You are on page 1of 4

Moh Sayuti. et al., /Jurnal Airaha, Vol. VII No.

1 : 013 – 016 ISSN: 2301-7163

TINGKAT KEBERHASILAN MOULTING DAN KELULUSAN HIDUP (SURVIVAL


RATE) KEPITING BAKAU (Scylla serrata Forskal) DENGAN PERLAKUAN
SALINITAS BERBEDA

Mohammad Sayuti*, Iman Supriatna, Intannurfemi B. Hismayasari, I Gusti Ayu


Bidiadnyani, Ahmad Yani, Vini Taru P., Hadi Nur Rohman, Saidin

Politeknik Kelautan dan Perikanan Sorong


Jl. Kapitan Pattimura-Tanjung Kasuari-Sorong-Papua Barat
Kode Pos 98401
*E-mail: mohsayut@gmail.com

Diterima : Desember 2017; Disetujui : Juni 2018

ABSTRACT
The existence of the provisions of the Ministry of Marine Affairs and Fisheries that the
capture and / or expenditure of crabs (Scylla spp.) with the provisions of the size of the carap
above 15 (fifteen) cm or weight above 200 (two hundred) grams per tail becomes a challenge
in the soft carapas (soca) crab business that generally using crabs with an average weight
below 150 grams. This study aims to determine the success rate of moulting and survival rate
crab (Scylla serrata Forskal) with different salinity treatment using crabs weighing above 200
gr. This study used Completely Randomized Design with 5 (five) treatments and used 3 (three)
replications, analysis of variance (ANOVA) at 95% confidence level was used to analyzing
the data obtained. If there was a significant difference (P <0.05) then proceed with LSD test
(Least Significant Differences) with 95% confidence level. The results of this research showed
that the highest moulting success rate was obtained from the treatment with salinity of 10 ppt.
While the highest survival rate (SR) was obtained from the treatment with salinity 30 ppt.

Keywords : Kepiting bakau, Soka, Scylla serrata, Moulting, Salinitas

PENDAHULUAN dimanfaatkan secara utuh sehingga hal ini


Salah satu potensi usaha budidaya menjadi keunggulan kepiting soka (Karim,
yang beenilai ekonomis adalah kepiting 2008).
bakau (Scylla serrata Forskal) (Harahap, Adanya ketentuan dari Kementerian
Masykur and Saputri, 2016). Dalam usaha Kelautan dan Perikanan bahwa
budidaya, syarat lahan yang sesuai untuk penangkapan dan/atau pengeluaran
lokasi budidaya kepiting yaitu tambak kepiting (Scylla spp.) baik dalam kondisi
berlumpur, suhu berkisar 25−35 °C; pH bertelur maupun tidak bertelur harus
berkisar 7,0−9,0; DO diatas >5 ppm (Food dengan ukuran lebar karapas diatas 15 (lima
Agriculture Organization of the United belas) cm atau berat diatas 200 (dua ratus)
Nations. Fisheries Department., 2000) ; dan gram per ekor (PERMEN KP, 2016). Hal
salinitas berkisar 10−30 ppt (Rodriguez, ini menjadi tantangan tersendiri karena
Parado-Estepa and Quinitio, 2007). Untuk umumnya usaha kepiting soka yang
meningkatkan nilai ekonomis dari kepiting sekarang berjalan adalah dengan
adalah dengan menjadikan spesies tersebut menggunakan kepiting yang beratnya di
sebagai hewan yang bercangkang lunak bawah 150 gr perekor. Oleh karena itu
(kepiting soka). Kepiting soka (soft cell perlunya solusi alternatif agar usaha
crabs) merupakan kepiting pada fase ganti kepiting soka ini tetap berjalan. Salah satu
kulit (molting) atau kepiting cangkang solusi yang bisa diaplikasikan adalah
lunak. Kepiting pada fase ini dapat dengan mencoba perlakuan salinitas dalam

1
Moh Sayuti. et al., /Jurnal Airaha, Vol. VII No. 1 : 013 – 016 ISSN: 2301-7163

usaha pemeliharaan kepiting soka. Kepiting cm. kemudian keranjang plastik tersebut
bakau memiliki toleransi terhadap salinitas dirangkai. Keranjang yang sudah dirakit
yang besar yaitu sekitar 15−35 ppt dimasukkan dalam bak pemeliharaan yang
(Davenport and Wong, 1987). Scylla diisi air sesuai dengan salinitas sesuai
serrata mampu hidup sampai pada salinitas perlakukan, ketinggian air ± 7-10 cm.
di bawah 5 ppt sehingga merupakan hewan Pemeliharaan kepiting dilakukan secara
hiperosmoregulator yang dapat bertahan di individual, satu keranjang diisi satu
bawah salinitas air laut (Tangkrock-olan kepiting, sehingga tingkat kelangsungan
and Ketpadung, 2010). hidupnya dapat mencapai 100% (Agus,
Penelitian ini bertujuan untuk 2008).
mengetahui tingkat keberhasilan moulting Pengamatan
dan kelulusan hidup kepiting bakau (Scylla Parameter yang diamati dalam
serrata Forskal) dengan perlakuan salinitas penelitian ini adalah fase moulting
berbeda dengan menggunakan kepiting (persentase), mortalitas dan SR kepiting
bakau (Scylla serrata Forskal) yang bakau (Scylla serrata Forskal) serta
beratnya di atas 200 gr. parameter kualitas air.
1. Persentase Moulting
METODOLOGI PENELITIAN Persentase moulting kepiting
Waktu dan Tempat Penelitian sampel dihitung dengan rumus :
Penelitian ini dilakukan selama 30
hari dimulai dari tanggal 12 Oktober s/d 12 ℎ𝑒𝑤𝑎𝑛 𝑢𝑗𝑖 𝑚𝑜𝑢𝑙𝑡𝑖𝑛𝑔
% 𝑚𝑜𝑢𝑙𝑡𝑖𝑛𝑔 = 𝑥 100%
November 2017 di Instalasi Budidaya Laut 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑒𝑤𝑎𝑛 𝑢𝑗𝑖
(IBL) Politeknik Kelautan dan Perikanan
Sorong. Alat dan Bahan Alat yang 2. Tingkat Kelulusan hidup (SR)
digunaka dalam penelitian ini terdiri dari Tingkat Kelulusan hidup sampel kepiting
hand refraktometer untuk mengukur bakau dihitung dengan rumus (Effendi,
salinitas air, pH meter untuk mengukur pH 1979):
air, DO meter untuk mengukur kadar 𝑁𝑡
SR = 𝑥 100%
oksigen terlarut dalam air, Termometer 𝑁𝑜
untuk mengukur suhu, gunting untuk Keterangan :
pemotong tali, keranjang sebagai wadah SR = Kelulushidupan
pemeliharaan kepiting, pipa sebagai tempat Nt = Jumlah kepiting bakau pada akhir
pemeliharaan (rangkaian rakit), tali sebagai penelitian (ekor)
pengikat. Sedangkan bahan berupa kepiting No = Jumlah kepiting bakau pada awal
bakau menggunakan rata-rata berat di atas penelitian (ekor)
200 gr.
Metode Penelitian Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian ini menggunakan
eksperimen dengan 5 (lima) perlakuan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5
(salinitas 10, 15, 20, 25 dan 30 ppt) dengan (lima) perlakuan dan 3 (tiga) kali ulangan,
3 (tiga) kali ulangan, sehingga terdapat 15 setiap ulangan terdapat 10 (sepuluh) hewan
buah unit percobaan. Setiap ulangan uji. Analysis of variance (ANOVA) pada
terdapat 10 (sepuluh) hewan uji (kepiting taraf kepercayaan 95% digunakan untuk
bakau) yang berasal dari Kelompok menganilis data yang didapatkan. Jika ada
Perikanan Karaka Distrik Aimas, perbedaan nyata (P<0,05) maka dilanjutkan
Kabupaten Sorong, Papua Barat. dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil)
Persiapan Wadah Pemeliharaan dengan taraf kepercayaan 95%.
Wadah/ tempat dalam penelitian
berupa keranjang plastik bulat dengan
diameter dan tinggi adalah ± 25 cm X 15

14
Moh Sayuti. et al., /Jurnal Airaha, Vol. VII No. 1 : 013 – 016 ISSN: 2301-7163

HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Kelangsungan hidup (SR)


Tingkat Keberhasilan Moulting Berdasarkan pada hasil penelitian
Berdasarkan pada hasil penelitian didapatkan nilai tingkat kelangsungan
didapatkan nilai tingkat keberhasilan hidup (SR) untuk masing-masing perlakuan
moulting untuk masing-masing perlakuan tersaji pada Tabel 2.
tersaji pada Tabel 1.
Tabel 2. Tingkat Kelangsungan hidup (SR)
Tabel 1. Presentase Moulting Salinitas Ulangan (%)
Rata-rata (%)
Salinitas Ulangan (%) (ppt) U1 U2 U3
Rata-rata (%)
(ppt) U1 U2 U3 10 77.78 88.89 77.78 81.48 ± 6.42a
10 44.44 55.56 44.44 48.15±6.42 c 15 77.78 88.89 88.89 85.19 ±6.42 a
15 33.33 44.44 33.33 37.04±6.42 bc 20 80.00 77.78 77.78 78.52 ±1.28 a
20 30.00 44.44 33.33 35.93±7.56 b 25 80.00 80.00 90.00 83.33 ±5.77 a
25 30.00 20.00 20.00 23.33±5.77 a 30 100.00 88.89 100.00 96.30 ±6.42 b
30 33.33 44.44 33.33 37.04±6.42 bc Keterangan : Angka-angka yang diikuti
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak
oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada Uji BNT
berbeda nyata pada Uji BNT dengan taraf kepercayaan 95%.
dengan taraf kepercayaan 95%.
Data Tabel 2 menggambarkan
Data Tabel 1 menggambarkan Tingkat Kelangsungan hidup teritinggi
tingkat keberhasilan moulting teritinggi terdapat pada perlakuan dengan salinitas 30
terdapat pada perlakuan dengan salinitas 10 ppt yaitu 96,30%. Hasil ragam
ppt yaitu 48,15% sedangkan keberhasilan menunjukkan bahwa perbedaan perlakuan
moulting terendah terdapat pada perlakuan salinitas memberikan pengaruh nyata (α =
dengan salinitas 25 ppt . Hasil ragam 0,05) ) terhadap Tingkat Kelangsungan
menunjukkan bahwa perbedaan perlakuan hidup kepiting. Hasil uji lanjut BNT 5%
salinitas memberikan pengaruh nyata (α = terhadap tingkat Kelangsungan hidup
0,05) ) terhadap tingkat keberhasilan kepiting menunjukkan bahwa perlakuan
moulting. Hasil uji lanjut BNT 5% terhadap salinitas dengan salinitas 10 ppt, 15 ppt, 20
tingkat keberhasilan moulting ppt dan 25 ppt tidak berbeda nyata..
menunjukkan bahwa perlakuan salinitas Sedangkan perlakuan salinitas dengan
dengan salinitas 15 ppt, 20 ppt dan 30 ppt salinitas 30 ppt memberikan perbedaan
tidak berbeda nyata.. Sedangkan perlakuan yang nyata.
salinitas dengan salinitas 10 ppt, 25 ppt Tingkat kelangsungan hidup
memberikan perbedaan yang nyata. kepiting bakau (Scylla serrata Forskal)
Tingkat salinitas 10 ppt yang lebih yang berbeda pada hasil penelitian
rendah dari tingkat salinitas normal habitat berdasarkan perbedaan tingkat salinitas,
kepiting bakau ini memungkinkan menjadi kemungkinan juga dipengaruhi oleh pakan
pemicu tingkat kecepatan moulting yang diberikan, karena pakan yang
kepiting bakau. Salinitas optimum untuk diberikan dalam penelitian ini adalah jenis
pertumbuhan kepiting bakau S. serrata pakan ikan rucah. SR kepiting bakau
adalah 10-25 ppt (Shelly and Lovatelli, dengan pemberian pakan ikan rucah
2011). Namun kepiting bakau juga dapat sebesar 88,89% (Asyhariyati, Samidjan
bertahan hidup pada salinitas dibawah 15 and Rachmawati, 2013). Dimana laju
ppt serta salinitas diatas 30 ppt (Kasry, metabolisme kenyang tertinggi pada
1996). Bahkan S. serrata mampu bertahan salinitas 25 ppt (Karim, 2007).
hidup hingga salinitas kurang dari 5 ppt Pengukuran Parameter Kualitas Air
(Tangkrock-olan and Ketpadung, 2010)

15
Moh Sayuti. et al., /Jurnal Airaha, Vol. VII No. 1 : 013 – 016 ISSN: 2301-7163

Data hasil pengamatan kualitas air (2000) The State of World Fisheries
dalam penelitian ini tersaji pada Tabel 3. and Aquaculture.
Harahap, S. R., Masykur, H. and Saputri,
Tabel 3. Hasil Pengukuran Parameter M. (2016) ‘Pengaruh Stimulus
Kualitas Air Pemeliharaan Mutilasi Pada Organ Yang Berbeda
Nilai Kisaran Terhadap Kecepatan Moulting
Parameter
No
Kualitas Air
Rata- Optimum Kepiting Bakau( Scylla serrata )’,
rata [10] Jurnal Perikanan dan Lingkungan,
1 Suhu (0C) 30,85 25-32 5(1).
2 pH 6,9 6,5-8 Karim, M. Y. (2007) ‘Pengaruh Salinitas
3 Oksigen (mg/L) 5,25 >5
Terhadap Metabolisme Kepiting
Tabel 3 menunjukkan hasil Bakau (Scylla olivacea)’, Jurnal
pengukuran parameter kualitas air selama Perikanan, (1), pp. 37–44.
pemeliharaan Kepiting Soka, secara garis Karim, M. Y. (2008) ‘Kajian Osmoregulasi
besar masih menunjukkan kisaran yang Kepiting Bakau (Scylla olivacea) pada
baik untuk mendukung tingkat kehidupan Berbagai Salinitas. Ichthyos’, Jurnal
kepiting bakau (Scylla serrata Forskal) Penelitian Ilmu-Ilmu Perikanan dan
yang dipelihara. Kelautan, 7(1), pp. 21–26.
Kasry, A. (1996) Budidaya Kepiting dan
Simpulan Biologi Ringkas. Jakarta: PT. Bhratara
Perbedaan perlakuan salinitas (10, 15, 20, Niaga Media.
25 dan 30 ppt) pada kepiting bakau (Scylla PERMEN KP, N. 56/Permen-K. (2016)
serrata Forskal) memberikan perbedaan Larangan Penangkapan dan/atau
yang nyata (p>0,05) terhadap tingkat Pengeluaran Lobster (Panulirus spp.),
keberhasilan moulting dan tingkat Kepiting (Scylla spp.), Dan Rajungan
kelangsungan hidup kepiting bakau. (Portunus spp.) Dari Wilayah Negara
Republik Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA Rodriguez, E. M., Parado-Estepa, F. D. and
Quinitio, E. T. (2007) ‘Extension of
Agus, M. (2008) ‘Analisis Komparatif Fat nursery culture of Scylla serrata
Crab (Scylla sp) Dengan Sistem (Forsskål) juveniles in net cages and
Massal Dan Single Room Di Tambak’, ponds’, Aquaculture Research, 38(14),
Jurnal ilmiah perikanan dan kelautan, pp. 1588–1592. doi: 10.1111/j.1365-
pena akuatik, April(1). 2109.2007.01725.x.
Asyhariyati, A. I., Samidjan, I. and Shelly, C. and Lovatelli, A. (2011) Mud
Rachmawati, D. (2013) ‘Pemberian Crab Aquaculture, FAO FISHERIES
Kombinasi Pakan Keong Macan Dan AND AQUACULTURE TECHNICAL
Ikan Rucah Terhadap Pertumbuhan PAPER. doi:
Dan Kelulushidupan Kepiting Bakau 10.1002/9781444341775.ch4.
(Scylla paramamosain)’, Journal of Tangkrock-olan, N. and Ketpadung, R.
Aquaculture Management and (2010) ‘A Comparative Study on the
Technology, 2, pp. 131–138. Blood Osmolality of the Mud Crab (
Davenport, J. and Wong, T. M. (1987) Scylla serrata ) and the Blue
‘Responses of adult mud crabs (Scylla Swimming Crab ( Portunus pelagicu s
serrata) (Foskal) to salinity and low ) Exposed to Different Salinities : A
oxygen tension’, Comp. Biochem Case Study for the Topic “ Osmotic
Physiol, 86 A(1), pp. 43–47. Regulation ” in High School Biology’,
Effendi, M. I. (1979) Metode Biologi 4, pp. 8–14.
Perikanan. Bogor: Yayasan Dewi Sri.
Food Agriculture Organization of the
United Nations. Fisheries Department.
16

You might also like