Professional Documents
Culture Documents
Abstract
This study aims to determine the physics students' learning outcome in SMP Negeri 7 Palu and SMP
Negeri 9 Palu applied learning method using blended learning. The study design used is quasy design
experiment. Data were analyzed using t-test. Samples were class VII A in SMP Negeri 7 Palu applied
learning methods blended learning using face to face and media guided powerpoint animation and class
VII G at SMP Negeri 9 Palu as a comparison experiment with applied learning methods blended learning
using face to face and models powerpoint, which is determined by cluster sampling technique. The results
showed that the application of blended learning teaching methods to the learning outcomes of students in
the physics of motion in SMP 7 Palu and SMP 9 Palu (thit (= 0,39) < ttable (= 2,01)). Thus, it can be
concluded that the application of learning methods blended learning using face to face and media guided
powerpoint animation in SMP Negeri 7 Palu on learning outcomes of students' physics can be increased
and the results studied physics at SMP Negeri 7 Palu and SMP 9 Palu was not significantly different
means there is no difference in the results of studying physics.
Keywords: blended learning, face to face, the model powerpoint, guided powerpoint animation media
and physics students' learning outcomes.
35
36 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 2, April 2016 hlm 35-44 ISSN: 2089-8630
disebutkan tadi mengandung arti yang sama dalam penggabungan media yang digunakan
yaitu perpaduan, percampuran atau kombinasi dalam proses belajar mengajar.
pembelajaran. Rendahnya hasil belajar siswa, pada mata
Thorne (2003) menggambarkan blended pelajaran fisika khususnya materi gerak
learning sebagai pengintegrasian inovasi dan disebabkan oleh beberapa factor, yaitu: (1)
kemajuan teknologi dengan menggunakan pendekatan guru dalam pembelajaran selalu
pembelajaran online maupun media sehingga berorientasi pada penyelesaian soal-soal; (2)
lebih baik dari pembelajaran tradisional. model pembelajaran yang diterapkan bersifat
Berdasarkan pendapat tersebut, blended konvensional; dan (3) guru berlomba-lomba
learning sebagai kombinasi karakteristik memenuhi target kurikulum (Wardhani, 2007).
pembelajaran tradisional dan lingkungan Model pembelajaran konvensional yang
pembelajaran elektronik atau blended learning dilakukan guru sangat kental dengan transper
dengan menggabungkan aspek blended learning pengetahuan dan lebih menekankan pada latihan
(format elektronik) seperti pembelajaran soal yang sifatnya hitungan.
berbasis web, streaming video, komunikasi Media adalah salah satu alat yang dapat
audio synchronous dan asynchronous dengan membantu siswa memahami konsep fisika
pembelajaran tradisional “tatap muka”. secara abstrak. Kesulitan siswa memahami
Larson dan Murray (2012) menjelaskan pelajaran fisika khussnya materi gerak
bahwa model blended learning dari pendidikan disebabkan oleh guru jarang menggunakan
dapat mengintegrasikan pelajaran teknologi media sebagai alat peraga dalam pembelajaran.
dengan mengajar tatap muka, karena model Demikian pula, guru jarang mengajak siswa
seperti ini bisa digunakan oleh guru dan siswa. melihat berbagai fakta dan analogi tertentu
Walaupun di sekolah terpencil yang belum bisa untuk menjelaskan fakta dalam rangka
mengakses internet, penggunaan blended membangun pengetahuan sains (Chris, 2010).
learning melalui bentuk teknologi yang lebih Dalam rangka membantu peserta didik
rendah juga, termasuk CD,DVD, atau VHS. meningkatkan hasil belajar, proses pembelajaran
Pendekatan blended learning dapat perlu diusahakan agar interktif, inspiratif,
menggabungkan fasilitasi tatap muka dengan inovatif, menyenangkan, menantang,
instruksi melalui komputer dan kesempatan memotivasi peserta didik berpartisipasi aktif.
belajar penemuan. Sehubungan dengan itu, sains Proses pembelajaran juga seharusnya
atau teknologi informasi kegiatan dengan memberikan kesempatan yang cukup bagi
bantuan teknologi pendidikan menggunakan prakarsa, kreativitas, dan kemandirian siswa
komputer, seluler, saluran televisi satelit, video sesuai dengan minat, bakat dan perkembangan
conference dan media elektronik lainnya fisik serta psikologis peserta didik, supaya
muncul. Peserta didik dan guru bekerja sama aktivitas tersebut dapat tercapai dengan baik,
untuk meningkatkan kualitas belajar dan model pembelajaran dan media diperlukan
mengajar, dan tujuan utama blended learning sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran.
yang realistis untuk memberikan untuk Selain itu, perlu adanya kemauan dari diri siswa
membuat belajar mandiri, berguna, untuk meningkatkan hasil belajarnya
berkelanjutan dan berkembang pelajar dan guru (Perbawaningsih,2005).
(Akkoyonlu dan Soylu, 2008) Dalam penelitian ini digunakan metode
Akkoyonlu dan Soylu, (2008) pembelajaran blended learning yang
mengemukakan bahwa blended learning bukan menggabungkan antara face to face dan media
hanya kombinasi dari face to face dan web powerpoint dipandu animasi serta face to face
learning atau model pembelajaran saja akan dan model powerpoint dalam proses belajar
tetapi blended learning bisa juga digunakan mengajar pada materi gerak.
Danti Y. Saadjad, dkk. Perbandingan Metode Pembelajaran Blended Learning menggunakan Powerpoint ………37
Werdhiana, M.Si., dan Dr. Darsikin, M.Si. Nilai r kemudian dibandingkan dengan
Kemudian tes hasil belajar ini akan di rtabel (rkritis). Bila rhitung dari rumus di atas lebih
ujicobakan di SMPN 9 Palu. besar dari rtabel maka butir tersebut valid, dan
Prinsip penting melakukan penelitian sebaliknya. Setelah di dapat r hitung, maka
adalah melakukan pengukuran terhadap suatu selanjutnya membandingkan r hitung tersebut
fenomena. Oleh karena itu, harus ada alat ukur dengan r tabel. Jika r hitung lebih kecil dari r
yang digunakan yang disebut instrumen tabel, maka pertanyaan yang kita berikan tidak
penelitian. Untuk memperoleh data yang valid sehingga perlu perbaikan atau pergantian
diperlukan dalam penelitian ini maka instrumen soal, atau dengan kata lain soal tersebut harus
yang digunakan yaitu tes hasil belajar fisika dibuang. Sebaliknya, jika r hitung lebih besar
siswa. dari r tabel, maka pertanyaan tersebut dianggap
Tes yang digunakan dalam penelitian ini valid dan bisa digunakan untuk proses
adalah tes hasil belajar yang diberikan pada selanjutnya. Interpretasi untuk besarnya
siswa setelah diberikan perlakuan berupa model koefesien korelasi dan kategorinya tampak pada
pembelajaran blended learning dengan media Tabel 2.
powerpoint dipandu animasi atau yang disebut Tabel 2. Kategori Validitas Butir Soal
tes akhir (postes) pada SMP Negeri 7 Palu. Tipe Batasan Kategori
tes yang akan digunakan dalam instrumen
penelitian adalah bentuk pilihan ganda. Sebelum 0,81< rxy ≤ 1,00 Sangat tinggi
penyusunan instrumen dalam bentuk tes ini, (sangat baik)
terlebih dahulu dibuat kisi-kisi yang didalamnya 0,61< rxy ≤ 0,80 tinggi (baik)
mencakup nomor soal, soal dan indikator tes 0,41< rxy ≤ 0,60 cukup(sedang)
hasil belajar fisika.
Instrumen penelitian ini akan diberikan 0,21< rxy ≤ 0,40 rendah (kurang)
kepada sampel yang akan diuji, dengan terlebih sangat rendah (sangat
0,00< rxy ≤ 0,20
dahulu harus diujicobakan terlebih dahulu kurang)
kepada subjek lain di luar subjek penelitian, (Arikunto , 2006).
tetapi mempunyai kemampuan setara dengan
subjek dalam penelitian yang dilakukan. Dalam menguji reliabilitas digunakan uji
Proses Analisis tes hasil belajar dilakukan konsistensi internal dengan menggunakan rumus
melalui pertimbangan (judgement) pakar untuk Alpha Cronbach sebagaimana dikembangkan
menilai validitas item tes dan uji coba tes untuk Arikunto (2006) sebagai berikut:
k b
menganalisis reliabilitas tes. Pertimbangan pakar 2
sama, (Nasution, 2008). Prosesnya yaitu hasil BA:Banyaknya kelompok atas yang menjawab
dari analisa validitas dengan uji korelasi, maka benar
selanjutnya dilakukan proses reliabilitas yang BB:Banyaknya kelompok bawah yang
nantinya akan menghasilkan output nilai menjawab benar
koefisien alfa (koefisien korelasi). Jika nilai PA: proporsi kelompok atas yang menjawab
koefisien alfa lebih besar dari 0,60 maka benar
instrumen tersebut sudah reliabel. PB : proporsi kelompok bawah yang menjawab
Tingkat kesukaran adalah bilangan yang benar
menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal. Kategori daya pembeda dapat dilihat pada
Besarnya indeks kesukaran berkisar antara 0,00 Tabel 4.
sampai 1,0. Soal dengan indeks kesukaran 0,00
menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, Tabel 4. Kategori Daya Pembeda
indeks 1,0 menunjukkan bahwa soal tersebut
Batasan Kategori
terlalu mudah. Indeks kesukaran diberi simbol P
0,00 ≤ D ≤ 0,20 Jelek
(proporsi) yang dihitung dengan rumus:
B 0,20 < D ≤ 0,40 Cukup
P 0,40 < D ≤ 0,70 Baik
JS 0,70 < D ≤ 1,00 Baik Sekali
dengan (Arikunto , 2006)
P : Indeks kesukaran
B : Banyaknya siswa yang menjawab soal itu Data hasil penelitian didapatkan data
dengan betul terdistribusi normal. Pengujian terhadap
JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan
Klasifikasi untuk indeks kesukaran teknik analisis dilakukan dengan menggunakan
dapat dilihat pada Tabel 3. program analisis statistik parametrik dengan
menggunakan uji t. Pengolahan dan analisis data
Tabel 3. Kategori tingkat Kesukaran primer dianalisa dengan cara membandingkan
Batasan Kategori nilai rata-rata (means) hasil post-tes siswa
0,00 ≤ P < 0,30 Soal Sukar dengan pembelajaran dengan metode blended
0,30 ≤ P < 0,70 Soal Sedang learning di SMP Negeri 7 Palu menggunakan
0,70 ≤ P < 1,00 Soal Mudah face to face dan powerpoint dipandu animasi
(Arikunto , 2006). dan hasil post-test siswa dengan metode
blended learning di SMP Negeri 9 Palu
Daya pembeda soal adalah kemampuan menggunakan face to face dan model
suatu soal untuk membedakan antara siswa yang powerpoint tanpa animasi. Hipotesis yang
berkemampuan tinggi dengan siswa yang peneliti ajukan pada penelitian ini adalah:
berkemampuan rendah. Angka yang 1) Ho diterima apabila hasil belajar fisika siswa
menunjukkan besarnya daya pembeda disebut dengan metode blanded learning di SMP
Indeks diskriminasi (D). Rumus untuk Negeri 9 Palu tidak berbeda nyata dengan
menentukan indeks diskriminasi adalah: hasil belajar fisika siswa dengan metode
B B blanded learning di SMP Negeri 7 Palu.
D A B PA PB 2) Ho diterima apabila hasil belajar fisika siswa
JA JB dengan metode blanded learning di SMP
(Arikunto, 2006) Negeri 9 Palu berbeda nyata dengan hasil
J : Jumlah peserta tes belajar fisika mengggunakan metode blanded
JA : Banyaknya peserta kelompok atas learning di SMP Negeri 7 Palu.
JB : Banyaknya peserta kelompok bawah
40 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 2, April 2016 hlm 35-44 ISSN: 2089-8630
=
Danti Y. Saadjad, dkk. Perbandingan Metode Pembelajaran Blended Learning menggunakan Powerpoint ………41
Tabel 5. Rata-rata Nilai Tes Hasil Balajar Fisika Tabel 6. Uji Normalitas
pada Kelas VII A di SMP Negeri 7 Palu
dan kelas VII G di SMP Negeri 9 Palu SMPN 9 Palu SMPN 7 Palu
dengan menggunakan metode pembelajaran bagus. Hasil belajar dapat meningkat apabila
blended learning baik face to face dan media terdapat kreativitas dari guru dalamhal
powerpoint dipandu animasi maupun face to pemilihan metode yang sesuai sehingga
face dan model powerpoint saja pengetahuan terbentuk dan daya ingat siswa
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat yang baik akan berdampak pada tingginya hasil
dikemukakan bahwa guru yang menerapkan belajar yang dicapai.
blended learning yang tepat sesuai materi, maka
siswanya akan memperoleh hasil belajar yang KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
baik. Hal ini membuktikan bahwa blended
learning menjadi salah satu alternatif yang Kesimpulan
efektif untuk guru dalam meningkatkan hasil 1) Penerapan metode pembelajaran blended
belajar fisika siswa. learning dalam pembelajaran fisika
Pada penerapan blended learning dengan berpengaruh signifikan terhadap peningkatan
menggunakan face to face dan powerpoint hasil balajar fisika siswa pada kelas VII SMP
dipandu animasi sangat berperan penting dalam Negeri 7 Palu dan SMP Negeri 9 Palu.
proses pembelajaran karena dapat menarik 2) Pada tingkat keyakinan 95% hasil balajar
minat siswa untuk belajar yang tadinya di fisika siswa dengan diterapkan blended
sekolah SMP Negeri 7 Palu dan SMP Negeri 9 learning di SMP Negeri 7 Palu dan SMP
Palu hanya monoton pada pembelajaran Negeri 9 Palu adalah tidak berbeda nyata.
konvensional saja, sehingga dengan 3) Metode pembelajaran blended learning
menggunakan face to face dan powerpoint menggunakan face to face dan media
dipandu animasi dapat meningkatkan hasil powerpoint dipandu animasi maupun
belajar fisika siswa dan juga merupakan blended learning menggunakan face to face
alternatif yang baik untuk digunakan dalam dan model powerpoint dapat meningkatkan
proses belajar dan mengajar di sekolah. hasil belajar fisika siswa di SMP Negeri 7
Meningkatnya hasil belajar fisika siswa Palu dan SMP Negeri 9 Palu
terlihat dalam aktivitas mengikuti materi
pelajaran fisika khususnya materi gerak, serta Rekomendasi
kedisiplinan siswa dalam proses belajar baik 1) Guru fisika perlu memiliki kreativitas dalam
kelompok maupun individu. Melalui penerapan merancang pembelajaran yang dapat
metode pembelajaran blended learning siswa meningkatkan hasil balajar fisika siswa untuk
dapat berinteraksi secara langsung dari guru ke memberdayakan potensi yang dimilikinya
siswa dan dari siswa ke siswa serta dapat dalam rangka meningkatkan mutu
mengamati dan menjelaskan hal-hal yang sesuai pendidikan.
dengan teori yang ada, sehingga memudahkan 2) Penelitian tentang penerapan blended
siswa untuk mengingat konsep lebih baik learning menggunakan face to face dan
terhadap materi gerak. powerpoint dipandu animasi terhadap hasil
Hasil belajar siswa dengan model balajar gerak perlu dilakukan pada materi
pembelajaran konvensional lebih rendah, hal ini yang lain dengan mempertimbangkan faktor-
dikarenakan pada proses model pembelajaran faktor yang ikut berpengaruh seperti minat,
menggunakan metode ceramah saja dimana lingkungan sekolah dan lain sebagainya.
metode ini tidak memberikan kesempatan lebih
banyak kepada siswa dalam mengeluarkan
pendapat atau ide-ide tentang pemahaman
dalam proses pembelajarannya hanya berpusat
pada guru sehingga ada kecendrungan bahwa
siswa yang pintar saja yang memiliki nilai yang
44 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 2, April 2016 hlm 35-44 ISSN: 2089-8630