You are on page 1of 14

Evangelikal: Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat ISSN 2548-7558 (Online)

Volume 4, Nomor 2, Juli 2020: 208-221 2548-7868 (Cetak)

HUKUMAN MATI DI INDONESIA MENURUT PERSPEKTIF ALKITAB


DAN RELEVANSINYA BAGI PENEGAK HUKUM

Morris Phillips Takaliuang


Institut Injil Indonesia
Email: takaliuangmorris@gmail.com

ABSTRACT: Provisions and implementation of the death penalty, is a serious and very severe law for
perpetrators who are considered to have committed serious and serious violations before the law. The
Indonesian state still holds and carries out such a death sentence, as regulated in the Criminal Code. There
are three stages in the Bible regarding the provisions and execution of the death penalty: (1) The death
penalty applies to people who sin directly to God, such as worshiping idols, turning to the spirits of the
dead, chanting the name of God carelessly and not keeping the Sabbath day holy, (2 ) The death penalty
applies to people who commit sins against others such as killing and all the acts of adultery, and (3) The
provisions and execution of the death penalty are null and void for anyone who is in faith and obedience
to Christ. The task as a Christian and church law enforcer is to bring sinners to believe and be in
fellowship with Christ. For "criminals" who deserve to be sentenced to death, according to the Criminal
Code, it is recommended that they be sentenced to life in retribution for violations. In this way,
"criminals" are given the opportunity to be rehabilitated and reconstructed by Christ and His church,
through Faith in Christ and His atonement work. So the point is that, the provisions and implementation
of the death penalty must be canceled and replaced with life sentences. In such a sentence, "prisoners"
only need to trust and obey Christ for the rest of their lives. This is called the Law of God's Grace.

Keywords: Capital punishment, Bible perspective, Christianity

ABSTRAK: Ketentuan dan pelaksanaan hukuman mati, merupakan hukum yang serius dan sangat berat
bagi para pelaku yang dianggap melakukan pelanggaran-pelanggaran serius dan berat di mata hukum.
Negara Indonesia masih memegang dan melaksanakan hukuman mati seperti itu, sebagaimana diatur
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Di dalam Alkitab terdapat tiga tahapan tentang
ketentuan dan pelaksanaan hukuman mati: (1) Hukuman mati diberlakukan kepada orang yang berdosa
langsung kepada Allah, seperti menyembah berhala, berpaling kepada arwah orang mati, menyebut nama
Tuhan dengan sembarangan dan tidak menguduskan hari sabat, (2) Hukuman mati diberlakukan bagi
orang yang melakukan dosa terhadap sesama seperti membunuh dan semua perbuatan zinah, dan (3)
Ketentuan dan pelaksanaan hukuman mati batal dan tidak berlaku lagi bagi siapapun yang berada di
dalam iman dan ketaatan kepada Kristus. Tugas sebagai penegak hukum Kristen dan gereja adalah
membawa orang-orang berdosa supaya percaya dan berada di dalam persekutuan dengan Kristus. Bagi
“para penjahat” yang patut dihukum mati, sesuai dengan KUHP, disarankan supaya dihukum seumur
hidup saja sebagai retribusi atas pelanggaran yang dilakukan. Dengan cara demikian, “para pelaku
kriminal” diberi kesempatan untuk direhabilitasi dan direkonstruksi oleh Kristus dan gereja-Nya, melalui
Iman kepada Kristus dan karya pendamaian-Nya. Jadi intinya adalah bahwa, ketentuan dan pelaksanaan
hukuman mati harus batal dan diganti dengan hukuman seumur hidup. Dalam status hukuman seperti itu,
“para narapidana” hanya perlu percaya dan taat kepada Kristus selama sisa hidup yang masih ada. Inilah
namanya Hukum Kasih Karunia Allah.

Kata Kunci: Hukuman mati, perspektif Alkitab, Kristen

PENDAHULUAN an mati. Menurut Lemek (2003, p. 3), kejahatan


Kontroversi mengenai ketentuan dan pelak- yang keji, sangat bengis dan luar biasa yang merusak
sanaan hukuman mati dan dampaknya, sudah ber- manusia lain baik dengan cara dibunuh atau diracuni
langsung lama dalam sejarah kemanusiaan, tidak ter- seperti bandar narkoba, lebih baik dihukum mati, su-
kecuali di Indonesia. Terdapat beberapa alasan, ba- paya tidak mengganggu ketenteraman dan merugi-
nyak orang menyetujui dan menolak adanya hukum- kan orang lain serta dapat mengurangi angka keja-

208 Volume 4, Nomor 2, Juli 2020


hatan. Salmi (1985, p. 93) mengungkapkan bahwa kemanusiaan; Dari sudut Kriminologi, hukuman ma-
orang yang membunuh pantas dihukum mati. Seperti ti dirasakan kurang efektif dan dari tinjauan sosio-
halnya dengan alasan yang dikemukakan oleh orang- logi, dipahami bahwa kejahatan tidak merupakan
orang yang setuju dengan adanya hukuman mati, de- suatu tindak pidana mandiri dan perwujudan kehen-
mikian juga mereka yang tidak setuju, memiliki dak manusia semata-mata; kejahatan berkaitan erat
alasan-alasan yang argumentatif. Pakar hukum, Tod- dengan unsur sosial yang lain, sebab hukuman mati
ung Mulia Lubis, mengatakan bahwa hukuman mati, merupakan hukuman yang kurang adil (Salmi, 1985,
tidak pernah efektif, karena tidak melahirkan efek p. 100).
jera, terbukti perdagangan narkotika tetap saja tidak Dalam tulisan Naiborhu (2016) diungkapkan
berkurang, meskipun sudah banyak yang telah dihu- bahwa dalam pandangan Kristen, hukuman mati bu-
kum mati (Lubis, 2005). Rachman (2018) mengung- kan merupakan sebuah tindakan pembalasan, walau
kapkan bahwa hukuman mati merupakan sebuah demikian menurut Naiborhu, hukuman mati diperlu-
hukuman pokok yang diakui dalam sistem hukum kan untuk menyeimbangkan keadaan yang terjadi
positif Indonesia. Hal itu menunjukkan bahwa secara akibat kejahatan. Sementara dalam kajian Sutoyo
formal, hukuman mati telah diatur dalam sistem (2019) hukuman mati diperlukan terhadap pelaku
hukum yang berlaku di Indonesia. korupsi karena dianggap sebagai sebuah kejahatan
Tjokro, mengatakan bahwa hidup bukan mi- besar. Kemudian Zaluchu dan Gulo (2019) meng-
lik manusia, tetapi milik Tuhan, mengambil nyawa ungkapkan bahwa hukuman mati selalu menjadi
seseorang adalah hak Tuhan. Ketika manusia ber- kontroversi walau demikian perlu sebuah kajian un-
buat dosa, Tuhan memberi kesempatan kepada orang tuk meperkaya diskusi terkait hukuman mati. Umat
berdosa itu untuk menyesali perbuatannya atau ber- Kristen atau Gereja, menurut Susanto (2019) me-
tobat. Oleh karena itu, manusia tidak berhak meng- miliki tanggung jawab sebagai rekan negara untuk
ambil nyawa orang lain (Tjokro, 2003). Selain itu, menghadirkan shalom di Indonesia. Jika demikian,
Sahetapy juga menambahkan bahwa Indonesia dalam konteks kajian ini, penulis sebagai warga ge-
mempunyai falsafah Pancasila. Pancasila itu tidak reja perlu memberikan kontribusi kajian yang dapat
hanya menonjolkan atau mengutamakan sila ketu- bermanfaat bagi bangsa.
hanan yang maha Esa, tetapi harus secara eksplisit Berdasarkan argumentasi-argumentasi ter-
mengetengahkan ke empat sila lainnya, yakni kema- sebut di atas, maka J.E. Sahetapy, Roeslam Saleh,
nusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, Eka Darma Putra, meminta pemerintah Indonesia,
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksa- untuk meninjau kembali tentang pelaksanaan hu-
naan dalam permusyawaratan perwakilan dan kea- kuman mati di dalam KUHP, karena tidak sesuai la-
dilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, supaya gi dengan Pancasila, khususnya sila kedua (Salmi,
pemerintah dan hakim tidak sembarangan mengam- 1985). Orang-orang yang sama menuntut pemerintah
bil keputusan untuk menghukum mati orang yang dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
melanggar undang-undang (Sahetapy, 1982). segera melakukan penghapusan pasal-pasal ancaman
Lembaga Bantuan Hukum mengatakan bah- hukuman mati yang ada di dalam dan diluar KUHP
wa mati hidupnya seseorang hanya ditentukan oleh (Tim penerjemah Badan Pembinaan Hukum nasional
Tuhan, dan juga menurut filsafat hukum, hukuman Departemen Kehakiman, 1983). Termasuk juga
itu bukan berarti pembalasan dendam, tetapi harus mendesak pemerintah untuk mengefektifkan grasi
diartikan sebagai suatu cara untuk mendidik (Salmi, sebagai alat menolak penerapan atau eksekusi ter-
1985, p. 99). Organisasi Kelompok Hapuskan Hu- hadap terpidana mati (Kitab Undang-undang Hukum
kuman Mati (HATI) mengatakan bahwa merampas Acara Pidana dan Penjelasannya, 1982). Dengan
hak hidup seseorang, berarti meruntuhkan nilai-nilai demikian, menjadi jelas bahwa ketentuan dan pelak-

Morris Phillips Takaliuang, Hukuman Mati Di Indonesia Menurut Perspektif Alkitab …. 209
sanaan hukuman mati di Indonesia, masih menjadi mati adalah pidana yang terberat dari semua pidana,
kontroversi dan persoalan yang belum terselesaikan, sehingga diancamkan kepada kejahatan yang amat
serta diperdebatkan masyarakat dan para pakar hu- berat saja (Hamzah & Rahayu, 1983). Kriminolog,
kum. Sementara itu, sampai hari ini Indonesia masih Lombroso dan Garofalo berpendapat bahwa hukum-
bertahan dengan ketentuan KUHP yang masih mem- an mati berkaitan erat dengan istilah pidana mati
berlakukan pelaksanaan hukuman mati. Oleh karena yang berarti suatu kondisi kematian yang ditentukan
itu, perlu adanya suatu perspektif baru untuk oleh manusia, melalui badan yang berwewenang un-
memecahkan persoalan di atas yaitu solusi dan re- tuk menjatuhkan hukuman terhadap orang yang te-
solusi yang berdasarkan „perspektif Alkitab‟. lah melakukan kejahatan yang amat berat. Hal itu
dilakukan dengan tujuan yang sangat radikal yaitu
METODE untuk mempidanakan orang-orang yang tidak dapat
Metode yang digunakan dalam kajian ini diperbaiki lagi, dan dengan adanya pi-dana mati ini,
adalah penelitian pustaka. Untuk membahas topik maka hilanglah pula kewajiban untuk memelihara
ini, penulis melakukan analisis terhadap beberapa mereka dalam penjara-penjara yang demikian besar
literatur yang relevan. Topik ini dapat dikaji meng- biayanya (Saleh, 1978). Zainal (1984) berpendapat
gunakan pendekatan penelitian pustaka karena isu bahwa pidana mati adalah suatu alat yang mutlak ha-
yang dibahas merupakan sebuah tatanan konsep teo- rus ada pada masyarakat untuk melenyapkan orang-
ritis. Dalam bidang teologi, penelitian ini menjadi orang yang memang jahat dan sudah tidak dapat di-
sebuah tulisan yang meluaskan wawasan Kristen ter- perbaiki lagi.
kait dengan isu etika dan Teologi Praktika. Dengan demikian, maka definisi-definisi ter-
Hasil analisis terhadap beberapa literatur ke- sebut di atas dapat disimpulkan bahwa hukuman ma-
mudian penulis sajikan secara deskriptif tematis. ti, harus ada dalam masyarakat sebagai alat negara
Sumber-sumber literatur yang digunakan merupakan atau alat hukum untuk mengatasi dan menghilang-
sumber literatur yang berkaitan langsung dengan isu kan orang-orang dan perbuatan jahatnya yang di-
yang diteliti. Untuk menjalankan proses tersebut, anggap tidak dapat diperbaiki lagi, walaupun tidak
mengacu pada Darmawan dan Asriningsari (2018) semua pakar dan masyarakat menyetujuinya.
penulis terlebih dahulu harus memilih dan mencer-
mati sumber pustaka yang relevan dengan topik ini. Perspektif Alkitab Tentang Hukuman Mati

HASIL DAN PEMBAHASAN Ketentuan Tentang Hukuman Mati


Pada bagian ini peneliti mendeskripsikan pe- Dalam Perjanjian Lama, kata atau istilah
ngertian hukuman mati dan perspektif Alkitab ten- yang berkaitan dengan hukuman mati adalah ‘ma-
tang hukuman mati. Di kalangan praktisi dan pakar weth’, artinya kematian, hukuman mati. Kata Ibrani
hukum, hal tentang ketentuan dan pelaksanaan hu- ter-sebut digunakan 150 kali dalam Perjanjian Lama.
kuman mati bukanlah hal yang baru lagi. Tetapi di Kata maweth berasal dari kata kerja ‘Mut’ yang di-
kalangan masyarakat umum, adalah sulit untuk me- angkat dari bahasa Semit, artinya: die,kill, have one
mahaminya secara baik. Oleh karena itu, terlebih da- executed yang berarti mati, membunuh atau meng-
hulu perlu dimengerti tentang istilah hukuman mati, hilangkan, seseorang yang dihukum mati (Unger &
baik umum maupun khusus. Menurut Kamus Istilah White, 1980). Kata „mut‟ dapat menunjuk kepada
Hukum Indonesia, hukuman mati adalah hukuman kematian dengan sebab-sebab natural atau kematian
yang dilaksanakan dengan membunuh, menembak karena kekerasan. Hukuman mati merupakan akibat
atau menggantung orang yang bersalah (Surjoun- dari dosa atau pelanggaran manusia (Kej. 3:19). Ke-
toro, 1974). Menurut Hamza dan Rahayu, hukuman matian adalah indikasi penghakiman ilahi atas dosa

210 Volume 4, Nomor 2, Juli 2020


(Kej. 2:17). Unger dan White menegaskan bahwa dunia, penuh, mengakhiri kehidupan seseorang, ma-
kematian Adam dan Hawa merupakan akibat dari ti, tentang suatu kematian yang disebabkan oleh ke-
pemberontakan melawan perintah Tuhan (Kej. 3). kerasan (Mat. 15:4; Mrk. 7:10), dan must to be put to
Tujuan Allah bagi Hawa dan Adam bukanlah ke- death, artinya harus mati (Zodhiates, 1996). Jadi hu-
matian, tetapi hidup kekal. Kematian yang mula- kuman mati berarti suatu tindakan untuk mematikan,
mula bukanlah keinginan Tuhan, melainkan me- mengakhiri hidup seseorang. Istilah ini mengandung
rupakan hasil dari ketidaktaatan, kematian adalah pengertian yang sama dengan pengertian dalam Per-
konsekuensi dari dosa, semua itu bermula dari dosa janjian Lama. Kematian yang dialami oleh manusia
(Unger & White, 1980). merupakan konsekuensi dari dosa atau ketidaktaatan
Jadi, berdasarkan penjelasan tersebut di atas, manusia terhadap perintah Allah.
maka dapat ditegaskan bahwa hukuman mati ada Berdasarkan Alkitab, kematian dibagi tiga
karena adanya dosa. Tanpa adanya dosa, tidak per- kategori, yakni: kematian fisik, kematian spiritual
nah ada hukuman mati, contohnya disebutkan dalam dan kematian kekal. Dari ketiga kategori ini, yang
Keluaran 21:12-17. Disana dijelaskan bahwa dosa berhubungan dengan hukuman mati, hanyalah ke-
atau pelanggaran, menyebabkan adanya hukuman matian fisik. Kematian secara fisik merupakan aki-
mati, tetapi pada sisi lain juga dinyatakan bahwa ada bat dari masuknya dosa melalui Adam dan Hawa ke-
keadilan Tuhan bagi orang yang membunuh sesama pada semua manusia, dan karena itu manusia di-
dengan tidak sengaja. Caranya adalah menyediakan perbudak olehnya (Teney, 1980). Jadi, kematian
daerah atau tempat perlindungan bagi mereka, se- yang dialami manusia adalah karena dosa keturunan
dangkan bagi mereka yang sengaja membunuh, di- dan dosa diri sendiri, maka dari situ manusia harus
kenai hukuman yang setimpal yaitu hukuman mati menerima hukuman dari Allah. Rasul Paulus, meng-
(Bergant & Karris, 2002). hubungkan masalah „kematian‟ dengan karya Kris-
Peraturan-peraturan yang diberikan Allah tus di kayu salib. Kemenangan atas kematian mela-
kepada bangsa Israel disebut „hukum perjanjian‟ lui karya Kristus (Salib dan Kebangkitan) serta kon-
atau „kitab perjanjian‟, yaitu perjanjian antara Allah sekuensinya bagi pengharapan orang-orang percaya,
dan bangsa Israel (Kel. 20:22 s.d.23:1). Setiap pe- merupakan tema utama yang mendominasi bagian
raturan itu kemudian merupakan hukum dasar Israel besar dari seluruh Perjanjian Baru. Dari sana dipero-
yang menonjolkan penghargaan kepada pribadi ma- leh pengertian, iman dan keyakinan bahwa di dalam
nusia, sebagai nilai yang paling menonjol dibanding- Tuhan Yesus Kristus dan bersama dengan Dia saja,
kan hukum yang lain di masyarakat timur tengah masalah kematian itu sendiri, baik kematian jasmani,
kuno (Bergant & Karris, 2002). Penekanan pada ke- kematian rohani dan kematian kekal, sudah selesai
seluruhan peraturan ini, menunjuk kepada keisti- diatasi (Yoh.19:30) dan dimenangkan Kristus bagi
mewaan status bangsa Israel, sebagai umat pilihan manusia (I Kor. 15; Rm 6-8). Dengan demikian ke-
Allah, sehingga mereka tetap terpelihara dalam nilai- matian (fisik, rohani dan kekal) bukan lagi persoalan
nilai kebenaran ilahi dan tidak terpengaruh dengan yang tidak terselesaikan, tetapi persoalan yang be-
kondisi dan niai-niai bangsa sekitarnya. nar-benar telah tuntas selesai dikerjakan oleh Kristus
Di dalam Perjanjian Baru, istilah „hukuman bagi manusia, masa kini didunia ini dan di dunia
mati‟ (Mat. 15:4) berasal dari kata Yunani „teteutao‟ yang akan datang. Dengan bertolak dari perkataan
dari kata dasar „teleute‟ yang berarti: death, an end, Kristus dalam Yohanes 19:30,‟sudah selesai‟ dan
accomplishment, to end, finish, complete (kematian, mengingat fakta kebangkitan Kristus dari antara
suatu akhir, penyelesaian menuju akhir, peng- orang-orang mati, serta berpegang pada keyakinan
habisan, selesai). Secara intransitif, kata tersebut bahwa Kristus akan datang kembali menjemput ora-
berasal dari kata Yunani „bion‟ artinya kehidupan ng percaya di awan-awan pada masa parousia, maka

Morris Phillips Takaliuang, Hukuman Mati Di Indonesia Menurut Perspektif Alkitab …. 211
selesai sudah secara sempurna, persoalan kematian kan kematian untuk beberapa kejahatan besar.
manusia. Yang paling penting untuk diingat dan di- Verkuyl (2010) menjelaskan lebih lanjut bahwa
lakukan adalah bahwa siapapun manusia itu, semua- Rehabilitasionisme tidak akan mengizinkan hukum-
nya pasti akan mati, baik karena dosa dan hukuman an mati untuk kejahatan apapun juga, karena ar-
Allah maupun karena dihukum mati oleh sistem dan gumentasinya adalah bahwa „tujuan dari keadilan
pelaksanaan hukum suatu negara yang ada di dalam untuk memperbaiki, bukan untuk menghukum se-
dunia ini. Semua hukuman akibat dosa sudah selesai perti yang dinyatakan dalam Yehezkiel 18:23, „Allah
ditanggung oleh Yesus Kristus di atas kayu salib, tidak senang dengan kematian orang fasik, tetapi
asalkan manusia telah beriman kepada Kristus dan berkenan kepada pertobatannya supaya ia hidup (2
mentaati Dia selama di dunia ini, selama hayat di Ptr 3:9).
kandung badan. Inilah pengertian, keyakinan, iman, Di dalam Perjanjian Lama, hukuman mati
posisi dan status manusia berdosa yang sesungguh- dinyatakan di dalam kitab Musa yang telah dibagi
nya di hadapan Allah seperti ditegaskan dalam dalam dua bagian yaitu (1) Kejahatan yang dilaku-
firman-Nya. Disini orang Kristen mempertahankan kan kepada Allah, seperti penyembahan berhala
iman dan terus menjalankan pelayanan bagi Kristus (Kel. 22:30); berpaling kepada Ilmu Sihir dan arwah
dan sesama manusia. (Kel. 22:18; Im. 20:6,27); menghujat nama Tuhan
Dengan demikian, ketentuan dan pelak- (Im. 24:14) dan tidak menguduskan hari sabat (Bil.
sanaan hukuman mati di dalam konteks Perjanjian 15:32) (Verkuyl, 1997). Dalam hubungan dengan
Baru, tidak perlu diberlakukan lagi, karena sudah sesama, hukuman mati ditetapkan khususnya untuk
diselesaikan dan ditanggung oleh Tuhan Yesus orang yang membunuh manusia, termasuk pem-
Kristus. Di dalam Perjanjian Baru, hal yang lebih di- bunuhan anak kecil (Kej. 9:6; Im. 20:1-5); orang
utamakan adalah kasih dari pada menghukum se- yang mengutuk orang tua (Im. 20:9) dan untuk
sama manusia. Akibat dosa dan pelanggaran ter- segala bentuk perzinahan (Im. 20:10-210). Hukuman
hadap ketentuan-ketentuan Allah dan negara, harus mati dalam Perjanjian Lama, tidak lagi berlaku pada
tetap dijalankan secara fisik dan psikologis, tetapi saat ini, karena Tuhan Yesus Kristus sudah meng-
tidak dengan „hukuman mati‟, karena Kristus sudah genapi atau menganggungnya (Geisler, 2000).
menanggungnya bagi manusia secara sempurna. Rekonstruksionisme, menganjurkan hukum-
Lagi pula tidak ada manusia yang tidak berdosa di an mati bagi kejahatan-kejahatan yang serius, artinya
mata Tuhan, semuanya sudah berdosa dan karena itu hukuman mati pantas diberikan kepada orang-orang
membutuhkan Juruselamat dari dosa, yaitu Tuhan yang telah melanggar kejahatan yang serius, seperti
Yesus Kristus. Jadi tidak pantas dan sama sekali pembunuhan, alasannya karena hukum moral Allah
tidak benar menghukum mati orang yang bersalah, yang dinyatakan kepada Musa tidak pernah di-
sejahat apapun (Rm 8:1-4; 2 Kor. 5:19-21). batalkan; hukum moral bersifat tetap, sebab itu men-
cerminkan sifat Allah (Mat. 5:17). Tujuan keadilan
Pelaksanaan Hukuman Mati adalah retribusi bukan rehabilitasi (Geisler, 2000,
Geisler (2000), menjelaskan bahwa ada tiga pp. 255-256). Jadi, menurut pandangan ini, hukuman
pandangan dasar di kalangan Kristen tentang pelak- mati dapat diterapkan, karena sesuai dengan hukum
sanaan hukuman mati, yakni (1) Rehabilitasionisme, moral Allah.
suatu pandangan yang tidak mengizinkan hukuman Retribusionisme, mengajarkan tentang hu-
mati untuk kejahatan apapun juga, (2) Rekonstruk- kuman mati, untuk beberapa kejahatan. Alasannya,
sionisme, suatu pandangan yang menuntut hukuman hukuman mati sudah diberlakukan sejak manusia
mati untuk semua jenis kejahatan yang serius dan (3) pertama, Adam dan Hawa (Kej. 4), kemudian ber-
Retribusionisme, suatu pandangan yang menganjur- laku pada zaman Nuh, Musa dan bahkan Allah telah

212 Volume 4, Nomor 2, Juli 2020


memberi kuasa kepada pemerintah (Rm. 13:1,4) un- hukuman kekal juga sudah ditanggung-Nya bagi
tuk melaksanakannya sampai saat ini. Pedang yang manusia dengan karya penebusan-Nya yang sempur-
diberikan Allah kepada pemerintah, tujuannya ada- na tersebut. Karena itu, yang paling penting dari
lah untuk pelaksanaan hukuman mati bagi orang- semuanya adalah bahwa orang Kristen memiliki
orang yang melanggar perintah Tuhan. Jadi jelas iman, pengertian dan pengetahuan akan karya
bahwa, ketiga pandangan ini, dianut oleh orang- Kristus seperti tersebut di atas dan menghidupinya
orang Kristen dan umum, karena masing-masing dengan pertolongan Roh Kudus di dalam seluruh
pandangan didasarkan pada Alkitab. aspek hidup orang Kristen, demi kemuliaan Tuhan
Pandangan Rehabilitasionisme berpendapat orang dan keselamatan sesama manusia.
jahat jangan dihukum tetapi diampuni dan diper- Kristus telah mengampuni segala dosa
baiki, sedangkan dua pandangan lainnya berpenda- manusia, dosa kepada Tuhan Allah, dosa kepada
pat bahwa orang-orang jahat, harus dihukum atau orang lain dan kepada diri sendiri. Oleh karena itu
harus menerima balasan yang sesuai dengan per- wajib bagi orang Kristen untuk saling mengampuni
buatannya. Timbul pertanyaan yang sangat penting di dunia ini dan sampai di akhirat. Inilah moralitas
untuk dijawab secara tuntas yaitu, apa dan bagaima- Kristiani. Persoalannya belum selesai. Bagaimana
na sebenarnya, pandangan Alkitab yang kompre- dengan negara-negara, termasuk Indonesia, yang
hensif dan integratif tentang ketentuan dan pelak- masih memberlakukan hukuman mati bagi kejahatan
sanaan hukuman mati itu? Dalam penelitian ini ja- yang luar biasa? Jawabannya adalah, orang Kristen
wabannya adalah: (1) Kembali kepada Allah dan mesti berjuang lewat jalur hukum dan jalur politik,
Alkitab, firman-Nya, (2) Pandangan Alkitab yang serta jalur yang lain yang legal, agar hukuman mati
satu, tidak boleh dipertentangkan dengan pendapat diganti dengan hukuman seumur hidup untuk ke-
Alkitab lainnya; masing-masing pandangan harus- jahatan yang luar biasa itu. Dengan demikian orang
nya ditempatkan pada konteks dan posisinya ma- yang bersalah masih mendapatkan kesempatan untuk
sing-masing secara proporsional, karena semuanya bertobat dan diampuni oleh Tuhan dan berdamai
itu berasal dari Allah yang satu dan sama, itulah dengan sesama. Akibat dosa tetap harus ditanggung,
Allah Alkitab, walaupun mungkin nampak adanya tetapi dosanya telah diampuni oleh Tuhan, negara
„paradoks‟. Oleh karena itu, dalam implementasinya, dan sesama. Alkitab menegaskan bahwa Allah tidak
perlu: (1) Menggabungkan pandangan-pandangan berkenan kepada kematian orang fasik, tetapi kepada
tersebut tadi, (2) menempatkan pada posisi dan kon- pertobatannya. Inilah pandangan Kristen yang alki-
disinya masing-masing, supaya saling melengkapi tabiah, yaitu pandangan yang didasarkan kepada
dan saling menunjang dan (3) Puncaknya adalah me- „hukum moral Allah‟ dan „hukum kasih karunia
nempatkan semua pandangan-pandangan Alkitabiah Allah‟ yang sempurna di dalam Kristus.
tersebut di dalam penggenapannya yang sempurna, Jadi, hukum manusia dan hukum negara, be-
di dalam Tuhan Yesus Kristus, karena hanya Dialah lum cukup dalam mengatasi persoalan hukuman ma-
Penggenap dan Penyempurna serta Pelaksana semua ti. Manusia masih memerlukan „hukum kasih karu-
hukum dan hukuman Allah yang seharusnya di- nia Allah‟ yang mengatasi dan menyempurnakan
tanggung oleh semua manusia berdosa. Di dalam hukum negara dan hukum moral universal. Hukum
Tuhan Yesus Kristus dan karya-Nya yang sempurna moral didasarkan pada sifat-sifat Allah yang „Suci
bagi manusia, semua hukum dan hukuman Allah dan Adil‟, dan karena itu mengharuskan adanya
sudah dijalankan dan diselesaikan-Nya. Hukuman disiplin, hukuman dan keadilan bagi orang berdosa
untuk tubuh manusia (kematian fisik) sudah di- serta „hukum kasih karunia‟ Allah yang ada di dalam
tanggung Kristus di dalam tubuhnya sendiri, hukum- Kristus, mengharuskan manusia yang berdosa,
an rohani sudah dipikulnya, dan ditanggung-Nya, sejahat apapun untuk diberi kesempatan menerima

Morris Phillips Takaliuang, Hukuman Mati Di Indonesia Menurut Perspektif Alkitab …. 213
dan mengalami pengampunan Allah melalui perto- ampuni orang yang bersalah kepadanya. Ini adalah
batan, sekalipun harus memikul dan menanggung se- wujud atau penggenapan firman Allah dalam Matius
mua konsekuensi dari perbuatan dosanya. Ini baru 6:12 yang berkata, ‟Ampunilah kami akan kesalahan
namanya keadilan bagi yang bersalah dan berdosa, kami, seperti kami juga mengampuni orang yang
bukan hanya keadilan bagi sang korban dan bagi pe- bersalah kepada kami‟. Tantangannya bagi orang-
negakkan hukum. Nampak disini bahwa hukum ne- orang Indonesia adalah, apakah sistem hukum dan
gara dan hukum moral universal serta jenis hukum peradilan di Indonesia sudah mengakomodasi hu-
yang lain yang ada di dunia ini, masih perlu diberi kum kasih karunia Allah ini baik dalam KUHP mau-
nilai dan muatan theologis (hukum moral dan hukum pun dalam pelaksanaannya?
kasih karunia Allah yang bersifat komprehensif dan Pengampunan dari Allah terhadap sesama
integratif) demi penyempurnaannya. Oleh sebab itu dan diri sendiri, dan pelaksanaannya dalam praktek
hukum yang diberlakukan di dalam suatu negara dan hidup, adalah solusi dan resolusi terbaik bagi penye-
bangsa benar-benar merefleksikan dan mewujudkan lesaian masalah ketentuan dan pelaksanaan hukuman
hukum-hukum Allah yang sempurna. Dalam konteks mati. Karena Tuhan Yesus sendiri telah mati dan
dan pengertian seperti ini, negara benar-benar ber- membayar semua dosa-dosa dan kesalahan secara
fungsi dan bertugas menjalankan „kehendak Allah‟ sempurna sekali untuk selamanya. Kebenaran ini
bagi ketertiban, kebaikan dan kesejahteraan manu- nyata dalam perkataan Kristus di atas kayu salib:
sia. „Ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa
yang mereka perbuat‟ (Luk. 23:34). Kejahatan yang
Dampak Hukuman Mati diperbuat oleh pemerintahan Romawi untuk Kristus,
Keadilan dan kasih Allah yang seimbang dengan menyalibkan-Nya adalah jenis kejahatan
dan integratif, harus menjadi standar dan patokan, yang sangat luar biasa (Extra Ordinary crime).
baik untuk penegakkan ketentuan Allah untuk hu- Tetapi Kristus sudah mengampuni mereka. Seharus-
kuman mati dan pelaksanaannya, maupun dalam nya, baik penguasa Romawi maupun para eksekutor
mengukur dampak yang ditimbulkannya. Pemaham- hukuman mati terhadap Kristus, merekalah yang
an dan pengertian yang benar-benar komprehensif pantas dan layak dihukum mati, karena telah mela-
Alkitabiah tentang keadilan dan kasih karunia Allah, kukan kejahatan yang paling keji terhadap ke-
pasti memberi dampak yang adil dan proporsional manusiaan Kristus, apalagi Kristus tidak bersalah
bagi Allah, bagi pelaku kejahatan dan bagi si kor- sama sekali. Inilah paradoks ilahi/theologis yang
ban. Dampaknya bagi Allah adalah: (1) Allah sendiri perlu dipikirkan sedalam-dalamnya, sebagai bagian
diperlakukan sebagai Allah yang adil dan kasih untuk membangun sistem hukum yang berkeadilan
adanya yang ujung-ujungnya Allah disenangkan, di- dan berkasih karunia. Alkitab menegaskan, semua
taati, dihormati dan dipuji selamanya; (2) dampak- hukuman Allah bagi manusia, baik hukuman fisik
nya bagi pelaku kejahatan (dari kejahatan yang kecil yang ujungnya adalah kematian jasmani, hukuman
sampai kejahatan yang paling keji di mata Allah dan rohani (tidak ada hubungan dengan Allah) dan hu-
hukum) adalah bahwa yang bersangkutan diberikan kuman kekal di Neraka (terpisah dari Allah sela-
„anugerah khusus‟ untuk bertobat dan beroleh peng- manya) sudah selesai sempurna ditanggung Kristus
ampunan Allah, sesama dan negara (hak hidupnya lewat pengorbanan-Nya di kayu salib. Dari karya
diberikan kembali). Ini adalah wujud dari hukum pengorbanan Kristus yang sama manusia semua
Allah yang kedua yakni „kasihilah sesamamu manu- berhak mendapatkan „kasih karunia Allah‟ yang
sia seperti dirimu sendiri‟ dan (3) dampaknya bagi sempurna dan abadi bagi penyelamatan hidup di du-
korban kejahatan adalah bahwa ia beroleh kesempat- nia ini sampai seterusnya di akhirat nanti.
an untuk menerima „anugerah Allah‟ untuk meng-

214 Volume 4, Nomor 2, Juli 2020


Relevansinya Bagi Para Penegak Hukum Kristen kuasaan. Penyalahgunaan obat-obat terlarang (Nar-
Di Indonesia kotika) masih marak terjadi di banyak tempat di
Relevansi tentang ketentuan, pelaksanaan negeri ini. Usaha dan perjuangan mendirikan negara
dan dampak hukuman mati di Indonesia berdasar- khilafah, masih terus bergulir di negeri ini. Diskri-
kan Alkitab ditinjau dari empat aspek yakni : (1) minasi atas dasar agama, suku dan antar golongan
Situasi dan kondisi penegakkan hukum di Indo- (SARA) belum selesai di negeri ini. Keadilan sosial
nesia,(2) Tugas-tugas Penegak hukum Kristen (3) masih jauh dari harapan akibat penegakan hukum
Tanggung jawab penegak hukum Kristen dan (4) yang lemah. Hal-hal ini, jelas-jelas bertentangan
Pengambilan keputusan penegak hukum Kristen. dengan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP) yang berlaku di Indonesia (Tim Penter-
Situasi dan Kondisi Penegakan Hukum di jemah Badan Pembinaan Hukum Nasional Depar-
Indonesia temen Kehakiman, 1983). KUHP ini sudah meng-
Negara Indonesia mempunyai jumlah pen- atur tentang sanksi hukum bagi pelanggaran dan ke-
duduk terbesar ke empat di dunia. Jumlah pen- jahatan yang dilakukan oleh setiap warga negara.
duduknya 265 juta jiwa. Wilayah Indonesia terdiri C.S.T. Kansil menjelaskan bahwa dalam ilmu hu-
dari 18.160 pulau, didiami oleh beragam suku bang- kum istilah pelanggaran dan kejahatan memiliki per-
sa, bahasa dan kebudayaan serta adat-istiadat yang bedaan: Pelanggaran ialah mengenai hal-hal kecil
berbeda-beda (Octavianus, 2015). Negara Indonesia atau ringan, yang diancam dengan hukuman denda,
juga adalah negara hukum yang berdasarkan „Panca- misalnya sopir mobil yang tidak memiliki surat izin
sila‟ dan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945), mengemudi (SIM), bersepeda tanpa lampu merah
yang menjunjung tinggi hak asasi hukum dan hak pada malam hari dan lain-lain. Sedangkan kejahatan
asasi manusia, baik di tingkat pemerintahan maupun adalah mengenai soal-soal yang besar, seperti pem-
di masyarakat serta memprioritaskan penegakkan bunuhan, penganiayaan, pencurian dan sebagainya.
ketertiban dan keamanan bangsa. Dengan adanya Contoh pelanggaran dan kejahatan terhadap kepen-
hukum dan peraturan perundang-undangan yang te- tingan umum yang berkenaan dengan Badan/Pera-
lah berlaku, diusahkan supaya ketertiban dan ke- turan Perundangan negara, misalnya pemberontakan,
amanan masyarakat terpelihara secara berkesinam- penghinaan, tidak membayar pajak, melawan pe-
bungan. Tetapi dalam kenyataannya, masih ada gawai negeri yang sedang menjalankan tugas; dan
orang-orang, kelompok-kelompok masyarakat yang kepentingan tiap-tiap manusia, misalnya terhadap
melanggar Undang-Undang dan peraturan-peraturan jiwa ialah pembunuhan, terhadap tubuh yakni peng-
hukum yang berlaku, sehingga belum tercipta suatu aniayaan, terhadap kemerdekaan adalah penculikan,
negara yang „aman, damai dan tertib‟ di dalam ba- terhadap kehormatan yaitu penghinaan dan terhadap
nyak bidang kehidupan. Penegakkan hukum masih milik adalah pencurian (Kansil, 1989).
dianggap lemah oleh banyak pakar hukum; praktek Peraturan-peraturan tentang jiwa, raga, milik
penegakkan hukum dinilai masih tumpul ke atas dan sebagainya dari tiap-tiap orang, telah temasuk
(kepada orang-orang yang berkuasa dan kaya) tetapi dalam hukum perdata, sedangkan masalah pem-
tajam ke bawah (kepada orang-orang biasa). Pelang- bunuhan, pencurian dan sebagainya diatur dan di-
garan terhadap hak-hak asasi manusia, masih marak urus oleh pengadilan pidana. Tugas untuk menegak-
terjadi di mana-mana di Indonesia.Moralitas bangsa kan hukum dan keadilan seperti mengatasi pelang-
ini masih rapuh, jika berhadapan dengan pengaruh garan dan menghukum kejahatan adalah tugas peme-
globalisasi yang sangat liberal dan sekularistik. rintah yang telah dipilih dan ditetapkan oleh Allah
Penyalahgunaan agama dan ayat-ayat kitab suci, (End, 2015). Hal ini menunjukkan bahwa semua pe-
masih terjadi atas nama perebutan pengaruh dan ke- merintah adalah utusan Tuhan untuk mengatur mas-

Morris Phillips Takaliuang, Hukuman Mati Di Indonesia Menurut Perspektif Alkitab …. 215
yarkat. Tujuan Tuhan menetapkan pemerintah ada- penciptaan manusia, Tuhan sekaligus memberikan
lah untuk melindungi dan mengatur tata kehidupan amanat kepada manusia untuk menaklukan bumi
manusia yang ada di bumi ini; dan menghukum dengan segala isinya, supaya manusia mendapat
orang-orang yang melanggar ketentuan-ketentuan makanan dari dalamnya. Dengan perkataan lain,
yang telah ditetapkan. Tetapi di dalam menghukum amanat kebudayaan dinyatakan dan diberikan ke-
seseorang, atau sekelompok orang, pemerintah tidak pada manusia, setelah manusia diciptakan dan se-
memiliki hak untuk menghukum mati para penjahat, belum manusia jatuh ke dalam dosa. Manusia mem-
karena dalam pengertian Alkitab yang kom- punyai tanggung jawab untuk mengelolah bumi ini.
prehensif, jelas dikatakan bahwa „hak‟ hidup manu- Segala kemungkinan yang ada harus diusahakan, ha-
sia harus dihargai dan tidak diperkenankan meng- rus dikelola sehingga terwujudlah ungkapan, manu-
hilangkan nyawa sendiri atau nyawa orang lain sia sebagai manusia yang berbeda dengan mahluk
(Ayub 1:12a; 2:6). Ayat ayat ini menegaskan bahwa yang lain (Sihombing, 2014). Manusia dipercayakan
nyawa manusia adalah berasal dari Tuhan dan milik untuk mengatur, memelihara dan melestarikan se-
Tuhan, bukan milik iblis, bukan milik pemerintah, mua yang ada di bumi ini. Segala kemampuan dan
bukan milik sesama manusia (Baruch, 2010). Nilai, kebebasan yang diberikan Allah kepada manusia,
harga dan martabat manusia serta seluruh kebe- dimaksudkan supaya, digunakan semaksimal mung-
radaannya, adalah milik Tuhan dan sudah lunas di- kin untuk mengemban amanat Tuhan ini (Amanat
bayar oleh „darah‟ Kristus Yesus (1Korintus 6:19- Kebudayaan). Sedangkan perintah dan tugas kepada
20). Tuhan melarang siapapun, supaya tidak boleh pemerintah, dinyatakan dalam Mazmur 72 dan
merusak atau merombak tubuh manusia sebagai Roma 13. Mazmur 72:2 menyatakan: „Kiranya Ia
„bait Allah‟ (1 Kor. 3:16-17). Eksistensi dan esensi mengadili umat-Nya dalam kebenaran dan orang-
satu nyawa manusia sepenuhnya adalah milik Allah, orang-Mu yang tertindas dalam hukum‟. Hal yang
karena itu tidak boleh ada satu manusia pun yang sama ditegaskan lagi dalam pasal yang sama ayat
boleh membunuhnya. Dalam hal ini, negara tidak 4,5,12-14. Disitu ditunjukkan bahwa kekuasaan dan
boleh mengambil posisi Allah dalan hal memvonis kewibawaan dari seorang pemimpin atau raja, tidak
mati seseorang. Jangan sampai pemerintah meng- didapat dari diri dan usaha sendiri, tetapi dari Allah
ambil hak dan posisi Allah, pemerintah jangan dan dari umat Allah. Dalam Roma 13:1 dan 4 di-
melawan kehendak Allah. Pemerintah dan seluruh katakan:
perangkatnya, wajib menjalankan seluruh ketentuan „Tiap-tiap orang harus takluk kepada peme-
Allah untuk hidup manusia. Jangan sampai negara rintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah,
/pemerintah melawan kehendak Allah dan karenanya yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-
menerima kutuk dan penghukuman Allah karena pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah; Karena
bertindak sewenang-wenang tanpa keadilan dan pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikanmu,
kebenaran. tetapi jika engkau berbuat jahat, takutlah akan dia,
karena tidak percuma pemerintah menyandang pe-
Tugas Penegak Hukum Kristen dang; pemerintah adalah hamba Allah untuk mem-
Ketika Allah selesai menciptakan manusia,maka balaskan murka Allah atas mereka yang berbuat ja-
Ia menempatkan manusia di taman Eden dan Allah hat. Tugas dan panggilan Allah ini, berlaku untuk
memberi mereka kuasa untuk memelihara binatang, pemerintahan manapun di dunia ini, dari dahulu
tumbuh-tumbuhan, tanah dan yang lain. Disinilah sampai sekarang. Ada tiga tugas pemerintah sebagai
sumber kerja manusia pertama. Kerja adalah hal po- pelayan bagi masyarakat, bangsa dan negara yakni:
sitif yang diberikan Allah sebagai berkat dan bukan (1) Mendapatkan dan menjalankan kekuasaan Allah,
sebagai akibat dosa (Sitompul, 2015, p. 4). Didalam (2) Membangun dan menegakkan keadilan/kesucian

216 Volume 4, Nomor 2, Juli 2020


Allah dan (3) Menerapkan Cinta kasih Allah, dalam tingan pribadi. Sebab di mana ada keadilan, disitu
tugas dan penugasan melayani masyarakat, dan akan terdapat ketenteraman dan damai sejahtera
akhirnya wajib mempertanggungjawabkan semu- (Yes. 32:17). Tugas dan tanggung jawab peme-
anya itu kepada Pemberi tugas itu sendiri, Yakni rintah disamping menjalankan keadilan, juga adalah
Tuhan Allah. mengusahakan cinta kasih kepada semua anak bang-
Setiap pemerintahan memerlukan kekuasaan sa. Alasannya adalah karena Tuhan Allah sendiri
untuk dapat berfungsi sebagai pelayan dan pelin- adalah kasih adanya dan bahkan penuh kasih karunia
dung masyarakat. Ada dua kuasa umum yang di- (Yoh. 1:16). Pemerintah wajib bertindak berdasar-
berikan Allah kepada pemerintah, yakni: (1) Peme- kan kasih dan keadilan Allah yang proporsional dan
rintah berhak menarik pajak dari rakyat dan (2) Pe- integratif kepada semua anak bangsa, terutama bagi
merintah mempunyai kuasa untuk memegang dan mereka yang tertindas, terbelakang, kurang ber-
menggunakan pedang. Artinya pemerintah harus untung dan terpinggirkan karena ketidakadilan, ter-
mempunyai sistem pertahanan dan militer (Rm. masuk kepada mereka yang berbuat kejahatan yang
12:4-7) serta pemerintah wajib memiliki sistem dan luar biasa.
kekuatan ekonomi supaya dapat menjalankan fungsi, Di dalam Lembaga hukum di Indonesia,
tugas dan tanggung jawab dengan baik dan lancar Tuhan menempatkan banyak penegak hukum ber-
dan juga supaya pemerintah mampu membela diri, agama dan berkeyakinan Kristen. Hal itu, bukanlah
melawan musuh-musuh dan mensejahterahkan mas- suatu kebetulan, tetapi sudah diatur oleh Tuhan sen-
yarakat. Dengan cara demikian, dapat tercipta ke- diri. Oleh sebab mereka mempunyai tugas khusus
hidupan masyarakat yang tertib, damai, tenteram dan dari Tuhan untuk dunia hukum dan peradilan, yakni
harmonis, dan semuanya itu berasal dari Allah (Rm. tugas memperjuangkan tegaknya keadilan dan kasih
12:10,18) (Geisler, 2000, p. 227). karunia Allah bagi masyarakat, seperti yang Tuhan
Sebaliknya, jika pemerintah menganiaya orang- kehendaki. Badan penegak hukum di Indonesia
orang Kristen (Gereja Yesus Kristus), melakukan memiliki tugasnya masing-masing, selain tugas-tu-
ketidakadilan, mendukung kejahatan moral, meng- gas tersebut di atas. Tugas Polisi adalah memelihara
injak-injak hak orang-orang lemah dan tidak ber- ketertiban dan menjamin keamanan umum; men-
daya, dan jenis kejahatan lainnya, maka pemerintah- cegah dan memberantas kejahatan; memelihara
an seperti itu, tidak dapat dipandang sebagai „peme- keselamatan masyarakat, benda dan orang; men-
rintah yang ditetapkan Allah‟. Karena kejahatan-ke- yelidiki kasus; memberi pertolongan, mengusahkan
jahatan seperti itu, bertentangan dengan kehendak ketaatan warga negara terhadap peraturan-peraturan
dan tujuan Allah melalui praktek pemerintahan. Tu- negara serta menjaga dan mengatur lalu lintas
juan Allah adalah supaya melalui hamba-hamba- (Arief, 2001, p. 2). Tugas jaksa adalah menerima
Nya, para pejabat pemerintahan yang melakukan dan memeriksa berkas perkara penyelidik dari pen-
tindakan-tindakan jahat dihukum secara benar, adil yidik atau penyidik pembantu, memberikan per-
dan kasih bagi semua pihak (Baruch, 1996, p. 68). panjangan penahanan, membuat surat dakwaan, me-
Implementasi kekuasaan negara adalah demi ke- limpahkan perkara ke pengadilan, melakukan penun-
pentingan keadilan, kebenaran dan kasih karunia tutan, menutup perkara demi kepentingan umum,
Allah bagi semua. Tuhan adalah adil dan karena itu melaksanakan penetapan hakim dan sebagainya
tugas pemerintah adalah berlaku dan bertindak (Kansil, 1989). Tugas hakim yang lain adalah mem-
seadil-adilnya dalam kasih dan kebenaran Allah. beri kesempatan kepada si terhukum untuk membela
Pemerintah dipanggil dan ditetapkan untuk meng- diri terhadap tuduhan-tuduhan jaksa dan para saksi.
hormati dan menjamin hak-hak seseorang serta me- Tugas dari Mahkamah Agung adalah memeriksa dan
ngutamakan kepentingan umum daripada kepen- memutuskan permohonan kasus sengketa tentang

Morris Phillips Takaliuang, Hukuman Mati Di Indonesia Menurut Perspektif Alkitab …. 217
kewenangan mengadili dan permohonan peninjauan teraan, rasa aman dan tenteram kepada mereka, se-
kembali putusan pengadilan yang telah memperoleh hingga ia dapat dipercaya; caranya adalah membela
kekuatan hukum tetap (Kansil, 1989). orang benar dan mengadili orang yang salah tanpa
Dalam menjalankan tugas, sebagai penegak pandang muka, kedudukan, kekayaan dan jabatan
hukum Kristen yang berwawasan Aklitab, wajib me- seseorang (J. Verkuyl, 2010, p. 101), (4) Bertang-
miliki visi kristiani yang jelas tentang kasih dan gung jawab kepada diri sendiri, hal tersebut dapat di-
keadilan Allah, mempunyai motivasi yang murni wujudkan dengan berlaku jujur terhadap diri sendiri,
dari Allah, memiliki kesungguhan bekerja, dan men- dapat menerima diri sendiri apa adanya dan tidak
jaga persahabatan yang baik dengan rekan sekerja boleh merasa diri bersalah, sehingga dapat menja-
dan masyarakat. Sebelum menjalankan tugas dan lankan tanggung jawab dengan baik dan rasa aman
pekerjaan, selalu memprioritaskan Tuhan dalam hi- dan (5) Bertanggung jawab untuk selalu menjadi
dup pribadinya, supaya selalu mengalami bantuan garam dan terang Kristus di tengah-tengah dunia
Tuhan dan hikmat dari Tuhan. Penegak hukum peradilan dan hukum. Dengan demikian dapat men-
Kristen harus selalu menggunakan kekuasaan, ke- cegah pelanggaran, kebusukan dan kerusakan prak-
adilan dan cinta kasih Allah kepada sesama secara tik-praktik hukum di Indonesia (Mat. 5:13-16).
proporsional dan bertanggungjawab. Sebagai warga
negara yang baik, orang-orang Kristen wajib bekerja Pengambilan Keputusan Penegak Hukum Kristen
sama dengan pemerintah dalam menjalankan dan Indonesia adalah negara yang agamis dan
memperlancar roda pemerintahan supaya tercapai berpancasila, dengan keyakinan bahwa Tuhanlah
apa yang diharapkan masyarakat dan bangsa, yakni yang berhak memberi hak hidup dan Tuhan jugalah
hidup yang aman, damai dan sejahtera dengan se- yang berhak mencabut hidup atau nyawa manusia.
sama, diri sendiri dan Tuhan. Hak Tuhan ini, wajib dikembalikan kepada-Nya dan
tidak boleh diambil alih siapa pun juga. Ini adalah
Tanggung Jawab Penegak Hukum Kristen hak asasi Tuhan yang tidak boleh dilanggar oleh hu-
Istilah „tanggung jawab‟ berkaitan dengan kum, peraturan dan ketentuan-ketetuan yang dibuat
kata „jawab‟. Bertanggung jawab berarti dapat men- oleh manusia. Biarkan Tuhan berdaulat atas hak-Nya
jawab, jika ditanya tentang perbuatan-perbuatan sebagai Pemberi dan pencabut Nyawa seseorang.
yang dilakukan. Tanggung jawab berarti orang tidak Jangan dilanggar oleh manusia, nantinya akan men-
boleh mengelak, apabila diminta penjelasan tentang dapat penghukuman Allah di dunia dan akhirat.
perkataan dan perbuatannya. Jawaban itu harus di- Kenyataannya, Lembaga pengadilan dan para hakim
berikan kepada Tuhan, masyarakat dan diri sendiri serta penegak hukum lainnya, berhak mencabut hi-
(Berten, 1993, p. 125). Penegak hukum Kristen da- dup dan nyawa seseorang di negeri ini, melalui vonis
lam menjalankan profesinya, bertanggung jawab ke- mati. Pertanyaannya adalah apakah kedudukan, we-
pada Tuhan Allah, pemerintah dan masyarakat. wenang para penegak hukum itu sama persis
Tanggung jawab tersebut dapat diwujudkan dengan: semuanya dengan hak, wewenang dan kuasa sang
(1) Terus mendoakan negara dan pemerintah supaya Pencipta, Hakim Maha Agung itu? Di sisi lain, para
disana ada rasa dan kesadaran takut akan Tuhan, da- polisi, jaksa, hakim adalah manusia biasa yang juga
lam pelaksanaan tugas-tugas hukum dan peradilan, turut bertanggung jawab memberi vonis mati kepada
(2) Bertanggung jawab menasehati para penegak seorang atau beberapa orang penjahat. Bukankah
hukum lainnya supaya berlaku jujur dalam mereka hanya manusia biasa yang menjalankan
menegakkan keadilan dan kebenaran dan (3) Ber- tugasnya berdasarkan ketentuan Undang-Undang
tanggung jawab kepada masyarakat, dengan cara, negara? Bukankah mereka juga bertindak untuk
mengusahakan, memelihara dan memberi kesejah- suatu kepentingan yang lebih besar yakni kepenting-

218 Volume 4, Nomor 2, Juli 2020


an masarakat luas dan negara ini? Lalu bagaimana Kristen, harus mencari kehendak Tuhan,walaupun
dengan kepentingan Tuhan di dalam konteks seperti mungkin tidak sesuai dengan kehendak manusia
ini? Pertanyaan seperti ini dan pertanyaan lainnya (Brownlee, 2015, p. 29). Selain itu sebagai orang
yang searah dengan itu, patut untuk direnungkan Kristen, dalam pengambilan keputusan, haruslah
oleh seluruh elemen masyarakat, utamanya mereka didasarkan pada doa yang benar dan sunguh-sung-
yang bertugas dan bertanggung jawab dalam pe- guh. Doa perlu dipandang bukan hanya sebagai jalan
negakkan hukum dan keadilan. Dan lebih khusus untuk memohon bimbingan Tuhan untuk suatu ke-
lagi bagi para penegak hukum Kristen yang tidak putusan yang sulit, tatapi juga sebagai cara meng-
lain adalah „hamba-hamba Allah‟ di dunia hukum akrabkan orang percaya dengan Tuhan (Brownlee,
dan peradilan? 2015, p. 241). Sebagai penegak hukum Kristen, para
Hukuman mati, bukan harga mati untuk me- penegak hukum perlu selalu hidup di dalam hikmat
menuhi prinsip penegakan hukum. Hukuman mati Roh Kudus dan Alkitab, yang memampukannya
wajib dilihat dari aspek rasa kemanusiaan dan rasa mengenal kehendak Allah dalam mempertimbang-
keadilan serta dari aspek hati nurani manusia itu sen- kan, menganalisis dan mengambil keputusan-kepu-
diri. Bukan saja dari sudut si Pelaku tetapi juga dari tusan hukum. Para penegak hukum Kristen, dalam
sudut pandang si korban. Sejatinya pemerintah, mas- mengambil keputusan, tidak hanya bertolak dari
yarakat maupun penegak hukum saat ini, hanya peraturan perundangan saja (karena peraturan mana-
melihat dari kacamata formalitas saja, ketika hakim pun selalu ada titik lemahnya), tetapi juga harus
memponis mati seseorang. Tetapi jangan lupa bahwa berdasar pada sumber kebenaran Kristen yakni,
polisi, jaksa dan hakim hanya bisa berpijak dan me- Allah Tritunggal dan hikmat Alkitab di dalam inspi-
ngetok palu keadilan menurut kitab undang-undang rasi dan iluminasi Roh Kudus. Karena setiap orag
negara yang dibuat oleh manusia, dalam hal ini oleh Kristen sudah mengetahui kebenaran Allah ini, bah-
pemerintah, tetapi belum tentu menurut suara hati wa manusia telah diciptakan serupa dan segambar
manusia yang murni. Suara hati manusia yang murni dengan diri-Nya (Kej. 1:26-28), dan berharga di
adalah hukum Allah yang tertanam di dalam diri mata Tuhan (Yes. 43:4). Allah saja sebagai Pencipta
manusia, yang mengingatkan manusia siapa sebe- manusia, sangat mengasihi orang-orang berdosa
narnya dirinya ini (Rm. 2:14-16). Ayub 44:22b me- (Yes. 1:18), termasuk mereka yang dihukum mati
negaskan: „Karena Ia (Allah) mengetahui rahasia menurut undang-undang buatan manusia yang ban-
hati.‟ Melalui keberadaan hati nurani ini, manusia yak kelemahannya, apalagi para penegak hukum
tidak dapat menipu dirinya sendiri (White, 2015). Kristen yang diciptakan menurut rupa Allah,
Oleh karena itu, penegak hukum Kristen, harus seharusnya, wajib mengasihi para penjahat yang di-
mengetahui bagaimana mengambil keputusan yang dakwa hukuman mati itu. Firman Allah berkata,
benar sesuai dengan ‟kehendak Tuhan‟ dan bagai- dalam situasi seperti ini, orang Kristen harus lebih
mana mengatasi kejahatan sehingga tidak merugikan taat kepada Allah dari pada kepada manusia (Kis.
diri sendiri, orang lain, si korban dan kebenaran itu 4:19).
sendiri.
Pada umumnya, orang-orang Kristen ber- KESIMPULAN
pendapat bahwa Allah adalah pusat dan sumber dari Di kalangan orang-orang Kristen sendiri,
semua yang baik dan benar. Allah adalah Hakim terdapat tiga pandangan tentang ketentuan dan
yang terakhir yang memutuskan apa dan siapa yang pelaksanaan hukuman mati. Kelompok Rehabili-
benar serta apa dan siapa yang salah. Semua moral- tasionisme, menolak ketentuan dan pelaksanakan
itas tunduk kepada ketentuan-Nya. Oleh sebab itu, di hukuman mati untuk jenis kejahatan apapun juga.
dalam pengambilan keputusan, para penegak hukum Alasannya adalah bahwa tujuan dari keadilan untuk

Morris Phillips Takaliuang, Hukuman Mati Di Indonesia Menurut Perspektif Alkitab …. 219
memperbaiki bukan untuk menghukum. Yehezkiel hukuman mati, batal dan tidak berlaku lagi, karena
18:23 menegaskan Allah tidak senang dengan ke- Tuhan Yesus Kristus, melalui karya penebusannya
matian orang fasik, tetapi berkenan kepada per- (mati di salib, bangkit dari kematian dan akan datang
tobatannya, supaya ia hidup‟ (2 Ptr. 3:9)‟. Kelompok kembali) telah menanggung, memikul dan me-
Retribusionisme menganjurkan hukuman mati bagi nyelesaikan masalah dosa, pelanggaran dan kejahat-
beberapa kejahatan besar dan serius. Alasannya an manusia. Jika selaku masyarakat, bangsa dan
karena hukuman mati sudah diberlakukan sejak negara, dunia hukum dan peradilan, ingin meng-
manusia pertama, Adam dan Hawa (Kej. 4), ke- hormati dan mentaati Allah, firman-Nya dan karya-
mudian berlaku pada zaman Nuh, Musa dan Allah Nya, maka perlu berjuang terus untuk meng-
telah memberi kuasa kepada pemerintah-pemerintah hapuskan dan meniadakan ketentuan dan pelak-
untuk melaksanakannya sampai hari ini (Rm. sanaan hukuman mati di dunia ini, terutama di Indo-
13:1,4). Kelompok Rekonstruksionisme mendukung nesia. Semua ketentuan dan pelaksanaan hukuman
ketentuan dan pelaksanaan hukuman mati untuk mati di dunia ini harus diakhiri dan ditiadakan sama
kejahatan-kejahatan yang serius. Alasannya karena sekali dari bumi milik Tuhan ini, supaya kebenaran,
hukum moral Allah yang diberikan kepada Musa, keadilan, kasih dan kebenaran Tuhan boleh terwujud
tidak pernah dibatalkan. Hukum moral ini adalah dan membumi di negeri ini. Paling kurang itulah
cerminan sifat Allah (Mat. 5:17). Jadi hukuman doa, harapan dan perjuangan di dunia hukum dan
mati dapat diterapkan karena sesuai dengan Alkitab peradilan Indonesia. Para penegak hukum Kristen,
Dalam Alkitab ketentuan dan pelaksanaan harus berada di garis depan dalam perjuangan ini.
hukuman mati dapat dikategorikan dalam tiga fase: Semoga Tuhan menyertai usaha dan perjuangan ini.
(1) Dalam zaman Musa, hukuman mati diberlakukan Para penegak hukum Kristen di Indonesia,
untuk pelanggaran dan dosa terhadap Allah, seperti adalah hamba-hamba Tuhan di dunia hukum dan
penyembahan berhala (Kel. 22:30), berpaling kepada peradilan. Karena itu mereka memiliki peran khusus
ilmu sihir dan arwa orang mati (Kel. 22:8; Im. 20:6- untuk menegakkan hukum dan keadilan di Indonesia
7), menghujat nama Tuhan (Im. 24:14) dan tidak sebagai garam, terang dan ragi dari Kristus bagi
menguduskan hari Sabat (Bil. 15:32); (2) Pelang- persoalan hukum dan pelaksanaannya yang belum
garan dan dosa terhadap sesama manusia seperti berkeadilan. Mereka adalah agen Tuhan yang ber-
membunuh manusia termasuk anak kecil (Kej. 9:6; tugas memperbaiki dan memperbaharui serta men-
Im. 20:1-5), mengutuk orang tua (Im. 20:9),dan ciptakan ketentuan dan pelaksanaan hukuman mati
segala bentuk perzinahan (Im. 20:10-21); dan (3) Di yang bernilai Alkitabiah-theologis di Indonesia.
dalam Perjanjian Baru, ketentuan dan pelaksanaan

DAFTAR RUJUKAN
Arief, B. N. (2001). Beberapa Aspek Kebijakan Berten, K. (1993). Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka
Penegakan Dan Pengembangan Hukum Utama.
Pidana. Bandung: PT. Citra Aditya Bakty. Brownlee, M. (2015). Pengambilan Keputusan Etis
Baruch, M. T. (1996). Ucapan Paulus Yang Sulit. dan Faktor-faktor Di Dalamnya. Jakarta:
Malang: SAAT. BPK Gunung Mulia.
Baruch, M. T. (2010). Ucapan-Ucapan Yesus yang Darmawan, I. P. A., & Asriningsari, A. (2018). Buku
Sulit. Malang: SAAT. Ajar Penulisan Karya Ilmiah. Ungaran:
Bergant, D., & Karris, R. J. (2002). Tafsiran Alkitab Sekolah Tinggi Teologi Simpson.
Perjanjian Lama. Yogyakarta: Kanisius. End, T. V. D. (2015). Tafsiran Alkitab Surat Roma.
Jakarta: BPK Gunung Mulia.

220 Volume 4, Nomor 2, Juli 2020


Geisler, N. l. (2000). Etika Kristen, Pilihan dan Isu. Surjountoro, S. (1974). Kamus Istilah Hukum.
Malang: SAAT. Surabaya: PT Bina Ilmu.
Hamzah, A., & Rahayu, S. (1983). Suatu Tinjauan Susanto, H. (2019). Gereja sebagai Umat Allah dan
Ringkas Sistim Pemidanaan di Indonesia. Rekan Negara. Jurnal Jaffray, 17(1), 35–56.
Jakkarta: Akamindo Presindo. Sutoyo, D. (2019). Tinjauan Teologis terhadap
Kansil, C. S. T. (1989). Pengantar Ilmu Hukum dan Wacana Penerapan Hukuman Mati bagi
Tata Hukum Indonesia. Jakarta: Balai Pelaku Tindak Pidana Korupsi di Indonesia.
Pustaka. DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan
Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana dan Kristiani, 3(2), 171–198.
Penjelasannya. (1982). Surabaya: Sinar https://doi.org/10.30648/dun.v3i2.195
Wijaya. Teney, M. C. (1980). The Zondervan Pictorial
Lemek, J. (2003, Februari). Setuju Hukuman Mati Encyclopedia Of The Bible. The Zondervan
Terhadap Kejahatan Luar Biasa. Majalah Publishing House.
Gloria Edisi 136, 3. Tim Penterjemah Badan Pembinaan Hukum
Lubis, T. M. (2005, Januari). Hapuskan Hukuman Nasionaal Departemen Kehakiman. (1983).
Mati. Majalah Tempo, 23, 44. KUHP. Jakarta: Sinar Harapan, Anggota
Naiborhu, N. S. (2016). Pandangan Agama Kristen IKAPI.
Terhadap Pidana Mati. Jurnal Wawasan Tjokro, R. (2003, Februari). Prinsip Gereja Menolak
Yuridika, 33(2), 141–152. Hukuman Mati. Majalah rohani Gloria
https://doi.org/10.25072/jwy.v33i2.100 Edisi 136, 5.
Octavianus, P. (2015). Menuju Indonesia Jaya Unger, M. F., & White, W. (1980). Nelson’s
(2005-2030) dan Indonesia Adidaya (2030- Expository Dictionary of the Old Testamen.
2055). Batu: YPPIB. C. Nashville: Thomas Nelson Publiser.
Rachman, F. (2018). Implementasi Nilai Pancasila Verkuyl, J. (2010). Etika Kristen, Ras, Bangsa,
Terhadap Hukuman Mati Tindak Pidana Gereja dan Negara. Jakarta: BPK Gunung
Narkotika. PRANATA HUKUM, 13(2). Mulia.
Diambil dari Verkuyl, J. J. (1997). Etika Kristen Bagian Umum.
http://jurnal.ubl.ac.id/index.php/PH/article/v Jakarta: BPK Gunung Mulia.
iew/1060 White, J. (2015). Kejujuran, Moral dan hati Nurani.
Sahetapy, J. E. (1982). Studi Khusus Mengenai Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Ancaman pidana Mati Terhadap Zainal, M. (1984). Pidana Mati Dihapus atau
Pembunuhan Berencana. Jakarta: CV Dipertahankan. Yogyakarta: Hamindito.
Rajawali. Zaluchu, S. E., & Gulo, E. K. (2019).
Saleh, R. (1978). Masalah Pidana Mati. Jakarta: (De)Legitimasi Hukuman Pidana Mati:
Aksara Baru. Sebuah Pertimbangan Etis. EPIGRAPHE:
Salmi, A. (1985). Eksistensi Hukuman Mati. Jakarta: Jurnal Teologi Dan Pelayanan Kristiani,
Aksara Persada. 3(1), 41–52.
Sihombing, L. (2014). Pengantar Etika Kristen. https://doi.org/10.33991/epigraphe.v3i1.54
Batu: STT I-3. Zodhiates, S. (1996). Hebrew Greek Key Word To
Sitompul, A. A. (2015). Manusia dan Kebudayaan, Study Bible. Chattanoga: AMG Publisher.
Theologia Anthropologi. Jakarta: BPK
Gunung Mulia.

Morris Phillips Takaliuang, Hukuman Mati Di Indonesia Menurut Perspektif Alkitab …. 221

You might also like