fikri, K. Munibah, & F. Yulianda 94


Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Februari 2023, 7 (1): 91-106

No Parameter Bobot Kategori Skor yang dapat dikembangkan sebagai kegiatan


wisata bahari (IKW > 2.0). Rumus dalam
Jenis ikan 50 - 100 2 memperhitungkan DKK ditetapkan sebagai
karang
berikut (Yulianda, 2019):
20 - <50 1
𝐿𝑝 𝑊𝑡
<20 0
𝐷𝐾𝐾 = 𝐾 𝑥
𝐿𝑡 𝑊𝑝
0 - 15 3
Dimana:
DKK = Daya dukung kawasan wisata
Kecepatan >15 - 30 2 (orang/hari)
6 arus 0.070
>30 - 50 1
K = Potensi ekologis pengunjung per
(cm/detik)
satuan unit area
>50 0 Lp = Luas area atau panjang area yang
Sumber: Yulianda (2019) dapat dimanfaatkan
Lt = Unit area untuk kategori tertentu
Perhitungan indeks kesesuaian wisata Wt = Waktu yang disediakan oleh kawasan
bahari kemudian digunakan untuk menetapkan untuk kegiatan wisata dalam satu hari
kelas kesesuaian setiap kegiatan, dengan Wp = Waktu yang dihabiskan oleh
klasifikasi sebagai berikut (Yulianda, 2019): pengunjung untuk setiap kegiatan
IKW  2.5 : Sangat Sesuai tertentu
1  IKW < 2.0 : Tidak Sesuai Kapasitas ekologis wisatawan
2.0  IKW < 2.5 : Sesuai ditentukan berdasarkan keadaan sumber daya
IKW <1 : Sangat Tidak Sesuai dan bentuk kegiatan yang ingin dikembangkan.
Analisis daya dukung (carrying capacity) Luas area untuk digunakan pengunjung harus
bermaksud untuk mengembangkan wisata diperhatikan berdasarkan toleransi alam
bahari dengan cara memanfaatkan kemampuan terhadap pengunjung agar keaslian alam tetap
sumber daya pesisir secara berkelanjutan. Daya terlindungi [Tabel 3].
dukung kawasan (DKK) dihitung pada kawasan

Tabel 3. Potensi ekologis pengunjung (K) dan luas area kegiatan (Lt), dan perkiraan waktu yang diperlukan
untuk setiap aktivitas wisata

No  Pengunjung
Jenis Kegiatan Unit Area (Lt) Keterangan
(orang)
1 Selam 2 2,000 m2 Setiap 2 orang dalam 200 x 10 m
2 Snorkeling 1 500 m2 Setiap 1 orang dalam 100 x 5 m
Waktu yang dibutuhkan Total waktu 1 hari
No Kegiatan
Wp-(jam) Wt-(jam)
1 Selam 2 8
2 Snorkeling 3 6
Sumber: Yulianda (2019)

b. Analisis Tingkat Kesediaan Masyarakat masyarakat mempunyai hak yang sama terhadap
dalam Pengembangan Wisata Snorkeling keterlibatan dalam penentuan keputusan tentang
dan Diving di Wilayah Pesisir Kecamatan kehidupan dan penghidupannya. Penilaian
Pulo Aceh tingkat kesediaan masyarakat dihitung
Perencanaan partisipatif adalah berdasarkan aspek yang berdampak pada
perencanaan dimana masyarakat terlibat dalam kesediaan masyarakat terhadap pengembangan
pembuatan kebijakan dan programnya. Anggota wisata snorkeling dan diving [Tabel 4].

95 Pengembangan Wisata Bahari…


Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Februari 2023, 7 (1): 91-106

Tabel 4. Penilaian tingkat kesediaan masyarakat


Peringkat
No Faktor Bobot Skor
3 2 1 0
Pengembangan kawasan untuk Kurang Tidak Tidak
1 1 Setuju
tujuan wisata setuju setuju tahu
Pengendalian kawasan wisata Kurang Tidak Tidak
2 1 Setuju
oleh masyarakat setuju setuju tahu
Keikutsertaan masyarakat dalam Sangat
3 5 Baik Kurang Tidak ada
pariwisata kurang
Manfaat kegiatan wisata bagi Sangat
4 5 Baik Kurang Tidak ada
masyarakat kurang
Keberadaan Kurang Tidak Tidak
5 3 Bersedia
pengunjung/wisatawan bersedia bersedia tahu
Sumber: Yusiana et al. (2011)
Dimana:
Jumlah = (Skor x Bobot)
S1 = Tinggi, nilai total (Skor x Bobot) yaitu 35-45 (78%-100%)
S2 = Cukup tinggi, nilai total (Skor x Bobot) yaitu 25-35 (56%-77%)
S3 = Rendah, dan nilai total (Skor x Bobot) yaitu 15-25 (33%-55%)
N = Tidak sesuai, dan nilai total (Skor x Bobot) yaitu 0-15 (< 32%)

c. Arahan Pengembangan Wisata Bahari HASIL DAN PEMBAHASAN


Arahan pengembangan wisata bahari di
wilayah pesisir Kecamatan Pulo Aceh dapat Analisis Kesesuaian dan Daya Dukung
diperoleh dengan menggunakan hasil dari untuk Wisata Snorkeling dan Diving
perhitungan indeks kesesuaian wisata dan daya Perhitungan Kesesuaian Wisata
dukung kawasan, serta analisis tingkat snorkeling dan diving di Pulo Aceh secara
kesediaan masyarakat di Kecamatan Pulo Aceh. umum termasuk dalam kelas sesuai, sehingga
Metode yang diterapkan menggunakan analisis kegiatan wisata pada kelas ini dapat
deskriptif kualitatif untuk menemukan konsep dilaksanakan secara lestari, menjamin
yang sesuai untuk arahan pengembangan wisata kenyamanan wisatawan melalui penyediaan
bahari di Pulo Aceh. fasilitas pendukung dengan tetap
Analisis deskriptif kualitatif ini mempertimbangkan ekosistem sekitar kawasan
dilaksanakan dengan mengkolaborasikan hasil pulau dan mampu meningkatkan input usaha
dari identifikasi indeks kesesuaian wisata, daya dan memperoleh keuntungan secara ekonomi
dukung kawasan dan tingkat kesediaan [Tabel 5 & Tabel 6].
masyarakat, serta studi kasus dalam peningkatan Analisis kesesuaian wisata snorkeling
kawasan wisata bahari di kawasan lainnya dilakukan pada kedalaman perairan 1-3 meter
berlandaskan faktor penelitian. Analisa pada tujuh desa di Kecamatan Pulo Aceh,
dilaksanakan dengan mensintesakan komponen sedangkan kesesuaian wisata diving dilakukan
tersebut untuk memperoleh arahan pada kedalaman perairan 5-10 meter pada tujuh
pengembangan wisata bahari di Kecamatan Pulo desa di Kecamatan Pulo Aceh.
Aceh.

M. Fikri, K. Munibah, & F. Yulianda 96


Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Februari 2023, 7 (1): 91-106

Tabel 5. Indeks kesesuaian wisata snorkeling


Blang
Meulingge Rinon Lapeng
No Parameter Bobot Situngkoh
Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai
Tutupan komunitas
1 0,375 3 1,13 2 0,75 1 0,38 2 0,75
karang (%)
2 Jenis life form 0,145 2 0,29 2 0,29 2 0,29 2 0,29
3 Jenis ikan karang 0,140 2 0,28 2 0,28 1 0,14 2 0,28
Kecerahan perairan
4 0,100 3 0,30 3 0,30 3 0,30 3 0,30
(%)
Kedalaman terumbu
5 0,100 3 0,30 3 0,30 3 0,30 3 0,30
karang (m)
Kecepatan arus
6 0,070 3 0,21 3 0,21 3 0,21 3 0,21
(cm/detik)
Lebar hamparan
7 0,070 2 0,14 2 0,14 1 0,07 2 0,14
datar karang
Total 2,65 2,27 1,69 2,27
Sangat Tidak
Kelas Kesesuaian Sesuai Sesuai
Sesuai Sesuai

Deudap Lamteng Alue Riyeung


No Parameter Bobot
Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai
Tutupan komunitas
1 0,375 2 0,75 1 0,38 1 0,38
karang (%)
2 Jenis life form 0,145 2 0,29 2 0,29 2 0,29
3 Jenis ikan karang 0,140 2 0,28 1 0,14 1 0,14
4 Kecerahan perairan (%) 0,100 3 0,30 3 0,30 3 0,30
Kedalaman terumbu
5 0,100 3 0,30 3 0,30 3 0,30
karang (m)
6 Kecepatan arus (cm/detik) 0,070 3 0,21 3 0,21 3 0,21
Lebar hamparan datar
7 0,070 2 0,14 2 0,14 1 0,07
karang
Total 2,27 1,76 1,69
Tidak Tidak
Kelas Kesesuaian Sesuai
Sesuai Sesuai

Tabel 6. Indeks kesesuaian wisata diving


Blang
Meulingge Rinon Lapeng
No Parameter Bobot Situngkoh
Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai
1 Tutupan komunitas
0,375 2 0,75 2 0,75 1 0,38 2 0,75
karang (%)
2 Kecerahan perairan
0,150 3 0,45 3 0,45 3 0,45 3 0,45
(%)
3 Kedalaman terumbu
0,150 3 0,45 3 0,45 3 0,45 3 0,45
karang (m)
4 Jenis life form 0,135 2 0,27 2 0,27 2 0,27 2 0,27
5 Jenis ikan karang 0,120 2 0,24 2 0,24 1 0,12 2 0,24
6 Kecepatan arus
0,070 3 0,21 3 0,21 3 0,21 3 0,21
(cm/detik)
Total 2,37 2,37 1,88 2,37
Tidak
Kelas Kesesuaian Sesuai Sesuai Sesuai
Sesuai

97 Pengembangan Wisata Bahari…


Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Februari 2023, 7 (1): 91-106

Deudap Lamteng Alue Riyeung


No Parameter Bobot
Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai
1 Tutupan komunitas
0,375 2 0,75 2 0,75 2 0,75
karang (%)
2 Kecerahan perairan (%) 0,150 3 0,45 3 0,45 3 0,45
3 Kedalaman terumbu karang
0,150 3 0,45 3 0,45 3 0,45
(m)
4 Jenis life form 0,135 2 0,27 2 0,27 2 0,27
5 Jenis ikan karang 0,120 1 0,12 1 0,12 2 0,24
6 Kecepatan arus (cm/detik) 0,070 3 0,21 3 0,21 3 0,21
Total 2,25 2,25 2,37
Kelas Kesesuaian Sesuai Sesuai Sesuai

Kesesuaian pada Perairan Desa Lapeng dan Alue Riyeung ini memperoleh nilai
Meulingge untuk wisata snorkeling tergolong paling kecil pada parameter lebar hamparan
pada kelas sangat sesuai, dengan total Indeks datar karang (0.07) dan parameter tutupan
Kesesuaian Wisata yang diperoleh dari komunitas karang memperoleh nilai paling
perkalian masing-masing bobot dan skor sebesar besar (0.38). Desa Lamteng juga termasuk
2.65. Desa Meulingge memperoleh nilai paling dalam kelas tidak sesuai, dengan total nilai yang
besar pada parameter tutupan komunitas karang didapatkan adalah sebesar 1.76. Desa Lamteng
(1.13) dan parameter lebar hamparan datar ini memperoleh nilai paling kecil pada
karang memperoleh nilai paling kecil (0.14) parameter jenis ikan karang dan lebar hamparan
diantara parameter lainnya. Desa Rinon, Blang datar karang (0.14), sedangkan parameter
Situngkoh dan Deudap termasuk dalam kelas tutupan komunitas karang memperoleh nilai
sesuai, dengan total nilai yang didapatkan adalah paling besar (0.38) diantara parameter lainnya.
sama sebesar 2.27. Desa Rinon, Blang Kategori tidak sesuai ini lebih banyak
Situngkoh dan Deudap ini memperoleh nilai mempertimbangkan faktor pembatas untuk
paling kecil pada parameter lebar hamparan menjamin kelestarian ekosistem, dimana jika
datar karang (0.14) dan parameter tutupan faktor pembatas tersebut dipenuhi maka akan
komunitas karang memperoleh nilai paling mengurangi kenyamanan wisatawan dan
besar (0.75) diantara parameter lainnya. menurunkan produktivitas kegiatan wisata.
Desa Lapeng dan Alue Riyeung termasuk Secara keseluruhan wisata snorkeling di Pulo
dalam kelas tidak sesuai, dengan total nilai yang Aceh berdasarkan tingkat kesesuaiannya
didapatkan adalah sama sebesar 1.69. Desa disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Kesesuaian wisata snorkeling di Pulo Aceh

M. Fikri, K. Munibah, & F. Yulianda 98


Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Februari 2023, 7 (1): 91-106

Kesesuaian wisata diving pada lokasi Desa Deudap dan Lamteng termasuk
penelitian ini termasuk dalam kategori sesuai, dalam kategori sesuai, dengan total nilai IKW
kecuali pada Desa Lapeng yang termasuk dalam sebesar 2.25. Desa Deudap dan Lamteng ini
kategori tidak sesuai. Kesesuaian wisata diving memperoleh nilai paling kecil pada parameter
pada perairan Desa Meulingge, Rinon, Blang jenis ikan karang (0.12) dan parameter tutupan
Situngkoh dan Alue Riyeung berada pada komunitas karang memperoleh nilai paling
kategori sesuai, dengan total nilai IKW sebesar besar (0.75). Desa Lapeng merupakan lokasi
2.37. Desa Meulingge , Rinon, Blang Situngkoh yang tergolong dalam kelas tidak sesuai, dengan
dan Alue Riyeung ini memperoleh nilai paling total nilai sebesar 1,88. Desa Lapeng ini
kecil pada parameter kecepatan arus (0.21) dan memperoleh nilai paling kecil pada parameter
parameter tutupan komunitas karang jenis ikan karang (0.12), sedangkan parameter
memperoleh nilai paling besar (0.75) diantara kecerahan perairan dan kedalaman terumbu
parameter lainnya. karang memperoleh nilai paling besar (0.45)
[Gambar 2].

Gambar 2. Kesesuaian wisata diving di Pulo Aceh

Perbedaan total nilai IKW pada beberapa jenis wisata yang ingin dikembangkan. Analisis
lokasi tersebut disebabkan oleh perbedaan Indeks Kesesuaian Wisata pada lokasi
situasi lingkungan dan pemanfaatan sumber pengamatan di Kecamatan Pulo Aceh
daya alam di setiap lokasi. Kesesuaian wisata menunjukkan bahwa lokasi yang bisa
bahari didasari pengaruh dari beberapa faktor, dimanfaatkan untuk aktivitas wisata snorkeling
yaitu jenis wisata, potensi dan keadaan sumber seluas 946,073 m2 (94.6 ha) dengan batasan
daya alam. Faktor-faktor ini merupakan syarat jumlah wisatawan sebesar 3,784 orang/hari.
yang harus dipenuhi dalam pengembangan Luas kesesuaian untuk wisata diving sebesar
setiap wisata, karena setiap jenis wisata yang 1,727,174 m2 (172.7 ha) dengan daya dukung
akan dikembangkan harus memiliki kebutuhan kawasan bagi pengunjung sebanyak 6,909
sumber daya dan lingkungan yang cocok dengan orang/hari [Gambar 3].

99 Pengembangan Wisata Bahari…


Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Februari 2023, 7 (1): 91-106

Gambar 3. Kesesuaian wisata snorkeling dan diving di Pulo Aceh

Desa Meulingge merupakan lokasi yang sedangkan luas kesesuaian wisata diving sebesar
dapat dimanfaatkan untuk wisata snorkeling 499,980 m2 (50 ha) dengan batasan ideal
seluas 376,472 m2 (37.6 ha), batasan ideal pengunjung sebanyak 2,000 orang/hari. Desa
pengunjung sebanyak 1,506 orang/hari, Deudap merupakan lokasi yang dapat
sedangkan luas kesesuaian wisata diving sebesar dimanfaatkan untuk wisata snorkeling seluas
302,439 m2 (30.2 ha) dengan batasan wisatawan 120,758 m2 (12.1 ha), batasan ideal pengunjung
sebanyak 1,210 orang/hari. Desa Rinon sebanyak 483 orang/hari, sedangkan luas
merupakan lokasi yang dapat dimanfaatkan kesesuaian wisata diving sebesar 94,383 m2 (9.4
untuk wisata snorkeling seluas 164,049 m2 (16.4 ha) dengan batasan ideal pengunjung sebanyak
ha), batasan ideal pengunjung sebanyak 656 378 orang/hari.
orang/hari, sedangkan luas wisata diving sebesar Desa Lamteng merupakan lokasi yang
302,672 m2 (30.3 ha) dengan batasan ideal tidak sesuai untuk wisata, sedangkan luas
pengunjung kesesuaian sebanyak 1,211 kesesuaian untuk wisata diving sebesar 274,327
orang/hari. m2 (27.4 ha), batasan ideal pengunjung
Desa Lapeng menggambarkan lokasi sebanyak 1,097 orang/hari. Desa Alue Riyeung
yang tidak sesuai untuk wisata snorkeling dan juga merupakan lokasi yang tidak sesuai untuk
diving. Desa Blang Situngkoh merupakan lokasi wisata snorkeling, sedangkan luas kesesuaian
yang dapat dimanfaatkan untuk wisata untuk wisata diving sebesar 253,374 m2 (25.3
snorkeling seluas 284,793 m2 (28.5 ha), batasan ha), batasan ideal pengunjung sebanyak 1,013
ideal pengunjung sebanyak 1,139 orang/hari, orang/hari [Tabel 7]

M. Fikri, K. Munibah, & F. Yulianda 100


Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Februari 2023, 7 (1): 91-106

Tabel 7. Daya dukung kawasan wisata snorkeling dan diving


No Nama Desa Jenis Kegiatan Luas Kawasan (m2) DDK (orang/hari)
Diving 302439 1210
1 Meulingge
Snorkeling 376472 1506
Diving 302672 1211
2 Rinon
Snorkeling 164049 656

No Nama Desa Jenis Kegiatan Luas Kawasan (m2) DDK (orang/hari)


Diving - -
3 Lapeng
Snorkeling - -
Diving 499980 2000
4 Blang Situngkoh
Snorkeling 284793 1139
Diving 94383 378
5 Deudap
Snorkeling 120758 483
Diving 274327 1097
6 Lamteng
Snorkeling - -
Diving 253374 1013
7 Alue Riyeung
Snorkeling - -

Analisis Tingkat Kesediaan Masyarakat pengembangan kawasan menjadi destinasi


Analisis tingkat kesediaan masyarakat wisata yang ditata atau dikelola oleh
Pulo Aceh secara umum dikategorikan dalam masyarakat.
kesediaan masyarakat yang tinggi (S1) dan Hasil Analisis tingkat kesediaan
sebagian kecil termasuk dalam kategori cukup masyarakat menunjukkan bahwa Desa
tinggi (S2). kategori ini sesuai dengan hasil Meulingge memperoleh nilai indeks tingkat
analisis dari kelima faktor penentu tingkat kesediaan masyarakat sebesar 45 (100%), Desa
kesediaan masyarakat. Secara keseluruhan Rinon sebesar 45 (100%), Desa Alue Raya
masyarakat pesisir di Pulo Aceh tersebut sebesar 30 (67%), Desa Lapeng sebesar 40
tergolong menghendaki daerah mereka (89%), Desa Gugop sebesar 45 (100%), Desa
dijadikan sebagai daerah tujuan wisata oleh Seurapong sebesar 25 (56%), Desa Blang
pemerintah dan pengelolaan wisata tersebut Situngkoh sebesar 45 (100%), Desa Ulee Paya
dilakukan dengan melibatkan masyarakat. sebesar 45 (100%), Desa Paloh sebesar 30
Kategori tingkat kesediaan masyarakat yang (67%), Desa Lampuyang sebesar 40 (89%),
tinggi (S1) juga diperoleh dari desa-desa yang Desa Lhoh sebesar 25 (56%), Desa Teunom
termasuk dalam lokasi kawasan wisata yang sebesar 30 (67%), Desa Lamteng sebesar 40
akan dikembangkan sebagai wisata bahari, (89%), Desa Rabo sebesar 25 (56%), Desa
masyarakatnya juga setuju dengan adanya Deudap sebesar 45 (100%), Desa Alue Riyeung
wisatawan dan sangat antusias terhadap rencana sebesar 40 (89%) dan Desa Pasi Janeng sebesar
40 (89%) [Gambar 4].

101 Pengembangan Wisata Bahari…


Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Februari 2023, 7 (1): 91-106

Gambar 4. Tingkat kesediaan masyarakat

Rekomendasi Lokasi Pengembangan Wisata kategori diving adalah 6 dari 7 lokasi, yaitu Desa
Bahari Meulingge, Desa Rinon, Desa Blang Situngkoh,
Rekomendasi pengembangan wisata Desa Deudap, Desa Lamteng dan Desa Alue
bahari di kawasan Pulo Aceh ditentukan dengan Riyeung [Gambar 5.
asumsi bahwa lokasi yang akan dikembangkan Mustain et al. (2015) berpendapat bahwa
memiliki variabel yang sangat sesuai (S1) dan identifikasi potensi sumber daya pesisir untuk
sesuai (S2) terhadap aktivitas wisata bahari, rekomendasi perencanaan pengelolaan pada
serta kesediaan masyarakat yang tinggi (S1). umumnya didasari oleh kompleksitas dan
Berdasarkan hal tersebut, maka diperoleh 4 dari karakteristik kawasan pesisir itu sendiri, dalam
7 lokasi yang bisa dikembangkan untuk wisata hal ini terdapat tiga aset yang dapat memikat
kategori snorkeling yaitu Desa Meulingge, wisatawan dalam sebuah kawasan wisata , yaitu
Rinon, Blang Situngkoh dan Deudap. Wisata alam, budaya dan manusia.

Gambar 5. Rekomendasi lokasi pengembangan wisata bahari

M. Fikri, K. Munibah, & F. Yulianda 102


Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Februari 2023, 7 (1): 91-106

Arahan Pengembangan Wisata Bahari di ditetapkan melalui kolaborasi antara hasil


Wilayah Pesisir Kecamatan Pulo Aceh analisis Indeks Kesesuaian Wisata dan daya
Hasil analisis deskriptif memperoleh tiga dukung kawasan, serta tingkat kesediaan
arahan prioritas dalam mengembangkan wisata masyarakat (dari hasil tujuan penelitian 1 dan 2),
bahari di Pulo Aceh, yaitu: (1) memaksimalkan sehingga akan menghasilkan rumusan yang
dalam pengembangan potensi, daya dukung dan tepat dalam arahan pengembangan wisata
keikutsertaan masyarakat untuk menjadikan snorkeling dan diving di Kecamatan Pulo Aceh.
pengelolaan wisata bahari berkelanjutan; (2) Kawasan wisata bahari memerlukan suatu
menyusun dan melaksanakan kebijakan untuk arahan dalam pengembangan, yang kemudian
aturan pemanfaatan ruang berbasis potensi mengarahkan keinginan untuk mencapai
sumberdaya dengan melibatkan masyarakat tujuannya secara efektif. Pengembangan
lokal dalam pemantauan kegiatan wisata bahari; kawasan wisata bahari ini bukan berarti
(3) meningkatkan sarana dan prasarana serta transformasi kawasan secara total, melainkan
fasilitas pendukung untuk pengembangan wisata pengelolaan, pemanfaatan dan pelestarian dari
bahari. Perumusan arahan pengembangan segala kemungkinan yang ada untuk menjadi
wisata bahari di Kecamatan Pulo Aceh ini daya tarik wisata [Tabel 8].

Tabel 8. Matriks arahan pengembangan wisata bahari di wilayah pesisir Kecamatan Pulo Aceh
No Objek
Kekuatan Rekomendasi Kelemahan Rekomendasi
Analisis
1 Daya 1. Daya dukung Memanfaatkan 1. Pengelolaan masih Meningkatkan
Dukung kawasan wisata area wisata bahari belum terarah dengan kapasitas
Kawasa Pulo Aceh masih tanpa baik pengelolaan
n cukup memadai menyebabkan 2. Memiliki batasan dan peraturan
2. Jumlah perubahan toleransi terhadap terkait
pengunjung belum lingkungan dan kegiatan wisata aktivitas
melebihi daya kualitas 3. Akumulasi sampah wisata, serta
dukung yang ada pengalaman dukungan
3. Upaya konservasi pengunjung tetap pemerintah
yang terjaga untuk
memperhatikan mengoptimalk
aspek daya an kegiatan
dukung wisata
2 Potensi 1. Potensi sumber Memaksimalkan 1. Kurangnya publikasi dan Meningkatkan
Wisata daya laut yang pengembangan informasi potensi pulo promosi
Bahari sesuai untuk dan pengelolaan Aceh menggunakan
kegiatan wisata dengan menata 2. Ketersediaan layanan komitmen
bahari objek wisata publik yang masih sebagai
2. Adanya kelompok bahari sesuai terbatas langkah
masyarakat dengan potensi 3. Sumber daya manusia melestarikan
pengelola wisata yang ada pariwisata yang masih sumber daya
bahari terbatas laut dan
3. Tersedianya zona meningkatkan
konservasi untuk daya tarik
pengembangan wisata yang
wisata bahari ada agar lebih
kompetitif dan
segmen pasar
yang lebih luas
untuk menarik
wisatawan

103 Pengembangan Wisata Bahari…


Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Februari 2023, 7 (1): 91-106

No Objek
Kekuatan Rekomendasi Kelemahan Rekomendasi
Analisis
3 Terumb 1. Memiliki jenis Memanfaatkan, 1. Belum ada pengelolaan Memberikan
u terumbu karang menjaga dan secara optimal edukasi
Karang yang beragam melestarikan 2. Pengawasan dan kepada
2. Salah satu potensi sumber daya penegakan hukum masih wisatawan
yang sesuai untuk terumbu karang belum maksimal mengenai hal-
kegiatan wisata untuk 3. Kegiatan tidak ramah hal yang perlu
bahari pengembangan lingkungan yang dapat diperhatikan
3. Keragaman jenis kawasan wisata merusak terumbu karang ketika
life form yang bahari berkunjung
mendukung untuk dan
pengembangan memberikan
wisata bahari sanksi tegas
terhadap
pelanggar
peraturan
4 Partisipa 1. Tingkat partisipasi Pembangunan 1. Kurangnya Memberikan
si masyarakat yang pariwisata bahari pengetahuan pelatihan/pem
Masyara tinggi terhadap berbasis masyarakat tentang binaan terpadu
kat penetapan masyarakat wisata bahari kepada
kawasan wisata dengan 2. Kolaborasi antara masyarakat
bahari mengimplementas masyarakat dan terkait wisata
2. Masyarakatnya ikan nilai dan pemerintah daerah bahari
yang ramah dan partisipasi masih belum maksimal
sadar wisata masyarakat 3. Kualifikasi masyarakat
3. Peran serta masih rendah untuk
masyarakat dalam mendukung wisata
bentuk organisasi bahari

No Objek
Arahan Arahan Prioritas
Analisis
1 Daya Dukung Memanfaatkan area wisata dengan 1. Memaksimalkan dalam pengembangan
Kawasan mengimplementasikan peraturan potensi, daya dukung dan keikutsertaan
yang telah ditetapkan dengan masyarakat untuk menjadikan
melibatkan masyarakat untuk meng- pengelolaan wisata bahari
optimalkan dalam pengawasan berkelanjutan

2. Menyusun dan melaksanakan


kebijakan untuk aturan pemanfaatan
2 Potensi Mengembangkan wisata bahari ruang berbasis potensi sumberdaya
Wisata Bahari berbasis kearifan lokal dalam dengan melibatkan masyarakat lokal
mendukung pariwisata dalam pemantauan kegiatan wisata
berkelanjutan bahari;

3. Meningkatkan sarana dan prasarana


serta fasilitas pendukung untuk
pengembangan wisata bahari

M. Fikri, K. Munibah, & F. Yulianda 104


Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Februari 2023, 7 (1): 91-106

No Objek
Arahan Arahan Prioritas
Analisis
3 Terumbu Memberikan dukungan, pedoman
Karang dan pembinaan dalam pemanfaatan
sumber daya terumbu karang, baik
dari pemerintah daerah maupun
tokoh adat

4 Partisipasi Memaksimalkan kolaborasi dengan


Masyarakat berbagai lembaga dan memberikan
konsultasi terkait konservasi untuk
lebih meningkatkan keterlibatan
masyarakat dan meningkatkan
kualitas dan kuantitas masyarakat
dalam pengelolaan wisata bahari

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI sumberdaya dengan melibatkan masyarakat


lokal dalam pemantauan kegiatan wisata bahari;
Kesimpulan (3) meningkatkan sarana dan prasarana serta
Potensi dan daya dukung wisata bahari di fasilitas pendukung untuk pengembangan wisata
kawasan pesisir Kecamatan Pulo Aceh yang bahari.
dapat dijadikan sebagai daerah wisata bahari
kategori snorkeling adalah Desa Meulingge, Rekomendasi
Rinon, Blang Situngkoh dan Deudap, sedangkan Indeks kesesuaian wisata yang telah
untuk wisata bahari kategori diving dapat dirancang dari hasil analisis dapat digunakan
dikembangkan pada Desa Meulingge, Rinon, sebagai acuan dasar dalam pengembangan
Blang Situngkoh, Deudap, Lamteng dan Alue wisata bahari di Kecamatan Pulo Aceh.
Riyeung. Pengembangan masing-masing kesesuaian
Tingkat kesediaan masyarakat Pulo Aceh wisata bahari ini nantinya dapat ditunjang
dikategorikan sebagai tingkat kesediaan dengan 3 arahan prioritas utama, dan diharapkan
masyarakat yang tinggi (S1) pada 11 desa, yang dapat menjadi pertimbangan bagi Dinas
mencakup Desa Meulingge, Rinon, Lapeng, Pariwisata Kabupaten Aceh Besar dalam
Lampuyang, Blang Situngkoh, Ulee Paya, merancang Rancangan Induk Pengembangan
Gugop, Lamteng, Deudap, Alue Riyeung dan Pariwisata Daerah Kabupaten Aceh Besar.
Pasi Janeng. Sedangkan pada 6 desa lainnya
dikategorikan dalam tingkat kesediaan DAFTAR PUSTAKA
masyarakat yang cukup tinggi (S2), yang
Adi, A. B., Mustafa, A., & Ketjulan, R. (2013).
mencakup Desa Alue Raya, Seurapong, Paloh,
Kajian potensi kawasan dan kesesuaian
Lhoh, Teunom dan Rabo. ekowisata terumbu karang Pulau Laras untuk
Rekomendasi lokasi pengembangan pengembangan ekowisata bahari. Jurnal Mina
wisata bahari yang disusun dari dua hasil Laut Indonesia., 1 (1), 49-60.
analisis tersebut memilih 6 lokasi Desa. Arahan Anggraeni, R., Zauhar, S., & Siswidiyanto. (2013).
prioritas dalam pengembangan wisata bahari di Evaluasi Kebijakan Publik (Evaluasi
Pulo Aceh adalah (1) memaksimalkan dalam Terhadap Proses Pengadaan Anjungan
pengembangan potensi, daya dukung dan Mandiri Kepegawaian Berdasarkan Perpres
keikutsertaan masyarakat untuk menjadikan No. 54 Tahun 2010 di Badan Kepegawaian
Daerah Kota Malang). Jurnal Administrasi
pengelolaan wisata bahari berkelanjutan; (2)
Publik, 1 (1), 119-127.
menyusun dan melaksanakan kebijakan untuk
aturan pemanfaatan ruang berbasis potensi

105 Pengembangan Wisata Bahari…


Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Februari 2023, 7 (1): 91-106

[DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan. (2018). Wuleka, K. C. J., Ernest, B., & Oscar, A. I. (2013).
Keputusan Gubernur Aceh Nomor Livelihood enhancement through ecotourism:
523/1297/2018 tentang Pencadangan a of mognori ecovillage near mole National
Kawasan Konservasi Perairan Aceh. Dinas Park, Damongo, Ghana. International Journal
Kelautan dan Perikanan. of BusinessandSocialScience, 4 (4), 128-137.
Johan, Y. (2016). Analisis kesesuaian dan daya Yulianda, F. (2019). Ekowisata Perairan. Bogor: IPB
dukung ekowisata bahari Pulau Sebesi, Press.
Provinsi Lampung. Depik, 5 (2), 41-47. Yulisa, E. N., Johan, Y., & Hartono, D. (2016).
Lasabuda, R. (2013). Pembangunan wilayah pesisir Analisis kesesuaian dan daya dukung
dan lautan dalam perspektif Negara ekowisata pantai kategori rekreasi pantai
Kepulauan Republik Indonesia. Jurnal Ilmiah Laguna Desa Merpas Kabupaten Kaur. Jurnal
Platax, 1(2), 92–101. Enggano, 1(1), 97-111.
Musaddun., Kurniawati, W., Dewi, S. W., & Yusiana, L. S., Nurishjah, S., & Soedharma, D.
Ristianti, N. S. (2013). Bentuk Pengembangan (2011). Perencanaan Lanskap Wisata Pesisir
Pariwisata Pesisir Berkelanjutan di Berkelanjutan di Teluk Konga, Flores Timur,
Kabupaten Pekalongan. Jurnal Ruang, 1 (2), Nusa Tenggara Timur. Jurnal Landskap
261-270. Indonesia. 3 (2), 66-72.
Mustain, M., Dwito, H. A., & Tri, D. K. (2015). The
Evaluation of Beach Recretional Index for
Coastal Tourism Zone of: Delegan, Kenjeran,
and Wisata Bahari Lamongan. Procedia
Earth and Planetary Science. 14, 17-24.
Sihotang, R. (2009). Promosi Kepariwisataan dan
Peningkatan Jumlah Wisatawan (Studi
Korelasi Efektifitas Kampanye Visit
Indonesian Year 2008 dalam Meningkatkan
Kunjungan Wisatawan di Daerah Wisata
Tuktuk Siadong, Kecamatan Simanindo
Kabupaten Samosir). Medan: USU
Sitomorang, D. B. M., & Mirzanti, I. R. (2012).
Social entrepreneurship to develop
ecotourism. Procedia Economics and
Finance, 4, 398-405.
Tiyasmono, K. D., Riyanti, G. A., & Hardianto, F. N.
(2019). Model Konseptual Hubungan Modal
Sosial dan Pengembangan Desa Wisata.
Management dynamic conference, 5, 214-
220.
Waluyo, A. (2014). Permodelan Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Secara
Terpadu yang Berbasis Masyarakat (Studi
Kasus Pulau Raas Sumenep Madura). Jurnal
Kelautan, 7 (2), 75-85.
Wardhani, K. M., & Hidayah, Z. (2012). Model
penentuan kawasan ekowisata bahari dengan
pemanfaatan data citra satelit resolusi tinggi
dan sistem informasi geografis. Jurnal
Rekayasa, 5(2), 87-92.
Wildan., Sukardi., & Syuaib, M. Z. (2016). The
feasibility of development of social capital-
based ecotourism in west lombok. Mimbar, 32
(1), 214-222.

M. Fikri, K. Munibah, & F. Yulianda 106

You might also like