Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Sangiran Sangiran Site is the most complete ancient human site in the world. The museum has
several clusters, one of them is Ngebung Cluster which tells the grandeur and greatness of Sangiran. The
purpose of this study is to know the interior design and display system of Ngebung Cluster Museum show-
room. This study employs qualitative research methods which lead to detailed descriptions and interactive
analysis techniques. The results of the research indicate that the interior of the showroom was created to
adjust to the existing museum building and was designed in accordance with museum design standards.
The composition of interior elements such as wall finishing, flooring and ceiling materials are repeated and
plain in order that museum visitors can focus on the displays and collections of the museum. Therefore, the
arrangement of furniture and display systems is adjusted to the available space. The display system in the
museum’s showroom can be said to have met the requirements of a good display, which refers to the prin-
ciples of the exhibition system and technical requirements that need to be considered in the arrangement
of the museum’s collection. The presentation, display furniture, and the completeness of information are
expected to encourage visitors to understand and interpret what is seen. Meanwhile, based on the results
of the research it can be concluded that the display system in the showroom of the Ngebung Archaeological
Museum has fulfilled good display standards referring to the principles of exhibition administration and
taking into account the technical requirements in organizing museum collections.
Keywords: Museum, Sangiran, Display System, Interior Design.
giran yang terletak di Dukuh Ngampon, Desa Museum Manusia Purba Klaster Nge-
Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten bung memiliki 4 ruang pamer yang menampil-
Sragen, Provinsi Jawa Tengah. Situs Sangiran kan para peneliti dalam upaya mengeksplorasi
juga dianggap key sites oleh UNESCO karena potensi Situs Sangiran. Ruang pamer Klaster
dapat memberikan gambaran dan pemahaman Ngebung merupakan salah satu ruang yang ber-
tentang proses evolusi manusia, budaya dan peran sebagai terciptanya potensi serta terjad-
lingkungannya selama 2 juta tahun tanpa terpu- inya aktivitas yang tanpa ruang tersebut muse-
tus. Dalam pengembangannya, Situs Sangiran um tidak dapat berfungsi menjalankan program
memiliki Museum yang tersebar di 4 klaster pameran. Desain interior beserta sistem display
yaitu Klaster Krikilan, Klaster Dayu, Klaster yang disajikan pada ruang pamer Museum San-
Bukuran dan Klaster Ngebung. giran tersebut cukup menarik untuk diteliti.
Klaster Ngebung merupakan klaster pen- Tujuan penelitian untuk mengetahui
genalan tentang sejarah panjang penelitian di sistem display pada interior ruang pamer Mu-
Situs Sangiran. Situs Ngebung memiliki nilai seum Klaster Ngebung. Penelitian ini menggu-
sejarah yang signifikan karena disanalah lokasi nakan beberapa landasan teori untuk menjad-
pertama kali dilakukan penggalian secara siste- ikan penelitian dengan mengukur pada teori
matis dengan hasil yang menakjubkan. Kegia- atau konsep desain interior. Pendekatan inte-
tan penelitian tersebut merupakan tonggak awal rior dibutuhkan untuk menganalisis interior
dikenalnya Situs Sangiran di kalangan peneliti pada ruang pamer Museum Klaster Ngebung.
Asing. Mengacu pada Ching mengenai desain interior,
mengungkapkan bahwa desain interior merupa-
Dalam proses pemahaman kebudayaan
kan sebuah perencanaan tata letak dan peran-
dan edukasi, museum secara khusus hanya ber-
cangan ruang dalam bangunan. (Francis D.K.
peran dalam tahap aktivitas belajar yang terjadi
Ching, 1996: 46). Suptandar juga menjelaskan
di dalam museum, yakni penyajian informasi
bahwa ruang bagi manusia merupakan kebutu-
di ruang pamer. Proses perencanaan dan per-
han dasar, maka desain interior bertujuan untuk
ancangan interior sebuah ruang pamer museum
membentuk suasana ruang agar menjadi lebih
juga sangat memperhatikan disiplin ilmu De-
baik, lebih indah dan lebih anggun sehingga
sain Interior, yakni diantaranya tidak terlepas
memuaskan dan menyenangkan bagi pengguna
dari aspek organisasi ruang, elemen pemben-
ruang (J. Pamudji Suptandar, 1999: 63). Diper-
tuk ruang, sirkulasi, dan estetika. Tata kondisi
tegas oleh Ernest Neufert mengenai interior
ruang yang baik dan sesuai diharapkan dapat
dalam ruang museum, interior dirancang untuk
memberikan kenyamanan dan keamanan bagi
memperagakan hasil karya seni, benda-benda
manusia termasuk benda atau barang beserta
budaya, dan ilmu pengetahuan (Ernest Neufert,
aktivitas di dalam museum.
1992: 136). Serta Joko Budiwiyanto mengenai
Penyampaian informasi dalam muse- sistem pengolahan ruang dan sistem pengor-
um dapat dikomunikasikan melalui tata pam- ganisasian ruang (Joko Budiwiyanto, 2012: 30).
er (sistem display museum). Tata pamer ialah
Pedoman Pelaksanaan Tata Penyajian
teknik menata benda dalam sebuah display
Koleksi/ Pameran di Museum diperlukan un-
dengan interpretasi yang dapat menerangkkan
tuk menyelenggarakan pameran dengan baik
makna benda tersebut. Penggunaan sarana pen-
(Direktorat Permuseuman. 1998: 14). Moh.
dukung (display museum) disesuaikan dengan
Amir Sutaarga mengungkapkan jika penyajian
kebutuhan serta jenis koleksi yang akan dipa-
koleksi merupakan salah satu cara berkomuni-
merkan oleh sebuah museum.
kasi antara pengunjung dengan benda-benda beberapa sumber data yang berbeda (HB. Suto-
koleksi yang dilengkapi dengan teks, gambar, po, 2002: 78-79). Penelitian ini menggunakan
foto, ilustrasi dan pendukung lainnya (M. Amir model analisis interaktif yang diawali dengan
Sutaarga, 1998: 68). Mengacu pada Pedoman pengumpulan data. Data tersebut berasal dari
Syarat Display berdasarkan Prinsip-Prinsip da- berbagai sumber yang dikumpulkan lewat ob-
lam Tata Pameran untuk menganalisis sistem servasi, wawancara, dokumen, yang kemudian
display pada koleksi museum yang disajikan di dituliskan dalam catatan. Selanjutnya reduksi
ruang pamer Museum Klaster Ngebung yakni data dilakukan dengan merangkum, menyusun
adanya storyline yang akan dipamerkan, ter- pokok-pokok pikiran yang fokus pada peneli-
sedianya benda koleksi museum, teknik atau tian. Setelah data direduksi dilanjutkan dengan
metode pameran yang akan dipakai ini (Di- sajian data yang berbentuk uraian singkat serta
rektorat Permuseuman. 1998: 11). Persyaratan bagan. Langkah terakhir dilakukan penarikan
teknis juga perlu diperhatikan dalam penataan kesimpulan yaitu kegiatan yang dilakukan den-
koleksi yang meliputi tata pameran, cahaya/ gan lebih teliti (HB. Sutopo, 2002: 78).
lighting, label, kondisi udara, peralatan audio-
visual, lukisan/diorama, keamanan dan lalu lin-
tas pengunjung (Direktorat Museum, 2007: 15). PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan metodolo- Sistem Display pada Ruang Pamer Museum
gi yaitu lokasi penelitian dilakukan pada Mu- Klaster Ngebung
seum Manusia Purba Klaster Ngebung yang
terletak di Ngebung, Kalijambe, Kabupaten Situs Sangiran adalah Situs Manusia Pur-
Sragen, Jawa Tengah. Strategi penelitian yang ba terlengkap di dunia. Diawali Koenigswald
digunakan yakni metode penelitian kualitat- yang melakukan survey eksploratif dan men-
if. Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang emukan himpunan alat batu serpih berukuran
mengarah pada pendeskripsian secara rinci kecil serta berbagai jenis tulang belulang verte-
dan mendalam baik kondisi maupun proses, brata di Bukit Ngebung yang kemudian diberi
dan juga hubungan atau saling keterkaitannya nama “Sangiran Flakes Industry”. Hasil pe-
mengenai hal-hal pokok yang ditemukan pada nelitian tersebut menunjukkan Sangiran mem-
sasaran penelitian (HB. Sutopo, 2002: 34). punyai nilai penting bagi perkembangan ilmu
Sumber data yang dipakai diantaranya artefak, pengetahuan, sehingga Situs Sangiran ditetap-
narasumber, literatur, dan situs internet. Teknik kan sebagai cagar budaya oleh Menteri Pendi-
pengumpulan data yang dilakukan yakni den- dikan dan Kebudayaan. Saat ini telah terban-
gan teknik observasi pasif, teknik wawancara gun 4 Museum Klaster, yakni Klaster Krikilan,
tidak terstruktur, dan studi pustaka. Sementara Klaster Dayu, Klaster Bukuran, dan Klaster
itu, teknik cuplikan yang digunakan adalah pur- Ngebung. Klaster Ngebung merupakan bagian
posive sampling. Teknik cuplikan ini cenderung yang tidak terpisahkan dari Sangiran. Cerita ke-
memilih informan yang dianggap mengetahui megahan dan kebesaran Situs Sangiran beras-
informasi dan masalah mengenai sistem display al dari sini. Klaster Ngebung didirikan dengan
serta desain interior museum serta dapat diper- tema “Riwayat Penemuan Situs dan Perkem-
caya sebagai sumber datanya (Sugiyono, 2012: bangannya” sebagai bentuk apresiasi kepada
53-54). Validitas data yang dikumpulkan dalam Von Koenigswald.
penelitian ini menggunakan teknik trianggula- Dalam klasifikasi museum berdasarkan
si data, yakni peneliti akan menguji keabsahan status hukum Museum Sangiran beserta Muse-
data dengan cara mengecek kebenaran data dari um Klaster Ngebung termasuk dalam Museum
Pemerintah, yakni museum yang dibiayai oleh aktivitas internal pengelola museum, kemudian
pemerintah setempat, dan untuk semua keper- bangunan area servis disediakan untuk menun-
luannya disediakan anggaran-anggaran tahu- jang aktivitas pengunjung. Kedua, bangunan
nan di departemen atau pemerintah lokal yang utama pada museum memuat koleksi yang di-
menyelenggarakannya. Sedangkan menurut miliki Museum Klaster Ngebung, ruang pamer
International Council of Museum (ICOM) mu- museum dapat dicapai dari luar maupun dalam
seum tersebut termasuk Arkeology and History museum, kemudian mempunyai daya tarik be-
Museum, yakni museum didalamnya terdapat rupa diorama dan mempunyai sistem keamanan
benda arkeologi dan benda bersejarah yang yang baik, dalam segi keamanan koleksi mau-
menyimpan tentang sejarah manusia beserta pun keamanan museum. Auditorium museum
peradabannya. ini terletak pada bagian kiri lobby sehingga mu-
dah dicapai oleh umum, sedangkan bangunan
Analisis tentang kelebihan dan kekuran-
khusus (laboraturium & storage) terletak pada
gan lokasi dan bangunan Museum Klaster Nge-
tempat yang tenang, yakni komplek perkanto-
bung berdasarkan penelitian menyebutkan bah-
ran museum.
wa museum terletak di lokasi yang sehat dan
tempat yang tenang jauh dari kebisingan, kemu- a. Koleksi Museum Klaster Ngebung
dian bangunan museum merupakan bangunan
Adapun koleksi yang disajikan dalam mu-
baru yang modern dilengkapi dengan fasilitas
seum ini diantaranya Diorama Ekskavasi yang
yang memadai dan parkir yang luas. Selanjutn-
menampilkan diorama kegiatan Ekskavasi yang
ya mengenai kekurangan lokasi dan bangunan,
pernah dilakukan di area Ngebung. Penelitian
Museum Klaster Ngebung terletak jauh dari
Awal Fosil Di Indonesia yang berisi foto-foto
pusat kota dan cukup sulit dijangkau oleh pen-
peneliti ilmu alam dari berbagai Negara yang
gunjung karena ini didirikan di tempat dimana
masuk ke Indonesia pada abad 17 hingga 18
fosil-fosil serta koleksi museum ditemukan, se-
beserta koleksi fosil kerang yang menjadi objek
lanjutnya museum ini sudah dilengkapi dengan
penelitian para peneliti. Koleksi Eugene Dubois
fasilitas penunjang seperti cafeteria, gift shop
hingga Van Es Sang Peneliti yang menampilkan
akan tetapi belum dapat berfungsi dengan baik
penggambaran Homo Erectus yang ditemukan
karena pengunjung museum yang sedikit dan
oleh Eugene Dubois, poster hubungan Dubois
tidak menentu.
dan van Es yang berisi pengantar transisi an-
Fasilitas yang terdapat di Museum tara penelitian fosil kerang/fauna menuju fosil
Klaster Ngebung diantaranya loket, area parkir, hominid di Indonesia, serta biostratigrafi fauna
open space (taman), lobby hall, ruang audio Van Es. Koleksi Riwayat Hidup Raden Saleh
visual, ruang auditorium, ruang diorama & ru- yang menampilkan riwayat hidup beserta peng-
ang pamer, komplek perkantoran serta fasili- hargaan yang diterimanya sebagai seorang pe-
tas pendukung yang terdiri dari kios souvenir lukis maupun ilmuwan, selain ditampilkan fosil
dan kantin, toilet serta mushola. Fasilitas ba- yang ditemukan selama melakukan pengga-
ngunan pada Museum Klaster Ngebung telah lian. Koleksi Pengobatan Tradisional Jawa dan
memenuhi syarat sesuai dengan persyaratan Cina yang ditampilkan dalam diorama, dimana
berdirinya museum. Pertama, bangunan sudah kedua pengobatan mempunyai karakter yang
dikelompokkan dan dipisahkan menurut fungsi sama yakni menggunakan fosil. Koleksi G.H.R
dan aktivitasnya dimana bangunan utama digu- Von Koenigswald yang menampilkan diorama
nakan untuk aktivitas pembelajaran pengunjung penggambaran Koenigswald beserta koleganya
museum, bangunan komplek perkantoran untuk yang menjelaskan bahwa dalam pencarian jejak
2) Ruang Pamer 1
Pada ruang pamer 1 display koleksi be-
rupa poster diletakkan pada panel, koleksi rep-
lika fosil pada vitrin, dan diatas pedestal. Vitrin
merupakan lemari pajang menggunakan kaca
yang diperuntukan bagi benda koleksi yang
memiliki tingkat kesensitifan tinggi sehingga
pengunjung tidak dapat menyentuhnya. Ter-
dapat beberapa vitrin dalam ruang pamer mu-
seum ini. Semua vitrin termasuk ke dalam jenis
vitrin tunggal karena hanya digunakan untuk
memajang koleksi saja. Vitrin koleksi kerang
Gambar 2. Koleksi Vitrin Ruang Pamer 1
dan vitrin replika temuan Dubois pada ruang
( Foto: Zulfa, 2019)
pamer 1 termasuk dalam vitrin tengah karena
tidak berhimpit dengan dinding, dimuat pada Pedestal tempat meletakkan koleksi ber-
meja kayu jati kuno agar display menggambar- bentuk tiga dimensi. Ukuran tinggi rendah ped-
kan furniture pada jaman dahulu kemudian ba- estal yang dimuat disesuaikan dengan besar
han penutup dari kaca serta koleksi diberi alas kecilnya koleksi yang diletakkan diatasnya.
yang terbuat dari resin yang merupakan peng- Pedestal pada ruang pamer 1 digunakan untuk
gambaran tekstur tanah, asal mula ditemukan- memuat Koleksi Figur Pithecanthropus dan
nya fosil tersebut (Iwan Setiawan, Wawancara: Koleksi Riwayat Raden Saleh, keduanya ter-
5 April 2019). buat dari kayu jati. Pedestal membantu display
koleksi dalam sebuah pameran, koleksi yang
ditampilkan menjadi lebih terstruktur dan ter-
fokus, dan pedestal berfungsi mengelompok-
kan antar koleksi sesuai dengan tema (Iwan
Setiawan, Wawancara: 5 April 2019).
yang memuat property papan tulis, tokoh pe- hanya dapat dilihat dari depan saja.
neliti, dan meja kursi yang terbuat dari kayu
jati. Dinding pada ruang pamer 1 dan 2 diberi
finishing warna putih tulang, kemudian pemili-
han ceiling putih dengan list profil tanpa aksen.
Hal tersebut dikarenakan banyaknya perabot
yang dimuat pada ruangan. Sehingga pemilihan
warna dinding yang terang diharapkan dapat
menimbulkan kesan ringan dan luas.
4) Ruang Pamer 3
Pada Ruang Pamer 3 terdapat Rekon-
struksi Stegodon yang ditemukan di Sangiran,
terbuat dari resin dengan bantuan kerangka
penahan dari besi holo berwarna merah. Peng-
gunaan diorama pada display museum dikare-
nakan penyesuaian dengan tema dan historis
penelitian di Sangiran dimana penelitian per-
tama kali terjadi di Situs Ngebung. Penyaji-
an diorama juga berfungsi menggambarkan
aspek-aspek yang terjadi saat itu. Selain itu,
didukung dengan penggunaan dinding batu
bata plesteran finishing warna hitam pada ruang
Gambar 9. Koleksi Vitrin Ruang Pamer 3
dapat membantu menonjolkan objek yang ingin
( Foto: Zulfa, 2019)
Lantai pada seluruh ruang pamer muse- museum yang ditujukan untuk mengungkap-
um ini menggunakan bahan yang sama, yakni kan suasana tertentu yang berhubungan dengan
keramik krem berukuran 60 x 60 cm. Menurut benda-benda yang dipamerkan (Direktorat Mu-
Suptandar, untuk memperluas serta menyatu- seum, 2008: 30). Penyajian tersebut dimaksud-
kan ruang dapat digunakan penutup lantai yang kan agar pengunjung yang menyaksikan diora-
sama. Pengolahan lantai yang matang juga ma dapat terbawa oleh suasana dan merasakan
dapat dijadikan sebagai penunjuk arah sirkula- gambaran kehidupan serta apa yang terjadi di
si maupun pembagian pada area ruang. Kemu- masa lampau (Iwan Setiawan, Wawancara: 5
dian, panel pada ruang pamer 3 terdapat pada April 2019). Sedangkan dalam metode pendeka-
pintu masuk yang digunakan juga membantu tan interaktif, Museum Manusia Purba Klaster
sebagai penunjuk arah sirkulasi. Panel beri- Ngebung menyediakan beberapa komputer da-
si poster yang memuat kekhasan dalam kajian lam setiap ruang pamer untuk lebih mempermu-
manusia purba, refleksi retoris perjalanan san- dah pengunjung dalam memahami koleksi ser-
giran, dan testimoni Sangiran dengan tebal 15 ta memberikan kebebasan pengunjung terkait
cm disertai komputer display, finishing warna tingkat informasi yang ingin mereka diketahui.
hijau dan biru. Penyajian koleksi menggunakan digital inter-
aktif dalam ruang pamer museum merupakan
b. Metode Penyajian Museum Klaster Nge-
salah satu cara agar pengunjung dapat berinter-
bung
aksi langsung dengan koleksi yang dipamerkan
Metode penyajian pada Museum Ma- melalui pemanfaatan teknologi informasi (Iwan
nusia Purba Klaster Ngebung menggunakan Setiawan, Wawancara: 5 April 2019).
metode pendekatan intelektual, pendekatan
Dari beberapa metode yang dipakai dalam
romantic (evokatif), dan metode pendekatan
penyajian pameran di Museum Manusia Purba
interaktif (Iwan Setiawan, Wawancara: 5 April
Klaster Ngebung dapat dianalisis bahwa kelebi-
2019). Metode pendekatan intelektual diterap-
han dari metode penyajian yang digunakan Mu-
kan dalam penyajian replika temuan beberapa
seum Manusia Purba Klaster Ngebung tersebut
fosil, poster-poster ilmuwan dan tokoh-tokoh
adalah pengunjung dapat memahami dengan
penting yang berperan, papan informasi, Bio-
mudah koleksi yang disajikan dalam museum
stratigrafi, serta Rekonstruksi Stegodon. Cara
melalui beberapa diorama serta papan informa-
penyajian benda-benda koleksi museum terse-
si tertulis maupun digital yang disediakan pihak
but dimaksudkan untuk mengungkapkan infor-
museum. Pengunjung juga diajak memahami
masi tentang guna, arti dan fungsi benda kolek-
apa yang terjadi pada masa lampau serta alur
si museum. Selain itu, pengunjung juga lebih
kejadian di Sangiran dengan mudah melalui
mudah dalam mendapatkan informasi tanpa ha-
storyline pameran yang sudah dirancang oleh
rus didampingi oleh pengelola atau tour guide
pihak museum.
museum (Iwan Setiawan, Wawancara: 5 April
2019). Metode pendekatan romantik (evokatif) c. Prinsip-prinsip Tata Pamer Museum
diterapkan dalam penyajian Diorama Ekska- Klaster Ngebung
vasi yang menggambarkan kegiatan ekskavasi
Mengacu pada prinsip-prinsip tata pa-
yang pernah dilakukan di area Ngebung, diora-
meran dalam museum, keempat ruang pam-
ma penggambaran pengobatan tradisional Jawa
er pada Museum Klaster Ngebung tersebut
dan Cina yang digunakan oleh masyarakat
dikelompokkan berdasarkan urutan kejadian
Sangiran pada masa lampau. Diorama tersebut
dan storyline yang ada dalam sejarah peneli-
merupakan cara penyajian benda-benda koleksi
tian awal di Sangiran. Koleksi dalam Muse-
um Klaster Ngebung dikemas per alur cerita highlighting, teknik menciptakan pencahayaan
dan disajikan dalam informasi berupa poster, dengan memberi sorotan pada objek tertentu
diorama, disertaii beberapa temuan fosil yang yakni koleksi dalam vitrin yang diberi spotlight
diletakkan dalam vitrin. Fosil dalam museum dan teknik beam play, teknik memanfaatkan so-
ini diantaranya replika fosil dan fosil asli hasil rotan cahaya dari suatu sumber sebagai elemen
penemuan. Kemudian, metode yang digunakan visual yakni adanya cahaya dari neonbox yang
pada ruang pamer museum ini meliputi metode terdapat di dalam poster. Pada pelabelan kolek-
pendekatan intelektual, metode pendekatan ro- si, banyak koleksi yang sudah diberi label ser-
mantik (evokatif), dan metode pendekatan in- ta keterangan mengenai koleksi dengan padat,
teraktif. Sedangkan dalam teknik penyajiannya, ringkas dan mudah dimengerti oleh pengunjung
terdapat koleksi yang disajikan tertutup dalam museum. Namun, ditemukan pula beberapa
vitrin adapula yang dipasang dalam panel dan koleksi berupa papan informasi yang menyajik-
informasi koleksi yang dimuat dalam komputer. an penjelasan tentang suatu koleksi dalam porsi
yang terlalu banyak, ukuran teks terlalu kecil,
dan peletakan yang tidak dapat dijangkau oleh
d. Syarat Teknis dalam Tata Koleksi Muse- pengunjung museum dengan mudah.
um Klaster Ngebung
Pengaturan tata udara menjadi hal yang
Sementara itu beberapa persyaratan sangat penting di dalam ruang pamer sebuah
teknis yang digunakan dalam penataan kolek- museum. Suhu pada ruang pamer berkisar an-
si pameran di Museum Klaster Ngebung. Tata tara 23-26°C. Sistem penghawaan yang digu-
Pameran, pada sistem periode termasuk dalam nakan dalam ruang pamer museum menggu-
pameran tetap karena diselenggarakan dalam nakan penghawaan alami yang diperoleh dari
jangka kurang lebih 5 tahun. Sistem ilmu yang pintu masuk dan pintu keluar, sedangkan peng-
digunakan yakni Paleoantologi dan Paleoan- hawaan buatan menggunakan AC Cassete dan
thropologist. Sistem regional museum, terma- Exhaust Fan.
suk dalam koleksi museum nasional karena
Peralatan audiovisual yang dipakai pada
benda yang dimiliki oleh museum masuk dalam
ruang pamer meliputi speaker pada ruang di-
taraf nasional atau berbagai daerah di Indonesia
orama dan komputer display yang terdapat di
(bukan dari Ngebung saja). Sistem benda pada
setiap ruang pamer. Ruang pamer museum ini
koleksi merupakan bukan dari benda sejenis,
juga terdapat lukisan sosok Raden Saleh dan
melainkan berbagai jenis yakni ditampilkan
beberapa diorama, meliputi Diorama Ekskava-
fosil dan replika fosil dalam vitrin, papan in-
si, pengobatan tradisional Cina dan Jawa, dan
formasi dalam pigura dan panel, serta diorama
Diorama Perdebatan Ilmiah di Ranah Ngebung.
ilustrasi kejadian yang sebenarnya.
Sistem keamanan museum dibantu oleh secu-
Pencahayaan (lighting) pada ruang pamer rity yang tersebar pada setiap ruang pamer. Se-
didukung oleh pencahayaan alami dan buatan. dangkan untuk keamanan koleksi melalui pen-
Pencahayaan alami diperoleh dari pintu ma- yajian koleksi fosil secara tertutup (diletakkan
suk dan keluar museum serta jendela-jendela dalam vitrin).
pada koridor yang terbuat dari kaca. Sedangkan
Lalu lintas pengunjung (sirkulasi) pada
pencahayaan buatan terdiri dari pencahayaan
ruang pamer menggunakan 2 jenis sirkulasi
umum dengan teknik downlighting (sistem
yakni sirkulasi loop dan sirkulasi branch linear.
pencahayaan umum yang merata di semua ru-
Sirkulasi loop yakni Jalan sirkulasi pengunjung
angan) serta pencahayaan khusus dengan teknik
dibuat mengelilingi objek yang dipamerkan
dengan jalan masuk dan jalan keluar yang sama perlu dipamerkan untuk diinformasikan kepa-
(David A. Robbiliard, 1982: 41). Sirkulasi loop da masyarakat. Untuk itu agar pameran dalam
diterapkan pada ruang diorama. Penerapan museum dapat menarik perhatian pengunjung,
sirkulasi tersebut didasarkan pada penempatan maka perlu dilakukan penataan sistem display
ruang dan bukaan pintu, dimana dalam ruan- yang baik. Ruang pamer Museum Manusia
gan ini sirkulasi dibelokkan kemudian dibuat Purba Klaster Ngebung memuat koleksi-kolek-
alur memutari diorama. Sedangkan, sirkulasi si tentang awal mula kegiatan penelitian di
branch linear yakni jalan sirkulasi pengunjung Indonesia. Sistem display di ruang pamer Mu-
yang dibuat bercabang dengan mengikuti garis seum Manusia Purba Klaster Ngebung dapat
maupun pembatas ruang (David A. Robbiliard, dikatakan sudah memenuhi syarat display yang
1982: 41). Sirkulasi branch linear diterapkan baik, yakni mengacu pada prinsip-prinsip tata
pada ruang pamer 1, 2 dan 3. Pengunjung dapat pameran dan persyaratan teknis yang perlu
menikmati display pamer di sebelah kiri mau- diperhatikan dalam penataan koleksi museum.
pun kanan ruangan karena display pada ruan- Melalui metode penyajian, perabot display,
gan tersebut terdapat pada dinding panel setiap didukung dengan kelengkapan informasi dalam
ruangan yang berfungsi juga sebagai penun- poster serta digital interaktif dan penyajian be-
juk arah sirkulasi pengunjung (Iwan Setiawan, berapa diorama yang dapat membentuk suasana
Wawancara: 5 April 2019). dalam penyajian koleksi di ruang pamer terse-
but pengunjung diharapkan dapat memahami
dan menginterpretasi apa yang dilihat.
KESIMPULAN
Sementara itu, berdasarkan hasil peneli-
Penelitian Sistem Display pada Interi- tian dapat disimpulkan bahwa sistem display
or Museum Manusia Purba Klaster Ngebung dalam interior Museum Manusia Purba Klaster
di Sangiran ini bertujuan untuk mengetahui Ngebung sudah memenuhi standar display yang
sistem display yang diterapkan dalam penyaji- baik mengacu pada prinsip-prinsip tata pamer-
an koleksi di museum beserta interiornya. Ber- an serta memperhatikan persyaratan teknis da-
dasarkan hasil penelitian tentang desain interior lam melakukan penataan koleksi museum.
ruang pamer Museum Manusia Purba Klaster
Ngebung menyimpulkan bahwa interior ruang
pamer diciptakan menyesuaikan dengan ban- DAFTAR PUSTAKA
gunan museum yang sudah ada dan didesain
sesuai dengan standar perancangan museum. Buku :
Beberapa komposisi elemen interior seperti fin-
ishing dinding, bahan lantai dan ceiling yang Dadang Udansyah. 1988. Seni Tata Pameran
berulang dan dibuat polos dimaksukan agar pe- di Museum. Jakarta: Departemen Pendi-
ngunjung museum dapat terfokus pada display dikan dan Kebudayaan.
dan koleksi yang disajikan oleh museum seh-
ingga mereka dapat memaksimalkan ilmu yang David A. Robbiliard. 1982. Public Space De-
ada di museum tersebut. Oleh karena itu pena- sign in Museum. Mildwaukee: Departe-
taan perabot display serta sistem display dalam ment of Architecture and Urban Plan-
Museum Manusia Purba perlu disesuaikan den- ning.
gan ruang yang tersedia. Berdasarkan landasan
teori tentang sistem display museum, kolek- Direktorat Permuseuman. 1994. Pedoman
si-koleksi yang dimiliki oleh sebuah museum Teknis Pembuatan Sarana Pameran di
Direktorat Permuseuman. 1998. Pedoman Tata Joko Budiwiyanto. 2012. Bahan Ajar Desain
Interior I. Surakarta: Institut Seni Indo-
Pameran di Museum. Jakarta: Direktorat nesia (ISI) Surakarta.
Jenderal Kebudayaan, Departemen Pen-
didikan dan Kebudayaan. Lexy J. Moleong 2006. Metodelogi Penelitian
Kualitatif. Jakarta: Remaja R o s d a -
Direktorat Permuseuman. 1998. Pedoman karya.
Penyelenggaraan & Pengelolaan Muse-
um. Jakarta: Direktorat Jenderal Kebu- Moh. Amir Sutaarga. 1998. Pedoman Penye-
dayaan, Departemen Pendidikan dan Ke- lenggaraan dan Pengelolaan Museum.
budayaan. Jakarta: Proyek Pembinaan Permuseu-
man Jakarta, Direktorat Jendral Kebu-
Direktorat Permuseuman. 1999/2000. Kecil dayaan, Depdikbud.
Tetapi Indah: Pedoman Pendirian Mu-
seum. Jakarta: Departemen Pendidikan
Internet :
Nasional Direktorat Jenderal K e b u -
dayaan Proyek Pembinaan Permuseu- https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bps-
man.
mpsangiran
Direktorat Museum. 2007. Pengelolaan Kolek-
si Museum. Jakarta: Direktorat Jenderal
Sejarah dan Purbakala, Departemen Ke- Narasumber :
budayaan dan Pariwisata.
Iwan Setiawan, 44 tahun, Kasi Pemanfaatan
Direktorat Museum. 2008. Pedoman Museum BPSMPS Sangiran.
Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal
Sejarah dan Purbakala, Departemen Ke-
budayaan dan Pariwisata.Duwiningsih &
Wiwit Hermanto. 2018. Sejarah Panjang
Menuju Pengakuan Dunia. S r a g e n :
Balai Pelestarian Situs Manusia Purba
Sangiran.