You are on page 1of 13

PENGARUH CEKAMAN ABIOTIK TERHADAP EKSPRESI GEN DAN

KONSENTRASI METABOLIT SEKUNDER PADA Catharanthus roseus

Nur Ahmad Rudin


Departemen Biologi Tropika, Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada
Corresponding author: nur.ahmad.rudin@mail.ugm.ac.id

Abstract

Catharanthus roseus is a medicinal plant that widely known as an important pharmaceutical source through
secondary metabolites, especially Indole Alkaloid Terpenoid (TIA) with vincristine and vinblastine in the
treatment of cancer. Primary and specific metabolisms are closely related. Primary metabolism plays a role in
providing precursors to secondary metabolism. Environmental stress can reduce the productivity of primary
metabolites and increase secondary metabolite products. The effect of increasing secondary metabolic activity
will increase the quality and efficacy of plant simplicia drugs. Based on this, environmental stress plays a role in
increasing the induction and concentration of certain secondary metabolites in plants. This review aims to
determine the effect of abiotic stress on secondary metabolite concentrations in C. roseus. The results showed
that primary and secondary metabolites in plants are interrelated because primary metabolites in plants can
serve as precursors and signals for synthesis of secondary metabolite. Molecular understanding of these
interconnections is important as a novel metabolic engineering approach to enhance the biosynthesis of the
important secondary metabolites of C. roseus. The sucrose-breaking enzyme, CWIN plays an important role in
modulating various secondary metabolic pathways in the planta. There are three CWIN isoforms in C. roseus
that show specific differential expression in the tissue pattern. CrCWIN2 was found to have the catalytic site
required for an invertase function. Gene expression analysis is needed to outline possible correlations between
expression patterns of CWIN, TIA isoforms, phenylpropanoid biosynthesis genes, sucrose metabolism genes and
growth/antioxidant genes under abiotic stress conditions which are known to affect vindoline and catarantin
production in C. roseus. Sucrose supplementation increases the expression of CWIN and secondary metabolic
genes, levels of vindolin, catarantin, geraniol, fisetin, coumarin and cinnamic acid. The interconnection between
primary and secondary metabolism is confirmed by overexpression of CrCWIN2.

Keywords: Catharanthus roseus, abiotic stress, gene expression, secondary metabolite

PENDAHULUAN spasial pada tanaman, vindolin


Catharanthus roseus merupakan terlokalisasi dalam latisifer dan idioblast
salah satu jenis tanaman obat yang sedangkan katarantin disekresikan ke
dikenal luas, digunakan sebagai sumber permukaan daun dan terakumulasi dalam
farmaseutikal penting khususnya melalui eksudat lilin. Oleh karena itu produksi
metabolit sekunder, terutama Terpenoid vinkristin dan vinblastin terbatas pada
Indole Alkaloid (TIA) dengan vinkristin jumlah jejak planta (Ahmad et al., 2018).
dan vinblastin yang digunakan dalam Produksi vinkristin dan vinblastin
pengobatan kanker (Moudi et al., 2013). dilakukan oleh pasangan kimia dari
Dimerisasi vindolin dan katarantin banyak prekursor monomer-vindolin dan
menghasilkan vinblastin di planta, yang katarantin. Peningkatan prekursor
selanjutnya dikonversi menjadi tersebut pada planta dapat menjadi
vinkristin. Prekursor monomerik, pendekatan untuk mendapatkan metabolit
vindolin dan katarantin dipisahkan secara sekunder sebagai bahan obat anti kanker

262
ISSN e-journal 2579-7557
Nur Ahmad Rudin: Pengaruh Cekaman Abiotik terhadap Ekspresi Gen dan
Konsentrasi Metabolit Sekunder pada Catharanthus Roseus

dengan konsentrasi lebih tinggi. Hasil 2016). CWIN memodulasi kadar


yang rendah dari anti kanker TIA metabolit sekunder pada planta. Peran
menyebabkan berbagai studi biokimia penting CWIN dalam metabolisme
dan molekular dilakukan untuk primer dan sekunder belum banyak
mempelajari metabolisme sekunder dan diteliti dalam tanaman obat apapun,
usaha meningkatkan konsentrasi TIA termasuk C. roseus. Pemahaman
dalam C. roseus (Alam et al., 2017). interaksi antara metabolisme primer dan
Sebagian besar penelitian sekunder pada tingkat molekular yang
menunjukkan bahwa metabolisme melibatkan enzim dan gen penting dapat
primer dan khusus saling terkait erat. digunakan untuk mengungkap cara baru
Metabolisme primer berperan yang memungkinkan memanipulasi
memberikan prekursor pada metabolisme biosintesis metabolit sekunder pada
sekunder. Sukrosa dan produk heksosa planta.
(glukosa dan fruktosa) memegang peran Produk utama penyimpanan pada
penting dalam metabolisme primer dan tanaman ialah sukrosa dan pati. Cekaman
sekunder. Sukrosa dan produk heksosa lingkungan dapat berdampak negatif bagi
bertindak sebagai molekul pemberi sinyal pertumbuhan tanaman. Faktor-faktor
dan menyediakan kerangka karbon untuk seperti iklim, edafil, zat polutan buatan,
produksi metabolit sekunder (Caretto et dan kompetisi dengan makhluk hidup lain,
al., 2015). Cross-talk antara karbon dan dapat mempengaruhi pembentukan
metabolit sekunder telah dilaporkan senyawa metabolit sekunder. Cekaman
dalam trikoma kelenjar, dimana energi lingkungan dapat digunakan sebagai
dan pengurangan daya dari fotosintesis strategi untuk mengoptimalkan produksi
dialihkan untuk mencapai produktivitas senyawa tertentu pada tanaman. Faktor
metabolit sekunder yang tinggi (Balcke et lingkungan seperti defisit air, kekeringan,
al., 2017). CWIN (Cell Wall Invertase) temperatur, mineral, logam berat, dan
merupakan enzim kunci dalam patogen dapat meningkatkan metabolit
metabolisme sukrosa yang mengkatalis sekunder tertentu pada tanaman obat.
pemecahan irreversibel sukrosa menjadi Respon tanaman terhadap cekaman
glukosa dan fruktosa. Selain itu, juga menurunkan produktivitas metabolit
berperan dalam pleiotropis seperti respon primer dan meningkatkan produk metabolit
cekaman pensinyalan gula, sekunder. Pengaruh dalam meningkatkan
perkembangan bunga, buah dan aktivitas metabolisme sekunder, akan
perkecambahan (Liu, Offler and Ruan, meningkatkan mutu dan khasiat obat
263
ISSN e-journal 2579-7557
Jurnal Pro-Life Volume 7 Nomor 3, November 2020

simplisia tanaman (Trisilawati & Pitono, dipengaruhi oleh tekanan abiotik. Berbagai
2012). Berdasarkan hal tersebut, cekaman penelitian telah dilakukan untuk
lingkungan berperan meningkatkan induksi memahami respon transkripsi gen
dan konsentrasi metabolit sekunder biosintesis TIA di bawah kondisi yang
tertentu pada tanaman sehingga diperlukan mempengaruhi metabolisme alkaloid.
review ini untuk mengetahui pengaruh Penelitian RNA-Seq telah dilakukan untuk
cekaman abiotik terhadap konsentrasi memahami modulasi transkriptomik dalam
metabolit sekunder pada tanaman C. berbagai kondisi (S. Kumar et al., 2014).
roseus. Tujuan dari review ini adalah Gongora-Castillo et al. (2012)
mengetahui pengaruh cekaman abiotik berhasil meneliti profil urutan dan ekspresi
yang meliputi cekaman dingin, kekeringan, transkriptom C. roseus. Ditemukan bahwa
salinitas, suplementasi sukrosa, UV, dan gen biosintesis vinblastin diregulasi naik
pelukaan terhadap ekspresi gen dan dalam merespon perlakuan methyl
konsentrasi metabolit sekunder pada jasmonat. Sun et al. (2016) meneliti respon
tanaman C. roseus. transkripsional terhadap ekspresi berlebih
Anthranilate Synthase (AS) dalam rambut
METODE PENELITIAN akar C. roseus transgenik. Ditemukan
Penelitian ini dilakukan dengan bahwa asam amino aromatik, asam lemak,
metode studi pustaka. Seluruh pustaka glutathione dan gen metabolisme alfa–
yang berkaitan dengan cekaman abiotik, linolenat secara signifikan diregulasi naik
ekspresi gen dan metabolit sekunder pada sedangkan glikolisis/ glukoneogenesis,
C. roseus dikumpulkan lalu dikaji. Hal gula amino dan gula nukleotida, pati–
demikian bertujuan agar didapatkan sukrosa, sistein–metionin dan gen
informasi dengan lengkap dan sudah metabolisme piruvat diturunkan
terbukti secara ilmiah. Data yang regulasinya. Hal tersebut menunjukkan
didapatkan dianalisis dan dijelaskan secara kemungkinan modulasi pada jalur
deskriptif kualitatif untuk mengetahui metabolisme primer dan sekunder karena
pengaruh cekaman abiotik terhadap kosentrasi AS berlebih. Liu et al. (2014)
ekspresi gen dan konsentrasi metabolit mempelajari respon transkriptomi C.
sekunder pada C. roseus. roseus terhadap the peanut witches' broom
HASIL DAN PEMBAHASAN (PnWB) melalui infeksi fitoplasma dengan
Metabolisme TIA pengurutan transkriptomik. Ditemukan
Metabolisme TIA khususnya banyak stimulis abiotik dan biotik terkait
biosintesis vindolin dan katarantin gen serta fotosintesis, perkembangan
264
ISSN e-journal 2579-7557
Nur Ahmad Rudin: Pengaruh Cekaman Abiotik terhadap Ekspresi Gen dan
Konsentrasi Metabolit Sekunder pada Catharanthus Roseus

kloroplas dan energi gen metabolisme dingin. Selain itu, berdasarkan penelitian
diregulasi meningkat. Ini menunjukkan Nishanth et al. (2018) menunjukan
perubahan dinamis dalam metabolisme penuruan ekspresi gen disebabkan
primer dan ekspresi gen terkait cekaman. perbedaan spesifik pada spesies tanaman.
Moerkercke et al. (2013) Sebagai respon terhadap cekaman
mengkonstruksi CathaCyc, database jalur temperatur rendah, tanaman memodulasi
metabolik C. roseus berdasarkan data ekspresi gen yang terlibat dalam
RNA-Seq. Korelasi antara pola ekspresi metabolisme gula terlarut, pengangkutan
gen CWIN dan biosintesis TIA belum dan pemecahan pati sehingga akan
banyak diteliti. Daun C. rosesus yang mengakumulasi gula termasuk sukrosa dan
diberi perlakuan cekaman temperatur heksosa yang bertindak sebagai
dingin, radiasi UV, pelukaan, dan sukrosa cryoprotectants (Redondo-Gomez, 2013).
eksogen dapat dipelajari pola ekspresi gen Dengan demikian, cascade dari gen
utama yang terlibat dalam biosintesis TIA metabolisme gula, komponen transporter
dan efek simultan pada jalur metabolisme dan pensinyalan (seperti kinase) terlibat
lainnya, karbohidrat, metabolisme dalam respon cekaman dingin di planta.
fenilpropanoid dan antioksidan/gen terkait Perbedaan pola ekspresi dari gen–gen
pertumbuhan (Nishanth et al., 2018). tersebut bervariasi dalam spesies secara
Cekaman Dingin spesifik. Adapan gen metabolisme TIA,
Cekaman dingin mengakibatkan SLS, TDC, STR dan PRX1 diinduksi
peningkatan regulasi gen yang secara signifikan, menunjukkan
memetabolisme sukrosa (CrCWIN1, kemungkinan peran TIA dalam respon
CrCWIN3, dan SUSY), sedangkan regulasi cekaman dingin. Peroksidase memberikan
SPS diturunkan. Gula seperti glukosa, toleransi terhadap cekaman dingin. Pola
fruktosa, sukrosa, rafinosa, dan stasiosa ekspresi diferensial diamati pada gen
yang dikenal sebagai cryoprotectants, biosintesis fenilpropanoid, khusus
terutama terlibat dalam melindungi flavonoid memberikan toleransi
integritas membran sel dengan mengurangi pembekuan dengan mencegah agregasi
dehidrasi yang diinduksi pembekuan protein. Penelitian serupa pada A. thaliana
(Redondo-Gomez, 2013). Respon dingin memiliki pola yang sedikit berbeda,
menyebabkan peningkatan regulasi dimana PAL ditemukan diregulasi bersama
isoform SUSY dan CWIN. Hal tersebut sebagian besar gen metabolisme
juga terjadi pada SPS yang mengalami karbohidrat. Gen antioksidan CAT dan
peningkatan regulasi di bawah cekaman SOD diturunkan saat SAG telah diregulasi,
265
ISSN e-journal 2579-7557
Jurnal Pro-Life Volume 7 Nomor 3, November 2020

menunjukkan PRX1 kemungkinan Cekaman Salinitas


memiliki peran sebagai antioksidan yang Cekaman salinitas memiliki berbagai
lebih dominan dibandingkan dengan CAT efek pada ekspresi gen metabolisme
dan SOD (Nishanth et al., 2018). sukrosa, dimana CrCWIN1 dan CrCWIN2
Cekaman kekeringan diinduksi tinggi, sementara CrCWIN3 dan
Cekaman kekeringan ditemukan SPS ditekan. Osmoregulasi adalah aspek
memiliki efek buruk dengan penuruan kunci dalam toleransi salinitas pada
regulasi metabolisme. Gen metabolisme tanaman dan beberapa osmolit utama
karbohidrat sebagian besar tidak diatur. seperti prolin, gula, dan poliol yang
Kekeringan menghambat pertumbuhan memiliki peran penting dalam mengurangi
tanaman, mengganggu hubungan mineral– cekaman salinitas sehingga menyebabkan
nutrisi, dan merusak metabolisme karena peningkatan kadar gen metabolisme gula.
perubahan metabolisme karbon Gen metabolisme TIA, TDC, STR dan
fotosintetik. Sementara dua gen biosintesis PRX1 diregulasi naik, sementara DAT
TIA, yaitu DAT dan TDC ditekan, diregulasi turun.
peningkatan regulasi cukup tinggi terjadi Alkaloid diketahui memberikan
pada STR dan PRX1 yang kemungkinan toleransi salinitas terhadap tanaman
berkaitan dengan peningkatan tekanan sehingga semakin menguatkan perannya
turgor. Gen biosintesis fenilpropanoid dalam mengurangi cekaman salinitas
menunjukkan pola ekspresi diferensial. (Nahar et al., 2016). Terjadi peningkatan
Peningkatan kadar fenolik dan gen kadar CWIN, STR, TDC dan PRX1 karena
biosintesisnya merupakan karakteristik dari salinitas memberikan prospek crosstalk
jaringan yang mengalami kekeringan (Gall molekul antara karbohidrat dan jalur
et al., 2015). biosintesis TIA. Gen fenilpropanoid PAL
Pengerasan dinding sel selama diinduksi, sementara CHS ditekan.
kekeringan dikaitkan dengan peningkatan Perlakuan salinitas dapat meningkatkan
biosintesis lignin yang merupakan turunan biosintesis gen fenilpropanoid pada
dari jalur fenilpropanoid. Gen antioksidan safflower, spesies Salvia dan Caragana
menunjukkan tren yang berbeda, sementara korshinskii (Valifard et al., 2015).
SAG meningkat pada musim kering. Suplementasi Sukrosa
Kekeringan menyebabkan modulasi rasio Perlakuan suplementasi sukrosa
C/N, penurunan pertumbuhan dan penuaan eksogen memiliki efek signifikan pada
daun pada Sorghum (Chen et al., 2015). gula terlarut, fenilpropanoid dan gen
metabolisme TIA, dimana ekspresi
266
ISSN e-journal 2579-7557
Nur Ahmad Rudin: Pengaruh Cekaman Abiotik terhadap Ekspresi Gen dan
Konsentrasi Metabolit Sekunder pada Catharanthus Roseus

sebagian besar gen diregulasi naik. kerusakan pada fotosistem disebabkan oleh
Perlakuan sukrosa menghasilkan radiasi UV–B. Selanjutnya, CHS diregulasi
peningkatan regulasi yang signifikan dari turun sama seperti yang dilaporkan terjadi
CrCWIN2, tetapi tidak pada CrCWIN1 dan pada A. thaliana dimana beberapa gen
CrCWIN3 karena kurangnya kotak metabolisme fenilpropanoid diregulasi
pengikat sukrosa dalam dua isoform ini. turun pada tanaman yang terpapar radiasi
SUSY juga ditemukan diregulasi naik. Gen UV (Hectors et al., 2007). Sensitivitas
biosintesos TIA, G10H, SLS, TDC, STR, tanaman terhadap radiasi UV bervariasi
DXS dan PRX1 ditemukan diinduksi pada spesies tanaman yang berbeda. Gen
secara signifikan. penanda antioksidan dan penuaan SOD dan
Diantara gen fenilpropanoid, PAL SAG diregulasi naik, kemungkinan
dan C4H diregulasi meningkat. Perlakuan menunjukkan peningkatan permintaan
sukrosa menginduksi CWIN dalam untuk mekanisme pembersihan ROS
kentang, bersama dengan gen karena stress UV (Nishanth et al., 2018).
fenilpropanoid utama yang disebabkan Cekaman Pelukaan
oleh hubungan faktor transkripsi (WD40, Cekaman pelukaan mengakibatkan
AN1 dan bHLH) (Payyavula et al., 2013). sedikit regulasi naik pada CrCWIN2,
Perlakuan sukrosa diketahui meningkatkan sambil menekan SPS yang
level terapeutik TIA dan fenilpropanoid. mengindikasikan kemungkinan
Selanjutnya, CAT dan SAG ditekan, peningkatan sukrosa dan pengurangan
menunjukkan kemungkinan pengurangan dalam sintesis. Gula diketahui mengatur
cekaman oksidatif dan penuaan (Nishanth ekspresi gen yang diinduksi luka, seperti
et al., 2018). yang berhubungan dengan patogenesis.
Cekaman UV Dengan demikian menguatkan pengaruh
Perlakuan cekaman UV menurunkan luka pada gen metabolisme gula terlarut.
regulasi CrCWIN1, sedangkaan gen Gen biosintesis TIA (SLS, STR, DXS, dan
metabolisme TIA menunjukkan tren yang PRX1) sebagain besar diregulasi naik.
bervariasi. G10H, DAT dan SLS diregulasi Pada C. roseus, pelukaan diketahui untuk
turun, sedangkan TDC, STR, dan PRX1 mengaktifkan MAP–K yang memediasi
diregulasi meningkat. Peningkatan regulasi pensinyalan cascade dan selanjutnya, gen
juga terjadi dalam ekspresi STR dan TDC. dan regulator jalur biosintesis TIA. Semua
Peningkatan alkaloid yang dimediasi UV gen biosintesis fenilpropanoid ditekan,
dikaitkan dengan sifat penyerap UV pada kecuali C4H. Alokasi sumber daya
tanaman yang berfungsi mencegah kemungkinan diarahkan pada biosintesis
267
ISSN e-journal 2579-7557
Jurnal Pro-Life Volume 7 Nomor 3, November 2020

lignin sebagai respon terhadap luka. cekaman dingin dan pelukaan, tidak ada
Metabolisme TIA pada C. roseus berada di perubahan signifikan. Namun, gen
bawah regulasi ketat pada tingkat biosintesis TIA ditemukan diregulasi naik
transkripsi oleh beberapa faktor transkripsi di bawah kondisi ini yang menunjukkan
seperti ORCA, CrBPF1, CrWRKY1, kemungkinan pengaturan tambahan
CrMYC1, CrMYC2, BIS1, GBF2 dan komponen selain ORCA3 yang beroperasi
ZCTs (Y.-H. Liu et al., 2016). dalam kondisi tersebut. Singkatnya,
Pengaruh Cekaman terhadap perlakuan sukrosa ditemukan secara
Metabolisme TIA bersamaan meningkatkan regulasi
CrWRKY1 mengikat ke promotor CrCWIN2 dan gen metabolisme khusus
TDC dan menghasilkan over ekspresi pada yang utama, bersamaan dengan penurunan
regulasi upregulation beberapa gen, regulasi sistem antioksidan (CAT) dan
terutama mengatur jalur serpentin. CrBPF1 penanda penuaan (SAG). Hal tersebut
(faktor transkripsi MYB), diketahui mengindikasikan pengurangan stress
menekan level TIA. CrGBF1, CrGBF2 dan oksidatif dan penuaan. Kemungkinan
Zinc Finger Transcription Factor–ZCT– terdapat pola co–regulasi dalam jaringan
1,2,3 dikenal sebagai repressor transkripsi gen metabolisme primer dan sekunder
dari biosintesis TIA. ORCA3, faktor sebagai respon penggunaan sukrosa pada
AP2/ERF adalah regulator utama daun C. roseus (Nishanth et al., 2018).
metabolisme primer dan sekunder dalam Metabolisme tanaman mengalami
C. roseus dan memainkan peran penting perubahan signifikan sebagai respon
dalam biosintesis TIA. ORCA3 terhadap cekaman abiotik. Efek perlakuan
mentransaksikan ekspresi strictosidine cekaman terhadap metabolit sekunder C.
synthase (STR), gen biosintesis utama TIA roseus diketahui dengan penilaian tingkat
dengan mengikat elemen 5' upstream–cis, prekursor monomerik antikanker TIA–
jasmonat dan elemen respon elisitor vindolin dan katarantin, bersama dengan
(JERE). bis–indole alkaloid–vinblastin, asam
Lebih lanjut, meningkatkan ekspresi sinamat (produk dari reaksi katalisasi
beberapa gen struktural seperti TDC, D4H, PAL), kumarin, fisetin (fenilpropanoid),
SLS, CPR, DXS dan AS (Fits & dan geraniol (alkohol monoterpenoid
Memelink, 2001). ORCA3 ditemukan dengan peran terbatas dalam biosintesis
diregulasi turun pada perlakuan cekaman TIA) (K. Kumar et al., 2015). Daun C.
sukrosa, UV, salinitas dan kekeringan roseus ditemukan mengandung jumlah
terhadap daun C. roseus. Pada perlakuan TIA terapeutik tertinggi. Oleh karena itu,
268
ISSN e-journal 2579-7557
Nur Ahmad Rudin: Pengaruh Cekaman Abiotik terhadap Ekspresi Gen dan
Konsentrasi Metabolit Sekunder pada Catharanthus Roseus

jaringan daun biasa digunakan untuk cekaman. Cekaman dingin mengakibatkan


menganalisis perubahan jumlah metabolit peningkatan kadar fisetin yang tinggi.
dalam kondisi perlakuan tertentu. Flavonoid diketahui menumpuk sebagai
Perlakuan dingin menyebabkan penurunan respon terhadap tekanan abiotik, sehingga
vindolin secara signifikan, sementara tidak memberikan toleransi terhadap suhu
terjadi perubahan pada katarantin. rendah (Nishanth et al., 2018).
Akumulasi katarantin dan vindolin Cekaman kekeringan menyebabkan
terbukti diturunkan sebagai respon penurunan semua kadar metabolit, kecuali
terhadap cekaman dingin (Dutta et al., fisetin. Kekeringan terbukti menyebabkan
2013). Sebagai prekursor TIA, geraniol variasi dinamis dalam level vindolin dan
ditemukan meningkat pada daun yang katarantin, dimana vindolin ditampilkan
diberi perlakuan cekaman dingin. Pada mengalami tren turun–naik sementara
penelitian terdahulu menunjukkan bahwa katarantin menunjukkan penuruan bertahap
suhu rendah menurunkan kadar geraniol dalam tingkat jaringan C. roseus berkaitan
pada geranium, meskipun mekanisme yang dengan PEG yang diinduksi cekaman
tepat belum diketahui secara jelas. kekeringan (Y. Liu et al., 2017).
Fenilpropanoid membentuk pertahanan lini Kandungan geraniol ditemukan berkurang
pertama melawan cekaman abiotik karena setelah perlakuan kekeringan. Tingkat
potensi antioksidan bawaan. Akumulasi geraniol pada tanaman terbukti tergantung
asam sinamat ditemukan menurun dan pada intensitas cekaman kekeringan,
diketahui lebih lanjut berkorelasi dengan durasi, dan spesies. Kadar asam sinamat
profil ekspresi gen fenilpropanoid, dimana ditemukan menurun, yang berkorelasi
PAL ditemukan penurunan regulasinya. dengan ekspresi gen dimana PAL secara
Namun terdapat hasil penelitian yang signifikan diregulasi menurun. Namun,
kontras, mengindikasikan regulasi penelitian sebelumnya melaporkan hasil
fenilpropanoid spesifik di bawah berbeda. Akumulasi fisetin menunjukkan
temperatur rendah. Tidak ada perubahan peningkatan signifikan pada jaringan yang
yang diamati pada kadar kumarin. Pada diberi cekaman kekeringan dan
daun Arabidopsis, tingkat skolopoletin, kemungkinan peningkatan regulasi
turunan kumarin ditemukan meningkat biosintesis flavonoid yang dimediasi
sebagai respon terhadap cekaman dingin. cekaman kekeringan. Efek berbeda dari
Perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh kekeringan pada biosintesis flavonoid
perbedaan dalam reorganisasi metabolisme dilaporakan pada gandum. Flavonoid
individu tanaman sebagai respon terhadap bertindak sebagai anti-ROS sehingga
269
ISSN e-journal 2579-7557
Jurnal Pro-Life Volume 7 Nomor 3, November 2020

membentuk lini pertama pertahanan flavonoid di bawah cekaman salinitas


terhadap stress oksidatif. Konsentrasi adalah spesifik berdasar spesies, diatur
kumarin ditemukan berkurang. Hasil melalui keberadaan flavonoid yang
serupa diamati pada kasus daun Vitis dominan (Nishanth et al., 2018).
vinifera, dimana sebagian besar senyawa Cekaman UV menghasilkan
fenolik berlimpah mengalami penurunan downregulation TIA dan fenilpropanoid.
yang signifikan, karena spesifitas spesies Sebaliknya, penelitian lain melaporkan
mempengaruhi perubahan metabolit yang induksi TIA berbasis UV melalui
disebabkan cekaman kekeringan (Krol, suplementasi nitrogen pada daun C. roseus.
Amarowicz & Weidner, 2014). Peningkatan level vindolin dan katarantin
Cekaman salinitas menghasilkan juga dilaporkan pada suspensi kultur sel C.
peningkatan kadar vindolin yang rosesus dengan perlakuan radiasi UV.
signifikan, sementara katarantin berkurang Kadar geraniol dan kumarin tidak
drastis. Laporan sebelumnya menunjukkan terpengaruh oleh cekaman UV. Cekaman
efek salinitas bertentangan pada tingkat UV terbukti menghasilkan efek diferensial
biosintesis TIA. Konsentrasi geraniol pada geraniol tanaman yang berbeda,
meningkat dalam jaringan yang diberi terutama disebabkan oleh pensinyalan
perlakuan garam sehingga menunjukkan yang dimediasi ROS. Kadar fenilpropanoid
peningkatan regulasi biosintesis menunjukkan penuruan (asam sinamat dan
monoterpenoid. Pengamatan serupa fisetin) atau tidak ada perubahan
dilakukan pada Coriandrum sativum (kumarin). Hal tersebut berkaitan dengan
berkaitan dengan peningkatan kepadatan perbedaan spesifik tanaman dalam
kelenjar minyak. Konsentrasi asam sinamat mekanisme respon terhadap paparan UV
menunjukkan penurunan yang signifikan (Nishanth et al., 2018).
pada jaringan yang diberi perlakuan garam. Cekaman pelukaan akan menurunkan
Namun, efek cekaman berbeda dari produksi katarantin, vindolin, asam
cekaman garam pada isoform PAL diamati sinamat dan kumarin, sedangkan geraniol
terjadi pada berbagai spesies tanaman (Yan dan fisetin tidak terpengaruh secara
et al., 2016). Karena itu dapat disimpulkan signifikan. Pembentukan alkaloid
efek salinitas terhadap asam sinamat berkurang pada bagian–bagian tanaman
tergantung pada spesies. Level fisetin yang diberi cekaman pelukaan pada C.
menunjukkan penurunan drastis di bawah roseus dikaitkan dengan regulasi
kondisi salinitas. Penelitian lain perkembangan spesifik. Vázquez-Flota et
menunjukkan bahwa pola akumulasi al. (2004) melaporkan bahwa peningkatan
270
ISSN e-journal 2579-7557
Nur Ahmad Rudin: Pengaruh Cekaman Abiotik terhadap Ekspresi Gen dan
Konsentrasi Metabolit Sekunder pada Catharanthus Roseus

kadar vindolin dan ajmalisin dari bibit C. menghasilkan peningkatan regulasi


roseus yang diberi pelukaan, sementara vindolin, katarantin, dan serpentin yang
level katarantin tetap tidak terpengaruh. lebih tinggi dibandingkan dengan
Ester asam sinamat memiliki efek vinkristin (TIA dimer) (Nishanth et al.,
melindungi luka dan metabolit turunan 2018).
fenilpropanoid seperti asetosidringon Kadar vindolin dan katarantin di
berperan dalam respon cekaman pelukaan. planta secara inheren lebih tinggi daripada
Penurunan kadar asam sinamat disebabkan dimer, sehingga memungkinkan para
oleh chanelling senyawa tersebut ke arah peneliti untuk mengkomersilkan in vitro
sintesis metabolit pelindung luka lainnya coupling untuk menghasilkan TIA dimerik
(Nishanth et al., 2018). (Singh et al., 2000). Strategi untuk
Suplementasi sukrosa eksogen meningkatkan kadar vindolin dan
menghasilkan peningkatan regulasi katarantin melalui metabolisme sukrosa di
biosintesis dari semua metabolit. Sukrosa C. roseus diikuti oleh isolasi dan chemical
dapat bertindak sebagai molekul pemberi coupling untuk mendapatkan TIA dimer
sinyal yang menginduksi biosintesis yang akan memacu peningkatan produksi
berbagai metabolit sekunder seperti antikanker TIA. Suplementasi sukrosa
flavonoid dan antosianin. Kadar vindolin dapat meningkatkan produksi metabolit
dan katarantin meningkat secara signifikan sekunder pada daun C. rosesus tanpa
pada perlakuan sukrosa. Alkaloid dimer menyebabkan kerusakan pada proses
dan vinblastin tidak diregulasi pada pertumbuhannya. Aspek mekanis efek
berbagai perlakuan cekaman. Hal tersebut tersebut dapat membuka jalur baru dalam
berkaitan dengan pemisahan spasial dari rekayasa metabolisme tanaman obat
prekursornya, vindolin dan katarantin di (Nishanth et al., 2018).
jaringan daun (Nishanth et al., 2018).
Upaya meningkatkan TIA di C. KESIMPULAN
roseus menunjukkan peningkatan regulasi Kesimpulan dari review ini adalah
prekursor monomer, bukan TIA dimer. metabolisme primer dan sekunder pada
Ekspresi ORCA3 dan G10H memiliki efek tanaman saling berkaitan karena metabolit
lebih nyata pada akumulasi prekursor primer pada tanaman dapat berfungsi
(striktosidin, vindolin, katarantin, dan sebagai prekursor dan sinyal untuk sintesis
ajmalisin) dibandingkan dengan TIA dimer metabolit sekunder. Pemahaman molekular
(anhidrovinblastin dan vinblastin). yang jelas tentang interkoneksi tersebut
Ekspresi berlebih transien CrMPK3 juga penting sebagai pendekatan rekaya
271
ISSN e-journal 2579-7557
Jurnal Pro-Life Volume 7 Nomor 3, November 2020

metabolik baru untuk meningkatkan https://doi.org/10.1007/s00894-018-


3590-2
biosintesis metabolit sekunder terapeutik
Alam MM, Naeem M, Khan MMA, &
tanaman yang penting dari C. roseus. Uddin M. 2017. Vincristine and
Vinblastine Anticancer Catharanthus
Enzim pemecah sukrosa, CWIN
Alkaloids: Pharmacological
memainkan peran penting dalam Applications and Strategies for Yield
Improvement. In M. Naeem, T. Aftab,
memodulasi beragam jalur metabolisme
& M. Khan (Eds.), Catharanthus
sekunder di planta. Terdapat tiga isoform roseus (pp. 277–307). Springer.
Balcke GU, Bennewitz S, Bergau N,
CWIN pada C. roseus yang menunjukkan
Athmer B, Henning A, Majovsky P,
ekspresi diferensial spesifik pada pola Jiménez-gómez JM, Hoehenwarter W,
& Tissier A. 2017. Multi-omics of
jaringan. CrCWIN2 ditemukan memiliki
tomato glandular trichomes reveals
situs katalitik yang diperlukan sebagai distinct features of central carbon
metabolism supporting high
fungsi invertase. Analisis ekspresi gen
productivity of specialized
diperlukan untuk menguraikan metabolites. The Plant Cell, 29, 960–
983.https://doi.org/10.1105/tpc.17.000
kemungkinan korelasi antara pola ekspresi
60
isoform CWIN, TIA, gen biosintesis Caretto S, Linsalata V, Colella G, Mita G,
& Lattanzio V. 2015. Carbon fluxes
fenilpropanoid, gen metabolisme sukrosa
between primary metabolism and
dan gen pertumbuhan/antioksidan dalam phenolic pathway in plant tissues
under stress. International Journal of
kondisi cekaman abiotik yang diketahui
Molecular Sciences, 16, 26378–26394.
mempengaruhi produksi vindolin dan https://doi.org/10.3390/ijms16112596
7
katarantin dalam C. roseus. Suplementasi
Chen D, Wang S, Xiong B, Cao B, & Deng
sukrosa meningkatkan ekspresi CWIN dan X. 2015. Carbon/nitrogen imbalance
associated with drought-induced leaf
gen metabolisme sekunder, kadar vindolin,
senescence in Sorghum bicolor. PLoS
katarantin, geraniol, fisetin, kumarin dan ONE, 10(8), 1–17.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0
asam sinamat. Interkoneksi antara
137026
metabolisme primer dan sekunder Dutta A, Sen J, & Deswal R. 2013. New
evidences about strictosidine synthase
dikonfirmasi melalui overexpression dari
(Str) regulation by salinity, cold stress
CrCWIN2. and nitric oxide in Catharanthus
roseus. Journal of Plant Biochemistry
and Biotechnology, 22(1), 124–131.
DAFTAR PUSTAKA https://doi.org/10.1007/s13562-012-
0118-1
Ahmad B, Banerjee A, Tiwari H, Jana S,
Fits L van der & Memelink J. 2001. The
Bose S, & Chakrabarti S. 2018.
jasmonate-inducible AP2/ERF-
Structural and functional
domain transcription factor ORCA3
characterization of the vindoline
activates gene expression via
biosynthesis pathway enzymes of
interaction with a jasmonate-
Catharanthus roseus. Journal of
responsive promoter element. The
Molecular Modeling, 24(53), 1–14.
272
ISSN e-journal 2579-7557
Nur Ahmad Rudin: Pengaruh Cekaman Abiotik terhadap Ekspresi Gen dan
Konsentrasi Metabolit Sekunder pada Catharanthus Roseus

Plant Journal, 25(1), 43–53. leaves. Plant Science, 239, 56–66.


https://doi.org/10.1111/j.1365- https://doi.org/10.1016/j.plantsci.2015
313X.2001.00932.x .07.007
Gall H Le, Philippe F, Domon J, Gillet F, Kumar S, Shah N, Garg V, & Bhatia S.
Pelloux J, & Rayon C. 2015. Cell wall 2014. Large scale in-silico
metabolism in response to abiotic identification and characterization of
atress. Plants, 4, 112–166. simple sequence repeats (SSRs) from
https://doi.org/10.3390/plants4010112 de novo assembled transcriptome of
Gongora-Castillo E, Childs KL, Fedewa G, Catharanthus roseus (L.) G. Don.
Hamilton JP, Liscombe DK, Plant Cell Rep, 33, 905–918.
Magallanes-lundback M, Mandadi https://doi.org/10.1007/s00299-014-
KK, Nims E, Runguphan W, 1569-8
Vaillancourt B, Varbanova-herde M, Liu L-YD, Tseng H-I, Lin C-P, Lin Y-Y,
DellaPenna, D., Mcknight, T. D., Huang Y-H, Huang C-K, Chang T-H,
O’Connor, S., & Buell, C. R. (2012). & Lin S-S. 2014. High-throughput
Development of transcriptomic transcriptome analysis of the leafy
resources for interrogating the flower transition of Catharanthus
biosynthesis of monoterpene indole roseus induced by peanut witches’-
alkaloids in medicinal plant species. broom phytoplasma infection. Plant
PLoS ONE, 7(12), 1–13. Cell Physiol, 55(5), 942–957.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0 https://doi.org/10.1093/pcp/pcu029
052506 Liu Y-H, Offler CE, & Ruan Y-L. 2016.
Hectors K, Prinsen E, De Coen W, Jansen Cell wall invertase promotes fruit set
MAK, & Guisez Y. 2007. under heat stress by suppressing ROS-
Arabidopsis thaliana plants independent. Plant Physiology, 172,
acclimated to low dose rates of 163–180.
ultraviolet B radiation show specific https://doi.org/10.1104/pp.16.00959
changes in morphology and gene Liu Y, Meng Q, Duan X, Zhang Z, & Li D.
expression in the absence of stress 2017. Effects of PEG-induced drought
symptoms. New Phytologist, 175, stress on regulation of indole alkaloid
255–270. biosynthesis in Catharanthus roseus.
https://doi.org/10.1111/j.1469- Journal of Plant Interactions, 12(1),
8137.2007.02092.x 87–91.https://doi.org/10.1080/
Krol A, Amarowicz R, & Weidner S. 2014. 17429145.2017.1293852
Changes in the composition of Moerkercke A Van, Fabris M, Pollier J,
phenolic compounds and antioxidant Baart GJE, Rombauts S, Hasnain G,
properties of grapevine roots and Rischer H, Memelink J, Oksman-
leaves (Vitis vinifera L.) under Caldentey K-M, & Goossens A. 2013.
continuous of long-term drought CathaCyc, a metabolic pathway
stress. Acta Physiol Plant, 36, 1491– database built from Catharanthus
1499. https://doi.org/10.1007/s11738- roseus RNA-Seq data. Plan, 54(5),
014-1526-8 673–685.
Kumar K, Kumar SR, Dwivedi V, Rai A, https://doi.org/10.1093/pcp/pct039
Shukla AK, Shanker K, & Moudi M, Go R, Yien CS, & Nazre M.
Nagegowda DA. 2015. Precursor 2013. Vinca alkaloids. International
feeding studies and molecular Journal of Preventive Medicine, 4(11),
characterization of geraniol synthase 1231–1235.
establish the limiting role of geraniol Nahar K, Hasanuzzaman M, & Fujita M.
in monoterpene indole alkaloid 2016. Roles of osmolytes in plant
biosynthesis in Catharanthus roseus adaptation to drought and salinity. In

273
ISSN e-journal 2579-7557
Jurnal Pro-Life Volume 7 Nomor 3, November 2020

N. Iqbal, N. A. Khan, & R. Nazar CAM. 2016. Examining the


(Eds.), Osmolytes and Plants transcriptional response of
Acclimation to Changing overexpressing anthranilate synthase
Environment: Emerging Omics in the hairy roots of an important
Technologies (pp. 37–68). Springer. medicinal plant Catharanthus roseus
https://doi.org/10.1007/978-81-322- by RNA-seq. BMC Plant Biology,
2616-1 16(108), 1–14.
Nishanth MJ, Sheshadri SA, Rathore SS, https://doi.org/10.1186/s12870-016-
Srinidhi S, & Simon B. 2018. 0794-4
Expression analysis of cell wall Trisilawati O, & Pitono J. 2012. Pengaruh
invertase under abiotic stress cekaman defisit air terhadap
conditions influencing specialized pembentukan bahan aktif pada
metabolism in Catharanthus roseus. purwoceng. Bul. Littro., 23(1), 34–47.
Nature, 8(15059), 1–15. https://doi.org/10.21082/bullittro.v23n
https://doi.org/10.1038/s41598-018- 1.2012.%25p
33415-w Valifard M, Mohsenzadeh S, Niazi A, &
Payyavula RS, Singh RK, & Navarre DA. Moghadam A. 2015. Phenylalanine
2013. Transcription factors, sucrose, ammonia lyase isolation and
and sucrose metabolic genes interact functional analysis of
to regulate potato phenylpropanoid phenylpropanoid pathway under
metabolism. Journal of Experimental salinity stress in Salvia species.
Botany, 64(16), 5115–5131. Australian Journal of Crop Science,
https://doi.org/10.1093/jxb/ert303 9(7), 656–665.
Redondo-Gomez, S. 2013. Abiotic and Vázquez-Flota F, Carrillo-Pech M,
biotic stress tolerance in plants. In G. Minero-García Y, & Miranda-Ham
R. Rout & A. B. Das (Eds.), MDL. 2004. Alkaloid metabolism in
Molecular Stress Physiology of Plants wounded Catharanthus roseus
(pp. 1–20). Springer. seedlings. Plant Physiology and
https://doi.org/10.1007/978-81-322- Biochemistry, 42, 623–628.
0807-5 https://doi.org/10.1016/j.plaphy.2004.
Singh DV, Maithy A, Verma RK, Gupta 06.010
MM, & Kumar, S. 2000. Yan K, Cui M, Zhao S, Chen X, & Tang X.
Simultaneous determination of 2016. Salinity stress is beneficial to
Catharanthus alkaloids using reversed the accumulation of chlorogenic acids
phase high performance liquid in honeysuckle (Lonicera japonica
chromatography. J. Liq. Chrom. & Thunb.). Frontiers in Plant Science, 7,
Rel. Technol., 23(4), 601–607. 1–10.
https://doi.org/10.1081/JLC- https://doi.org/10.3389/fpls.2016.015
100101476 63
Sun J, Manmathan H, Sun C, & Peebles

274
ISSN e-journal 2579-7557

You might also like