You are on page 1of 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/308949805

PERAN SITOKIN DAN HORMON SELAMA PROSES MATERNAL RECOGNITION


OF PREGNANCY PADA TERNAK (Role of Cytokines and Hormones During of
Maternal Recognition of Pregnancy Process in Livestoc...

Article · April 2016

CITATIONS READS

0 2,687

3 authors, including:

Hafizuddin Hafizuddin
Syiah Kuala University
34 PUBLICATIONS   36 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Ristekdikti View project

Fundamental Ristekdikti View project

All content following this page was uploaded by Hafizuddin Hafizuddin on 21 July 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Ilmiah Peternakan 4 (1) : 29-36 (2016) ISSN : 2337-9294

PERAN SITOKIN DAN HORMON SELAMA PROSES MATERNAL


RECOGNITION OF PREGNANCY PADA TERNAK

Role of Cytokines and Hormones During of Maternal


Recognition of Pregnancy Process in Livestock

Hafizuddin1, Yusmadi2,3 dan Anwar4


1
Laboratorium Reproduksi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
2
Balai Pembibitan Ternak Unggul – Hijauan Makanan Ternak Indrapuri, Aceh
3
Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Almuslim, Bireuen
4
Loka Penelitian Kambing Potong, Sumatera Utara
e-mail: hafizuddin_umar@unsyiah.ac.id

ABSTRAK
Kebuntingan pada ternak berlangsung beberapa tahap, dimana setiap tahap dipengaruhi oleh mekanisme yang
sistematis. Mekanisme tersebut diataranya melibatkan sitokin dan hormon. Pada tulisan ini dibahas peran hormon
dan sitokin selama maternal recognition of pregnancy pada ternak. Sitokin yang diketahui terlibat selama maternal
recognition of pregnancy yaitu interferon tau (IFN-τ), sedangkan hormon yang terlibat mulai dari progesteron,
estrogen, dan prostaglandin. Secara eksperimental perlu adanya peningkatan penelitian dan pengembangan
informasi terkait peran sitokin dan hormon untuk pengembangan metode diagnosis kebuntingan dini pada ternak.
Kata kunci: Ternak, kebuntingan, interferon tau, steroid, prostaglandin

ABSTRACT
Pregnancy in livestock lasts several stages, where each stage is influenced by a systematic mechanism. The
mechanism involves among others cytokines and hormones. In this paper discussed the role of hormones and
cytokines during maternal recognition of pregnancy in livestock. Cytokines are known to be involved during the
maternal recognition of pregnancy is interferon tau (IFN-τ) while the hormones involved ranging from
progesterone, estrogen and prostaglandin. Experimentally the need for increased research and development
information related to the role of cytokines and hormones to the development of methods of early pregnancy
diagnosis in livestock.
Key words: livestock, pregnancy, interferon tau, steroid, prostaglandin

PENDAHULUAN Embrio yang sedang tumbuh


mensitensikan dan mensekresikan
Keberhasilan terjadinya kebuntingan
progstaglandin (PG) dan interferon tau
memerlukan embrio yang perkembangannya
(IFN-τ). Embrio melalui efek lokal pada
mulai blastosit, hatch zona pelusida dan
endometrium memperkenalkan kebuntingan
fungsi tropoblast berkembang. Embrio dini
kepada induk (Spencer et al., 2013).
harus menghasilkan material untuk
Pertumbuhan dan perkembangan embrio
mencegah luteolisis atau merubah fungsi
termasuk membran luar embrio pada
luteal untuk memelihara kebutingan. Embrio
mamalia sudah jelas membutuhkan
untuk dapat implantasi di uterus harus
progesteron (P4) yang mengatur diferensiasi
melewati 4 tahapan, yaitu; 1) berkembang
dan fungsi endometrium, pregnancy
baik dalam zona pelusida, 2) hatching
recognition signal, penerimaan implantasi
blastosit, 3) maternal recognition of
blastosit oleh uterus, dan interaksi embrio
pregnancy, dan 4) pembentukan membran
dengan uterus (Spancer dan Bazer, 2004).
luar embrio (Senger, 2005).
Bedasarkan permasalahan tersebut,
Maternal recognition of pregnancy
tulisan ini membahas mekanisme
merupakan tahapan yang diperlukan untuk
pengenalan kebuntingan pada induk ternak
melepas signal atau tanda kepada induk
dengan permodelan pada kuda, sapi, domba
untuk “menerima” keberadaan embrio.
dan babi. Pembahasan yang dikaji tentang
Maternal recognition of pregnancy secara
peranan dan mekanismenya kerja serta
sederhana dapat diartikan sebagai proses
ekspresi gen yang berhubungan langsung
pengenalan kebuntingan kepada induk pada
dengan sintesis dan sekresi IFN-τ.
masa kebuntingan dini.
29
Hafizuddin et al. (2016) Peran Sitokin dan...

PERAN SITOKIN biologi reproduksi maupun bioteknologi


reproduksi (Depamede, 2009).
Interferon tau dikenal merupakan
Interferon tau sebagai sinyal pengenal
sitokin yang karakteristik modus
kebuntingan yang disekresikan oleh embrio
operansinya bersifat parakrin dengan target
yang beraksi terhadap endometrium untuk
utama adalah sel-sel endometrium. Secara
menghambat mekanisme luteolisis (Bazer et
biokimiawi dan fisiologis IFN- τ mengubah
al., 2010). Interferon tau memiliki efek
metabolisme prostaglandin dan fungsi
antiluteolitik untuk menghambat transkripsi
sekretori sel-sel endometrium dengan
gen estrogen reseptor alpha (ESR1) pada
memicu sekresi beberapa protein. Interferon
domba dan gen oksitosin reseptor (OXTR)
tau juga memiliki kemampuan melakukan
pada sapi dan domba yang secara khusus
pengaturan respon imun melalui
ditemukan pada epitel lumen endometrium.
pengubahan proliferasi sel-sel imun seperti
Tidak adanya OXTR menghambat
leukosit, serta pengaturan produksi sitokin
endometrium melepaskan pulsa luteolitik
oleh sel-sel imun tersebut. Di bidang biologi
prostaglandin F2α (PGF2α), menjaga masa
reproduksi dan imunologi, IFN- τ ini telah
hidup corpus luteum (CL) dan produksi P4.
diteliti secara ekstensif pada beberapa tahun
Walaupun IFN-τ menghambat ekspresi
terakhir ini. Hasil-hasil penelitian tersebut
OXTR, tetapi tidak menghambat PTGS2,
telah mengarahkan para peneliti pada suatu
yang mana penting untuk meningkatkan PG
kesimpulan bahwa IFN- τ merupakan sitokin
sebagai regulasi penting kehidupan embrio
yang potensial untuk meningkatkan dan
selama kebuntingan dini (Dorniak et al.,
mengembangkan proses-proses manajemen
2011). Mekanisme embrio mensekresikan
reproduksi ternak melalui tata laksana
IFN-τ disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Skema ilustrasi efek hormon ovarium dan faktor-faktor dari endometrium dan
embrio (Dorniak dan Spencer, 2013)

30
Hafizuddin et al. (2016) Peran Sitokin dan...

Gambar 1 efek hormon dari ovarium akurat. Secara sosial-ekonomi, peternak


dan faktor-faktor dari endometrium dan dari dengan semakin cepat mengetahui ternaknya
trophectoderm embrio terhadap ekspresi bunting, maka akan timbul semangat dalam
gen-gen elogenasi dan implantansi pada pemberian nutrisi dan pakan yang mutu
epitel endometrium uterus domba selama tinggi. Karena keberhasilan dari proses
kebuntingan dini. Progesteron beraksi pada reproduksi bagi peternak mendapatkan
hari 8-10 dengan regulasi progesterone produksi 100%.
reseptor (PGR). Kehilangan PGR Pengetahuan terkait pengenalan
berkorelasi dengan diinduksi banyak gen di kebuntingan pada induk diperlukan dalam
lumen epitel (LE) dan superfisial glandula upaya pengembangan deteksi kebuntingan
epitel (sGE) endometrium, termasuk dini dan diagnosis kematian embrio dini
prostaglandin G/H synthase and pada ternak. Menurut Dorniak dan Spencer
glyclooxygenase (PTGS2) terhdap produksi (2013) bahwa sebagian besar kematian
PG pada siklus dan kebutingan domba. Jika embrio dini pada sapi terjadi selama tiga
domba bunting, akan disintensis minggu pertama setelah konsepsi,
trophectoderm dan sekresi PG serta IFN-τ khususnya selama periode kebuntingan pra-
yang beraksi terhadap endometrium pada sel implantasi. Oleh karena itu,diperlukan
spesifik dengan cara up-regulate adanya kajian yang terintergrasi dan
mengekspresi lebih banyak gen P4-induced informasi baru mengenai peran biologis P4,
menentukan fungsi endometrium dan atau prostaglandin dan IFN-τ terhadap fungsi
elogasi embrio (Dorniak dan Spencer, endometrium pada ternak.
2013).
Interferon tau pada ternak ruminansia PERAN HORMON
telah diketahui bahwa merupakan faktor
Untuk mempertahankan kebuntingan
yang sangat penting untuk keberhasilan
pada setiap spesies diperlukan mekanisme
kebuntingan. Interferon tau bekerja sebagai
kerja yang sinergis antara P4, IFNT dan PG.
sitokin antiluteolitik yang disekresikan oleh
Mekanisme tersebut merupakan regulator
tropoblas selama implantasi. Telah diketahui
yang mengatur pra-implantasi di
juga pada sapi sekitar 10-15% kegagalan
endometrium dan juga untuk pemeliharaan
kebuntingan disebabkan oleh tidak
kebuntingan pada ternak (Dorniak dan
cukupnya produksi (IFN- τ) untuk
Spencer, 2013).
mempertahankan CL (Depamede, 2009).
Mekanisme kerja IFN-τ pada mamalia
Progesteron
belum semua jelas diketahui (Spencer dan
Progesteron menstimulasi dan
Bazer, 2004). Mekanisme kerja IFN-τ pada
memelihara fungsi endometrium untuk
pengenalan kebuntingan pada induk salah
kebutuhan pertumbuhan embrio, implantasi,
satu dengan merubah rute PGF2α dalam vena
placentom dan perkembangannya. Pada
uterina ke lumen uterus. Penelitian ke depan
sapi, konsentrasi P4 pada kebuntingan dini
menarik untuk diketahui keberadaan PGF2α
nyata mempengaruhi daya tahan embrio
dalam lumen uterus apa dapat dijadikan
selama kebuntingan dini (Mann and
indikator kebuntingan dini.
Lamming, 2001). Pemberian suplemen P4
Interferon tau sudah diyakini
pada sapi selama kebuntingan dini
menginduksi dan meningkatkan ekspresi
meningkat ketahanan hidup embrio
sejumlah protein pada ternak bunting
(Beltman et al., 2009).
(Spencer dan Bazer, 2004). Penelitian ke
Rendahnya konsentrasi progesteron
depan menarik untuk diketahui ekspresi
kemungkinan akan berhubungan dengan
protein apa saja yang bisa dideteksi, yang
rendahnya fertilitas atau kematian embrio
selanjutnya dapat dikembangkan teknik
dini. Wolfenson (2006) mengatakan bahwa
diagnosis kematian embrio dini dan kit
rendahnya konsentrasi progesteron
deteksi kebuntingan dini yang murah dan
31
Hafizuddin et al. (2016) Peran Sitokin dan...

berhubungan dengan 2 masalah utama yakni fisologis induk dan memperpanjang daya
stres pada musim panas dan keseimbangan hidup CL di ovarium (Bazer et al., 1991
energi negatif. Kedua masalah tersebut disitasi Dorniak dan Spencer, 2013). Pada
merupakan masalah yang besar yang ternak, pengenalan kebuntingan memiliki
dihadapi oleh peternak saat ini. Oleh karena perbedaan antar spesies. Walaupun
itu penelitian ke depan, perlu dicari solusi demikian ada sedikit kesamaan dalam
dengan pemberian suplement dalam nutrisi mekanismennya.
reproduksi pada ternak seperti “Nutrisi Ibu
hamil” pada manusia. Nutrisi reproduksi Sapi
tersebut dapat dijadikan sebagai anti stres Mekanisme pengenalan kebuntingan
panas, suplemen dan imbuhan pakan. pada sapi, yang dimulai dengan hatching
blastosit pada hari 8-9, blastosit tumbuh dan
Estrogen memanjang dalam bentuk ovoid dan
Peranan estrogen dan reseptornya berfilamen pada hari ke 9-16. Embrio
dalam proses luteolisis belum diketahui mensekresi PG dan IFN-τ pada hari yang
dengan pasti, akan tetapi hasil penelitian diduga memberikan efek lokal terhadap
menunjukkan bahwa pemberian estrogen endometrium sebelum sebelum pengenalan
eksogen menstimulasi regresi luteal Hal kebuntigan pada induk yakni pada hari ke 16
tersebut menunjukkan bahwa estrogen kebuntingan. Efek dari IFN-τ terhadap
receptor alpha (Erα) berperan dalam proses endometrium menyebabkan sekresi PG
luteolisis yang berkaitan dengan penyiapan berkurang terhadap CL sehingga
proses implantasi embrio. Pada domba, menghambat aktifitas luteolisis (Spencer et
selama kebuntingan IFN-τ disekresikan al., 2013). Menurut Winkelman et al. (1999)
embrio diduga menghambat generator IFN-τ dihasilkan oleh jaringan tropoblas
ekspresi ERα dan OXTR pada lumen epitel. embrio sapi (bovine trophoblast tissue) pada
Disisi yang lain, pengaruh IFN-τ terhadap hari ke- 15 – 24 kebuntingan. Pada masa
ERα pada lumen epitel sapi bunting belum kebuntingan dini ada dua sinyal molekuler
diketahui. Hasil penelitian yang pernah yang penting (αvβ3 dan Erα) yang
dilaporkan bahwa pada sapi, pada hari ke-16 ditemukan pada fetomaternal antara saat
siklus estrus, estrogen menginduksi ekspresi hatching embrio dan implantasi (Johson et
ERα pada endometrium. Selanjutnya al., 2001). Integrin sangat diperlukan
dilaporkan pula bahwa infusi intrauterin sebagai media perlekatan antara sel-sel dan
dengan IFN–τ (Salfen et al., 1999; Kimmins matriks-matriks ekstraseluler dengan
et al., 2003). mempengaruhi tahap diferensiasi sel yakni
ketika sel-sel yang berdekatan saling
Prostaglandin mengirim sinyal masing-masing sel dan
Hasil penelitian sebelumnya pada terhadap lingkungannya (Hynes, 2002).
domba dengan konsep yang jelas bahwa PG
meregulasi ekspresi gen elugasi dan gen Domba
implantasi pada epitel endometrium Interferon tau pada domba
ruminansia selama kebuntingan dini dan disekresikan oleh embrio pada masa
keterlibatan pada elogasi konsepsi (Dorniak kebuntingan dini antara hari ke 10 dan 21
et al., 2011). Endometrium dan lumen (Fleming et al. 2001). Pada domba, embrio
uterus juga menghasilkan PG selama menghasilkan IFN-τ yang memperpanjang
kebuntingan dini (Ulbrich et al., 2009) fungsi luteal melebihi panjang siklus estrus
normal. Perpanjangan fungsi luteal tersebut
PROSES MATERNALRECOGNITION melalui blokade sintesis PGF2α dan
OF PREGNANCY PADA TERNAK mencegah luteolisis. Interferon tau
Pengenalan kebuntingan pada induk melemahkan sekresi pada sapi dan domba
secara fisiologik merupakan proses dimana melalui supresi transkripsi gen dan
embrio melepaskan sinyal kepada sistem menyandi reseptor estradiol dan oksitosin.
32
Hafizuddin et al. (2016) Peran Sitokin dan...

Pengurangan jumlah reseptor estradiol progesteron mencegah pelepasan PGF2α


selanjutnya mensupres ekspresi gen reseptor yang dimediasi oleh oksitosin (Siregar,
oksitosin. Progesteron memberikan efek 2010). Mekanisme IFN-τ dari embrio dalam
negatif terhadap reseptor estradiol dan menghambat proses luteolisis pada sapi dan
oksitosin. Kombinasi interferon dan domba disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Mekanisme IFN- τ dari embrio dalam mencegah proses luteolisis pada sapi dan
domba (Senger 2005)
Gambar 2 menjelaskan produksi IFN-τ perpindahan sekresi PGF2α ke dalam lumen
yang terjadi di sel tropoblas blastosit (sapi uterus untuk memelihara kebuntingan
dan kerbau). Interferon tau bekerja pada sel (Senger 2005).
endometrium uterus menghambat produksi
reseptor oksitosin sehigga oksitosin tidak Kuda
dapat menstimulasi sintesis PGF2α. Sebagai Mekanisme yang bertanggung jawab
tambahan, IFN- τ menyebabkan produksi dalam pengenalan kebuntingan pada kuda
protein dari glandula uteri. Tanda panah sangat kompleks. Produksi chorionic
pada glandula uterus mengindikasika gonadotropin (CG) tidak dapat dideteksi

33
Hafizuddin et al. (2016) Peran Sitokin dan...

sampai hari ke 35 kebuntingan. Terlihat progesteron yang dibutuhkan untuk


bahwa kuda bunting merubah rasio PGE-2 memelihara kebuntingan sampai kira-kira
versus PGF-2α dalam vena uterin dan bahwa hari ke 160, pada saat plasenta mengambil-
PGE-menstimulasi kontinuitas fungsi luteal alih sekresi progesteron untuk menjaga
sampai hari ke 35 kebuntingan. Sebagai kebuntingan. Efek lain dari CG selama
perbandingan kebuntingan kuda dengan pengenalan kebuntingan oleh induk adalah
primata, bahwa half-life pada primata mencegah masuknya noral makrofag
human choironic gonadotrophin (hCG) di kedalam CL. Telah diketahui, bahwa sel-sel
dalam darah dipertimbangkan lebih lama imun, khusunya makrofag berakumulasi di
dari pada luteanizig hormone (LH). Hal dalam CL selama luteolisis. Jumlah
tersebut disebabkan meningkatnya jumlah makrofag menigkat pada keseluruhan fase
asam amino dan karbohidrat pada sub unit luteal dan mencapai jumlah maksimum pada
hCG, yang menghasilkan aktivitas biologi. fase luteal akhir. “Penyelamatan” luteal
Pada kuda, CG memicu pertumbuhan folikel oleh CG berhubungan dengan pengurangan
dan pembentukan CL asesoris yang dapat jumlah jaringan makrofag (Siregar, 2010).
mencapai jumlah di atas 70 buah pada Mekanisme pengenalan kebuntingan pada
ovarium. Corpurs luteum asesoris kemudian kuda disajikan pada Gambar 3.
bertanggung jawab untuk kontinuitas sekresi

Gambar 3. Pengenalan kebuntingan pada induk kuda dengan proses embrio melakukan
migrasi antar uterus (Senger 2005)

Gambar 3 sebelah kanan. pengenalan Pengenalan kebutingan pada babi,


kebutingan pada induk kuda dengan sinyal embrio hadir di dalam uterus di antara
mekanisme embrio bermigrasi (berputar- hari ke 10-12 setelah kopulasi. Saat tersebut
putar) dalam uterus antara 5-20 menit sekali. blastosis mensintesi estrogen, yang bersifat
Migrasi embrio kemungkinan untuk luteotrofik pada spesies tersebut. Penemuan
mendistribusikan unsur-unsur kebuntingan terbaru menunjukan bahwa estradiol mampu
pada lapisan permukan endometrium. mengurangi sekresi PGF2α dan estradiol
Gambar 2 sebelah kanan, uterus kuda betina tersebut hadir pada vena uterus pada hari ke
umur kebuntingan 14 hari. Dalam uterus 12 setelah kopulasi (Siregar 2010).
ditemukan pada permukaan embrio Mekanisme pengalihan rute PGF2α oleh
berbentuk bola (C). Pada spesimen tersebut estrogen dalam mencegah proses luteolisis
terlihat embrio dan uterus setelah 14 hari pada babi disajikan pada Gambar 4.
fenomena migrasi embrio (Senger, 2005).

34
Hafizuddin et al. (2016) Peran Sitokin dan...

Gambar 4. Pengalihan rute PGF2α oleh estrogen untuk mencegah luteolisis pada babi (Senger,
2005)

Gambar 4 (kiri), menjelaskan bahwa KESIMPULAN


babi yang tidak bunting, oksitosin dari
Kebuntingan dapat terwujud jika
endometrium, hipofisa posterior dan CL
mekanisme pengenalan kebuntingan pada
meningkatkan sintesis PGF2α melalui
induk berlangsung sempurna. Proses
endometrium uterus. Penyebaran PGF2α
tersebut melibatkan sitokin dan hormonal
dengan konsentrasi tinggi di kapiler
serta fakto-faktor endometrium dan embrio
endometrium kemudian masuk ke vena uteri
yang dapat menghambat luteolisis sel luteal
untuk ditransportasikan ke ovarium dan
yang sudah terprogram pada mamalia.
menyebabkan luteolisis. Gambar 4 (kanan),
menjelaskan bahwa babi bunting, blastosit
DAFTAR PUSTAKA
menghasilkan estrogen yang menyebabkan
rute PGF2α dialihkan ke lumen uterus, yang Bazer FW, Spencer TE, Johnson GA, Burghardt RC,
Wu G. 2009. Comparative aspects of
dapat mencegah luteolisis. Seperti pada sapi,
implantation. Reproduction. 138:195-209.
oksitosin dihasilkan oleh CL dan hipofisa Beltman ME, Lonergan P, Diskin MG, Roche JF,
posterior pada masa kebuntingan babi Crowe MA. 2009. Effect of progesterone
(Senger, 2005). supplementation in the first week post conception
on embryo survival in beef heifers.
Theriogenology. 71:1173-1179.

67
Hafizuddin et al. (2016) Peran Sitokin dan...

Depamede SN. 2009. Peran interferon-tau (IFN-τ) Salfen BE, Cresswell JR, Xu ZZ, Bao B, Garverick
dalam penanganan reproduksi ternak ruminansia HA. 1999. Effects of the presence of a dominant
betina. Wartazoa. 19(4): 166-171. follicle and exogenous oestradiol on the duration
Dorniak P, Spencer TE. 2013. Biological roles of of the luteal phase of the bovine oestrous cycle. J.
progesterone, prostaglandins, and interferon tau in Reprod. Fertil. 115: 15-21.
endometrial function and conceptus elongation in Senger, P.L. 2005. Pathways to Pregnancy and
ruminants. Anim. Reprod. 10(3):239-251 Parturition. Washington State University
Dorniak P, Bazer FW, Spencer TE. 2011. Research & Technology Park. 2nd revised edition.
Prostaglandins regulate conceptus elongation and Current Conception Inc., Washington. pp 284-
mediate effects of interferon tau on the ovine 303.
uterine endometrium. Biol. Reprod. 84:1119- Siregar TN. 2010. Fisiologi Reproduksi Hewan
1127. Betina. Syiah Kuala University Press, Banda
Fleming JAGW, Choi Y, Johnson GA, Spencer TE, Aceh. Halaman : 76-93.
Bazer FW. 2001. Cloning of the ovine estrogen Spencer TE, Bazer FW. 2004. Conceptus signals for
receptor-α promoter and functional regulation by establishment and maintenance of pregnancy.
ovine interferon-τ. Endocrinology. 142: 2879- Reprod. Biol. Endocr. 2(49): 1-15.
2887. Spencer TE, Forde N, Dorniak P, Hansen TR,
Hynes RO. 2002. Integrins: Bidirectional, allosteric Romero JJ, Lonergan P. 2013. Conceptus-derived
signalling machines. Cell. 110: 673-687. prostaglandins regulate gene expression in the
Johnson GA, Bazer FW, Jaeger LA, Ka H, Garlow endometrium prior to pregnancy recognition in
JE, Pfarrer C, Spencer TE, Burghardt RC. 2001. ruminants. Reproduction.146:377-387.
Muc-1, integrin, and osteopontin expression Ulbrich SE, Schulke K, Groebner AE, Reichenbach
during the implantation cascade in sheep. Biol. HD, Angioni C, Geisslinger G, Meyer HH. 2009.
Reprod. 65: 820-828. Quantitative characterization of prostaglandins in
Kimmins S, Russell GL, Lim HC, Hall BK, Mac the uterus of early pregnant cattle. Reproduction.
Laren LA. 2003. The effects of estrogen, its 138:371-382
antagonist ICI 182, 780, and interferon-tau on the Wolfenson D. 2006. Factors Associated with Low
expression of estrogen receptors and integrin Progesterone Concentrations and their Relation to
alpha V beta 3 on cycle day 16 in bovine Low Fertility of Lactating Dairy Cows. Israel J.
endometrium. Reprod. Biol. Endocr. 1:38-48. Vet. Med. 61(2):1-7.
Mann GE, Lamming GE. 2001. Relationship between
maternal endocrine environment, early embryo
development and inhibition of the luteolytic
mechanism in cows. Reproduction. 121:175-180.

36

View publication stats

You might also like