You are on page 1of 13

Jurnal Agro Ekonomi, Vol. 38 No.1, Mei 2020:1-13 DOI: http://dx.doi.org/10.21082/jae.v38n1.2020.

1-13 1

PENILAIAN KEBERLANJUTAN SISTEM USAHA KENTANG DENGAN KRITERIA


MULTIDIMENSI: STUDI KASUS DI DATARAN TINGGI DIENG, WONOSOBO

Asessment of Potato Farming System Sustainability


with Multidimension Criteria: Case study in Dieng Plateu, Wonosobo
Rizka Amalia Nugrahapsari1*, Rima Setiani1, Budi Marwoto2,
Jawal Anwarudinsyah1, Sulusi Prabawati1
1Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura

Jln. Tentara Pelajar No 3C, Bogor, Jawa Barat, Indonesia, 16111


2Balai Penelitian Tanaman Hias

Jln. Raya Ciherang, Pacet Cianjur, Jawa Barat, Indonesia, 43253


*Korespondensi penulis. E-mail : rizkanugrahapsari@pertanian.go.id

Diterima: 19 Mei 2019 Direvisi: 17 Juni 2019 Disetujui terbit: 23 September 2019

ABSTRACT

Potato farming systems face stiff changes in strategic environment that is adherence to the sustainable agriculture
protocols. This study aims to introduce a practical methodology for assessing multidimension sustainability of potato
farming system and its application in some villages in Dieng Plateau, Wonosobo. Primary data obtained by interviewing
farmers, extension agents, Regional Agricultural Service officials, seed producers and related stakeholders in
October–December 2018. The research used the Rapfish method with Multidimensional Scaling approach. Research
showed that the most sensitive attributes of potato farming system sustainability were mulch, fertilizer and organic
utilization, and rotation for ecological dimension; farm production inputs, capital and labor for economic dimension;
training, community perception and knowledge on sustainable agriculture, extension institution existence and functions
for social-cultural dimension; extension effectiveness, interinstitutional coordination, and farmers’ group effectiveness
for law and institution dimension; and irrigation and application of harvest and post-harvest technology for technology
dimension. Less sustainable potato farming systems were found in three villages and sufficient sustainable categories
were found in 15 villages. Sustainable potato farming system program in Dieng Plateau should be focused on villages
with less sustainable categories and on the sensitive attributes. Further research is needed to rigorously review the
methodology both theoretically and empirically.
Keywords: multidimension sustainability, potato, Rapfish, Wonosobo

ABSTRAK

Usaha tani kentang menghadapi perubahan lingkungan strategis yang menuntut mematuhi protokol pertanian
berkelanjutan. Penelitian bertujuan untuk memperkenalkan metode penilaian keberkelanjutan sistem usaha tani
kentang multidimensi dan menerapkannya di beberapa desa di Dataran Tinggi Dieng, Wonosobo. Data yang
digunakan ialah data primer hasil wawancara terhadap petani, penyuluh, staf Dinas Pertanian, penangkar benih dan
stakeholder terkait pada Oktober–Desember 2018. Penelitian menggunakan metode Rapfish dengan pendekatan
Multidimensional Scaling. Penelitian menunjukkan bahwa atribut yang paling sensitif memengaruhi keberlanjutan
sistem usaha tani kentang adalah mulsa, penggunaan pupuk dan bahan organik, serta rotasi untuk dimensi ekologi;
sarana produksi pertanian, kapital, dan tenaga kerja untuk dimensi ekonomi; pelatihan, persepsi dan pengetahuan
masyarakat tentang pertanian berkelanjutan, keberadaan dan fungsi kelembagaan penyuluhan untuk dimensi sosial
budaya, efektifitas lembaga penyuluhan, koordinasi antarlembaga dan efektifitas kelompok tani untuk dimensi hukum
dan kelembagaan; serta irigasi dan penggunaan teknologi panen dan pascapanen untuk dimensi teknologi. Sistem
usaha tani kentang kurang berkelanjutan ditemukan di tiga desa, sementara di 15 desa lainnya termasuk cukup
berkelanjutan. Pengembangan sistem usaha kentang di Dataran Tinggi Dieng sebaiknya difokuskan di desa-desa
dengan kategori kurang berkelanjutan dan diarahkan pada atribut-atribut yang sensitif. Penelitian lanjutan lebih
mendalam diperlukan untuk menguji ulang metode yang digunakan baik secara teoritis maupun empiris.
Kata kunci: keberlanjutan multidimensi, kentang, Rapfish, Wonosobo

PENDAHULUAN produksi dan konsumsi. Ketidakseimbangan ini


dibuktikan dengan masih berfluktuasi impor bahan
pangan. Data Pusdatin (2018) menunjukkan
Sistem Usaha Pertanian (SUP) di Indonesia
bahwa volume impor mengalami peningkatan
menghadapi tantangan ketidakseimbangan
sebesar 5,23% per tahun untuk tanaman pangan
2 Jurnal Agro Ekonomi, Vol. 38 No. 1, Mei 2020:1-13

dan 3,74% per tahun untuk tanaman hortikultura stabilitas sosial, partisipasi, serta preservasi bu-
selama periode 2013 – 2017. Hal ini menyebabkan daya, sedangkan keberlanjutan ekologi berkaitan
defisit neraca perdagangan untuk komoditas dengan pemeliharaan sumber daya agar lestari,
tanaman pangan dan hortikultura selama periode daya lentur ekosistem, keanekaragaman hayati
tersebut. dan kesehatan lingkungan (Nurmalina 2017).
Permasalahan yang muncul di sisi produksi Pierce et al. (1994) menyatakan bahwa pemba-
antara lain konversi lahan yang tidak terkendali, ngunan berkelanjutan (sustainable development)
keterbatasan dalam pencetakan lahan baru, mempunyai makna dan tujuan yang lebih luas dari-
penurunan kualitas lahan, rata-rata kepemilikan pada pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
lahan yang sempit, ketidakpastian status pemilikan Tujuan-tujuan ekonomi, sosial, dan lingkungan
lahan, beternak tidak mempunyai lahan, kurang- pada tingkat tertentu dapat bersinergi. Namun
nya jaringan irigasi baru, rusaknya jaringan irigasi pada kondisi-kondisi tertentu di lapangan, ketiga-
yang ada, belum cukup tersedianya sarana tiganya dapat saling bersaing dan kurang saling
produksi, belum berkembangnya kelembagaan mendukung. Pilihan-pilihan kebijakan perlu di-
pelayanan penyedia sarana produksi, kelembaga- tetapkan secara hati-hati dengan mempertimbang-
an petani belum memiliki posisi tawar yang kuat, kan masing-masing dimensi yang saling berkaitan.
keterbatasan petani dalam pemanfaatan tekno-
Komitmen masyarakat untuk membangun
logi, menurunnya minat generasi muda, dan
pertanian berkelanjutan tidak hanya terjadi di
kurangnya permodalan (Kementan 2015).
dunia, namun juga di Indonesia. Salah satu daerah
Sementara itu di sisi konsumsi terjadi peningkatan
di Indonesia yang menghadapi permasalahan
kebutuhan pangan, pakan, dan energi akibat per-
degradasi lahan adalah Dataran Tinggi Dieng di
tambahan penduduk, peningkatan pendapatan,
Wonosobo. Pertiwi et al. (2017) menyebutkan
dan tuntutan penyediaan produk yang aman,
dengan bertanam kentang sepanjang tahun akan
sehat, halal dan dikelola secara berkelanjutan.
menyebabkan degradasi lahan, selain itu
Namun pemenuhan kebutuhan tersebut me-
pertanaman kentang di Dataran Tinggi Dieng pada
ngalami berbagai kendala terdegradasinya kondisi
lahan dengan kemiringan tajam memperbesar
biofisik atau lingkungan akibat oleh penggunaan
kemungkinan terjadinya tanah longsor dan
input dan pertanaman yang tidak memperhatikan
menyebabkan kesuburan lahan berkurang karena
aspek keberlanjutan. Untung (2006) menjelaskan
humus yang ada di permukaan tanah akan hanyut
bahwa pendekatan dan praktik pertanian konven-
terbawa air hujan. Hal ini dikuatkan oleh penelitian
sional yang dilaksanakan di sebagian besar
yang dilakukan Rusiah et al. (2005) bahwa
negara maju dan negara sedang berkembang
aktivitas pertanian kentang yang meningkat tanpa
termasuk Indonesia merupakan praktik pertanian
memperhatikan kaidah konservasi lahan di sekitar
yang kurang mengikuti prinsip pembangunan
obyek wisata Dataran Tinggi Dieng menimbulkan
berkelanjutan. Penyebabnya adalah penerapan
kerusakan hutan, tanah, air, dan lingkungan.
pendekatan sektoral (ego sektoral) dalam
Degradasi lahan dan kerusakan lingkungan
pelaksanaan atau implementasi di lapangan (Rivai
lambat laun akan mengakibatkan penurunan
dan Anugrah 2011).
produktivitas kentang. Permasalahan ini kini
Di sisi lain kondisi pertanian di Indonesia me- menjadi fokus utama dari Dinas Pertanian
ngalami berbagai perubahan lingkungan strategis Wonosobo untuk segera diselesaikan.
yang menuntut diterapkannya pertanian secara
Beberapa penelitian tentang dampak usaha
berkelanjutan, antara lain tercantum dalam
tani kentang telah dilakukan di Wonosobo, antara
Sustainable Development Goal (PBB), Sustainable
lain oleh Pratiwi dan Hardyastuti (2018). Hasil
in Food and Agriculture (FAO) dan ditetapkannya
penelitiannya menunjukkan bahwa kontribusi pen-
Indonesia sebagai lumbung pangan dunia 2045.
dapatan usaha tani kentang terhadap pendapatan
Banyak negara pengimpor hasil pertanian
rumah tangga tani termasuk dalam kategori besar,
mempersyaratkan kepada negara eksportir untuk
dan dummy kemiringan lahan tidak berpengaruh
menyediakan produk pertanian yang berasal dari
signifikan terhadap pendapatan usaha tani
sistem produksi yang dikelola secara berke-
kentang. Sementara hasil penelitian Bondansari et
lanjutan (sustainable agriculture) yang dibuktikan
al. (2011) menunjukkan bahwa usaha tani kentang
dengan sertifikasi atau penerapan protokol yang
di Dataran Tinggi Dieng menguntungkan secara
harus diikuti dalam sistem rantai pasok yang ada.
finansial. Namun tidak layak diusahakan secara
Pembangunan berkelanjutan mengarustengahkan
ekonomi (sosial). Hal ini disebabkan karena
alur keberlanjutan ekonomi, sosial, dan ekologi
munculnya berbagai permasalahan lingkungan
secara serentak dalam sistem pembangunan.
yang dipicu oleh penerapan pola tanam kentang
Keberlanjutan ekonomi berkaitan dengan efisiensi,
secara monokultur, penggunaan pestisida secara
pertumbuhan, dan keuntungan. Keberlanjutan
intensif, penanaman searah kontur, dan beberapa
sosial terkait dengan keadilan, pemerataan,
bentukan teras bangku yang diintroduksikan
PENILAIAN KEBERLANJUTAN SISTEM USAHA KENTANG DENGAN KRITERIA MULTIDIMENSI: 3
STUDI KASUS DI DATARAN TINGGI DIENG, WONOSOBO
Rizka Amalia Nugrahapsari, Rima Setiani, Budi Marwoto, Jawal Anwarudinsyah, Sulusi Prabawati

belum disertai penguat teras yang baik. Kedua antarlembaga, efektivitas lembaga pendamping
penelitian tersebut dilatarbelakangi oleh aktivitas dan efektivitas kelompok tani. Atribut pengukuran
usaha kentang di Dataran Tinggi Dieng yang tidak untuk dimensi teknologi yaitu analisis tanah,
memenuhi prinsip konservasi sumber daya lahan. penggunaan teknologi panen dan pascapanen,
Namun belum ada penelitian yang dilakukan untuk irigasi, pemanfaatan sumber daya lokal, dan
menilai indeks dan status keberlanjutan kentang di standarisasi mutu input. Penentuan dimensi dan
Dieng. Oleh karena itu penelitian ini menjadi atribut didasarkan pada hasil studi literatur, pra
penting dilakukan agar menjadi acuan bagi survei, dan FGD pakar.
Pemerintah Kabupaten Wonosobo untuk
Pengujian validitas dan ketepatan model
menyusun kebijakan dalam menciptakan sistem
menggunakan analisis Monte Carlo. Untuk
usaha kentang yang berkelanjutan. Diharapkan
menentukan fokus kebijakan dalam meningkatkan
kebijakan yang disusun dapat lebih fokus pada
indeks dan status keberlanjutan sistem usaha
lokasi tertentu berdasarkan status keberlanjutan
kentang di Dataran Tinggi Dieng, penelitian ini juga
eksisting dan variabel yang sensitif memengaruhi
mengidentifikasi atribut/peubah yang sensitif
keberlanjutan yang teridentifikasi dari penelitian
berpengaruh pada keberlanjutan sistem usaha
ini.
kentang menggunakan analisis kepekaan
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi (leverage analysis).
(1) indeks dan status keberlanjutan sistem usaha
kentang multidimensi dari masing masing desa di
Dataran Tinggi Dieng, (2) indeks dan status Lokasi dan Waktu Penelitian
keberlanjutan kentang masing masing dimensi Penelitian dilakukan di Dataran Tinggi Dieng,
(ekologi, ekonomi, sosial budaya, teknologi, dan Wonosobo bulan Oktober–Desember 2018.
kelembagaan), dan (3) atribut/peubah yang Lokasi penelitian adalah di Kecamatan Garung
sensitif berpengaruh pada keberlanjutan sistem (Desa Kuripan, Mlandi, Jengkol, Kayugiyang),
usaha kentang. Kecamatan Kejajar (Desa Campursari, Dieng,
Igirmranak, Jojogan, Kejajar, Kreo, Patakbanteng,
Sembungan, Serang, Sigedang, Sikunang,
METODE PENELITIAN Surengede, Tambi, Tieng) dan Kecamatan
Kalikajar (Desa Purwojiwo).
Kerangka Pemikiran
Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur indeks
dan status keberlanjutan sistem usaha kentang di Data yang digunakan ialah data primer yang
Dataran Tinggi Dieng, baik secara multidimensi dikumpulkan melalui pengamatan lapangan dan
maupun masing-masing dimensi. Dimensi yang wawancara terhadap sebanyak 110 orang
dinilai yaitu ekologi, ekonomi, teknologi, sosial, dan responden yang terdiri atas lima orang staf Dinas
hukum. Penilaian indeks dan status keberlanjutan Pertanian, 17 orang penyuluh pertanian lapangan
pada masing-masing dimensi tersebut didasarkan (PPL), satu orang penangkar benih, 57 orang
pada berbagai atribut pengukuran. Atribut petani dan 30 orang pakar. Survei dilakukan di tiga
pengukuran pada dimensi ekologi yaitu tingkat kecamatan yang merupakan sentra produksi
kemiringan, pencemaran lingkungan, bahan kentang di Dieng.
organik, penggunaan mulsa, rotasi tanaman dan
Wawancara dengan petani, PPL, dan
terasering. Atribut pengukuran pada dimensi
penangkar dilakukan dengan menggunakan
ekonomi yaitu orientasi usaha, efisiensi sesuai
kuesioner terstruktur. Sementara wawancara
rekomendasi, subsidi untuk biaya usaha tani,
dengan Dinas Pertanian dilakukan dalam bentuk
ketersediaan prasarana, kemudahan akses pasar,
FGD (Focus Group Discussion). Dimensi dan
ketersediaan dan harga saprodi, tenaga kerja dan
atribut dalam penelitian ini ditentukan dari lima kali
modal. Atribut pengukuran untuk dimensi sosial
diskusi yang melibatkan 30 pakar yang terdiri dari
yaitu keberadaan dan tingkat kemudahan lembaga
pakar ekonomi, budi daya, pascapanen, mekani-
keuangan, adopsi teknologi ramah lingkungan,
sasi, agroklimat, sistem dinamik, kelembagaan,
partisipasi masyarakat, keberadaan dan fungsi
sumber daya air dan lahan, lingkungan, hama
kelompok tani, intensitas mengikuti penyuluhan,
penyakit, dan pemuliaan.
tingkat pengetahuan masyarakat, persepsi
masyarakat, pelatihan dan tingkat pendidikan
masyarakat. Atribut pengukuran untuk dimensi Metode Analisis
hukum dan kelembagaan yaitu komitmen
masyarakat untuk menjaga lingkungan, sin- Metode analisis data yang digunakan dalam
kronisasi peraturan pusat dan daerah, koordinasi penelitian ini ialah teknik ordinasi Rapfish melalui
Multi Dimensional Scalling (MDS) untuk menilai
4 Jurnal Agro Ekonomi, Vol. 38 No. 1, Mei 2020:1-13

indeks dan status keberlanjutan sistem usaha sosial yaitu keberadaan dan tingkat
kentang di Dataran Tinggi Dieng serta meng- kemudahan lembaga keuangan, adopsi
identifikasi atribut yang sensitif berpengaruh teknologi ramah lingkungan, partisipasi ma-
terhadap indeks keberlanjutan di masing-masing syarakat, keberadaan dan fungsi kelompok
dimensi melalui leverage analysis. Metode tani, intensitas mengikuti penyuluhan, tingkat
Rapfish telah digunakan oleh banyak penelitian pengetahuan masyarakat, persepsi
untuk menilai keberlanjutan antara lain oleh Ali masyarakat, pelatihan dan tingkat pendidikan
(2015) yang menggunakan Rapfish untuk meng- masyarakat. Atribut pengukuran untuk
analisis status keberlanjutan multidimensi dimensi hukum dan kelembagaan yaitu
perikanan tangkap di Teluk Bone dan Nurmalina komitmen masyarakat untuk menjaga
(2008) yang menggunakan Rapfish untuk meng- lingkungan, sinkronisasi peraturan pusat dan
analisis indeks dan status keberlanjutan sistem daerah, koordinasi antarlembaga, efektivitas
ketersediaan beras di beberapa wilayah di lembaga pendamping, dan efektivitas
Indonesia. Rapfish juga digunakan dalam kelompok tani. Atribut pengukuran untuk
penelitian yang dilakukan oleh Machado et al. dimensi teknologi yaitu analisis tanah, peng-
(2015), penelitian tersebut berhasil membuktikan gunaan teknologi panen dan pascapanen,
bahwa Rapfish merupakan alat yang tepat untuk irigasi, pemanfaatan sumber daya lokal, dan
menyajikan data keberlanjutan pada berbagai standarisasi mutu input.
kelompok obyek penelitian. Rapfish juga dinilai
2. Penilaian setiap atribut dalam skala ordinal
sebagai metode analisis yang mampu
(skoring) berdasarkan kriteria keberlanjutan
mendukung suatu penelitian untuk menghasilkan
setiap dimensi. Penilaian dari masing-masing
bahan dan informasi secara cepat, akurat, dan
atribut tersebut mengacu kepada norma dan
aplikatif sehingga rekomendasi kebijakan yang
sistem audit pertanian berkelanjutan yang
dihasilkan dapat menjadi salah satu faktor
telah disusun oleh Kementerian Pertanian
penentu keberhasilan tercapainya pembangunan
melalui Badan Penelitian dan Pengembangan
(Hartono et al. 2005).
Pertanian. Penetapan Norma Pertanian
Tahapan analisis dalam penelitian ini Berkelanjutan digunakan sebagai fondasi atau
mengikuti Kavanagh (2001) dan Pitcher dan basis utama dalam penyusunan panduan atau
Preikshot (2001) sebagai berikut: pedoman dalam melakukan identifikasi
dan/atau penilaian atau sertifikasi terhadap
1. Penentuan atribut. Masing-masing dimensi
status keberlanjutan usaha pertanian di
diwakili oleh atribut. Zhen dan Rontray (2003)
Indonesia.
mengatakan bahwa pemilihan suatu indikator
operasional keberlanjutan dan aplikasinya 3. Analisis ordinasi Rapfish dengan metode
harus spesifik waktu dan ruang terkait dengan MDS menggunakan R software untuk
karakteristik spasial (nasional, regional, lokal) menentukan ordinasi dan nilai stress melalui
dan temporal (jangka pendek, jangka ALSCAL logaritma.
menengah, jangka panjang). Hal ini karena
4. Pemilihan MDS dalam analisis Rapfish.
prioritas keberlanjutan masing-masing dimensi
Analisis ini mempertimbangkan bahwa
bisa berbeda untuk masing-masing
metode Multi-Variate Analysis lainnya seperti
karakteristik spasial dan temporal. Dimensi dan
Factor Analysis dan Multi-Attribute Utility
atribut dalam penelitian ini ditentukan dari lima
Theory (MAUT) belum mampu memberikan
kali diskusi yang melibatkan 30 pakar yang
hasil yang stabil (Pitcher dan Preikshot 2001).
terdiri dari pakar ekonomi, budi daya, pasca-
Fauzi dan Anna (2002) menjelaskan bahwa
panen, mekanisasi, agroklimat, sistem dinamik,
teknik ordinasi (penentuan jarak) di dalam
kelembagaan, sumber daya air dan lahan,
MDS didasarkan pada Euclidian Distance
lingkungan, hama penyakit, dan pemuliaan.
yang dalam ruang berdimensi n dapat ditulis
Dimensi yang dinilai dalam penelitian ini sebagai berikut:
yaitu ekologi, ekonomi, teknologi, sosial, dan
hukum. Atribut pengukuran pada dimensi 𝑑 = √(|𝑥1 − 𝑥2 |2 + |𝑦1 − 𝑦2 |2 + |𝑧1 − 𝑧2 |2 +. . )
ekologi yaitu tingkat kemiringan, pencemaran
lingkungan, bahan organik, penggunaan Konfigurasi atau ordinasi dari suatu obyek
mulsa, rotasi tanaman, dan terasering. Atribut atau titik di dalam MDS kemudian diaproksimasi
pengukuran pada dimensi ekonomi yaitu dengan meregresikan jarak Euclidian (dij) dari titik
orientasi usaha, efisiensi sesuai rekomendasi, i ke titik j dengan titik asal (dij) dengan persamaan
subsidi untuk biaya usaha tani, ketersediaan sebagai berikut:
prasarana, kemudahan akses pasar, keter-
sediaan dan harga saprodi, tenaga kerja, dan 𝑑𝑖𝑗 = 𝑎 + 𝑏𝑑𝑖𝑗 + 𝑒
modal. Atribut pengukuran untuk dimensi
PENILAIAN KEBERLANJUTAN SISTEM USAHA KENTANG DENGAN KRITERIA MULTIDIMENSI: 5
STUDI KASUS DI DATARAN TINGGI DIENG, WONOSOBO
Rizka Amalia Nugrahapsari, Rima Setiani, Budi Marwoto, Jawal Anwarudinsyah, Sulusi Prabawati

5. Menilai indeks dan status keberlanjutan HASIL DAN PEMBAHASAN


sistem usaha kentang multidimensi dan
masing-masing dimensi. Seluruh atribut
kemudian dianalisis secara multidimensi dan Analisis Multidimensi
masing-masing dimensi. Analisis multidimensi Hasil analisis Rapfish multidimensi menunjuk-
dilakukan untuk menentukan titik yang kan indeks keberlanjutan yang bervariasi
mencerminkan posisi keberlanjutan sistem antardesa berkisar antara 44,13–71,93. Desa
usaha kentang di masing-masing wilayah yang yang termasuk ke dalam kategori kurang
dikaji relatif terhadap dua titik acuan, yaitu titik berkelanjutan ialah Desa Campursari, Kejajar,
baik (good) dan titik buruk (bad). Nilai indeks Sigedang, dan Tieng (empat desa). Sementara 15
keberlanjutan menggunakan skala yang desa lainnya termasuk dalam kategori cukup
dikembangkan University Columbia, Canada berkelanjutan antara lain Kuripan, Mlandi, Jengkol,
dalam Fauzi dan Anna (2005) pada Tabel 1. Kayugiyang, Gemblengan, Dieng, Igirmranak,
Jojogan, Kreo, Patakbanteng, Sembungan,
Tabel 1. Nilai indeks keberlanjutan menggunakan 4
skala kategori (the sustainability index value
Serang, Surengede, Tambi, dan Purwojiwo. Desa
uses 4 scale categories) dengan indeks keberlanjutan terendah ialah Desa
Campursari, sedangkan desa dengan indeks
Nilai indeks Tingkat keberlanjutan keberlanjutan tertinggi yaitu Desa Jengkol karena
(index value) (sustainability level) memiliki keunggulan secara ekologi, sosial, dan
X < 25 Tidak berkelanjutan teknologi dibandingkan desa lainnya. Desa
25 < x < 50 Kurang berkelanjutan Jengkol masuk ke dalam wilayah Kecamatan
50 < x < 75 Cukup berkelanjutan Garung yang merupakan sentra produksi kentang
75 < x < 100 Berkelanjutan nomor dua di Wonosobo. Indeks dan status
Sumber: Fauzi dan Anna (2005) keberlanjutan sistem usaha kentang multidimensi
disajikan pada Gambar 1 dan 2.
6. Analisis kepekaan (leverage analysis) untuk
menentukan peubah yang sensitif meme-
ngaruhi keberlanjutan. Analisis leverage Analisis Dimensi Ekologi
(sensitivitas) bertujuan menentukan atribut Hasil analisis indeks keberlanjutan sistem
yang memiliki peranan paling tinggi dalam usaha kentang di Wonosobo untuk dimensi
setiap dimensi pengelolaan usaha pertanian ekologi menunjukkan adanya keragaman indeks
berkelanjutan atau disebut sebagai faktor keberlanjutan antardesa berkisar 30,57–87,66,
pengungkit. Indikator yang paling sensitif Desa Tieng memiliki nilai indeks keberlanjutan
ditunjukkan dengan nilai Root Mean Square terendah, sedangkan Desa Jengkol memiliki nilai
(RMS) paling tinggi. Setiap perubahan indikator indeks keberlanjutan tertinggi. Desa yang
sensitif akan memengaruhi nilai indeks keber- termasuk ke dalam kategori kurang berkelanjutan
lanjutan (Pitcher dan Preikshot 2001). secara ekologi antara lain Desa Campursari,
7. Analisis Monte Carlo untuk memperhitungkan Dieng, Igirmranak, Serang, dan Tieng (lima desa).
aspek ketidakpastian. Pada proses analisis Desa yang termasuk ke dalam kategori cukup
ordinasi memungkinkan terjadi kesalahan berkelanjutan secara ekologi antara lain Desa
sehingga perlu dilakukan evaluasi terhadap Mlandi, Kayugiyang, Gemblengan, Jojogan,
pengaruh error atas proses melalui analisis Kejajar, Kreo, Patakbanteng, Sembungan,
Monte Carlo sebagai uji validitas dan Sigedang, Surengede, Tambi, Purwojiwo (12
ketepatan. Seperti yang diungkapkan oleh desa). Desa yang termasuk ke dalam kategori
Kavanagh dan Pitcher (2004), analisis Monte sangat berkelanjutan secara ekologi antara lain
Carlo berguna untuk mengkaji: (1) pengaruh Desa Kuripan dan Jengkol (dua desa). Faktor yang
kesalahan pembuatan skoring atribut yang menyebabkan tingginya status keberlanjutan
disebabkan oleh pemahaman kondisi lokasi ekologi di Jengkol adalah karena petani kentang di
penelitian yang belum sempurna atau wilayah tersebut menggunakan mulsa plastik
kesalahan pemahaman terhadap atribut atau sepanjang tahun, petani terbiasa memberikan
cara pemberian skoring atribut, (2) pengaruh pupuk kandang, mengembalikan limbah tanaman
variasi pemberian skoring akibat perbedaan dan menggunakan agensia hayati seperti
opini atau penilaian oleh peneliti yang berbeda, trichoderma dan PGPR, serta menggunakan
(3) stabilitas proses analisis MDS yang bahan kimia berdasarkan pengamatan. Indeks,
berulang-ulang, (4) kesalahan pemasukan data status dan faktor yang sensitif memengaruhi
atau adanya data hilang, dan (5) tingginya nilai
keberlanjutan sistem usaha kentang dimensi
stress hasil analisis MDS.
ekologi disajikan pada Gambar 3.
6 Jurnal Agro Ekonomi, Vol. 38 No. 1, Mei 2020:1-13

Sumber: Data primer (2018)


Gambar 1. Indeks dan status keberlanjutan sistem usaha kentang multidimensi

Ekologi
100
Kuripan
80
Mlan
60
40 Jkl
Teknologi Ekonomi
20 Kygy
0 Gem
Cam
Dieng

Sosial Hukum Igir

Sumber: Data primer (2018)


Gambar 2. Diagram layang indeks dan status keberlanjutan sistem usaha kentang multidimensi

Miring

Cemar

Bahor

Mulsa

Rotasi

Teras

0 5 10

Sumber: Data primer (2018)


Keterangan: Miring : tingkat kemiringan Bahor : bahan Organik Rotasi : rotasi tanaman
Cemar : pencemaran lingkungan Mulsa : penggunaan mulsa Teras : terasering
Gambar 3. Indeks, status, dan faktor yang sensitif memengaruhi keberlanjutan sistem usaha kentang
dimensi ekologi
PENILAIAN KEBERLANJUTAN SISTEM USAHA KENTANG DENGAN KRITERIA MULTIDIMENSI: 7
STUDI KASUS DI DATARAN TINGGI DIENG, WONOSOBO
Rizka Amalia Nugrahapsari, Rima Setiani, Budi Marwoto, Jawal Anwarudinsyah, Sulusi Prabawati

Hasil leverage analysis menunjukkan bahwa kategori cukup berkelanjutan secara ekonomi
atribut yang paling sensitif memengaruhi keber- yaitu Kuripan, Mlandi, Jengkol, Kayugiyang,
lanjutan sistem usaha kentang dimensi ekologi Gemblengan, Campursari, Dieng, Igirmranak,
adalah mulsa, penggunaan pupuk dan bahan Jojogan, Kejajar, Kreo, Patakbanteng,
organik, serta rotasi. Hal ini artinya untuk dapat Sembungan, Serang, Surengede, Tambi, Tieng,
meningkatkan status keberlanjutan ekologi dan Purwojiwo (18 desa). Tidak ada desa yang
sistem usaha pertanian di Wonosobo maka faktor masuk ke dalam kategori sangat berkelanjutan
utama yang diperhatikan yaitu penggunaan secara ekonomi. Desa Mlandi yang merupakan
mulsa karena dapat memperkecil fluktuasi suhu desa dengan indeks keberlanjutan ekonomi
tanah sehingga menguntungkan pertumbuhan tertinggi berada di Kecamatan Garung yang
akar dan mikroorganisme tanah, memperkecil merupakan sentra produksi kentang nomor dua di
laju erosi tanah, dan menghambat laju Kabupaten Wonosobo. Faktor yang menyebab-
pertumbuhan gulma (Utomo et al. 2017). kan tingginya status keberlanjutan ekonomi di
Penggunaan pupuk organik dapat mengurangi Mlandi adalah karena petani kentang di wilayah
dampak pencemaran lingkungan akibat tersebut tidak mengalami kesulitan dalam
penggunaan pupuk anorganik berlebihan memasarkan hasil dengan harga wajar, serta
(Thamrin et al. 2014). mendapatkan sarana produksi pertanian secara
mudah dengan harga wajar. Indeks, status, dan
faktor yang sensitif memengaruhi keberlanjutan
Analisis Keberlanjutan Sistem Usaha Kentang sistem usaha kentang dimensi ekonomi disajikan
Dimensi Ekonomi pada Gambar 4.
Hasil analisis indeks keberlanjutan sistem
Hasil leverage analysis menunjukkan bahwa
usaha kentang dimensi ekonomi di Wonosobo
atribut yang paling sensitif memengaruhi keber-
menunjukkan adanya keragaman indeks keber-
lanjutan sistem usaha kentang dimensi ekonomi
lanjutan antardesa berkisar antara 48,82 – 68,79, adalah sarana produksi pertanian, kapital, dan
dimana Desa Sigedang memiliki nilai indeks tenaga kerja. Hal ini artinya untuk dapat
keberlanjutan terendah, sedangkan Desa Mlandi
meningkatkan status keberlanjutan ekonomi
memiliki nilai indeks keberlanjutan tertinggi. Desa
sistem usaha pertanian di Wonosobo maka faktor
yang termasuk ke dalam kategori kurang berke-
yang paling utama untuk diperhatikan adalah
lanjutan secara ekonomi adalah Desa Sigedang
men-jamin sarana produksi pertanian tersedia
(satu desa). Desa yang termasuk ke dalam dengan harga yang wajar. Saptana dan Ashari

Orientasi
Efisiensi
Subsidi
Prasarana
Pasar
Saprodi
SDM
Kapital
Profit

0 1 2 3 4 5

Sumber: Data primer (2018)


Keterangan: Orientasi : orientasi usaha Pasar : kemudahan akses pasar
Efisiensi : efisiensi sesuai rekomendasi Saprodi : ketersediaan dan harga
Subsidi : subsidi untuk biaya ustan SDM : tenaga kerja
Prasarana : ketersediaan prasarana Kapital : modal
Profit : profit
Gambar 4. Indeks, status, dan faktor yang sensitif memengaruhi keberlanjutan sistem usaha kentang
dimensi ekonomi
8 Jurnal Agro Ekonomi, Vol. 38 No. 1, Mei 2020:1-13

(2007) menjelaskan bahwa kebijakan yang tepat wilayah tersebut sangat intensif mengikuti
dalam pembangunan pertanian berkelanjutan di pelatihan (lebih dari lima pelatihan dalam
Indonesia adalah melalui kemitraan usaha setahun), mengadopsi teknologi ramah
partisipatif. Dengan cara ini diharapkan sarana lingkungan dalam setahun terakhir (menerapkan
produksi pertanian dapat terjaga baik dalam segi pemupukan berimbang), menggunakan kompos,
jumlah maupun kewajaran harga, sehingga mengendalikan organisme pengganggu tanaman
kontinuitas produksi dapat terjamin. secara terpadu dan terbiasa membuat pestisida
hayati atau mol. Selain itu, kelembagaan
Analisis Dimensi Sosial penyuluhan di Desa Jengkol berfungsi dengan
baik sebagai sumber informasi harga pasar,
Hasil analisis indeks keberlanjutan sistem grading dan teknologi, serta konsultasi dalam
usaha kentang di Wonosobo dimensi sosial masalah pertanian. Indeks, status, dan faktor
menunjukkan adanya keragaman indeks keber- yang sensitif memengaruhi keberlanjutan sistem
lanjutan antardesa berkisar antara 52,17–88,00. usaha kentang dimensi sosial disajikan pada
Desa Campursari memiliki nilai indeks Gambar 5.
keberlanjutan terendah, sedangkan Desa
Jengkol memiliki nilai indeks keberlanjutan Hasil leverage analysis menunjukkan bahwa
tertinggi. Secara sosial, hampir sebagian besar atribut yang paling sensitif memengaruhi
desa di Wonosobo masuk ke dalam kategori keberlanjutan sistem usaha kentang dimensi
cukup berkelanjutan dan tidak ada yang masuk sosial secara berturut-turut adalah pelatihan,
ke dalam kategori kurang berkelanjutan. Desa persepsi masyarakat tentang pertanian
yang termasuk ke dalam kategori cukup berkelanjutan, pengetahuan masyarakat tentang
berkelanjutan secara sosial antara lain Kuripan, pertanian berkelanjutan, serta keberadaan dan
Mlandi, Gemblengan, Campursari, Dieng, fungsi kelembagaan penyuluhan. Hal ini artinya
Igirmranak, Jojogan, Kejajar, Kreo, untuk dapat meningkatkan status keberlanjutan
Patakbanteng, Sembungan, Serang, Sigedang, sosial maka faktor yang paling utama untuk
Surengede, Tambi, Tieng, dan Purwojiwo (17 diperhatikan adalah meningkatkan intensitas
desa). Desa yang termasuk ke dalam kategori petani dalam mengikuti penyuluhan atau
sangat berkelanjutan secara sosial yaitu Desa pelatihan tentang pertanian berkelanjutan. Hal ini
Jengkol dan Kayugiyang. Faktor yang sejalan dengan hasil penelitian Widriani et al.
menyebabkan tingginya status keberlanjutan (2009) di Kabupaten Bandung Barat dan
sosial di Jengkol adalah karena petani kentang di Trenggalek. Hasil penelitiannya menunjukkan

Keu
Pasar
Keltan
Peny
Adopsi
Prspsi
Plthn
Peng
Pend

0 1 2 3 4 5

Sumber: Data primer (2018)


Keterangan: Keu : keberadaan dan tingkat kemudahan lembaga keuangan
Pasar : partisipasi masyarakat Prspsi : persepsi masyarakat
Keltan : keberadaan dan fungsi kelompok tani Plthn : pelatihan
Peny : intensitas mengikuti penyuluhan Peng : tingkat pengetahuan masyarakat
Adopsi : adopsi teknologi ramah lingkungan Pend : tingkat pendidikan masyarakat
Gambar 5. Indeks, status, dan faktor yang sensitif memengaruhi keberlanjutan sistem usaha kentang
dimensi sosial
PENILAIAN KEBERLANJUTAN SISTEM USAHA KENTANG DENGAN KRITERIA MULTIDIMENSI: 9
STUDI KASUS DI DATARAN TINGGI DIENG, WONOSOBO
Rizka Amalia Nugrahapsari, Rima Setiani, Budi Marwoto, Jawal Anwarudinsyah, Sulusi Prabawati

bahwa salah satu atribut sensitif yang perlu tersebut berfungsi sangat efektif. Selain itu,
diperhatikan dalam pengelolaan kawasan rawan koordinasi dan sinkronisasi antarlembaga
erosi adalah keikutsertaan petani dalam (pemerintah, swasta, dan masyarakat) di desa
penyuluhan. Program penyuluhan dan tersebut berlangsung sangat intensif. Frekuensi
pengembangan sebaiknya diarahkan pada koordinasi di Desa Mlandi rata-rata dilakukan 1 –
perbaikan manajemen usaha tani, pengendalian 2 bulan sekali.
hama dan penyakit dan perbaikan panen dan
Indeks, status, dan faktor yang sensitif meme-
pascapanen (Bachrein 2004).
ngaruhi keberlanjutan sistem usaha kentang
dimensi hukum dan kelembagaan disajikan pada
Analisis Dimensi Hukum dan Kelembagaan Gambar 6. Hasil leverage analysis menunjukkan
bahwa atribut yang paling sensitif memengaruhi
Hasil analisis indeks keberlanjutan sistem
keberlanjutan sistem usaha kentang dimensi
usaha kentang di Wonosobo dimensi hukum dan
hukum dan kelembagaan adalah efektifitas
kelembagaan menunjukkan adanya keragaman
lembaga penyuluhan, koordinasi antarlembaga,
indeks keberlanjutan antardesa berkisar antara
dan efektifitas kelompok tani. Hal ini artinya untuk
29,87 – 80,14. Desa Campursari memiliki nilai
dapat meningkatkan status keberlanjutan hukum
indeks keberlanjutan terendah, sedangkan Desa
dan kelembagaan sistem usaha pertanian di
Mlandi memiliki nilai indeks keberlanjutan
Wonosobo maka faktor yang paling utama untuk
tertinggi. Desa yang termasuk ke dalam kategori
diperhatikan adalah meningkatkan efektifitas
kurang berkelanjutan secara hukum dan kelem-
kelembagaan penyuluhan pertanian.
bagaan yaitu Campursari, Kejajar, Sembungan,
Serang, Sigedang, dan Tieng (enam desa). Desa Dalam menentukan keberlanjutan usaha tani,
yang termasuk ke dalam kategori cukup berke- penyuluh berperan sebagai pendidik, fasilitator,
lanjutan secara hukum dan kelembagaan antara dan mediator (Ruhimat 2015). Kelembagaan
lain Kuripan, Jengkol, Kayugiyang, Gemblengan, penyuluhan pertanian tidak hanya sebatas
Igirmranak, Jojogan, Kreo, Patakbanteng, mengandalkan penyuluh pertanian lapang (PPL)
Surengede, dan Puwojiwo (10 desa). Desa yang dari pemerintah, namun dapat juga dengan cara
termasuk ke dalam kategori sangat berkelanjutan menumbuhkan penyuluh swadaya. Haryanto et
secara hukum dan kelembagaan yaitu Desa al. (2017), menjelaskan bahwa petani yang
Mlandi, Dieng, dan Tambi. Desa Mlandi merupa- memiliki sifat kepemimpinan dan menjadi teladan
kan desa dengan indeks keberlanjutan hukum dapat berperan sebagai penyuluh swadaya dan
dan kelembagaan tertinggi. Faktor yang me- melaksanakan penyuluhan secara swadaya.
nyebabkan tingginya status keberlanjutan hukum Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa peran
dan kelembagaan di Mlandi adalah karena penyuluh swadaya terbukti efektif dalam
semua lembaga pendamping (penyuluh pemberdayaan petani.
pertanian lapang dan kelompok tani) di desa

Komit

Sink

Koord

ppl

kelt

0 2 4 6

Sumber: Data primer (2018)


Keterangan: Komit : komitmen masyarakat untuk menjaga lingkungan
Sink : sinkronisasi peraturan pusat dan daerah ppl : efektivitas lembaga pendamping
Koord : koordinasi antarlembaga kelt : efektivitas kelompok tani
Gambar 6. Indeks, status, dan faktor yang sensitif memengaruhi keberlanjutan sistem usaha kentang
dimensi hukum dan kelembagaan
10 Jurnal Agro Ekonomi, Vol. 38 No. 1, Mei 2020:1-13

Analisis Dimensi Teknologi sistem usaha pertanian di Wonosobo maka faktor


yang paling utama untuk diperhatikan adalah
Hasil analisis indeks keberlanjutan sistem
memperbaiki teknologi irigasi dan penggunaan
usaha kentang di Wonosobo dimensi teknologi
teknologi panen serta pascapanen. Perbaikan
menunjukkan adanya keragaman indeks keber-
irigasi tidak hanya sebatas pada teknologinya
lanjutan antardesa berkisar antara 32,64 – 84,05.
saja, namun juga pada kelembagaan tata kelola
Desa Kejajar memiliki nilai indeks keberlanjutan
air. Sumaryanto (1999) menyatakan bahwa
terendah, sedangkan Desa Jengkol memiliki nilai
pening-katan efisiensi pendayagunaan sumber
indeks keberlanjutan tertinggi. Desa yang
daya air untuk irigasi memerlukan pendekatan
termasuk ke dalam kategori kurang berkelanjutan
sistematis dan komprehensif yang dijabarkan
secara teknologi yaitu Campursari, Igirmranak,
dalam tiap tingkatan arena pengelolaan irigasi.
Kejajar, Serang, Sigedang, dan Purwojiwo (enam
Dalam hal ini keswadayaan petani dalam
desa). Desa yang termasuk ke dalam kategori
pengelolaan irigasi sangat diperlukan.
cukup berkelanjutan secara teknologi yaitu
Kuripan, Kayugiyang, Gemblengan, Dieng,
Jojogan, Kreo, Patakbanteng, Sembungan, Analisis Validitas dan Ketepatan Model
Surengede, Tambi, dan Tieng, dan Puwojiwo (11
Hasil analisis Monte Carlo menunjukkan nilai
desa). Desa yang termasuk ke dalam kategori
indeks keberlanjutan sistem usaha kentang yang
sangat berkelanjutan secara teknologi yaitu Desa
Mlandi dan Jengkol. Faktor yang menyebabkan tidak terlalu berbeda antara hasil analisis MDS
tingginya status keberlanjutan teknologi di dengan analisis Monte Carlo. Hal ini bisa terlihat
dari titik hasil analisis Monte Carlo yang
Jengkol adalah karena petani di desa tersebut
mengumpul berdekatan dengan titik hasil analisis
telah menggunakan irigasi sprinkle dan mengenal
MDS pada Gambar 8. Hal ini mengindikasikan
teknologi panen dan pascapanen dengan sangat
sedikitnya kesalahan pembuatan skoring
baik (sortasi, grading, packaging, dan penyim-
panan). Indeks, status, dan faktor yang sensitif indikator, sedikitnya pengaruh variasi pemberian
memengaruhi keberlanjutan sistem usaha skoring akibat perbedaan opini atau penilaian,
stabilitas proses analisis MDS yang berulang-
kentang dimensi ekonomi disajikan pada Gambar
ulang, sedikitnya kesalahan pemasukan data,
7.
dan tingginya nilai stress hasil analisis MDS.
Hasil leverage analysis menunjukkan bahwa Kestabilan hasil penelitian menunjukkan bahwa
atribut yang paling sensitif memengaruhi keber- expert judgement yang digunakan dalam
lanjutan sistem usaha kentang dimensi teknologi penelitian ini telah valid. Sebagaimana hasil
adalah irigasi dan penggunaan teknologi panen penelitian Cahyo (2008) bahwa expert judgement
serta pascapanen. Hal ini artinya untuk dapat dibutuhkan pada pembangunan model Monte
meningkatkan status keberlanjutan teknologi Carlo untuk penentuan probabilitas.

Tanah

Paspa

Irigasi

SD

Mutu

0 5 10 15

Sumber: Data primer (2018)


Keterangan: Paspa : penggunaan teknologi panen dan pascapanen
Tanah : analisis tanah SD : pemanfaatan sumberdaya lokal
Irigasi : irigasi Mutu : standarisasi mutu input
Gambar 7. Indeks, status, dan faktor yang sensitif memengaruhi keberlanjutan sistem usaha kentang
dimensi teknologi
PENILAIAN KEBERLANJUTAN SISTEM USAHA KENTANG DENGAN KRITERIA MULTIDIMENSI: 11
STUDI KASUS DI DATARAN TINGGI DIENG, WONOSOBO
Rizka Amalia Nugrahapsari, Rima Setiani, Budi Marwoto, Jawal Anwarudinsyah, Sulusi Prabawati

Sumber: Data primer (2018)


Gambar 8. Hasil analisis Monte Carlo

KESIMPULAN DAN SARAN tentang pertanian berkelanjutan, pengetahuan


masyarakat tentang pertanian berkelanjutan, serta
keberadaan dan fungsi kelembagaan penyuluhan
Kesimpulan untuk dimensi sosial budaya, efektifitas lembaga
Uji Monte Carlo menunjukkan bahwa metode penyuluhan, koordinasi antarlembaga dan efek-
perhitungan indeks keberlanjutan sistem usaha tifitas kelompok tani untuk dimensi hukum dan
tani kentang yang diperkenalkan dalam tulisan ini kelembagaan, serta irigasi dan penggunaan
adalah valid. Atribut yang paling sensitif meme- teknologi panen serta pascapanen untuk dimensi
ngaruhi keberlanjutan sistem usaha tani kentang teknologi.
yaitu mulsa, penggunaan pupuk dan bahan
Penerapan model di Dataran Tinggi Dieng
organik serta rotasi untuk dimensi ekologi, sarana
menunjukkan bahwa terdapat tiga desa dalam
produksi pertanian, kapital, dan tenaga kerja untuk
kategori kurang berkelanjutan, sementara 15 desa
dimensi ekonomi, pelatihan, persepsi masyarakat lainnya termasuk dalam kategori cukup
12 Jurnal Agro Ekonomi, Vol. 38 No. 1, Mei 2020:1-13

berkelanjutan. Desa dengan indeks keberlanjutan Bondansari, Sularso KE, Dewanto E. 2011. Studi ten-
terendah adalah Desa Campursari, sedangkan tang budidaya tanaman kentang Solzum Tuberosum
desa dengan indeks keberlanjutan tertinggi adalah L di dataran tinggi Dieng kajian dari aspek ekonomi
Desa Jengkol karena memiliki keunggulan secara dan lingkungan. J Pemb Ped. 11(1):17-28.
ekologi, sosial, dan teknologi dibandingkan desa Cahyo W. 2008. Pendekatan simulasi monte carlo untuk
lainnya. pemilihan alternatif dengan decision tree pada nilai
outcome yang probabilistik. Teknol Indus.13(2):11-
17.
Saran
Fauzi A, Anna S. 2005. Pemodelan sumber daya
Metode perhitungan indeks keberlanjutan perikanan dan lautan untuk analisis kebijakan.
sistem usaha tani kentang yang diperkenalkan Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.
dalam penelitian ini perlu diuji dan disempurnakan Fauzi A, Anna S. 2002. Evaluasi status keberlanjutan
lebih jauh, baik secara teoritis maupun empiris, pembangunan perikanan: aplikasi pendekatan
melalui peneliti di lain lokasi dan sistem usaha tani RAPFISH (Studi kasus perairan pesisir DKI Jakarta).
berbeda sehingga kelak dapat dirumuskan suatu J Pesisir Lautan. 4(3).
pegangan teknis bagi para peneliti sistem Hartono TT, Kodiran T, Iqbal MA, Koeshendrajana S.
pertanian berkelanjutan secara umum. 2005. Pengembangan teknik rapid appraisal for
Pengembangan sistem usaha kentang yang fisheries (Rapfish) untuk penentuan indikator kinerja
perikanan tangkap berkelanjutan di Indonesia. Bul
berkelanjutan di Dataran Tinggi Dieng sebaiknya
Ekon Perikan.6(1):65-76.
difokuskan pada yang kurang berkelanjutan
seperti di Desa Campursari, Kejajar, Sigedang, Haryanto Y, Sumardjo, Amanah S, Tjitropranoto P.
dan Tieng, yaitu dengan meningkatkan pengguna- 2017. Efektivitas peran penyuluh swadaya dalam
an mulsa, menjamin sarana produksi pertanian pemberdayaan petani di Provinsi Jawa Barat. J
tersedia dengan harga wajar, meningkatkan Pengkaji Pengem Teknol Pertan. 20(2):141-154.
intensitas petani dalam mengikuti penyuluhan atau Kavanagh P, Pitcher T. 2004. Implementing microsoft
pelatihan tentang komponen pertanian berke- excel software for Rapfish: a technique for the rapid
lanjutan, meningkatkan efektifitas kelembagaan appraisal fisheries status. Fish Centre Res Report.
penyuluhan pertanian, dan memperbaiki teknologi 12(2): 2-75.
irigasi dan penggunaan teknologi panen serta Kavanagh P. 2001. Rapid apraisal of fisheries (Rapfish)
pascapanen. Sementara langkah yang dapat project. Rapfish softwere description (for microsoft
dilakukan untuk mempertahankan status keber- excel). Vancouver (US): University of British
lanjutan seperti kasus di Desa Jengkol adalah me- Columbia.
ningkatkan status keberlanjutan ekonomi melalui [Kementan] Kementerian Pertanian. 2015. Rencana
penyediaan sarana produksi pertanian dengan strategis Kementerian Pertanian tahun 2015- 2019.
harga yang wajar dan status keberlanjutan hukum Jakarta (ID): Kementerian Pertanian.
dan kelembagaan melalui peningkatan efektifitas
Machado IC, Fagundes L, Henriques M. 2015. Multi-
kelembagaan penyuluhan pertanian. dimensial assesment of sustainability extrativism of
mangrove yster Crassostrea spp in the Eetuary of
Cananeia, Sao Paulo, Brazil. Braz J Biol.75(3):670-
UCAPAN TERIMA KASIH 678.
Nurmalina R. 2008. Analisis indeks dan status keber-
Ucapan terima kasih penulis sampaikan lanjutan sistem ketersediaan beras di beberapa
kepada Badan Penelitian dan Pengembangan wilayah Indonesia. J Agro Ekon. 26(1):47-79.
Pertanian yang telah mendanai dan memfasilitasi Nurmalina R. 2017. Indikator operasional pembangunan
kegiatan penelitian ini, serta kepada Tim pertanian berkelanjutan di negara berkembang.
Pelaksana kegiatan Pertanian Berkelanjutan atas Dalam: Krisnamurthi B, Harianto, editors. Menuju
ide, saran, dan kerja sama yang baik selama Agribisnis yang Berdaya Saing. Bogor (ID):
proses penelitian kegiatan ini. Departemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor.
Pertiwi I, Prajanti SDW, Juhadi. 2017. Strategi daptasi
petani dalam pengolahan lahan kering di Desa
DAFTAR PUSTAKA Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, J
of Edu Soc Stud. 6(2):87-91.

Ali S. 2015. Rapfish analysis to assess the status of the Pierce DA, Markandya, Barbier E. 1994. Blueprint for a
sustainability of capture fisheries systems in Bone green economy. United Kingdom (GB):Earthscan
Bay. Inter J of Sci Res.6(9):817-826. Publ Ltd.
Bachrein S. 2004. Pengkajian keragaan usahatani dan Pitcher TJ, Preikshot D. 2001. Rapfish: a rapid appraisal
sistem distribusi bibit kentang di Jawa Barat. J technique to evaluate the sustainablity status of
Pengkaji Pengem Teknol Pertan. 7(2):125-138. fisheries. Fisheries Res. 49(3): 255-270.
PENILAIAN KEBERLANJUTAN SISTEM USAHA KENTANG DENGAN KRITERIA MULTIDIMENSI: 13
STUDI KASUS DI DATARAN TINGGI DIENG, WONOSOBO
Rizka Amalia Nugrahapsari, Rima Setiani, Budi Marwoto, Jawal Anwarudinsyah, Sulusi Prabawati

Pratiwi LF, Hardyastuti S. 2018. Analisis faktor-faktor pengelolaan sumberdaya air untuk irigasi. Forum
yang mempengaruhi pendapatan usahatani kentang Agro Ekon. 17(2):17-31.
pada lahan marginal di Kecamatan Kejajar
Kabupaten Wonosobo. Berkala Ilmiah Agri Thamrin A, Nurhayu A, Ruchjaniningsih, Nappu M.
Agridevina. 7(1):14-26. 2014. Kajian pemanfaatan pupuk organik dan
anorganik terhadap pertumbuhan dan hasil sayuran
[Pusdatin] Pusat Data dan Informasi. 2018. Statistik kentang. J Pengkaji Pengem Teknol Pertan. 17
Pertanian 2018. Jakarta (ID): Kementerian (1):49-59.
Pertanian.
Untung K. 2006. Penerapan pertanian berkelanjutan
Rivai RS, Anugrah IS. 2011. Konsep dan implementasi untuk meningkatkan ketahanan pangan [Internet].
pembangunan pertanian berkelanjutan di Indonesia. [diunduh 2018 Jan 19]. tersedia dari: http://
Forum Penelit Agro Ekon. 29(1):13-25. kasumbogo/staff/ugm.ac.id/index.php.
Ruhimat I. 2015. Status keberlanjutan usahatani Utomo MDC, Suryanto A, Baskara M. 2017.
agroforestry pada lahan masyarakat: studi kasus di Penggunaan berbagai jenis mulsa untuk
Kecamatan Rancah, Kabupaten Ciamis, Provinsi meningkatkan produksi brokoli. J Prod Tan.
Jawa Barat. J Penelit Sos Ekon Kehut. 12(2):99-110. 5(1):100-107.
Rusiah, Satya MN, Wahyudin A. 2005. Dampak aktivitas Widriani R, Sabiham S, Sutjahjo SH, Las I. 2009.
pertanian kentang terhadap kerusakan lingkungan Analisis keberlanjutan usahatani di kawasan rawan
obyek wisata dataran tinggi Dieng. Pelita.I(1):5-11. erosi (Studi kasus di Kecamatan Lembang,
Kabupaten Bandung Barat dan Kecamatan Dongko,
Saptana, Ashari. 2007. Pembangunan pertanian Kabupaten Trenggalek). J Tan Ikl. 29:65-80.
berkelanjutan melalui kemitraan usaha. J Lit Pertan.
26(4):123-130. Zhen I, Rontray K. 2003. Operational indicators for
measuring agricultural sustainability in developing
Sumaryanto. 1999. Keswadayaan petani dalam countries. Environ Manag. 32(1):34-36.

You might also like