You are on page 1of 10

1

Reproductive Biology of the Tenualosa ilisha in Labuhanbatu Regency,


Sumatra Utara Province

By

Sam Syahra Jihad1), Deni Efizon 2), Ridwan Manda Putra 2)

Abstract

This study was conducted from Juni to November 2013 in The Barumun River and in
the laboratory of the Fishery Biology, Fisheries and Marine Sciences Faculty, Riau
University. It aims to determine the reproductive biology of the tenualosa ilisha. Sex ratio,
gonad maturating level, gonado somatic index, eggs diameter, fecundity were observed
visually and analyzed based on Cassei (in Effendie, 1979). While histological characteristics
of the gonad was studied based on Effendie (1979).
111 fishes were caught and results indicated that male and female ratio was 3,2 : 1
and it was not significantly different (X2 test). The age of maturity of males was achieved by
120 g (BW) and 160 mm (SL), while that of the female was 400 g (BW) and 270 mm (SL).
The body weight may increase as the gonad maturation level increase. The range of gonado
somatic index was 0,3–25,0 %. The range of eggs diameter in the 4th maturity stage was
0,2–0,9 mm in diameter. The fecundity of (number of eggs) fish with 285–495 mm (SL) and
gonad weight was around 81.450–245.267 eggs. Results of histological study shown that the
eggs and sperm in the gonad are on several maturity stages.

Keyword : Tenualosa ilisha, Barumun river, Sex ratio, Gonadal Maturating Index, Fecundity.

1)
Student of Fishery and Marine Science Faculty, University of Riau
2)
Lecture of Fishery and Marine Science Faculty, University of Riau

I. PENDAHULUAN muara sungai (estuaria). Namun jenis ikan


ini sekarang populasinya sudah menurun
1.1. Latar Belakang
bahkan sudah sulit di temukan di perairan
Indonesia merupakan negara Kabupaten Labuhanbatu Sumatra Utara.
kepulauan yang mempunyai potensi
kekayaan sumberdaya alam dengan tingkat 1.2. Rumusan Masalah
keanekaragaman yang tinggi. Salah satu Jumlah ikan terubuk (T. ilisha)
potensi sumber daya alam tersebut adalah diperairan sangat terbatas dan
ikan terubuk yang terdapat di Kabupaten dikhawatirkan populasinya akan hilang.
Labuhanbatu, Sumatera Utara. Oleh karena itu sangat diperlukan info
Sumberdaya perikanan tersebut adalah tentang biologinya khususnya tentang
ikan demersal, ikan karang, udang, lobster reproduksi, yang meliputi ukuran,
dan cumi-cumi. Sumberdaya ikan ini seksualitas, tingkat kematangan gonad dan
umumnya memiliki nilai ekonomis penting indeks kematangan gonad, diameter telur
terutama dari famili clupeidae, carangaidae dan fekunditas baik secara morfologi dan
dan scomberidae (Koswara, 2007). Jenis histologi.
ikan dari famili clupeidae merupakan jenis
ikan yang paling dominan, termasuk ikan
terubuk yang di temukan di perairan dekat
2

1.3. Tujuan dan Manfaat industri, dan lain sebagainya.


3. Stasiun III, merupakan daerah yang
Penelitian ini bertujuan untuk
hampir sama dengan Stasiun II, namun
menentukan aspek biologi reproduksi dari
di daerah ini juga dipengaruhi oleh
ikan terubuk yang meliputi seksualitas,
kawasan perkebunan dan aliran air
tingkat kematangan gonad (TKG) dan
tawar dari perairan Sungai Barumun.
indeks kematangan gonad (IKG), diameter
4. Stasiun IV, merupakan daerah muara
telur dan fekunditas serta struktur gonad
Sungai Bilah yang dipengaruhi oleh
ikan seiring dengan perkembangannya.
beberapa aktifitas masyarakat dan
Manfaat dari penelitian ini adalah
industri serta aliran air tawar dari hulu
dapat menambah luas pengetahuan tentang
Sungai Bilah.
biologi reproduksi ikan terubuk,
5. Stasiun V, merupakan daerah aliran
memudahkan dalam usaha pelestarian dan
Sungai Barumun yang dipengaruhi
konservasi ikan terubuk, diharapkan dapat
oleh beberapa aktifitas masyarakat dan
dijadikan informasi untuk membuat suatu
industri Pengolahan Kelapa Sawit
kebijakan dalam usaha melestarikan jenis
(PKS) serta aliran air tawar dari hulu
ikan terubuk agar jumlahnya tidak terbatas.
Sungai Barumun.
II. METODOLOGI PENELITIAN 2.2.2. Pengambilan Sampel
2.1. Bahan dan Alat Pengambilan sampel ikan terubuk
di setiap stasiun di lakukan dengan
Bahan yang digunakan pada
menggunakan alat tangkap jaring insang
penelitian ini adalah ikan terubuk (T. ilisha)
(gill net) dengan mesh size 2; 3 dan 4
yang diperoleh dari hasil tangkapan, alkohol
inchi. Sampel ikan yang diperoleh,
7 %, es batu.
dihitung dan diukur panjang standar (SL)
Tabel 1. Parameter dan Alat dalam dan berat (g) yang kemudian diawetkan
Pengukuran Kualitas Perairan. dengan es dalam cool box.
2.2.3. Pengukuran Ikan Terubuk
Bagian dari tubuh ikan sampel
yang diukur dalam satuan milimeter
yaitu panjang total (PT), panjang baku
(PB).

PS PT
2.2. Prosedur Kerja
2.2.1. Penetuan Lokasi Penelitian
Penentuan stasiun dilakukan pada 2.2.4. Karakteristik Seksual
survey awal penelitian, dimana Stasiun
penelitian yang akan ditetapkan minimal Ikan sampel dibedah pada bagian
memiliki kriteria sebagai berikut: abdomen dan dikeluarkan gonadnya.
1. Stasiun I, daerah muara DAS Selanjutnya mengamati gonad ikan tersebut
Barumun yang banyak dipengaruhi berupa testes atau ovari.
oleh perairan Selat Malaka. 2.2.5.Tingkat Kematangan Gonad
2. Stasiun II, merupakan daerah yang (TKG) dan Indeks Kematangan
banyak dipengaruhi oleh lingkungan Gonad (IKG)
pemukiman masyarakat dan berbagai
aktivitas manusia lainnya, seperti: Penentuan tingkat kematangan gonad
pelabuhan, perkampungan nelayan, berpedoman pada petunjuk Cassei (dalam
Effendie, 1979) pada Tabel 2.
3

2.3.3. Tingkat Kematangan Gonad


(TKG) dan Indeks Kematangan
Gonad (IKG)
Untuk menentukan TKG dan IKG
akan dilakukan analisis secara deskriptif yaitu
dengan melihat perbandingan antara berat
gonad dengan berat tubuh ikan.
BO
2.2.6. Fekunditas dan Diameter Telur IKG X 100
BI
Telur yang terdapat dalam kantung
ovari diawetkan dengan Alkohol. Ovari Keterangan : IKG : Indeks
yang diambil untuk dihitung fekunditasnya Kematangan Gonad (%)
yaitu ovari yang telah mengalami tingkat BO : Berat Ovari (gr)
kematangan gonad IV sesuai dengan BI : Berat Ikan
petunjuk Cassei (dalam Effendie, 1979). 2.3.4. Fekunditas dan Diameter Telur
Fekunditas ikan akan dihitung pada
ikan sampel yang berada pada tingkat
Posterior kematangan gonad IV sesuai dengan Effendie
(1979) dengan menggunakan rumus sebagai
Tengah berikut,
W
Anterior X xX
w

Gambar 4. Ovari ikan dan tempat Keterangan : F : Nilai fekunditas (butir)


pengambilan telur pada masing- X : Jumlah telur dalam sub
masing bagian ovari sampel (butir)
(Putra et al., 2005). W : Berat ovari (gr)
(Sumber : Data Primer). w : Berat sub sampel ovari
2.2.7. Pembuatan Preparat Histologi
Pembuatan preparat histologi
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
berpedoman pada metode mikroteknik 3.1. Morfologi Ikan Terubuk (T. Ilisha)
menurut Kurniasih (1999).
ciri morfologi ikan terubuk adalah
2.3. Analisis Data memiliki tubuh yang pipih (compressed)
dan bilateral simetris. Mulut ikan terubuk
2.3.1. Seksualitas dan Nisbah Kelamin dapat disembulkan (protactile). Ikan
Nisbah Kelamin berfungsi untuk terubuk memiliki badan polos (tidak
menentukan perbandingan jumlah antara ikan mempunyai bintik hitam di sepanjang
jantan dan betina. Dengan demikian akan tubuhnya) serta berwarna abu-abu dengan
diketahui ratio perbandingan antara ikan pola berwarna kehijauan atau keperakan di
jantan dan betina pada ikan terubuk. bagian atas tubuhnya. Ditengah sisi tubuh
2.3.2. Hubungan Fekunditas dengan tepat dibelakang sirip dada terdapat warna
Panjang dan Berat Tubuh Ikan keemasan menyerupai pita berwarna
terang. Ikan terubuk tidak memiliki gurat
n XY X Y
r
2 2
sisi (linea lateralis) dan tubuh diliputi sisik
2
n X X n Y2 Y mulai dari ujung mulut hingga pangkal
Keterangan: r : Koefisien korelasi ekor.
Y : Fekunditas (butir) Ikan terubuk memiliki ciri-ciri
X : Panjang ikan tubuhnya pipih, berukuran panjang
n : Jumlah ikan. maksimum 52 cm. Bersifat pelagik dan
4

anadromous. Badan polos (tidak persentase jumlah ikan jantan 73,87 % dan
mempunyai bintik hitam di sepanjang ikan betina 23,42 %. Perbandingan
tubuhnya). Panjang kepala 22-25 % dari kelamin ikan jantan dan betina adalah 3,2 :
panjang tubuhnya, sedangkan panjang sirip 1 dengan persentase 73,87 % jantan : 23,42
ekor 40-42 % dari panjang tubuhnya. Sirip % betina.
ekornya panjang dan meruncing. Insang
3.4. Seksualitas Ikan Terubuk (T. ilisha)
rakersnya berkembang dengan baik, tapi
tidak banyak (terdapat 60-75) pada Ikan betina memiliki ukuran
lengkung bawah insang, menyerupai T. toli panjang dan berat tubuh lebih besar
perbedaannya terletak pada kepala T. toli dibandingkan dengan ikan jantan.
lebih panjang tetapi ekornya lebih pendek. Perbedaan ini terjadi karena dalam tubuh
Ikan ini juga bersifat hermaprodit ikan betina ditemukan ovari berukuran
(Kottelat et al., 1993). besar sesuai dengan berat dan panjang
Perbedaan morfologi ikan terubuk tubuhnya. Hal ini sesuai dengan pendapat
jantan dan betina dapat dilihat pada Tang dan Affandi (2001), dalam proses
gambar 5. reproduksi, sebelum terjadi pemijahan
sebagian metabolisme digunakan untuk
perkembangan gonad.
Ikan terubuk betina berukuran
a)Betina b)Jantan panjang total antara 270-485 mm dengan
Gambar 5. Perbedaan morfologi ikan berat tubuh 400-1238 gr dan pada ikan
terubuk (T.ilisha) betina dan jantan antara 160-250 mm dengan berat
jantan 120-350 gr.

Ikan jantan jantan berwarna 3.5. Tingkat Kematangan Gonad


terang cerah sedangkan ikan terubuk Perbedaan ukuran panjang dan
betina berwarna gelap pucat. Ukuran berat ikan jantan dan betina pada masing-
kepala ikan jantan lebih kecil di masing tingkat kematangan gonad. Tabel 3
bandingkan ikan betina. menjelaskan bahwa ukuran panjang tubuh
3.2. Ikan yang Tertangkap di Perairan yang terkecil untuk ikan jantan adalah 160
mm dan ikan betina 270 mm. Pada ukuran
Nelayan terubuk menggunakan alat tersebut ikan terubuk mulai mengalami
tangkap satu jenis saja, yaitu jaring insang perkembangan gonad.
(gill nets) dengan mata jaring (mesh size) Tabel 3. Jumlah Ikan Terubuk (T. ilisha)
yang bervariasi mulai 3 sampai 4 inci. pada tiap TKG Beserta Kisaran
Jaring ini digunakan oleh nelayan yang Panjang dan Berat Tubuh
berasal dari Labuhan Bilik, Panai Hulu,
Panai Tengah dan Ajamu.
Selama penelitian ikan yang
tertangkap pada bulan Juli berjumlah 7
ekor, bulan Oktober 82 ekor sedangkan
pada ulan november 22 ekor.
3.3. Nisbah Kelamin Ikan Terubuk Sumber: Data primer
(T. Ilisha) Ikan terubuk jantan mulai
Jumlah ikan terubuk yang mengalami perkembangan gonad pada
tertangkap selama penelitian adalah 111 kisaran ukuran 160-190 mm dengan
ekor yang terdiri dari 29 ekor ikan kisaran berat 120-160 gram sedangkan
betina dan 82 ekor ikan jantan dan 3 ikan betina mulai mengalami
ekor peralihan dari jantan ke betina. perkembangan gonad pada kisaran ukuran
persentase jumlah ikan jantan dan 288-297 mm dengan kisaran berat 400-410
betina selama pengamatan berbeda, dimana gram.
5

Beberapa faktor yang diperkirakan Dari Gambar 6 terlihat bahwa


menjadi penyebab perbedaan pencapaian indeks kematangan gonad akan mencapai
kematangan gonad tersebut adalah sifat batas maksimum pada saat ikan berada
genetik populasi, perbedaan laju pada TKG IV, dimana pada tahap ini ikan
pertumbuhan dan kualitas perairan (Paugy, akan melakukan pemijahan. Indeks
2002; Laleye et al., 2006); perbedaan kematangan gonad ikan betina lebih cepat
wilayah dan lingkungan (Reynolds et al., meningkat dibandingkan dengan ikan
2001; de Graaf et al., 2003). jantan. Hal ini disebabkan karena
peningkatan berat gonad ikan betina lebih
3.6. Indeks Kematangan Gonad
besar dari pada ikan jantan. Sesuai dengan
Untuk indeks kematangan gonad
Nasution (2005), bahwa bobot gonad dan
didapatkan bahwa nilai indeks kematangan
IKG ikan mencapai maksimal pada TKG
gonad ikan terubuk yang tertangkap selama
IV.
penelitian bervariasi. Berdasarkan panjang
tubuh, berat tubuh, berat gonad maupun 3.7. Diameter Telur dan Fekunditas
tingkat kematangan gonadnya yaitu untuk Fekunditas ikan terubuk berkisar
ikan betina indeks kematangan gonad antara 81.450–245.267 butir dari 16 ekor
berkisar antara 0,3-25,0 % dan indeks ikan betina dengan kisaran panjang standar
kematangan gonad ikan jantan berkisar 285–495 mm dan kisaran berat 390–1.238
antara 0,7-2,0 %. Hal ini menunjukkan gram. Fekunditas telur ikan terubuk ini
bahwa indeks kematangan gonad ikan lebih besar bila dibandingkan dengan ikan
betina lebih besar dari pada ikan jantan, terubuk yang terdapat di perairan
sesuai dengan pendapat Effendie (1997) Bengkalis Riau (T. macrura) dengan
yang menyatakan bahwa ikan betina jumlah fekunditas 60.000-200.000 butir
mempunyai nilai indeks kematangan gonad
(Efizon, 2013), hal ini disebabkan oleh
yang lebih besar dibandingkan dengan ikan ukuran berat ikan dan berat telur terubuk
jantan dan indeks kematangan gonad Labuhanbatu yang lebih besar
antara spesies ikan yang satu dengan yang dibandingkan dengan ikan terubuk
lainnya berbeda. Bengkalis Riau. Namun jika dibandingkan
Tabel 4. Indeks Kematangan Gonad Ikan dengan ikan terubuk yang berasal dari
Terubuk (T. ilisha) Jantan Dan Serawak Malaysia (T. toli) fekunditas ikan
Betina terubuk Labuhanbatu lebih rendah dari
ikan ini yang jumlah fekunditas sampai
1,2 juta dengan sebaran 300.000 sampai
600.000 (Blaber et al., 1996).
Tabel 5. Jumlah dan Persentase Telur
Berdasarkan Ukuran Diameter
Sumber : Data primer
Telur Ikan Terubuk (T. ilisha)
Gambar 6. Nilai Indeks Kematangan dari Ketiga Ovari
Gonad Ikan Terubuk (T.
ilisha) Jantan dan Betina pada
Tiap TKG Selama Bulan
Pengamatan

Sumber : Data primer


Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa
telur yang paling sering dijumpai
(persentase tertinggi) adalah telur dengan
ukuran diameter 0,6 (32,66 %). Untuk
ukuran diameter telur antara ovari bagian
6

kiri dan kanan berbeda karena proses


pematangan telur antara ovari kiri dan
kanan tidak serentak. Ukuran diameter
telur pada TKG IV ini bervariasi, ini
disebabkan karena adanya pembentukan
yolk yang berbeda.
3.8. Hubungan Fekunditas dengan
Panjang Tubuh (SL) dan Berat
Tubuh (W) Gambar 8. Hubungan Fekunditas dengan
Untuk melihat adanya hubungan Berat Tubuh (W) Terubuk
fekunditas dengan panjang tubuh ikan Hubungan fekunditas dengan berat
terubuk yang dilakukan pada 16 ekor ikan tubuh ikan terubuk yang dilakukan
pada TKG IV dimana diperoleh persamaan perhitungan pada 16 ekor ikan sampel,
Y = 0,951+2,809 X dapat dilihat pada diperoleh persamaan Y = 0,735+3,140 X,
Gambar 7. nilai koefisien korelasi (r) yang diperoleh
yaitu sebesar 0,9 yang berarti pengaruh
antara berat tubuh dengan fekunditas
adalah sangat kuat. Sehingga ada
kemungkinan bahwa semakin besar berat
tubuh ikan terubuk maka nilai fekunditas
akan semakin meningkat.
Panjang tubuh dan berat tubuh ikan
Terubuk tidak berpengaruh terhadap
fekunditas. Secara histologi dapat dilihat
Gambar 7. Hubungan Fekunditas Dengan bahwa di dalam ovari terdapat tingkat
Panjang Tubuh (SL) Terubuk kematangan telur yang tidak seragam
sehingga ukuran telurnya bervariasi. Hal
Dari persamaannya didapatkan nilai ini disebabkan karena adanya
r = 0,9 yang berarti hubungan antara pembentukan yolk yang tidak seragam,
panjang tubuh ikan terubuk dengan sehingga terdapat telur yang kondisi
fekunditas adalah kuat. Ini sesuai dengan yolknya sudah penuh, masih dalam tahap
pendapat Razak (1991) yang menyatakan pembentukan dan masih ada yolk yang
bahwa jika nilai r antara 0-0,20 berarti belum terbentuk.
mempunyai hubungan yang sangat lemah,
0,21-0,40 berarti mempunyai hubungan 3.9. Histologi Gonad
yang lemah, 0,41-0,70 berarti mempunyai Pengamatan secara morfologi
hubungan yang sedang, 0,71-0,90 berarti dilakukan dengan berpedoman pada
mempunyai hubungan yang kuat, 0,91-1 petunjuk Cassei dalam Effendie (1979).
berarti mempunyai hubungan yang sangat Berdasarkan hasil pengamatan yang
kuat. Besar kecilnya pengaruh antara telah dilakukan maka didapatkan bahwa ikan
fekunditas dan panjang dapat dilihat dari terubuk bersifat hermafrodit protandri. Pada
nilai R2, nilai R2 yang diperoleh yaitu ukuran tubuh (SL) 160-260 mm gonad yang
0,259. Ini menunjukkan bahwa hanya 25,9 terdapat di dalam rongga tubuh berupa
% panjang tubuh mempengaruhi nilai testes, pada ukuran 270-325 mm gonad
fekunditas. berupa ovari sedangkan pada ukuran
265-267 mm ikan ini berada pada masa
peralihan dari jantan ke betina.
Hoque et al. (1997) menyatakan
bahwa kuning telur kelihatan lebih banyak
seiring dengan bertambahnya ukuran oosit.
Pada tahap ini ukuran telur hampir sama,
7

yang berarti bahwa telur tersebut akan di dipengaruhi oleh musim, cuaca, waktu
keluarkan secara serentak. pengukuran, kedalaman perairan,
Testes pada ikan terubuk berjumlah kecerahan dan kekeruhan. Kondisi suhu
sepasang yang terletak disamping kiri dan ini sangat mendukung kehidupan ikan
kanan gelembung renang, di bawah tulang terubuk, baik untuk mencari makanan
vertebrae dan di atas saluran pencernaan. maupun pertumbuhan. Suhu yang optimal
Tiap testes disusun oleh banyak dinding untuk kehidupan organisme perairan
lobula yang tipis yang menghubungkan berkisar 25–32 oC .
ntara vas deferens dengan cabang pendek
b. Kekeruhan
vas efferens. Untuk pengamatan secara
morfologi dilakukan dengan berpedoman Kekeruhan tertinggi di ditemukan
pada petunjuk Cassei dalam Effendie di stasiun 1 yaitu sekitar 379 NTU
(1979). sedangkan terendah sekitar 61 NTU di
stasiun 5. Dibanding dengan beberapa
4.10. Pengukuran Kualitas Air perairan yang berdekatan kisaran nilai
4.10.1. Fisika dan Kimia Perairan kekeruhan cenderung mendekati sama.
Badan perairan sungai dan selat Walaupun kisaran nilai kekeruhan di setiap
berada dalam satu kesatuan ekosistem Stasiun ada yang telah melampaui Nilai
dengan daerah yang mempengaruhi Baku Mutu, namun kisaran nilai kekeruhan
sekitarnya yang membentuk daerah aliran ini masih berada pada batas yang
sungai (DAS) yaitu DAS Barumun yang mendukung kehidupan ikan terubuk.
bermuara ke Selat Malaka. Blaber et al. (1995) menyatakan bahwa
Tabel 6. Hasil Pengukuran Rata-rata ikan terubuk memiliki kecendrungan
Kualitas Air Di Masing- menyukai kondisi perairan yang keruh.
masing Stasiun Disebutkan bahwa ikan terubuk
mempunyai toleransi yang besar terhadap
kekeruhan, namun kekeruhan yang
diinginkan adalah kekeruhan yang
bersumber dari bahan-bahan organik yang
mengandung bahan makanan.
Tingginya kekeruhan yang terjadi
di stasiun 1 disebabkan karena banyak
material tersuspensi di dalam kolom air.
Material ini berasal dari hasil erosi dari
hulu sungai menuju muara. Kekeruhan ini
juga disumbangkan oleh banyaknya
aktifitas industri perkebunan dan kegiatan
Keterangan: * Peraturan Pemerintah RI pertanian yang beraktifitas di sepanjang
No.82 Tahun 2001 pinggiran DAS Barumun menuju muara.
c. Salinitas
a. Suhu Perairan
Nilai rata-rata salinitas perairan di lima
Nilai rata-rata suhu perairan di stasiun berkisar 0,0-7,0o/oo. Kadar salinitas
setiap stasiun berkisar 27,0–29,8 oC. Suhu terendah ditemukan di stasiun 1 sedangkan
perairan terendah ditemukan di stasiun tertinggi di stasiun 5. Kisaran ini masih
3 sedangkan suhu tertinggi ditemukan di mendukung kehidupan ikan terubuk, baik
stasiun 5, namun kisaran suhu di kelima untuk mencari makanan, tumbuh dan
stasiun ini tidak terlalu jauh berbeda. Dari berkembang. Pada umumnya perbedaan
data tersebut terlihat bahwa fluktuasi suhu salinitas disebabkan oleh curah hujan,
perairan masih dalam batas alam ( 5 oC). penguapan, dan banyaknya sungai yang
Suhu air merupakan faktor yang penting bermuara ke laut. Perbedaan salinitas juga
di lingkungan perairan yang selalu dapat terjadi akibat pasang naik dan pasang
8

surut. Dimana pada saat pasang naik, terhadap intensitas fotosíntesis sebagai
maka massa air yang berasal dari laut akan produsen oksigen di laut. Di samping itu
terbawa ke pantai dan hal ini tingginya pemanfaatan oksigen bagi
menyebabkan tingginya kadar salinitas. proses dekomposisi bahan organik di
Juga sebaliknya, apabila pasang surut kolom air maupun di dasar perairan telah
maka massa air tawar akan terbawa ke ikut berperan menurunkan oksigen.
arah laut sehingga pencampurannya bahan-bahan organik tersebut di
menyebabkan turunnya kadar salinitas. Hal perkirakan berasal dari limbah pabrik
ini sesuai dengan pendapat Sidjabat (1976) yang ada dan kegiatan lain di sepanjang
yang menyatakan bahwa jika curah hujan DAS Barumun. Menurut kriteria yang
tinggi dan banyak sungai yang bermuara dikemukaan oleh KLH (1988) nilai
ke laut maka salinitas akan rendah. oksigen terlarut di beberapa Stasiun telah
berada di bawah ambang batas untuk
d. pH Perairan
kehidupan biota laut, sehingga sangat
Nilai pH perairan di kelima stasiun menggangu telur untuk menetas dan larva
berkisar 6,0–7,0. Nilai pH perairan yang ikan terubuk untuk tumbuh dan
disarankan bagi peruntukan perikanan berkembang.
adalah 6,0-9,0 Kepmen KLH No. 02
(1988). Dari data dapat dikatakan bahwa IV. KESIMPULAN DAN SARAN
kisaran pH perairan di masing-masing
stasiun masih berada pada kisaran yang 4.1. Kesimpulan
diperbolehkan dan sangat mendukung Jumlah ikan jantan dan betina
kehidupan ikan terubuk, baik untuk selama pengamatan berbeda, dimana
mencari makanan maupun pertumbuhan. persentase jumlah ikan jantan 73,87 % dan
Derajat keasaman mempunyai pengaruh ikan betina 23,42 %. Perbandingan
besar terhadap hewan dan tumbuhan air, kelamin ikan jantan dan betina adalah 3,2 :
sehingga sering digunakan sebagai 1 dengan persentase 73,87 % jantan :
petunjuk untuk menyatakan baik atau 23,42 % betina.
buruknya keadaan perairan. Secara Tingkat kematangan gonad ikan
alamiah, pH perairan laut dipengaruhi oleh terubuk yang tertangkap selama penelitian
konsentrasi karbondioksida dan senyawa- yaitu berada pada TKG I, II, III, IV untuk
senyawa yang bersifat basa. ikan jantan dan TKG I, III, IV dan V untuk
ikan betina. Pada bulan Juli mendominasi
e. Oksigen Terlarut (DO)
sementara pada bulan Oktober didominasi
Kadar oksigen terlarut di stasiun oleh TKG IV jantan pada bulan November
pengamatan berkisar 1,3–3,7 mg/L. Kadar didominasi oleh TKG IV ikan betina dan
oksigen terlarut minimal 2 mg/L sudah sedangkan pada ikan peralihan jantan ke
cukup mendukung kehidupan organisme betina di jumpai 3 ekor.
perairan secara normal asal tidak terdapat Fekunditas ikan terubuk berkisar
senyawa beracun di perairan. Menurut antara 81.450–245.267 butir dari 16 ekor
Kepmen KLH No. 02 (1988), kandungan ikan betina dengan kisaran panjang standar
minimum oksigen terlarut yang dianjurkan 285–495 mm dan kisaran berat 390–
adalah lebih dari 3 mg/L. Sidjabat (1976) 1.238 gram.
menyatakan bahwa faktor lain yang Nilai indeks kematangan gonad
menentukan konsentrasi oksigen di ikan terubuk berdasarkan panjang tubuh,
perairan disamping proses fotosintesis berat tubuh, berat gonad maupun tingkat
adalah pertukaran udara dengan atmosfir kematangan gonadnya yaitu untuk ikan
(air sea interaction). betina indeks kematangan gonad berkisar
Rendahnya kandungan oksigen di antara 0,3-25,0 % dan indeks kematangan
setiap Stasiun pengamatan di duga gonad ikan jantan berkisar antara 0,7-2,0
berhubungan dengan rendahnya %.
kecerahan air yang dapat berpengaruh
9

Ukuran diameter telur dalam KLH. 1988. Baku Mutu Air Laut. Kantor
kondisi TKG IV pada ikan betina Menteri Negara Lingkungan
menunjukkan bahwa diameter telur ikan Hidup. Jakarta.
terubuk berkisar antara 0,2–0,9 mm.
Kottelat, M. K., A. J. Whitten, S. P.
4.2. Saran Kartika Sari dan S. Wirioatmojo.
1993. Ikan Air Tawar Indonesia
Informasi yang di dapat dari
Bagian Barat dan Sulawesi (Edisi
nelayan bahwa pada bulan puncak
Dwi Bahasa Inggris-Indonesia).
tertangkapnya ikan terubuk antara bulan
Jakarta: Periplus Ed.
Januari sampai Maret untuk melakukan
penelitian lanjutan tentang aspek biologi Koswara, B. 2007. Penelitian Bersama
lain. Sehingga dapat diketahui informasi (Joint research) antara Indonesia
yang lebih lengkap dari ikan terubuk yang dan Malaysia mengenai
ada di DAS Barumun Kabupaten Pengelolaan Sumberdaya
Labuhanbatu. Perikanan di Selat Malaka
Sebagai Sumber Pertumbuhan
DAFTAR PUSTAKA Ekonomi Baru yang
Menguntungkan bagi Kedua
Negara. Makalah Simposium
Blaber, S.J.M., D.A. Milton, J. Pang, P. Kebudayaan Indonesia-Malaysia
Wong, Ong Boon- Teck, L. Nyigo Ke-X (SKIM X), 29-31 Mei
and D. Lubim. 1996. The life 2007.
history of the tropical shad
Tenualosa toli from Sarawak: first Kurniasih. 1999. Penuntun Proses
evidence of protandry in the Jaringan dan Atlas Histologi Ikan.
Clupeiformes?. Environmental Pusat Karantina Pertanian.
Biology of Fishes 46: 225-242. Departemen Pertanian. Jakarta. 50
halaman (tidak diterbitkan).
Blaber, S.J.M., D.A. Milton, D.T.
Brewer, and J.P. Salini. 2001. The Nasution, S. H. 2005. Karakteristik
shads (genus Tenualosa) of Reproduksi Ikan Endemik
tropical Asia: An overview of Rainbow Selebensis
their biology, status and fisheries. (Telamtherina celebensis
Proceeding of the International Boulenger) Di Danau Towuti.
Terubuk Conference. Sarawak Jurnal Perikanan Perikanan
Indonesia. Vol 11 : 2.
Effendie, M.I. 1979. Metoda Biologi
Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Pemerintah Republik Indonesia, 2001.
Bogor. 112 halaman. Peraturan Pemerintah Nomor 82
Tahun 2001 Tentang Pengelolaan
Efizon, D. 2013. Dokumentasi Pribadi Kualitas Air dan Pengendalian
Ikan Terubuk (Tenualosa ilisha) Pencemaran Air.
dari Perairan DAS Barumun,
Kabupaten Labuhanbatu. _____________ . 2005. Penuntun
Praktikum Biologi Perikanan.
Hoque, M., A, Takemura and K, Takano. Laboratorium Biologi Perikanan.
1997. Annual Changes in Oocyte Fakultas Perikanan dan Ilmu
Development and Serum Kelautan Universitas Riau.
Vitellogenin Level in the Pekanbaru, 71 halaman (tidak
Rabbitfish Siganus canaliculatus diterbitkan).
(Park) in Okinawa, Southern
Japan. Article Fisheries Science. Sutisna, D. H. Dan R. Sutarmanto. 1995.
64 (I), 44 Pembenihan Ikan Air Tawar.
Kanisius. Yogyakarta. 135
halaman.
10

Tang, U. M. Dan Affandi, R. 2001.


Biologi Reproduksi Ikan. Pusat
Penelitian Kawasan Pantai dan
Perairan Universitas Riau.
Pekanbaru. 153 halaman.

You might also like