You are on page 1of 7

J. Akad. Kim.

1(4): 193-199, November 2012,


ISSN 2302-6030

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DAN KONSENTRASI NATRIUM


BENZOAT TERHADAP KADAR VITAMIN C CABAI MERAH (Capsicum
annuum L)

The Effect Of Length Storage And Sodium Benzoat Concentration On The


Vitamin C Levels Of Red Chili (Capsicum annuum L)

Yanti Oktoviana, *Sitti Aminah dan Jamaluddin Sakung


Pendidikan Kimia/FKIP - University of Tadulako, Palu - Indonesia 94118
Recieved 08 October 2012, Revised 21 November 2012, Accepted 23 November 2012

Abstract
Red chillies (Capsicum annuum L) are considerable horticultural crops widely grown in Indonesia,
which has a high value and demand in market. Besides it contains higher vitamin C (ascorbic acid)
and beta-carotene than other fruits such as papaya, mango, pineapple and watermelon, red chillies has
a very low storability as it is susceptible to decay and the over-production of chili resulting in postharvest
decay. To prevent the decay, red chillies are preserved using preservatives. Preservative used in this study
is sodium benzoate since it is claimed as an effective against fungi. This study aimed to determine the
effect of the concentration of sodium benzoate against storage time of red chillies (Capsicum annuum
L) and also to determine the effect of the concentration of sodium benzoate levels towards vitamin C
in preserved red chili. The method used in this experiment was a laboratory experiment using a visible
spectrophotometry. The results showed that the use of sodium benzoate as a preservative can extend the
storability of red chillies and sodium benzoate concentration also affect levels of vitamin C contained in
red chillies. The level obtains at the highest concentration of 1.5% which is 54 mg/100 g with 8 days
of storability.

Keywords: Red Chilli (Capsicum annuum L), Sodium Benzoate, Vitamin C and Spectrophotometry
Rays Looks (Visible)

Pendahuluan
Cabai merah (Capsicum annuum L) produksi dan kebutuhan tidak begitu besar,
merupakan jenis tanaman hortikultura yang tetapi secara nasional produksi tersebut belum
cukup banyak ditanam di Indonesia yang dapat mencukupi kebutuhan.
memiliki nilai ekonomi dan permintaan yang Cabai merah merupakan salah satu komoditi
cukup tinggi. Hal tersebut dibuktikan dengan pertanian yang banyak dibutuhkan penduduk
luas areal perkebunan cabai sekitar 165.000 di dunia, seperti di Indonesia termasuk daerah
hektar yang merupakan suatu usaha budidaya Sulawesi Tengah yang merupakan penghasil
yang terluas dibandingkan komoditas sayuran cabai merah. Daerah-daerah penghasil cabai
lainnya (Duriet, 1995). Produksi cabai merah di Sulawesi Tengah adalah desa Toaya, Palolo,
(Capsicum annuum L) pada tahun 2010 Sigibiromaru, Sidera dan Sambo (BPS Sul-
sebanyak 1.220.078 ton yang berasal dari Teng, 2011).
seluruh daerah di Indonesia dengan total Kebutuhan akan cabai merah semakin
kebutuhan mencapai 1.220.088 ton (Badan meningkat sejalan dengan semakin beragamnya
Ketahanan Pangan, 2010). Meskipun selisih jenis dan menu masakan yang menggunakan
* Korespondensi: cabai merah serta juga karena semakin
Siti Aminah tingginya ekspor komoditas non-migas. Cabai
Program Studi Pendidikan kimia, Fakultas Keguruan dan merah pada dasawarsa terakhir ini merupakan
Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako komoditas unggulan di antara 18 jenis sayuran
email:
© 2012 - Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Tadulako komersial yang dibudidayakan di Indonesia

193
Volume 1, No. 4, 2012: 193-199 Jurnal Akademika Kimia

walaupun harga cabai merah tersebut selalu menimbulkan pembusukan pascapanen yang
mengalami fluktuasi harga yang tajam, namun menyebabkan petani mengalami kerugian.
minat petani untuk membudidayakan tetap Penyebab utama dari kerusakan cabai merah
tinggi. adalah karena kadar airnya yang tinggi, sehingga
Daerah Sulawesi Tengah merupakan akan memperbesar terjadinya kerusakan–
penghasil Cabai merah yang potensial karena kerusakan fisiologis, mekanis, maupun aktivitas
Cabai merah dapat tumbuh pada iklim sedang, mikroorganisme. Mikroorganisme yang banyak
tropis, dan subtropis. Pemanfaatan Cabai menyebabkan kerusakan/pembusukan pada
merah masih sangat terbatas sebagai bumbu cabai merah adalah jamur. Untuk mencegah
masak dan dipasarkan antar daerah ataupun pembusukannya, cabai merah diawetkan
antar pulau. Cabai merah yang tersebar di dengan menggunakan bahan pengawet.
beberapa pasaran Sulawesi Tengah harganya Menurut Muharoh (2012), pengawetan cabai
berkisar Rp 20.000/Kg, Lombok keriting merah dapat dilakukan dengan berbagai
Rp 15.000/Kg, dan untuk Lombok kecil formulasi bahan pengawet yang digunakan
(cabai rawit) Rp 10.000/Kg. Hasil pertanian pada penelitian ini yaitu natrium benzoat
cabai merah dari tahun ke tahun mengalami karena natrium benzoat efektif terhadap
peningkatan, pada tahun 2010 produksi cabai jamur. Benzoat merupakan unsur alami yang
merah di Sulawesi Tengah sekitar 13.908 ton terdapat dalam beberapa tumbuhan dan sering
(BPS Sul-Teng, 2011). digunakan sebagai anti bakteri atau anti jamur
Cabai merah mengandung vitamin C untuk mengawetkan makanan. Penambahan
(asam askorbat) dan beta karoten yang tinggi ini menghasilkan dalam penurunan kapasitas
mengungguli buah-buahan yang sering buffer diet, dan setelah itu akan meningkatkan
dikonsumsi masyarakat seperti pepaya, keasaman dari urin (Mroz et al., 2000). Batas
mangga, nanas dan semangka. Vitamin C pada atas benzoat yang diijinkan dalam makanan
cabai merah berfungsi sebagai pemeliharaan 0,1% di Amerika Serikat, sedangkan untuk
membran sel, meningkatkan daya tahan negara-negara lain berkisar antara 0,15-0,25%,
terhadap infeksi, mempercepat penyembuhan dan negara Eropa batas benzoat berkisar antara
(Almatsier. S, 2004). Berdasarkan pendapat 0,015-0,5% (Ibekwe et al., 2007). Menurut
Naidu (2003) bahwa vitamin C merupakan Tisnawati (2005) bahwa penambahan bahan
vitamin yang larut dalam air dan esensial untuk kimia (asam benzoat atau sodium benzoat)
biosintesis kolagen. Vitamin yang terdapat dalam larutan cenderung dapat memperpanjang
dalam bahan akan lebih mudah larut dengan masa simpan dan kesegaran bahan pangan.
pemanasan. Kandungan vitamin C yang sedikit Penggunaan bahan tambahan atau zat aditif
kemudian dilakukan pemanasan maka kadar pada makanan semakin meningkat, terutama
vitamin C yang dihasilkan akan semakin kecil setelah adanya penemuan-penemuan termasuk
(Mukaromah et al, 2010). keberhasilan dalam mensintesis bahan kimia
Penanganan pascapanen cabai merah di baru yang lebih praktis, lebih murah, dan
Indonesia umumnya masih sederhana sehingga lebih mudah diperoleh. Penambahan bahan
tingkat kerusakannya sangat tinggi. Hal ini tambahan/zat aditif dalam makanan merupakan
terjadi karena fasilitas dan pengetahuan petani hal yang dipandang perlu untuk meningkatkan
tentang penanganan pascapanen masih terbatas. mutu suatu produk sehingga mampu bersaing
Teknologi pascapanen atau pengolahan cabai di pasaran (Siaka, 2009).
menjadi andalan dalam mempertahankan dan
meningkatkan nilai jual produk yang dituntut Metode
prima oleh konsumen. Oleh karena itu, petani Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
cabai perlu memiliki pengetahuan tentang Agustus 2012 dan sampel yang diteliti diambil
penanganan komoditas yang mudah rusak agar pada waktu pagi hari di Desa Toaya. Tempat
kesegarannya dapat dipertahankan lebih lama. penelitian adalah di Laboratorium Pendidikan
Beberapa hasil penelitian menunjukkan cabai Kimia FKIP Universitas Tadulako.
tergolong sayuran yang mudah rusak dan sulit
dipertahankan dalam bentuk segar (Taufik, Alat dan Bahan
2011). Alat yang digunakan pada penelitian ini
Cabai merah memiliki daya simpan yang yaitu Spektrofotometer UV-Vis Genesis seri
sangat rendah karena mudah mengalami 110, neraca analitik ARC-120, Shaker VRN-
pembusukan dan produksi cabai merah 480, Centrifuge HC-16D, dan alat gelas
tiap tahun tidak semua dikonsumsi oleh lainnya. Bahan-bahan yang digunakan yaitu
konsumen sehingga terjadi kelimpahan yang asam cuka 15%, Natrium benzoat, arang

194
Yanti Oktoviana Pengaruh Lama penyimpanan dan konsentrasi natrium .............

aktif, H3PO4 85% Merck, larutan dye (2,6 indofenol) sebanyak 10 mL. Mengukur
diklorofenol-indofenol), aquades, dan kapur absorbannya pada panjang gelombang 510 nm
sirih. (Mappiratu, Tahril. 1989 dalam Tasrik, 1994).
Berdasarkan hasil pengukuran deret larutan
Cara Kerja standar dibuat grafik konsentrasi terhadap
Cara pengawetan cabai merah dengan absorban.
konsentrasi natrium benzoat 1,5 % yaitu cabai
merah dicuci bersih kemudian dimasukkan Hasil dan Pembahasan
kedalam larutan pengawet yang dibuat dengan Hasil pengukuran (absorban) larutan standar
cara melarutkan 25 g kapur sirih kedalam Vitamin C pada panjang gelombang maksimum
1 L air (Catatan : untuk 1 Kg cabai merah dengan menggunakan spektrofometer sinar
diperlukan sekitar 25 g kapur sirih) selanjutnya
direndam selam 30 menit. Setelah itu dilakukan tampak dibuat hubungan antara absorbansi
pencelupan kedalam air hangat kemudian dan konsentrasi larutan standar diperoleh
dicuci kembali dengan air dingin, dan tahap persamaan regresi linear Y = (0,030)X dengan
terakhir penyimpanan dalam larutan pengawet. nilai R2 = 0,987 (Gambar 1).
Setelah larutan pengawet siap, maka dilakukan
perendaman cabai merah yang telah dianginkan
dalam larutan pengawet tadi selama 5 menit.
Setelah itu, ditiriskan kembali kemudian
dimasukkan kedalam plastik kemasan (Uminah
dkk, 2009).
Pengawetan cabai merah dengan variasi
konsentrasi natrium benzoat perlakuannya
sama dengan perlakuan diatas dengan variasi
konsentrasi natrium benzoat 0,3%, 0,7%,
1,1%, dan 1,5%. Perlakuan ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh konsentrasi
natrium benzoat terhadap kadar Vitamin C
cabai merah. Gambar 2. Kurva hubungan konsentrasi
Analisis vitamin C dilakukan dengan cara vitamin C (mg/L) dengan absorban
menimbang cabai merah yang telah diblender
sebanyak 5 g kemudian menambahkan larutan Berdasarkan Gambar 1 diperoleh hubungan
H3PO4 6% sampai tanda batas pada labu yang linier antara konsentrasi dengan absorban
ukur 50 mL mengocok selama kurang lebih dengan nilai korelasi (r) sebesar 0,993.
1 jam kemudian menyaring larutan tersebut. Harga koefisien korelasi yang mendekati 1
Selanjutnya Mengambil filtrat sebanyak 15 mL menunjukkan korelasi antara konsentrasi
kemudian menambahkan 0,75 g arang aktif dengan absorban. Hal ini sesuai dengan
lalu mengocok kembali selama kurang lebih Hukum Lambert–Beer yaitu A = abc, dimana
30 menit lalu melakukan penyaringan kembali. nilai absorban (A) berbanding lurus dengan
Filtrat yang dihasilkan digunakan untuk nilai konsentrasi (c) (Day dan Underwood,
analisis vitamin C dengan menggunakan teknik 1993).
spektrofotometri sinar tampak metode Dye. Penggunaan bahan pengawet mempunyai
Pembuatan larutan standar vitamin C tujuan yang sama yaitu mempertahankan
dilakukan dengan menimbang 0,5 g vitamin kualitas dan memperpanjang umur simpan
C kemudian diencerkan dalam labu ukur 500 bahan pangan. Pengawet yang digunakan pada
mL sampai tanda batas. Lalu mengambil 10 penelitian ini yaitu natrium benzoat. Natrium
mL larutan standar dan diencerkan dalam labu benzoat adalah salah satu jenis bahan pengawet
ukur 100 mL sampai tanda batas. Selanjutnya organik pada makanan yang merupakan garam
menyiapkan 5 buah labu ukur kemudian atau ester dari asam benzoat (C6H5COOH)
memasukkan masing-masing 5 mL, 10 mL, yang secara komersial dibuat dengan sintesis
15 mL, 20 mL, dan 25 mL larutan standar kimia.
vitamin C kemudian menambahkan larutan Kadar Vitamin C dengan pengaruh lama
H3PO4 85% sebanyak 1 mL dan dengan cepat penyimpanan dalam asam benzoat 1,5% pada
menambahkan larutan dye (2,6 diklorofenol- Tabel 1, dan pengaruh kadar natrium benzoat

195
Volume 1, No. 4, 2012: 193-199 Jurnal Akademika Kimia

terhadap kadar vitamin c yang disimpan selama kimia misalnya perubahan struktur, perubahan
8 hari pada Tabel 2. warna, dan perubahan vitamin C. untuk
mengatasi perubahan-perubahan tersebut perlu
Tabel 1. Kadar Vitamin C dengan konsentrasi dilakukan pengawetan.
narium benzoat 1,5% terhadap lama Pengawetan adalah usaha yang dilakukan
penyimpanan (hari) oleh manusia pada bahan pangan sehingga
Kadar bahan tersebut tidak mudah rusak dan
Vit. C tahan lama. Pengawetan dapat menghambat
No Lama Penyimpanan kerusakan pada bahan pangan karena cepat
(mg/100
g) atau lambat akan mengalami kerusakan. Bahan
pangan yang telah diawetkan dapat mengalami
1 Kontrol (Cabai Segar) 30,67 perubahan tetapi tidak terlihat langsung karena
2 Diawetkan selama 2 hari 47,33 terjadi sangat lambat.
3 Diawetkan selama 4 hari 48,00 Pada perlakuan ini, cabai merah diawetkan
4 Diawetkan selama 6 hari 47,97 dengan variasi waktu (hari) yaitu berturut-
5 Diawetkan selama 8 hari 52,97 turut 2 hari, 4 hari, 6 hari, 8 hari dan 10 hari.
6 Diawetkan selama 10 hari 45,17 Dalam hal ini digunakan larutan kapur dan
7 Cabai merah (busuk) 18,90 natrium benzoat. Larutan kapur dibuat dengan
cara melarutkan kapur kedalam air. Persamaan
Tabel 2. Kadar Vitamin C pada lama reaksinya dapat dilihat sebagai berikut :
penyimpanan (8 hari) dengan variasi konsentrasi CaO(s) + H2O(l) Ca(OH)2 (aq)
natrium benzoat. CaO dalam air akan terurai menjadi ion
Konsentrasi natrium Kadar Vitamin C Ca2+ dan O2- sedangkan dalam air terdapat ion
benzoat (%) (mg/100g) OH- dan H+ dimana ion OH- akan bergabung
0,3 49,07 dengan ion Ca2+ sehingga membentuk
0,7 49,90 larutan kapur yaitu Ca(OH)2. Larutan
1,1 41,60 kapur untuk memperkuat tekstur sedangkan
natrium benzoat zat tambahan (eksipien)
1,5 54,00 yang digunakan sebagai pengawet. Kedua
Menurut Rachmawati, dkk (2009) cabai senyawa tersebut dapat mempertahankan lama
merupakan salah satu komoditas sayuran penyimpanan cabai merah namun yang ingin
penting yang memiliki peluang bisnis dilihat yaitu bagaimana pengaruh penambahan
prospektif. Pada buah cabai terkandung natrium benzoat terhadap kandungan vitamin
beberapa vitamin, salah satunya adalah vitamin C pada pengawetan cabai merah.
C. Pada umumnya buah merupakan sumber Analisis kadar vitamin C dengan
vitamin C yang penting, sehingga stabilitas penambahan larutan H3PO46 % bertujuan
vitamin C dalam pengolahan dan penyimpanan untuk memberikan suasana asam agar reaksi
buah serta hasil pengolahannya merupakan antara vitamin C dan larutan dye (2,6
masalah yang paling penting diperhatikan. diklorofenol indofenol) berlangsung optimal.
Dalam pengolahan dan penyimpanan sering
terjadi kehilangan kandungan vitamin C Selanjutnya tujuan penambahan arang aktif
karena vitamin C tidak tahan terhadap panas yaitu untuk menyerap warna merah yang
dan mudah teroksidasi (Hulme, 1997). ada pada cabai karena apabila tidak diserap
Masalah keamanan pangan selalu menarik maka dapat mempengaruhi pembacaan
perhatian masyarakat dan orang-orang terkait nilai absorbansi sampel. Hal ini disebabkan
dalam bidang pangan. Bahan baku yang intensitas warna tidak hanya berasal dari warna
dapat menjadi salah satu aspek yang dapat kompleks vitamin C dan larutan dye tetapi juga
menimbulkan masalah keamanan pangan dan berasal dari cabai merah. Sedangkan fungsi
cabai merupakan bahan baku yang banyak penambahan larutan dye (2,6 diklorofenol
digunakan untuk pengelolahan pangan (Rosaria indofenol) yaitu memberikan warna ungu
et al, 2008). Berdasarkan pendapat Sanggama kemerahan pada larutan standar vitamin C
(2006), bahwa seperti hasil pertanian yang lain,
buah cabai tidak dapat lama disimpan dalam yang awalnya bening, karena zat yang dapat
keadaan segar karena buah cabai merupakan dianalisis menggunakan spektrofotometer
struktur hidup yang setelah dipanen mudah visibel yaitu zat yang dalam bentuk larutan
mengalami perubahan fisik maupun perubahan berwarna sehingga analisis didasarkan pada

196
Yanti Oktoviana Pengaruh Lama penyimpanan dan konsentrasi natrium .............

pembentukan larutan berwarna. adalah respirasi dan transpirasi.


Cabai merah yang digunakan sebagai kontrol
hanya memiliki kadar vitamin C yaitu 30,67
mg/100g dan setelah disimpan selama 6 hari
teksturnya sudah agak lembek (lewat masak)
dan kadar vitamin C nya menurun yaitu 18,90
mg/100g. Hal ini terjadi, karena proses respirasi
terjadi dengan sangat cepat sehingga proses
penguraian makromolekul terjadi dengan cepat
pula yang mengakibatkan terjadinya kerusakan
atau pembusukan. Respirasi merupakan proses
dimana bahan-bahan organik dirombak untuk
menghasilkan energi dalam bentuk energi
Reaksi yang terjadi antara larutan dye kimia untuk aktivitas hidup (Tranggono dan
(2,6-diklorofenol indofenol) dan vitamin C Sutardi 1989). Laju respirasi buah dan sayur
dapat dilihat pada Gambar 2 (Hashmi, 1986) : menentukan laju perubahan kearah penuaan,
Apabila larutan 2,6 diklorofenol indofenol yang bermuara pada kebusukan yang ditandai
direduksi oleh asam askorbat berubah menjadi dengan perubahan warna, tekstur, dan rasa.
tidak berwarna. Pada pengawetan cabai merah dengan
Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel konsentrasi natrium benzoat yang sama,
1 terlihat bahwa hasil yang diperoleh untuk cabai merah segar tanpa perlakuan
berbeda-beda dimana kadar vitamin C pada pada hari ke-0 sampai hari ke-4 tekstur buah
penyimpanan selama 8 hari lebih tinggi masih keras kemudian pada hari ke-6 agak
dibandingkan dengan hari ke-2, ke-4 dan ke- lembek dan juga kadar vitamin C mengalami
6. Kadar vitamin C meningkat karena selama penurunan, lalu pada hari ke-8 menjadi lembek
perendaman dalam larutan pengawet, larutan (bonyok) sedangkan untuk cabai merah yang
natrium benzoat tersebut dapat bermigrasi menggunakan campuran kapur dan natrium
kedalam jaringan cabai merah sehingga natrium benzoat pada hari ke-10 tekstur buahnya agak
benzoat dapat mengaktifkan sel muda untuk lembek dan mengalami penurunan kadar
berkembang dan menekan proses penuaan vitamin C. Pengaruh lama penyimpanan
cabai merah tersebut. Natrium benzoat juga terhadap kandungan vitamin C tidak berbeda
dapat mempertahankan kadar vitamin C nyata, akan tetapi cenderung mengalami
akan tetapi kadar vitamin C akan menurun penurunan. Hal ini disebabkan karena
seiring dengan tingkat kematangan buah. Hal tertundanya penguapan air yang menyebabkan
ini disebabkan karena kadar vitamin C pada struktur sel yang semula utuh menjadi layu.
buah yang sudah lewat masak akan berubah Dimana enzim askorbat oksidase tidak
menjadi glukosa. Menurut Apandi (1984), dibebaskan oleh sel sehingga tidak mampu
semakin banyak mendapat sinar matahari mengoksidasi vitamin C lebih lanjut menjadi
pada waktu tanaman tumbuh maka semakin senyawa yang tidak mempunyai aktivitas
banyak pula kandungan asam askorbat. Hal vitamin C lagi. Tetapi apabila sel mengalami
ini disebabkan semakin banyak mendapat kelayuan maka vitamin C mengalami kerusakan
cahaya, maka setiap proses fotosintesis akan (Gaman dan Serington, 1992). Pernyataan ini
semakin giat dan glukosa akan semakin banyak juga didukung oleh Trenggono dan Sutardi.
terbentuk. Kandungan asam askorbat akan (1989) yang menyatakan penyimpanan buah-
mengalami penurunan selama penyimpanan buahan pada kondisi yang menyebabkan
terutama pada suhu penyimpanan yang tinggi. kelayuan akan menurunkan kandungan
Campuran antara kapur dan natrium benzoat vitamin C dengan cepat karena adanya proses
memiliki daya simpan yang paling lama yaitu respirasi.
10 hari daripada kontrol. Hal ini menunjukkan Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel
bahwa natrium benzoat dapat menghambat 2 pada pengawetan cabai merah dengan
laju pemasakan cabai merah. Menurut Apandi menggunakan variasi konsentrasi natrium
(1984), setelah dipanen sayuran dan buah- benzoat, kandungan vitamin C pada konsentrasi
buahan akan mengalami perubahan komposisi 1,50% meningkat dari yang lainnya. Hasil
dan mutu karena proses metabolisme masih penelitian menunjukkan nantrium benzoat
berlanjut. Proses metabolisme yang terjadi dengan konsentrasi 1,50% memberikan
197
Volume 1, No. 4, 2012: 193-199 Jurnal Akademika Kimia

hasil yang terbaik. Hal ini disebabkan karena Referensi


semakin tinggi konsentrasi natrium benzoat
untuk menghambat pertumbuhan mikroba Almatsier, S. (2004). Prinsip dasar ilmu gizi.
yang dapat merusak vitamin C karena natrium Jakarta: Gramedia pustaka umum.
benzoat dapat mengganggu kerja enzim
sehingga oksidasi vitamin C dapat dihambat Apandi, M. (1984). Teknologi buah dan sayur.
dan kadar vitamin C dalam cabai merah dapat Bandung: Alumni.
dipertahankan.
Menurut Purba dan Rusmalirin (1985), Badan Pusat Statistik. (2011). Sulawesi tengah
bahwa efektivitas dalam menghambat in figures. Palu: BPS Sul-Teng.
pertumbuhan mikroba salah satunya
dipengaruhi oleh konsentrasi bahan pengawet Badan Ketahanan Pangan. (2010). Peta
sehingga dapat menghambat aktivitas ketahanan dan kerentanan pangan
mikroorganisme dalam menghasilkan enzim indonesia (FSVA), Jakarta: Badan
yang dapat menyebabkan rusaknya vitamin C. Ketahanan Pangan.
Na-benzoat efektif digunakan pada pH
2.5-4. Daya awetnya akan menurun dengan Day, R. Jr., & Underwood, A. L. (1996).
meningkatnya pH, karena keefektifan dan Analisis kimia kuantitatif (5th ed).
mekanisme anti mikroba berada dalam bentuk Jakarta : Erlangga.
molekul yang tidak terdisosiasi (Winarno et al.,
1980). Duriat, A. S. (1995). Hasil penelitian cabai
Adapun mekanisme kerja natrium merah TA 1993/1994. Dalam Prosiding
benzoat sebagai pengawet yaitu berdasarkan Seminar dan Evaluasi Hasil Penelitian
permeabilitas membran sel mikroba terhadap Hortikultura. (pp. 201−305). Jakarta:
molekul-molekul asam benzoat yang tidak Pusat Penelitian Hortikultura.
terdisosiasi. Dalam suasana pH 4,5 molekul-
molekul asam benzoat tersebut dapat mencapai Elisa, J., Soewarna, T., Soekanto., Purwiyatno,
sel mikroba yang membran selnya mempunyai H., Ajeng, M., & Syarief. Analisis
sifat permeabel terhadap molekul-molekul Kinetika Pendugaan Umur Simpan
asam benzoat yang terdisosiasi. Sel mikroba Benih Cabai Merah. Jurnal Teknologi
Industri Pertanian, 15(1), 34-39.
yang mempunyai pH cairan sel netral akan
dimasuki oleh molekul-molekul asam benzoat Gaman, P. M. & Sherrington, K. B. (1992).
maka molekul asam benzoat akan terdisosiasi Ilmu Pangan, Pengantar Ilmu Pangan,
dan menghasilkan ion-ion H+, sehingga akan Nutrisi dan Mikrobiologi. Yogyakarta:
menurunkan pH mikroba tersebut. Akibatnya Universitas Gajah Mada.
metabolisme sel akan terganggu dan akhirnya
sel mati (Winarno dan Laksmi, 1974).
Hartarti, U., Sadli., Detris, P. (2009).
Penutup Peningkatan kualitas lombok
Berdasarkan hasil penelitian yang telah merah melalui proses pengelolaan
dilakukan disimpulkan bahwa pengawetan secara kimia di desa Sambo. Palu:
menggunakan natrium benzoat dapat PKMM Universitas Tadulako (Tidak
memperpanjang masa simpan cabai merah diterbitkan).
dan juga konsentrasi natrium benzoat
mempengaruhi kadar vitamin C yang terdapat Hashmi, M. H. (1986). Assay of vitamins in
pada cabai merah. Kadar Vitamin C tertinggi pharmaceuntical preparations. London
diperoleh pada konsentrasi 1,5% yaitu 54 : John Wiley and Sons.
mg/100 g dengan masa simpan 8 hari.
Hulme, A. C. (1997). The biochemistry of fruit
Ucapan Terima Kasih and their products (2nd ed). London:
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan Academics Press.
terima kasih kepada bapak Tasrik S.Pd.
selaku laboran di Laboratorium Kimia FKIP Ibekwe., Eberechukwu, S., Uwakwe.,
Universitas Tadulako dan semua pihak yang Amadikwa, A., & Monanu, M. O.
telah membantu dalam pelaksanaan penelitian (2007). Effect of oral intake of sodium
ini. benzoate on some haematological

198
Yanti Oktoviana Pengaruh Lama penyimpanan dan konsentrasi natrium .............

parameters of wistar albino rats. Sudjana. (1997). Metode Statistika. Bandung:


Journal Scientific Research And Essay, Penerbit Tarsito.
2(1), 6-9.
Tampubolon, S. D. R. (2006). Pengaruh
Siaka, I. M. (2009). Analisis bahan pengawet konsentrasi gula dan lama
benzoat pada saos tomat yang beredar penyimpanan mutu manisan cabai
di wilayah kota Denpasar. Jurnal basah. Jurnal Penelitian Bidang Ilmu
Kimia, 3(2), 87-92. Pertanian, 4(1).

Lelah, M. (2012). Formulasi pengawetan cabai Taufik, M. (2011). Analisis Pendapatan Usaha
merah (Capsicum annuum). Jurnal Tani dan Penanganan Pascapanen
BTH. Cabai Merah. Jurnal Litbang
Pertanian, 30(2).
Maippiratu, T. (1989). Pengaruh emulsi
antioksidan dan suhu pengeringan Tisnawati. (2005). Tehnik penggunaan asam
terhadap mutu cabai merah kering. benzoat dan sodium benzoat untuk
Palu: Balai Penelitian Universitas memperpanjang lama peragaan
Tadulako. bunga sedap malam. Buletin Teknik
Pertanian, 10(1).
Mroz, Z., Jongbloed, A. W., Partanen, K. H.,
Vreman, K., Kemme, P. A., & Kogut, J. Trenggono & Sutardi. (1989). Biokimia dan
(2000). The effects of calcium benzoate teknologi pasca panen. Yogyakart:
in diets with or without organic acids Pusat Antara Universitas Pangan dan
on dietary buffering capacity, apparent Gizi UGM.
digestibility, retention of nutrients,
and manure characteristics in swine. Ummu, M., Susetyorini, S. H., Aminah, S.
Journal Of Animal Science. 78, 2622- (2010). Kadar vitamin c, mutu fisik,
2632. ph dan mutu organoleptik sirup rosell
(Hibiscus sabdariffa, l) berdasarkan
Naidu, K. A. (2003). Vitamin C in human cara ekstraksi. Jurnal Pangan dan
health and disease is still a mystery ? Gizi, 1(1).
An overview. Nutrition Journal, 2(7).
Barus, W. A. (2006). Pertumbuhan dan
Purba, A., & Rusmalirin, H. (1985). Pengolahan produksi cabai merah (Capsicum
Pangan Jurusan Teknologi Pertanian. annuum l.) dengan penggunaan
Medan: Fakultas Pertanian USU. molsan dan pemupukan PK. Jurnal
Penelitian Bidang Ilmu Pertanian,
Rani, R., Defiani, M. R., & Suriani, N. L. 4(1).
(2009). Pengaruh suhu dan lama
penyimpanan terhadap kandungan Winarno, F. G. & Laksmi, J. S. (1974).
vitamin c pada cabai rawit putih Dasar pengawetan, sanitasi, dan
(Capsicum frustencens). Jurnal keracunan. Departemen Teknologi
Biologi, 13(2), 36-40. Hasil Pertanian. FATEMETA. Bogor:
Institut Pertanian Bogor.
Rosaria & Rahayu, W. P. (2008). Studi
keamanan dan daya simpan cabe Winarno, F. G., S. Fardiaz, & Fardiaz, D.
merah giling. Jurnal Teknol dan (1980). Pengantar teknologi pangan.
Industri Pangan, 19(1). Jakarta: PT Gramedia.

199

You might also like