You are on page 1of 9

RESEPSI CERPEN MEREKA BILANG SAYA MONYET KARYA DJENAR MAESA

AYU OLEH SISWA KELAS XII MA DAN SMA

Sri Lestari Mubarokah


Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan Pontianak
Email: haneul951225@gmail.com

Abstract
This research aims to describe the difference of reception between SMA and MA 12 th grader
on the short story entitled Mereka Bilang Saya Monyet, to describe different horizon of
expectation among studenst, and offers literary lesson planning at school in the Curiculum of
2013. This research used pragmatic approach by using questionnaire with Likert scale as data
collection technique. Data were analyzed using qualitative descriptive analysis technique.
Results show that: the students’ reception on the intellectual aspects able to determine each
indicator accordingly, but on the emotional aspects of student interest indicators show an
equally low value, while on the indicators of originality, involvement and emotion, and the
ability to believe mostly able to determine and assess each aspects accordingly; and the
students’ horizon of expectation on indicators of expectation on the value and on the short
stories reading interest are not achieved, but the indicators of expectation on the knowledge of
short story contents and assessment on the value in real life are achieved. This means the
categories of students based on the implementation of religious education did not affect the
reception and expectation toward literary works. This research also provides the
implementation of literary learning in school.

Keywords: reception, short story, horizon of expectation, literary lesson planning.

Cerita pendek atau cerpen merupakan satu cerpen yang diangkat pun beragam mulai dari
bentuk karya sastra yang menyuguhkan suatu isu politik, religi, sosial, kebudayaan, maupun
kejadian cerita dan konflik yang sederhana. sejarah. Keragaman cerpen yang ada tidak luput
Cerpen mampu menyampaikan isi cerita secara dari kekhasan cerpenis itu sendiri. Cerpenis
singkat kepada pembaca karena kesederhanaan Indonesia yang sering mengangkat tema isu
dan keringkasan penyajian ceritanya. Cerpen sosial modern saat ini satu diantaranya yaitu
dapat ditemukan diberbagai media cetak Djenar Maesa Ayu. Satu diantara cerpen Djenar
maupun elektronik dengan berbagai tema yang yang fenomenal adalah Mereka Bilang Saya
beragam. Banyaknya jumlah pembaca suatu Monyet (selanjutnya ditulis MBSM). Cerpen ini
cerpen maka cerpen tersebut dapat dikate- dimuat dalam buku kumpulan cerpen dengan
gorikan sebagai cerpen yang memiliki banyak judul yang sama dan bergabung dengan cerpen-
peminat. Sebuah cerpen yang mampu menggu- cerpen karya Djenar Maesa Ayu yang lain.
gah pembaca dapat dilihat dari banyaknya Kumpulan cerpen MBSM sudah mengalami
pembaca yang berminat untuk membaca karya cetakan ke-11 pada tahun 2016.
tersebut. Cerpen MBSM ini menarik untuk diteliti
Banyak cerpenis Indonesia yang masih disebabkan beragamnya tanggapan atau respon
aktif menulis dan banyak pula buku kumpulan dari pembaca yang menyatakan setuju dan tidak
cerpennya diterbitkan hingga dicetak ulang. setuju, selain itu hal yang diangkat dalam
Keberhasilan itu dilihat dari tanggapan positif cerpen ini bertentangan dengan norma ketimur-
pembaca terhadap karya tersebut sehingga an masyarakat Indonesia tetapi sesuai dengan
karya-karya tersebut diterbitkan berulang. Tema kehidupan masyarakat modern yang terkesan

1
kebarat-baratan. Tanggapan-tanggapan tersebut Setiap orang menanggapi berdasarkan
dalam ilmu sastra disebut dengan resepsi. pengalaman pribadi terhadap kultur sosial dan
Resepsi sastra justru meneliti teks sastra dengan budaya yang dialaminya. Hal tersebut mampu
keberterimaan pembaca. Karena pada dasarnya mempengaruhi pandangan pembaca terhadap
karya sastra ditulis untuk disajikan kepada cerpen yang dibacanya. Cerpen yang memiliki
pembaca. Resepsi sastra merupakan cabang kultur sosial budaya yang dirasakan nyata
penelitian sastra yang memusatkan pada proses dengan kehidupan nyata si pembaca mampu
hubungan teks dan pembaca (Endraswara, memberikan kesan positif dan menggugah
2013:118). Proses resepsi berkaitan erat ketika pembaca, begitupun sebaliknya. Kultur sosial
pembaca memberikan penilaian terhadap teks budaya di masyarakat sangat luas. Masyarakat
sastra yang dibacanya. yang terdiri dari tingkat anak-anak, remaja,
Penelitian pada aspek pembaca dalam hingga dewasa memiliki pengalaman dan
penelitian sastra jarang dilakukan padahal tidak pandangan hidup yang berbeda-beda. Remaja
kalah pentingnya bagi perkembangan merupakan tingkatan masyarakat yang paling
kesastraan. Melalui resepsi pembaca akan produktif dalam meberikan suatu tanggapan,
diketahui seberapa jauh karya tersebut apalagi di zaman modern saat ini media sosial
bermakna bagi sasarannya yaitu pembaca. dikenal luas yang dapat digunakan secara
Penelitian resepsi melihat aktivitas pembaca mudah oleh remaja. Rata-rata remaja pada saat
sebagai penikmat karya sastra. Sebagai ini masih menempuh pendidikan formal. SMA
penikmat, pembaca akan meresepsi dan merupakan tingkatan sekolah yang tertinggi
memberikan tanggapan tertentu terhadap karya yang terdiri dari siswa-siswa yang kisaran
sastra. Penikmat menjadi orang yang berkuasa usianya terdiri dari 15-19 tahun. Pada tingkat
penuh untuk menentukan kegunaan teks bagi SMA kelas XII merupakan tingkat kelas
dirinya. Teks sastra dikatakan berkualitas tertinggi dengan pengalaman tentang ilmu dan
apabila memenuhi keinginan pembaca. Teks sosial yang tinggi pula.
sastra dikatakan berhasil apabila mampu Penelitian ini berkaitan pula dengan
menumbuhkan kesenangan bagi pembaca. pembelajaran siswa pada pelajaran Bahasa
Pembaca sangat dominan dalam pemaknaan Indonesia dalam Kurikulum 2013 kelas XII
karya sastra. Penelitian resepsi sastra pada dengan KD 3.1 Memahami struktur dan kaidah
dasarnya merupakan penyelidikan reaksi teks cerita pendek baik melalui lisan maupun
pembaca terhadap teks. Reaksi yang diberikan tulisan. Tanggapan yang diberikan oleh siswa
dapat berupa reaksi positif maupun negatif. merupakan bentuk dari pengetahuan siswa
Resepsi yang positif dapat berupa rasa senang, terhadap unsur intrinsik yang terdapat pada
gembira, tertawa, dan segera mereaksi dengan cerpen. Hasil penelitian berdasarkan tanggapan
perasaannya. Sebaliknya reaksi yang bersifat dan pengetahuan siswa dapat dikaitkan dengan
negatif dapat berupa rasa jengkel bahkan pembelajaran sastra di sekolah.
antipati terhadap karya sastra. Disimpulkan bahwa penelitian ini
Karya sastra itu sejak terbitnya selalu memfokuskan pada resepsi dan cakrawala
mendapat tanggapan dari pembacanya. Pem- harapan siswa Kelas XII MA (Madrasah
baca merespons sebuah karya bergerak dari Aliyah) dan SMA (Sekolah Menengah Atas)
ruang kosong (indeterminasi) dalam benak terhadap cerpen Mereka Bilang Saya Monyet
pembaca kemudian diisi saat membaca karya karya Djenar Maesa Ayu serta implementasi
dengan tafsiran menurut pemahaman pembaca pembelajaran pada pembelajaran sastra di
itu sendiri. Selain indeterminasi, pembaca sekolah.
memiliki harapan tertentu terhadap karya
tersebut. Harapan muncul sebelum dan sesudah METODOLOGI PENELITIAN
membaca karya sastra. Harapan tersebut disebut Penelitian ini berbentuk kualitatif.
cakrawala harapan yang berupa penggambaran Memperlihatkan kualitas hasil penelitan
norma, pengetahuan, dan kenyataan yang terhadap subjek yang akan diteliti. Menurut
diharapkan pembaca dari karya tersebut. Sugiyono (2016:15) penelitian kualitatif adalah

2
metode penelitian yang digunakan untuk Pengujian keabsahan data dilakukan
meneliti kondisi objek yang alamiah. dengan konsultasi ahli kepada pembimbing dan
Pendekatan yang akan dilakukan dalam ketekutan pengamatan. Teknik analisis data
penelitian ini adalah pendekatan pragmatis. yang digunakan sebagai berikut; (1) melakukan
Pendekatan pragmatis melihat peranan pembaca pemilihan terhadap data dengan memilih
dalam karya sastra. Tujuan pende-katan berdasarkan 50% dari jumlah data yang dipilih
pragmatis memberikan manfaat terhadap secara acak dari setiap sekolah dan melakukan
pembaca (Ratna, 2015:72). Pendekatan pragma- pengodean terhadap data resepsi dan cakrawala
tis memperlihatkan pemahaman pembaca terha- harapan, (2) menyusun data berdasarkan kate-
dap karya sastra yang dibacanya. Penelitian gori pilihan jawaban pada tiap soal yang dike-
pragmatis yakni kajian yang berorientasi pada lompokkan berdasarkan soal yang diujikan, (3)
kegunaan karya sastra bagi pembaca meyajikan data yaitu proses penyusunan
(Endraswara, 2013:115). sekumpulan informasi yang memberi kemung-
Teknik pengumpulan data dalam penelitian kinan adanya penarikan simpulan dan pengam-
ini menggunakan kuesioner atau angket. bilan tindakan, (4) mendeskripsi tanggapan
Menurut Sugiyono (2016:199), kuesioner meru- responden mengenai resepsi dan cakrawala
pakan teknik pengumpulan data yang dilakukan harapan serta mendeskripsi implementasi pem-
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan belajaran mengenai resepsi cerpen, dan (5)
atau pernyataan tertulis kepada responden untuk menyimpulkan hasil analisis.
dijawabnya. Alat pengumpul data yang diguna-
kan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan
instrumen pencatatan. Kuesioner dijawab HASIL PENELITIAN DAN
langsung oleh siswa setelah membaca cerpen PEMBAHASAN
MBSM. Sebelum kuesioner dibuat maka dibuat
terlebih dulu kisi-kisi untuk setiap variabelnya. Hasil Penelitian
Kemudian kisi-kisi dikembangkan dalam Penelitian resepsi sastra mendasarkan diri
bentuk pernyataan dalam angket. Kisi-kisi pada teori bahwa karya sastra itu sejak terbitnya
instrumen resepsi sastra dan cakrawala harapan selalu mendapat tanggapan dari pembacanya.
siswa berdasarkan Segers (2000: 116) dengan Mukarovsky (dalam Teeuw, 2013:146) juga
berbagai modifikasi. mengemukakan bahwa pembaca menilai suatu
Uji coba instrumen bertujuan untuk karya bergantung pada subjektivitas yang
menguji validitas dan reliabilitas instrumen dipengaruhi oleh lingkungan sosial pembaca itu
tersebut. Uji coba instrumen dilakukan pada sendiri. Maka penelitian ini menitikberatkan
siswa kelas XII SMA Negeri 9 Singkawang pada analisis atas respon pembaca. Data resepsi
berjumlah 20 orang dengan alasan sebagai siswa berjumlah 16 soal dengan empat pilihan
berikut; (1) SMAN 9 Singkawang berada di jawaban yang tersedia (Sangat Setuju, Setuju,
wilayah penelitian yaitu Kota Singkawang, (2) Tidak Setuju, dan Sangat Tidak Setuju).
Cerpen termasuk dalam materi pembelajaran Kuesioner resepsi berkaitan dengan aspek
mata pelajaran Bahasa Indonesia yang inti untuk mengetahui penilaian yang dilakukan
dipelajari di SMAN 9 Singkawang, (3) Siswa oleh pembaca yakni aspek intelektual dan aspek
kelas XII SMAN 9 memiliki jenjang tingkatan emosional. Menurut Segers (2000:157),
pembelajaran yang sama dengan sampel pembaca menilai karya sastra berkaitan dengan
penelitian, (4) kualitas pembelajaran di SMAN aspek intelektual dan aspek emosional di dalam
9 Singkawang memiliki standar yang sama karya tersebut. Aspek intelektual berkaitan
dengan MA dan SMA yang dijadikan sampel dengan unsur pembentuk sebuah karya sastra
penelitian, dan (5) proses penerimaan siswa atau unsur intrinsik, sedangkan aspek emosio-
berdasarkan perolehan nilai ujian Nasional nal merupakan keterlibatan antara pembaca
siswa. dengan karya sastra yang telah dibacanya,
berkaitan dengan emosi, minat, keaslian, dan
kemampuan pembaca untuk percaya.

3
Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Resepsi
Aspek Variabel Indikator Butir Jumlah
Soal
Intelektual Tema Penilaian terhadap tema 1 1
Plot Penilaian terhadap plot 2 1
Penokohan Penilaian terhadap tokoh 3, 4 2
Latar Penilaian terhadap latar 5, 6 2
Sudut pandang Penilaian terhadap sudut pandang 7 1
Gaya bahasa Penilaian terhadap gaya bahasa 8 1
Amanat Penilaian terhadap amanat 9, 10 2
Emosional Minat Ketertarikan siswa untuk 11,12 2
memberikan reaksi terhadap
cerpen
Keaslian Penilaian siswa terhadap keaslian 13 1
cerpen
Keterlibatan dan Keterlibatan pribadi dan emosi 14 1
emosi siswa terhadap cerpen
Kemampuan untuk Keyakinan siswa terhadap isi 15, 16 2
percaya cerpen
Jumlah 16

Siswa MA dan SMA sama-sama siswa MA dan SMA dalam memberikan


memberikan penilaian berdasarkan watak tokoh gambaran terhadap watak tokoh karena
sebagai cerminan isi cerita dan fakta sosial yang penilaian baik menurut siswa cukup dengan
tergambar dalam cerpen, dari watak tokoh tidak melanggar norma kesopanan.
tersebut mampu menggambarkan kepribadian Siswa MA dan SMA mampu menye-
manusia yang bersifat munafik. Penilaian dari butkan latar tempat dan suasana dengan tepat,
siswa MA dan SMA tidak memiliki perbedaan beberapa siswa menyebutkan latar tempat dan
yang signifikan dan sebagian besar siswa sama- suasana lain yang terjadi pada cerpen, misalnya
sama mampu menentukan tema cerpen dengan pada wc sebagai latar tempat dan kegembiraan
tepat. Siswa MA menilai alur berdasarkan untuk latar suasana. Tanggapan siswa terhadap
urutan kronologis cerita dan memberikan latar tidak jauh berbeda karena latar merupakan
penjelasan urutan alur sedangkan siswa SMA fakta cerpen yang tampak secara eksplisit pada
menilai cerita berdasarkan urutan kronolgis cerpen. pemberian alasan yang lugas dan jelas
cerita dan alur cerita tidak mengalami flash merupakan jawaban yang hampir seluruh siswa
back. Siswa MA dan SMA sebagain besar berikan untuk membuktikan latar tersebut
sudah mampu menentukan alur cepen dengan memang benar ada di dalam cerpen MBSM.
tepat. Siswa MA dan SMA sama-sama mampu
Penilaian terhadap tokoh menurut siswa menentukan sudut pandang yang benar beserta
MA dan SMA yaitu penilaian berdasarkan bukti namun terdapat pula penialain yang keliru
karakter tokoh utama yang memiliki watak baik dengan menyetujui bahwa sudut pandang
dibandingkan tokoh lainnya terdapat beberapa cerpen adalah sudut pandang orang ketiga.
siswa yang alasan bahwa hendaknya tokoh Siswa MA dan SMA mampu menilai gaya
utama memiliki watak baik dan tidak boleh bahasa dengan tepat dan memberikan alasan
berperilaku melanggar norma. Tidak ada dengan mencantumkan bukti dari cerpen.
perbedaan yang signifikan antara tanggapan Terdapat dua pandangan jawaban siswa MA

4
dan SMA, siswa yang menyetuji bahwa amanat pautnya terhadap kehidupan nyata. Siswa SMA
cerpen untuk membela perempuan yang sebagian besar merasa marah terhadap sikap
merupakan bentuk kritik sosial saat ini, maupun ucapan tokoh dalam cerpen, namun
sedangkan yang tidak menyetujui menyatakan terdapat pula siswa yang mendukung perbuatan
bahwa perempuanlah yang meneybabkan tokoh karena hal tersebut merupakan sebab
adanya pelecehan dengan merelakan diri akibat dari perbuatan orang lain terhadap tokoh
mereka sendiri. Kecende-rungan jawaban siswa tersebut.
MA memandang bahwa harus adanya Penilaian aspek emosi yang terakhir yaitu
kesadaran dalam memahami ajaran agama dan penialain terhadap kemampuan untuk percaya
norma sosial sedangkan siswa SMA dengan indikator keyakinan siswa terhadap isi
memandang norma sosial, kesadaran diri, dan cerpen dengan soal ‘Secara keseluruhan cerpen
kesadaran dalam menjalankan ajaran agama. tersebut dapat diterima logika saya’ dan
Aspek emosional terdiri dari 5 penilaian ‘Cerpen tersebut membuat saya menyadari
yaitu minat, keaslian, keterlibatan dan emosi, masalah kepribadian manusia pada era modern
dan kemampuan untuk percaya. Siswa MA saat ini’. Cerpen MBSM sebagian besar dapat
sebagian besar kurang berminat terhadap cerpen diterima logika siswa MA dan SMA walaupun
MBSM disebabkan cerita yang dipandang terdapat beberapa siswa yang mengaku kurang
membosankan dengan gaya bahasa yang sulit memahami isi cerita disebabkan gaya bahasa
dimengerti, namun terdapat pula siswa MA yang digunakan pengarangnya. Siswa MA dan
yang berminat dan tertarik terhadap cerpen SMA juga menilai bahwa isi cerpen MBSM
karena ingin mengetahui isi cerpen sesuai dengan masalah kepribadian yang terjadi
sesungguhnya dan penasaran terhadap nilai- pada saat ini, siswa percaya adanya sifat dan
nilai yang terkandung dalam cerpen Djenar perilaku buruk manusia yang tergambar dalam
Maesa Ayu yang lain. Siswa SMA juga cerpen benar-benar terjadi di masyarakat secara
memiliki minat yang kurang terhadap cerpen nyata.
MBSM, hal yang menyebabkan kurang Hal tersebut memperlihatkan bahwa
berminat karena cerpen MBSM menceritakan pandangan tentang harapan terhadap norma
perbuatan yang tidak pantas diceritakan karena yang dimiliki siswa MA dan SMA hampir
melanggar norma, namun ada pula yang tertarik sama. Siswa MA menilai norma dalam cerpen
karena cerpen MBSM mengisahkan konflik sejatinya mengandung pesan moral seperti
yang menarik dan memberikan nama tokoh pembelaan terhadap kaum perempuan,
yang terkesan unik. sedangkan siswa SMA memandang norma
Siswa MA dan SMA sebagian besar dalam cerpen sejatinya mengungkapkan
mengaku belum pernah membaca cerpen seperti kebenaran pelanggaran norma-norma yang
cerpen MBSM, namun beberapa siswa terjadi di masyarakat saat ini.
mengaku pernah membaca cerpen dengan tema Perbedaan tanggapan oleh siswa MA dan
yang hampir sama. Penilaian keter-libatan dan SMA tidak tampak dikarenakan tanggapan yang
emosi bertujuan untuk melihat keterlibatan diberikan bersifat umum dan tidak
pembaca dan karya sastra yang dibaca. Siswa mengharapkan adanya norma khusus
MA sebagian besar merasa jengkel dan marah (contohnya norma agama) yang harus dimiliki
terhadap perilaku yang ditunjukkan oleh tokoh dalam sebuah cerpen. siswa lebih menilai pada
dalam cerpen, terdapat pula yang tidak merasa norma kesopanan yang biasa dilakukan dalam
marah karena tokoh dalam cerpen hanyalah kehidupan sehari-hari.
fiktif dan menganggap tidak ada sangkut

5
Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Cakrawala Harapan
Aspek Indikator Butir Jumlah
Soal
Norma-norma dalam Pengetahuan tentang nilai-nilai dalam 1 1
teks cerpen
Pengetahuan dan 1. Pengetahuan tentang isi cerpen 2 1
pengalaman baca 2. Minat membaca cerpen 3 1
Pertentangan antara fiksi Penilaian tentang nilai-nilai dalam 4,5 2
dan kenyataan kehidupan nyata
Jumlah 5

Sepanjang proses pembacaan ada satu pembelaan terhadap kaum perempuan,


pengaruh berkelanjutan antara harapan-harapan sedangkan siswa SMA memandang norma
termodifikasi dan memori yang tertransformasi, dalam cerpen sejatinya mengungkapkan
teks itu sendiri tidak memformulasikan harapan kebenaran pelanggaran norma-norma yang
atau memodifikasi harapan, hal tersebut terjadi di masyarakat saat ini.
menjadi wewenang pembaca untuk menentukan Berdasarkan aspek pengetahuan dan
harapan dari teks yang sudah ditransfer ke pengalaman baca dibagi menjadi pengetahuan
pikiran pembaca itu sendiri (Iser, 1987: 111- dan minat terhadap cerpen. Pembaca dari siswa
112). Hal ini merupakan harapan berkelanjutan MA memiliki harapan tentang pengetahuan
pembaca terhadap karya sastra. yang sebagian besar tercapai karena cerpen
Berdasarkan aspek norma-norma dalam MBSM mampu memberikan pengetahuan
teks, cerpen MBSM mampu mencapai harapan tentang perilaku buruk manusia yang yang
pembaca dari siswa MA karena mengandung harus dihindari dan mengingatkan tentang
pesan moral yang diharapkan pembaca, bersikap baik sesama manusia, sedangkan
mengandung inspirasi, mengan-dung kisah harapan pembaca dari siswa MA yang tidak
kehidupan yang membela kaum perempuan, tercapai disebabkan cerpen MBSM dianggap
dan dapat menghibur. Terdapat pula harapan mengandung bahasa yang sulit dipahami
pembaca dari siswa MA yang tidak tercapai pembaca. Aspek minat siswa MA belum
karena cerpen MBSM dianggap tidak tercapai sebagian, siswa yang minatnya tercapai
mengandung kisah yang dapat dicontoh dan berpendapat bahwa cerpen MBSM mampu
cerpen membosankan. Berbeda halnya dengan diminati sesuai harapan karena memberikan
harapan pembaca dari siswa SMA yang inspirasi kebaikan, mengandung nilai moral,
harapannya tercapai disebabkan cerpen MBSM dan pengetahuan lebih tentang kehidupan.
dianggap mampu menginspirasi kebaikan Siswa MA yang tidak berminat menyatakan
karena mengung-kapkan kebenaran yang terjadi bahwa cerpen MBSM tidak mampu diminati
di kehidupan sosial masyarakat saat ini, cerita sesuai harapan karena ceritanya terlalu membo-
yang menarik, dan dapat menghibur. Terdapat sankan, menjengkelkan, dan takut perilaku
pula harapan yang tidak tercapai karena cerpen buruk tokoh mampu mempengaruhi sikap
MBSM dianggap menggambarkan perilaku pembaca di kehidupan sehari-hari.
tidak terpuji yang menceritakan perilaku dan Pembaca dari siswa SMA memiliki
kejadian yang tidak sepantasnya diceritakan, harapan tentang pengetahuan yang sebagian
dapat membuat pembaca marah ketika besar harapannya tercapai, alasan bagi siswa
membacanya, dan tidak mampu menginspirasi yang tercapai karena cerpen MBSM dianggap
kebaikan. mengandung hal-hal yang mengingatkan untuk
Hal tersebut memperlihatkan bahwa lebih menjaga diri, menambah informasi dan
pandangan tentang harapan terhadap norma pengetahuan tentang dampak globalisasi
yang dimiliki siswa MA dan SMA hampir khususnya pada bidang sosial budaya, dan
sama. Siswa MA menilai norma dalam cerpen mengandung pelajaran untuk menghadapi
sejatinya mengandung pesan moral seperti kehidupan. Bagi siswa harapan tentang

6
pengetahuannya tidak tercapai siswa SMA yang sudah mulai tidak bermoral. Dan bagi
dikarenakan cerpen MBSM dianggap tidak harapan siswa yang tidak tercapai menyebutkan
mengandung informasi dan pengetahuan, tidak bahwa cerpen MBSM tidak seutuhnya
ada moral yang dapat dicontoh, dan pembaca memberikan gambaran kehidupan karena tidak
tidak mengerti isi cerpen seutuhnya. Pada aspek terdapat gambaran sifat kejujuran, kebohongan,
minat, sebagian besar harapan siswa SMA dan kasih sayang.
terhadap minat pada cerpen MBSM tidak Dapat disimpulkan bahwa siswa MA dan
tercapai karena cerpen MBSM dianggap SMA memiliki harapan yang hampir sama
mengajarkan hal yang tidak baik, tidak terhadap aspek pertentangan antara fiksi dan
mendidik, dan bahasa yang digunakan penulis kenyataan. Pembaca sudah bisa menilai refleksi
terkesan kasar. Bagi siswa yang minatnya kenyataan yang terdapat pada cerpen. Cerpen
tercapai menyatakan bahwa unik karena sebagai bagian dari kehi-dupan nyata yang
menggunakan nama binatang sebagai tokoh dan dapat dijadikan pengetahuan serta
menarik. mengingatkan tentang hakikat kehidupan yang
Berdasarkan hal tersebut dapat disim- ada di kehidupan nyata.
pulkan bahwa cakrawala harapan pembaca pada Cerpen MBSM dapat dijadikan bahan ajar
aspek pengetahuan dan pengalaman baca dari untuk siswa kelas XII. Alasan yang
pembaca kalangan siswa MA dan SMA mendasarinya sebagai berikut. Pertama,
memiliki pengetahuan dan pengalaman baca berdasarkan kurikulum yang menjadi arahan
belum mumpuni terdapat siswa sebagian besar perencanaan proses pembelajaran di sekolah
yang masih memiliki pengalaman baca yang sebagai acuan kegiatan belajar mengajar di
kurang dibuktikan dengan belum memahami isi sekolah yang mengacu pada aturan perundang-
cerpen secara lengkap. Siswa MA menilai undangan dalam Undang-Undang 20 tahun
pengetahuan dalam cerpen sejatinya 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
mengingatkan tentang cara bersikap sesama Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010
manusia dan memberikan pengetahuan tentang tentang Rencana Pembangunan Jangka
perilaku buruk manusia untuk dihindari. Dan Menengah Nasional (RPJMN), materi
siswa SMA menilai pengetahuan dalam cerpen pembelajaran pada kurikulum yang berkaitan
sejatinya mengan-dung hal untuk mengingatkan dengan resepsi atau tanggapan terhadap cerpen
pembaca agar lebih menjaga diri dan tercantum dalam Kurikulum 2013 pada
menyajikan penge-tahuan tentang dampak pelajaran Bahasa Indonesia Kelas XII semester
buruk gobalisasi pada bidang sosial budaya 2 dengan KD 3.1 Memahami struktur dan
untuk dijadikan pelajaran agar mampu kaidah teks cerita pendek baik melalui lisan
menghindarinya. maupun tulisan.
Berdasarkan aspek pertentangan antara Kedua, dilihat dari aspek tujuan
fiksi dan kenyataan, siswa MA memiliki pembelajaran sastra yang di antaranya bertujuan
harapan yang tercapai dan tidak tercapai. Siswa untuk dapat mengubah keadaan siswa menjadi
MA yang tercapai pada aspek pertentangan lebih baik dalam belajar, berakhlak, dan
anatara fiksi dan kenyataan karena cerpen memper-siapkan diri menatap masa depan,
MBSM memiliki isi cerita yang sesuai dengan pembela-jaran sastra mampu mempertajam
kehidupan seperti banyak orang saat ini yang penalaran, perasaan, daya khayal dan
terjerat kemaksiatan. Bagi siswa MA yang tidak kecerdasan intelektual anak, selain itu dapat
tercapai karena isi cerpen MBSM dianggap mening-katkan pengetahuan budaya dan
tidak ada di kehidupan nyata dan tidak ada menunjang pembentukan watak anak. Resepsi
kejujuran yang tercermin dalam cerpen. cerpen MBSM dapat dijadikan bahan ajar
Penilaian yang diberikan siswa SMA untuk dalam pembelajaran sastra di sekolah karena
aspek pertentangan antara fiksi dan kenyataan merupakan suatu bentuk tanggapan kritis
yang tercapai karena cerpen MBSM dianggap terhadap isi dengan mengaitkan antarunsur
mengungkapkan kisah kehidupan nyata pada dalam karya sastra untuk menilai karya sastra.
saat ini seperti kasus bullying, dan masyarakat Penilaian karya sastra dapat dilihat dari unsur

7
intrinsik suatu karya sastra dan penilaian karya sastra dinilai berdasarkan pengalaman
emosional pembaca secara individu tentang dan harapan individu yang berbeda-beda.
cerminan kehidupan sosial yang tergambar di (3) Penelitian tentang resepsi dapat ber-
dalam cerpen. kaitan dengan pembelajaran sastra di sekolah
Ketiga, dilihat dari aspek pemilihan bahan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas XII
ajar Cerpen MBSM memiliki latar kehidupan Kurikulum 213 dengan KD 3.1 Memahami
yang dianggap negatif oleh masyarakat karena struktur dan kaidah teks cerita pendek baik
hal tersebut guru dapat memberikan gambaran melalui lisan maupun tulisan. Penelitian
yang luas kepada siswa bahwa-sanya perilaku resepsi cerpen MBSM sesuai dengan
tokoh-tokoh pada cerpen ada dalam kehidupan kurikulum, tujuan, pemilihan bahan ajar, aspek
nyata dan tidak selayaknya diikuti. Guru dapat keterbacaan dalam proses pembelajaran.
memberikan penjelasan yang rinci pada siswa
tentang perilaku buruk masyarakat akibat Saran
zaman global yang bertentangan dengan Berdasarkan hasil penelitian, disarankan
kehidupan ketimuran masyarakat Indonesia kepada peneliti lain untuk memperluas lokasi
yang perlu diketahui oleh siswa sebagai penelitian untuk (1) meningkatkan kemam-puan
pembanding terhadap sosial budaya masyarakat meresepsi cerpen, siswa diharapkan untuk
serta padangan dalam keaga-maan. mulai menumbuhkan minat membaca dengan
Dilihat dari aspek keterbacaan yang menyediakan waktu luang untuk membaca dan
berkaitan dengan tingkat pemahaman dan memilih bahan bacaan yang baik. Membaca
pengetahuan bahasa yang siswa miliki kalimat banyak mengandung manfaat untuk
yang digunakan dalam cerpen MBSM memiliki memperkaya wawasan dan pengalaman, (2)
tinggkat kesulitan yang mampu dipahami siswa penelitian ini dapat diguna-kan guru untuk
dan dapat meberikan pengalaman membaca memetakan konsep pembe-lajaran sastra dan
yang memadai sebagai sarana informasi yang menawarkan alternatif penilaian meresepsi
baru terhadap penggunaan kosa kata dan majas. karya sastra dengan menggunakan kuesioner
Siswa akan mampu menanggapi secara kritis atau angket sehing-ga siswa tidak merasa
terhadap cerpen. Hal-hal tersebut menjadi terbebani ketika diberi tugas untuk membaca
pertimbangan layaknya cerpen MBSM sebagai karya sastra, (3) saran untuk pihak sekolah agar
bahan ajar untuk siswa kelas XII MA maupun menyediakan bahan bacaan khusunya cerpen
SMA pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. yang lebih banyak agar siswa memiliki
pengalaman baca yang lebih luas. Cerpen yang
SIMPULAN DAN SARAN diberikan tidak hanya cerpen anak-anak tetapi
Simpulan dapat pula menyediakan cerpen-cerpen yang
Berdasarkan hasil penelitisn, disimpulkan menggam-barkan kehidupan sosial budaya
sebagai berikut. (1) Penilaian resepsi yang masyarakat pada saat ini agar siswa mengetahui
dibagi menjadi dua aspek yaitu aspek fakta sosial yang ada pada saat ini.
intelektual dan emosional. Setelah dibanding- Saran untuk penelitian selanjutnya agar
kan hasil resepsi siswa MA dan SMA tidak melakukan penelitian lebih lanjut dengan
mengalami perbedaan yang menunjukan bahwa sampel maupun jenis karya sastra yang berbeda.
kategorisasi sekolah berdasarkan perbedaan Diharapkan nantinya semakin banyak
pelaksanaan pelajaran agama tidak diketahui tentang resepsi pembaca terhadap
mempengaruhi pandangan dan penilaian siswa suatu karya sastra. Selain itu pengadaan
terhadap karya sastra. penelitian resepsi selanjutnya agar lebih
(2) Hasil penilaian cakrawala harapan mengenalkan teori resepsi sastra kepada
menunjukkan bahwa kategorisasi sekolah masyarakat yang hingga sekarang jarang
berdasarkan pelaksanaan pembelajaran bidang dilakukan.
agama antara siswa MA dan SMA tidak
mempengaruhi ketercapaian harapan siswa
terhadap karya sastra karena harapan terhadap

8
DAFTAR RUJUKAN Segers, Rien T. 2016. Evaluasi Teks Sastra
Endraswara, Suwardi. 2013. Metodologi (Terjemahan Suminto A. Sayuti).
Penelitian Sastra: Epsitemologi, Model, Yogyakarta: Adicita.
Teori, dan Aplikasi. Jakarta: PT Buku Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif,
Seru. Kualitatif dan R&D. Bandung:
Iser, Wolfgang. 1987. The Act of Reading. Alfabeta.
Baltimore and London: The Johns Hopkins Teeuw, A. 2013. Sastra dan Ilmu Sastra.
University Press. Bandung: PT Dunia Pustaka Jaya.
Ratna, Nyoman Kutha. 2015. Teori, Metode,
dan Teknik Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

You might also like