You are on page 1of 10

PERBANDINGAN METODE PEMBELAJARAN BLENDED LEARNING

MENGGUNAKAN POWERPOINT DIPANDU ANIMASI UNTUK


MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA DI SMP NEGERI 7 PALU
DAN SMP NEGERI 9 PALU
Danti Y. Saadjad1, Amiruddin Hatibe dan Sahrul Saehana2
danti_saadjad@yahoo.co.id
¹Mahasiswa Program Studi Magister Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Tadulako
²Dosen Program Studi Magister Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Tadulako

Abstract
This study aims to determine the physics students' learning outcome in SMP Negeri 7 Palu and SMP
Negeri 9 Palu applied learning method using blended learning. The study design used is quasy design
experiment. Data were analyzed using t-test. Samples were class VII A in SMP Negeri 7 Palu applied
learning methods blended learning using face to face and media guided powerpoint animation and class
VII G at SMP Negeri 9 Palu as a comparison experiment with applied learning methods blended learning
using face to face and models powerpoint, which is determined by cluster sampling technique. The results
showed that the application of blended learning teaching methods to the learning outcomes of students in
the physics of motion in SMP 7 Palu and SMP 9 Palu (thit (= 0,39) < ttable (= 2,01)). Thus, it can be
concluded that the application of learning methods blended learning using face to face and media guided
powerpoint animation in SMP Negeri 7 Palu on learning outcomes of students' physics can be increased
and the results studied physics at SMP Negeri 7 Palu and SMP 9 Palu was not significantly different
means there is no difference in the results of studying physics.
Keywords: blended learning, face to face, the model powerpoint, guided powerpoint animation media
and physics students' learning outcomes.

Teori-teori belajar awalnya dilakukan membutuhkan tambahan materi pelajaran.


dalam sebuah pembelajaran langsung atau (Luik, 2010).
tradisional yang belum menggunakan alat atau Luik (2010) menjelaskan bahwa secara
media pembelajaran melalui aplikasi informasi, lebih luas, kebutuhan blended learning menjadi
komunikasi dan teknologi (ICT). Akan tetapi sangat penting pada hal-hal berikut:
dengan berkembangnya ICT memunculkan 1) Proses belajar mengajar tidak hanya tatap
berbagai pembelajaran secara online atau cyber muka, tetapi juga waktu pembelajaran dapat
school yang menggunakan fasilitas internet dan memanfaatkan teknologi dunia maya.
mengundang banyak istilah dalam 2) Mempermudah dan mempercepat proses
pembelajaran. Banyak istilah tentang komunikasi non-stop antara pengajar dan
pembelajaran yang menggunakan internet, siswa.
seperti, online learning, distance learning, web 3) Siswa dan pengajar dapat diposisikan sebagai
based learning, e-learning (Luik, 2010). pihak yang belajar dan mengajar.
Blended learning mengacu kepada 4) Membantu proses pengajaran di kelas.
pencampuran lingkungan belajar yang berbeda Istilah blended learning pada awalnya
yang menggabungkan tradisional face to face digunakan untuk menggambarkan mata
metode kelas dengan kegiatan dimediasi pelajaran yang mencoba menggabungkan
komputer yang lebih modern. Proses pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran
pembelajaran blended learning lebih tepat online maupun media. Selain blended learning
diterapkan pada saat seorang siswa ada istilah lain yang sering digunakan di
antaranya hybrid learning. Istilah yang

35
36 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 2, April 2016 hlm 35-44 ISSN: 2089-8630

disebutkan tadi mengandung arti yang sama dalam penggabungan media yang digunakan
yaitu perpaduan, percampuran atau kombinasi dalam proses belajar mengajar.
pembelajaran. Rendahnya hasil belajar siswa, pada mata
Thorne (2003) menggambarkan blended pelajaran fisika khususnya materi gerak
learning sebagai pengintegrasian inovasi dan disebabkan oleh beberapa factor, yaitu: (1)
kemajuan teknologi dengan menggunakan pendekatan guru dalam pembelajaran selalu
pembelajaran online maupun media sehingga berorientasi pada penyelesaian soal-soal; (2)
lebih baik dari pembelajaran tradisional. model pembelajaran yang diterapkan bersifat
Berdasarkan pendapat tersebut, blended konvensional; dan (3) guru berlomba-lomba
learning sebagai kombinasi karakteristik memenuhi target kurikulum (Wardhani, 2007).
pembelajaran tradisional dan lingkungan Model pembelajaran konvensional yang
pembelajaran elektronik atau blended learning dilakukan guru sangat kental dengan transper
dengan menggabungkan aspek blended learning pengetahuan dan lebih menekankan pada latihan
(format elektronik) seperti pembelajaran soal yang sifatnya hitungan.
berbasis web, streaming video, komunikasi Media adalah salah satu alat yang dapat
audio synchronous dan asynchronous dengan membantu siswa memahami konsep fisika
pembelajaran tradisional “tatap muka”. secara abstrak. Kesulitan siswa memahami
Larson dan Murray (2012) menjelaskan pelajaran fisika khussnya materi gerak
bahwa model blended learning dari pendidikan disebabkan oleh guru jarang menggunakan
dapat mengintegrasikan pelajaran teknologi media sebagai alat peraga dalam pembelajaran.
dengan mengajar tatap muka, karena model Demikian pula, guru jarang mengajak siswa
seperti ini bisa digunakan oleh guru dan siswa. melihat berbagai fakta dan analogi tertentu
Walaupun di sekolah terpencil yang belum bisa untuk menjelaskan fakta dalam rangka
mengakses internet, penggunaan blended membangun pengetahuan sains (Chris, 2010).
learning melalui bentuk teknologi yang lebih Dalam rangka membantu peserta didik
rendah juga, termasuk CD,DVD, atau VHS. meningkatkan hasil belajar, proses pembelajaran
Pendekatan blended learning dapat perlu diusahakan agar interktif, inspiratif,
menggabungkan fasilitasi tatap muka dengan inovatif, menyenangkan, menantang,
instruksi melalui komputer dan kesempatan memotivasi peserta didik berpartisipasi aktif.
belajar penemuan. Sehubungan dengan itu, sains Proses pembelajaran juga seharusnya
atau teknologi informasi kegiatan dengan memberikan kesempatan yang cukup bagi
bantuan teknologi pendidikan menggunakan prakarsa, kreativitas, dan kemandirian siswa
komputer, seluler, saluran televisi satelit, video sesuai dengan minat, bakat dan perkembangan
conference dan media elektronik lainnya fisik serta psikologis peserta didik, supaya
muncul. Peserta didik dan guru bekerja sama aktivitas tersebut dapat tercapai dengan baik,
untuk meningkatkan kualitas belajar dan model pembelajaran dan media diperlukan
mengajar, dan tujuan utama blended learning sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran.
yang realistis untuk memberikan untuk Selain itu, perlu adanya kemauan dari diri siswa
membuat belajar mandiri, berguna, untuk meningkatkan hasil belajarnya
berkelanjutan dan berkembang pelajar dan guru (Perbawaningsih,2005).
(Akkoyonlu dan Soylu, 2008) Dalam penelitian ini digunakan metode
Akkoyonlu dan Soylu, (2008) pembelajaran blended learning yang
mengemukakan bahwa blended learning bukan menggabungkan antara face to face dan media
hanya kombinasi dari face to face dan web powerpoint dipandu animasi serta face to face
learning atau model pembelajaran saja akan dan model powerpoint dalam proses belajar
tetapi blended learning bisa juga digunakan mengajar pada materi gerak.
Danti Y. Saadjad, dkk. Perbandingan Metode Pembelajaran Blended Learning menggunakan Powerpoint ………37

Berdasarkan latar belakang, maka perumusan Keterangan:


masalah dalam penelitian ini adalah:
1) Apakah ada perbedaan hasil belajar fisika Y1: Varibel terikat (Pretes Hasil belajar)
siswa di SMP Negeri 7 Palu dan SMP Negeri Y2: Varibel terikat (Postes Hasil belajar)
9 Palu terhadap metode pembelajaran X1 : Variabel Bebas (Blended learning pada
blended learning. SMP Negeri 7 Palu)
2) Apakah ada peningkatan hasil belajar fisika X2 : Variabel Bebas (Blended learning pada
siswa di SMP Negeri 7 Palu dan SMP Negeri SMP Negeri 9 Palu)
9 Palu terhadap metode pembelajaran
blended learning. Penelitian ini dilaksanakan bulan April
Berdasarkan rumusan masalah di atas, hingga Mei 2015 yang dilakukan secara
maka tujuan dalam penelitian ini adalah: berkesinambungan. Penelitian ini dilaksanakan
1) Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan pada semester II di SMP Negeri 7 Palu dan
hasil belajar siswa di SMP Negeri 7 Palu dan SMP Negeri 9 Palu.
SMP Negeri 9 Palu dengan penerapan Dalam penelitian ini yang menjadi
metode pembelajaran blended learning. populasi adalah seluruh siswa kelas VII di SMP
2) Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan Negeri 7 Palu dan SMP Negeri 9 Palu, dengan
hasil belajar fisika siswa di SMP Negeri 7 teknik pengambilan sampel menggunakan
Palu dan SMP Negeri 9 Palu dengan cluster sampling. Menurut Hatibe (2015),
menggunakan metode pembelajaran blended cluster sampling merupakan sampel yang
learning. digunakan apabila populasi cukup besar
sehingga dibuat beberapa kelas atau kelompok.
METODE Dengan demikian, dalam sampel ini yaitu satu
kelas atau kelompok yang terdiri atas sejumlah
Jenis penelitian ini adalah kuasi individu dengan melihat pertimbangan nilai
eksperimen. Dalam penelitian ini, peneliti rata-rata kelas atau kelompok tersebut. Untuk itu
mengambil dua sampel populasi kelas VII di peneliti mengambil sampel yang digunakan
sekolah yang berbeda yaitu SMP Negeri 7 Palu berdasarkan pertimbangan nilai rata-rata yang
menggunakan metode pembelajaran blended diasumsikan sama pada kedua kelas di sekolah
learning dengan face to face dan media yang berbeda. Adapun sampel yang diambil
powerpoint dipandu animasi dan SMP Negeri 9 yaitu kelas VII A di SMP Negeri 7 Palu dan
Palu menggunakan metode pembelajaran kelas VII G di SMP Negeri 9 Palu.
blended learning dengan face to face dan model Data dalam penelitian ini adalah data
powerpoint. tentang hasil belajar dalam metode
Desain eksperimen yang digunakan dalam pembelajaran blended learning dengan
penelitian ini berbentuk desain pratest–post test menggunakan face to face dan powerpoint
dua kelompok tetapi di sekolah yang berbeda dipandu animasi serta metode pembelajaran
dimana . Responden benar-benar dipilih secara blended learning dengan menggunakan face to
cluster dan diberi perlakuan, untuk lebih face dan model powerpoint. Data pendukung
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1. lainnya berupa buku pegangan guru dan siswa,
serta dokumentasi.
Tabel 1. Desain pretes-postes dua kelompok Pengumpulan data diperoleh dengan
Kelompok Variabel bebas melakukan tes yang diberikan berupa soal
Pretes Postes
(perlakuan)
Kelas VII A
pilihan ganda yang harus diselesaikan siswa
Y1 X1 Y2 pada waktu yang telah ditentukan. Tes ini
(SMPN 7 Palu)
Kelas VII A terlebih dahulu divalidasi oleh validator isi yaitu
Y1 X2 Y2
(SMPN 9 Palu) divalidasi oleh validator ahli Dr. I Komang
Sumber : Hatibe (2015)
38 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 2, April 2016 hlm 35-44 ISSN: 2089-8630

Werdhiana, M.Si., dan Dr. Darsikin, M.Si. Nilai r kemudian dibandingkan dengan
Kemudian tes hasil belajar ini akan di rtabel (rkritis). Bila rhitung dari rumus di atas lebih
ujicobakan di SMPN 9 Palu. besar dari rtabel maka butir tersebut valid, dan
Prinsip penting melakukan penelitian sebaliknya. Setelah di dapat r hitung, maka
adalah melakukan pengukuran terhadap suatu selanjutnya membandingkan r hitung tersebut
fenomena. Oleh karena itu, harus ada alat ukur dengan r tabel. Jika r hitung lebih kecil dari r
yang digunakan yang disebut instrumen tabel, maka pertanyaan yang kita berikan tidak
penelitian. Untuk memperoleh data yang valid sehingga perlu perbaikan atau pergantian
diperlukan dalam penelitian ini maka instrumen soal, atau dengan kata lain soal tersebut harus
yang digunakan yaitu tes hasil belajar fisika dibuang. Sebaliknya, jika r hitung lebih besar
siswa. dari r tabel, maka pertanyaan tersebut dianggap
Tes yang digunakan dalam penelitian ini valid dan bisa digunakan untuk proses
adalah tes hasil belajar yang diberikan pada selanjutnya. Interpretasi untuk besarnya
siswa setelah diberikan perlakuan berupa model koefesien korelasi dan kategorinya tampak pada
pembelajaran blended learning dengan media Tabel 2.
powerpoint dipandu animasi atau yang disebut Tabel 2. Kategori Validitas Butir Soal
tes akhir (postes) pada SMP Negeri 7 Palu. Tipe Batasan Kategori
tes yang akan digunakan dalam instrumen
penelitian adalah bentuk pilihan ganda. Sebelum 0,81< rxy ≤ 1,00 Sangat tinggi
penyusunan instrumen dalam bentuk tes ini, (sangat baik)
terlebih dahulu dibuat kisi-kisi yang didalamnya 0,61< rxy ≤ 0,80 tinggi (baik)
mencakup nomor soal, soal dan indikator tes 0,41< rxy ≤ 0,60 cukup(sedang)
hasil belajar fisika.
Instrumen penelitian ini akan diberikan 0,21< rxy ≤ 0,40 rendah (kurang)
kepada sampel yang akan diuji, dengan terlebih sangat rendah (sangat
0,00< rxy ≤ 0,20
dahulu harus diujicobakan terlebih dahulu kurang)
kepada subjek lain di luar subjek penelitian, (Arikunto , 2006).
tetapi mempunyai kemampuan setara dengan
subjek dalam penelitian yang dilakukan. Dalam menguji reliabilitas digunakan uji
Proses Analisis tes hasil belajar dilakukan konsistensi internal dengan menggunakan rumus
melalui pertimbangan (judgement) pakar untuk Alpha Cronbach sebagaimana dikembangkan
menilai validitas item tes dan uji coba tes untuk Arikunto (2006) sebagai berikut:
 k    b 
menganalisis reliabilitas tes. Pertimbangan pakar 2

dilakukan untuk menelaah kesesuaian butir soal r11   1  


dengan cakupan materi ajar serta indikator hasil  k  1  Vt 2 
belajar yang diukur. Dimana: r11 = reliabilitas instrumen
Untuk menguji kuesioner penelitian, k = banyaknya butir pertanyaan atau
menggunakan uji validitas. Butir instrumen, banyaknya soal
dikatakan memiliki validitas apabila mempunyai  b jumlah varian butir/item
 2
=
dukungan besar terhadap skor total. Untuk
Vt 2 = varian total
mengukur validitas butir tes hasil dengan
menggunakan rumus korelasi product moment Kriteria suatu instrumen penelitian
dikemukakan oleh Arikunto (2006) sebagai dikatakan reliabel dengan menggunakan teknik
berikut: ini, bila koefisien reliabilitas (r11) > 0,60.
Instrumen dikatakan reliabel bila alat itu dalam
mengukur suatu gejala pada waktu yang
berlainan senantiasa menunjukkan hasil yang
Danti Y. Saadjad, dkk. Perbandingan Metode Pembelajaran Blended Learning menggunakan Powerpoint ………39

sama, (Nasution, 2008). Prosesnya yaitu hasil BA:Banyaknya kelompok atas yang menjawab
dari analisa validitas dengan uji korelasi, maka benar
selanjutnya dilakukan proses reliabilitas yang BB:Banyaknya kelompok bawah yang
nantinya akan menghasilkan output nilai menjawab benar
koefisien alfa (koefisien korelasi). Jika nilai PA: proporsi kelompok atas yang menjawab
koefisien alfa lebih besar dari 0,60 maka benar
instrumen tersebut sudah reliabel. PB : proporsi kelompok bawah yang menjawab
Tingkat kesukaran adalah bilangan yang benar
menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal. Kategori daya pembeda dapat dilihat pada
Besarnya indeks kesukaran berkisar antara 0,00 Tabel 4.
sampai 1,0. Soal dengan indeks kesukaran 0,00
menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, Tabel 4. Kategori Daya Pembeda
indeks 1,0 menunjukkan bahwa soal tersebut
Batasan Kategori
terlalu mudah. Indeks kesukaran diberi simbol P
0,00 ≤ D ≤ 0,20 Jelek
(proporsi) yang dihitung dengan rumus:
B 0,20 < D ≤ 0,40 Cukup
P 0,40 < D ≤ 0,70 Baik
JS 0,70 < D ≤ 1,00 Baik Sekali
dengan (Arikunto , 2006)
P : Indeks kesukaran
B : Banyaknya siswa yang menjawab soal itu Data hasil penelitian didapatkan data
dengan betul terdistribusi normal. Pengujian terhadap
JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan
Klasifikasi untuk indeks kesukaran teknik analisis dilakukan dengan menggunakan
dapat dilihat pada Tabel 3. program analisis statistik parametrik dengan
menggunakan uji t. Pengolahan dan analisis data
Tabel 3. Kategori tingkat Kesukaran primer dianalisa dengan cara membandingkan
Batasan Kategori nilai rata-rata (means) hasil post-tes siswa
0,00 ≤ P < 0,30 Soal Sukar dengan pembelajaran dengan metode blended
0,30 ≤ P < 0,70 Soal Sedang learning di SMP Negeri 7 Palu menggunakan
0,70 ≤ P < 1,00 Soal Mudah face to face dan powerpoint dipandu animasi
(Arikunto , 2006). dan hasil post-test siswa dengan metode
blended learning di SMP Negeri 9 Palu
Daya pembeda soal adalah kemampuan menggunakan face to face dan model
suatu soal untuk membedakan antara siswa yang powerpoint tanpa animasi. Hipotesis yang
berkemampuan tinggi dengan siswa yang peneliti ajukan pada penelitian ini adalah:
berkemampuan rendah. Angka yang 1) Ho diterima apabila hasil belajar fisika siswa
menunjukkan besarnya daya pembeda disebut dengan metode blanded learning di SMP
Indeks diskriminasi (D). Rumus untuk Negeri 9 Palu tidak berbeda nyata dengan
menentukan indeks diskriminasi adalah: hasil belajar fisika siswa dengan metode
B B blanded learning di SMP Negeri 7 Palu.
D  A  B  PA  PB 2) Ho diterima apabila hasil belajar fisika siswa
JA JB dengan metode blanded learning di SMP
(Arikunto, 2006) Negeri 9 Palu berbeda nyata dengan hasil
J : Jumlah peserta tes belajar fisika mengggunakan metode blanded
JA : Banyaknya peserta kelompok atas learning di SMP Negeri 7 Palu.
JB : Banyaknya peserta kelompok bawah
40 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 2, April 2016 hlm 35-44 ISSN: 2089-8630

Untuk menguji hipotesis dalam penelitian Keterangan:


ini, analisis data yang digunakan adalah statistik
regresi sederhana, dan statistik korelasi. Analisis 1 = rerata kelompok eksperimen 1
data dilakukan dengan menggunakan microsoft 2 = rerata kelompok ekperimen 2
office excel dengan tahapan: (1) uji persyaratan n1 = banyaknya subjek kelompok eksperimen 1
analisis; (2) uji statistik regresi; dan (3) uji n2 = banyaknya subjek kelompok eksperimen 2
statistik korelasi. S = Standar deviasi gabungan
Pada penelitian ini, uji normalitas S12 = Variansi kelompok eksprimen 1
dilakukan menggunakkan microsoft office excel S22 = Variansi kelompok ekperimen 2
dengan kriteria pengujian yang dilakukan adalah Dalam taraf signifikan α = 0,05. Kriteria
jika nilai signifikan atau nilai probabilitas < 0,05 pengujian adalah : terima H0 jika –t1-1/2α < t <
maka dikatakan data tidak terdistribusi normal, t1 – 1/2α, di mana t1 – 1/2α didapat dari daftar
sedangkan signifikan > 0,05 maka data distribusi t dengan dk = (n1 + n2 – 2) dan
dikatakan terdistribusi normal. peluang (1 – 1/2 α ). Untuk harga-harga t
Uji Homogenitas ditujukan untuk menguji lainnya Ho ditolak.
kesamaan beberapa bagian sampel, sehingga
generalisasi terhadap populasi dapat dilakukan. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini, uji homogenitas dilakukan
menggunakan program Summary dan Anova. Penelitian ini dilakukan di dua sekolah
Kriteria pegujiannnya adalah jika nilai yaitu SMP Negeri 7 Palu kelas VII A dengan
signifikan atau nilai probabilitas < 0,05 maka metode blended learning menggunakan face to
data berasal dari populasi yang variansnya tidak face dan media powerpoint dipandu animasi dan
sama. Jika nilai signifikan atau nilai probabilitas SMP Negeri 9 Palu kelas VII G dengan metode
> 0,05 maka data dikatakan berasal dari populasi blended learning menggunakan face to face dan
yang mempunyai varians yang sama. model powerpoint pada materi gerak untuk
Uji perbedaan dua rerata digunakan untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa.
menguji perbedaan antara dua rerata data, dalam Data Instrumen tes dibuat berdasarkan
hal ini antara data kelompok eksperimen dengan kisi-kisi tes hasil belajar yang terdiri tes
rumusan hipotesis sebagai berikut: berbentuk pilihan ganda, kedua jenis tes tersebut
H0 : µ1 = µ2 telah divalidasi oleh validator untuk melihat
H1 : µ1 ≠ µ2 kesesuaian materi, konteks dan bahasa. Materi
µ1 = rerata skor kelompok eksperimen (SMP meliputi, indikator, tujuan, tingkatan kognitif,
Negeri 7 Palu) konteks meliputi; butir soal dan penafsiran
µ2 = rerata skor kelompok eksperimen (SMP ganda, dan bahasa meliputi; kata/kalimat dan
Negeri 9 Palu) kaidah bahasa Indonesia. Hasil validasi dipeoleh
Kedua kelompok (eksperimen) 30 nomor tes obyektif, kisi-kisi dan tes hasil
berdistribusi normal dan homogen, maka uji belajar hasil validasi dari validator.
statistik yang digunakan adalah uji-t dengan Tes obyektif yang telah divalidasi oleh
rumus seperti dikemukakan oleh Sudjana (2007) validator diujicobakan kembali untuk melihat
sebagai berikut: validitas, reabilitas, indeks kesukaran dan daya
t= pembeda tes. Data pencapaian hasil balajar
fisika siswa melalui penerapan metode
pembelajaran blended learning pada kedua
Dimana : sekolah yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 5.

=
Danti Y. Saadjad, dkk. Perbandingan Metode Pembelajaran Blended Learning menggunakan Powerpoint ………41

Tabel 5. Rata-rata Nilai Tes Hasil Balajar Fisika Tabel 6. Uji Normalitas
pada Kelas VII A di SMP Negeri 7 Palu
dan kelas VII G di SMP Negeri 9 Palu SMPN 9 Palu SMPN 7 Palu

36.63 -0.46 39.96 -0.60


SMP Negeri 7 Palu SMP Negeri 9 Palu 59.94 2.43 43.29 -0.13
Kelas VII A Kelas VII G 23.31 -2.11 46.62 0.34
46.62 0.78 36.63 -1.07
Nilai Nilai 49.95 1.19 59.94 2.21
Tertinggi 59,94 Tertinggi 59,94 46.62 0.78 39.96 -0.60
Terendah 33,30 Terendah 23,31 36.63 -0.46 36.63 -1.07
49.95 1.19 49.95 0.80
Rata-rata 44,22 Rata-rata 42,32 39.96 -0.04 43.29 -0.13
39.96 -0.04 46.62 0.34
36.63 -0.46 33.30 -1.53
Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa 33.30 -0.87 49.95 0.80
pada kelas VII G SMP Negeri 9 Palu 39.96 -0.04 42.90 -0.19
36.63 -0.46 46.62 0.34
menggunakan metode pembelajaran blended 33.30 -0.87 46.62 0.34
learning diperoleh nilai tertinggi 59,94, dan 33.30 -0.87 36.63 -1.07
39.96 -0.04 59.94 2.21
nilai terendah 23,31 dengan rata-rata 42,32 53.28 1.61 39.96 -0.60
sedangkan kelas VII A SMP Negeri 7 Palu. 36.63 -0.46 36.63 -1.07
diperoleh nilai tertinggi 59,94, dan nilai terendah 43.29 0.37 49.95 0.80
43.29 0.37 43.29 -0.13
33,30 dengan rata-rata 44,22. Dari perolehan 56.61 2.02
nilai diatas terdapat perbedaan rata-rata dimana 49.95 1.19
46.62 0.78
SMP Negeri 9 Palu dan SMP Negeri 7 Palu 53.28 1.61
setelah menggunakan metode pembelajaran 43.29 0.37
blended learning terdapat perbedaan dan 39.96 -0.04
33.30 -0.87
peningkatan setelah diberikan tes hasil belajar 36.63 -0.46
fisika siswa. 49.95 1.19
43.29 0.37
Uji normalitas data dimaksudkan untuk
memperlihatkan bahwa data sampel dari
Dari hasil uji normalitas pada Tabel 6.
populasi yang terdistribusi normal. Hasil
diperoleh hasil nilai probabilitas pada kelas VII
perhitungan uji normalitas dapat dilihat pada
G di SMP Negeri 9 Palu dengan metote
Tabel 6. pembelajaran blended learning menggunakan
powerpoint tanpa animasi adalah 2,43 > 0,05.
Nilai probabilitas pada kelas VII A di SMP
Negeri 7 Palu menggunakan metote
pembelajaran blended learning menggunakan
powerpoint dipandu animasi 2,21 > 0,05 dengan
demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa kedua
kelompok terdistribusi normal.
Uji homogenitas dimaksudkan untuk
mengetahui kesamaan nilai variansi dari skor
kelompok X dan kelompok Y atau data berasal
dari populasi yang homogen. Diketahui bahwa
hasil uji homogenitas terhadap hasil belajar
mempunyai varians yang homogen, atau
homogenitas varians terpenuhi dengan nilai
varians dari sekolah SMP Negeri 7 Palu 51,21
dan SMP Negeri 9 Palu 65,20. Hasil uji
homogenitas dapat dilihat pada Tabel 7.
42 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 2, April 2016 hlm 35-44 ISSN: 2089-8630

Tabel 7. Uji Homogenitas Berdasarkan pengujian statistik uji-t Tabel


SUMMARY 8 diperoleh Karena nilai interval D melalui titik-
titik 0 dan nilai t hitung (=0,39) < t tabel (=2,01)
Groups Count Sum Average Variance untuk hasil hitungan dua arah, maka Ho
SMPN diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian,
9 Palu 31 1312.02 42.32 65.20 dapat disimpulkan bahwa pada tingkat
SMPN kepercayaan 95% metode blanded learning
7 Palu 21 928.68 44.22 51.21 kedua SMPN tidak berbeda nyata dan terdapat
ANOVA peningkatan hasil belajar fisika siswa di SMP
SS df MS F P-value F crit
Negeri 7 Palu.
Between
Groups 45.18 1 45.18 0.758 0.388 4.034 Berdasarkan data penelitian pada kedua
Within SMPN memiliki rata-rata yang berbeda yaitu
Groups 2980.17 50 59.60 42,32 pada SMP Negeri 9 Palu dan 44,22 pada
Total 3025.35 51 SMP Negeri 7 Palu maka penerapan metode
blended learning dalam pembelajaran diatara
Dari Tabel 7 hasil uji homogenitas berpengaruh terhadap hasil belajar fisika siswa
diperoleh 0,758 > 0,05. Hal ini menunjukan pada materi gerak. Rata-rata tersebut digunakan
bahwa kedua data varian tes hasil belajar fisika untuk membuktikan hipotesis yang diajukan.
homogen. Berdasarkan uji hipotesis bahwa nilai interval D
Analisis data yang dimaksud adalah melalui titik-titik 0 dan nilai t hitung (=0,39) < t tabel
melakukan serangkaian pengujian terhadap (=2,01) untuk hasil hitungan dua arah, maka Ho
hipotesis dengan menggunakan teknik analisis diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian,
statistik yang telah ditentukan, yaitu uji-t. Hasil dapat disimpulkan bahwa pada tingkat
uji-t yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 8. kepercayaan 95% metode blanded learning
kedua SMPN tidak berbeda nyata hasil belajar
Tabel 8 Uji-t : Two-Sample Assuming Equal dan terdapat peningkatan pada hasil belajar
Variances fisika siswa SMP Negeri 7 Palu. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa hasil belajar diantara
SMPN 9 SMPN Keterangan
Palu 7 Palu
kedua sekolah SMP Negeri 7 Palu dan SMP
Mean 42,32 44,22 Rata-rata Negeri 9 Palu setelah diterapkan metode
Deviation 8,07 Standard pembelajaran blended learning adalah tidak
7,16
standard penyimpangan berbeda nyata dan hasil belajar fisika siswa
Variance 65,20 51,21 Varians SMP Negeri 7 Palu meningkat.
Observations 31 21 Pengamatan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
Pooled 59,60 Kelompok
Variance penyimpangan
blended learning menggunakan powerpoint
Hypothesized 0 Beda rata-rata dipandu animasi dalam pembelajaran fisika
Mean hipotesis berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar
Difference fisika siswa kelas VII SMPN 7 Palu dan SMPN
Df 50 Derajat kebebasan 9 Palu.
t Stat -0,87 Hasil uji-t statistik Hal ini sejalan bahwa pembelajaran
P(T<=t) one- 0,19 Nilai hitung t satu
tail arah menggunakan metode pembelajaran blended
t Critical one- 1,68 Nilai t tabel untuk learning sangat bermanfaat bagi proses belajar
tail satu arah mengajar, sehingga guru dapat mempelajari
P(T<=t) two- 0,39 Nilai hitung t dua metode dan memanfaatkannya sebagai
tail arah penunjang pembelajaran tatap muka. Guru
t Critical 2,01 Nilai t tabel untuk
memanfaatkan fitur yang tersedia untuk
two-tail dua arah
meningkatkan kualitas pembelajaran tatap muka
Danti Y. Saadjad, dkk. Perbandingan Metode Pembelajaran Blended Learning menggunakan Powerpoint ………43

dengan menggunakan metode pembelajaran bagus. Hasil belajar dapat meningkat apabila
blended learning baik face to face dan media terdapat kreativitas dari guru dalamhal
powerpoint dipandu animasi maupun face to pemilihan metode yang sesuai sehingga
face dan model powerpoint saja pengetahuan terbentuk dan daya ingat siswa
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat yang baik akan berdampak pada tingginya hasil
dikemukakan bahwa guru yang menerapkan belajar yang dicapai.
blended learning yang tepat sesuai materi, maka
siswanya akan memperoleh hasil belajar yang KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
baik. Hal ini membuktikan bahwa blended
learning menjadi salah satu alternatif yang Kesimpulan
efektif untuk guru dalam meningkatkan hasil 1) Penerapan metode pembelajaran blended
belajar fisika siswa. learning dalam pembelajaran fisika
Pada penerapan blended learning dengan berpengaruh signifikan terhadap peningkatan
menggunakan face to face dan powerpoint hasil balajar fisika siswa pada kelas VII SMP
dipandu animasi sangat berperan penting dalam Negeri 7 Palu dan SMP Negeri 9 Palu.
proses pembelajaran karena dapat menarik 2) Pada tingkat keyakinan 95% hasil balajar
minat siswa untuk belajar yang tadinya di fisika siswa dengan diterapkan blended
sekolah SMP Negeri 7 Palu dan SMP Negeri 9 learning di SMP Negeri 7 Palu dan SMP
Palu hanya monoton pada pembelajaran Negeri 9 Palu adalah tidak berbeda nyata.
konvensional saja, sehingga dengan 3) Metode pembelajaran blended learning
menggunakan face to face dan powerpoint menggunakan face to face dan media
dipandu animasi dapat meningkatkan hasil powerpoint dipandu animasi maupun
belajar fisika siswa dan juga merupakan blended learning menggunakan face to face
alternatif yang baik untuk digunakan dalam dan model powerpoint dapat meningkatkan
proses belajar dan mengajar di sekolah. hasil belajar fisika siswa di SMP Negeri 7
Meningkatnya hasil belajar fisika siswa Palu dan SMP Negeri 9 Palu
terlihat dalam aktivitas mengikuti materi
pelajaran fisika khususnya materi gerak, serta Rekomendasi
kedisiplinan siswa dalam proses belajar baik 1) Guru fisika perlu memiliki kreativitas dalam
kelompok maupun individu. Melalui penerapan merancang pembelajaran yang dapat
metode pembelajaran blended learning siswa meningkatkan hasil balajar fisika siswa untuk
dapat berinteraksi secara langsung dari guru ke memberdayakan potensi yang dimilikinya
siswa dan dari siswa ke siswa serta dapat dalam rangka meningkatkan mutu
mengamati dan menjelaskan hal-hal yang sesuai pendidikan.
dengan teori yang ada, sehingga memudahkan 2) Penelitian tentang penerapan blended
siswa untuk mengingat konsep lebih baik learning menggunakan face to face dan
terhadap materi gerak. powerpoint dipandu animasi terhadap hasil
Hasil belajar siswa dengan model balajar gerak perlu dilakukan pada materi
pembelajaran konvensional lebih rendah, hal ini yang lain dengan mempertimbangkan faktor-
dikarenakan pada proses model pembelajaran faktor yang ikut berpengaruh seperti minat,
menggunakan metode ceramah saja dimana lingkungan sekolah dan lain sebagainya.
metode ini tidak memberikan kesempatan lebih
banyak kepada siswa dalam mengeluarkan
pendapat atau ide-ide tentang pemahaman
dalam proses pembelajarannya hanya berpusat
pada guru sehingga ada kecendrungan bahwa
siswa yang pintar saja yang memiliki nilai yang
44 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 2, April 2016 hlm 35-44 ISSN: 2089-8630

UCAPAN TERIMA KASIH Hatibe, A. 2015. Pengantar metodologi


penelitian pendiidikan IPA (sains).
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT Sleman Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang Larson, R. C. and Murray, M. E. 2012. Open
atas rahmat dan karunia-Nya sehingga Educational Resources For Blended
penulisan artikel ini dapat diselesaikan Learning In High Schools: Overcoming
dengan baik. Dalam proses penulisan ini, Impediments In Developing Countries.
ingin penulis sampaikan ucapan terima kasih LINC, Learning International Networks
kepada: Dr. H. Amiruddin Hatibe, M.Si. dan Consortium Massachusetts Institute of
Dr. Sahrul Saehana, M.Si yang dengan tulus Technology. Journal of Asynchronous
ikhlas bersedia meluangkan waktu, tenaga Learning Networks, 12(1);3.
dan pikiran serta perhatian yang tinggi telah Luik, P. 2010. Web Based-Learning or Face-to-
memberikan dorongan, bimbingan dan Face Teaching – Preferences of
arahan dalam penyusunan artikel ini. Estonian Students. Melalui
www.aare.edu.au/06pap/lui06159.pdf.
DAFTAR RUJUKAN diakses 12 desember 2014.
Perbawaningsih, J. 2005. Faktor-faktor yang
Akkoyunlu, B. & Soylu, M. Y. 2008. A Study of Mempengaruhi Sikap dan Perilaku
Student’s Perceptions in a Blended terhadap Prsonal Computer. Tesis tidak
Learning Environment Based on diterbitkan. Jakarta: Program Pasca
Different Learning Styles. Educational Sarjana Ilmu Komunikasi UI.
Technology & Society. 11 (1): 183-193. Sudjana, N. 2005. Metode Statistika. Bandung,
Arikunto, S. 2006. Prosedur penelitian: Suatu Tarsito.
pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Thorne, K. 2003. Blended learning: How to
Cipta. integrate online and traditional learning.
Chris. 2010. The Cone of Learning. (online), London: Kogan Page Publishers..
(http://www.cherismeistre.co.za/tag/cone Wardhani, I. G. A. K. 2007. Penelitian Tindakan
0f-learning, diakses 12 desember 2014) Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.

You might also like