You are on page 1of 12

Padjadjaran Journal of International Relations (PADJIR)

e-ISSN: 2684-8082 Vol. 3 No. 1, Januari 2021 (60-72) doi: 10.24198/padjir.v3i1.30694

Peran United Nations Human Rights Council


(UNHRC) dalam Menangani Diskriminasi Terhadap
Zainichi Koreans di Jepang
Fildza Nabila Anandhini
Departemen Hubungan Internasional FISIP Universitas Hasanuddin, Indonesia; fildzanbl@gmail.com

submit: 20-11-2020 accept: 25-01-2021 publish: 31-01-2021

Keywords ABSTRACT
Minority Rights; Role of This research discusses the role of The United Nations Human Rights
International Organization; Council (UNHRC) in overcoming the problem of discrimination against
UNHRC; zainichi Koreans “zainichi Koreans” in Japan. This type of research is descriptive with
research problem "how is the role of UNHRC in overcoming the problem
of discrimination against zainichi Koreans in Japan?" The researcher uses
the theory of international organizations and the concept of minority
rights as supporting concepts that explain the issue of minorities human
rights. The data collection technique used was literature review, in the
form of books, online media, and related documents. The study finds that
UNHRC as an international organization has three roles in overcoming
the problems of zainichi Koreans in Japan, namely initiator, facilitator,
and mediator. As an initiator, UNHRC encourages law enforcement in
protecting the zainichi Koreans in Japan. Meanwhile, as a facilitator,
UNHRC holds forum to facilitate state and non-state actors to collaborate.
And finally, as the mediator, UNHRC becomes an intermediary in
resolving problems between Japan and South Korea.

Kata Kunci ABSTRAK


hak-hak minoritas, peran Penelitian ini membahas tentang peran The United Nations Human Rights
Organisasi Internasional, Council (UNHRC) dalam mengatasi permasalahan diskriminasi terhadap
UNHRC, zainichi Koreans zainichi Koreans di Jepang. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan
rumusan masalah “bagaimana peran UNHRC dalam mengatasi
permasalahan diskriminasi terhadap zainichi Koreans di Jepang?” Peneliti
menggunakan teori organisasi internasional dan konsep minority rights
sebagai konsep pendukung yang menjelaskan mengenai masalah hak -hak
terhadap minoritas. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
telaah kepustakaan, berupa buku, media online, maupun dokumen terka it .
Hasil penelitian menunjukkan bahwa UNHRC sebagai organisasi
internasional yang bergerak dalam bidang hak asasi manusia memiliki tiga
peran dalam mengatasi permasalahan zainichi Koreans di Jepang, yaitu
inisiator, fasilitator, dan mediator. Sebagai inisiator artinya UNHRC
mendorong penegakan hukum terhadap zainichi Koreans di Jepang.
Sedangkan sebagai fasilitator artinya UNHRC menjadi wadah untuk
memfasilitasi aktor-aktor negara maupun non-negara untuk melakukan
kerjasama. Dan yang terakhir, peran mediator yaitu sebagai perantara
dalam menyelesaikan masalah antara Jepang dan Korea Selatan.

1
PERAN UNITED NATIONS HUMAN RIGHTS COUNCIL (UNHRC) DALAM MENANGANI DISKRIMINASI TERHADAP
ZAINICHI KOREANS DI JEPANG
Fildza Nabila Anandhini

PENDAHULUAN Pasca tahun 1945, berbagai tindakan


Secara harafiah, zainichi berarti ‘tinggal di diskriminatif telah diberlakukan oleh Jepang,
Jepang’. Meskipun istilah ini dapat digunakan baik terhadap gaijin (orang asing secara
untuk semua orang asing yang telah menetap umum), termasuk zainichi Koreans. Tindakan
di Jepang, kata zainichi lebih sering diskriminatif yang pertama adalah
diasosiasikan dengan keturunan Korea di pemberlakuan peraturan terhadap orang asing
Jepang. Hal ini diperkuat dengan apa yang yang datang ke Jepang, yaitu Alien
dikemukakan oleh Toshiyuki Tamamura, Registration Law 1952. Peraturan ini
yakni zainichi didefinisikan sebagai warga diberlakukan untuk semua orang asing, dimana
negara Korea yang berpindah ke Jepang peraturan ini merupakan simbol diskriminasi
sebelum aneksasi, mereka yang menetap di yang paling nyata yang pernah dialami oleh
Jepang setelah berakhirnya Perang Dunia II, seluruh gaijin termasuk zaincihi Koreans
dan orang yang berpindah ke Kepulauan sendiri. Aturan dalam Alien Registration Law
Utama Jepang selama periode kolonial ini antara lain, seluruh gaijin harus melakukan
(Amanda, 2014). pengambilan sidik jari yang memiliki makna
Kehadiran minoritas Korea di Jepang simbolik bahwa semua warga asing berpotensi
berawal ketika terbentuknya Ganghwa Treaty untuk melakukan tindak kriminal (Tsutsui K,
antara Korea dan Jepang. Perjanjian itu 2008).
dijadikan sebagai titik balik bentuk Sementara itu, tindakan diskriminatif
imperialisme Jepang terhadap Korea. Hin gga khusus zainichi Koreans antara lain berupa
di tahun 1910, Jepang menganeksasi Korea. dikecualikannya minoritas Korea dalam skema
Dampak yang ditimbulkan sejak aneksasi pensiun nasional negara sehingga zainichi
tersebut adalah seluruh beras di Korea Koreans tidak berhak mendapatkan skema
dialokasikan ke Jepang, sehingga angka pensiun nasional, dan hal tersebut telah
kemiskinan meningkat. melanggar pasal 5(e)(iv) dari International
Oleh karena itu, untuk keluar dari angka Convention of the Eliminaton of All Forms of
kemiskinan, orang Korea melakukan migrasi Racial Discrimination (ICERD) (Lawyers
ke Jepang untuk meningkatkan kualitas Association of Zainichi Koreans, 2014).
hidupnya. Di Jepang, para lelaki dipekerjakan Pengecualian minoritas Korea ini merupakan
sebagai buruh yang dibayar dengan upah yang sebuah diskriminasi rasial. Melalui konvensi
murah, dan sebagian perempuan diberdayakan ICERD, Jepang dituntut untuk memperbaiki
sebagai comfort women atau yang biasa kebijakan mereka dalam skema pensiun
dikenal dengan wanita penghibur di masa nasional terhadap zainichi Koreans. Aturan ini
kolinialisme Jepang. Perpindahan penduduk didukung pula oleh penghapusan
Korea ke Jepang didukung oleh Undang- kewarganegaraan dari Undang-Undang
Undang Mobilisisasi Nasional 1938 yang Pensiun Nasional pada tahun 1982 yang
dikeluarkan oleh Jepang untuk memobilisasi dikombinasikan dengan usia dan persyaratan
penduduk Korea untuk mendukung Jepang tempat tinggal yang diperkenalkan oleh
dalam Perang Dunia II (Pauer, 1999). Hal ini amandemen tersebut. Di tahun 1986, sejumlah
merupakan faktor pendorong bagi orang Korea etnis minoritas yang telah menetap di Jepang
melakukan migrasi ke Jepang. Namun setelah sejak Perang Dunia Kedua, seperti orang
kekalahan Jepang terhadap Sekutu pada tahun China dan zainichi Koreans tidak memenuhi
1945, mereka diberikan pilihan untuk kembali syarat untuk mendapatkan manfaat pensiun di
ke Korea atau tetap berada di Jepang. Sekitar bawah skema pensiun nasional yang diatur
650,000 orang memilih tinggal di Jepang oleh pemerintah Jepang (Committee on the
(Kumpis, 2015). Akhirnya terbentuklah Elimination of Racial Discrimination, 2014).
minoritas Korea di Jepang dan mereka disebut Tindakan diskriminatif lainnya adalah
dengan generasi pertama zainichi Koreans. pengecualian penduduk dalam pekerjaan.

2
Padjadjaran Journal of International Relations
e-ISSN: 2684-8082 Vol. 3 No. 1, Januari 2021 (61-72) doi:
10.24198/padjir.v3i1.30694

Fenomenanya dalam pekerjaan publik, para lain-lain' di bawah Undang-Undang


kelompok minoritas seperti zainichi Koreans Pendidikan Sekolah. Ini adalah kesempatan
tidak dapat mendapatkan promosi untuk pertama bagi semua sekolah Korea yang
mendapatkan posisi manajerial. Situasi ini diakreditasi sebagai 'sekolah lain-lain' untuk
membatasi peluang seseorang untuk diberikan subsidi oleh pemerintah pusat
mendapatkan promosi, dimana semestinya hal Jepang.
tersebut merupakan hak mereka. Selain itu Namun, pemerintah memulai program
tindakan diskriminatif terbesar yang dilakukan tanpa menerapkannya ke sekolah Korea,
oleh pemerintah Jepang adalah fenomena yang karena penculikan warga Jepang pada 1970-an
terjadi di wilayah di distrik Utoro, Kyoto. dan 1980-an oleh DPRK. Ini sama dengan
Pemerintah Jepang selama Perang Dunia menggunakan anak-anak Korea sebagai pion
Kedua menempatkan zainichi Koreans di politik antara Tokyo dan Pyongyang.
Utoro untuk membangun bandara militer. Sekolah-sekolah Korea ini kurang
Namun, ketika perang berakhir, proyek mendapatkan pengakuan dari pihak berwenang
pembangunan ini ditinggalkan dan orang Jepang, serta tidak menerima dukungan
Korea yang bekerja di sana dilupakan dan keuangan dari pemerintah Jepang. Karena
ditinggalkan di tanah itu tanpa pekerjaan, Jepang memberlakukan sanksi ekonomi
sumber daya, maupun perlindungan atau terhadap Korea Utara akibat penculikan warga
status. negara Jepang dan program nuklirnya. Perlu
Realitanya, kondisi sanitasi di Distrik Utoro diketahui bahwa sekolah Korea didukung
menyedihkan, pasalnya sejumlah besar secara finansial oleh Korea utara dan Asosiasi
keluarga tidak memiliki air yang mengalir, Umum Penduduk Korea pro-
kota di sana tidak memiliki saluran untuk Pyongyang di Jepang (Chongryon). Menurut
mengevakuasi air, yang sering memicu banjir. pemeriksaan pemerintah Jepang, sekolah-
Saluran pembuangan air dalam kondisi terbuka sekolah tersebut tidak sesuai dengan salah satu
yang levelnya sering naik karena kanal kriteria sekolah yang diberikan subsidi.
tetangga yang dikelola oleh kota Uji sering Masalah diskriminasi lainnya adalah terkait
menyebabkan refluks ke saluran pembuangan perlakukan terhadap perempuan minoritas
Utoro. Infrastruktur dasar yang ada dibangun Korea di Jepang, yaitu masalah comfort
oleh penduduk sedangkan otoritas publik tidak women. Kasus ini merupakan sistem
pernah datang ke daerah ini. Penduduk melihat perbudakan seksual wanita Korea
kurangnya infrastruktur dasar ini sebagai yang dilakukan oleh militer Jepang selama
pelanggaran hak karena mereka yang bekerja Perang Dunia Kedua. Hubungan dari comfort
telah membayar pajak penghasilan mereka. women dengan zainichi Koreans adalah, ketika
Di bidang pendidikan, zainichi Koreans orang Korea melakukan migrasi ke Jepang,
telah membangun sendiri sejumlah sekolah para lelaki dipekerjakan sebagai genkai
Korea, yang berfungsi melestarikan identitas rodusha atau pekerja marjinal di bidang
nasional mereka. Sehingga dalam sekolah industri, seperti pertambangan. Sedangkan
Korea ini, mereka mengajarkan sejarah-sejarah kaum perempuan dijadikan sebagai jugun
mengenai tanah air mereka. Di tahun 2010, ianfu atau yang dikenal dengan comfort
pemerintah Jepang memperkenalkan Program women. Dalam sehari, para korban ini
Pengabaian Biaya Pendidikan yang akan mengalami pemerkosaan 10-50 kali perharinya
membebaskan biaya sekolah untuk pendidikan (Yoshimi Y, 2000).
sekolah menengah. Direncanakan untuk Mereka menderita berbagai macam
memasukkan tidak hanya sekolah negeri dan penyakit, seperti kelaparan, penganiayaan
swasta Jepang, tetapi juga sekolah asing di fisik, penyiksaan, paksaan aborsi, dan sekitar
Jepang yang terakreditasi sebagai 'sekolah 75% diperkirakan telah meninggal akibat hal

63
PERAN UNITED NATIONS HUMAN RIGHTS COUNCIL (UNHRC) DALAM MENANGANI DISKRIMINASI TERHADAP
ZAINICHI KOREANS DI JEPANG
Fildza Nabila Anandhini

tersebut (Brouwer, 2005). Jumlah korban dari konsep peran organisasi internasional dan
comfort women ini diperkirakan antara 40.000 minority rights.
dan 300.000. Menurut survey yang dilakukan
oleh Center for War/Women’s Rights, dari Konsep Peran Organisasi Internasional
30% para comfort women yang berasal dari Organisasi internasional merupakan salah satu
Korea ini telah melahirkan anak, dimana 20% subyek hukum internasional yang mendorong
dari anak-anak tersebut diadopsikan. negara-negara untuk melakukan kerjasama
Sejauh ini tidak ada data yang pasti internasional. Organisasi Internasional sendiri
mengenai bagaimana kehidupan anak-anak itu, merupakan organisasi yang dibentuk beberapa
pakah mereka mendapatkan tindakan negara dengan persetujuan antara anggotanya
diskriminatif atau tidak dalam kehidupan serta memiliki sistem yang tetap pada
mereka. Hal ini disebabkan telah terjadi tugasnya, yaitu untuk mencapai tujuan
asimilasi kewarganegaraan. Dari beberapa bersama dengan cara mengadakan kerja sama
tindakan diskriminatif yang telah penulis antar negara anggotanya (Virally M, 2007).
paparkan, terdapat berbagai tindakan yang Organisasi internasional adalah aktor
sudah tidak dirasakan oleh zainichi Koreans penting dalam sebuah politik internasional,
turunan generasi ketiga maupun keempat di karena memiliki kekuatan dalam mediasi,
Jepang. Tindakan diskriminatif tersebut penyelesaian sengketa, menjaga perdamaian,
kebanyakan dirasakan oleh generasi pertama menerapkan sanksi, dan lain sebagainya.
maupun kedua. Organisasi internasional juga membantu dalam
UNHRC melalui berbagai mandatnya telah mengelola berbagai isu menjadi perhatian
memperhatikan isu zainichi Koreans di internasional, dari segala aspek mulai dari
Jepang, antara lain mewajibkan setiap negara kesehatan global hingga kebijakan moneter di
untuk berkomitmen menjaga hak asasi seluruh dunia (Abbot & Snidal, 1998).
manusia, termasuk hak minoritas yang Organisasi Internasional memiliki fokus
dilaporkan dalam Universal Periodic Review terhadap isu yang menjadi tujuan didirikannya
sekala berskala. Lalu, UNHRC juga mengutus organisasi tersebut. UNHCR adalah organisasi
special rapporteur dalam misi special internasional yang bergerak di bidang hak
procedure untuk mengirim sebuah tim untuk asasi manusia memiliki struktur organisasi
berkunjung ke negara yang memiliki persoalan yang formal yang bertujuan untuk mendorong
mengenai pelaksanaan hak-hak warga negara adanya kerjasama internasional dari negara-
dan berbagai aspek. negara.
Namun masih ada perilaku diskriminatif Organisasi Internasional memiliki tiga jenis
seperti pengecualian penduduk dalam peran, yaitu peran sebagai inisiator, fasilitator,
pekerjaan, pengecualian zainichi Koreans dan mediator (Perwita, et. al, 2005). Sebagai
terhadap skema pensiun nasional, dan inisiator, organisasi internasional dapat
pengurangan biaya pendidikan terhadap memulai langkah-langkah penyelesaian
sekolah Korea. Tetapi UNHRC telah masalah; sebagai fasilitator, organisasi
berkontribusi besar dalam mendorong internasional mengupayakan kerjasama; dan
pemenuhan hak minoritas. Artikel ini akan sebagai mediator, organisasi internasional
menganalisa peran UNHRC dalam kasus ini. melakukan upaya penyelesaian atas kasus
pelanggaran HAM.
KERANGKA KONSEPTUAL
Kerangka konseptual yang digunakan oleh Konsep Minority Rights
penulis untu menganalisis peran UNHRC Konsep minority rights intinya menyebutkan
dalam menangani masalah diskriminasi bahwa kelompok minoritas memiliki hak yang
terhadap zainichi Koreans di Jepang adalah sama dengan kelompok mayoritas. Yang
membedakan antara kelompok minoritas

64
Padjadjaran Journal of International Relations
e-ISSN: 2684-8082 Vol. 3 No. 1, Januari 2021 (61-72) doi:
10.24198/padjir.v3i1.30694

adalah budaya, suku, ras, dan bahasa sehingga memiliki kecenderungan untuk memandang
seharusnya kedua kelompok ini (mayoritas dan minoritas, terutama minoritas yang sadar diri
minoritas) memiliki hak individu yang sama. secara politik, sebagai ancaman potensial
Menurut definisi yang ditawarkan oleh terhadap kesatuan politik atau integritas
Francesco Capotorti, Special Rappourteur of teritorial negara-negara tempat mereka tinggal.
the United Nations Sub-Commission on Ketika para elit penguasa menghadapi
Prevention of Discrimination and Protection of ancaman seperti itu, mereka cenderung
Minorities, minoritas adalah: bereaksi, antara lain, dengan mencoba
Sebuah kelompok yang secara numerik lebih menahan ancaman yang dirasakan dengan
rendah dari penduduk lainnya di suatu negara, menghilangkan atau mengurangi perbedaan
dalam posisi non-dominan, yang anggotanya —
sebagai warga di negara tersebut — memiliki antara mayoritas dan minoritas. Pendekatan ini
karakteristik etnis, agama atau bahasa yang mungkin memerlukan kebijakan asimilasi,
berbeda dari populasi lainnya dan pemaksaan atau pemaksaan, atau tindakan
menunjukkan, jika hanya secara implisit, rasa
yang lebih drastis, seperti pertukaran
solidaritas, diarahkan untuk melestarikan
budaya, tradisi, agama atau bahasa mereka. penduduk, pembersihan etnis, dan bahkan
genosida (Esman, 1995).
Jika ditinjau dari segi historisnya, gagasan Akhirnya pada tahun 1992, Majelis Umum
minority rights telah ada sejak sistem PBB mengadopsi sebuah deklarasi yang
kekaisaran Ottoman, memungkinkan tingkat bernama the United Nations Minorities
otonomi budaya dan agama untuk komunitas Declaration 1992, dimana deklarasi ini
agama non-Muslim, seperti Kristen Ortodoks, dijadikan sebagai sumber utama dari minority
Armenia, Yahudi dan lain- lain. Diikuti rights. Poin-poin penting dari dokumen ini
dengan revolusi Prancis dan Amerika pada adalah sebagai berikut.
akhir abad ke-18 yang menyatakan kebebasan 1. Perlindungan oleh negara dari keberadaan
beragama sebagai hak fundamental, meskipun mereka dan identitas nasional atau etnis,
keduanya tidak secara langsung membahas budaya, agama dan bahasa (pasal 1);
masalah perlindungan minoritas yang lebih 2. Hak untuk menikmati budaya mereka
luas. Kongres Wina tahun 1815 juga mengakui sendiri, untuk mengaku dan menjalankan
hak-hak minoritas sampai batas tertentu, agama mereka sendiri, dan untuk
seperti halnya Perjanjian 1878 di Berlin, yang menggunakan bahasa mereka sendiri
mengakui hak-hak khusus untuk komunitas secara pribadi dan di depan umum (pasal
keagamaan Mount Athos (United Nations, 2 (1));
2012). 3. Hak untuk berpartisipasi secara efektif
Sementara itu banyak yang berpendapat dalam budaya, agama, sosial, ekonomi,
bahwa isu kelompok minoritas lebih baik dan kehidupan publik (pasal 2 (2));
ditangani melalui penghormatan terhadap hak- 4. Hak untuk berpartisipasi secara efektif
hak asasi manusia. Kemudian dibuatlah dalam keputusan yang memengaruhi
berbagai perjanjian yang membahas mengenai mereka di tingkat nasional dan regional
minoritas untuk melindungi kelompok- (pasal 2 (3));
kelompok tertentu. Seperti pada tahun 1947 , 5. Hak untuk membentuk dan
Sub-Commision on Prevention of mempertahankan asosiasi mereka sendiri
Discrimination and Protection of Minorities (pasal 2 (4));
dibentuk oleh Komisi Hak Asasi Manusia 6. Hak untuk membangun dan memelihara
untuk mengkaji studi mengenai minoritas kontak damai dengan anggota kelompok
(United Nations, 2012) mereka yang lain dan dengan orang-orang
Perlindungan ini penting karena sepanjang yang termasuk kelompok minoritas
sejarah negara-bangsa modern, pemerintah lainnya, baik di dalam negara mereka

65
PERAN UNITED NATIONS HUMAN RIGHTS COUNCIL (UNHRC) DALAM MENANGANI DISKRIMINASI TERHADAP
ZAINICHI KOREANS DI JEPANG
Fildza Nabila Anandhini

sendiri maupun lintas batas Negara (pasal Dalam upaya memenuhi hak-hak minoritas
2 (5)); dan tersebut, peran dari asosiasi etnis dan NGO
7. Kebebasan untuk menggunakan hak-hak lokal tidaklah cukup. Perlu adanya aktor
mereka, secara individu maupun dalam organisasi internasional yang memiliki peran
komunitas dengan anggota lain dari dalam memfasilitasi, menginisiasi dan
kelompok mereka, tanpa diskriminasi memediasi permasalahan diskriminasi
(pasal 3) (United Nations, 2010) tersebut. Dalam hal ini UNHRC sebagai
organisasi internasional memiliki tugas dalam
Berdasarkan deklarasi tersebut, negara- menjamin pemenuhan hak-hak minoritas
negara harus melindungi hak-hak kelompok dengan mengambil berbagai tindakan insiatif
minoritas dengan mengambil langkah-langkah sebagai langkah untuk menyelesaikan
untuk memastikan bahwa mereka dapat masalah.
melaksanakan sepenuhnya dan secara efektif
semua hak asasi manusia dan kebebasan METODE RISET
mendasar mereka tanpa diskriminasi dan Penelitian ini adalah penelitian kualitatif,
kesetaran penuh di hadapan hukum, dengan tujuan menjelaskan peran dari United
memberikan kesempatan yang memadai untuk Nations Human Rights Committee (UNHRC)
mempelajari bahasa ibu mereka, perlunya dalam menangani diskriminasi terhadap
bekerjasama dengan negara-negara lain pada zainichi Koreans di Jepang. Tipe kualitatif
pertanyaan yang berkaitan dengan minoritas, dalam penelitian ilmu Hubungan Internasional
termasuk bertukar informasi dan pengalaman, mempelajari fenomena dan aktor serta untuk
untuk mempromoskan saling pengertian dan memahami proses dan fenomena yang terjadi
kepercayaan. di dunia internasional (Bakry, 2016).
Dalam kerangka hukum internasional ini, Oleh karena itu, melalui penelitian ini
beberapa tindakan diskriminatif yang penulis memaparkan bagaimana fenomena
dilakukan oleh pemerintah Jepang terhadap tindakan diskriminatif yang dilakukan
zainichi Koreans telah mengundang reaksi dari terhadap zainichi Koreans di Jepang, lalu
masyarakat internasional, termasuk UNHRC. menjelaskan aktor, yaitu UNHRC, dalam
Tindakan diskriminatif itu antara lain, selama mengatasi tindakan tersebut dan bagaimana
ini zainichi Koreans yang telah menetap di prosesnya.
Jepang semenjak 1945 tidak memiliki ruang Teknik pengumpulan data yang digunakan
bebas untuk bergerak dalam aspek sosial, yaitu telaah pustaka (library research). Telaah
ekonomi, dan politik. Mereka tidak memiliki pustaka merupakan metode pengumpulan data-
kebebasan dalam menggunakan bahasa Korea data terkait yang berasal dari buku, jurnal,
dalam percakapan sehari-hari, maupun dokumen, laporan, artikel, atau surat kabar,
memelihara hubungan baik dengan sesama baik daring maupun luring. Penulis
etnis di lintas negaranya karena dianggap menggunakan metode penulisan deduktif,
mendoktrin ideologi asli dari asal negara yaitu menggambarkan permasalahan secara
mereka. Sampai saat ini, zainichi Koreans umum dan kemudian menarik kesimpulan.
sebagai salah satu minoritas terbesar di Jepang
belum diakui secara resmi oleh pemerintah HASIL DAN PEMBAHASAN
Jepang sehingga diskriminasi pun kerap Peran UNHRC Dalam Menangani Masalah
terjadi. Dalam hal ini, pemenuhan minority Diskriminasi Terhadap Zainichi Koreans di
rights diperlukan untuk melindungi Jepang
keberadaan etnis, budaya dan bahasa mereka. Pada 30 Juni 2016, sekitar 400.000 warga
Dan tentunya menjamin mereka untuk Korea tinggal di Jepang dengan status special
memiliki ruang bergerak yang bebas. permanent resident (Ishkida, 2005). Namun,
masalah diskriminasi terhadap zainichi

66
Padjadjaran Journal of International Relations
e-ISSN: 2684-8082 Vol. 3 No. 1, Januari 2021 (61-72) doi:
10.24198/padjir.v3i1.30694

Koreans di Jepang sangat memprihatinkan. 1. Doudou Diène dan timmnya mengadakan


Keadaan ini mengarah kepada penindasan pertemuan dengan berbagai stakeholders
terhadap hak-hak minoritas. Dengan demikian, untuk mendengar kepentingan mereka,
peran organisasi dan keberadaan UNHRC tentang adanya diskriminasi rasial dan
diperlukan, untuk memberikan dukungan xenophobia di Jepang. Dalam konteks ini,
untuk menjamin dan melindungi hak-hak mereka bertemu dengan Wakil Menteri
warga minoritas. Luar Negeri Jepang kala itu, perwakilan
Faktanya, Jepang telah meratifikasi dari berbagai kementerian, hakim serta
berbagai konvensi terkait HAM, seperti perwakilan dari pemerintah daerah Osaka,
International Covenant on Civil and Political Kyoto, Tokyo dan Sapporo, dan sejumlah
Rights, International Covenant on Economic, komunitas, seperti Sekolah Korea di
Social and Cultural Rights, the Convention Kyoto dan komunitas Korea Utoro di
against Torture and Other Cruel, Inhuman or Kota Uji di Kyoto.
Degrading Treatment or Punishment, the 2. Melakukan kunjungan ke Distrik Utoro,
Convention on the Elimination of All Forms of tempat komunitas Korea ditempatkan di
Discrimination against Women, the sebidang tanah selama Perang Dunia
Convention on the Rights of the Child and the Kedua untuk membangun bandara militer,
International Convention on the Elimination lalu proyek itu diabaikan sehingga
of All Forms of Racial Discrimination. Akan komunitas Koreapun hidup dengan
tetapi masih ada sejumlah pelanggaran yang menderita selama 60 tahun di sana.
dilakukan, misalnya, pemerintah Jepang masih 3. Melakukan kunjungan ke Sekolah
menyangkal bahwa penduduk Korea yang Menengah Korea di Perfektur Kyoto,
telah menetap di Jepang adalah etnis minoritas untuk mendapatkan informasi, dimana
nasional Jepang, sebagaimana didefinisikan sekolah-sekolah Korea tidak menerima
dalam Pasal 27 ICCPR atau deklarasi PBB dukungan keuangan dari pemerintah dan
tentang Hak-Hak Minoritas (Human Rights siswa Korea tidak memiliki kelayakan
Committee, 2014). untuk mengikuti ujian masuk Universitas
Etnis minoritas yang diakui oleh Jepang Jepang (Commision on Human Rights,
adalah etnis minoritas Ainu. Oleh karena itu, 2006).
untuk masalah diskriminasi yang terjadi di
Jepang, termasuk kasus yang dihadapi Setelah mengumpulkan dan mengobservasi
minoritas Korea, Komisi Hak Asasi Manusia keadaan di Jepang, Pelapor Khusus
(HAM) atau UNHCR memberikan mandat menyimpulkan terdapat bahwa terdapat
pertama kepada Special Rapporteur, yaitu diskriminasi rasial dan xenophobia di Jepang,
Doudou Diène, di tahun 2005 dan disusul oleh yang mana mempengaruhi tiga lingkaran
Jorge Bustamante di tahun 2011, untuk kelompok, dan salah satunya adalah zaincihi
melakukan observasi lebih lanjut untuk Koreans. Hasil observasi mereka antara lain,
melakukan investigasi dan pelaporan terjadi tindakan diskriminatif dalam berbagai
mengenai pelanggaran terhadap hak-hak aspek, seperti sifat sosial dan ekonomi, dimana
minoritas. kaum minoritas ini hidup dalam situasi
Selain itu, special rappourteur juga termarginalisasi dan mengalami kerentanan
melakukan upaya lain dalam mengumpulkan ekonomi dan sosial, di bidang pekerjaan,
informasi. Di tahun 2005, ketika UNHRC perumahan, dan pendidikan.
membuat mandat untuk melakukan special Pada tahun 2010, UNHRC memberikan
procedure, special rappourteur mandat untuk melakukan Special Procedure ,
mengumpulkan informasi dengan berbagai yaitu dengan Pelapor Khusus yang dipimpin
cara, antara lain sebagai berikut: oleh Jorge A. Bustamante. Bustamante

67
PERAN UNITED NATIONS HUMAN RIGHTS COUNCIL (UNHRC) DALAM MENANGANI DISKRIMINASI TERHADAP
ZAINICHI KOREANS DI JEPANG
Fildza Nabila Anandhini

menyatakan bahwa selama melakukan menangani masalah tersebut. Jepang telah


observasi selama 9 hari di Jepang, masih mengikuti tiga kali UPR, yaitu di tahun 2008,
terdapat banyak tindakan rasisme, 2012 dan 2017.
diskriminasi, eksploitasi dan lain-lainnnya Walaupun minoritas Korea di Jepang
Dalam laporannya, Bustamante menjelaskan belum dimasukkan sebagai etnis nasional di
mengenai masalah pendidikan yang pernah Jepang, terlihat dari laporan observasi maupun
dilaporkan pada tahun 2005 oleh Pelapor Universal Periodic Review bahwa
Khusus sebelumnya. Seperti di tahun 2003, permasalahan diskriminasi terhadap minoritas
Pemerintah Jepang memberikan akses ujian Korea selalu dibahas, baik diaspek sosial,
masuk ke universitas di Jepang untuk lulusan ekonomi, sejarah, maupun pendidikan. Dan
sekolah asing, namun bagi mereka yang terdapat berbagai rekomendasi yang diberikan
berasal dari Repubilk Rakyat Demokratik baik dari PBB sendiri, maupun negara lain.
Korea dikecualikan. Hal ini didukung masalah Selanjutnya, penulis akan menganalisis
politik antara Korea Selatan dan Jepang, peran dari UNHRC. Organisasi Internasional
akibatnya para siswa ini merasa didiskriminasi memiliki 3 peran, yakni inisiator, fasilitator
karena akses mereka untuk memasuki dan mediator (Perwita, et. al, 2005).
universitas di Jepang tidak dijamin oleh
pemerintah. Selain itu juga bermunculan Peran UNHRC Sebagai Inisiator
tulisan “Japanese Only” di berbagai toko atau Berdasarkan tugas dari UNHRC yaitu untuk
tempat makan, yang menyasar etnis-etnis melindungi hak-hak manusia, UNHRC telah
minoritas seperti minoritas Korea Office of mengambil peran, antara lain sebagai berikut.
United Nations of High Commissioner of Pertama, UNHRC mendorong penegakan
Human Rights, 2010). hukum atau advokasi, yang menjadi tantangan
Upaya UNHRC tidak berhenti hanya pada dalam menegakkan hak-hak minoritas di
kegiatan Special Procedure untuk Jepang. Berkat bantuan dari jaringan nasional
memaksimalkan peran UNHRC sebagai LSM dan individu yang melaporkan masalah
organisasi internasional. UNHRC juga hate-speech, termasuk masalah sekolah Korea
mencoba mendorong Jepang melalui berbagai di Kyoto, kasus ini akhirnya dibawa ke f orum
cara, seperti kewajiban pemerintah Jepang internasional di PBB (Jinshu Sabetsu Teppai,
untuk membuat laporan observasi dengan 2017). Dalam sesi badan perjanjian UNHRC
berbagai badan perjanjian yang telah untuk meninjau laporan observasi berkala
diratifikasi oleh Jepang. Hal ini dilakukan pemerintah Jepang tentang pelaksanaan
untuk memantau pemerintah Jepang dalam konvensi hak asasi manusia pada tahun 2014,
mempromosikan HAM, termasuk hak kasus-kasus hate-speech pada sekolah Korea
minoritas di negaranya. di Kyoto tersebut dibahas. Dalam sesi itu
Selain itu terdapat The Universal Periodic ditayangkan video yang mendokumentasikan
Review dimana UPR merupakan sebuah forum demonstrasi pidato kebencian yang sangat
yang mengobservasi atau memantau kemajuan meremehkan. Adanya peningkatan perhatian
isu HAM setiap 4,5 tahun sekali. Isu dari media massa atas kasus ini dan dukungan dari
minoritas Korea di Jepang, menjadi isu UNHRC, PBB pun mengeluarkan
internasional, karena berkaitan dengan rekomendasi tegas bagi Jepang untuk
ketidakselarasan antara situasi hak-hak menyelesaikan masalah hate-speech itu pada
minoritas di Jepang dengan apa yang sudah musim panas 2014 (Hatano, 2019).
dirancang dalam Deklarasi Hak-Hak Kasus ini menjadi titik balik dalam sikap
Minoritas. UPR ini mulai berfungsi pada tahun Jepang terhadap isu ini. Jepang pun
2008, dimana setiap negara akan menjelaskan memberlakukan UU anti kebencian pertama di
permasalahan mengenai HAM, termasuk hak negara tersebut, yaitu Act on the Promotion of
minoritas di negaranya, dan bagaimana mereka Efforts to Eliminate Unfair Discriminatory

68
Padjadjaran Journal of International Relations
e-ISSN: 2684-8082 Vol. 3 No. 1, Januari 2021 (61-72) doi:
10.24198/padjir.v3i1.30694

Speech and Behavior Agains Persons berakhirnya perang (Mcnehill, 2005). Setelah
Orgiginating from Outside Japan atau Hate itu banyak bantuan yang diberikan untuk para
Speech Elimination Act. Undang-undang ini masyarakat minoritas Korea di Utoro yang
diberlakukan untuk menumbuhkan kesadaran terancam dievakuasi karena tanah yang
di kalangan masyarakat umum mengenai hak- mereka tempati telah dijual kepada sebuah
hak yang dimiliki manusia (Hatano, 2019). perusahaan swasta. UNHRC dengan mandat
Kedua, UNHRC mendorong diakuinya yang diberikan oleh PBB mengunjungi Utoro,
status zainichi Koreans sebagai etnis dan akhirnya masalah ini didengar oleh
minoritas. Mereka telah diberi status special masyarakat internasional. Hasilnya, bantuan
permanent resident sejak tahun 1991 , namun dari IGO maupun NGO pun berdatangan. Pada
pemerintah Jepang terus-menerus menyangkal akhirnya di tahun 2018, minoritas Korea yang
bahwa penduduk Korea adalah minoritas ada di distrik Utoro telah dipindahkan ke
nasional atau etnis sebagaimana didefinisikan sebuah lokasi perumahan.
dalam Pasal 27 ICCPR atau Deklarasi PBB
tentang Hak-Hak Minoritas. Dalam Laporan Peran UNHRC Sebagai Fasilitator
Jangka Menengah pada Januari 2017, UNHRC juga memiliki tugas untuk
pemerintah Jepang hanya melaporkan menciptakan kerjasama dengan pihak lain.
kebijakan yang terkait dengan masyarakat adat Dengan demikian, UNHRC menjalankan
Ainu sehubungan dengan etnis minoritas, dan perannya sebagai fasilitator untuk
tidak menyebut penduduk Korea di Jepang memfasilitasi berbagai non-state actors agar
sebagai minoritas (The Government of Japan, dapat bekerja sama dengan pemerintah Jepang.
2017). Antara lain, yang dilakukan UNHRC adalah
Oleh karena itu, UNHRC terus memberikan memastikan penyampaian informasi sebaik
rekomendasi dan mengangkat isu zainichi mungkin, Human Rights Committee yang
Koreans, agar mereka mendapatkan hak mengawasi penyelanggaraan ICCPR di setiap
hukum yang komprehensif. negara, serta mengundang organisasi non-
Ketiga, UNHCR membantu mengangkat pemerintah dan berbagai lembaga HAM
isu masalah zainichi Koreans ke kancah nasional untuk memberikan laporan yang
internasional, karena efek dari media sosial berisi informasi spesifik negara tersebut.
sangat efektif dalam menyebarluaskan berita Dalam hal ini, Komite berhak untuk
mengenai keadaan mereka. Contohnya, pada menentukan, pada tahap selanjutnya, apakah
peringatan 60 tahun berakhirnya Perang Dunia pengarahan lain oleh organisasi non-
II PBB memberikan mandat kepada Pelapor pemerintah juga harus menjadi bagian dari
Khusus untuk mengunjungi Utoro pada tahun pejabat Komite. Berbagai stakeholders, seperti
2005. Tugas Pelapor Khusus ini adalah Human Rights Now, Lawyers Association of
melakukan observasi dan pengumpulan data . Zainichi Koreans memberikan laporan beserta
Dalam melakukan tugasnya, ia didukung oleh rekomendasi mereka. Hasil dari upaya ini,
jaringan TV Korea Selatan yang pemerintah Jepang pun mementingkan dialog
merencanakan acara khusus Utoro, serta dengan masyarakat sipil, termasuk LSM dan
beberapa media terkemuka, termasuk NGO untuk membahas mengenai isu tersebut
mingguan progresif Hankyoreh 21. Media- dan untuk kepentingan Jepang sendiri dalam
media itu menayangkan berbagai artikel menyusun laporan (Human Rights Council,
mengenai kasus ini disertai penggalangan 2017).
sumbangan untuk menyelamatkan desa Utoro. Laporan yang ada di lampiran disusun
Salah satu jaringan televisi menayangkan berdasarkan resolusi Dewan Hak Asasi
siaran langsung lima jam termasuk konser Manusia 5/1 dan 16/21, dengan
solidaritas pada 15 Agustus, peringatan mempertimbangkan periodisitas dari tinjauan

69
PERAN UNITED NATIONS HUMAN RIGHTS COUNCIL (UNHRC) DALAM MENANGANI DISKRIMINASI TERHADAP
ZAINICHI KOREANS DI JEPANG
Fildza Nabila Anandhini

periodik universal. Ini adalah sebuah ringkasan membahas isu comfort women dan
pengajuan 37 pemangku kepentingan untuk memberikan rekomendasi terhadap Jepang
meninjau Universal Periodic Review. Dari 37 untuk melakukan semacam dialog atau
pemangku kepentingan tersebut terdapat membuat perjanjian dengan Korea Selatan.
Lawyers Association of Zainichi Koreans Jepang telah mengakui pertanggung-
(LAZAK), Mindan yakni Korean Residents jawabannya terhadap comfort women sejak
Union di Jepang, yaitu NGO yang berlatar tahun 1991 dan dibuatlah Asian Woman Fund,
belakang zainichi Koreans. Antara lain yang untuk memberikan bantuan berupa dana
disampaikan LAZAK dan Mindan adalah: kepada korban.
Pada tahun 2014, UN Committee on
“MINDAN dan LAZAK prihatin bahwa the Elimination of Racial Discrimination,
Pemerintah Jepang terus-menerus
menyangkal penduduk Korea sebagai melalui ketuanya, Anastasia Crickley, telah
minoritas nasional atau etnis sebagaimana memanggil Jepang untuk melakukan
didefinisikan dalam Pasal 27 ICCPR atau investigasi lebih lanjut mengenai kekerasan
Deklarasi PBB tentang Hak Minoritas. Selain
yang dilakukan terhadap comfort women. Tak
itu, tidak ada tindakan yang diambil untuk
menetapkan kondisi yang diperlukan untuk hanya itu melalui UN Human Rights
perlindungan dan promosi identitas budaya Commissioner, Navi Pillay, selalu memberikan
dan bahasa penduduk Korea,” (Human dukungan terhadap comfort women agar
Rights Council, 2017).
mendapatkan keadilan. UNHRC dengan
berbagai perjanjian internasional di bawahnya
NGO-NGO tersebut khawatir akan
selalu menyerukan, Jepang dan Korea Selatan
keberadaan zainichi Koreans yang sampai saat
untuk menyelesaikan hal ini.
ini belum diakui sebagai etnis nasional,
Lalu ditahun 2015, Pemerintah Jepang dan
sesuatu yang seharusnya dilakukan Jepang bila
Pemerintah Korea mengadakan konsultasi
mengikuti Deklarasi PBB mengenai hak-hak
intensif mengenai masalah ini, dan didapatkan
minoritas. Belum adanya pengakuan ini akan
kesepakatan untuk memberikan penyembuhan
berdampak kepada perlakuan terhadap
kepada kaum perempuan mantan comfort
minoritas Korea di Jepang, antara lain
women tersebut (Governemnt of Japan, 2019).
minoritas Korea tidak memiliki ruang bebas
Pemerintah Jepang juga harus membayar
untuk bergerak karena belum mendapatkan
senilai 200 juta won ($ 172.000) per korban.
perlindungan secara hukum tentang
Dengan perjanjian ini, kedua pemerintah
keberadaan mereka. Oleh karena itu UNHRC
mengkonfirmasikan bahwa masalah wanita
menjalankan perannya sebagai fasilitator
penghibur akhirnya diselesaikan dan kedua
dalam mendukung minoritas Korea ini agar
pemerintah akan menahan diri untuk tidak
dijadikan sebagai etnis nasional, dengan
saling menuduh atau mengkritik masalah ini
memberikan wadah terhadap IGO, NGO dan
dalam komunitas internasional, termasuk di
pemerintah Jepang untuk membahas isu
PBB. Mr. Ban Ki Moon, selaku Sekertaris
tersebut seperti yang sudah dipaparkan di atas.
Jenderal dari PBB waktu itu berharap
perjanjian ini dapat meningkatkan hubungan
Peran UNHRC Sebagai Mediator
bilateral kedua negara (United Nations
Peran terakhir yang dilakukan UNHRC adalah
Secretary General, 2015).
menciptakan suatu penyelesaian yang efektif
Jika dilihat dari konsep organisasi
atas kasus pelanggaran kemanusiaan yang
internasional, UNHRC telah menjalankan
terjadi kepada minoritas Korea. Salah satu
mandatnya dalam mempromosikan hak-hak
kasus terbesar adalah comfort women dimana
asasi manusia, terutama dalam memenuhi hak-
Jepang (di masa perang) merupakan aktor
hak minoritas dalam sebuah negara. Kasus
yang telah melakukan tindakan kejahatan
zainichi Koreans di Jepang merupakan salah
kemanusiaan tersebut. PBB secara proaktif
satu bukti dari peran nyata UNHRC sebagai

70
Padjadjaran Journal of International Relations
e-ISSN: 2684-8082 Vol. 3 No. 1, Januari 2021 (61-72) doi:
10.24198/padjir.v3i1.30694

inisiator, fasilitator, maupun mediator dalam Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan
menangani masalah diskriminasi. bahwa UNHRC telah berperan sebagai,
pertama, inisiator dalam menginisiasi
KESIMPULAN penegakan hukum terhadap hak minoritas
Organisasi internasional memiliki fungsi zainichi Koreans di Jepang, dengan
sebagai mediator, inisiator, dan fasilitator menyuarakan kasus diskriminasi ini agar
dalam memecahkan permasalahan global. dibahas di forum internasional PBB. UNHRC
Melalui konsep organisasi internasional dan juga menginisiasi LSM lokal untuk
hak minoritas, tulisan ini menjawab menyuarakan pendapat mereka. Hingga di
permasalahan keterkaitan hubungan isu tahun 2014, PBB mengeluarkan rekomendasi
konseptual dari peran organisasi yaitu tegas bagi Jepang untuk memperbaiki masalah
UNHRC dan hak minoritas dalam kasus tersebut.
zainichi Koreans. Konsep hak minoritas Kedua, UNHRC telah berperan sebagai
digunakan sebagai salah satu dasar bagi fasilitator yang bertindak dalam memfasilitasi
organisasi internasional untuk menjalankan dialog antara pemerintah Jepang dengan non-
misinya, dalam mengatasi permasalahan state actors lainnya, seperti IGO maupun
mengenai diskriminasi yang terjadi diseluruh NGO. Pandangan dari stakeholders ini
dunia. ditampung dan dipertimbangkan oleh
Sedangkan konsep organisasi internasional pemerintah Jepang dalam menyusun laporan
digunakan sebagai alat analisis terhadap peran Universal Periodic Review yang dikirim ke
yang dilakukan UNHRC dalam menangani UNHRC.
masalah diskriminasi di Jepang. Hasil Ketiga, UNHRC telah berperan sebagai
pelaksanaan ketiga peran itu (mediator, mediator yang dapat dilihat dari perannya
inisiator, dan fasilitator) dapat terlihat dari dalam memediasi permasalahan comfort
semakin luasnya pemberitaan mengenai isu women antara Korea Selatan dan Jepang.
diskriminasi terhadap zainichi Koreans Masalah ini merupakan masalah yang telah
sehingga diketahui masyarakat internasional. berlarut dan UNHRC menyerukan masalah ini
Selain itu telah terlihat beberapa kebijakan untuk diselesaikan, dengan melakukan
yang diimplementasikan oleh pemerintah investigasi terhadap Jepang dan menyerukan
Jepang, akibat dari teguran PBB dan UNHRC. dialog antara kedua negara. Hasilnya, di tahun
Beberapa masalah telah terselesaikan seperti 2015 terciptalah pemecahan masalah comfort
isu distrik Utoro, comfort women, dan hate- women dalam konsultasi intensif yang telah
speech karena Jepang membuat sebuah dilakukan.
kebijakan Hate Speech Elimination Act untuk
menangani kegiatan hate-speech terhadap DAFTAR PUSTAKA
zainichi Koreans. Abbot, K., & Snidal, D. (1998). Why States
Namun demikian, tindakan diskriminasi Act through Formal International
Organization. The Journal of Conflict
terhadap zainichi Koreans belum secara tuntas
Resolution , 3-32.
untuk ditangani. Hal ini karena keberadaan Amanda Clarissa Himawan (2014). Latar
minoritas Korea di Jepang belum diakui Belakang Perubahan Kebijakan Pemerintah
sebagai identitas minoritas di Jepang, sehingga Jepang terhadap Minoritas Korea
perilaku diskriminatif masih kerap terjadi. (Zainichi Koreans). Jogjakarta.
Oleh karena itu, kehadiran UNHRC masih Universitas Gadjah Mada
diperlukan dalam menjalankan mandatnya Anak Agung Banyu Perwita, D. Y. (2005).
Pengantar Ilmu Hubungan Internasional.
sebagai inisiator, fasilitator dan mediator Rosda.
dalam permasalahan diskriminasi zainichi
Koreans di Jepang.

71
PERAN UNITED NATIONS HUMAN RIGHTS COUNCIL (UNHRC) DALAM MENANGANI DISKRIMINASI TERHADAP
ZAINICHI KOREANS DI JEPANG
Fildza Nabila Anandhini

Bakry, U. S. (2016). Metode Penelitian Tsutsui K, S. (2008). Global Norms, Local


Hubungan Internasional. Yogyakarta: Activism, andSocial Movement Outcames:
Pustaka pelajar. Global Human Rights and Resident
Bouwer. (2005) de Supranational Criminal Koreans in Japan". Social Problems Vol.
Prosecution of Sexual Violence Case 55 , 391-418.
of The Japan Times 2000-2014. United Nations. (2014).
International Journal of AreaStudies.l,0 https://www.mofa.go.jp/files/00006
Commision on Human Rights. (2006). Racism, 744.pdf. diakses pada 25 Mei,
Racial Discrimination, Xenophobia 2019, dari Ministry of Foreign
and All Forms of Report of the Special Affairs of Japan:
Rapporteur on contemporary forms https://www.mofa.go.jp,
of racism, racial discrimination, United Nations Secretary General. (2015).
xenophobia and related intolerance, Statement attributable to the Spokesman for
Doudou Diène the Secretary-General on the Agreement
United Nations. Committee on Elimination of between Japan and the Republic of Korea
Racial Discrimination. (2014). on issues related to 'comfort woman' .
Concluding Observations on the combines United Nations.
seventh to ninth periodic reports of United Nations. (2010). Minority Rights:
Japan. United Nations. International Standards and Guidance f or
Governemnt of Japan. (2019). Concluding Implementation. New York: Office of the
Observations by the Committee on United Nations High Commissioner for
Enforced Disappearances (CED). GOJ. Human Rights.
Human Rights Council. (2011). Report of the United Nations. (2012). Promoting and
Special Rapporteur on the human Protecting Minority Rights. Geneva, New
rights of migrants, Jorge Bustamante. York: United Nations High Commissioner
United Nations. for Human Rigths.
Human Rights Council. (2017). Workin Virally M. (2007). Definition and Clasification
Group on the Universal Periodic of International Organization: A legal
Review. Approach. London.
Human Rights Council. (2017). Summary of Yoshimi Y. (2013) Comfort Women: Sexual
Stakeholders's submission on Japan. Slavery in Japanese Military During World
United Nations. War II
Human Rights Committee. (2014). Concluding
Observations on the sixth periodic BIOGRAFI
report of Japan. United Nations. Fildza Nabila Anandhini merupakan alumni
Kumpis, A. (2015). Representations of Departemen Ilmu Hubungan Internasional,
Zainichi Koreans in Japanese Media: The Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Hasanuddin yang memiliki ketertarikan terhadap
Case of The Japan Times 2000-
dinamika kawasan Asia Timur, dan isu human
2014. International Journal of Area rights terutama dalam aspek minority rights.
Studies.l,0
Lawyers Association of Zainichi Koreans.
(2014). Discrimination Against
Koreans in Japan: Japan's Violation of
International Convention on the
Elimination of All Forms of Racial
Discrimination. Geneva LAZAK.
Office of the High Commissioner for
Human Right. (2010). Minority Rights:
International Standards and Guidance for
Implementation. New York.
Pauer, E. (1999). Japan's War Economy.
London:Routledge.
The Comfort Woman and The Asian
Women's. (2007) Attempts at Legislation in
the Japanese Diet.

72

You might also like