You are on page 1of 60

ANALYSIS OF CALCULATION IN Mudharabah

TO INCREASE REVENUE TRADERS IN BMT of


ATI BENING GROBOGAN DISTRICT

Khusnamah Tida, Dr. Luluk Kholisoh, Winanto Nawarcono,SE.,MM

Abstraction
The existence of an existing conventional bank interest in the system prioritizes
operasiolnalnya, while the Islamic Bank are not familiar with the term of interest but
which is the term used for the results. Banking with sharing system designed
terbinanya for unity in the risks and share the results of operations
between the owner of the funds that keep their money in the bank, with the bank as
manager funds and also the people who need funds that can be existed as
borrower or the fund manager. With financing coupled with the guidance
capital management and business to business productivity help to improve
which in turn will affect the increased revenue traders
small. This is the basis for the author to take the title "Analyst calculation
Mudharabah to increase the income of traders in BMT
Ati Bening Grobogan district”. The purpose of this study was to
describe and analyze the effect of Mudharabah
increased income traders in District Grobogan.
The population of this study is the customer who received BMT Bening Ati
Mudharabah, whose population amounted to all customers, the sample
There are 100 (40 data can be processed) and the sampling technique using
proportional cluster random sampling technique. The method of data collection
yangdigunakan methods are questionnaires and documentation. Methods of data analysis
used in this research is simple regression analysis of prediktor.Hasil
research shows that by calculating the correlation coefficient between variables
X and Y variables dipeoleh r r hits at 10.500 and table is 1.98, which means
there was significant correlation between the increase of revenue Mudharabah
small traders. From the simple regression equation obtained Y = 4.987 + 1.215 X,
While hypothesis testing is performed with T test t hits obtained for
10.500 which means that said that Ha is the influence of financing
to increase merchant revenues Grobogan District
"Acceptable". Based on the above conclusions, the authors present suggestions include
the need for further research on the variables that affect
increased revenue that the available job opportunities, skills and
expertise, motivation and tenacity to work.
Keywords: Mudharabah, increased revenue.
ANALISIS PERHITUNGAN PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH
TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PEDAGANG DI BMT
BENING ATI KABUPATEN GROBOGAN

Khusnamah Tida, Dr. Luluk Kholisoh, Winanto Nawarcono,SE.,MM

Abstraksi
Keberadaan Bank konvensional yang ada mengutamakan sistem bunga dalam
operasiolnalnya, sedangkan Bank Syariah tidak mengenal istilah bunga tetapi yang
digunakan adalah istilah bagi hasil. Perbankan dengan sistem bagi hasil dirancang demi
terbinanya kebersamaan dalam menanggung resiko dan berbagi hasil usaha antara
pemilik dana yang menyimpan uangnya di bank, dengan bank selaku pengelola dana dan
juga masyarakat yang membutuhkan dana yang bisa berstatus sebagai peminjam atau
pengelola dana. Dengan pembiayaan yang diiringi dengan bimbingan pengelolaan modal
dan usaha dapat membantumeningkatkan produktifitas usaha, yang pada akhirnya akan
berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan pedagang kecil. Hal ini yang melandasi
penulis untuk mengambil judul “Analis perhitungan Pembiayaan Mudharabah terhadap
peningkatan pendapatan pedagang di BMT Bening Ati Kabupaten Grobogan“. Tujuan
Penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh Pembiayaan
Mudharabah terhadap peningkatan pendapatan pedagang di Kabupaten Grobogan .
Populasi penelitian ini adalah nasabah BMT Bening Ati yang memperoleh
Pembiayaan Mudharabah, yang populasinya berjumlah semua nasabah, sampelnya
berjumlah 100 (40 data yang dapat diolah ) dan teknik samplingnya mengunakan teknik
cluster proporsional random sampling. Adapun metode pengumpulan data yang
digunakan metode adalah kuesioner dan dokumentasi. Metode analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi sederhana satu prediktor.Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dengan perhitungan koefisien korelasi antara variabel X
dan variabel Y dipeoleh r hit sebesar 10,500 dan r table sebesar 1,98 yang berarti terdapat
hubungan antara Pembiayaan Mudharabah terhadap peningkatan pendapatan pedagang
kecil. Dari persamaan regresi sederhana diperoleh Y= 4,987 + 1,215 X. Sedangkan uji
hipotesis yang dilakukan dengan uji T diperoleh t hit sebesar 10,500yang berarti bahwa
Ha yang berbunyi ada pengaruh pembiayaan mudharabah terhadap peningkatan
pendapatan pedagang Kabupaten Grobogan “diterima”. Berdasarkan kesimpulan diatas,
penulis menyampaikan saran antara lain perlunya penelitian lebih lanjut mengenai
variabel-variabel yang mempengaruhi peningkatan pendapatan yaitu kesempatan kerja
yang tersedia, kecakapan dan keahlian, motivasi kerja dan keuletan bekerja.
Kata kunci: Pembiayaan Mudharabah, peningkatan pendapatan.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ekonomi Indonesia yang semakin memprihatinkan dan tuntunan
masyarakat terhadap perbaikan sistem ekonomi dirasakan perlu adanya sumber-sumber
keuangan untuk menyediakan dana guna membiayai usaha masyarakat. Kesulitan yang
dihadapi oleh para pedagang kecil adalah dalam mengembangkan usahanya antara lain
keterbatasaan modal usaha, dikarenakan sumber dana dari luar yang bisa membantu
mengatasi kekurangan permodalan tidak mudah diperoleh masyarakat.
Bank menyediakan jasa perkreditan untuk mengatasi masalah permodalan usaha
untuk pedagang kecil. Sektor perkreditan bagi bank sendiri merupakan salah satu usaha
yang sangat penting karena pendapatan bunga dari kredit sebagai komponen yang
dominan dibandingkan dengan jasa-jasa perbankan lainnya, dalam pemberian kredit
kepada masyarakat pihak bank akan selalu dihadapkan pada resiko yang cukup besar
seperti apakah dana bantuan yang dipinjamkan tersebut akan dapat diterima kembali
sesuai dengan yang telah disepakati atau tidak. Bank meminta jaminan kepada nasabah
sebagai pengaman apabila debitur tidak mampu melunasi kreditnya. Penyediaan jaminan
untuk memperoleh kredit menjadi pembatas bagi pedagang kecil untuk bisa
memanfaatkan jasa perkreditan dikarenakan tidak semua pedagang kecil mampu
menyediakan jaminan yang dipersyaratkan oleh bank atau BMT.
Sistem keuangan Islam yang berpihak pada kepentingan kelompok mikro sangat
penting. Berdirinya bank syariah membawa andil yang sangat baik dalam sistem di
Indonesia. Peranan ini sebagai upaya dalam mewujudkan sistem keuangan yang adil.
Oleh karena itu, keberadaannya perlu mendapat dukungan dari segenap lapisan
masyarakat Muslim. Lembaga keuangan bank memiliki sistem dan proedur yang baku
sehingga tidak mampu menjangkau masyarakat lapisan bawah dan kelompok mikro.
Bank syariah dengan prosedurnya yang panjang dan rumit, menyebabkan pengusaha
mikro atau pedagang kecil tidak dapat meminjam sumber pendanaan dari bank, sehingga
potensi besar yang dimiliki oleh sektor mikro menjadi tidak berkembang.
Banyak sektor mikro yang berfikir sangat pragmatis dalam pemenuhan kebutuhan
pemodalan. Mereka mengambil jalan pintas dengan cara mengakseskredit dari rentenir
dan lintah darat dengan suku bunga yang sangat tinggi, bahkan terkadang di atas
keuntungan usaha dibiayai. Keadaan ini tidak dapat disalahkan, karena mereka tidak
mampu menjangkau prosedur perbankan.
Menurut Sumitro (1996:20) Bank adalah lembaga keuangan perbankan yang
operasional dan produknya sesuai prinsip-prinsip syariah. Karakteristiknya bank syariah
dalam segi teknis mempunyai perbedaan yang mendasar dengan bank umum diantaranya:
1. Beban biaya yang disepakati bersama waktu akad perjanjian diwujudkan dalam bentuk
jumlah nominal, yang penentuan besarnya dilakukan dengan kebebasan tawar-menawar
dalam batas yang wajar.
2. Penggunaan persentase dalam hal kewajiban untuk melakukan pembayaran selalu
dihindari, karena persentase bersifat melekat pada sisa utang meskipun batas waktu
perjanjian telah berakhir.
3. Bank syariah tidak menerapkan perhitungan berdasarkan keuntungan yang pasti di
dalam batas waktu perjanjian telah berakhir.
4. Pengerahan dana masyarakat dalam bentuk dana deposito tabungan oleh penyimpan
dianggap sebagai titipan sedangkan bagi bank dianggap sebagai titipan yang diamanatkan
sebagai penyertaaan dana pada proyek-proyek yang dibiayai bank yang beroperasi sesuai
dengan prinsip syariah.
5. Dewan pengawas syariah (DPS) bertugas untuk mengawasi operasionalisasi bank dari
sudut syariahnya.
6. Fungsi kelembagaan bank syariah selain menjembatani antara pihak pemilik modal
dengan pihak yang membutuhkan dana juga berkewajiban menjaga dan bertanggung
jawab atas keamanan dana yang disimpan dan siap sewaktu-waktu apabila dana diamabil
oleh pemiliknya.
Dalam praktek perbankan menurut Irmayanto (1998:72) bank syariah memiliki
perbedaan dengan bank konvensional, diantaranya:
1. Bank konvensional menaikan tingkat suku bunga simpanan akan diikuti dengan suku
bunga pinjamannya.
2. Pada bank syariah, pengurangan uang beredar akan menekan laju inflasi dan
menurunkan biaya produksi pada invaestai debitur sehingga debitur akan memperoleh
tambahan keuntungan yang akan dibagi hasilkan kepada bank. Tambahan keuntungan
pada bank mempercepat kegiatan ekonomi.
Perkembangan lembaga keuangan syariah terutama perbankkan syariah cukup
luas sampai sekarang. Hal itu di tetapkan UU No.10 tahun 1998 yang memungkinkan
perbankkan dual banking sistem yaitu bank konvensional mulai melirik dan membentuk
unit usaha syariah.
Secara umum BMT yang bergerak di kawasan ini masih jarang dan berpeluang
besar dalam perekonomian di dunia perbankan yang berdasarkan Alquran dan Hadits. Ide
dasar pengembangan prinsip syariah pada perbankkan didasari keinginan umat Islam
untuk menjadi muslim yang kaffah. Dengan benar-benar menjalankan syariat Islam
dalam setiap aspek kehidupannya, termasuk hal-hal yang berkaitan dengan muamalah.
Dengan adanya doktrin dalam syariah islam yang mengatakan bahwa bunga bank adalah
haram karena termasuk riba, sehingga diperlukan alternatif operasionl perbankan yang
berdasarkan syariah. Teknik-teknik finansial yang dikembangakan dalam perbankan
syariah adalah teknik-teknik finansial yang tidak berdasarkan bunga, melainkan
didasarkan pada profit and loss sharing principle (PLS ).
Bahwa kegiatan-kegiatan investasi bank Islam oleh para teoritisi Perbankan Islam
membayangkan mesti di dasarkan pada dua konsep hukum : Mudharabah dan
Musyarakah, atau yang dikenal dengan istilah Profit and Loss Sharing (PLS). Mereka
berpendapat bahwa Bank Islam akan menyediakan sumber-sumber pembiayaan yang luas
kepada para peminjam dengan prinsip berbagi-risiko, tidak seperti pembiayaan berbasis
bunga dimana peminjamnya menanggung semua risiko. Namun dalam praktiknya, bank-
bank Islam umumnya telah menyadari bahwa PLS, seperti yang dibayangkan para
teoritisi, tidak dapat digunakan secara luas dalam Perbankan Islam dikarenakan risiko-
risiko yang ditanggungkan kepada Bank. Konsep teoritisi yang ditawarkan dengan sistem
Mudharabah dalam literatur fiqih dapat diaplikasikan secara murni pada Perbankan Islam
dalam tingkat realitas.
Bagi hasil adalah bentuk return (perolehan kembaliannya) dari kontrak investasi,
dari waktu ke waktu, tidak pasti dan tidak tetap. Besar-kecilnya perolehan kembali itu
bergantung pada hasil usaha yang benar-benar terjadi. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa sistem bagi hasil merupakan salah satu praktik perbankan syariah.
BMT BENING ATI Grobogan berdiri sejak tahun 2007, hingga saat ini sudah ada
beberapa produk layanan pembiayaan yaitu mudharabah, murabahah, musyarakah, ,
ijarah dan Bai Bitsaman ajil. Keenam produk layanan pembiayaan tersebut yang
memiliki resiko paling tinggi adalah pembiayaan mudharabah.
Resiko–resiko itu antara lain:
1. Nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebutkan dalam kontrak.
2. Nasabah lalai dalam mengelola dananya dan melakukan kesalahan yang
disengaja
3. Nasabah tidak jujur sehingga melakukan penyembunyian keuntungan.

BMT BENING ATI Grobogan merupakan salah satu BMT yang berkembang
pesat, hal tersebut ditandai dengan semakin meningkatnya aset pendapatan BMT dari
tahun ke tahun. Awal aset pendapatan tersebut adalah 12 juta hingga saat ini mencapai
Rp 836.535.600 rupiah untuk layanan pembiayaan. Ketika nasabah ingin mengajukan
pembiayaan mudharabah, biasanya pihak BMT BENING ATI Grobogan menyuruh
nasabah untuk menghitung proyeksi atau rencana keuntungan bagi hasil pada usahanya.
Hal tersebut tidak sesuai dengan prosedur pembiayaan, karena yang seharusnya
menghitung proyeksi keuntungan usahanya adalah pihak BMT BENING ATI Grobogan.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka menarik untuk dilakukan suatu
penelitian dengan judul ”Analisis Perhitungan Pembiayaan Mudharabah di BMT
BENING ATI terhadap Peningkatan Pendapatan Pedagang di Kabupaten
Grobogan”.

B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah ada penagruh perhitungan pada pembiayaan Mudharabah di BMT Bening
Ati meningkatkan pendapatan terhadap pedagang di Kabupaten Grobogan?

C. Batasan Masalah
Peneliti membatasi permasalahan dalam penelitian ini agar terfokus pada permasalahan
yang ada
1. Pembiayaan yang diteliti adalah pembiayaan mudharabah.
2. Pedagang yang diteliti adalah pedagang yang ada di pasar .
3.Penelitian ini dilakukan pada pedagang di pasar Tamban di Kecamatan Gubug dan
Pasar Genggang yang berada di Desa Jeketro agar biar fokus pada satu bidang
permasalahan .
4. Responden yang dalam penelitian ini adalah pedagang yang berusia 19 tahun sampai
40 tahun.
5. Variabel-variabel yang teliti adalah pembiayaan mudharabah (X) dan peningkatan
pendapatan pedagang (Y).

D. Tujuan Penelitian
Setelah Setiap penelitian pasti memiliki tujuan tertentu baik untuk kepentingan pribadi
atau yang lain. Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh pembiayaan mudharabah terhadap peningkatan
pendapatan pedagang di kawasan Kabupaten Grobogan.

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi kesempatan bagi peneliti untuk
menerapkan teori-teori yang diperoleh di bangku kuliah dan membandingkannya dengan
praktek yang terjadi dalam perbankan.
2. Bagi Sekolah Ilmu Ekonomi Nusa Megarkencana
Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dan tambahan informasi bagi
peneliti selanjutnya dan bermanfaat.
3. Bagi Lembaga Keuangan
Sebagai bahan wacana untuk meningkatkan pelayananan kepada masyarakat
terutama pedagang untuk memberikan pinjaman yang lebih baik dengan persyaratan yang
lebih lunak, karena sektor riil ini masih banyak yang masih membutuhkan permodalan
yang lebih banyak lagi.
F. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Batasan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Peenelitian
F. Sistematika Pembahasan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
A. LANDASAN TEORI
1. Metode Bagi Hasil
a. Pengertian bagi Hasil
b. Landasan Syariah
c. Teori Bagi Hasil .
d. Konsep Bagi Hasil
e. Nisbah Keuntungan berdasarkan Prinsip Bagi Hasil
f. Investasi Berdasarkan Bagi Hasil
g. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bagi Hasil
Komponen Bagi Hasil Pembiayaan Mudharabah
B. Konsep Pendapatan Dan Biaya Dalam Bagi Hasil
1. Pengertian Pendapatan
2. Metode Penerimaan Pendapatan bagi Hasil.
C. Pembiayaan berdasarkan Prinsip Bagi Hasil
1. Pengertian Pembiayaan
2. Pengertian Mudharabah
3. Rukun dan Syarat Mudharabah
4. Perkara yang Membatalkan Mudharabah.
5. Jenis-jenis Mudharabah
6. Terjadinya Kerugian
7. Teknik Mudharabah dalam Perbankan.
8. Manfaat Mudharabah
9. Pengakuan Laba atau Rugi Mudharabah
E. Pedagang
1. Pengertian Pedagang
F. Tinjauan Pustaka.
H. Hipotesis.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
B. Metode Penelitian dan Jenis Data
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan sampel
1. Populasi
2. Sampel Penelitian
3. Variabel Penelitian
D. Metode Pengujian
1. Uji Validitas.
2. Uji Reliabilitas
E. Metode Analisis Data.
1. Analisis Deskriptif Persentase.
2. Analisis Regresi Linier Sederhana
BAB IV GAMBARAN UMUM
A. Profil Responden Subjek Penelitian
B. Pihak Yang Terlibat.
C. Profil KJKS Bening Ati
1. Sejarah Berdirinya
2. Profil
3. Visi dan Misi
4. Data Lembaga
5. Struktur organisasi
6. Jenis Produk
BAB V ANALISIS DATA
A. Profil Responden
B. Karaktristik Responden
C. Uji Instrumen Penelitian
1. Uji Validitas
2. Uji Reabilitas.
D. Analisis Data
1. Anal,isis Regresi Linier Sederhana
2. Analisis Rating Scale
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran-saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

A. LANDASAN TEORI
B. Metode Bagi Hasil
1.1. Pengertian Bagi Hasil
Sistem perekonomian Islam merupakan masalah yang berkaitan dengan
pembagian hasil usaha yang harus ditentukan padal kontrak kerja sama (akad), yang
ditentukan adalah persentase masing-masing misalkan 20:80 yang berarti bahwa atas
hasil usaha yang diperoleh akan di distribusikan sebesar 20% bagi pemilik dana (shahibul
maal) dan 80% bagi yang menjalankan usahanya (mundharib).
Bagi hasil adalah bentuk return (perolehan kembaliannya) dari kontrak investasi,
dari waktu ke waktu, tidak pasti dan tidak tetap. Besar-kecilnya perolehan kembali itu
tergantung pada hasil usaha yang benar-benar terjadi. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa sistem bagi hasil merupakan salah satu praktik perbankan syariah. Mekanisme
perhitungan bagi hasil yang diterapkan di dalam perbankan syariah terdiri dari dua sistem
yaitu:
a. profit sharing (bagi Untung)
b. Revenue sharing (bagi hasil)
Profit sharing menurut etiologi Indonesia adalah bagi keuntungan. Dalam kamus
ekonomi diartikan pembagian laba. Profit secara istilah adalah perbedaan yang timbul
ketika pendapatan total (total revenue) suatu perusahaan lebih besar dari biaya total (total
cost).
Revenue sharing berasal dari bahasa inggris yang terdiri dari dua kata yaitu
revenue yang mempunyai arti; hasil, penghasilan, pendapatan. Sharing adalah bentuk
kata kerja dari share yang berarti bagi atau bagian. Revenue sharing berarti pembagian
hasil, penghasilan atau pendapatan.
Di dalam istilah lain profit sharing adalah perhitungan bagi hasil didasarkan
kepada hasil bersih dari total pendapatan setelah dikurangi dengan biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Dan yang dimaksud revenue sharing
adalah perhitungan bagi hasil didasarkan kepada total seluruh pendapatan yang diterima
sebelum dikurangi dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk memperoleh
pendapatan tersebut.
Dalam profit sharing, keuntungan yang didapat dari hasil usaha tersebut akan
dilakukan pembagian setelah dilakukan perhitungan terlebih dahulu atas biaya-biaya
yang telah dikeluarkan selama proses usaha. Keuntungan usaha dalam dunia bisnis bias
negatif, artinya usaha merugi, positif berarti ada angka lebih sisa dari pendapatan
dikurangi biaya-biaya, dan nol artinya antara pendapatan dan biaya menjadi balance.
Keuntungan yang dibagikan adalah keuntungan bersih (net profit) yang merupakan
kelebihan dari selisih atas pengurangan total cost terhadap total revenue.
Sistem revenue sharing berlaku pada pendapatan bank yang akan dibagikan
dihitung berdasarkan pendapatan kotor (gross sales), yang digunakan dalam menghitung
bagi hasil untuk produk pendanaan bank. Di dalam revenue terdapat unsur-unsur yang
terdiri dari total biaya (total cost) dan laba (profit).Laba bersih (net profit) merupakan
laba kotor (gross profit ) dikurangi biaya distribusi penjualan, administrasi dan keuangan.
Pada umumnya dalam prakteknya, bank syariah mempergunakan revenue
sharing, hal ini sebagai salah satu upaya untuk mengurangi resiko penyelewengan yang
mungkin dilakukan mundharib.
Prinsip pembagian hasil usaha ada 2 yaitu:
a. Distribusi Hasil Usaha Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil (profit Sharing)
Berapa hal yang perlu diperhatikan dalam distribusi hasil usaha berdasarkan
prinsip hasil (revenue sharing) adalah sebagai berikut:
1) Pendapatan Operasi Utama
Pendapatan operasi utama syariah adalah pendapatan dari
penyaluran dana investasi yang dibenarkan syariah yaitu pendapatan
penyaluran dana prinsip bagi hasil jual beli, bagi hasil dan ptrinsip ijaroh.
Besarnya pendapatan yang dibagikan dalam perhitungan distribusi hasil
usaha dengan prinsip bagi hasil (revenue sharing) ini adalah pendapatan
(revenue) dari pengelolaan dana (penyaluran ) sebesar porsi dana
mudharabah (investasi tidak terikat) yang dihimpun tanpa adanya
pengurangan beban-beban yang dikeluarkan oleh bank syariah.
2) Hak pihak ketiga atas bagi hasil investasi tidak terikat
Hak untuk pihak ketiga atas bagi hasil investasi tidak terikat ini
merupakan bagian bagi hasil dari hasil usaha (pendapatan ) yang
diserahkan oleh bank syariah kepada pemilik dana mudharabah mutlaqah
(investasi tidak terikat).
3) Pendapatan operasi lainnya
Praktik dalam penyaluran dana bank syariah mengenakam fee
administrasi atas penyaluran tersebut yang besarnya disepakati anatara
bank sebagai pemilik dana dan debitur sebagai pengelola dana
(mundharib). Pendapatan operasi lain diperoleh dari jasa layananan
syariah seperti pendapatan fee inkaso, fee transfer, fee LC dan fee
kegiatan yang berbasis imbalan lainnya.
4) Beban operasi
Semua beban yang dikeluarkan oleh bank syariah sebagai
mudharib, baik beban untuk kepentingan bank syariah sendiri maupun
kepentingan pengolaan dana mudharabah, seperti beban tenaga kerja atau
karyawan, beban umum dan administrasi, beban operasi lainnya
ditanggung oleh bank syariah sebagi mudharib.

b. Distribusi Hasil Usaha Berdasarkan Prinsip Bagi Untung (Profit Sharing)


Penerapan distribusi hasil usaha dengan prinsip bagi untung (profit sharing)
bukanlah hal yang mudah, karena pihak deposan harus siap menerima bagian
kerugian apabila dalam pengelolaan dana mudharabah mengalami kerugian
yang bukan akibat dari kelalaian mudharib sehingga uang yang diinvestasikan
pada bank syariah menjadi berkurang. Di lain pihak, bank syariah sendiri
harus secara jujur dan transparan menyampaikan beban-beban yang akan
ditanggung dalam pengelolaan dana mudharabah, seperti membuat dan
menentukan dengan tegas dan jelas beban yang akan dibebankan dalam
pengelolaan dana mudharabah baik beban langsung maupun beban tidak
langsung.
Menurut Ridwan, (2005:123-124). Faktor-faktor yang mempengaruhi bagi
hasil adalah:
1. Faktor langsung (direct factor) yang dapat mempengaruhi tingkat bagi hasil meliputi:
a. Investment rate, merupakan prosentase aktual dana yang dapat di investasikan dari
total dana yang terhimpun.
b. Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah dana dari berbagai
sumber yang dapat diinvestasikan.
c. Nisbah (profit sharing) merupakan proporsi pembagian hasil usaha.

2. Faktor tidak langsung yang dapat mempengaruhi tingkat bagi hasil meliputi :
a. Penentuan biaya dan pendapatan.
b. Kebijakan akuntansi.

1.2. Landasan Syariah


a. Al-Qur’an
Q.S al-Baqarah : 282

Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara
tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya….”

QS. Al-Maidah : 1

Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. Dihalalkan bagimu binatang
ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (yang demikian itu) dengan tidak
menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah
menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya.
b. Al-Hadist
Hadist riwayat Tirmidzi dari ‘Amr bin ‘Auf yang artinya:
“Perdamaian dapat dilakukan diantara kaum muslimin kecuali perdamaian yang
mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram dan kaum muslimin terikat
dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau
menghalalkan yang haram”

1.3. Teori Bagi Hasil


Menurut terminologi asing (Inggris) bagi hasil dikenal dengan profit sharing
Profit sharing dalam kamus ekonomi diartikan dengan pembagian laba. Secara definitif
profit sharing diartikan:”distribusi beberapa bagian dari laba pada para pegawai dari
suatu perusahaan”. Hal itu dapat berbentuk suatu bonus uang tunai tahunan yang
didasarkan pada laba yang diperoleh pada tahun-tahun sebelumnya, atau dapat berbentuk
pembayaran mingguan/bulanan.
Mekanisme lembaga keuangan syariah pada pendapatan bagi hasil ini berlaku
untuk produk penyertaan atau bentuk bisnis korporasi (kerjasama). Pihak-pihak yang
terlibat dalam kepentingan bisnis yang disebutkan tadi harus melakukan transparasi dan
kemitraan secara baik dan ideal. Sebab semua pengeluaran dan pemasukan rutin yang
berkaitan dengan bisnis penyertaan, bukan untuk kepentingan pribadi yang menjalankan
proyek.
Keuntungan yang dibagihasilkan harus dibagi secara proporsional antara shahibul
maal dengan mudharib. Dengan demikian, semua pengeluaran rutin yang berkaitan
dengan bisnis mudharabah, dapat dimasukkan ke dalam biaya operasional. Keuntungan
bersih harus dibagi antara shahibul maal dan mudharib sesuai dengan proporsi yang
disepakati sebelumnya dan secara eksplisit disebutkan dalam perjanjian awal. Tidak ada
pembagian laba sampai semua kerugian telah ditutup dan ekuiti shahibul maal telah
dibayar kembali. Jika ada pembagian keuntungan sebelum habis masa perjanjian akan
dianggap sebagai pembagian keuntungan dimuka.
Menurut Ridwan, Manajemen Baitul Wat Tanwil (BMT), Yogyakarta, UII
pres:120.Kerja sama para pihak dengan sistem bagi hasil harus dilaksanakan dengan
transparan dan adil. Hal ini disebabkan untuk mengetahui tingkat bagi hasil pada periode
tertentu itu tidak dapat dijalankan kecuali harus ada laporan keuangan atau pengakuan
yang terpercaya. Pada tahap perjanjian kerja sama ini disetujui oleh para pihak, maka
semua aspek yang berkaitan dengan usaha harus disepakati dalam kontrak, agar antar
pihak dapat saling mengingatkan.

2.4 Konsep Bagi Hasil


Konsep bagi hasil adalah sebagai berikut:
a. Pemilik dana akan menginvestasikan dananya melalui lembaga keuangan
syariah yang bertindak sebagai pengelola.
b. Pengelola atau lembaga keuangan syariah akan mengelola dana tersebut
dalam sistem pool of fund selanjutnya akan menginvestasikan dana tersebut ke
dalam proyek atau usaha yang layak dan menguntungkan serta memenuhi
aspek syariah.
c. Kedua belah pihak menandatangani akad yang berisi ruang lingkup kerja
sama, nominal, nisbah dan jangka waktu berlakunya kesepakatan tersebut.

2.5 Nisbah Keuntungan Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil


Hal-hal yang berkaitan dengan nisbah bagi hasil yaitu:
a. Prosentase
Nisbah keuntungan harus didasarkan dalam bentuk prosentase antara
kedua belah pihak, bukan dinyatakan dalam nilai nominal rupiah tertentu. Nisbah
keuntungan itu misalnya 35:65, 45:55, 60:40, atau 80:20. Jadi nisbah keuntungan
ditentukan berdasarkan kesepakatan, bukan berdasarkan porsi setoran modal.
Nisbah keuntungan tidak boleh dinyatakan dalam bentuk nominal rupiah tertentu.
b. Bagi Untung dan Bagi Rugi
Ketentuan diatas itu merupakan konsekuensi logis dari karakteristik akad
mudharabah itu sendiri, yang tergolong ke dalam kontrak investasi (natural
uncertainty contracts). Dalam kontrak ini, return dan timing cash flow kita
tergantung kepada kinerja sektor riilnya. Bila laba bisnisnya besar, kedua belah
pihak mendapat bagian yang besar pula. Bila laba bisnisnya kecil, mereka
mendapat bagian yang kecil juga. Filosofi ini hanya dapat berjalan jika nisbah
laba ditentukan dalam bentuk prosentase, bukan dalam bentuk nominal rupiah
tertentu.
Bila dalam akad mudharabah ini mendapatkan kerugian, pembagian
kerugian itu bukan didasarkan atas nisbah, tetapi berdasarkan porsi modal
masing-masing pihak. Itulah alasan mengapa nisbahnya disebut sebagai nisbah
keuntungan, bukan nisbah saja, karena nisbah 50:50, atau 80:20 itu hanya
diterapkan bila bisnisnya untung. Bila bisnisnya rugi, kerugiannya itu harus dibagi
berdasarkan porsi masing-masing pihak, bukan berdasarkan nisbah. Hal ini karena
ada perbedaan kemampuan untuk mengabsorpsi/menanggung kerugian di antara
kedua belah pihak. Bila untung, tidak ada masalah untuk menikmati untung.
Karena sebesar apa pun keuntungan yang terjadi, kedua belah pihak akan selalu
dapat menikmati keuntungan itu. Lain halnya kalau bisnisnya merugi.
Kemampuan shahib al-maal untuk menanggung kerugian finansial tidak
sama dengan kemampuan mudharib. Dengan demikian, karena kerugian dibagi
berdasarkan proporsi modal (finansial) shahib al-maal dalam kontrak ini adalah
100%, maka kerugian (finansial) ditanggung 100% pula oleh shahib al-maal. Di
lain pihak, karena proporsi modal (finansial) mudharib dalam kontrak ini adalah
0%, andaikata terjadi kerugian, mudharib akan menanggung kerugian (finansial)
sebesar 0% pula.

c. Jaminan
Ketentuan pembagian kerugian bila kerugian yang terjadi hanya murni
diakibatkan oleh risiko bisnis (business risk), bukan karena risiko karakter buruk
mudharib (character risk). Bila kerugian terjadi karena karakter buruk, misalnya
karena mudharib lalai dan atau melanggar persyaratan-persyaratan kontrak
mudharabah, maka shahib al-maal tidak perlu menanggung kerugian seperti ini.
"Para fuqaha berpendapat bahwa pada prinsipnya tidak perlu dan tidak boleh
mensyaratkan agunan sebagai jaminan, sebagaimana dalam akad syirkah lainnya.
Jelas hal ini konteksnya adalah business risk." Dan untuk character risk,
mudharib pada hakikatnya menjadi wakil dari shahibul maal dalam mengelola
dana dengan seizin shahibul maal, sehingga wajib baginya berlaku amanah.
Jika mudharib melakukan keteledoran, kelalaian, kecerobohan dalam
merawat dan menjaga dana, yaitu melakukan pelanggaran, kesalahan, dan
kelewatan dalam perilakunya yang tidak termasuk dalam bisnis mudharabah yang
disepakati, atau ia keluar dari ketentuan yang disepakati, mudharib tersebut harus
menanggung kerugian mudharabah sebesar bagian kelalaiannya sebagai sanksi
dan tanggungjawabnya. Ia telah menimbulkan kerugian karena kelalaian dan
perilaku zalim karena ia telah memperlakukan harta orang lain yang dipercayakan
kepadanya di luar ketentuan yang disepakati. Mudharib tidak pula berhak untuk
menentukan sendiri mengambil bagian dari keuntungan tanpa kehadiran atau
sepengetahuan shahibul maal sehingga shahibul maal dirugikan. Jelas hal ini
konteksnya adalah character risk.

d. Menentukan Besarnya Nisbah


Besarnya nisbah ditentukan berdasarkan kesepakatan masingmasing pihak
yang berkontrak. Jadi, angka besaran nisbah ini muncul sebagai hasil tawar-
menawar antara shahib al-maal dengan mudharib. Dengan demikian, angka
nisbah ini bervariasi, bisa 50:50, 60:40, 70:30, 80:20, bahkan 88:12. Namun para
ahli fiqih sepakat bahwa nisbah 100:0 tidak diperbolehkan.

e. Cara Menyelesaikan Kerugian


Jika terjadi kerugian, cara menyelesaikannya adalah diambil terlebih
dahulu dari keuntungan, karena keuntungan merupakan pelindung modal.
Kemudian bila kerugian melebihi keuntungan, baru diambil dari pokok modal.

2.6 Investasi Berdasarkan Bagi Hasil


Inti mekanisme investasi bagi hasil pada dasarnya adalah terletak pada kerjasama
yang baik antara shahibul maal dengan mudharib. Kerjasama atau partnership
merupakan karakter dalam masyarakat ekonomi Islam. Kerjasama ekonomi harus
dilakukan dalam semua bentuk kegiatan ekonomi, yaitu: produksi, distribusi barang
maupun jasa. Salah satu bentuk kerjasama dalam bisnis atau ekonomi Islam adalah qirad
atau mudharabah. Qirad atau mudharabah adalah kerjasama antara pemilik modal atau
uang dengan pengusaha pemilik keahlian atau ketrampilan atau tenaga dalam
pelaksanaan unit-unit ekonomi atau proyek usaha. Melalui mudharabah kedua belah
pihak yang bermitra tidak akan mendapatkan bunga, tetapi mendapatkan bagi hasil atau
profit dan loss sharing dari proyek ekonomi yang disepakati bersama.

2.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Bagi Hasil


Faktor-faktor yang mempengaruhi perhitungan bagi hasil ada 2 yaitu:
a. Faktor Langsung
Faktor-faktor langsung yang mempengaruhi perhitungan bagi hasil adalah
investment rate, jumlah dana yang tersedia dan nisbah bagi hasil (profit sharing ratio),
penjelasannya adalah sebagai berikut:
1) Investment rate merupakan prosentase aktual dana yang diinvestasikan dari
total dana. Jika bank menentukan investment rate sebesar 80%, hal ini berarti 20%
dari total dana dialokasikan untuk memenuhi likuiditas.
2) Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah dana dari
berbagai sumber dana yang tersedia untuk diinvestasikan. Dana tersebut dapat
dihitung dengan menggunakan salah satu metode yaitu rata-rata saldo minimum
bulanan dan ratarata total saldo harian. Invesment rate dikalikan dengan jumlah
dana yang tersedia untuk diinvestasikan, akan menghasilkan jumlah dana aktual
yang digunakan.
3) Nisbah (profit sharing ratio)
Salah satu ciri mudharabah adalah nisbah yang harus ditentukan dan
disetujui pada awal perjanjian. Nisbah antara satu BMT dan BMT lainnya dapat
berbeda. Nisbah juga dapat berbeda dari waktu ke waktu dalam satu BMT,
misalnya pembiayaan mudharabah 5 bulan, 6 bulan, 10 bulan dan 12 bulan.
Nisbah juga dapat berbeda antara satu account dan account lainnya sesuai dengan
besarnya dana dan jatuh temponya.
b. Faktor tidak langsung
Faktor-faktor tidak langsung yang mempengaruhi perhitungan bagi hasil:
1) Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah
a). Shahibul Maal dan Mudharib akan melakukan share baik dalam
pendapatan maupun biaya. Pendapatan yang dibagihasilkan merupakan
pendapatan yang diterima setelah dikurangi biaya biaya.
b). Jika semua biaya ditanggung bank, hal ini disebut revenue sharing.
2) Kebijakan akunting (prinsip dan metode akunting)
Bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh berjalannya aktivitas
yang diterapkan, terutama sehubungan dengan pengakuan pendapatan dan biaya.

2.8 Komponen Bagi Hasil Pembiayaan Mudharabah


Beberapa hal yang terkait dengan perhitungan bagi hasil pembiayaan mudharabah
adalah sebagai berikut:
a. Saldo pembiayaan
b. Jangka waktu pengembalian;
c. Sistem pengembalian, apakah mengangsur atau ditangguhkan
d. Hasil yang diharapkan oleh BMT.
e. Nisbah bagi hasil.
f. Proyeksi pendapatan dari calon peminjam.
g. Realisasi pendapatan yang sesungguhnya. Berdasarkan laporan keuangan peminjam,
besar kecilnya laba aktual menjadi dasar dalam pengambilan tingkat bagi hasil.
h. Tingkat persaingan harga, baik dengan lembaga keuangan sejenis maupun dengan
lembaga konvensional.

A. Konsep Pendapatan dan Biaya dalam Bagi Hasil


1. Pengertian Pendapatan dan Biaya dalam Bagi Hasil
a. Pendapatan
Pendapatan adalah kenaikan kotor dalam aset atau penurunan dalam
liabilitas atau gabungan dari keduanya selama periode yang dipilih oleh
pernyataan pendapatan yang berakibat dari investasi yang halal,
perdagangan, memberikan jasa, atau aktivitas lain yang bertujuan meraih
keuntungan, seperti manajemen rekening investasi terbatas
b. Biaya
Biaya adalah penurunan kotor dalam aset atau kenaikan dalam liabilitas atau
gabungan dari keduanya selam periode yang dipilih oleh pernyataan
pendapatan yang berakibat dari investasi yang halal, perdagangan, atau
aktivitas; termasuk pemberian jasa
.
2. Metode Penerimaan Pendapatan Bagi Hasil
Pendapatan bagi hasil adalah pendapatan yang diperoleh oleh bank bagi
hasil yang berasal dari mudharabah dan musyarakah. Ditinjau dari cara
menentukan jumlah rupiah pembayaran angsuran dan pokok pembiayaan terdapat
dua metode yaitu:
a.Bagi hasil netto adalah bagi hasil yang didasarkan pada pendapatan dari
usaha/proyek yang dikurangi dengan biaya-biaya yang timbul disebut metode
profit sharing.
b. Bagi hasil brutto adalalah bagi hasil yang didasarkan pada pendapatan
usaha/proyek yang tidak dikurangi dengan biaya-biaya yang timbul.(revenue
sharing)

Ditinjau dari cara pembayaran nasabah kepada bank maka terdapat dua metode
penerimaan pendapatan bagi hasil pada pembiayaan mudharabah yaitu:.
a. Bagi hasil dibayarkan terpisah dengan angsuran pokok pinjaman, pada cara ini maka
pendapatan bagi hasil yang diterima oleh bank bagi hasil merupakan pembayaran terpisah
dari pembayaran angsuran pokok pembiayaan.
b. Bagi hasil dibayarkan tidak terpisah dengan angsuran pokok pinjaman, pada cara ini
maka pendapatan bagi hasil yang diterima merupakan pembayaran bersamaan dengan
pembayaran angsuran pokok pembiayaan. Sebelum menyetujui sebuah usulan
pembiayaan yang diajukan oleh nasabah maka bank bagi hasil akan membuat proyeksi
pembayaran terlebih dahulu.
3. Sistem Pencatatan dan Pelaporan Keuangan
Sistem pencatatan dan pelaporan (akuntansi) keuangan, ada dua sistem
yaitu:
a. Accrual basis adalah sistem penentuan biaya dan pendapatan yang
mengakui seluruh pendapatan dan biaya pada tahun buku tertentu
meskipun realisasinya baru terjadi dalam buku selanjutnya.
b. Cash basis adalah pencatatan pendapatan dan pengeluaran yang
dilakukan saat penerimaan atau pengeluaran tunai tanpa memperhatikan
tanggal transaksinya.

C. Pembiayaan Berdasarkan prinsip Bagi hasil (Mudharabah)


1. Pengertian pembiayaan
Pembiayaan menurut Hendry (1999:25) adalah kerjasama antara lembaga
dan nasabah dimana lembaga sebagai pemilik modal (shahibul maal) dan nasabah
sebagai fungsi untuk menghasilkan usahanya. Pembiayaan menurut Undang-
Undang perbankan No.7 tahun 1992 kemudian direvisi menjadi undang-undang
perbankan No.10 tahun 1998 dalam Wibowo (2005:35) pasal 1 ayat 12
menyatakan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
anatara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu mtertentu dengan
imbalan atau bagi hasil. Pasal 1 ayat 13 berbunyi prinsip syariah adalah aturan
perjanjian yang berdasarkan hukum islam antara bank dengan pihak laian untuk
menyimpan dana dan pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang
dinyatakan sesuai dengan syari’ah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip
bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (
musharakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan
(murabahah), pembiayan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa
pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang
yang disewa dari pihak bank oleh piuhak lain.
Menurut Muhammad (2005: 17-18) dibedakan menjadi dua kelompok
yaitu: tujuan pembiayaan untuk tingkat makro dan tujuan pembiayaan untuk
tingkat mikro. Secara makro, pembiayaan bertujuan untuk:
a. Peningkatan ekonomi umat, artinya dengan adanya pembiayaan
masyarakat dapat mengakses secara ekonomi untuk meningkatkan taraf
ekonominya.
b. Tersedianya dana bagi peningkatan usaha, dalam pengembangan usaha
yang dijalankan tentunya tidak lepas dari permodalan, sehingga dibutuhkan modal
untuk pengembangan usahanya,dana ini di peroleh dari pembiayaan.
c. Meningkatkan produktivitas, artinya: adanya pembiayaan memberikan peluang
bagi masyarakat usaha mampu meningkatkan daya produksinya. Sebab upaya
produksi tidak akan jalan tanpa adanya dana
d. Membuka lapangan kerja baru, artinya: dengan dibukanya sector-sektor usaha
melalui penambahan pembiayaan maka sector usaha tersebut akan mampu
menyerap tenaga kerja. Hal ini berarti akan menambah atau membuka lapangan
kerja baru.
e. Terjadi distribusi pendapatan, artinya: masyarakat usaha produktif mampu
melakukan aktivitasnya berarti mereka akan akan memperoleh pendapatan dari
hasil usahnya. Penghasilan merupakan bagian dari pendapatan masyarakat. Jika
ini terjadi maka akan terdistribusi pendapatan.

Secara mikro pembiayaan diberikan dalam rangka untuk:


a. Upaya memaksimalkan laba, artinya: setiap usaha yang dibuka memiliki
tujuan yaitu menghasilkan laba usaha. Untuk dapat menghasilkan laba
yang maksimal maka mereka perlu dukungan dana yang cukup.
b. Upaya meminimalkan resiko, artinya: usaha yang dikerjakan agar mampu
menghasilkan laba maksimal maka pengusaha harus mampu
meminimalkan resiko yang mungkin terjdi. Resiko kekurangan modal
usaha dapat diperoleh melalui tindakan pembiayaan.
c. Pendayagunaan sumber ekonomi, artinya: sumber daya ekonomi dapat
dikembangkan dengan melakukan mixing antara sumber daya alam dengan
sumber daya manusia serta sumber daya modal. Dengan demikian
pembiayaan pada dasarnya dapat meningkatkan daya guna sumber-sumber
daya ekonomi.

2. Pengertian Mudharabah
Mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau berjalan. Maksud dari
kata memukul atau berjalan dalam hal ini adalah proses seseorang memukulkan kakinya
dalam melaksanakan usaha.
Secara teknis, mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana
pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modalnya, sedangkan pihak
lainnya menjadi pengelola (mudharib). Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi
menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung
oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya
kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, maka si
pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.
3. Rukun dan Syarat Mudharabah
Ada beberapa rukun dan syarat dalam pembiayaan mudharabah yaitu:
a. Pelaku (pemilik modal maupun pelaksana usaha)
Akad mudharabah, harus ada minimal dua pelaku. Pihak pertama
bertindak sebagai pemilik modal (shahibul maal), pihak kedua sebagai pelaksana
usaha (mudharib). Syarat keduanya adalah pemodal dan pengelola harus mampu
melakukan transaksi dan sah secara hukum.
b. Objek mudharabah (modal dan kerja)
Objek merupakan konsekuensi logis dari tindakan yang dilakukan oleh
para pelaku. Pemilik modal menyerahkan modalnya sebagai objek mudharabah,
sedangkan pelaksana usaha menyerahkan kerjanya sebagai objek mudharabah.
Modal yang diserahkan berbentuk uang. Sedangkan kerja yang diserahkan bisa
berbentuk keahlian, ketrampilan, selling skill, management skill dan lain-lain.
Syarat objek mudharabah adalah:
1) modal harus diketahui jumlah dan jenisnya (mata uang).
2) modal harus tunai.
c. Nisbah Keuntungan
Nisbah adalah rukun yang khas dalam akad mudharabah, yang tidak ada
dalam akad jual beli. Nisbah ini mencerminkan imbalan yang berhak diterima
oleh kedua pihak yang bermudharabah."61 Mudharib mendapatkan imbalan atas
kerjanya, sedangkan shahib al35 maal mendapat imbalan atas penyertaan
modalnya. Nisbah keuntungan inilah yang akan mencegah terjadinya perselisihan
antara kedua belah pihak mengenai cara pembagian keuntungan.
Syaratnya adalah:
1) Keuntungan harus dibagi untuk kedua pihak
2) Proporsi keuntungan masing-masing pihak harus diketahui padawaktu kontrak
dan proporsi tersebut harus dari keuntungan.
3) Nisbah keuntungan dapat disepakati untuk ditinjau dari waktu ke waktu.
4) Kedua belah pihak juga harus menyepakati biaya-biaya apa saja yang
ditanggung pemodal dan pengelola.

Adapun syarat-syarat mudharabah, sesuai dengan rukun yang dikemukakan Jumhur


Ulama di atas adalah :
1. Orang yang berakal
2. Mengenai modal disyaratkan :
a. berbentuk uang.
b. Jelas jumlahnya,
c. tunai, dan
d. diserahkan sepenuhya kepada mudharib (pengelola).
3. Yang terkait dengan keuntungan disyaratkan bahwa pembagian keuntungan harus jelas
dan bagian masing-masing diambil dari keuntungan dagang itu.

4. Perkara yang Membatalkan Mudharabah


Antara lain sebagai berikut:
a. Pembatalan, Larangan Berusaha, dan Pemecatan
b. Salah seorang akid meninggal dunia
c. Salah seorang aqid gila.
d. Pemilik modal murtad
e. Modal rusak ditangan pengusaha.

5. Jenis- Jenis Mudharabah


Secara umum, mudharabah terbagi menjadi dua jenis
a. Mudharabah Muthlaqah (Investasi tidak terikat)
“Mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerja sama antara shahibul maal dan mudharib
yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan
daerah bisnis.
b. Mudharabah Muqayyadah (Investasi Terikat)
Mudharabah muqayyadah atau istilah lainnya restricted mudharabah/specified
mudharabah adalah mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu, atau tempat
usaha. Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan kecenderungan umum si
shahibul maal dalam memasuki jenis dunia usaha. Kedudukan bank pada investasi terikat
pada prinsipnya sebagai agen saja, dan atas kegiatannya tersebut bank menerima imbalan
berupa fee. Pola dalam investasi terikat (Mudharabah Muqayyadah) dapat dilakukan
dengan cara:
1) Chanelling, apabila semua resiko ditanggung oleh pemilik dana, bank sebagai
agen tidak menanggung resiko apapun.
2) Executing, apabila semua risiko ditanggung oleh pemilik dana, bank sebagai
agen juga menanggung risiko.

6. Terjadinya Kerugian
Kerugian dalam mudharabah adalah ketidakmampuan nasabah dalam membayar
cicilan pokok senilai pembiayaan yang telah diterimanya atau jumlah seluruh cicilan
lebih kecil dari pembiayaan yang telah diterimanya. Kerugian ditanggung oleh bank
syariah, kecuali akibat:
a. Nasabah melanggar syarat yang telah disepakati.
b. Nasabah lalai dalam menjalankan modalnya.
Kemungkinan bank menderita kerugian dari berbagai operasinya menyalurkan
dananya kepada masyarakat, apabila terdapat banyak sekali nasabah yang tidak
memenuhi kewajibannya. Namun, apabila bank Islam dikelola secara profesional
kemungkinan terjadinya kerugian sangat kecil, karena kerugian disalah satu portofolio
akan dapat ditutupi dengan keuntungan pada portofolio lain, dalam hal ini semuanya
terhimpun dalam pot dana (pool of fund). Cara mengurangi risiko kerugian yang dihadapi
nasabah atau mengurangi jumlah nasabah yang tidak memenuhi kewajibannya, maka
diperlukan peningkatan profesionalisme para pengelola bank Islam terutama dalam
menilai kelayakan proyek dan karakter nasabah. Proyekproyek yang besar dianjurkan
memakai akuntan public untuk menilai laporan keuangan proyek.

7. Teknik Mudharabah dalam Perbankan


Teknik mudharabah dalam perbankan sebagai berikut:
a. Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah selaku pengelola modal, harus
diserahkan tunai, dapat berupa uang. Apabila modal diserahkan secara
bertahap harus jelas tahapannya dan disepakati bersama.
b. Hasil pengelolaan modal pembiayaan mudharabah dapat diperhitungkan
dengan dua cara:
1) perhitungan dari pendapatan proyek (revenue sharing)
2) perhitungan dari keuntungan proyek (profit sharing)
c. Hasil usaha dibagi sesuai dengan persetujuan dalam akad, pada setiap bulan
atau waktu yang telah disepakati.

8. Manfaat Mudharabah
Manfaat mudharabah adalah sebagai berikut:
a. Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha
nasabah meningkat.
b. Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan
secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan/hasil usaha bank sehingga
bank tidak akan pernah mengalami negative spread.
c. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow/arus kas
usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah.
d. Bank akan lebih selektif dan hati-hati mencari usaha yang benar-benar aman,
halal dan menguntungkan karena keuntungan yang konkrit dan benar-benar
terjadi itulah yang akan dibagikan.
e. Prinsip bagi hasil dalam mudharabah ini berbeda dengan prinsip bunga tetap.

9. Pengakuan Laba atau Rugi Mudharabah


Apabila pembiayaan mudharabah melewati satu periode pelaporan:
a. Laba pembiayaan mudharabah diakui dalam periode terjadinya hak bagi hasil
sesuai nisbah yang disepakati.
b. Rugi yang terjadi diakui dalam periode terjadinya rugi tersebut dan
mengurangi saldo pembiayaan mudharabah.
Pengakuan laba atau rugi mudharabah dalam praktik dapat diketahui berdasarkan
laporan bagi hasil dari pengelola dana yang diterima oleh bank. Bagi hasil mudharabah
dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode, yaitu bagi laba (profit sharing) atau
bagi pendapatan (revenue sharing). Bagi laba, dihitung dari pendapatan setelah dikurangi
beban yang berkaitan dengan pengelolaan dana mudharabah. Sedangkan bagi
pendapatan, dihitung dar total pendapatan pengelolaan mudharabah.
Rugi pembiayaan mudharabah yang diakibatkan penghentian mudharabah
sebelum masa akad berakhir diakui sebagai pengurang pembiayaan mudharabah. Rugi
pengelolaan yang timbul akibat kelalaian atau kesalahan pengelola dana dibebankan pada
pengelola dana.
Gambar 2.1

Sumber Data: KJKS Bening Ati

D. Pedagang
1. Pengertian
Pedagang kecil atau pengecer (Swastha 2005:192) adalah sebuah lembaga
yang melakukan kegiatan usaha menjual barang kepada konsumen akhir untuk
keperluan pribadi. Pedagang dapat dibedakan atas tiga macam (Wardani 2003:18)
yaitu:
a. Pedagang besar, yaitu seseorang yang melaksanakan transaksi secara
besar-besaran, artinya orang tersebut membeli barang dalam partai besar
dan menjualnya kembali secara besar-besaran pula sehingga tidak
melayani pembelian secara eceran. Termasuk dalam kelompok pedagang
besar adalah grosir dan tengkulak.
b. Pedagang eceran, yaitu orang yang melakukan transaksi pembelian
barang secara besar-besaran dan menjualnya kembali secara
eceran/kecilkecilan.
c. Pedagang kecil, yaitu orang yang melakukan kegiatan pembelian barang
secara eceran/kecil-kecilan.
Karakteristik Usaha Kecil Maltzman (1985), Hennesy (1984), CICA (1988)
dalam Indriasari (2001:83) mengkategorikan usaha kecil dalam primary dan secondary
characteristic. Primary characteristic (karakteristik primer) yaitu konsentrasi kepemilikan,
tidak adanya pemisahan tugas yang jelas, operasinya sederhana dan tidak memiliki
dokumentasi yang formal. Secondary characteristic (karakteristik sekunder) yaitu
keterbatasan pengetahuan pekerja mengenai akuntansi, otoritas manajemen terpusat serta
pengambil kebijakan tidak aktif dan efektif.
Sektor usaha kecil yang didalamnya termasuk pedagang kecil mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
1) Usaha yang dimiliki secara bebas, terkadang tidak berbadan hokum
2) Operasinya tidak mempertimbangkan keunggulan yang mencolok.
3) Usaha yang dimiliki dan dikelola oleh satu orang.
4) Usaha tidak memiliki karyawan.
5) Modal dikumpulkan dari tabungan pemilik pribadi.
6) Wilayah pasarnya bersifat lokal dan tidak terlalu jauh dari pusat usahanya.

Masalah-masalah yang dihadapi oleh usaha kecil Sutojo (1994:25) dalam Wardani
(2003:19) mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Umumnya usaha kecil memulai usahanya dengan bermodalkan sedikit dana dan
keterampilan yang dimiliki.
b. Terbatasnya sumber-sumber dana yang dapat mereka manfaatkan untuk
membantu kelancaran usahanya, diantaranya dari kredit pemasok (suplier) dan
pinjaman bank. Itu pun dari bank yang mau melayani usaha kecil.
c. Kemampuan mereka untuk memperoleh pinjaman kredit dari bank relatif rendah.
Diantara penyebab-penyababnya adalah kekurang mampuan mereka dalam
menyediakan jaminan, proposal kredit yang lemah dan lain-lain.
d. Banyak diantara mereka yang tidak / belum mengerti dari pencatatan keuangan.
E. TINJAUAN PUSTAKA
Yanti Windyarti (2007) Persepsi Pedagang Kecil di Pasar Kanjengan
terhadap Pembiayaan Mudharabah BMT Bina Umat Sejahtera Semarang.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap jawaban 95 responden di atas, maka
berikut adalah kesimpulan yang dapat diberikan:
1) Persepsi pedagang kecil di pasar Kanjengan mempunyai pengaruh positif
terhadap pembiayaan mudharabah BMT Bina Umat Sejahtera Semarang hal ini
ditunjukkan dengan persamaan garis regresi Y = 22,45 + 0,248X.
2) Besarnya pengaruh persepsi pedagang kecil di pasar Kanjengan terhadap
pembiayaan mudharabah sebesar 12,9% dan sisanya sebesar 87,1% dipengaruhi
oleh variabel lain diluar model.

Umi Fauziyah, (2006) Analisis Metode Perhitungan Bagi Hasil Pada


Pembiayaan Mudharabah berdasarkan Fatwa dewan Syariah Nasional (DSN) di
BMT Al Khonsa Cilacap. Berdasarkan hasil analisis yang berkaitan dengan rumusan
masalah dalam penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1) Metode revenue sharing lebih menguntungkan daripada profit sharing, hal ini
ditunjukkan dengan Ho ditolak karena 66t 10,106 t 1, 9 hitung tabel = > = .
Berdasarkan hal tersebut maka BMT KHONSA Cilacap menggunakan metode
revenue sharing.
2) Metode revenue sharing yang dipakai oleh BMT KHONSA Cilacap sudah sesuai
dengan Fatwa DSN No.15/DSN-MUI/IX/2000 yang menyebutkan bahwa dilihat
dari kemaslahatan, pembagian hasil usaha sebaiknya digunakan prinsip bagi hasil
(revenue sharing).

Sriyatun, (2009) Analisis Pengaruh pemberian pembiayaan Mudharabah


BMT terhadap Peningkatan pendapatan pedagang kecil di kabupaten Sukoharjo.
Hasil penelitian diketahui dugaan pengaruh pembiayaan terhadap pendapatan dan dugaan
pengaruh pembiayaan terhadap keuntungan, terbukti. Hasil analisis perkembangan usaha
pedagang setelah memperoleh pinjaman BMT, baik pendapatan ataupun keuntungan
nasabah meningkat. Berdasarkan hasil analisis diketahui Y1 = -3.140 + 1.154X+ ε. Pada
α sebesar -3.140, artinya apabila tidak terdapat perubahan pembiayaan maka pendapatan
akan mempunyai skor rata-rata sebesar 3.140 satuan. Pada koesien regresi X1 sebesar
1.154, artinya apabila terjadi peningkatan pembiayaan sebesar satu satuan maka
pendapatan akan mengalami peningkatan sebesar 1.154 satuan. Hasil uji menunjukkan
nilai R2 adalah 0.986 berarti sebesar 96,6% variabel yang dipilih pada variabel
independen dapat menerangkan variasi variabel dependen, sedangkan sisanya 3,4%
diterangkan oleh variabel lain. Hasil uji t variable pinjaman diperoleh thitung sebesar =
75.031 dan ttabel = 2,63, maka thitung > ttabel sehingga Ho ditolak, berarti ada pengaruh
yang signifikan antara variable pinjaman terhadap pendapatan hal ini diperkuat nilai Sig
0,000 < 0,05. Uji F diperoleh nilai Fhitung = 5629.719; dan F(0.05;80) =2,56, maka
Fhitung>Ftabel, dengan demikian, model regresi dapat dipakai untuk memprediksi
variabel terikat, atau dapat dikatakan bahwa variabel independen secara bersama-sama
berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependen.

Maisyaroh Sulistyoningsih (2006) Analisis Efesiensi Biaya Pasda bank Umum


Syariah di Indonesia menggunakan Xefisiensi. Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan pada penelitian ini, maka simpulan dalam penelitian ini adalah:
1. Pengukuran X-Efisiensi dengan pendekatan cost frontier dapat diterima dalam
melakukan analisis efisiensi biaya pada Bank Umum Syariah di Indonesia. Dari 6
parameter yang diukur terdapat 4 parameter yang signifikan dan menunjukkan
bahwa 61,3% variasi biaya disebabkan karena variasi variabel independen.
2. Bahwa harga tenaga kerja, investasi, kombinasi harga tenaga kerja dengan harga
modal, dan kombinasi harga modal dengan investasi telah efisien. Sedangkan
harga modal dan kombinasi harga tenaga kerja dengan investasi belum efisien.
3. Bahwa secara simultan harga tenaga kerja, harga modal, investasi, serta
kombinasinya berpengaruh terhadap total biaya. Artinya, jika harga tenaga kerja,
harga modal, investasi serta kombinasinya mengalami kenaikan satu satuan, maka
total biaya juga akan mengalami kenaikan sebesar satusatuan. Sebaliknya, jika
harga tenaga kerja, harga modal, investasi serta kombinasinya mengalami
penurunan aebesar satu-satuan, maka total biaya juga akan mengalami penurunan
sebesar satu-satuan.
F. HIPOTESIS
Hipotesis pada dasarnya adalah suatu anggapan yang mungkin benar dan sering
digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan, pemecahan persoalan maupun dasar
penelitian lebih lanjut (J.Supranto, 2001), anggapan sebagai satu hipotesis juga
merupakan data tetapi karena kemungkinan bisa salah, apabila akan digunakan sebagai
dasar pembuatan keputusan harus diuji dahulu dengan memakai data hasil observasi. Ada
pengaruh peningkatan pendapatan dalam Perhitungan Bagi Hasil Pada Pembiayaan
Mudharabah di BMT BENING ATI yang diterapkan terhadap Pedagang di Kabupaten
Grobogan”.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian


Waktu penelitian dilaksanakan bulan Mei 2010 dan tempat penelitiannya berada
di KJKS Bening Ati Grobogan Jl. Pasar Tamban Desa Tamban Wates Kecamatan
Kedungjati Grobogan Telpn 081325167420. Penulis melaksanakan penelitian bulan Juni
karena sistem laporan keuangan BMT tersebut menggunakan sistem triwulanan. Bulan
tersebut sudah mewakili untuk membuat laporan keuangan triwulan kedua atau setengah
tahun, sehingga penulis dapat memperoleh data yang valid dalam melakukan penelitian di
BMT.

B. Metode Penelitian dan Jenis Data


1. Jenis penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan
untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Penelitan deskriptif
menurut Sugioyono (2001:11), adalah penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel ataupun lebih (independent)
tanpa perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain. Lebih lanjut
Sugiyono (2004:142) mendefinisikan bahwa statistik deskriptif yaitu statistik
yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud
membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.

2. Jenis Data
a. Data primer adalah data yang diperoleh melalui penelitian langsung ke
pedagang kecil yang bersangkutan, untuk memperoleh data yang
berhubungan dengan penelitian yang dilakukan baik melalui wawancara
atau observasi.
1) Metode Kuesioner
Kuesioner yang digunakan berupa angket yaitu sejumlah
pertanyaan tertulis yang digunakan untuk mengumpulkan informasi
atau data dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau
hal-hal yang ia ketahui (Suharsimi Arikunto, 1998:140).
Dalam penelitian ini kuesioner yang dipakai adalah kuesioner
tertutup. Angket yang dipergunakan adalah tipe pilihan untuk
memudahkan bagi responden dalam memberikan jawaban, karena
alternatif jawaban sudah disediakan dan hanya membutuhkan waktu
yang lebih singkat dalam menjawabnya. Angket yang digunakan
adalah pilihan ganda, dimana setiap item soal disediakan 3 jawaban
dengan skor masing-masing sebagai berikut :
Untuk jawaban “a” diberi skor 3
Untuk jawaban “b” diberi skor 2
Untuk jawaban “c” diberi skor 1
2) Observasi.
Menurut Sugiyono (2004:138) Observasi merupakan teknik
pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan
dengan data yang lain seperti wawancara, dan kuesioner

b. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi pustaka, pencarian
informasi lain dan permohonan teoritis untuk memecahkan masalah yang
timbul melalui buku dan sumber lainnya.
1. Dokumentasi.
Didalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki
dokumen-dokumen seperti Laporan keuangan, buku tabungan nasabah dan
sebagainya. (Suharsimi Arikunto, 1998:149). Metode ini digunakan untuk
mendapatkan informasi yang diperlukan yang berasal dari dokumen yang
berada dalam BMT Bening Ati, baik berupa dokumen tertulis berkaitan
dengan informasi yang berhubungan dengan dengan BMT itu sendiri
maupun informasi yang berkaitan dengan nasabah, yakni jumlah pedagang,
jumlah pinjaman maupun jenis usahanya.

3. Teknik Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Observasi.
Menurut Sugiyono (2004:138) Observasi merupakan teknik pengumpulan
data mempunyai ciri yang spesifik bila dibanduingkan dengan data yang lain
seperti wawancara, dan kuesioner. Sutrisno Hadi dalam bukunya Sugiyono
(2004:139) mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang
komplek, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis,
dua diantara proses yang terpenting adalah proses pengamatan dan ingatan.
Sedangkan menurut Cholid narbuko dan Abu Achmadi (1999:70) Observasi
adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan
mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki. Menjelaskan bahwa
observasi akan menjadi alat pengumpulan data yang baik apabila:
1) mengabdi kepada tujuan penelitian.
2) direncanakan secara sistematik.
3) dicatat dan dihubungkan dengan proposisi-proposisi yang umum.
4) dapat dicek dan dikontrol validitas, reliabilitas dan ketelitiannya
Teknik ini akan dilakukan untuk mendapatkan data primer, dengan
mengadakan pengamatan langsung maka peneliti akan lebih memahami yang lebih
mendalam tentang pengaruh pembiayaan mudharabah terhadap peningkatan
pendapatan pedagang di Kabupaten Grobogan.
b. Kuesioner.
Menyusun daftar pertanyaan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti
untuk dibagikan kepada responden guna untuk mengetahui pengaruh pembiayaan
mudharabah terhadapat peningkatan pedagang yang menjadi nasabah. Menurut
Sugiono (2004:135) kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara member seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijwabnya
Dalam penelitian ini digunakan kuesioner yang terdiri dari dua bagian yaitu:
1) Berupa pertanyaan-pertanyaan mengenai data responden.
2) Terdiri dari pertanyaan-pertanyaan untuk mendapatkan data tentang sikap
konsumen terhadap atribut-atribut yang terdiri dari 2 aspek, yaitu aspek
pembiayaan dan aspek peningkatan pendapatan.
c. Dokumentasi
Dalam studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan
cara menghimpun dan juga menganilisis dokumen-dokumen, baik dokumen
tertulis, gbambar maupun elektronik (Sukmadinata, 2005:221). Metode ini
dilakukan guna memperoleh data-data dari berbagai sumber pustaka dan juga
informasi yang terkait. Sesuai dengan kebutuhan pokok permasalahan yang
peneliti lakukan. Sehingga dalam penyajian informasinya, penulis akan
menyajikan pokok-pokok informasi yang didapat dalam uraian analisis kritis dari
penelitian yang dilakukan.

C. Populasi, Sampel dan Tenik Pengambilan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari objek yang diteliti. Populasi dalam
penelitian ini adalah nasabah pembiayaan mudharabah. Populasi yang
digunakan oleh penulis adalah semua nasabah pembiayaan mudharabah.
Sampel adalah bagian atau sejumlah cuplikan tertentu yang diambil dari suatu
populasi dan diteliti secara rinci. "Krejcie dan Morgan (1970) telah memberikan
panduan dalam menentukan jumlah anggota sampel dari opulasi tertentu dengan
taraf kepercayaan 95%.
Semakin besar jumlah sampel mendekati populasi, maka peluang kesalahan
generalisasi semakin kecil dan sebaliknya semakin kecil jumlah sampel
menjauhi populasi maka semakin besar kesalahan generalisasi. Penulis
menentukan jumlah sampel yang diambil adalah 100 ( yang dapat diolah 40 data
dari pedagang yang menjadi nasabah mendapat pembiayaan mudharabah.)
Teknik pengambilan sampel yang digunakan penulis dalam penulisan skripsi ini
adalah metode pengambilan sampel probabilitas/acak (random sampling), yaitu
suatu metode pemilihan ukuran sampel dimana setiap anggota populasi
mempunyai peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel dengan
memberikan 25 pertanyaan kepada nasabah pembiayaan mudharabah yang
dianggap sudah mewakili dan dapat memberikan informasi yang jelas tentang
hal-hal yang dibutuhkan oleh penulis.
2 . Sampel Penelitian
Sampel menurut Narbucko (2005:107) adalah sebagian individu yang
diselidiki dari keseluruhan individu penelitian. Sampel dalam penelitian ini adalah
sebagian pedagang kecil di pasar Kanjengan yang mengambil pembiayaan
mudharabah BMT Bening Ati Grobogan. Pengambilan besarnya sampel menurut
Arikunto (2002:109,112) tergantung dari :
1. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana.
2. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini
menyangkut banyak sedikitnya dana.
3. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti.
Pengambilan minimum ukuran sampel dalam Umar (2003:141) dapat
digunakan rumus slovin sebagai berikut:

dimana:
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel
yang masih dapat ditolerir.

Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sample dalam


penelitian ini sebesar 10% karena tingkat homogenitas sample yang tinggi.
Maka ukuran sampelnya adalah :
3. Variabel Penelitian
Untuk mempermudah dalam memahami dan menganalisis dalam penelitian ini
maka dikemukakan terlebih dahulu tentang variabel penelitian.
1. Variabel bebas
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah Pembiayaan
Mudharobah yang selanjutnya disebut dengan variabel X.
2. Variabel terikat
Variabel terikat atau Dependent variabel adalah variabel yang ditimbulkan
atau dipengaruhi oleh variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi
variabel terikat adalah Peningkatan pendapatan pedagang anggota KJKS
Bening Ati Grobogan yang selanjutnya disebut variabel Y.

D. Metode Pengujian Instrumen


Data merupakan penggambaran variabel yang diteliti dan berfungsi sebagai alat
pembuktian hipotesis. Data sangat menentukan bermutu tidaknya hasil penelitian yang
tergantung dari baik tidaknya instrument pengumpul data. Instrumen yang baik harus
memiliki dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel.
1. Validitas
Validitas (Arikunto 2000:160) adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-
tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Instrumen dikatakan valid apabila
dapat mengungkapkan data dari variabel yang akan diteliti secara tepat. Suatu instrumen
yang valid atau shahih mempunyai validitas yang tinggi, sebaliknya instrumen yang
kurang valid mempunyai validitas yang rendah. Untuk mengetahui data yang
diperoleh maka dilakukan uji validitas dengan rumus korelasi product moment sebagai
berikut:

Keterangan :
r xy : Koefisien korelasi.
N : Jumlah responden.
57
X : Skor butir.
Y : Skor total.
2. Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrument cukup
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut
sudah baik (Arikunto 2002:170). Reliabilitas sebagai alat ukur dimaksudkan untuk
mengetahui sejauh manakebenaran alat ukur tersebut sesuai atau cocok digunakan
sebagai alat ukur. Teknik pengujian ini menggunakan teknik analisis yang dikembangkan
oleh Alpha Cronbach. Pada uji ini, α dinilai reliabilitas jika lebih 0,6 (Iman
Ghozali,2001:129). Untuk menguji reliabilitas alat ukur ini digunakan rumus alpha:

Keterangan :
r: Rata-rata korelasi reliabilitas
k : banyaknya butir pertanyaan.
α: koefesien reliabilitas.
Perhitungan ini akan dilakukan dengan bantuan computer menggunakan SPSS.
Hasil perhitungan menunjukan reliabilitas bila koefisien alfanya besar 0,6 artinya
kuesioner dapat dipercaya dan dapat digunakan untuk penelitian.
E. Metode Analisis Data
Metode analisis data adalah suatu metode yang digunakan untuk mengolah hasil
penelitian guna memperoleh suatu kesimpulan. Metode analisis data yang digunakan
adalah:
1. Analisis Rating Scale
Analisis ini digunakan untuk mengetahui tingkat pemanfaatan pembiayaan
mudharabah melalui nilai rata-rata (mean) yang telah dihtung sebelumnya. Butirbutir
item pertanyaan dari masing-masing variable tersebut mempunyai bobot nilai yang
berbeda. Dari pemberian nilai ini akan dihasilkan 3 kategori yaitu:
1. Setuju nilainya 3
2. Ragu-ragu nilainya 2
3. Tidak setuju nilainya 1
Nilai rata-rata itu dari masing-masing responden dapat dikelompokan dalam kelas
interval satu orang atau objek dengan nasabah atau nasabah lain.
2. Analisis Regresi Sederhana
Penelitian ini hanya ada satu variabel bebas maka menggunakan model regresi
sederhana (Gujarati 2002:6), dengan spesifikasi model sebagai berikut :

Y = a + bX

Dimana:
Y = Peningkatan Pendapatan
X = Pemanfaatan pembiayaan mudharabah
a = Intersep kurva estimasi (konstanta)
b = koefisien regresi mengukur besarnya pengaruh X terhadap Y.
Pembuktian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Uji F,
yaitu untuk mengetahui sejauh mana variable bebas yang digunakan mampu menjelaskan
variabel terikat. Jika Fhitung > Ftabel maka menolak hipotesis nol (Ho) dan menerima
hipotesis alternative (Ha), artinya variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat.
Selain melakukan pembuktian dengan uji F, dicari koefisien determinasi (R2)
keseluruhan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel peningkatan pendapatan
pedagang kecil di pasar Kabupaten Grobogan (Y) terhadap pemanfaatan pembiayaan
mudharabah (X).
BAB IV
GAMBARAN UMUM

A. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah anggota KJKS BMT Bening Ati Tamban Wates
Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan yang menerima pembiayaan mudharabah
pada kurun semester pertama tahun 2010.

B. Pihak yang Terlibat


Pihak yang terlibat dalam penelitian ini adalah anggota KJKS BMT Bening Ati
Tamban Wates Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan yang menerima pembiayaan
mudharabah pada kurun semester pertama tahun buku 2010, Menegerial KJKS Bening
Ati Tamban Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan, dan peneliti.

C. Profil Koperasi Jasa Keuangan Syariah “Bening Ati”


1. Sejarah Berdirinya
Koperasi Jasa Keuangan Syariah didirikan dengan tujuan untuk membantu
dalam peningkatan taraf hidup anggota, khususnya dalam bidang ekonomi. Rasa
keprihatinan terhadap kondisi ekonomi dan tuntutan masyarakat terhadap
perbaikan ekonomi merupakan landasan ideal perdirian lembaga keuangan mikro.
Berawal dari sebuah pelatihan basic life skill “mengelola hidup dan
merencanakan masa depan “ dimotori oleh tiga orang inisiator yaitu Badiatul
Muhsin Asti,Abdurrohim dan choirumuddin cikal bakal KJKS BMT Bening Ati
mulai disesuaikan dengan menghimpun beberapa teman, terkumpul orang yang
menyatakan kesediaanya menjadi pendiri KJKS BMT Bening Ati.
Sebelum KJKS Bening Ati beroperasi terlebih dahulu sumber daya manusia
di persiapkan dengan sebaik-baiknya dan seprofional mungkin untuk siap bekerja di
KJKS Bening Ati. Kami menyadari bahwa background pendidikan kami tidak
mempunyai spesifikasi di bidang ekonomi untuk keperluan tersebut kami
mengirimkan beberapa anggota mengikuti pelatihan – pelatihan.
Pelatihan-pelatihan yang pernah di ikuti antara lain:
a) Pelatihan dasar- dasar ekonomi syariah
b) Pelatihan manjemen lembaga keuangan mikro syariah (LKMS) Mei 2007
c) Pelatihan Dasar Ke BMTan dan Praktik lapangan Agustus 2007
Setelah dirasa cukup, dilakukan penghimpunan dana dari anggota pendiri, berupa
simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan pokok khusus, terkumpul sebagai awal
sebesar Rp 7000000,- ditambah hibah dari LPNU sebesar Rp 5000.000,- dengan modal
awal sebesar Rp 12.000.000 rupiah. KJKS BMT Bening Ati resmi dibuka mulai tanggal 1
Nopember 2007 di Tamban Wates Kedungjati Grobogan.

2. Profil
Koperasi Jasa keuangan Syariah (KJKS) Bening Ati di dirikan dengan tujuan
untuk membantu dalam peningkatan ekonomi masyarakat. Berdasarkan dengan Manager
Umum BMT Bening Ati, Bapak Abdur Rohim, alasan pemilihan lokasi kantor BMT ini
adalah sebagai berikut:
a. Mudah dijangkau oleh para nasabah atau masyarakat. Hal ini disebabkan letak daerah
tersebut terdapat di jalan utama dimana semua angkutan kota melewati jalan tersebut.
b. Letaknya yang strategis, sehingga memudahkan komunikasi dengan lembaga keuangan
syariah lainnya.
c. Lokasi tersebut berdekatan dengan pusat keramaian pasar di Desa Tamban, Wates
Kecamatan Kedungjati, Grobogan disana terdapat pertokoan di sepanjang jalan dan
terdapat tempat keramaian atau hiburan sehingga menjamin akan keberadaan BMT
Bening Ati dalam mempromosikan dirinya. Atas dasar amanah dan kerja sama dengan
berbagai pihak, BMT Bening Ati telah membantu pembiayaan Rp. 800 juta lebih bagi
900 orang nasabah / anggota. Insya Allah, dengan komitmen yang tinggi, BMT Bening
Ati berniat menjadi Lembaga Keuangan Syariah (LKS) yang kuat, profesional dan
unggulan.

3. Visi dan Misi


Visi BMT Bening Ati grobogan adalah mengembangkan kualitas ekonomi dan
kesejahteraan umat melalui :
a. Mengembangkan permodalan masyarakat dengan penghimpunan
simpanan umat.
b. Pengembangan usaha kecil dengan pembiayaan modal kerja dan
investasi.
c. Pemberdayaan umat secara integral (terpadu) dan memperluas jaringan
kerja dan pendekatan sosial, ekonomi produktif.
d. Sesarengan ambangun ekonomi masyarakat.
Misi BMT Bening Ati adalah menjadi lembaga keuangan syariah, profesional,
produktif, unggul dan bersama me mbangun ekonomi.

4. Data Lembaga
a. Nama Koperasi : KJKS BMT BENING ATI
b. Tempat Kedudukan Pusat :Pasar Taman,Wates kecamatan
Kedungjati Grobogan
c. No. Telepon : 081 325 167 420
d. Dewan syariah : Masrukin
e. Ketua Pengurus : Badiatul Muhsinin Asti
f. Manager : Abdur Rohim
g. Jumlah Tenaga kerja :11 Orang
h. Tanggal pendirian : 1 November 2007

5. Struktur Organisasi
6. Jenis Produk
a. Simpanan
1) Simpanan Sukarela Masyarakat (Si Sukma)
Keistimewaan si Sukma adalah :
i. Prinsip Bagi hasil
Dengan akada Wadiah Yadhlomanah dan Mudhorobah percayakanlah
dana yang anda miliki untuk kami kelola guna membantu masyarakat yang
membutuhkan . setiap hasil yang kami peroleh dari kerjasama ini kami bagi
dengan anda nisbah 30:70.
ii. Penarikan Simpanan yang Cepat
Kapanpun anada membutuhkan dana kembali kami siap melayani
iii. Bebas Biaya
Tidak ada potongan biaya dari simpanan sukarela dan bagi hasil yang
diberikan Insya Allah bebas riba.
iv. Lain-lain
Berapapun dana yang akan anda simpan kami siap menerima.
2) Simpanan Manasuka Berjangka (Si Suka)
Keistimewaan si Suka adalah :
i. Bagi hasil yang kompetitif
Dengan akada Wadiah Yadhlomanah dan Mudhorobah setiap yang kami
peroleh dari kerjasama ini akan kami bagi dengan anda dengan nisbah
yang kompetitif.
Jangka Waktu Nisbah

ii. Multi Fungsi


Simpanan Manasuka Berjangka dapat dijadikan agunan
pembiayaan.
3) Simpanan Wadiah (SIWA)
4) Simpanan Mudharabah ( SIMUDAH)
b. Layanan Pembiayaan
1) Mudharabah (pembiayaan usaha dengan sistem bagi hasil)
2) Murabahah (pembiayaan pengadaan barang secara cicilan)
3) Musyarakah (pembiayaan kerjasama / modal usaha)
4) Bai Bitsaman Ajil (pengadaan barang)
5) Ijarah (pembiayaan sewa barang / jasa)
6) Qardhul Hasan (pembiayaan kebajikan)
BAB V
ANALISA DATA

A. Profil Responden
Karaktristik yang digunakan untuk menggambarkan subjek penelitian adalah
semua nasabah BMT Bening Ati yang berusia 19-40 tahun dan pernah pembiayaan
mudharabah.
1. Karektiristik Responden Berdasarkan Jenis kelamin
Setelah dilakukan proses tabulasi dari 40 kuesioner (yang dapat diolah dari
nasabah yang mendapat pembiayaan mudharabah) yang disebarkan kepada responden,
maka didapatkan hasil karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin sebagai berikut:

Berdasarkan Tabel 5.1 diatas diketahui mayoritas responden berjenis perempuan yaitu 21
(52,5%) dan sisanya adalah responden laki-laki sebanyak 19 (47,5%). Hal ini disebabkan
pembiayaan mudharabah yang pada umumnya digunakan nasabah pedagang pasar.
2. Karektristik Responden Berdasarkan Usia
Di lihat dari tingkat usianya, maka responden dalam penelitian terbagi ke dalam
empat kelompok yaitu usia antara 19-26 tahun, 27-30 tahun, 31-35 tahun dan 36-40
tahun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Hasil tabulasi jawaban responden seperti yang tercantum dalam Tabel 5.2 diatas sebagian
besar responden dalam penelitian yang usia antara 19- 26 tahun (52,5%), kemudian di
ikuti responden dengan usia 27-30 tahun (25%), kemudian dikuti responden dengan usia
31-35 tahun (12,5%) dan sisanya responden yang berusia 35-40 tahun (10%). Kondisi ini
tersebut banyak minati atau di sukai bahwa pembiayaan mudharabah dikalangan
usia 26-26 tahun.
3. Karaktristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Hasil tabulasi jawaban responden seperti yang tercantum dalam Tabel 5.3 diatas sebagian
besar responden dalam penelitian yang tingkat pendidikan SD (67,5%), kemudian diikuti
responden dengan tingkat pendidikan SLTP (20%), kemudian dikuti responden dengan
tingkat pendidikan SLTA (7,5%) dan sisanya responden yang dengan tingkat pendidikan
PT (5%). Kondisi ini tersebut banyak minati pedagang atau di sukai bahwa pembiayaan
mudharabah dikalangan tingkat pendidikan Sekolah Dasar.

B. Uji Instrumen Penelitian


1. Uji Validitas
Pengukuran dalam penelitian ini menggunakan korelasi product momet. Kriteria
yang digunakan valid adalah bila koefisien korelasi r yang diperoleh (r hitung) lebih
besar dari koefisien nilai r tabel. Nilai r tabel untuk penelitian ini adalah r tabel α = 5%
yaitu 0,195. Adapun hasil uji validitas terhadap 40 nasabah atau responden adalah
sebagai berikut:

Sumber : Data primer yang diolah,


Dari Tabel diatas diketahui bahwa dari setia item pertanyaan diperoleh besaran korelasi (
r) lebih besar dari tabel korelasi ( r tabel), sehingga dapat disimpulkan alat pengukur yang
digunakan konsisten, dapat dipercaya dan diandalkan.
2. Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan suatu ala pengukur dapat
dipercaya atau diandalkan. Hasil perhitungan reliabilitas adalah sebagai
berikut:

Dari hasil pengujian reliabilitas diatas diperoleh hasil yang menunjukan bahwa item
pertanyaan penelitian ini telah memenuhi reliabilitas atau dengan kata lain bahwa
kuesioner reliable sebagai instrument penelitian di tunjukan nilai alpha cronbach (α) lebih
besar dari 0,6.

C. Analisis Data
Berdasarkan hasil analisis data tersebut diatas, maka penulis akan membahasnya
secara detail dan terperinci.
1. Analisa Regresi Linier Sederhana
Analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier
sederhana.Analisa ini digunakan untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan pembiayaan
terhadap peningkatan pendapatan pedagang. Adapun bentuk pesamaan regresinya adalah
sebagai berikut:
Y=a+ bX
Keterangan:
Y= peningkatan pendapatan pedagang
X= pemanfaatan pembiayaan mudharabah
a= konstanta
b= koefisien regresi X

Berdasarkan data yang tercantum dalam table tersebut, maka secara sistematis dapat
dituliskan kedalam persamaan sebagai berikut:
Y= 4,987 + 1,215X
Pada persamaan diatas ditunjukan pengaruh variabel independen (X) terhadap variabel
dependen (Y). adapun arti dari koefisien regresi tersebut adalah sebagai berikut:
a. Konstanta (a)= 4,987
Artinya apabila pembiayaan mudharabah tidak ada atau sama dengan nol maka
peningkatan pendapatan terhadap pedagang sebesar 4, 987S
b. b= 1,25
Artinya jika pembiayaan mudharabah (X) meningkat atau menurun sebesar 1 satuan,
maka peningkatan pendapatan (Y) akan meningkat atau menurun sebesar 1,25 satuan.
Hubungan yang terjadi antara variabel pembiayaan mudharabah terhadap variabel
peningkatan pendapatan ditunjukan dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,869. Hal ini
berarti hubungan yang terjadi antara kedua variable tersebut adalah cukup. Sedangkan
besar pengaruh variable pemanfaatan pembiayaan mudharabah yang ditunjukan dengan
angka R Square sebesar 86,9% dan sisanya sebesar 13,1% dipengaruhi oleh factor lain di
luar penelitian ini. Angka tersebut menunjukan kontribusi pengaruh yang diberikan oleh
variabel pemanfaatan pembiayaan mudharbah terhadap peningkatan pendapatan adalah
cukup besar.
Berdasarkan hasil ringkasan yang tercantum dalam lampiran 6 dapat diketahui
besarnya t hitung untuk variable pemanfaatan pembiayaan mudharabah adalah 10,500
dengn signifikan sebesar 0,000 sedangkan t table adalah 1,98 taraf signifikan 10%. Nilai t
Hitung (10,500) lebih besar dari t Tabel (1,98) yang berarti ada pengaruh yang signifikan
dari variable pemanfaatan pembiayaan mudharabah terhadap peningkatan pendapatan .

3. Analisis Rating Scale


Analisis ini digunakan untuk mengetahui tingkat pemanfaatan pembiayaan
mudharabah melalui nilai rata-rata (mean) yang telah dihtung sebelumnya. Butir-butir
item pertanyaan dari masing-masing variable tersebut mempunyai bobot nilai yang
berbeda. Dari pemberian nilai ini akan dihasilkan 3 kategori yaitu:
1. Setuju nilainya 3
2. Ragu-ragu nilainya 2
3. Tidak setuju nilainya 1
Nilai rata-rata itu dari masing-masing responden dapat dikelompokan dalam kelas
interval satu orang atau objek dengan nasabah atau nasabah lain.
Jumlah interval dapat dihitung sebagai berikut:

Dari informasi tersebut dapat ditentukan skala distribusi criteria pendapat


responden sebagai berikut:
1,00- 1,67 adalah unaware of band, yaitu responden tidak mengetahui adanya
pembiayaan mudharabah.
1,68-2,34 adalah brand recall, yaitu responden yang baru tau adanya
pembiyaan mudharabah
2,34-300 adalah top of mind adalah responden yang tahu dan memanfaatkan
pembiayaan mudharabah.
Adapun hasilnya sebagai berikut:

Berdasarkan table tersebut dapat diketahui bahwa 24 responden (60%)memberikan


tanggapan setuju tentang pemanfaatan pembiayaan mudharabah, 2 responden (5%)
memberikan tanggapan ragu-ragu, 14 responden (35%) memberikan tanggapan tidak
setuju.

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, diperoleh nilai rata-rata sebesar 2,4. Dengan
mengacu pada rentang interval yang ditentukan sebelumnya, maka nilai rata-ratanya
adalah (2,4). Menunjukan bahwa tingkat peningkatan pendapatan terhadap pemanfaatan
pembiayaan mudharabah pada kategori interval top of mind (2,34-3,00) artinya
responden memanfaatkan pembiayaan mudharabah secara tepat.
Berdasarkan Tabel tersebut dapat diketahui bahwa 12responden (2,5%) memberikan
tanggapan setuju tentang pemanfaatan pembiayaan mudharabah, 4 responden (10%)
memberikan tanggapan ragu-ragu, 35 responden (87,5%) memberikan tanggapan tidak
setuju.

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, diperoleh nilai rata-rata sebesar 1,1. Dengan
mengacu pada rentang interval yang ditentukan sebelumnya, maka nilai rata-ratanya
adalah (1,1). Menunjukan bahwa tingkat peningkatan pendapatan terhadap pemanfaatan
pembiayaan mudharabah pada kategori unaware of band (1,00-1,67) artinya responden
tentang tidak menyadari bahwa pembiayaan Mudharabah produk dari BMT.
Berdasarkan Tabel tersebut dapat diketahui bahwa 12 responden (30%) memberikan
tanggapan setuju tentang pemanfaatan pembiayaan mudharabah, 21 responden (52,5%)
memberikan tanggapan ragu-ragu, 4 responden (17,5%) memberikan tanggapan tidak
setuju.

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, diperoleh nilai rata-rata sebesar 1,55. Dengan
mengacu pada rentang interval yang ditentukan sebelumnya, maka nilai mrata-ratanya
adalah (1,55). Menunjukan bahwa tingkat peningkatan pendapatanterhadap pemanfaatan
pembiayaan mudharabah pada kategori unaware of band(1,00-1,67) artinya responden
tentang mencari pembiayaan Mudharabah.
Berdasarkan Tabel tersebut dapat diketahui bahwa 19 responden (47,5%) memberikan
tanggapan setuju tentang pemanfaatan pembiayaan mudharabah, 15 responden (37,5%)
memberikan tanggapan ragu-ragu, 6 responden (15%) memberikan tanggapan tidak
setuju.

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, diperoleh nilai rata-rata sebesar 2,325. Dengan
mengacu pada rentang interval yang ditentukan sebelumnya, maka nilai rata-ratanya
adalah (2,325). Menunjukan bahwa tingkat peningkatan pendapatan terhadap
pemanfaatan pembiayaan mudharabah pada kategori brand recall (1,68-2,34) artinya
responden tentang mencari pembiayaan Mudharabah.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diatas mengenai pengaruh pemberian pembiayaan
mudharabah pada peningkatan pendapatan terhadap pedagang dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Berdasarkan analisa regresi linier sederhana diperoleh persamaan regresi sebagai
berikut:
Y= 4,987 + 1,215X
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa koefisien regresi pembiayaan mudharabah (X)
sebesar 1,215. Jika terjadi kenaikan atau penurunan sebesar 1 satuan, maka akan
meningkatkan atau menurunkan peningkatan pendapatan (Y) sebesar 1,215 satuan.
Nilai koefisien determinasi pengaruh dari pembiayaan mudharabah terhadap
peningkatan pendapatan adalah sebesar (60%) dan sisanya sebesar (40%) dipengaruhi
oleh faktor-faktor lain yang tidak masuk model penelitian ini. Angka tersebut
menunjukkan kontribusi pengaruh pemberian pembiayaan mudharabah yang diberikan
oleh variabel peningktan pendapatan masih positif.
2. Peningkatan pendapatan yang terbentuk dari hasil penelitan pengujian
cenderung pada Tingkat brand recall (1,68-2,34) artinya nasabah atau
pedagang tentang mencari pembiayaan Mudharabah.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diperoleh maka saran yang diberikan adalah
sebagai berikut:
1. Dalam pembiayaan mudharabah yang dilakukan oelh BMT Bening Ati dapat
ditingkatkan dan dipermudah dalam pembiayaan untuk nasabah yang lebih luas lagi
karena berpengaruh pada tingkat peningkatan pendapatan terhadap pedagang.
2. Tingkat resiko pembiayaan mudharabah kecil dan jika rugi nasabah mengembalikan
pokoknya saja.

You might also like