You are on page 1of 11

Nama Jurnal, xxx(xxx), xxx, xx–xx

ISSN: xxxx-xxxx (online)


DOI: 10.17977/umXXXvXXXiXXX20XXXpXXX

Analisis Karakteristik Transmisivity Akuifer Menggunakan


Uji Pemompaan (Pumping Test) di Sebagian Wilayah
Kecamatan Wagir
Ferdy Putra Pratama1, Nanda Regita Cahyaning Putri2*, Vischawafiq Azizah3
1-3Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang No. 5 Malang, Jawa Timur, Indonesia

Paper received: xx-xx-xxxx; revised: xx-xx-xxxx; accepted: xx-xx-xxxx

Abstract
Hydraulic conductivity is a unit of velocity of the rock layer's ability to pass water. The value of the
hydraulic conductivity in an area can be determined by performing a pumping test. This research
was conducted in some areas of Wagir District which includes Mendalanwangi Village,
Pandanlandung Village and Jedong Village. The study was conducted on 3 single wells which became
observation wells and test wells and used the HOBO Water Level Data Logger tool. Field observation
data obtained are groundwater depth data, point coordinate data and physical condition data of wells
obtained through interviews with residents of well owners. The value of the hydraulic conductivity
can be determined by performing a pumping test using the Shallow Dug Well Recovery Test (SLUG
TEST) Bouwer and Rice (1976) method. SLUG TEST is a pumping test using residual drawdown data
to determine the Hydraulic Conductivity of the aquifer using a single well. The results of the study
obtained the highest hydraulic conductivity figure of 4,34824 meters/day in Jedong Village with the
dominant material being sand. The lowest hydraulic conductivity is at 1.60596 meters/day with the
dominant material being sand. The purpose of this paper is to determine the value of hydraulic
conductivity in some Wagir sub-districts using the Shallow Dug Well Recovery Test (SLUG TEST)
method.

Keywords: Hydraulic Conductivity; SLUG TEST; Pumping Test

Abstrak
Konduktivitas hidrolik merupakan unit kecepatan dari kemampuan lapisan batuan untuk
meloloskan air. Besarnya nilai Konduktivitas Hidrolik pada suatu daerah dapat diketahui
dengan melakukan uji pemompaan (pumping test). Penelitian ini dilakukan di sebagian wilayah
Kecamatan Wagir yang meliputi Desa Mendalanwangi, Desa Pandanlandung dan Desa Jedong.
Penelitian dilakukan pada 3 sumur tunggal yang menjadi sumur observasi dan sumur uji dan
menggunakan alat HOBO Water Level Data Logger. Data observasi lapangan yang diperoleh
yakni data kedalaman muka air tanah, data koordinat titik dan data kondisi fisik sumur yang
diperoleh melalui wawancara penduduk pemilik sumur. Nilai konduktivitas hidrolik dapat
diketahui dengan melakukan uji pemompaan (pumping test) menggunakan metode Shallow Dug
Well Recovery Test (SLUG TEST) Bouwer and Rice (1976). SLUG TEST merupakan uji
pemompaan menggunakan data residual drawdown untuk menentukan Hydraulic Conductivity
akuifer menggunakan sumur tunggal. Hasil dari penelitian memperoleh besaran angka
Konduktivitas Hidrolik tertinggi sebesar 4.34824 meter/hari di Desa Jedong dengan material
dominan pasir. Adapun besaran Konduktivitas Hidrolik terendah berada pada angka 1.60596
meter/hari dengan material dominan pasir. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui
besarnya nilai konduktivitas hidrolik di sebagian Kecamatan Wagir menggunakan metode
Shallow Dug Well Recovery Test (SLUG TEST).

Kata kunci: Konduktivitas Hidrolik; SLUG TEST; Pumping Test

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Nama Jurnal, xxx(xxx), xxx, xx–xx

1. Pendahuluan
Airtanah merupakan air yang berada pada zona jenuh dengan batas pada bagian
bawahnya oleh lapisan impermeable (lapisan kedap air) dan bagian atasnya dibatasi oleh
muka air tanah (water table). Air tanah terletak di bagian bawah permukaan tanah pada
wilayah jenuh atau semua pori-pori dan ruang antar partikel tanah jenuh berisi air, yang
terdapat pada bagian atas disebut water table dan bagian bawah disebut ground water (Asdak,
1995). Airtanah merupakan bagian dari siklus hidrologi yang berada di zona jenuh air di bawah
permukaan tanah (Singh et al., 2019). Keberadaan airtanah sangat tergantung pada besarnya
curah hujan dan besarnya debit air yang dapat meresap kedalam tanah. Faktor lain yang dapat
memengaruhi keberadaan airtanah adalah kondisi litologi dan geologi setempat.
Proses geologi pada aliran air tanah yang melalui lapisan batuan penyusun akuifer akan
menyebabkan berbagai macam proses yang dapat mempengaruhi dinamika karakteristik
suatu air tanah (Kodoatie, 1996). Kecamatan Wagir terletak diantara 112,5406 Bujur Timur
sampai 112,6112 Bujur Timur dan 8,0301 Lintang Selatan sampai 7,9702 Lintang Selatan. Luas
kawasan Kecamatan Wagir secara Keseluruhan adalah sekitar 61,29 km2 atau sekitar 2,53
persen dari total luas Kabupaten Malang (BPS 2020). Berdasarkan hasil Registrasi penduduk
akhir tahun (2020), jumlah Penduduk Kecamatan Wagir pada tahun 2019 tercatat sebesar
93.976 jiwa dengan angka sex ratio sebesar 103,95 persen. Perbandingan besarnya angka
antara luas kawasan Kecamatan Wagir dengan jumlah penduduk yang tercatat membuat
ancaman tersendiri dalam keberadaan air tanah.
Potensi air tanah pada suatu cekungan (aquifer) bergantung pada porositas dan
kemampuan tanah untuk meloloskan permeabilitas dan meneruskan (transmissivity) air.
Lapisan akuifer sendiri dapat dibedakan menjadi dua, yaitu akuifer bebas dan akuifer tertekan.
Pada dasarnya, yang membedakan antara kedua akuifer tersebut adalah variasi konduktivitas
hidraulik material geologinya (Kodoatie, 2012). Besarnya nilai Konduktivitas Hidrolik pada
suatu daerah dapat diketahui dengan melakukan uji pemompaan (pumping test).
Nilai konduktivitas hidrolik diketahui dengan melakukan uji pemompaan (pumping test)
menggunakan metode Shallow Dug Well Recovery Test (SLUG TEST). SLUG TEST merupakan uji
pemompaan yang menggunakan data residual drawdown untuk menentukan Hydraulic
Conductivity akuifer menggunakan sumur tunggal. SLUG TEST merupakan salah satu dari
beberapa metode yang sesuai untuk konduktivitas hidrolik (Papadopulos et al, 1973). Tujuan
dari penulisan ini adalah untuk mengetahui besarnya nilai konduktivitas hidrolik di sebagian
Kecamatan Wagir menggunakan metode Shallow Dug Well Recovery Test (SLUG TEST).

2. Metode
Penelitian mengenai Analisis Karakteristik Transmisivity Dan Storage Coefficient Akuifer
dilakukan di sebagian wilayah Kecamatan Wagir. Lokasi penelitian meliputi wilayah Desa
Mendalanwangi, Desa Jedong dan Desa Pandanlandung. Pemilihan lokasi menggunakan
metode purposive sampling dikarenakan wilayah-wilayah tersebut representative mewakili
unit penggunaan lahan tertentu (Sugiyono, 2010). Pemilihan lokasi juga mempertimbangkan
kondisi sumur dan juga ketersediaan alat pompa air sumur. Desa Mendalanwangi dianggap
mewakili unit lahan sawah, Desa Jedong dan Desa Pandanlandung mewakili unit lahan
permukiman serta Industri.
Data primer yang digunakan merupakan sumber data utama konduktivitas hidraulik
menggunakan HOBO Water Level Data Logger, data kedalaman muka air tanah, data koordinat
titik, data kondisi fisik sumur yang diperoleh melalui wawancara penduduk pemilik sumur.
Pada pengambilan titik sampel, terdapat syarat yang harus dipenuhi yaitu mempunyai

2
Nama Jurnal, xxx(xxx), xxx, xx–xx

ketersediaan alat pompa air sumur dan sumur galian. Pengambilan data primer dilakukan
menggunakan alat HOBO Water Level Data Logger yang kemudian dikonfigurasikan pada
aplikasi HOBO menggunakan Bluetooth untuk mendapatkan data grafik dan data pengukuran
konduktivitas hidraulik yang mencakup data t (waktu) dan data pemompaan serta recovery.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian


Sumber : Olahan Data Penulis, 2021

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode kuantitatif dan analisis
deskriptif analitik pada data HOBO Water Level Data Logger. Pengolahan dan analisis data
dilakukan dengan menggunakan metode Shalow Dug Well Recovery Test (SLUG TEST)
menggunakan data residual drawdown untuk menentukan Hydraulic Conductivity akuifer. SLUG
TEST merupakan metode yang digunakan untuk menguji akuifer dengan air pada pipa instalasi
sampai ketinggian tertentu, dari ketinggian air tersebut dicatat kedalam waktu dan elevasi
penurunan muka airtanah dalam pipa sampai diproleh kondisi yang Steady. Pemilihan metode
SLUG TEST didasarkan atas kondisi sumur observasi dan sumur pompa yang merupakan sumur
galian, sehingga metode SLUG TEST dianggap tepat untuk pengujian pada sumur gali.

3
Nama Jurnal, xxx(xxx), xxx, xx–xx

Gambar 2. Penampang SLUG TEST Gambar 3. Grafik Fungsi L/Rw untuk Nilai C (Todd, 1980)

Pada pengujian menggunakan Metode SLUG TEST dilakukan untuk mendapatkan nilai
konduktivitas hidraulik menggunakan metode Bouwer and Rice. Metode Hvorslev (1951) dan
Bouwer and Rice (1976) merupakan metode yang paling umum digunakan dalam analisis SlUG
TEST (Hyder dan Butler, 1995). dengan rumus sebagai berikut

𝑅𝑒 1,1 𝐶 𝑟𝑐 2 ⁡.ln(𝑅𝑒⁄𝑟𝑤 ) 1 𝑆𝑜
𝑙𝑛 =[ + ⁡ 𝐿⁄ ] … (1) 𝐾= ⁡. ⁡. 𝑙𝑛 ⁡… (2)
𝑟𝑤 ln⁡(𝐻⁄𝑟𝑤 ) 𝑟𝑤 2𝑑 𝑡 𝑆𝑡

K : Permeabilitas rc : jari-jari So : jarak vertical antara muka airtanah


Akuifer sumur (m) pada kondisi seimbang (awal) dengan
muka airtanah setelah pemompaan
(m)

t : Waktu setelah rw : jari-jari St : jarak vertical antara muka airtanah


pompa dihentikan sumur pada pada kondisi awal dengan muka
dinding airtanah pada waktu t (detik) setelah
porus (m) pemompaan dihentikan (meter)

H : Kedalaman sumur Re : Jari-jari D : ketebalan zona jenuh dari muka


efektif (m) airtanah sampai bagian kedap air (m)

3. Hasil dan Pembahasan

Penelitian mengenai Analisis Karakteristik Transmisivity Akuifer Menggunakan Uji Pemompaan


(Pumping Test) dilakukan di sebagian wilayah Kecamatan Wagir. Meliputi Desa Jedong, Desa
Mendalanwangi dan Desa Pandanlandung. Letak sumur berada pada rumah penduduk yang
dimanfaatkan sebagai suplai air bersih untuk kegiatan domestik. Pumping Test merupakan
suatu metode yang digunakan untuk mengetahui karakteristik akuifer pada suatu wilayah.
Pengujian Pumping Test mendapatkan hasil perbandingan antara penurunan muka air pada saat
pumping terhadap kenaikan muka air pada saat recovery. Uji pemompaan pumping test yang
direncanakan, dilaksanakan dan dianalisis dengan benar merupakan metode yang paling dapat
diandalkan untuk menentukan parameter permeabilitas pada lapisan tanah (Cashman, 2013).
Uji Pemompaan (Pumping Test) dilakukan untuk mengetahui ketetapan akuifer seperti
transmisivitas dan koefisien penampungan (storage coefficient). Pengujian ini dilakukan untuk
mendapatkan nilai konduktivitas hidrolik. Nilai konduktivitas hidrolik diketahui dengan
melakukan uji pemompaan (pumping test) menggunakan metode Shallow Dug Well Recovery

4
Nama Jurnal, xxx(xxx), xxx, xx–xx

Test (SLUG TEST). SLUG TEST merupakan uji pemompaan yang menggunakan data residual
drawdown untuk menentukan Hydraulic Conductivity akuifer menggunakan sumur tunggal.
SLUG TEST merupakan salah satu dari beberapa metode yang sesuai untuk konduktivitas
hidrolik (Papadopulos et al, 1973).
SLUG TEST dilakukan dengan menggunakan slug yang dimasukkan kedalam sumur untuk
mengamati perubahan Muka Air Tanah (MAT) baik pemompaan maupun recovery pada sumur
yang sama. Perubahan MAT pada penelitian ini direkan menggunakan HOBO Water Level Data
Logger dan software HOBO Mobile. Ketinggian muka air setiap menit akan terekam dalam water
logger (Prabandini G, 2016). Data ketinggian muka air tanah tersebut kemudian dilakukan
pengolahan untuk mendapatkan nilai St dan t. Pengukuran menggunakan HOBO Water Level
Data Logger dimulai bersamaan dengan pompa air dinyalakan dengan kurun waktu yang
berbeda untuk setiap sumur hingga pada kondisi sumur steady.

Tabel 1. Data Observasi Lapangan Sumur Pumping Test


No Parameter Uji Sumur A Sumur B Sumur C
1 Hari/ tanggal Minggu, Minggu, Senin,
21/11/2021 21/11/2021 22/11/2021
2 Lokasi Mendalanwangi Pandanlandung Jedong
3 Satuan Bentuk Lahan V6 V5 V5
(Kaki gunung api) (Lereng gunung api (Lereng gunung
bawah) api bawah)
4 Penggunaan Lahan Permukiman Permukiman Permukiman
5 Material Dominan pasir, padas pasir pasir
6 Kedalaman muka air awal 7,5 15 15
(sebelum dipompa) m
7 Jumlah pemompaan (m) 0,0376 0,0313 0,0398
8 Waktu pemompaan (menit) 15 28 6
9 Kedalaman muka air setelah 7,4624 14,9687 14,9602
dipompa (m)
10 Kedalaman muka air stabil 8 15 17
(m)
11 Kedalaman dasar sumur (H) 9 20 30
(m)
12 Jari -jari dalam bisbeton 0,45 0,4 0,45
sumur (rc) (m)
13 Jari - jari dinding porus (rw) 0,45 0,5 0,5
(m)
14 Tinggi dinding porus (L) 9 12 23,5
(m)
15 Debit pemompaan (Q) 0,025707484 0,0146253 0,080110256
(l/det)
Sumber Data : Olahan Penulis, 2021

Berdasarkan tabel data observasi lapangan sumur pumping test maka pada sumur A di
wilayah Mendalanwangi pemompaan dilakukan selama 15 menit dengan debit pemompaan
sebesar 0,025707484 liter/detik. Pada sumur B di Desa Pandanlandung pemompaan dilakukan
selama 28 menit dengan nilai debit pemompaan sebesar 0,0146253 liter/detik. Pada sumur C di
Desa Jedong pemompaan dilakukan selama 6 menit dengan nilai debit pemompaan sebesar
0,080110256 liter/detik. Hal ini dikarenakan kondisi pompa air di sumur masyarakat yang
bersifat otomatis dengan kapasitas penyimpanan air yang berbeda-beda. Pengujian pumping
test mendapatkan tidak mendapatkan data debit maksimum melainkan debit optimum.

5
Nama Jurnal, xxx(xxx), xxx, xx–xx

Perhitungan nilai konduktivitas hidrolik juga melibatkandata perhitungan nilai A, B dan C.


Nilai A, B dan C merupakan koefisien berdimensi yang merupakan fungsi dari L/rw (Bouwer
and Rice, 1976). Kurva A dan B merupakan sumur yang tidak menyentuh batuan induk,
sedangkan kurva C merupakan sumur yang sampai hingga batuan induk. Penggunaan kurva
dilakukan secara berurutan sesuai dengan sumur yang dilakukan uji pemompaan yakni sumur
A, B dan C.

Sumur A
Sumur B
Sumur C

Gambar 4. Grafik Fungsi L/Rw untuk Nilai C (Todd, 1980)


Sumber Data : Hasil Olahan Penulis, 2021

3.1 Sumur A Desa Mendalanwangi


Berdasarkan satuan bentuklahan pada lokasi uji pemompaan sumur A termasuk dalam
satuan bentuk lahan V6 kaki gunungapi yang memiliki material penyusun kelompok akuifer
gunungapi. Sumur A memiliki material penyusun dominan padas dan pasir, material padas
pada umumnya ditemukan di daerah pegunungan, perbukitan atau sungai. Kondisi tanah
padas memiliki karakteristik padat dan sulit menyerap air.

Tabel 2. Perhitungan Nilai K Sumur A


t : 0,010 rc2(m) : 0,2025 Ln(So/St) : 2,3131
1/t : 100 rw(m) : 0,9 C : 1,7
H(m) : 9 H/rw : 10 Re ;
L (m) : 9 L/rw : 10 So ; 0,0376
Rc (m) : 0,45 Ln (H/rw) : 2,30259 St : 0,0037
Sumber Data : Hasil Olahan Penulis, 2021

Tabel 3. Nilai Residual Drawdown dan Nilai K


Residual Drawdown
Detik Menit Jam Hari
900 15 0,250 0,010
Sumur A
Nilai ln (Re/rw) dan Nilai K
ln (Re/rw) K (m/day)
1,54387 4,01751
Sumber Data : Hasil Olahan Penulis, 2021

Sumur A memiliki nilai K sebesar 4,01751 m/hari, nilai ini lebih rendah dibandingkan
dengan sumur C. Hal ini dikarenakan semakin sulit air menembus akuifer untuk jenis
material beragam (well graded material) sehingga nilai K semakin kecil. Berdasarkan

6
Nama Jurnal, xxx(xxx), xxx, xx–xx

kondisi lapangan, maka proses recovery pada sumur A tidak terlalu lama untuk mencapai
sumur dalam kondisi steady.

Sumur A Desa Mendalanwangi-SLUG TEST


0,0000
0,0050
0,0100
0,0150
Nilai St

0,0200
0,0250
0,0300
0,0350
0,0400
0,0450
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000
t (detik)

Gambar 5. Nilai St Sumur A Desa Mendalanwangi

3.2 Sumur B Desa Pandanlandung


Berdasarkan satuan bentuklahan pada lokasi uji pemompaan sumur B termasuk dalam
satuan bentuk lahan V5 lereng gunungapi bawah yang memiliki material penyusun
kelompok akuifer gunungapi. Sumur B memiliki material penyusun dominan pasir, material
pasir termasuk tidak terkonsolidasi dengan kondisi jenuh air. Lapisan yang mudah dilalui
oleh air tanah disebut lapisan permeable seperti lapisan yang terdapat pada pasir atau
kerikil (Materi, 2017).

Tabel 4. Perhitungan Nilai K Sumur B


T : 0,019 rc2(m) : 0,16 Ln(So/St) : 2,40531
1/t : 52,6316 rw(m) : 1 C : 1,9
H(m) : 20 H/rw : 20 Re ;
L (m) : 12 L/rw : 12 So ; 0,0313
Rc (m) : 0,4 Ln (H/rw) : 2,99573 St : 0,0028
Sumber Data : Hasil Olahan Penulis, 2021

Tabel 6. Nilai Residual Drawdown dan Nilai K


Residual Drawdown
Detik Menit Jam Hari
1680 28 0,467 0,019
Sumur B
Nilai ln (Re/rw) dan Nilai K
ln (Re/rw) K (m/day)
1,90287 1,60596
Sumber Data : Hasil Olahan Penulis, 2021
Sumur B memiliki nilai K sebesar 1,60596 m/hari, nilai ini lebih rendah dibandingkan
dengan sumur A dan B. Hal ini dikarenakan lama waktu uji pemompaan (pumping test)

7
Nama Jurnal, xxx(xxx), xxx, xx–xx

lebih lama dibandingkan dengan sumur yang lain yakni 28 menit untuk menunggu waktu
recovery dan kondisi sumur steady.

Sumur B Desa Pandanlandung-SLUG TEST


0,0001

0,0010
Nilai St

0,0100

0,1000

1,0000
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800
t (detik)

Gambar 6. Nilai St Sumur B Desa Pandanlandung

3.3 Sumur C Desa Jedong


Berdasarkan satuan bentuklahan pada lokasi uji pemompaan sumur C termasuk dalam
satuan bentuk lahan V5 lereng gunungapi bawah yang memiliki material penyusun
kelompok akuifer gunungapi. Sumur C memiliki material penyusun dominan pasir, sehingga
pada material pasir akan lebih mudah untuk meloloskan air. Hal ini dikarenakan material
pasir memiliki nilai porositas yang tinggi berkisar antara 25-50% sehingga nilai
Konduktivitas Hidrolik yang diperoleh juga cukup besar.

Tabel 7. Perhitungan Nilai K Sumur C


T : 0,004 rc2(m) : 0,2025 Ln(So/St) : 1,75223
1/t : 250 rw(m) : 1 C : 2,6
H(m) : 30 H/rw : 30 Re ;
L (m) : 23,5 L/rw : 23,5 So ; 0,0398
Rc (m) : 0,45 Ln (H/rw) : 3,4012 St : 0,0069
Sumber Data : Hasil Olahan Penulis, 2021

Tabel 8. Nilai Residual Drawdown dan Nilai K


Residual Drawdown
Detik Menit Jam Hari
360 6 0,100 0,004
Sumur C
Nilai ln (Re/rw) dan Nilai K
ln (Re/rw) K (m/day)
2,30386 4,34824

8
Nama Jurnal, xxx(xxx), xxx, xx–xx

Sumber Data : Hasil Olahan Penulis, 2021

Sumur C memiliki nilai K tertinggi yakni sebesar 4,34824 m/hari, nilai ini lebih tinggi
dibandingkan dengan sumur A dan B. Hal ini dikarenakan lama waktu uji pemompaan
(pumping test) sangat cepat dibandingkan dengan sumur yang lain yakni 6 menit untuk
menunggu waktu recovery dan kondisi sumur steady. Tingginya nilai K pada sumur C
dpengaruhi oleh jenis atau ragam batuan dan tanah serta kondisi topografi wilayah.
Berdasarkan hasil dari nilai K tersebut dapat diketahui bahwa material penyusun di lokasi
tersebut adalah pasir yang memiliki karakteristik mudah dalam meloloskan air karena
memiliki pori pori yang besar dan dominan. Pasir memiliki tekstur yang kasar, sehingga
akan mempengaruhi besarnya hantaran hidrolik, karena tekstur sangat berhubungan erat
dengan distribusi ukuran pori pori pada tanah. Sebab ukuran pori yang besar akan
mempengaruhi kecepatan aliran air

Sumur C Desa Jedong - SLUG TEST


0,0001

0,0003

0,0016
Nilai St

0,0080

0,0400

0,2000

1,0000
0 50 100 150 200 250 300 350 400
t (detik)

Gambar 7. Nilai St Sumur C Desa Jedong

4. Simpulan
Pada analisis karakteristik akuifer di sebagian wilayah Kecamatan Wagir dengan
menentukan nilai konduktivitas hidrolik pada sumur pengujian menggunakan metode Shallow
Dug Well Recovery Test (SLUG TEST) Bouwer and Rice (1976). Pengujian dilakukan pada 3
sumur uji pemompaan air (pumping test) yakni di Desa Mendalanwangi, Desa Pandanlandung
dan Desa Jedong. Berdasarkan perhitungan nilai konduktivitas hidrolik yang telah dilakukan
maka Sumur A di Desa Mendalanwangi memiliki nilai Konduktivitas Hidrolik sebesar 4.01751
meter/hari dengan material dominan padas pasir dengan waktu pemompaan selama 15 menit.
Sumur B di Desa Pandanlandung memiliki nilai Konduktivitas Hidrolik sebesar 1.60596
meter/hari material dominan pasir dengan waktu pemompaan selama 28 menit. Sumur C di
Desa Jedong memiliki nilai Konduktivitas Hidrolik sebesar 4.34824 meter/hari dengan
material dominan pasir dengan waktu pemompaan selama 6 menit. Besaran nilai
konduktivitas hidraulik tergantung pada jenis material didalam tanah sebagai tempat jalur
lolosnya air. Jika jenis material dalam tanah mempunyai karakteristik dengan porositas yang
tinggi maka kuantitas air yang terserap juga akan lebih tinggi.

9
Nama Jurnal, xxx(xxx), xxx, xx–xx

Daftar Rujukan
Adji, T. N., Nurjani, E., & Wicaksono, D. (2017). Zonasi Potensi Airtanah Dengan Menggunakan Beberapa
Parameter Lapangan Dan Pendekatan SIG Di Daerah Kepesisiran.
Asdak, C. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Anhar, A. (2021). KAJIAN POTENSI AIR TANAH UNTUK KEBUTUHAN AIR BAKU DENGAN MENGGUNAKAN
METODE GEOLISTIK DI DESA KURANJI, KECAMATAN LABUAPI KABUPATEN LOMBOK (Doctoral
dissertation, Universitas_Muhammadiyah_Mataram).
Bouwer, H. (1989). The Bouwer and Rice Slug Test—An Update a. Groundwater, 27(3), 304-309.
Kodoatie, R. J. (2021). Tata ruang air tanah. Penerbit Andi.
Lorenza, A., Sentosa, G. S., & Iskandar, A. PEMODELAN PUMPING TEST SEBAGAI DASAR PERHITUNGAN
DEWATERING PADA PROYEK DI SUDIRMAN. JMTS: Jurnal Mitra Teknik Sipil, 2(2), 161-172.
Masitoh, F., Rusydi, A. N., & Pratama, I. D. (2021). Pendekatan Hidrogeomorfologi Dan Pendugaan Geolistrik
Untuk Identifikasi Potensi Airtanah Di Jedong Malang. Jambura Geoscience Review, 3(2), 84-96.
Mulyadi, L., Suwardika, I. B., & Mudra, I. W. (2018). Pola Spasial Permukiman Hindu Di Dusun Sawun Dan
Jenglong Desa Sukodadi Kecamatan Wagir Kabupaten Malang.
Santosan, L. W., & Adji, T. N. (2018). Karakteristik Akuifer dan Potensi Airtanah Graben Bantul. UGM PRESS.

Lampiran

Gambar 1. Penampang Slug Test Sumur A

10
Nama Jurnal, xxx(xxx), xxx, xx–xx

Gambar 2. Penampang Slug Test Sumur B

Gambar 3. Penampang Slug Test Sumur C

11

You might also like