You are on page 1of 8

REKAYASA Rekayasa, 2021; 14(2): 245-251

Journal of Science and Technology


ISSN: 0216-9495 (Print)
https://journal.trunojoyo.ac.id/rekayasa
ISSN: 2502-5325 (Online)

Kajian Fisika Kimia Perairan Danau Bangkau Sebagai Dasar Pengembangan


Budidaya Ikan
Siswanto1*, Dini Sofarini1 , Marissa Septa Hanifa1
1
Prodi Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Lambung Mangkurat
Jl. A. Yani Km 36 Banjarbaru 70714 Kalimantan Selatan
*siswanto@ulm.ac.id
DOI: https://doi.org/10.21107/rekayasa.v14i2.11263
ABSTRACT
Nowadays, in the Danau Bangkau swamp, there is a tendency that some types of fish are increasingly difficult to find and the
size of the fish that are still available is relatively small, and the catch of fishermen has decreased. Utilization of fishery
potential of Danau Bangkau swamp through the development of aquaculture business is an alternative option that must be
implemented. This research was conducted to be able to see the feasibility of the water quality in the Danau Bangkau swamp
so that hope it can be basic information for the development of aquaculture in that area. The results showed that the
temperature range in the waters of the Danau Bangkau swamp was 28.3-32.4 oC, the brightness was 72-95 cm, degree of
acidity (pH) is 6.01-7.2, dissolved oxygen (DO) 1.2-4.3 mg/l, nitrate 0.7-9.8 mg/l, phosphate 0.2-3.31 mg/l and total suspended
solids 7-48 mg/l. In general, the value of water quality parameters fulfill the quality standards, except for dissolved oxygen
and phosphate parameters. The low levels of dissolved oxygen and high levels of phosphate indicated that there has been
pollution in the Danau Bangkau swamp waters so it is not suitable for the cultivation activities.

Keywords : Danau Bangkau, aquaculture, water quality, quality standards

PENDAHULUAN beberapa jenis ikan sudah semakin sulit ditemukan


Kawasan Rawa Danau Bangkau dalam Rencana dan ukuran ikan yang masih ada relatif kecil, serta
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Kalimantan hasil tangkapan nelayanpun mengalami penurunan.
Selatan diarahkan sebagai kawasan yang Menurut Rahman (2005), perairan rawa Danau
diprioritaskan pengembangannya sebagai kawasan Bangkau ditaksir memiliki ichthyomass > 1,5 ton/ha,
pelestarian reservaat perikanan (fish stocking) yang namun pada tahun 2007 produksi ikan dari perairan
perlu dilindungi dan dijaga kelestariannya. Rawa tersebut diperkirakan hanya sebesar 0,75 ton/ha
Danau Bangkau merupakan perairan yang memiliki (Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Kalimantan
daerah luas genangan yang bervariasi sepanjang Selatan, 2007). Produksi perikanan tangkap yang
tahun. Pada musim penghujan genangan air berasal dari perairan rawa di Kalimantan Selatan
biasanya akan meluas ke lahan rawa banjiran dan pada kurun waktu tahun 2005–2007
pada musim kemarau air terperangkap di daerah memperlihatkan penurunan dari 60.245 ton
rawa serta daerah galian atau kolam rawa menjadi 52.192 ton dengan total penurunan
(Chairuddin et al., 1999). sebesar 13,36 % atau dengan rata-rata penurunan
Areal sekeliling Rawa Danau Bangkau ini 6,68% per tahun (Dinas Perikanan dan Kelautan
merupakan kawasan pemukiman serta areal Provinsi Kalimantan Selatan, 2007).
penangkapan ikan bagi nelayan. Pemanfaatan rawa Penurunan ini disinyalir akibat intensitas
ini oleh masyarakat didominasi oleh kegiatan penangkapan ikan yang tinggi serta pendangkalan
penangkapan ikan. Dewasa ini di perairan Rawa perairan akibat gulma air (Dinas Perikanan
Danau Bangkau ada kecenderungan bahwa Kabupaten Hulu Sungai Selatan, 2018). Menurut

Article History: Cite this as:


Received: May, 5th 2021; Accepted: July, 30th 2021 Siswanto., Sofarini, D & Hanifa, S.M. (2021). Kajian Fisika Kimia
Rekayasa ISSN: 2502-5325 has been Accredited by Ristekdikti Perairan Danau Bangkau sebagai Dasar Pengembangan Budidaya
(Arjuna) Decree: No. 23/E/KPT/2019 August 8th, 2019 effective Ikan. Rekayasa 14 (2). 245-251.
until 2023 doi: https://doi.org/10.21107/rekayasa.v14i2. 11263.
© 2021 Siswanto
246 | Siswanto et.al Kajian Fisika Kimia

Wargasasmita (2005), penurunan populasi ikan dampak dan menjadi solusi dari menurunnya hasil
disebabkan oleh adanya gangguan pada sistem produksi perikanan tangkap di kawasan tersebut.
ekologi, ada 6 kategori utama menurunnya
keanekaragaman ikan air tawar dimana 2 METODE PENELITIAN
diantaranya adalah eksplorasi yang berlebihan dan Tempat dan Waktu Penelitian
perubahan habitat. Pemanfaatan potensi perikanan Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan di
rawa Danau Bangkau melalui pengembangan usaha perairan Rawa Danau Bangkau Kabupaten Hulu
budidaya perikanan merupakan alternatif pilihan Sungai Selatan Propinsi Kalimantan Selatan. Lokasi
yang harus dilaksanakan karena usaha pengambilan sampel pada penelitian ini berjumlah
penangkapan ikan telah mencapai tingkat 2 stasiun, yaitu kawasan tengah (stasiun 1) dan
pemanfaatan yang optimal. Penurunan catch per outlet (stasiun 2). Pemilihan lokasi tersebut
unit of effort sebagai indikasi kelebihan tangkap dilakukan secara purposive sampling. Pengambilan
telah nampak nyata. sampel itu sendiri dilakukan pada bulan Juli dan
Menurut Dauhan et al., (2014), produktivitas dan Agustus 2020, yang dilakukan setiap 15 hari sekali
kelangsungan hidup hewan air sangat dipengaruhi dengan total 3 kali pengambilan sampel. Pemilihan
oleh faktor-faktor fisik kualitas air. Karena untuk pengambilan sampel dapat merepresentasikan
mendapatkan ikan dengan pertumbuhan yang kondisi kualitas air di perairan tersebut.
optimal, terhindar dari berbagai penyakit, maka
diperlukan lingkungan dengan kualitas air yang Pengukuran In Situ
baik dan mendukung kehidupan ikan. Oleh karena Pengukuran kualitas air yang dilakukan secara
itu kualitas air merupakan faktor penentu utama in-Situ adalah suhu, kecerahan, pH dan oksigen
dalam kegiatan budidaya perikanan yang berkaitan terlarut. Pengukuran tersebut menggunakan alat
dengan produktivitas hewan akuatik. Beberapa Water Quality Checker merek Horiba U-52 dan
faktor fisik yang menjadi parameter kualitas air Secchi disk.
dalam budidaya ikan air tawar diantaranya adalah
suhu, pH, DO, Nitrat dan Ammonia (Marlina & Analisis Laboratorium
Rakhmawati, 2016). Parameter padatan tersuspensi total (TSS), nitrat
Parameter-parameter kualitas air seperti suhu, dan Fosfat dilakukan di laboratorium dengan
DO, pH, Amonia dan Nitrat memiliki korelasi yang metode spektro-fotometri. Cara pengambilan
terkait dengan kualitas perairan (Marlina & sampel menggunakan botol air mineral steril
Rakhmawati, 2016). Penurunan atau naiknya nilai berdasarkan SNI 6989.57 (2008). Sampel air
salah satu parameter diatas dapat mempengaruhi dimasukkan kedalam botol yang sudah diberi tanda
nilai parameter yang lain dan mempengaruhi sesuai stasiun pengambilan sampel, lalu
kualitas perairan (Mas’ud, 2014). Beberapa hal ini dimasukkan kedalam cooler box dalam perjalanan
tentunya menjadi alasan mutlak untuk malakukan menuju laboratorium kualitas air Fakultas Perikanan
pengawasan terhadap parameter kualitas air oleh dan Kelautan Universitas Lambung Mangkurat.
para pembudidaya.
Oleh karena itu kiranya penelitian ini dilakukan Analisis Data
untuk dapat melihat sejauh mana kelayakan kualitas Data dari hasil pengukuran kualitas air rawa
air yang ada di rawa danau Bangkau sehingga Danau Bangkau dibandingkan dengan kriteria baku
harapannya dapat menjadi informasi dasar mutu kualitas air untuk budidaya yang tercantum
pengembangan perikanan budidaya di kawasan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001
tersebut. Pengetahuan mengenai kondisi kualitas tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
perairan rawa danau Bangkau yang dicerminkan Pencemaran Air, khususnya Kelas III setelah itu data
oleh nilai konsenstrasi beberapa parameter kualitas dianalisis secara deskriptif.
air, baik secara fisika maupun secara kimia, sangat
diperlukan untuk mengetahui seberapa layak HASIL DAN PEMBAHASAN
perairan tersebut dijadikan sebagai kawasan Kualitas Fisika Kimia Perairan
budidaya ikan, sehingga harapannya dapat Hasil pengukuran kualitas fisika kimia perairan
menunjang hasil produksi perikanan khususnya dari dan analisis laboratorium kualitas air dapat dilihat
sektor budidaya, sehingga bisa mengurangi pada Tabel 1.
Rekayasa, 14 (2): 2021 | 247

Tabel 1. Hasil Pengukuran Kualitas Fisika Kimia Perairan di Danau Bangkau


Parameter Satuan Kisaran Keterangan Baku Mutu
Suhu oC 28,3 – 32,4 In-Situ ± 3oC dari suhu normal
alamiah (Deviasi 3)*
Kecerahan cm 72 – 95 In-Situ > 30**
Derajat Keasaman (pH) - 6,01 – 7,2 In-Situ 6 – 9*
Oksigen Terlarut (DO) mg/l 1,2 – 4,3 In-Situ Minimal 3*
Nitrat mg/l 0,7 – 9,8 Analisis Laboratorium 20*
Fosfat mg/l 0,2 – 3,31 Analisis Laboratorium 1*
Padatan Tersuspensi mg/l 7 – 48 Analisis Laboratorium 400*
Total (TSS)
Ket: * = Baku Mutu PP No. 82 Tahun 2001 (Kelas 3)
** = Kordi dan Andi (2009)

Suhu danau Bangkau sudah sesuai untuk kegiatan


Kisaran suhu rawa danau Bangkau berkisar budidaya.
antara 28,3oC – 32,4oC. Suhu rawa danau Bangkau Menurut Sukadi (2011), nilai optimal kecerahan
termasuk suhu optimum untuk budidaya ikan. Hal air untuk budidaya ikan nila di waduk berkisar tidak
ini selaras dengan pernyataan Aisyah dan Subehi kurang dari 60 cm. Kekeruhan yang tinggi (atau
(2012); Tatangindatu et al., (2003); Kordi dan kecerahan yang rendah) dapat menyebabkan
Tancung (2007), yang menyatakan bahwa nilai suhu terganggunya sistem osmoregulasi seperti
yang optimum untuk budidaya perikanan berkisar pernafasan dan daya lihat organisme akuatik, serta
antara 27oC–32oC. Jika dibandingkan dengan dapat menghambat penetrasi cahaya ke dalam air.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Derajat Keasaman (pH)
Pengendalian Pecemaran air tentang baku mutu Jika dibandingkan dengan baku mutu kualitas
suhu air untuk kelas III yaitu deviasi 3, yang artinya air dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
jika suhu normal 29-30oC, maka kriteria kelas III Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
membatasi suhu air di kisaran 26-33oC (Hanisa, Kualitas Air dan Pengendalian Pecemaran Air Kelas
2017). Dengan demikian maka suhu air rawa danau III, pH rawa danau Bangkau sesuai untuk kegiatan
Bangkau masih dapat menunjang kehidupan di budidaya yang dimana nilainya berkisar antara 6,01
perairan. Suhu sangat berpengaruh terhadap – 7,2. Titik kematian ikan pada pH asam adalah 4
pertumbuhan dan kehidupan biota air. Secara dan pada pH basa adalah 11 (Lesmana, 2002). Pada
umum, laju pertumbuhan meningkat sejalan umumnya ikan air tawar dapat hidup dengan baik
dengan kenaikan suhu. Menurut Kordi dan Andi pada pH sedikit asam berkisar 6,5 – 8, sementara
(2009), peningkatan suhu sampai ekstrim (drastis) keasaman air untuk perkembangbiakan ikan yang
dapat menekan kehidupan hewan budidaya bahkan baik berkisar 6,4 – 7,0 sesuai jenis ikan sedangkan
menyebabkan kematian. kisaran pH optimal untuk ikan berkisar 6,5 – 8,5.

Kecerahan Oksigen Terlarut (DO)


Kisaran kecerahan rawa danau Bangkau berkisar Dari hasil pengukuran kisaran oksigen terlarut
antara 72 cm – 95 cm. Menurut Kordi dan Andi rawa danau Bangkau adalah 1,2 – 4,3 mg/l. Nilai
(2009), kecerahan yang baik bagi usaha budidaya oksigen terlarut di rawa danau Bangkau
ikan berkisar 30 – 40 cm yang diukur menggunakan dibandingkan dengan baku mutu kualitas air yang
secchi disk. Kecerahan adalah parameter fisika yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik
erat kaitannya dengan proses fotosintesis pada Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang
suatu ekosistem perairan. Kecerahan yang tinggi Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
menunjukkan daya tembus cahaya matahari yang Pecemaran air, tidak sesuai dengan baku mutu
jauh kedalam perairan begitu pula sebaliknya. untuk budidaya. Nilai oksigen terlarut pada saat
Berdasarkan hasil penelitian maka kecerahan rawa sampling terakhir di stasiun 2 (outlet) sempat tinggi
dengan nilai 4,3 mg/l, namun apabila ditarik nilai
248 | Siswanto et.al Kajian Fisika Kimia

rata-rata dari 3 kali sampling, nilai oksigen terlarut alga sangat beragam, apabila kadar nitrat dibawah
hanya berkisar 2,57 sedangkan di stasiun 1 (tengah) 0,1 atau diatas 45 mg/l, maka nitrat merupakan
nilai rata-rata oksigen terlarut adalah 1,73 mg/l. faktor pembatas berarti pada kadar demikian nitrat
Nilai ini tidak memenuhi baku mutu standar bersifat toksik. Nitrat di alam dapat dihasilkan
yang ditetapkan oleh pemerintah melalui Peraturan secara alami maupun dari aktivitas manusia.
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun Sumber alami nitrat adalah dari siklus nitrogen
2001 untuk kelas III (budidaya) yaitu minimal 3 mg/l. sedangkan sumber yang berasal dari aktivitas
Menurut Tyas dkk., (2016), apabila oksigen terlarut manusia adalah penggunaan pupuk nitrogen,
kurang dari 1 mg/l dan dalam jangka waktu yang limbah industri dan limbah organik manusia
lama, maka akan menyebabkan kematian pada ikan, (Setiowati dan Wahyuni, 2016). Konsentrasi nitrat di
sedangkan oksigen terlarut kurang dari 5 mg/l akan rawa danau Bangkau yang memiliki nilai cukup
mengakibatkan lambatnya pertumbuhan ikan. tinggi diduga karena hasil buangan limbah
Meskipun beberapa jenis ikan mampu bertahan domestik masyarakat yang bermukim di sekitar
hidup pada perairan dengan kandungan oksigen danau
terlarut < 3 ppm, namun kosentrasi yang baik dalam
budidaya perairan adalah 5-7 ppm. Hanya ikan-ikan Fosfat
yang memiliki alat pernapasan tambahan yang Berdasarkan hasil analisis, kisaran fosfat yaitu 0,2
mampu hidup pada perairan yang kandungan – 3,31 mg/l jika dibandingkan dengan baku mutu
oksigen rendah, seperti lele, gurami, sepat, betok kualitas air yang diatur dalam Peraturan Pemerintah
dan gabus (Kordi dan Tancung, 2007). Hal ini sejalan Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
dengan hasil penelitian Rahman et al., (2010), yang Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air,
melaporkan bahwa keragaman jenis organisme khususnya kelas III untuk usaha budidaya, sudah
nektonik (ikan) di kawasan perikanan beje di Rawa melebihi batas yang dianjurkan. Batas maksimal
Danau Bangkau tergolong rendah dan didominasi yang dianjurkan adalah 1 mg/l, sedangkan nilai
ordo Labyrinthici, dengan jenis ikan yang rata-rata fosfat di stasiun 1 (tengah) adalah 1,35 dan
ditemukan adalah: gabus (Channa striata Blkr), stasiun 2 (outlet) adalah 0,32. Sumber fosfat di rawa
betok (Anabas testudienus Bloch), tambakan danau Bangkau diduga berasal dari limbah rumah
(Helostoma temincki CV), sepat siam (Trichogaster tangga seperti detergen dari buangan mesin cuci
pectoralis Regan) dan sepat rawa (Trichogaster maupun cuci piring, yang yang berasal dari
trichopterus). pemukiman masyarakat sekitar yang mendiami
sekitaran rawa danau Bangkau yang akhirnya
Nitrat terbawa ke wilayah danau. Hal ini sesuai dengan
Baik stasiun 1 maupun stasiun 2, terlihat hasil penelitian Endarini (2004); Soerjani (2009),
ditumbuhi gulma air seperti enceng gondok salah satu sumber meningkatnya nutrien fosfat di
(Eiclzhornia crassipes). Alaerst dan Sartika (1987), perairan adalah pemasukan dari limbah cair
menyatakan bahwa nitrat merupakan bentuk domestik.
nitrogen yang utama pada perairan alami sebagai
salah satu nutrien yang penting untuk Total Padatan Tersuspensi (TSS)
pertumbuhan alga dan tumbuhan air lainya, Berdasarkan hasil analisis di laboratorium
sehingga konsentrasi nitrat yang melimpah dapat kisaran total padatan tersuspensi (TSS) yaitu 7 - 48
menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan mg/l. Jika dibandingkan dengan baku mutu kualitas
bagi organisme perairan khususnya alga air dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
(fitoplankton) bila didukung oleh ketersediaan Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
nutrien lainnya. Kualitas Air dan Pengendalian Pecemaran Air, Kelas
Dari hasil analisis laboratorium, kisaran nitrat di III. Total padatan tersuspensi di rawa danau
perairan rawa danau Bangkau adalah 0,7 – 9,8 mg/l. Bangkau tidak melampaui batas baku mutu, maka
Hasil analisis nitrat jika dibandingkan dengan baku memenuhi syarat kualitas air untuk budidaya.
mutu pada Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun Keberadaan residu tersuspensi dalam air tidak
2001 untuk kelas III (pembudidayaan ikan air tawar) diinginkan karena alasan menurunnya estetika air
tidak melebihi batas minimum baku mutu yang disamping residu tersuspensi dapat menjadi tempat
memiliki nilai maksimal 20 mg/l. Menurut Tambaru penyerapan bahan kimia atau biologi seperti
dan Samawi (1996), kebutuhan nitrat oleh setiap
Rekayasa, 14 (2): 2021 | 249

Gambar 1. Diagram hasil pengukuran dan analisis nilai fisika kimia perairan rawa danau Bangkau, (a)
suhu, (b) kecerahan, (c) derajat keasaman, (d) oksigen terlarut, (e) nitrat, (f) fosfat dan (g) total
padatan tersuspensi/TSS

mikroorganisme penyebab penyakit (Sunu dan Kualitas air di rawa danau Bangkau sebagian
Putra, 2001). sesuai baku mutu kualitas air untuk budidaya
namun ada pula yang tidak sesuai seperti oksigen
Pengaruh Kualitas Fisika Kimia Perairan terlarut (DO) dan fosfat, padahal oksigen terlarut
terhadap Usaha Budidaya adalah salah satu parameter kunci dalam kegiatan
pembudidayaan ikan. Hal ini membuat ikan-ikan
250 | Siswanto et.al Kajian Fisika Kimia

Tabel 2. Baku Mutu Air Beberapa Jenis Ikan Ekonomis Budidaya


Parameter
Jenis Ikan
Suhu (oC) pH DO (mg/l) Kecerahan (cm)
Benih 25 – 30 6,5 – 8,5 >5 10 – 30
Mas
Besar 25 – 30 6,5 – 8,5 >5 50 – 70
Benih 25 – 30 6,5 – 8,5 >5 30 – 40
Nila
Besar 25 – 30 6,5 – 8,5 >5 30 – 40
Benih 25 – 30 6,5 – 8,5 >4 25 – 35
Lele
Besar 25 – 30 6,5 – 8,5 >4 25 – 35
Benih 25 – 30 6,5 – 8,5 >3 40 – 60
Gurame
Besar 25 – 30 6,5 – 8,5 >3 40 – 60
Benih 25 – 28 6,5 – 8,5 >5 30 – 50
Patin
Besar 27 – 32 6,5 – 8,5 >3 50 – 70
Benih 28 – 30 6,5 – 8,5 >5 50 – 70
Udang Galah
Besar 28 – 30 6,5 – 8,5 >5 70 – 100
Sumber: BBPBAT (2016)

ekonomis yang biasanya dibudidayakan secara di perairan rawa danau Bangkau sehingga kurang
umum kemungkinan besar tidak akan bisa bertahan baik digunakan untuk aktivitas budidaya.
dalam kondisi perairan rawa danau Bangkau. Untuk
lebih jelasnya baku mutu kualitas air untuk DAFTAR PUSTAKA
beberapa ikan ekonomis budidaya dapat dilihat Aisyah S, Subehi L. (2012). Pengukuran dan Evaluasi
pada Tabel 2. dalam Rangka Mendukung Pengelolaan
Dari tabel dapat terlihat bahwa semua jenis ikan Perikanan di Danau Limboto. Prosiding Seminar
membutuhkan baku mutu untuk oksigen terlarut Nasional Limnology VI. Bogor.
diatas 3 mg/l, sedangkan kisaran oksigen terlarut di
Alaerst G, Sartika S. (1987). Metode Penelitian Air.
rawa danau Bangkau adalah 1,2 sampai 4,3 mg/l. Di
Usaha Nasional. Surabaya.
saat sampling ketiga pada stasiun 2 (outlet)
memang nilainya memenuhi baku mutu yaitu 4,3 Anonymous. (2009). Teknologi Pengelolaan Kualitas
mg/l, namun apabila diambil rata-rata dari Air. Vedca Seamolec.
keseluruhan sampling nilainya hanya 2,57 mg/l Chairuddin G, Rahman M, Masyhuri A, Husin S.
sedangkan untuk stasiun 1 (tengah) nilai rata- (1999). Usaha budidaya mina unggas itik ala-bio
ratanya adalah 1,7 mg/l. Parameter kualitas air dengan ikan betutu (Oxeleotris marmorata).
oksigen terlarut (DO) sangat berpengaruh nyata Laporan penelitian. 134 hal.
terhadap kegiatan budidaya ikan. Kekurangan
oksigen terlarut dapat memperlambat Dauhan R. E. S., Efendi E., Suparmono. (2014).
pertumbuhan ikan bahkan menyebabkan kematian. Efektifitas Sistem Akuaponik Dalam Mereduksi
Menurut Ginting (2011), rendahnya konsentrasi Konsentrasi Amonia Pada Sistem Budidaya Ikan.
oksigen terlarut apalagi jika sampai batas nol akan E-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya
menyebabkan ikan dan fauna lainnya tidak bisa Perairan.Vol. 3 No. 1.
hidup dengan baik dan mati. Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Kalimantan
Selatan. (2007). Laporan Tahunan Dinas
KESIMPULAN Perikana dan Kelautan Provisi Kalimantan
Secara umum nilai parameter kualitas air Selatan 2006, Banjarmasin.
memenuhi standar baku mutu menurut Peraturan
Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Dinas Perikanan Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian (2018). Laporan Tahunan Dinas Perikanan
Pencemaran Air untuk Kelas III, kecuali parameter Kabupaten Hulu Sungai Selatan 2017,
oksigen terlarut (DO) dan fosfat. Rendahnya kadar Kandangan.
oksigen terlarut serta tingginya kadar fosfat Endarini T. (2004). Dampak Kegiatan Masyarakat
mengindikasikan bahwa telah terjadi pencemaran Pada Kualitas Air Danau Buyan, Kabupaten
Rekayasa, 14 (2): 2021 | 251

Buleleng, Bali. Program Pascasarjana Universitas Kawasan Rawa Danau Bangkau Kalimantan
Indonesia. Jakarta. Selatan. Fakultas Perikanan Universitas Lambung
Mangkurat. Banjarbaru.
Ginting, O. (2011). Studi Korelasi Kegiatan Budidaya
Ikan dalam Keramba Jaring Apung dengan Setiowati, R., dan E.T. Wahyuni, (2016). Monitoring
Pengkayaan Nutrien dan Chlorofil-a di Danau Kadar Nitrit dan Nitrat pada air sumur di daerah
Toba. Tesis. Program Pasca Sarjana. Fakultas Catur Tunggal Yogyakarta dengan Metode
Matematik dan Ilmu Pengetahuan Alam. Spctrofotometris UV VIS. Jurnal Manusia dan
Universitas Sumatera Utara. Medan. 70 hal. Lingkungan. pp. 143-148.
Hanisa, E., W.D. Nugraha, dan A. Sarminingsih. SNI 6989.57. (2008). Air dan Air Limbah Bagian 57:
(2017). Penentuan Status Mutu Air Sungai Metoda Pengambilan Contoh Air Permukaan.
Berdasarkan Metode Indeks Kualitas Air- Badan Standarisasi Nasional. Indonesia.
National Sanitation Foundation (IKA-NSF)
Soerjani, M. (2009). Dampak Kegiatan Masyarakat
Sebagai Pengendalian Kualitas Lingkungan.
pada Kualitas Air Danau Buyan, Buleleng.
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, Nomor 1.
Program Pascasarjana Universitas Indonesia.
Kordi, M.G.H, Andi, B.T. (2009). Pengelolaan Kualitas Jakarta.
Air dalam Budidaya Perairan. PT Rineka Cipta.
Sukadi. (2011). Petunjuk Teknis Budidaya Ikan
Jakarta.
Dalam Keramba Jaring Apung. Pusat Penelitian
Kordi, M.G dan A.B. Tancung. (2007). Pengelolaan dan Pengembangan Perikanan. Jakarta.
Kualitas Air Dalam Budidaya Perairan. Penerbit
Sunu, P., dan R.M.S. Putra. (2001). Melindungi
Rineka Cipta. Jakarta. 208 Hal.
Lingkugan dengan Menerapkan ISO 14001.
Lesmana, D.S. (2002). Kualitas Air Untuk Ikan Hias Gramedia WidiasaranaIndonesia.
Air Tawar.
Tambaru, R., dan F. Samawi. (1996). Beberapa
Marlina E., Rakhmawati. (2016). Kajian Kandungan Parameter Kimia Fisika Air di Muara Sungai Tallo
Ammonia Pada Budidaya Ikan Nila (Oreochromis Kota Makassar. TORANI Universitas Hasanuddin.
niloticus) Menggunakan Teknologi Akuaponik Makassar.
Tanaman Tomat (Solanum
Tatangindatu, F., Kalesaran, O., Rompas, R. (2013).
lycopersicum) Prosiding Seminar Nasional
Studi Parameter Fisika Kimia Air pada Areal
Tahunan Ke-V Hasil-Hasil Penelitian Perikanan
Budidaya Ikan di Danau Tondano, Desa Paleloan,
dan Kelautan. 181-187.
Kabupaten Minahasa.
Mas’ud, F. (2014). Pengaruh Kualitas Air Terhadap
Tyas, Nanik Mustikaning., Batu, Djamar Tumpal
Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis sp.) Di
Floranthus Lumban., Affandi, Ridwan,. (2016).
Kolam Beton Dan Terpal. Grouper Faperik.
The Lethal Toxicity Test of Cr6+on (Oreochromis
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001. niloticus). Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. Vol.
Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan 21(2). Hal. 32-128.
Pengendalian Pencemaran Air. Jakarta.
Wargasasmita, S. (2005). Ancaman Invasi Ikan Asing
Rahman, M. (2005). Perkiraan Potensi Lestari Terhadap Keanekaragaman Ikan Asli. Jurnal
Sumberdaya Ikan Perairan Rawa Danau Iktiologi Indonesia. Vol. 5 No.1: 510.
Bangkau. Fakultas Perikanan. Banjarbaru.
Rahman, M., A.R. Bandung., dan Herliwati. (2010).
Karakteristik Eko-Biologis Perikanan Beje di
Rekayasa, 14 (2): 2021 | 231

You might also like