You are on page 1of 9

PENGARUH KANDUNGAN FREKUENSI GEMPA TERHADAP SIMPANGAN

DAN DRIFT RATIO 2 ARAH STRUKTUR BANGUNAN SET-BACK


BERTINGKAT BANYAK

Anisa Fauzi Ratnasari1, dan Widodo Pawirodikromo2


1
Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam
Indonesia
Email : 14511270@students.uii,ac.id
2
Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam
Indonesia
Email : 785110201@uii.ac.id

Abstract: Indonesia is located in the region with the Eurasian Plate, the Indo-Australian Plate
and the Pacific Plate. So the thing that can reduce is to minimize the occurrence of damage. Most
studied or which has discussed only the structural response for one-direction earthquake loads,
while the characteristics of ground motion due to earthquakes are multidimensional, random and
uncertain in direction. Besides the building in Indonesia, there are many forms such as set-back
building and height of building. A set-back is a building with an elevation change in its portal
known as the front-field jump. One that is often encountered is the vertical set-back building.
Therefore it is necessary to do dynamic response research on building set-back with 2-directions
earthquake load. This study compared the dynamic response of 15 floors of regular building and
4 variations of 15 stories set-back on x axis with dynamic analysis of time history using mass and
stiffness analysis 3D calculation with low, medium and high frequency earthquakes. The
dominant loading of the Y direction produced a larger dynamic response than the dominant
loading of the X direction for set-back building. The building study was still elastic due to the
resulting deviation and cause the drift ratio of less than 0.5%, in the vertical set-back building
was higher than the regular building.

Keywords: 2-directions Dynamic Response, Earthquake Frequency Content, Set-back Multilevel


Building, Muto Stiffness, Time History Analisys

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara selain disebabkan oleh gempa namun juga
kepulauan dengan tingkat kerawanan dipengaruhi oleh kekuatan dari bangunan itu
bencana gempa bumi yang tinggi. Hal ini sendiri. Ketika gempa terjadi banguanan akan
terjadi sebagai bagian dari dampak wilayah mengalami simpangan horisontal (horizontal
Indonesia yang terletak pada pertemuan drift), apabila melebihi syarat aman peraturan
lempeng-lempeng tektonik besar, yaitu yang telah ditetapkan maka bangunan
Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia tersebut akan mengalami keruntuhan.
dan Lempeng Pasifik. Besaran simpangan horizontal yang terjadi
sangat dipengaruhi oleh massa dan kekakuan
Kerusakan yang ditimbulkan akibat adanya bangunan.
gelombang gempa terhadap struktur
bangunan berbeda-beda, mulai dari rusak Stiawan (2014) pernah melakukan penelitian
ringan hingga ada pula yang sampai runtuh, mengenai respon struktur gedung bertingkat
sehingga bangunan di Indonesia harus terhadap gempa dengan frekuensi rendah,
didesain dengan perhitungan yang baik agar frekuensi sedang dan frekuensi tinggi dengan
tahan terhadap gempa. Kerusakan bangunan beberapa variasi jumlah lantai, yaitu 10
tingkat, 15 tingkat dan 20 tingkat dan back. Beban gempa yang terjadi dapat berupa
diketahui bahwa gempa dengan frekuensi 2 arah, yaitu arah X dan arah Y, oleh karena
rendah memiliki pengaruh yang sangat besar itu perlu diteliti lebih lanjut bagaimana
terhadap respon struktur, Indonesia memiliki pengaruh respon dinamik gempa 2 arah pada
banyak bangunan tingkat dengan variasi set- bangunan set-back bertingkat tinggi.
MANFAAT PENELITIAN adalah bentuk bangunan regular dan set-back,
sedangkan variabel terikatnya adalah mode
Manfaat yang dapat diperoleh dari Penelitian
shape, simpangan, drift ratio. Jumlah tingkat
Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut.
struktur bangunan berjumlah 15 lantai
1. Menambah pemahaman mengetahui
dengan variasi set-back vertikal pada arah X.
respon dinamik struktur pada bangunan
Normalisasi gempa dilakukan dengan
bertingkat banyak, dan software
menggunakan trial and error pada setiap
MATLAB R2015b.
kandungan frekuensi gempa sehingga drift
2. Mengetahui dampak pembebanan gempa
ratio yang dihasilkan menjadi < 0.5%.
dua arah.
Pembebanan gempa dilakukan dengan
3. Digunakan sebagai dasar perencanaan
kombinasi dominan Arah X dimana arah X
bangunan set-back agar dapat
dengan gempa 100% dan arah Y 30%, begitu
meminimalkan simpangan yang akan
sebaliknya pada pembebanan dominan arah
terjadi dan agar tidak menimbulkan
Y.
kerusakan.
4. Digunakan sebagai bahan referensi Dimensi balok dan kolom yang digunakan
terhadap penelitian sejenis. didapatkan dari trial and error pada program
SAP 2000. Preliminary design dilakukan
METODOLOGI PENELITIAN sesuai dengan keadaan respons spectrum
Jenis penelitian yang digunakan adalah gempa daerah Padang. Rekaman gempa yang
penelitian deskriptif pendekatan komparatif. digunakan yaitu pasangan gempa frekuensi
Penelitian ini menjelaskan dan rendah, fekunsi sedang dan frekuensi tinggi.
membandingkan respons struktur terhadap Analisis secara keseluruhan menggunakan
beban gempa berdasarkan SNI 03-1726- software Microsoft Excel 2016 dan Matlab
2012. Variabel bebas dalam penelitian ini R2015b.

Tampak X-Z Tampak Y-Z


Gambar 1 Denah Bangunan Reguler
BANGUNAN SET-BACK bangunan set-back vertikal dan bangunan set-
back horizontal. Bangunan set-back vertikal
Bangunan set-back atau lebih banyak
memiliki perubahan elevasi yang ekstrim
diketahui dengan istilah bangunan yang
secara vertikal, begitu pula dengan bangunan
memiliki tonjolan ataupun loncatan bidang
set-back horizontal memiliki perbedaan
muka. Bangunan set-back ada 2 macam yaitu
ekstrim secara horizontal.

SBV1 SBV2 SBV3 SBV4


Gambar 2 Variasi Bangunan Set-Back Vertikal

MASSA DAN KEKAKUAN Pada perhitungan inersia menggunakan balok


tampang T.
Massa menggunakan sistem lumped mass
dimana massa dianggap mengumpul pada
tempat tertentu.
𝑊
m= 𝑔 (1)
Dengan m = massa struktur (kg dt2/cm), W =
berat beban gravitasi (kg), dan g = percepatan
gravitasi (cm/dt2).
Penurunan kekakuan kolom dengan cara Gambar 3 Potongan Balok Tampang T
muto ini terdapat beberapa asumsi adalah Rumus yang digunakan untuk menhitung
sebagai berikut. kekakuan dengan cara Muto ini adalah
1. Bangunan cukup besar, banyak kolom, sebagai berikut.
simetri, gaya geser kolom dianggap Km= Cm X Kf (2)
sama, 12𝐸𝐼
Kf = ℎ 3 (3)
2. Join-join mengalami rotasi yang sama,
3. Pengaruh P-delta (beban gravitasi Rumus untuk mencari nilai Cm berbeda-
diabaikan), beda tergantung letak kolom (kolom tengah,
4. Bending momen berbangun anti-simetrik, kolom tepi, dan kolom tingkat dasar).
5. Titik balik pada kolom dan balok
dianggap ditengah-tengah.

a) Kolom Tepi b) Kolom Tengah c) Kolom Tingkat Dasar


Gambar 4 Kondisi Pengekangan Kolom Oleh Balok

1. Kolom Tepi adalah kolom yang K′ ∑ K𝑏𝑎+ ∑ K𝑏𝑏


Cm=K′ +2atau Cm= (∑ K𝑏𝑎+ ∑ K𝑏𝑏 )+4K𝑐
(5)
dipegang oleh 2 balok.
K K ∑K 2. Kolom tengah adalah kolom yang
K’ = 21+X K2 = 2 X K𝑏 (4)
𝑐 𝑐 dipegang oleh 4 balok
K’ =
K1+ K2 + K3+ K4 ∑K
= 2 X K𝑏 (6) struktur (kg/cm), c = rasio redaman, dan ∆t=
2 X K𝑐 𝑐 selisih waktu step ke i dengan step i+1 (dt).
K′ ∑ K𝑏𝑎+ ∑ K𝑏𝑏
Cm= K′ +2
atauCm= (∑ K ∑ K )+4K (7)
𝑏𝑎+ 𝑏𝑏 𝑐 BANGUNAN SET-BACK
3. Kolom dasar adalah untuk kolom tingkat
lantai dasar Bangunan set-back atau lebih banyak
K K ∑K diketahui dengan istilah bangunan yang
K’ = 1+K 2 = K 𝑏 (8) memiliki tonjolan ataupun loncatan bidang
𝑐 𝑐
K′ +0,5 ∑ K𝑏𝑎+ 0,5 K𝑐 muka. Bangunan set-back ada 2 macam
Cm = K′ +2
atau Cm = ∑ K𝑏𝑎 +2K𝑐
(9)
yaitu bangunan set-back vertikal dan
Dengan Kb = Kekakuan balok, Kc= horizontal. Bangunan set-back vertikal
Kekakuan kolom, dan Cm = Koefisien memiliki perubahan elevasi ekstrim secara
Muto vertikal, begitu pula dengan bangunan set-
MULTI DEGREE OF FREEDOM back horizontal memiliki perbedaan ekstrim
(MDOF) secara horizontal.
Asumsi yang digunakan dalam analisis KANDUNGAN FREKUENSI GEMPA
dengan MDOF adalah sebagai berikut.
Variasi beban yang dimaksud adalah
1. Massa perlantai sangat kaku (diafragma).
kandungan frekuensi pada gempa
2. Gaya aksial diabaikan.
dinyatakan dalam rasio antara percepatan
3. Derajat Kebebasan (degree of freedom)
tanah maksimum (A) dengan kecepatan
lateral
𝑘1 + 𝑘2 −𝑘2 0 𝑚1 0 0 Ø1 0
maksimum (V) atau disebut A/V rasio,
[ −𝑘2 … 0 ] - ω2 [ 0 … 0 ] {Ø2 } = {0} (10) sehingga arti pengaruh kandungan frekuensi
0 0 𝑘𝑛 0 0 𝑚𝑛 Ø3 0
gempa terhadap respon struktur maka
Menggunakan persamaan eigen problem sejumlah gempa bumi dengan perbedaan
pada persamaan (10), maka akan nilai A/V. Menurut Tso (1992) menyatakan
didapatkan nilai dari masing-masing mode bahwa A/V rasio suatu gempa digolongkan
tiap tingkat bangunan. Nilai Ø ini yang menjadi 3 parameter:
nantinya akan menentukan pola goyangan 1. A/V rasio tinggi apabila mempunyai A/V
struktur. > 1.2 g/m/dt,
2. A/V rasio menengah apabila 1.20 g/m/dt
HUBUNGAN ORTHOGONAL > A/V > 0.80 g/m/dt, dan
3. A/V rasio rendah apabila A/V < 0.80
Berfungsi untuk mengecek mode shape yang
g/m/dt.
telah didapatkan sebelumnya.
{ Ø }Ti [M]{ Ø }j = 0 (11) RESPON DINAMIK 2 ARAH
{ Ø }Ti [K]{ Ø }j = 0 (12)
Bila nilai i = j maka ≠ 0, namun jika nilai I ≠ Respon dinamik yang dimaksud adalah
j maka = 0 simpangan dan drift ratio, hal tersebut
merupakan respon dari adanya beban
INTEGRASI NUMERIK dinamik, dalam hal ini yaitu beban akibat
percepatan gempa, sedangkan respon
Metode Central difference
−mŷb,i−ayi−byi−1 dinamik 2 arah merupakan respon struktur
yi+1 = (13) terhadap percepatan gempa pada 2 bidang
kt
m c
kt = + 2∆𝑡 (14) bangunan yaitu pada arah X dan arah y.
∆𝑡 2
c 1. Simpangan
a = k+ 2 (15) Simpangan atau simpangan horizontal
∆𝑡
m c
b = -
∆𝑡 2 2∆𝑡
(16) total yaitu jarak horizontal struktur yang
Dengan yi+1=simpangan step ke i + 1 (cm), bergerak akibat adanya beban gempa.
yi= simpangan step ke-I (cm), ŷbi= Yi = ∑𝑛 𝑛
𝑗=1|Ø𝑖𝑗 𝛤𝑗 g 𝑗,𝑚𝑎𝑘𝑠 | = ∑𝑗=1|Ø𝑖𝑗 𝑍𝑗 |(17)
percepatan tanah (cm/dt2), m= massa
struktur (kg.dt2/cm), k= kekakuan kolom
2. Drift Ratio simpangan akan semakin besar pada
Drift ratio didapatkan dari simpangan tingkat yang semakin tinggi. Hal ini
antar tingkat dibagi dengan tinggi disebabkan karena semakin tinggi suatu
tingkat. Drift Ratio merupakan indikator bangunan maka akan semakin fleksibel.
kerusakan struktur bangunan. Percepatan gempa Duzce (Frekuensi
𝑦𝑖−𝑦(𝑖−1) Rendah) menyebabkan simpangan paling
DR = [ 𝐻
]X100 (18)
besar pada bangunan, sedangkan gempa
Manjil (Frekuensi Tinggi) menghasilan
HASIL DAN PEMBAHASAN simpangan yang kecil. Sehingga dapat
Hasil analisis pengaruh kandungan diketahui bahwa struktur bangunan tinggi
frekuensi terhadap respon dinamik 2 lebih berbahaya jika diberi gempa
arah adalah sebagai berikut. frekuensi rendah. Nilai simpangan
1. Simpangan maksimum terbesar adalah pada
Simpangan atau simpangan horizontal pembebanan dominan arah X yaitu 100%
total yaitu jarak horizontal struktur yang pada arah X dengan gempa frekuensi
bergerak akibat adanya beban gempa. rendah sebesar 14,821 cm pada bangunan
Simpangan secara keseluruhan tiap regular dikarenakan pada bangunan set-
tingkat bergoyang dengan bentuk fase back massa pada tingkat atas berkurang
yang sama dengan simpangan maksimum yang menyebebkan simpangan pada
pada lantai paling atas yang berarti massa frekuensi rendah lebih kecil dibanding
bangunan bergoyang dengan arah yang bangunan reguler, sedangkan pada
sama. Hal tersebut menyatakan bahwa gempa frekuensi menengah dan tinggi
pengaruh mode 1 sangat dominan. Nilai simpangan maksimum terbesar adalah
pada bangunan set-back.

a. Frekuensi Rendah (Gempa Duzce)


Analisis simpangan untuk gempa frekuensi rendah yang didapatkan pada penelitian ini
adalah sebagai berikut.

X 100% Y 30% Y 100% X 30%


Gambar 5 Simpangan Maksimum Bangunan Reguler dan 4 Variasi Set-Back Vertikal
Pembebanan Gempa Frekuensi Rendah

b. Frekuensi Menengah (Gempa El-Centro)


Analisis simpangan untuk gempa frekuensi menengah yang didapatkan pada penelitian ini
adalah sebagai berikut.
X 100% Y 30% Y 100% X 30%
Gambar 6 Simpangan Maksimum Bangunan Reguler dan 4 Variasi Set-Back Vertikal
Pembebanan Gempa Frekuensi Menengah

c. Frekuensi Tinggi (Gempa Manjil)


Analisis simpangan untuk gempa frekuensi tinggi yang didapatkan pada penelitian ini
adalah sebagai berikut.

X 100% Y 30% Y 100% X 30%


Gambar 7 Simpangan Maksimum Bangunan Reguler dan 4 Variasi Set-Back Vertikal
Pembebanan Gempa Frekuensi Tinggi

Frekuensi Rendah Frekuensi Sedang Frekuensi Tinggi


Gambar 8 Resultan Simpangan Bangunan Reguler dan Set-Back Vertikal Dominan Arah X

Frekuensi Rendah Frekuensi Sedang Frekuensi Tinggi


Gambar 9 Resultan Simpangan Bangunan Reguler dan Set-Back Vertikal Dominan Arah Y
2. Drift Ratio maksimum terbesar adalah 0,44% pada
Drift ratio adalah salah satu parameter pembebanan dominan arah X yaitu 100%
yang paling berpengaruh untuk pada arah X dengan gempa frekuensi
mengevaluasi kinerja seismik dari sistem rendah. Sehingga dapat diketahui bahwa
struktur yang ada yang merupakan plot gempa frekuensi sedang dan frekuensi
dari simpangan antar tingkat, pada tinggi nilai drift ratio nya lebih rendah
penelitian ini dengan interval 0,01 dt. pada dibandingkan frekuensi rendah. Nilai
lantai 1 lebih kecil dibandingkan lantai 2, simpangan antar tingkat (drift ratio)
hal tersebut disebabkan oleh kekakuan memenuhi syarat dari batas ultimit
struktur dengan cara muto sehingga lantai gedung yaitu 0.005 dari tinggi tingkat
1 lebih besar, kemudian untuk lantai 3 (1.75 cm). pada Penelitian ini semua drift
sampai dengan lantai 15 akan mengecil. ratio yang didapatkan dibawah 0.5%
Grafik plot drift ratio cenderung naik sehingga bangunan regular dan set-back
turun (fluktuatif) mengikuti pola merupakan bangunan elastik.
bangunan set-back. Nilai drift ratio

a. Frekuensi Rendah (Gempa Duzce)


Analisis drift ratio untuk gempa frekuensi rendah yang didapatkan pada penelitian ini
adalah sebagai berikut.

X 100% Y 30% Y 100% X 30%


Gambar 10 Drift Ratio Maksimum Bangunan Reguler dan 4 Variasi Set-Back Vertikal
Pembebanan Gempa Frekuensi Rendah

b. Frekuensi Menengah (Gempa El-Centro)


Analisis drift ratio untuk gempa frekuensi menengah yang didapatkan pada penelitian ini
adalah sebagai berikut.

X 100% Y 30% Y 100% X 30%


Gambar 11 Drift Ratio Maksimum Bangunan Reguler dan 4 Variasi Set-Back Vertikal
Pembebanan Gempa Frekuensi Menengah

c. Frekuensi Tinggi (Gempa Manjil)


Analisis drift ratio untuk gempa frekuensi tinggi yang didapatkan pada penelitian ini adalah
sebagai berikut.
X 100% Y 30% Y 100% X 30%
Gambar 12 Drift Ratio Maksimum Bangunan Reguler dan 4 Variasi Set-Back Vertikal
Pembebanan Gempa Frekuensi Tinggi

Frekuensi Rendah Frekuensi Sedang Frekuensi Tinggi


Gambar 13 Resultan Drift Ratio Bangunan Reguler dan Set-Back Vertikal Dominan Arah X

Frekuensi Rendah Frekuensi Sedang Frekuensi Tinggi


Gambar 14 Resultan Drift Ratio Bangunan Reguler dan Set-Back Vertikal Dominan Arah Y

KESIMPULAN maupun set-back vertikal dengan


pembebanan dominan arah X maupun
1. Berdasarkan hasil penelitian yang
arah y nilainya dibawah 0,5%, dengan
dilakukan didapatkan hasil respon
hasil tersebut dapat disimpulkan
dinamik sebagai berikut.
bahwa bangunan aman.
a. Simpangan horizontal bangunan set-
2. Rasio A/V pada pasangan gempa 2 arah
back lebih besar dibandingkan
sangat berpengaruh pada hasil respon
bangunan reguler. Massa dan
dinamik. Berikut ini nilai rasio A/V
kekakuan yang mengecil
masing-masing pasangan gempa
mengakitbatkan bangunan menjadi
a. Gempa Duzce (Frekuensi Rendah)
lebih fleksibel hal tersebut yang
pada arah X rasio A/V adalah 0,41
menyebabkan simpangan pada
g/m/dt dan untuk arah y adalah 0,29
bangunan set-back lebih besar.
g/m/dt.
b. Drift ratio yang didapatkan dari hasil
b. Gempa El-centro 1940 (Frekuensi
penelitian baik itu bangunan regular
Sedang) pada arah X rasio A/V adalah
0,63 g/m/dt dan untuk arah y adalah ukuran yang sesuai biasa digunakan
1,2 g/m/dt. bangunan pada umumnya.
c. Gempa Manjil (Frekuensi Tinggi)
DAFTAR PUSTAKA
pada arah X rasio A/V adalah 2,16
g/m/dt dan untuk arah y adalah 3,5 Pawirodikromo, Widodo. 2016. “Analisis
g/m/dt. Dinamik Strktur”. Pustaka Pelajar.
Berdasarkan nilai rasio A/V pada Yogyakarta.
pasangan beban gempa yang digunakan Standar Nasional Indonesia. SNI-03-2847-
pada berbagai perhitungan yang sudah 2012 – Tata Cara Perhitungan Struktur
dilakukan didapatkan kesimpulan bahwa Beton Untuk Bangunan Gedung.
struktur bangunan tinggi lebih berbahaya Stiawan, Y.A. 2014. Analisis Pengaruh
jika diberi gempa frekuensi rendah, Kandungan Frekuensi terhadap
kemudian bangunan yang paling kritis Respon Struktur Bangunan Dengan
terjadi pada bangunan set-back tipe 2 Kekakuan Muto. Jurnal Teknik Sipil.
karena drift ratio bangunan tersebut Universitas Islam Indonesia.
paling besar. Pembebanan dominan arah y Yogyakarta.
menghasilkan dampak lebih besar pada
bangunan set-back, sedangkan,
pembebanan arah X menghasilkan
dampak lebih besar pada bangunan
regular. selain rasio A/V durasi tahap
strong part pada gempa juga
mempengaruhi respon struktur.
SARAN
Beberapa saran yang dapat disampaikan
penulis untuk mengembangkan penelitian
tentang dinamika struktur adalah sebagi
berikut.
1. Bangunan tinggi lebih baik menggunakan
shear wall atau bracing
2. Program yang dibuat oleh penulis terbatas
hanya pada 15 tingkat, sehingga penulis
berharap adanya pengembangan program
untuk bangunan yang tidak terbatas
jumlah tingkatnya.
3. Penentuan skala gempa yang masih
manual pada program ini, sehingga
penulis berharap adanya pengembangan
yang dapat membuat program dapat
menghitung skala gempa secara otomatis.
4. Perlu dilakukan penelitian mengenai
perbandingan respon dinamik bangunan
dengan berbagai metode kekakuan.
5. Perlu diteliti lebih lanjut tentang set-back
ini pada bangunan diatas 15 tingkat.
6. Desain awal penelitian tidak
mempertimbangkan keindahan sehingga
perlu dilakukan penelitian menggunakan

You might also like