You are on page 1of 16

Penyebab, Dampak, dan Pencegahan Inses (Murdiyanto dan Tri Gutomo)

5
PENYEBAB, DAMPAK, DAN PENCEGAHAN INSES
CAUSES, IMPACT, AND PREVENTION OF INSES

Murdiyanto dan Tri Gutomo


Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial (B2P3KS) Kementerian Sosial RI
Jl. Kesejahteraan Sosial No. 1 Sonosewu. DIY. Indonesia
Telp. (0274) 377265. Email: murdiyanto471@yahoo.com
Naskah diterima 4 Februari 2019, direvisi 8 Maret 2019, disetujui 9 April 2019
Abstract

Incest is the act of sexual relations with someone who comes from a close family, such as: father and daughter,
mother and son, grandfather with grandchildren, or among siblings. Incest is actually a sign or symptom that reflects the
existence of a problem in household life. Incest occurs due to internal factors (biological, psychological) and external
factors (family economy, low level of education and knowledge, and level of religious understanding, application of
rules, and unknown religious norms), as well as cultural conflicts due to technological development, poverty, and
unemployment. Impacts caused by incest include psychological disorders, medically incest children have the potential
to experience disability, victims are often blamed and get bad stigma, until adults incest victims will usually have low
self-esteem, depression, harbor feelings of guilt, difficulty believing others, fall into negative behavior, and have difficulty
building relationships with others. Prevention can be done through several stages, first: providing integrated services
to the general population objectively which is a target to prevent any possible occurrence of rape, in this case sexual
incest. Second: providing integrated services to vulnerable groups that are targeted to prevent the continuation of incest
issues. Third: provide integrated services to the perpetrators and victims of incest that is already known, to prevent
new incidents from occurring between the perpetrators and victims whose actions have been known. In addition, it is
necessary to strengthen faith by carrying out religious teachings correctly, strengthening empathy, filling leisure time with
creative-positive activities, distancing themselves from things that can arouse lust, providing supervision and guidance
to family members so that they can be controlled, and provide sex education early.

Keywords: Causes, Impacts, Countermeasures, Incest.

Abstract

Inses adalah tindakan hubungan seksual dengan seseorang yang berasal dari keluarga dekat, seperti: ayah dan
putrinya, ibu dan putranya, kakek dengan cucu, atau di antara saudara sekandung. Inses sebenarnya merupakan tanda
atau gejala yang mencerminkan adanya suatu masalah dalam kehidupan rumah tangga.Inses disebabkan karena faktor
internal (biologis, psikologis) dan faktor eksternal (ekonomi keluarga, tingkat pendidikan dan pengetahuan rendah,
serta tingkat pemahaman agama, penerapan kaidah, dan norma agama yang tidak diketahui), serta konflik budaya
karena perkembangan teknologi, kemiskinan, dan pengangguran.Dampak yang ditimbulkan oleh inses antara lain
gangguan psikologis, secara medis anak hasil hubungan inses berpotensi besar mengalami kecacatan, korban sering
disalahkan dan mendapat stigma buruk, sampai dewasa anak korban inses biasanya akan memiliki rasa harga diri
rendah, depresi, memendam perasaan bersalah, sulit mempercayai orang lain, terjerumus ke dalam perilaku negatif,
dan sulit membangun hubungan dengan orang lain.Pencegahan dapat dilakukan melalui beberapa tahap, pertama:
memberikan pelayanan terpadu pada populasi umum secara objektif yang merupakan target untuk mencegah segala
kemungkinan terjadinya perkosaan, dalam hal ini kekerasan seksual dalam inses. Kedua: memberikan pelayanan
terpadu pada kelompok-kelompok rentan yang menjadi target untuk mencegah keberlanjutan permasalahan inses.
Ketiga: memberikan pelayanan terpadu kepada pelaku serta korban inses yang sudah diketahui, untuk mencegah
insiden baru terjadi antara pelaku dan korban yang sudah diketahui perbuatannya.Di samping itu, perlu memperkuat
keimanan dengan menjalankan ajaran agama secara benar, memperkuat rasa empati,mengisi waktu luang dengan
kegiatan kreatif-positif, menjauhkan diri dari hal-hal yang dapat membangkitkan syahwat, memberikan pengawasan dan
bimbingan terhadap anggota keluarga sehingga dapat terkontrol, dan memberikan pendidikan seks sejak dini.

Kata kunci: Penyebab, Dampak, Penanggulangan, Inses.

51
Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial, Vol. 43, No. 1, April 2019, 51-66

A. SELAYANG PANDANG TENTANG putranya, kakek dengan cucunya, atau di antara


KASUS  INSES saudara sekandung. Perbuatan inses adalah
Hubungan seks sedarah (inses) dapat suatu penyimpangan seksual, pelampiasan hawa
terjadi kapan saja, dimana saja, dan dilakukan nafsu seksual yang sasarannya adalah anggota
oleh siapa saja. Berkaitan dengan insesyang keluarganya sendiri. Inses sebenarnya merupakan
terjadi di dalam suatu lingkungan keluarga yang tanda atau gejala yang mencerminkan adanya
seharusnya memberikan rasa aman, nyaman, suatu masalah dalam kehidupan rumah tangga,
penuh perlindungan, kasih sayang, dan perhatian atau dalam arti lain sebagai akibat dari keadaan
pada anak. Inses dapat terjadi disebabkan karena kehidupan dalam rumah tangga. Di samping itu,
berbagai faktor, antara lain faktor intern yang bisa juga disebabkan karena adanya dorongan
bersumber dari diri sendiri dan faktor ekstern yang seksual yang meletus, yaitu dorongan yang
disebabkan oleh pengaruh media dari luar dirinya. sangat kuat dan tidak tertahankan lagi, sehingga
Kejadian insesakan berdampak pada korban yang daya akal budi si pelaku menjadi gelap. Mereka
terkait berupa kehancuran secara fisik maupun tidak bisa memandang lagi siapapun orang itu,
psikologis, hal ini sangat berdampak pada dan jika hal ini terjadi maka akan merugikan baik
perkembangan khususnya bagi masa depannya sebagai pelaku maupun orang yang menjadi
(Anton Sinatra: 2003). korban. Berbagai masyarakat di dunia, larangan
Peristiwa inses sebenarnya telah terjadi terhadap inses tergantung dari tradisi budaya,
sejak dahulu kala, yaitu semenjak jaman nenek dan kadangkala larangan itu lebih berciri adat
moyang. Dalam sejarah tercatat, bahwa para raja kebiasaan daripada hukum normal. Pelanggaran
pada zaman Mesir Kuno dimana putra-putrinya terhadap larangan insesbiasanya dipandang
seringkali melakukan tingkahlaku inses dengan sebagai pelanggaran sangat berat, khususnya
motiv tertentu, hal ini sangat dimungkinkan dalam apabila hal ini terjadi antara kakek-cucu, orangtua
upaya untuk meningkatkan kualitas generasi dan anak, serta antara saudara kandung.
penerusnya. Para bangsawan Mesir Kuno Tindakan yang harus diambil bagi mereka
banyak melakukan perkawinan dengan saudara yang terjebak dalam penyimpangan seksual,
kandung (sesusuan), dengan maksud untuk yaitu: hendaknya memikirkan dan merefleksikan
mendapatkan keturunan berdarah murni dan dengan baik segala perbuatannya dan
melanggengkan  kekuasaan. mempertanggungjawabkan segala perbuatannya
Hubungan seks/perkawinan sedarah atau baik terhadap dirinya maupun di hadapan Tuhan.
inses merupakan salah satu bentuk penyimpangan Berusaha meningkatkan komunikasi yang penuh
seksual yang sering terjadi dalam kehidupan kasih antar anggota keluarga, terutama antara
keluarga. Penyimpangan terjadi disebabkan ayah, ibu, dan anak. Keakraban dalam keluarga
karena berbagai faktor, dan hubungan ini sangat justru akan mengalirkan cintakasih yang baik
mengganggu kehidupan bersama dalam suatu dalam keluarga, sehingga menumbuhkan sikap
keluarga. Apabila peristiwa seperti ini dibiarkan jujur terhadap diri sendiri termasuk segala gejolak
dan berlangsung secara terus menerus, maka yang terjadi dalam dirinya. Selain itu, menghayati
akan menimbulkan kekacauan dalam kehidupan ajaran agama dengan baik akan menumbuhkan
moral, dan lebih jauh lagi akan menumpulkan iman yang baik pula, karena dengan penghayatan
suara hati manusia yang benar. Perbuatan inses nilai-nilai keimanan memiliki peran penting
tidak sedap didengar dan merusak masa depan dalam proses membenahi diri, sehingga segala
para korban, karena mereka akan mengalami perbuatan yang dilakukan banyak dipengaruhi
kesuraman, stress, bahkan ada yang beranggapan oleh penghayatan agama tersebut.
sudah tidak mempunyai makna hidup lagi. Studi yang dilakukan Lembaga
Inses adalah tindakan hubungan seksual Perlindungan Anak (LPA) Jawa Timur (2000),
dengan seseorang yang berasal dari keluarga berhasil mengungkap bahwa pelaku tindak
dekat, seperti: ayah dan putrinya, ibu dan perkosaan ternyata tidak selalu penjahat (preman
kambuhan) atau orang yang tidak dikenal

52
Penyebab, Dampak, dan Pencegahan Inses (Murdiyanto dan Tri Gutomo)

korban, tetapi acapkali pelakunya adalah orang meninggal sejak memiliki bayi yang baru berusia
yang sudah dikenal baik oleh korban, seperti: tiga tahun (ANTARANews, 3 Agustus 2008).
tetangga, saudara, kerabat, guru, kakek, bahkan Kasus yang menimpa John Deaves, dimana
ayah kandung korban sendiri. Dari 312 kasus selama 30 tahun meninggalkan sang istri dan
perkosaan yang berhasil diidentifikasi dari berita anaknya (jenny) yang masih berusia satu tahun.
media massa selama tahun 1996-1999 di Jawa Kembalinya sang ayah, ternyata dia langsung jatuh
Timur, sebesar 10,4 persen pelakunya ternyata cinta pada anak kandungnya sendiri yang sudah
adalah ayah kandung. Tidak mustahil apabila berusia 31 tahun. Anehnya, hal yang sama juga
jumlah kasus inses yang sebenarnya jauh lebih dirasakan oleh anaknya Jenny. Jenny mengaku
besar daripada yang diekspos media massa. hal pertama ia melihat ayahnya sebagai laki-laki,
Selain itu, secara persentase jumlah kasus inses dan hal kedua barulah sebagai ayah.
dapat disebutkan: ayah dengan putrinya sebesar Kasus yang menimpa terhadap enam anak
85 persen, kakek dengan cucu perempuan yang menjadi korban inses di Nusa Tenggara
sebesar 5 persen, ayah dengan putranya sebesar Barat oleh ayah kandung yang dilakukan sejak
5 persen, ibu dengan putranya sebesar 4 persen, masih anak-anak. Bahkan kelima dari enam yang
dan ibu dengan putrinya sebesar 1 persen (Luthfi menjadi korban masing-masing sudah memiliki
Seli Fauzi: 2009). satu orang anak. Kasus yang menimpa korban
Kasus inses (berupa perkosaan) korbannya inses tersebut karena kondisi di dalam keluarga,
sebesar90 persen adalah anak perempuan. salah satunya karena ditinggal oleh ibunya keluar
Pelakunya secara keseluruhan (100 persen),adalah negeri menjadi tenaga kerja wanita (TKW). Akibat
laki-laki yang merupakan orang dekat korban ditinggal ibu menjadi TKW, membuat orangtua
(ayah, paman, kakak). Hampir semua pelaku laki-laki melampiaskan nafsu bejatnya ke anak
adalah orang-orang yang tingkat ekonomi serta perempuan. Masalah lain karena persoalan
pendidikannya rendah. Angka ini diyakini tidak kemiskinan dan infrastruktur rumah, dimana para
menunjukkan jumlah sebenarnya, karena masih korban tinggal dengan orangtua laki-lakinya yang
banyak kasus inses yang tidak dilaporkan kepada hanya memiliki satu kamar tidur.
aparat penegak hukum. Setiap hari, makin banyak panti perlindungan
Perilaku kasus insesdi Indonesia telah anak yang isinya bukan anak yatim atau piatu,
banyak ditemukan sejak tahun 2008, seperti yang tetapi anak yang tidak teridentifikasi siapa
tertera bahwa sebesar 73 persenanak perempuan orangtuanya. Angka korban kejahatan seksual
menjadi korban, sementara sebesar 27 persen juga semakin tinggi. Anak yang kehamilannya
anak laki-laki menjadi korban. Jenis kekerasan tidak diinginkan coba digugurkan, dikasih obat
seksual yang sering terjadi di Indonesia pada peluntursehingga di beberapa panti mungkin 50
tahun 2013 (Komnas PA), meliputi: sodomi persen anak lahir dengan kecacatan tertentu.
52 kasus (9,71 persen), perkosaan 280 kasus Data dari Kementerian Sosial, pada tahun 2014
(52,34 persen), pencabulan 182 kasus (34,02 terjadi 909 kasus kejahatan seksual di 34 provinsi,
persen), dan inses21 kasus (3,93 persen). Kasus dengan jumlah pelaku 1.137 orang dan jumlah
yang terjadi padainses dapat digolongan dalam korban sebanyak 1.229 orang. Usia pelaku paling
kategori seductive rape sangat banyak terjadi, tua 100 tahun, termuda enam tahun, danusia
namun hanya sedikit yang terungkap. Pada tahun korban paling muda 18 bulan.
2008, di Jambi terdapat inses antara ibu dan Kasus kejahatan seksual paling banyak
anak kandungnya sendiri yang mengakibatkan terjadi di Aceh (119 kasus), Jawa Timur (105),
kehamilan. Anak kandung yang melakukan inses Jawa Barat (73), Jakarta, dan Sumatera Selatan
dengan ibunya pada waktu itu masih berusia 16 (53). Wilayah yang paling rendah kasus kejahatan
tahun. Kasus ini diketahui oleh masyarakat setelah seksual yakni Gorontalo, Maluku, NTB, Papua
ibu tersebut hamil, padahal dia adalah seorang Barat, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tenggara
janda yang telah ditinggal oleh suaminya karena (empat kasus), serta di Kalimantan Utara (satu
kasus).Empat jenis kejahatan seksual paling

53
Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial, Vol. 43, No. 1, April 2019, 51-66

banyak selama 2014 yakni pemerkosaan (340 bertindak terhadap korbanuntuk mendapatkan
kasus), pencabulan (254), suka sama suka solusi yang baik, terlebih pada kasus-kasus
(122), dan inses atau hubungan seksual sedarah kekerasan seksual ini yang korbannya adalah
(81). Masalah darurat pornografi tidak hanya di wanita serta anak-anak.
Indonesia, di Inggris hal yang sama juga terjadi. Setiap tahun kekerasan terhadap anak
Siapapun orangnya, menjadi korban selalu meningkat. Data Komisi Nasional
kejahatan adalah sesuatu hal yang tidak pernah Perlindungan Anak (KNPA) dalam tiga tahun
diinginkannya. Dalam kasus kekerasan seksual terakhir menunjukkan data yang terus meningkat,
seringkali pelakunya adalah orang yang dekat yaitu tahun 2012 terdapat 1.383 kasus, tahun2013
dengan kehidupan sehari-harinya. Dengan kata tercatat 2.792 kasus, dan per-April 2014 jumlah
lain, sebelumnya telah dikenal oleh si korban, pengaduan telah mencapai jumlah 3.023 kasus.
bahkan mungkin sangat dekat sekali atau bisa Dari jumlah tersebut, menurut jenisnya kekerasan
jadi pelaku adalah salah satu dari anggota seksual merupakan salah satu jenis kekerasan
keluarganya juga. Menurut Rita Serena Kalibonso yang mendominasi terjadi pada anak-anak. Data
(Direktur Eksekutif Mitra Perempuan, Yayasan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)
Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan): mencatat kekerasan seksual terhadap anak dari
“Jika pelaku memiliki hubungan keluarga dengan 2012 sampai 2013 meningkat sebesar 30 persen
korban, apalagi ia adalah ayah korban sendiri, dan selama tiga tahun terakhir, rata-rata lebih dari
makin sulit untuk menjangkau korban apalagi 45 anak mengalami kekerasan seksual setiap
memprosesnya secara hukum.Ibu korban juga bulannya. Jenis kekerasan seksual yang dialami
sulit diharapkan membantu, karena takut kepada anak yang paling banyak terjadi dalam bentuk
suami dan keluarga. Padahal dalam proses sodomi, pemerkosaan, pencabulan, serta inses.
hukum, seorang anak yang berusia kurang dari Beberapa kasus yang terjadi dalam inses
12 tahun harus didampingi oleh orangtua atau dapat digolongan dalam kategori seductive rape
wali”. Situasi diperparah dengan ideologi “jaga sangat banyak terjadi, namun hanya sedikit yang
praja” atau menjaga ketat kerahasiaan keluarga, terungkap. Pada tahun 2008, di Jambi juga terdapat
khususnya dalam budaya Jawa “membuka aib inses antara ibu dan anak kandungnya sendiri
dalam keluarga, berarti membuka aib sendiri”. yang mengakibatkan kehamilan pada si ibu. Anak
Situasi demikian, menurut Harkristuti Harkrisnowo kandung yang melakukan inses dengan ibunya
menyebabkan tingginya the dark number karena berusia 16 tahun pada waktu itu (ANTARANews,
tidak dilaporkan. 3 Agustus 2008). Di Bengkulu sendiri pada tahun
Melihat pada proporsi yang sebenarnya, 2009 sebanyak satu kasus, dan pada tahun 2010
setiap kejahatan termasuk kekerasan seksual terdapat empat kasus inses yang terjadi (Media
adalah sebagai hasil interaksi antara pelaku dan Indonesia.com, 8 Maret 2011).
korban. Tanpa bermaksud memberatkan atau Sepanjang tahun 2005-2010, beberapa
menyudutkan korban, pada beberapa kejahatan kasus inses terungkap di Aceh. Tahun 2009,
kita sering melihat bahwa korban sering juga beberapa kasus terungkap di Kecamatan
berperan memicu terjadinya kejahatan yang Nisam, Aceh Utara, seorang anak diperkosa dan
menimpanya. Perannya ini terlepas dari disadari dibawa lari oleh abang iparnya, Kemudian, di
atau tidak disadari, secara langsung maupun tidak lain tempat (tapi masih di Aceh) ada juga inses
langsung. Meskipun demikian, dalam kedudukan yang dilakukan oleh ayah tirinya yang berusia
sebagai korban, kita juga dapat melihat bahwa 25 tahun berulangkali pada anak tirinya yang
korban adalah pihak yang mengalami penderitaan masih berusia 15 tahun, serta ada juga yang
dan kerugian atas perbuatan yang dilakukan si memperkosa anak tirinya yang berusia 17 tahun.
pelaku kejahatan. Sehubungan dengan hal itu, Pada tahun 2010, di Aceh juga terjadi inses
untuk mencerahkan permasalahan korban secara antara ayah tiri (32 tahun) memperkosa anak
utuh guna mencari landasan dalam bersikap dan tirinya yang berusia 14 tahun. Di Sumatera Utara,
juga ditemukan inses antara anak di bawah umur

54
Penyebab, Dampak, dan Pencegahan Inses (Murdiyanto dan Tri Gutomo)

dengan ayahnya yang mengakibatkan anaknya hubungan seksual yang dilakukan oleh orang-
hamil hingga 26-28 minggu yang pada akhirnya orang yang tidak memiliki hubungan darah, namun
terdakwa dijatuhi hukuman 15 tahun penjara dan karena adanya ikatan perkawinan. Biasanya
dikenakan kurungan tambahan tiga bulan penjara antara ayah dengan anak perempuannya, ibu
atau denda Rp. 60.000.000,00. Kasus inses dengan anak laki-lakinya, atau antara saudara
di Indonesia dilaporkan dan diproses dengan kandung atau saudara tiri. Pengertian ini lebih
hukuman terhadap pelaku selama-lamanya 9 bersifat sosioantropologis daripada biologis.
tahun untuk korban satu orang, dan 11–15 tahun Hubungan sedarah ini diketahui berpotensi tinggi
jika korbannya dibawah umur dan lebih dari satu menghasilkan keturunan yang secara biologis
orang, hal ini didasarkan menurut kitab undang- lemah baik secara fisik maupun mental (cacat)
undang hukum pidana.1 (KPAI, 2014). atau bahkan letal (mematikan).
Secara umum pengertian inses adalah
B. PENGERTIAN INSES hubungan seksual di antara anggota keluarga yang
Inses berasal dari kata lain cestus yang masih memiliki hubungan darah atau disebut juga
berarti murni, insesus berarti tidak murni. Inses dengan hubungan sumbang. Inses juga sering
adalah hubungan badan atau hubungan seksual diartikan sebagai hubungan seksual yang terlarang
yang terjadi antara dua orang yang mempunyai antara kerabat dekat. Kamus Inggris-Indonesia,
ikatan pertalian darah atau istilah genetiknya in mengartikan inses sebagai hubungan seks antara
breeding. Secara ringkas inses adalah hubungan sanak keluarga atau anggota keluarga sendiri yang
seksual yang terjadi antar anggota keluarga. dilarang oleh hukum maupun adat, atau  larangan
Pelaku adalah orang yang lebih dewasa (lebih berhubungan seksual antara anggota keluarga
berkuasa) dan korbannya adalah anak-anak, yang umumnya disebabkan hubungan sedarah.
yang sering terjadi adalah pada anak tiri dengan Namun pengertian hubungan inses maupun ruang
bapak tiri. Inses terjadi karena saling suka atau lingkupnya belum merupakan pengertian yang
saling cinta, dan juga dapat terjadi karena adanya baku di dalam masyarakat. Karena sesungguhnya
sifat paksaan (Julia Fany: 2012). batasan-batasan inses ini sangatlah bervariasi
Inses adalah hubungan seksual yang baik menurut pandangan agama, sosial-budaya,
dilakukan oleh individudi dalam sebuah keluarga hukum, adat, bahkan kelas sosial. 
dengan anggota keluarga lainnya, baik itu ayah Inses biasanya terjadi antara saudara laki-
dengan anak, ibu dengan anak, kakek dengan laki dengan adik kandung atau tiri, ayah dengan
cucu, kakak dengan adik. Sebagian termasuk anak kandung atau anak tiri, ayah dengan anak
kedalam kejahatan atau penganiayaan seksual, angkat atau anak adopsi, kakek dengan cucu,
dimana perilaku seksual yang dilakukan dapat paman dengan keponakan kandung atau tiri dan
berupa penganiayaan secara fisik, maupun non laki-laki lain yang sudah seperti keluarga, yang
fisik, oleh orang yang lebih tua atau memiliki posisinya dipercaya. Pengertian yang luas dari
kekuasaan yang bertujuan untuk memuaskan inses juga mencakup hubungan seksual yang
hasrat seksual pelakunya. dilakukan oleh orang yang diberikan kepercayaan
Hubungan seks sedarah (inses) merupakan untuk mengasuh seseorang, misalnya guru
hubungan saling mencintai yang bersifat seksual terhadap murid atau pendeta/ulama terhadap
yang dilakukan oleh pasangan yang memiliki anak asuhnya dan lain-lain. Pada dasarnya,
ikatan keluarga (kekerabatan) yang dekat. Inses hubungan inses yang paling umum terjadi yaitu
terjadi karena saling suka atau saling cinta, dan antara anggota keluarga antara anak dengan ayah
juga dapat terjadi karena adanya sifat paksaan. kandung atau tiri, maupun antar anak dengan ibu
Dari jaman dahulu inses dianggap suatu hal yang kandung atau tiri,  dan antara saudara kandung
tidak patut dilakukan dalam kehidupan masyarakat
C. PENYEBAB INSES
pada umumnya. Inses juga dapat terjadi dalam
Faktor-faktor penyebab terjadinya inses
1 Davit setyawan, inses terhadap anak : banyak
terjadi, sedikit terungkap, KPAI 23 Januari 2014. dapat dikelompokkan kedalam dua bagian besar,

55
Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial, Vol. 43, No. 1, April 2019, 51-66

yaitu faktor internal dan eksternal. Akibatnya, tayangan televisi, VCD,


1. Faktor Internal, meliputi: a) biologis, dan berita di koran atau majalah yang
yaitu dorongan seksual yang terlalu sering menampilkan kegiatan seksual
besar dan ketidakmampuan pelaku inses serta tindak kekerasannya dapat
untuk mengendalikan nafsu seksnya, menjadi model bagi mereka yang tidak
dan b) psikologis, yaitu pelaku memiliki bisa mengontrol nafsu birahinya.
kepribadian yang menyimpang seperti 2. Kemiskinan, meskipun inses dapat terjadi
minder, tidak percaya diri, kurang dalam segala lapisan ekonomi, secara
pergaulan atau menutup diri dari khusus kondisi kemiskinan merupakan
lingkungan pergaulan, menarik diri dari suatu rantai situasi yang sangat potensial
pergaulan sosial dengan masyarakat. menimbulkan inses. Sejak krisis 1998,
2. Faktor Eksternal, meliputi: a) ekonomi tingkat kemiskinan di Indonesia semakin
keluarga, dimana masyarakat dengan tinggi, banyak keluarga miskin hanya
tingkat ekonomi rendah atau mempunyai memiliki satu petak rumah. Tidak dapat
keterbatasan pendapatan untuk bermain membedakan mana kamar tidur, kamar
di luar lingkungan mereka, sehingga tamu, atau kamar makan yang ada
mempengaruhi cara pandang dan merupakan satu atau dua kamar dengan
mempersempit ruang lingkup pergaulan, multifungsi. Tidak pelak lagi, kegiatan
b) tingkat pendidikan dan pengetahuan seksual terpaksa dilakukan di tempat
rendah, dan c) tingkat pemahaman yang dapat ditonton anggota keluarga
agama serta penerapan akidah dan lain. Tempat tidur anak dan orangtuanya
norma agama yang tidak mereka ketahui sering tidak ada batasnya lagi, ayah yang
atau tidak dipahami (Julia Fany: 2012). tidak mampu menahan nafsu birahinya
mudah terangsang melihat anak
Ada beberapa penyebab atau pemicu
perempuannya tidur. Situasi semacam ini
timbulnya inses, akar dan penyebab tersebut
memungkinkan terjadinya inses apabila
tidak lain adalah karena pengaruh aspek struktur,
ada kesempatan.
yakni situasi dalam masyarakat yang semakin 3. Pengangguran, dimana kondisi krisis
kompleks. Kompleksitas situasi menyebabkan juga mengakibatkan banyak terjadinya
ketidakberdayaan pada diri individu, khususnya PHK yang berakibat banyak orang yang
apabila ia seorang laki-laki (notabene cenderung menganggur. Dalam situasi sulit mencari
dianggap dan menganggap diri lebih berkuasa) pekerjaan, sementara keluarga butuh
akan sangat terguncang, dan menimbulkan makan, tidak jarang suami istri banting
ketidakseimbangan mental-psikologis. Dalam tulang bekerja seadanya. Dengan
ketidakberdayaan tersebut, tanpa adanya iman kondisi istri yang jarang di rumah (apalagi
sebagai kekuatan internal/spiritual, seseorang menjadi TKW), membuat sang suami
akan dikuasai oleh dorongan primitif, yakni kesepian dan mencari hiburan di luar
rumahpun butuh biaya. Tidak menutup
dorongan seksual ataupun agresivitas. Faktor-
kemungkinan anak yang sedang dalam
faktor struktural tersebut antara lain:
kondisi bertumbuh menjadi sasaran
1. Konflik budaya, dimana perubahan sosial
pelampiasan nafsu birahi ayahnya (Luthfi
terjadi begitu cepatnya seiring dengan
Seli Fauzi: 2009).
perkembangan teknologi. Alat komunikasi
seperti radio, televisi, VCD, HP, koran, Inses dapat terjadi karena berbagai hal,
dan majalah telah masuk ke seluruh antara lain:
pelosok wilayah Indonesia. Seiring 1. Kemiskinan yang absolut, menyebabkan
dengan itu, masuk pula budaya-budaya seluruh anggota keluarga suami-istri
baru yang sebetulnya tidak cocok dengan dan anak-anak tidur dalam satu tempat
budaya dan norma-norma setempat. tidur. Bila dalam satu waktu, seorang
Orang dengan mudah mendapat berita ayah bersentuhan dengan anak
kriminal seks melalui tayangan televisi perempuannya yang masih gadis, maka
maupun tulisan di koran dan majalah. ada kemungkinan salah satunya bisa

56
Penyebab, Dampak, dan Pencegahan Inses (Murdiyanto dan Tri Gutomo)

terangsang dan akhirnya terjadi hubungan membangkitkan naluri birahi juga ikut
seksual, paling tidak kontak  seksual. berperan dalam hal ini.
2. Kurang pergaulan, hal ini bisa terjadi Penyebab inses menurut Kartini Kartono
karena adanya larangan pada anggota (1989) disebabkan ruangan rumah yang tidak
keluarganya untuk bergaul dengan memungkinkan orangtua, anak, dan saudara
dunia luar. Ada keluarga tertentu yang pisah kamar. Sedangkan hubungan inses antara
melarang anggota keluarganya menikah ayah dengan anak perempuan dapat terjadi
dengan yang ada di luar kalangannya.
sehubungan dengan keberadaan penyakit mental
Ini bertujuan untuk memastikan harta
yang serius pada pihak ayah. Inses banyak
yang dimiliki tidak keluar dari keluarga
terjadi di kalangan rakyat yang tingkat sosial
besarnya. Ada kemungkinan juga, mereka
mengharapkan supaya keturunannya ekonomi yang rendah. Jenis inses berdasarkan
lebih asli sebagai bangsawan. penyebabnya antara lain: a) inses yang terjadi
secara tidak sengaja, misalnya kakak adik laki-
3. Salah satu anggota keluarga tidak
berfungsi secara seksual. Pada inses laki perempuan yang tidur sekamar, bisa tergoda
antara ayah dan anak perempuannya, melakukan eksperimental seksual sampai terjadi
cukup sering terjadi karena ibunya tidak inses. b) inses akibat psikopatologi berat, hal
berfungsi, misalnya seorang ibu yang ini biasa terjadi antara ayah yang alkoholik atau
invalid atau sakit berat, maka seluruh psikopat dengan anak perempuannya.
kebutuhan seksual sang ayah tertuju Secara sosial, inses disebabkan antara lain
pada anak perempuannya. ruangan dalam rumah yang tidak memungkinkan
Selain beberapa faktor di atas, Lustig orangtua, anak, atau sesama saudara pisah
(Sawitri Supardi, 2005) mengemukakan faktor kamar. Hubungan antara orangtua dan anak
lain, yaitu: dapat pula terjadi karena kondisi psikologis yang
1. Keadaan terjepit, dimana anak kurang sehat pada individu yang terlibat. Bentuk
perempuan menjadi figur perempuan umum yang sering terjadi adalah hubungan
utama yang mengurus keluarga dan sedarah antara laki-laki dan adik perempuan,
rumah tangga sebagai pengganti ibu. antara lain dipicu rendahnya kualitas tatanan
2. Kesulitan seksual pada orangtua, moral dalam keluarga, atau eksperimen seksual
ayah tidak mampu mengatasi karena kebutuhan rasa ingin tahu tentang seks,
dorongan  seksualnya. dan seksualitas di antara saudara sekandung
3. Ketidakmampuan ayah untuk mencari berlawanan jenis dalam kisaran usia remaja mula.
pasangan seksual di luar rumah karena Beberapa budaya juga mentoleransi inses kepada
kebutuhan untuk mempertahankan beberapa kepentingan tertentu.
facade kestabilan sifat patriachatnya. Alasan anggota keluarga melakukan inses,
4. Ketakutan terhadap perpecahan keluarga antara lain:
yang memungkinkan beberapa anggota 1. Ayah sebagai pelaku, kemungkinan
keluarga untuk lebih memilih desintegrasi mengalami masa kecil yang kurang
struktur daripada pecah sama sekali. menyenangkan/latar belakang keluarga
5. Sanksi yang terselubung terhadap ibu yang kurang harmonis, bahkan
yang tidak berpartisipasi dalam tuntutan mungkin saja pelaku merupakan korban
peranan seksual sebagai istri. penganiayaan seksual dimasa kecilnya.
6. Pengawasan dan didikan orangtua yang Pelaku cenderung memiliki kepribadian
kurang karena kesibukan mencari nafkah yang tidak matang, pasif, dan cenderung
dapat melonggarkan pengawasan oleh tergantung pada orang lain. Kurang dapat
orangtua bisa terjadi  inses. mengendalikan diri/hasratnya, kurang
dapat berfikir secara realistis, cenderung
7. Anak remaja yang normal, mereka
pasif-agresif dalam mengekspresikan
memiliki dorongan seksual begitu
emosinya, dan kurang memiliki rasa
tinggi karena pengaruh tayangan yang
percaya diri. Selain itu, kemungkinan

57
Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial, Vol. 43, No. 1, April 2019, 51-66

pelaku adalah pengguna alkohol atau Tower, 2002), korban yang mengalami kekerasan
obat-obatan terlarang lainnya. Sebagai membutuhkan waktu satu hingga tiga tahun
seorang ayah, seharusnya dapat berfikir untuk terbuka pada orang lain. Finkelhor dan
secara logis apa yang akan terjadi jika Browne (dalam Tower, 2002) menggagas empat
melakukan hubungan seks sedarah. jenis dari efek trauma akibat kekerasan seksual/
2. Ibu sebagai pelaku penganiayaan seksual inses,  yaitu:
cenderung memiliki tingkat kecerdasan 1. Betrayal (penghianatan). Kepercayaan
yang rendah dan mengalami gangguan merupakan dasar utama bagi korban
emosional. Ibu tersebut lebih cenderung kekerasan seksual/inses. Sebagai
didorong oleh keinginan adanya anak individu percaya kepada orangtua
figur pria lain dalam kehidupannya, dan kepercayaan itu dimengerti dan
karena kehadiran suami secara fisik dipahami. Namun, kepercayaan anak
maupun emosional dirasakan kurang, dan otoritas orangtua menjadi hal yang
sehingga ia berharap anak laki-lakinya mengancam anak.
dapat memenuhi keinginan yang tidak 2. Traumatic sexualization (trauma secara
didapatkan dari  suaminya. seksual). Russel (dalam Tower, 2002)
3. Saudara kandung sebagai pelaku, menemukan bahwa perempuan yang
dimana kakak korban yang melakukan mengalami kekerasan seksual cenderung
penganiayaan seksual biasanya menolak hubungan seksual, dan
menirukan perilaku orangtuanya, atau sebagai konsekuensinya menjadi korban
memiliki keinginan mendominasi/ kekerasan seksual dalam rumah tangga.
menghukum adiknya. Selain itu, Finkelhor (dalam Tower, 2002) mencatat
penganiayaan seksual mungkin pula bahwa korban lebih memilih pasangan
dilakukan oleh orangtua angkat/tiri, atau sesama jenis karena menganggap laki-
orang lain yang tinggal serumah dengan laki tidak dapat dipercaya.
korban. Semua anak laki-laki yang 3. Powerlessness (merasa tidak berdaya).
bertumbuh dewasa, naluri birahinya Rasa takut menembus kehidupan korban.
dengan sendirinya akan matang. Insting Mimpi buruk, fobia, dan kecemasan
seksualnya dan fungsi kinerja otakpun dialami oleh korban disertai dengan
ditentang, tetapi bisa dikendalikan, karena rasa sakit. Perasaan tidak berdaya
nafsu birahi tidak boleh dipuaskan secara mengakibatkan individu merasa lemah.
sembarangan (Luthfi Seli Fauzi:  2009). Korban merasa dirinya tidak mampu dan
Kasus yang menimpa John Deaves, dimana kurang efektif dalam bekerja. Beberapa
selama 30 tahun meninggalkan sang istri dan korban juga merasa sakit pada tubuhnya.
anaknya (jenny) yang masih berusia satu tahun. Sebaliknya, pada korban (Universitas
Kembalinya sang ayah, ternyata dia langsung jatuh Sumatera Utara) lain memiliki intensitas
cinta pada anak kandungnya sendiri yang sudah dan dorongan yang berlebihan dalam
berusia 31 tahun. Anehnya, hal yang sama juga dirinya (Finkelhor dan Browne, Briere
dirasakan oleh anaknya Jenny. Jenny mengaku dalam Tower, 2002).
hal pertama ia melihat ayahnya sebagai laki-laki, 4. Stigmatization. Korban kekerasan
dan hal kedua barulah sebagai ayah. seksual merasa bersalah, malu,
memiliki gambaran diri yang buruk.
D. DAMPAK INSES Rasa bersalah dan malu terbentuk
akibat ketidakberdayaan dan merasa
Kebanyakan korban inses merasakan
bahwa mereka tidak memiliki kekuatan
kriteria psychological disorder yang disebut untuk mengontrol dirinya. Korban
post-traumatic stress disorder (PTSD), simtom- sering merasa berbeda dengan orang
simtomnya berupa ketakutan yang intens terjadi, lain, dan beberapa korban marah pada
kecemasan yang tinggi, emosi yang kaku setelah tubuhnya akibat penganiayaan yang
peristiwa traumatis. Beitch-man et al (dalam dialami. Korban lainnya menggunakan

58
Penyebab, Dampak, dan Pencegahan Inses (Murdiyanto dan Tri Gutomo)

obat-obatan dan minuman alkohol untuk 12. Kecelakaan di kamar mandi


menghukum tubuhnya, menumpulkan 13. Menyebut bagian tubuh pribadi dengan
inderanya, atau berusaha menghindari kata-kata baru/asing yang tidak biasa
memori kejadian tersebut (Gelinas, Kinzl digunakan di rumah
dan Biebl dalam Tower, 2002).
14. Sering mimpi buruk atau mengalami
Gejala/tanda anak mengalami kekerasan masalah tidur lainnya (miasl: susah tidur,
seksual, seorang anak mungkin tidak pernah tidurgelisah, dan sering terbangun)
bercerita bahwa dirinya mengalami kekerasan 15. Melakukan aktivitas seksual dengan
seksual sampai semuanya terungkap, sehingga boneka, mainan atau pada anak
pertolongan terlambat diberikan. Bisa jadi yang  lain
karena ia tidak tahu, dan bisa jadi pula karena 16. Perubahan mood (suara hati) ketika
mendapat ancaman dari pelaku, sehingga ia tidak ditinggalkan bersama orang tertentu.
berani bercerita. Namun sebagai orang dewasa, Misal: tadinya cerita dan banyak bicara,
anak kita bisa melakukan yang sesuai untuk menjadi murung, tidak banyak bicara dan
mereka. Salah satunya dengan mengamati dan menarik diri
mengenali sesuatu yang aneh atau tidak biasa, 17. Tidak mau ditinggal sendiri bersama
yang kemungkinan merupakan tanda kekerasan orang tertentu baik itu anak, pengasuh
seksual telah terjadi pada anak tersebut. Semakin ataupun orang dewasa tertentu.Jika hal
dini kita mengenali tanda dan gejala tersebut, ini terjadi, perlu ditanyakan sebab ia tidak
semakin cepat kita bisa membantu si anak dan mau berada didekat orang tersebut, dan
mencegah kejahatan itu secara berlarut-larut. ada sebaiknya keberatan anak tersebut
didengarkan/dituruti
Gejala /tanda fisik seorang anak mengalami
kekerasan seksual antara lain: 18. Melukai dirinya sendiri (mencakar,
1. Anak nampak mengalami masalah mencubit, memukul)
(kesulitan, kesakitan? saat berjalan atau 19. Percobaan buruh diri.
duduk) Tanda-tanda di atas bisa menjadi pertanda
2. Terdapat lecet/luka di sekitar mulut yang anak menjadi korban kekerasan seksual, tetapi
tidak wajar bisa juga menunjukkan adanya masalah dengan
3. Mengaduh kesakitan saat buang air sebab lain. Oleh karena itu, hindari menarik
kecil kesimpulan terlalu cepat. Sebaiknya tanyakan
4. Pada alat kelamin anak terdapat nanah, bagaimana perasaan mereka, apakah ada sesuatu
luka lecet, bengkak, iritasi, ataupun yang mengganggu/membuatnya gelisah dan
infeksi dengarkan ceriteranya, memberikan suasana yang
5. Diantara pantatnya, kulit terasa kasar aman dan nyaman sehingga anak mau terbuka.
atau menebal (semacam kapalan) Apapun gangguan yang dialaminya, kita telah
6. Menderita penyakit menular seksual membantu dia mengungkapkan perasaannya. Jika
7. Kehamilan kecurigaan anda cukup kuat bahwa anak tersebut
8. Perubahan perilaku pada anak yang telah menjadi korban kekerasan seksual, hal ini
mengalami kekerasan seksual, dimana menjadi tindakan awal yang bisa dilakukan.
seorang anak seringkali menunjukkan Salah satu bahaya yang bisa timbul dari
perubahan perilaku sebagai berikut, inses adalah sulit untuk mencegah terjadinya
ketika mereka mengalami tekanan yang terkait dengan gen buruk orangtua pada
(stress) dengan berbagai sebab: anak-anaknya kelak. Pernikahan dengan saudara
9. Perubahan selera makan kandung atau saudara yang sangat dekat, bisa
10. Sakit kepala (pusing), sakit perut, atau meningkatkan secara drastis kemungkinan
sakit yang tidak sembuh-sembuh mendapatkan dua salinan gen yang merugikan,
11. Mengalami penambahan atau penurunan dibandingkan jika menikah dengan orang yang
berat badan secara drastis berasal dari luar keluarga. Hal ini disebabkan

59
Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial, Vol. 43, No. 1, April 2019, 51-66

masing-masing orang membawa salinan gen sama. Kekurangan yang sama tersebut dapat
yang buruk, dan tidak ada gen normal yang dapat memperbesar kemungkinan terjadinya kelainan
menggantikannya. Nantinya akan menimbulkan genetik pada keturunannya. Laporan dari
beberapa masalah yang menyebabkan anak BBC menyebutkan bahwa perkawinan antara
memiliki waktu hidup pendek. mereka yang memiliki hubungan darah, memiliki
Kemungkinan besar korban akan memiliki kemungkinan 13 kali lebih besar daripada populasi
sikap negatif terhadap seksualitas, yang pasti umum untuk memiliki keturunan yang mengalami
merugikan kesejahteraan mental mereka kelainan genetik, meninggal pada saat baru lahir
dikemudian hari. Andaikan akhirnya mereka atau mengalami cacat yang serius. Berbagai
bisa toleran terhadap perasaan bersalah, tetapi kerugian medis ini merupakan dasar untuk tidak
cepat atau lambat mereka akan mengetahui menganjurkan perkawinan antar mereka yang
perilaku inses sangat dilarang oleh lingkungan memiliki hubungan darah. Berdasarkan hasil
masyarakat mereka. Pemahaman tersebut tentu penelitian menunjukkan adanya peningkatan
saja akan memicu perkembangan perasaan resiko tambahan kematian sebesar 1,2 persen,
rendah diri berkepanjangan pula. Apalagi bila dan cacat lahir sebesar 2 persen dibanding
dikemudian hari mereka menyadari bahwa dirinya pernikahan bukan sedarah.
sudah tidak perawan lagi karena hubungan seks Beberapa akibat dari perilaku inses,
sedarah  tersebut. khususnya yang terjadi karena paksaan
Akibat fatal dari hubungan seksual sedarah, antara  lain:
yaitu keturunan yang nantinya dihasilkan memiliki 1. Gangguan psikologis akibat dari
berbagai jenis resiko yang cukup berat untuk kekerasan seksual atau trauma post
dijalani, yaitu adanya resiko pada gangguan sexual abuse, antara lain: tidak mampu
genetik yang berakibat pada proporsi cacat lahir mempercayai orang lain, takut atau
yang kemungkinan terjadi cukup tinggi. Efek khawatir dalam berhubungan seksual,
depresi, ingin bunuh diri, harga diri
lain yaitu adanya kelainan gangguan resesif
yang rendah, merasa berdosa, marah,
autosomal, kelainan ini terjadi karena adanya
menyendiri, tidak mau bergaul dengan
peningkatan frekuensi dari momozigot, yaitu
orang lain, serta makan tidak teratur.
orang yang menderita kelainan ini membawa dua
2. Secara medis menunjukkan bahwa anak
salinan dari gen yang sama, dan gen ini nantinya
hasil dari hubungan insesberpotensi
akan menghasilkan mutasi gen yang bersifat
besar mengalami kecacatan baik fisik
resesif untuk gen tertentu. Efek gen resesif yang maupun mental.
muncul berbeda-beda, namun salah satu efek
3. Mereka sering disalahkan dan mendapat
yang umum diketahui adalah kemungkinan cacat
stigma yang buruk. Kejadian yang
lahir yang lebih sering, tingkat potensi cacat yang mereka alami sebenarnya bukan karena
tinggi, dan efek domino lainnya adalah adanya kehendaknya, mereka adalah korban
kemungkinan gen yang tidak terkode. Gen jenis kekerasan seksual.
ini berlaku untuk anak yang cacat lahir, bahkan 4. Berbagai studi memperlihatkan, sampai
jumlahnya terus meningkat tergantung jumlah dewasa anak-anak korban inses
populasi yang ada. biasanya akan memiliki self-esteem (rasa
Berdasarkan ilmu medis, pernikahan harga diri) rendah, depresi, memendam
antara dua orang yang masih memiliki hubungan perasaan bersalah, sulit mempercayai
kekerabatan yang dekat, memiliki resiko 1,7–2,8 orang lain, kesepian, sulit menjaga
persen memiliki keturunan yang mengalami membangun hubungan dengan orang
kelainan genetik. Hal ini disebabkan, karena dua lain, dan tidak memiliki minat terhadap
orang yang masih memiliki relasi persaudaraan seks.
yang dekat/hubungan darah juga masih memiliki 5. Studi-studi lain bahkan menunjukkan
hubungan genetik yang hampir sama atau bahwa anak-anak tersebut akhirnya
sama dan kekurangan yang hampir sama atau ketika dewasa juga terjerumus ke dalam

60
Penyebab, Dampak, dan Pencegahan Inses (Murdiyanto dan Tri Gutomo)

penggunaan alkohol dan obat terlarang, 7. Mengisi waktu luang dengan hal-hal
pelacuran, dan memiliki kecenderungan yang bermanfaat.
melakukan kekerasan seksual kepada Pencegahan yang dapat dilakukan untuk
anak-anak (Luthfi Seli Fauzi: 2009). mengurangi potensi terjadinya kekerasan seksual/
Sebuah studi pada tahun 1994 menemukan perkosaan, dimana seringkali terjadi karena adanya
bahwa jumlah kematian dari perkawinan sedarah pelaku, korban, dan lingkungan yang potensial
pada tingkat sepupu pertama mencapai 4,4 untuk melakukan kekerasan seksual/perkosaan
persen. Bagaimanapun efek degeneratif dari dalam inses. Pencegahan terhadap kekerasan
perkawinan sedarah hanya akan fatal secara seksual/perkosaan inses dapat dilakukan melalui
signifikan setelah kasus inses diulang dua kali tiga tahapan, yakni:
atau lebih, dan bahwa variasinya tergantung pada 1. Tahap Pertama: memberikan pelayanan
kuantitas dan kualitas cacat bawaan, dimana terpadu pada populasi umum secara
anggota keluarga bisa menjadi pembawa gen objektif yang merupakan target untuk
resesif autosomal. Sebuah studi terhadap 21 mencegah segala kemungkinan terjadinya
orang yang terdiri dari keturunan hasil perkawinan perkosaan, dalam hal ini kekerasan
adik-kakak atau ayah-anak menemukan bahwa seksual dalam inses. Strategi pencegahan
12 orang memiliki kelainan dengan 9 orang tahap ini termasuk memberikan perhatian
khusus, pelayanan hot line darurat untuk
diantaranya diklasifikasikan sebagai cacat berat.
menerima pengaduan dari masyarakat,
E. UPAYA PENCEGAHAN INSES program kunjungan ke rumah-rumah
di daerah yang sudah ditargetkan
Beberapa faktor yang dapat mencegah sebelumnya, membuka kelas penyuluhan
terjadinya inses, meliputi: kepada orangtua terkait inses ini, dan
1. Ikutsertakan instansi resmi yang juga membuat kelompok-kelompok
menangani masalah perlindungan pendukung untuk mendorong gerakan
terhadap anak sedini mungkin untuk anti inses khususnya pada anak. Usaha-
menangkal tekanan yang dialami  anak. usaha politis yang dapat dilakukan
2. Evaluasi anggota keluarga untuk penyakit dalam meningkatkan pelayanan sosial
psikiatrik primer yang memerlukan terapi. jaringan sosial memerangi kerentanan
Evaluasi juga pada saudara kandung lingkungan pada anak yang harus
untuk memungkinkan perlakuan salah dihadapi dengan beberapa komponen
atau penganiayaan. untuk menghindari perkosaan pada anak.
3. Terapi keluarga dapat digunakan Dengan adanya jaring pengaman sosial,
untuk menyusun kembali keluarga diharapkan kehidupan masyarakat akan
yang  pecah. makmur dan hidup mereka sedikit di
atas kemiskinan, karena kemiskinan
4. Ajarkan sang anak dengan mudah
menjadi salah satu penyebab adanya
dan jelas bahwa alat kelamin mereka
perkosaan khususnya inses. Pada
adalah milik mereka sendiri, dan tidak
pelaksanaan pencegahan tahap pertama
boleh disentuh orang lain termasuk
untuk mencegah inses atau kekerasan
anggota  keluarga.
seksual yang dilakukan secara sukarela
5. Memberikan pendidikan sejak dini
dengan mengedukasi para orangtua
dengan memberi tahu masalah dengan
yang kurang pengawasan terhadap
lebih profesional, tidak bisa secara
anak-anaknya sehingga rentan terhadap
tiba-tiba memberitahukan kelainan
inses, seringkali mengalami kesulitan
tersebut. Karena itu adalah bagian
yaitu kurangnya minat masyarakat publik
dari penerangan kesehatan, dimana
untuk mengikutinya atau juga seringkali
hak semua orang untuk mendapatkan
kurang pendanaannya.
informasi seluas- luasnya.
Berbeda dengan pendanaan publik
6. Memberikan pendidikan dan pengetahuan
jika dilakukan guna ditujukan pada
tentang agama

61
Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial, Vol. 43, No. 1, April 2019, 51-66

pelaku. Kalaupun dari segi pendanaan perbuatannya. Strategi pencegahan ini


berhasil untuk mengadakan penyuluhan berupa usaha yang dapat dilakukan,
pada kelompok rentan atau juga antara lain: menyediakan layanan
kepada korban, seringkali muncul terapi atau melakukan intervensi
juga kesulitan dalam hal menjaring untuk mendukung anak-anak yang
korban untuk mengikuti penyuluhan, menjadi kekerasan seksual, inses
dikarenakan adanya rasa malu dari atau penelantaran. Pencegahan yang
pihak individunya, dan adanya stigma dilakukan terhadap anak yang mengalam
dari masyarakat terhadap orang yang inses harus diikuti membangun target
datang pada penyuluhan tersebut. dengan dasar yang berbeda didasarkan
Hal inilah yang dapat mempengaruhi pada dua hal kritis terhadap korban yang
kesuksesan program,meskipun ada sekiranya berpotensi untuk inses daripada
program terapi bagi korban pelecehan, terhadap korban yang potensial, dan
namun hal ini tidak akan berjalan efektif lebih ke arah pencegahan tahap pertama
apabila hanya ada pengawasan yang dibandingkan pencegahan tahap kedua
minim dari orangtua, dan minimnya atau ketiga .
kemampuan anak sebagai korban inses Ketiga tahapan di atas sebagai upaya
dalam melindungi dirinya sendiri. Pada pencegahan untuk menghindari kekerasan secara
beberapa tahun terakhir, hal yang sering
fisik dan tindakan penelantaran (setelah inses).
dilakukan untuk melindungi korban inses
Tidak seperti perilaku orang dewasa, dimana
adalah dengan memidanakan pelaku,
dalam kasus sebagi pelaku inses pencegahan
namun hanya sedikit pihak publik yang
difokuskan terhadap sikap atau perilaku anak
memiliki simpatik pada korban .
korban kekerasan seksual yang dilakukan secara
2. Tahap Kedua: memberikan pelayanan
inses.Upaya tersebut dilakukan melalui penyuluhan
terpadu pada kelompok-kelompok rentan
yang menjadi target pencegahan untuk atau pengedukasian oleh kelompok-kelompok
mencegah keberlanjutan permasalahan kerja, agar anak baik yang sudah menjadi korban
inses. Strategi pencegahan tahap kedua maupun yang belum dapat memahami bagaimana
meliputi pelayanan pendukung dalam mereka dapat melindungi diri mereka sendiri dari
hal mengedukasikan kepada orangtua sikap dan tindakan yang dilakukan melalui inses.
yang berada dalam situasi-situasi Dengan adanya pengedukasian terhadap anak
signifikan, seperti pengawasan remaja sebagai korban, mereka dapat menghindar dari
oleh orangtua, krisis ekonomi, kekerasan kekerasan seksual yang dilakukan oleh pelaku,
dalam rumah tangga, mulainya tanda- sehingga dapat terhindar dari gangguan psikis .
tanda percobaan perkosaan, diisolasi oleh Mengedukasikan anak-anak untuk
kelompok sosial, atau juga terkait masa melindungi diri mereka sendiri, jika hal ini berhasil
lalu orangtua tersebut, seperti apakah
maka pendekatan yang dilakukan (pencegahan
pernah mengalami kekerasan seksual
yang dilakukan melalui tiga tahapan) dapat
atau tidak. Tahap kedua ini penting
diminimalisir biaya, karena akan lebih sering
dilakukan, karena dengan mengetahui
masa lalu atau trauma orangtua dimassa melibatkan dan intervensi dari keluarga untuk
kecilnya khususnya dalam hal kekerasan melindungi anak dan mengawasinya. Setidaknya,
seksual, karena dapat mencegah trauma apabila anak gagal dalam melindungi diri sendiri,
orangtua dilampiaskan pada anak dapat dilakukan dengan pencegahan tahap
dengan pengedukasian yang dilakukan pertama dan kedua pada anak skala besar dengan
oleh tim kerja dari Kementerian Sosial. pengeluaran yang  minimum.
3. Tahap Ketiga: memberikan pelayanan Pemidanaan dan terapi yang dilakukan
terpadu kepada pelaku serta korban baik terhadap pelaku maupun korban, sebagai
inses yang sudah diketahui, untuk hal yang disadari untuk dilakukan pertama kali
mencegah insiden baru terjadi antara dalam hal terjadinya kejahatan seksual terhadap
pelaku dan korban yang sudah diketahui anak. Pengedukasian secara sukarela terhadap

62
Penyebab, Dampak, dan Pencegahan Inses (Murdiyanto dan Tri Gutomo)

pelaku diharapkan dapat mengubah sikap, bersaudara kandung jangan terlalu dekat dengan
sehingga dalam proses persidangan ada hal-hal lawan jenis, karena bisa terjadi satu gairah
yang dapat meringankan dirinya untuk jangka yang tidak terkendalikan antara kedua insan
waktu pemidanaan. Hal ini bukan hanya untuk walaupun  bersaudara.
mempersingkat waktu pemidanaan, tetapi juga Cara menghentikan nafsu sedarah dimana
dapat memberikan solusi atas tingkahlakunya berdasarkan atas nafsu sesat bukan karena cinta
supaya pada saat keluar dari penjara, tidak alangkah baiknya dengan menahan nafsu itu,
melakukan perkosaan secara inses lagi kepada salah satunya adalah menyingkirkan hal yang
siapapun,baik dikeluarga maupun pada orang lain. berbau porno seperti membuka situs porno,
Di samping itu, program terapi untuk anak sebagai dan CD/ VCD mesum. Apabila ada saudara
korban inses atau perkosaan biasa, seringkali sedarah lebih tua yang sedang nafsu dan lebih
jarang ada relawan yang mau melakukan, padahal mendominasi, sebaiknya hindari dia dan jangan
permasalahan ini yang paling penting dalam menggunakan pakaian yang menggoda nafsu
memulihkan psikis anak sebagai korban untuk birahi. Sudah banyak cerita menyedihkan, dimana
dapat menatap masa depan. sesama anggota keluarga baik itu tante, istri,
Dalam upaya mengatasi inses, perlu saudara, keponakan atau bahkan anak sendiri
dilakukan tindakan sebagai berikut. diperkosa. Oleh karena itu, bagi seorang wanita
1. Memperkuat keimanan dengan jagalah cara berpakaian, jangan membiarkan
menjalankan ajaran agama secara benar, nafsu lelaki dewasa muncul untuk melakukan
bukan hanya mengutamakan ritual, tetapi kegiatan mesum.
menghayati nilai-nilai yang diajarkan, Menurut Vony, halnya sama seperti kasus
sehingga menjadi bagian integral dari kekerasan seksual lainnya seperti perkosaan,dalam
diri sendiri.
praktek di lapangan terdapat banyak kendala
2. Memperkuat rasa empati, sehingga lebih dalam penanganan kasus tersebut. Salah satu
sensitif terhadap penderitaan orang lain,
kendala yang mendasar adalah dalam produk
sekaligus tidak sampai hati membuat
hukumnya. Untuk kasus inses, biasanya pasal
orang lain sebagai korban.
yang digunakan oleh aparat penegak hukum
3. Mengisi waktu luang dengan kegiatan
adalah pasal 294 atau pasal 287 KUHP. Pada pasal
kreatif-positif.
tersebut menyebutkan mengenai perbuatan
4. Memjauhkan diri dan keluarga dari hal-hal cabul terhadap anak, atau siapapun yang berada
yang dapat membangkitkan  syahwat.
di bawah pemeliharaannya, sedangkan pada
5. Memberikan pengawasan dan bimbingan pasal 287 mengenai persetubuhan dengan
terhadap anggota keluarga sehingga anak dibawah umur. Definisi persetubuhan atau
dapat terkontrol, dan
perkosaan, mensyaratkan terjadinya penetrasi
6. Memberikan pendidikan seks sejak dini, alat kelamin. Ini menyebabkan sempitnya definisi
sesuai dengan usia anak (Luthfi Seli insesyang hanya dibagi menjadi persetubuhan
Fauzi: 2009).
atau pencabulan.
Selama ituinses menjadi dilema di Kendala lain,  yaitu pada pasal 287 secara
kalangan masyarakat, sebab keterlanjuran yang eksplisit tidak menyatakan harus ada unsur
dilakukan sesungguhnya antara kedua insan kekerasan atau ancaman kekerasan, seperti pasal
tidak menginginkan terjadi. Tetapi perlu kita garis 285 KUHP. Namun dalam prakteknya, aparat
bawahi, bahwa ketika pertemuan antara kedua penegak hukum selalu mensyaratkan adanya
insan berawal dari rasa dekatnya mereka karena unsur kekerasan dan ancaman kekerasan. Unsur
bersaudara, tetapi ada fase dimana manusia kekerasan ini selalu diinterprestasikan sebagai
sering terbangun eks birahinya yang sudah tidak kekerasan fisik, sebagai satu-satunya unsur
mengingat bahwa itu adalah saudara, ditambah penentu dalam mengkualifikasi insessebagai
dengan intervensi iblis sehingga kadang-kadang sebuah kejahatan. Dalam prakteknya, kasus
manusia lupa diri. Oleh karena itu, walaupun insesmenunjukkan kondisi yang tidak sama seperti

63
Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial, Vol. 43, No. 1, April 2019, 51-66

yang diatur dalam KUHP, sehingga masalah harus dikerjakan secara simultan. Di samping
pembuktian adanya suatu kekerasan sering itu, secara mandiri berencana untuk melakukan
menjadi hambatan ketika korban melakukan kerjasama dengan aparat penegak hukum untuk
pelaporan ke kepolisian. menangani kasus-kasus inses. Pasalnya, aparat
Menurut Vony, kekerasan atau ancaman adalah orang pertama yang berinteraksi langsung
kekerasan menjadi satu syarat yang dilihat dengan korban. Bentuk kerjasama itu dapat
sebagai suatu kekerasan secara fisik, kurang lebih berupa kerjasama dengan aparat dalam kasus
harus ada semacam paksaan yang sedemikian per kasus atau ada semacam MO’u antara LBH
rupa. Padahal dalam kasus inses, karena pelaku dengan aparat untuk kasus inses.
adalah orang yang dekat dengan korban atau
orang yang ia hormati, kadang tanpa harus F. KESIMPULAN
melakukan kekerasan, cukup melotot sajacalon Permasalahan kekerasan seksual dalam
korban merasa ketakutan juga. Hal seperti itu, bentuk inses di Indonesia yang rentan terjadi
kadangkala menyebabkan lolosnya pelaku inses pada anak, seharusnya mendapatkan perhatian
dari jerat hukum. yang intensif serta penanganan yang serius dari
Berkaitan dengan pemenuhan unsur, pihak pihak pemerintah baik daerah maupun pusat. Hal
aparat penegak hukum juga selalu berkeberatan ini dikarenakan anak harus dilindungi dengan
jika mengetahui praktk inses telah berlangsung perlindungan, khususnya perlindungan di bawah
dalam jangka waktu tertentu, dan terjadi lebih dari hukum. Karena seringkali korban harus dipersulit
satu kali. Karena, tidak jarang pihak aparat penegak dengan aturan Kitab Undang-undang Hukum
hukum mengubah penggunaan pasal persetubuhan Acara Pidana, dimana mengharuskan adanya dua
menjadi percabulan,dengan alasan bukanlah orang saksi untuk menjadi bukti adanya tindakan
perkosaan kalau terjadinya  berulangkali. kekerasan seksual/perkosaan, padahal dalam hal
 Masalah lain yang berkaitan dengan hukum ini tidak mungkin ada yang menjadi saksi, sehingga
acara pidana adalah pembuktian. Pembuktian seringkali korban mendapatkan ketidakadilan
kejahatan inses disamakan dengan pembuktian dalam sistem peradilan di Indonesia. Padahal, hak
kejahatan pada umumnya. Menurut Vony, kesamaan sebagai korban yang masih dikategorikan anak
pengaturan mengenai pembuktian itu mencabut harus memperoleh perlindungan secara hukum.
konteks praktek inses sebagai kejahatan seksual, Upaya Penanggulangan terhadap Inses
khususnya kekerasan domestik.  Hambatan dapat dilakukan melalui memeriksa pasien
lain yang juga dialami korban inses adalah tidak untuk luka lecet dan trauma lain, periksa juga
adanya daya dukung minimal di tingkat keluarga penyakit kelamin, psikoterapi individual untuk
atas apa yang dialaminya. Sebagai sebuah menghadapi sang korban, upaya ini sebagai alat
kejahatan yang terjadi di lingkungan domestik, untuk ventilasi amarahnya, terapi kelompok untuk
tentunya kesediaan anggota keluarga lainnya membantu korban yang telah melepaskan diri dari
untuk mengangkat kasus ini menjadi salah satu pelaku inses dan dapat membahas masalah itu
faktor penentu bagi korban untuk melakukan upaya secara terbuka dalam kelompok, waspada dalam
hukum. Tidak jarang korban harus berhadapan mengasuh anak, tidak membiasakan anak di
secara negatif dengan anggota keluarga lainnya. rumah sendirian dengan anggota keluarga yang
Dengan demikian, pada akhirnya dengan segala berlainan jenis, tidak mengabaikan kata hati setiap
pertimbangan karena adanya ancaman, intimidasi, ada gelagat yang menjerumus pada tindakan
korbanpun mencabut laporannya. pelecehan dalam keluarga, memisahkan tempat
Melihat beragamnya faktor kendala tidur anak mulai umur tiga tahun dari ayah dan
penanganan kasus inses, dalam upaya untuk saudara baik sama sesama jenis kelamin maupun
menanganinya harus dilakukan perubahan secara berlainan jenis kelamin
komprehensif. Perubahan sistem hukum yang
meliputi substansi, perubahan budaya hukum,
sikap aparat hukum menjadi satu paket yang

64
Penyebab, Dampak, dan Pencegahan Inses (Murdiyanto dan Tri Gutomo)

G. UCAPAN TERIMA KASIH PKPA. 2010. Kekerasan Seksual Mengancam


Anak. Medan: Gugus Tugas Pencegahan
Terimakasih kami sampaikan kepada
dan Penanganan Tindak Pidana
semua pihak yang telah mendukung penulisan
Perdagangan Orang
dan terbitnya artikel ini, khususnya pada: Balai
Sawitri Supardi Sadarjoen. 2005. Bunga Rampai
Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kasus Gangguan Psikoseksual.
Kesejahteraan Sosial (B2P3KS), sumber data, Bandung: Refika Aditama
redaksi, dan mitra bestari Seto Mulyadi. 2015. Mendidik Anak tanpa
Kekerasan. Parenting: Femina Group
Daftar Pustaka Syafiq Syeirozi. 2014. Kekerasan Seksual Anak,
Fenomena Gunung Es
Azriana. 2015. Pencegahan Kekerasan Seksual Urquiza, A. & Capra, M. 1990. Dampak dari
Hadapi Tiga Tantangan. Jakarta: pelecehan seksual: Efek awal dan
Komisioner Komnas Perempuan dan jangka panjang. Dalam M. Pemburu
Anak (Komnas PA) (Ed) The pelecehan seksual laki-
Davit Setyawan. 2014. Inses terhadap Anak: laki: Kelaziman, dampak, dan
Banyak Terjadi Sedikit Terungkap. KPAI pengobatan. Penerbangan. 1.
23 Januari 2014 Lexington, MA: Lexington Books.
........... 2014. Pelaku Kekerasan terhadap Anak
Juga Perlu Mendapat Pendampingan
Psikologis. Jakarta: KPAI
Eky Wahyudi. 2015. Desa Gunem Rembang Jadi
Contoh Desa Layak Anak. Indonesia:
 
CNN
Huraerah 2006. “Child Sexual Abuse and
Revictimization in the Form of Adult
Sexual Abuse, Adult Physical Abuse,
and Adult Psychological Maltreatment.
Lufita Tria Harisa. 2012. Analisa Makrosistem
dan Strategi Integratif Menanggulangi
Kekerasan pada Anak. Bandung:
Universitas Islam Negeri Sunan
Gunung  Djati

65
Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial, Vol. 43, No. 1, April 2019, 51-66

66

You might also like