You are on page 1of 14

ANALISIS PELAYANAN TERAPEUTIK PADA PASIEN TUBERKULOSIS

RESISTEN OBAT DI KOTA MEDAN

Mayang Sari Ayu


Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas,
Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Sumatera Utara, Indonesia
E-mail: dr_mayang@yahoo.co.id

ABSTRACT

Adherence patient in the treatment of tuberculosis is the success of controlling drug


resistant tuberculosis. Data from the World Health Organization report (2017) only
about 66% of drug-resistant tuberculosis patients follow treatment of tuberculosis until
recovery. WHO places Indonesia at level eight among countries with high burden with
drug-resistant tuberculosis in the world. The purpose of this study is analyze therapeutic
services for adherence with drug-resistant tuberculosis patients. This type of research
uses observational analytic cross sectional design, conducted at 3 microscopic referral
community health centers in the city of Medan. The sample of the study consisted of 32
patients with total sampling technique. The independent variables were medical services,
pharmaceutical services, and nursing services. The dependent variable is adherence
patient drug-resistant tuberculosis treatment. Sources of research data from primary data
through structured interviews and secondary data from a review of the patient's medical
record. Data analysis used chi square test. The analysis shows that all variables have a
significant relationship between therapeutic services and adherence patient with drug
resistant tuberculosis treatment. Analysis of the variables of medical services (p=0.002),
pharmaceutical services (p=0.020), and nursing services (p=0.003) affect the
compliance of patients drug-resistant tuberculosis treatment. Teraupetic service variable
had a significant effect on adherence patient drug resistant tuberculosis treatment. The
therapeutic service effort at the community service center is providing easy access to
services, overcoming side effects of treatment, active case treatment TB officers and
family psychosocial support.

Keywords: Therapeutic Services, Drug-Resistant Tuberculosis, Medical Services,


Pharmaceutical Services, Nursing Services

PENDAHULUAN (Sustainable Development Goals)


Insidensi terbesar kedua sampai tahun 2030 untuk mengakhiri
tuberkulosis paru secara global adalah epidemi tuberkulosis dan memerangi
Indonesia setelah India pada tahun 2016. penyakit menular lainnya. Namun upaya
Sejak tahun 1993, World Health penanggulangan dan pembiayaan tidak
Organization (WHO) telah menetapkan mampu mengendalikan penyebaran
global emergency untuk kasus kasus tuberkulosis, perlu pendekatan
tuberkulosis. WHO membuat tujuan multisektoral (WHO, 2017).
pembangunan secara berkelanjutan

Jurnal JUMANTIK Vol. 4 No.2 Juni 2019 - Nopember 2019 199


Sejak tahun 2016 tuberkulosis yaitu 1,9% dari kasus TB yang belum
resisten obat (TB-RO) menjadi perhatian pernah diobati dan 12% dari kasus yang
global. High Burden Countries (HBCs) pernah diobati sebelumnya (WHO,
pada 22 negara dengan beban TB-RO 2016).
tertinggi secara global 50 persen berasal Kasus TB-RO di Indonesia
dari Afrika, Asia dan Amerika. Negara diperkirakan sekitar 6100 kasus setiap
ASEAN termasuk Indonesia pada urutan tahun. Penemuan kasus (case detection
ke delapan dari 27, kecuali Singapura rate) TB mencapai dan angka
dan Malaysia. The Green Light kesembuhan target 85 persen setiap
Committe memperkenalkan manajemen puskesmas. Angka gagal untuk pasien
penanganan pasien TB-RO disebut baru BTA positif tidak boleh lebih dari
Programmatic Management Drug empat persen untuk daerah yang belum
Resistan TB (PMDT) (WHO, 2017). ada masalah resistensi obat, dan tidak
WHO menyatakan hanya 66 boleh lebih besar dari 10 persen untuk
persen penderita TB-RO dapat daerah dengan resistensi obat.
pengobatan sampai tuntas. Keadaan ini Pemanfaatan pelayanan terapi di fasilitas
secara langsung berdampak pada pelayanan kesehatan sangat kurang.
semakin tingginya persentase secara Penderita TB-RO yang memulai
global kasus TB-RO dengan Extensively pengobatan adalah 1879 dan penderita
Drug Resistant (XDR-TB) dari sembilan TB XDR sebanyak 52 orang. Menurut
persen menjadi 9,6 persen. Masalah ini laporan surveilans TB tahun 2015 angka
diperberat oleh kenyataan timbulnya keberhasilan pengobatan tuberkulosis di
bakteri mycobacterium tuberkulosi yang Indonesia sebesar 84 persendan
resisten (kebal) terhadap paling tidak selebihnya 16 persen pasien adalah
kombinasi dua obat TB yang paling pasien yang tidak menyelesaikan
paten yaitu rifampicin dan INH (WHO pengobatan dan mengalami TB-RO
2017). Secara global kasus TB-RO di (Kemenkes RI, 2016).
dunia ditemukan sekitar 3,5% dari kasus Kasus TB-RO di Provinsi
TB yang belum pernah diobati dan Sumatera Utara tahun 2017 sebanyak
sekitar 20,5% dari kasus TB yang 626 orang. Kasus terbanyak pada jenis
pernah diobati sebelumnya sedangkan di kelamin laki-laki. Golongan umur
Indonesia angkanya sedikit lebih rendah sekitar 15-54 tahun terbanyak usia

200
produktif. Penderita TB-RO 75 persen suatu penyakit kronik yang salah satu
dari golongan sosial ekonomi dan tingkat kunci keberhasilan pengobatannya
pendidikan rendah (Profil Kesehatan adalah kepatuhan dari penderita
Provinsi Sumatera Utara, 2017). Strategi (adherence). Ketidakpatuhan penderita
yang digunakan dalam pengendalian selama pengobatan lini pertama obat anti
tuberkulosis diantaranya pencegahan tuberkulosis sangat besar.
penularan, penemuan kasus, pengobatan Ketidakpatuhan ini dapat terjadi karena
dan penanganan penderita TB-RO secara beberapa hal, diantaranya pemakaian
intensif sampai sembuh dengan pasive obat dalam jangka panjang, jumlah obat
case treatment sebagai standard yang diminum cukup banyak serta
operational prosedure pengendalian TB kurangnya kesadaran dari penderita akan
di Indonesia, cara yang mengharuskan penyakitnya. Oleh karena itu perlu peran
penderita ke puskesmas. Penderita aktif dari tenaga kesehatan sehingga
terhalang lokasi, transportasi, keadaan keberhasilan terapinya dapat dicapai
ekonomi. Manajemen pelayanan terapi (Kemenkes 2010).
dalam mengatasi ketidakpatuhan Mengacu pada strategi DOTS dan
pengobatan TB-RO adalah kunci untuk Standar Internasional untuk perawatan
mencapai keberhasilan program. tuberkulosis Ketidakpatuhan pasien
Pengendalian TB-RO menurut WHO selama pengobatan merupakan kendala
dipengaruhi faktor peran petugas pengendalian TB-RO. Penularan TB-RO
kesehatan, upaya pelayanan terapi di ada dua, pertama faktor primer tertular
fasilitas kesehatan dan prilaku penderita secara alamiah transmisi bakteri dari
(Kemenkes, 2013). pasien TB-RO, dan faktor sekunder
Perawatan kurang dari 12 bulan karena disebabkan kelalaian penderita
dapat menghasilkan risiko pengobatan akibat dari tidak mengkonsumsi obat,
gagal, dan risiko penularan yang lebih terjadinya efek samping/toksik obat.
besar, menimbulkan masalah medis dan Peran petugas tuberkulosis selama masa
psikososial, serta menjadi masalah pengobatan tidak tepat diagnosis,
komunitas global, karena berkontribusi sehingga bakteri bermutasi menjadi
terhadap peningkatan morbiditas dan resisten pada bakteri tuberkulosis,
mortalitas (Caminero, J.A. 2013). komunikasi/konseling dokter-pasien
Tuberkulosis resisten obat merupakan kurang optimal, biaya pengobatan serta

Jurnal JUMANTIK Vol. 4 No.2 Juni 2019 - Nopember 2019 201


manajemen kualitas obat yang buruk tuberkulosis resisten dengan pengobatan
(Akshata, J.S., 2016). standar. Faktor penyebab utama
Strategi nasional secara bertahap ketidakpatuhan minum obat anti
di semua Provinsi di Indonesia ke tuberculosis adalah faktor pasien.
pelayanan terapi yang berkualitas. Pemerintah menyiapkan sumber daya
Pelayanan terapi di puskesmas harus manusia yang kompeten dalam jumlah
memiliki laboratorium mikroskopis. yang cukup untuk meningkatkan dan
Kemampuan laboratorium, dan kualitas mempertahankan kinerja program. Perlu
harus sesuai dengan standar dukungan keluarga dan seluruh
internasional. Pelayanan terapi pada komunitas. Ini dapat berkontribusi pada
penderita TB-RO termasuk fasilitas komitmen global (Kemenkes RI, 2013).
perawatan kesehatan, pusat rujukan, sub- Faktor yang mendukung berhasilnya
rujukan dan satelit, dengan penekanan program tuberkulosis resisten obat yaitu
pada fungsi jaringan rujukan. sosial ekonomi, petugas kesehatan medis
Pembiayaan untuk penanganan penderita maupun non medis, pengguna
TB-RO adalah tanggung jawab pusat, pelayanan, dan fasilitas yang tersedia
provinsi, kecamatan dan sumber lain (Kemenkes RI, 2014). Dukungan
yang sah dan tidak mengikat melalui keluarga sebagai support system utama
mekanisme yang ada (CDC, 2017). penderita TB-RO terhadap kepatuhan
Secara umum di dalam penatalaksanaan pengobatan tuberkulosis lini kedua.
suatu penyakit, idealnya mutlak Bentuk dukungan yang bisa diberikan
diperlukan suatu kerja sama antar profesi keluarga adalah dukungan psikososial
kesehatan, sehingga penderita akan (Psychocosial support), mengurangi
mendapatkan pelayanan kesehatan yang masalah psikososial pada penderita TB-
komprehensif meliputi 3 (tiga) aspek RO dengan memfasilitasi membuat
yakni: pelayanan medik (medical care), kontak sosial ke masyarakat, antara lain
pelayanan kefarmasian (pharmaceutical kebutuhan akan penerimaan diri,
care) dan pelayanan keperawatan kebutuhan akan penerimaan sosial dan
(nursing care) (Kemenkes RI, 2010). kebutuhan akan penerimaan oleh
Besarnya angka ketidakpatuhan berobat masyarakat (Vause, 2015).
akan mengakibatkan tingginya angka Keluarga sebagai family support
kegagalan pengobatan pasien system dalam hal perawatan dan

202
pengobatan penderita, memberikan kefarmasian dan pelayanan
dukungan untuk memanfaatkan fasilitas keperawatan.
pelayanan terapi di fasilitas pelayanan METODE PENELITIAN
kesehatan, serta keluarga sebagai Jenis penelitian menggunakan
pengawas minum obat mampu menjadi observasional analitik dengan rancangan
caregiver atau memberi perawatan di cross sectional. Variabel dalam
rumah. Terlebih dengan kondisi penyakit penelitian ini terdiri dari variabel
tuberkulosis ini maka masalah dependen dan variabel independen.
psikososial yang bisa muncul adalah Variabel independen adalah pelayanan
masalah terhadap kepercayaan diri terapi, dengan indikator yaitu pelayanan
sendiri, masalah terhadap hubungan medis, pelayanan kefarmasian, dan
dengan keluarga dan masyarakat sekitar pelayanan keperawatan. Variabel
lingkungan (Zuliana I, 2009). Dukungan dependen adalah kepatuhan pasien
sosial yang kurang kepada penderita TB- selama pengobatan tuberkulosis resisten
RO memicu masalah psikososial, dalam obat. Lokasi penelitian dilakukan di tiga
keluarga inti tinggal serumah berperan wilayah kerja puskesmas yaitu
dalam upaya perawatan pasien disebut Puskesmas Teladan, Puskesmas Helvetia
caregiver sebagai PMO yang memahami dan Puskesmas Sentosa Baru. Penentuan
kebutuhan pasien. Family support didasarkan pada puskesmas yang
system merupakan sistem pendukung memiliki angka kasus tuberkulosis
diberikan keluarga terhadap pasien resisten obat tertinggi putus pengobatan
(Falzon, 2015). Rumusan masalah dalam tuberkulosis.
penelitian ini adalah bagaimana Populasi penelitian adalah seluruh
pengaruh pelayanan teraupetik terhadap pasien tuberkulosis resisten obat di tiga
kepatuhan pengobatan pada pasien wilayah kerja Puskesmas Teladan,
tuberkulosis resisten obat?. Penelitian Puskesmas Helvetia dan Puskesmas
ini bertujuan untuk menganalisis Sentosa Baru. Sampel penelitian adalah
pelayanan teraupetik terhadap kepatuhan seluruh pasien yang mendapat
pengobatan pada pasien tuberkulosis pengobatan tuberkulosis resisten obat di
resisten obat dengan menggunakan tiga wilayah kerja puskesmas dari bulan
variabel pelayanan medis, pelayanan Januari hingga bulan Desember 2018
berjumlah 32 orang. Adapun

Jurnal JUMANTIK Vol. 4 No.2 Juni 2019 - Nopember 2019 203


pengambilan sampel dilakukan dengan HASIL PENELITIAN
non random sampling yaitu total Hasil Analisis Univariat
sampling. Data dianalisis secara Pengobatan pada pasien
univariat, untuk melihat apakah data tuberkulosis resisten obat di Kota Medan
layak dianalisis dan kemudian melihat dapat dipengaruhi oleh beberapa
gambaran data apakah sudah optimal. karateristik pasien tersebut yang
Analisis bivariat dilakukan dengan uji disajikan dalam bentuk analisis
chi square untuk melihat adanya univariat. Berikut diuraikan hasil
hubungan antara variabel independen penelitian mengenai annalisis univariat
dan variabel dependen dengan derajat berdasarkan karakteristik pasien
kemaknaan α = 0,05. (Sastroasmoro, tuberkulosis resisten obat diantaranya
2002), usia, jenis kelamin, pekerjaan,
pendidikan dan pendapatan.
Tabel 1 Distribusi Karakteristik Pasien Tuberkulosis Resisten Obat (n=32)
Kategori Frekuensi (orang) Persentase (%)
Usia
12-24 tahun 6 18.7
25-64 tahun 25 78.2
≥ 65 tahun 1 3.1
Jenis Kelamin
Laki-Laki 19 59.3
Perempuan 13 40.7
Pendidikan
Rendah (SD, SMP) 9 28.1
Menengah (SMA) 22 70.3
Tinggi 1 1.6
(Diploma/Sarjana)
Pekerjaan 9 28.1
Pedagang 1 3.1
Pegawai Negeri 21 65.7
Tidak Bekerja 1 3.1
Pegawai Swasta
Pendapatan 28 89.1
Kurang 4 10.9
Cukup
Total 32 100.0
Sumber: Data Primer, 2018 (diolah)
Tabel 1 menunjukkan bahwa pada usia produktif yaitu usia dewasa
berdasarkan kelompok usia kasus (25-64 tahun) sebanyak 78,2 persen,
tuberkulosis resisten obat mayoritas kemudian diikuti usia remaja (12-24

204
tahun) sebanyak 18,7 persen, dan usia pedagang (28,1 persen), pegawai negeri
lanjut (≥ 65 tahun) sebanyak 3,1 persen. (3,1 persen) dan pegawai swasta (3,1
Berdasarkan kategori jenis kelamin, persen). Mayoritas pasien tuberkulosis
pasien tuberkulosis resisten obat resisten obat adalah kepala keluarga
mayoritas adalah laki-laki sebanyak 59,3 sehingga membuat sebagian keluarga
persen dan diikuti oleh pasien pasien kehilangan pekerjaan mereka.
perempuan sebanyak 49,7 persen. Mereka tidak mampu membeli makanan
Kelompok pendidikan, mayoritas pasien bergizi baik untuk penyembuhan
tuberkulosis resisten obat telah lulus di mereka. Berdasarkan pendapatan dalam
sekolah menengah atas (70,3 persen), sebulan mayoritas kurang yakni di
kemudian diikuti tingkat pendidikan bawah upah minimum Provinsi
rendah (28,1 persen), dan tingkat Sumatera Utara (89,1 persen) dan cukup
pendidikan tinggi (1,6 persen). Tingkat (10,1 persen).
pendidikan mempengaruhi jenis Hasil Analisis Bivariat
pekerjaan, pendapatan dan daya beli Variabel pelayanan teraupetik terdiri dari
masyarakat. Sementara pasien pelayanan medis, pelayanan
tuberkulosis resisten obat membutuhkan kefarmasian, dan pelayanan
pemulihan dengan gizi yang baik. keperawatan. Kolom Sig, dapat dilihat
Berdasarkan kategori pekerjaan, pengaruh masing-masing variabel
mayoritas penderita tuberkulosis resisten independen (ditentukan dari nilai
obatadalah tidak bekerja (65,7 persen), p<0,05).
Tabel 2 Tabulasi Silang Pelayanan Medis Terhadap Kepatuhan Pengobatan Tuberkulosis
Resisten Obat (n=32).
Pelayanan Kepatuhan Pengobatan TB-RO P Value
Medis
Tidak % Patuh % Total %
Patuh
Tidak Efektif 1 3.1 5 15,6 6 18,8
Efektif 3 9.4 23 71,8 26 81,2 0,002
Jumlah 4 12,5 28 87,5 32 100,0
Sumber: Data Primer, diolah (2018), signifikan nilai p<0,05.
Tabel 2 menunjukkan bahwa tuberkulosis resisten obat. Mayoritas
pelayanan medis secara statistik pelayanan efektif dengan kepatuhan
p=0,002, ada pengaruh pelayanan medis pasien selama pengobatan sebanyak 71,8
terhadap kepatuhan pengobatan persen.

Jurnal JUMANTIK Vol. 4 No.2 Juni 2019 - Nopember 2019 205


200
Tabel 3 Tabulasi Silang Pelayanan Kefarmasian Terhadap Kepatuhan Pengobatan
Tuberkulosis Resisten Obat (n=32)
Pelayanan Kepatuhan Pengobatan TB-RO P
Kefarmasian Value
Tidak % Patuh % Total %
Patuh 0,020
Tidak Efektif 4 12,5 4 12,5 8 25,0
Efektif 0 0,0 24 75,0 24 75,0
Jumlah 4 12,5 28 87,5 32 100,0
Sumber: Data Primer, diolah (2018), signifikan nilai p<0,05
Tabel 3 menunjukkan bahwa kepatuhan pengobatan tuberkulosis
pelayanan kefarmasian secara statistik p- resisten obat. Mayoritas pelayanan
value (p=0,020), ada pengaruh kefarmasian dengan kepatuhan pasien
pelayanan kefarmasian terhadap selama pengobatan sebanyak 75,0 persen

Tabel 4 Tabulasi Silang Pelayanan Keperawatan Terhadap Kepatuhan Pengobatan


Tuberkulosis Resisten Obat (n=32)
Pelayanan Kepatuhan Pasien Selama Pengobatan TB -RO P
Keperawatan Value
Tidak % Patuh % Total %
Patuh 0,003
Tidak Efektif 2 6,2 4 12,5 6 18,8
Efektif 2 6,3 24 75,0 26 81,2
Jumlah 4 12,5 28 87,5 32 100,0
Sumber: Data Primer, diolah (2018), signifikan nilai p<0,05.

Tabel 4 menunjukkan bahwa PEMBAHASAN

pelayanan keperawatan secara statistik Distribusi Karakteristik Pasien


Tuberkulosis Resisten Obat
p-value (p=0,003), ada pengaruh
Karakteristik pasien tuberkulosis
pelayanan keperawatan terhadap
resisten obat mayoritas usia produktif
kepatuhan pengobatan tuberkulosis
dan laki-laki. Hal ini menghasilkan
resisten obat. Mayoritas pelayanan
dampak buruk pada sektor ekonomi
keperawatan dengan kepatuhan pasien
sebagai penanggung jawab dalam
selama pengobatan sebanyak 75,0
keluarga. Tingkat pendidikan pasien
persen.
tuberkulosis resisten obat mayoritas
rendah mengalami kesulitan untuk
memahami panduan pengobatan

206 Jurnal JUMANTIK Vol. 4 No.2 Juni 2019 - Nopember 2019 199
tuberkulosis resisten obat dan tahun yang memiliki risiko 2,4 kali (95%
pemahamannya tentang penyakit sangat CI: 1,031-5,589) dibandingkan dengan
kurang. Hal ini menyebabkan kelompok usia 15-24. Kepatuhan
penyebaran penyakit tuberkulosis berobat sangat dipengaruhi oleh perilaku
resisten obat lingkungan tempat pasien. Cara terbaik mengubah perilaku
tinggalnya. Kemampuan secara ekonomi adalah memberikan informasi, diskusi
pasien tuberkulosis resisten obat yang dan partisipasi kepada pasien
rendah. Sementara sebagian dari mereka tuberkulosis, keluarganya dan
adalah usia produktif 25-64 tahun masyarakat sekitar tempat tinggal
sebanyak 65,7 persen, namun tidak pasien. Data hasil wawancara dengan
bekerja atau tidak diterima bekerja pasien tuberkulosis resisten obat didapat
diperusahaan tertentu, sehingga dari instrumen pengumpul data berupa
kesulitan dalam pengobatan dan lembar observasi, catatan mingguan oleh
kebutuhan akan gizi untuk petugas tuberkulosis pada saat pasien
kesembuhannya. menjalani pengobatan di puskesmas dan
Sejalan dengan penelitian oleh pada saat petugas melakukan kunjungan
Widyastuti (2017) yang menyebutkan rumah.
bahwa rentang usia terbanyak pasien Analisis Pelayanan Teraupetik
Terhadap Kepatuhan Pasien
tuberkulosis resisten obat menurut
Tuberkulosis Resisten Obat
kelompok usia, sebagian besar pasien Hasil observasi dan wawancara
berusia >45 tahun. Karena pada usia
dengan pasien tuberkulosis resisten obat
tersebut merupakan usia produktif yang mengenai pelayanan medis diantaranya
rentan terhadap penularan tuberkulosis komunikasi medis yang kurang efektif
di mana lebih banyak berinteraksi dari dokter-pasien dalam diagnosis,
dengan orang lain dan mempunyai akses perjalanan, dan terdapat perbedaan
mobilitas yang tinggi, sehingga disetiap puskesmas dalam penjadwalan
memungkinkan terjadi penularan kepada pemeriksaan mikroskopik pasien.
orang lain dan lingkungan sekitar. Pelayanan medis di puskesmas yang
Menurut Farihatun (2018) di Provinsi diberikan harus sesuai pedoman
DKI Jakarta kelompok usia yang penanggulangan tuberkulosis yang
berhubungan secara signifikan dengan berlaku antara lain penegakan diagnosis
kejadian tuberkulosis resisten obat 45-64 tuberkulosis resisten obat dilakukan

200 Jurnal JUMANTIK Vol. 4 No.2 Juni 2019 - Nopember 2019 207
secara bakteriologis dan klinis serta terhadap tuberkulosis resisten obat (case
dapat didukung dengan pemeriksaan finding), memotivasi pasien untuk patuh
penunjang lainnya, pemeriksaan dalam pengobatan, memberikan
pemantauan kemajuan pengobatan pada informasi dan konseling, dan membantu
akhir pengobatan intensif dan akhir dalam pencatatan untuk pelaporan.
pengobatan. Sejalan dengan penelitian Pelayanan kefarmasian dengan memberi
oleh Noviandri (2016) di Puskesmas bahan informasi dalam rangka pelayanan
Gayungan Surabaya, pelayanan medis komunikasi/konsultasi, informasi dan
pada teraupetik pada pasien tuberkulosis edukasi (KIE) baik bagi penderita dalam
resistensi obat yang diterapkan adalah pelayanan langsung di tempat pelayanan
meningkatkan layanan kesehatan dengan maupun memberikan informasi bagi
memperhatikan manajemen komunitas tenaga kesehatan lain, institusi,
layanan. Kemudian pada penelitian organisasi profesi maupun masyarakat.
Tirtana (2011) pelayanan medis pada Termasuk juga sebagai penyediaan obat
pasien tuberkulosis resistensi obat dari anti tuberkulosis yang aman, efektif,
Rumah Sakit Dr. Ario Wirawan dan bermutu, dan dapat dijangkau oleh
Rumah Sakit Moewardi, dengan 45 seluruh lapisan masyakat. Sejalan
pasien didapatkan ada korelasi kuat dengan penelitian oleh Munir (2008)
antara kepatuhan pengobatan dengan pada pelayanan kefarmasian di Rumah
hasil pengobatan yang berhasil untuk Sakit Persahabatan Jakarta dari 101
mencegah penyebaran kasus-kasus ini sampel menghasilkan bahwa untuk
perlu koordinasi antara lembaga pengendalian teraupetik pada pasien
kesehatan dan banyak sektor. tuberkulosis resistensi obat. Apabila
Pelayanan kefarmasian di tiga tidak sesuai dengan rejimen, dosis dan
Puskesmas Kota Medan sebagai lokasi lamanya terapi memengaruhi angka
penelitian, diantaranya diantaranya kesembuhan pasien.
terdapat perbedaan disetiap puskesmas Pelayanan keperawatan di tiga
dalam penjadwalan pendistribusian obat puskesmas Kota Medan sebagai lokasi
tuberkulosis ke pasien. Sebaiknya penelitian, diantaranya kurangnya
pelayanan kefarmasian mengarahkan komunikasi efektif antara perawat
pasien yang diduga menderita sebagai petugas tuberkulosis dengan
tuberkulosis untuk memeriksakan diri pasien, terutama mengatasi efek samping

208 Jurnal JUMANTIK Vol. 4 No.2 Juni 2019 - Nopember 2019 201
yang dialami pasien. Perilaku petugas puskesmas, pengumpul data berupa
tuberkulosis jarang melakukan Active lembar observasi dan catatan mingguan
Case Treatment, terutama edukasi dan oleh petugas pada saat melakukan
konseling medis panduan kunjungan ke rumah pasien tuberkulosis
penatalaksanaan, pemeriksaan sanitasi yang menjadi peserta penelitian, sisa
lingkungan rumah pasien, dan sebagai OAT pada penderita sesuai dengan
pengawas minum obat. Sejalan dengan jumlah yang seharusnya, pernyataan
penelitian oleh Nurrahmah (2016) di pengawas minum obat anti tuberkulosis
Puskesmas Antang Perumnas Makassar, bahwa pasien minum obat anti
menyatakan bahwa pelayanan tuberkulosis setiap hari dan melihat
keperawatan yang paling penting adalah adanya dukungan psikososial dari
komunikasi antara perawat dan pasien di keluarga pasien. Dukungan keluarga
puskesmas, berlangsung efektif dan baik diperlukan, dimana setiap anggota
apabila secara komunikasi langsung keluarga mendorong pasien tuberkulosis
dalam pelayanan perawat melakukan resisten obat untuk berobat secara
ekspresi yang menyenangkan kepada teratur, memperhatian kemajuan
pasien juga mau mendengarkan keluhan pengobatan pasien, memberi bantuan
pasien dengan seksama, memberikan transpor dan tidak menghindari pasien
umpan balik yang mudah di mengerti yang sakit tersebut. Ketidakpatuhan
dan berbahasa dengan santun. Faktor pengobatan pasien tuberkulosis resistan
menghambat terjalinnya pelayanan obat dengan beberapa alasan yaitu sudah
terapeutik antara perawat dan pasien merasa sembuh walaupun belum selesai
adalah faktor penggunaan bahasa, jadwal pengobatan, adanya efek
perbedaan budaya menyebabkan samping, kurangnya pengetahuan dan
ketidakcocokan psikologi antara kurang aktifnya petugas tuberkulosis
pelayanan keperawatan dan pasien dan mengawasi minum obat selama
terakhir faktor lingkungan tidak baik. pengobatan sehingga kepercayaan
Prilaku kepatuhan pasien minum berkurang, ketersediaan dan
menjalani pengobatan tuberkulosis keterjangkauan fasilitas kesehatan dari
resisten obat dinilai instrumen dari rumah mereka.
rekam medis kunjungan pasien
menerima pelayanan terapi di

202 Jurnal JUMANTIK Vol. 4 No.2 Juni 2019 - Nopember 2019 209
KESIMPULAN lebih luas dan mencegah terjadinya TB-
Hasil penelitian disimpulkan XDR.
bahwa pelayanan teraupetik yaitu Implikasi bagi program
pelayanan medis, pelayanan kefarmasian pengendalian tuberkulosis resistensi obat
dan pelayanan keperawatan, memiliki adalah upaya meningkatkan pelayanan
pengaruh signifikan terhadap kepatuhan teraupetik di puskesmas ditambah
pasien selama menjalani pengobatan dengan mendapat dukungan keluarga
tuberkulosis resistensi obat. Pelayanan dan masyarakat. Perlu komitmen kuat
teraupetik yang berpengaruh tersebut untuk kesembuhan pada pasien, Active
bermanfaat guna memprediksi Case Treatment dari petugas, dukungan
pelayanan kesehatan di wilayah kerja psikososial keluarga dan family support
Puskesmas Teladan, Puskesmas Helvetia system menjadi caregiver untuk
dan Puskesmas Sentosa Baru Kota mencegah terjadi Extensively Drug
Medan terhadap kepatuhan pasien Resistant. Implikasi terhadap keilmuan,
tuberkulosis resisten obat selama penelitian ini merekomendasikan
menjalani pengobatan. pengembangan keilmuan, khususnya
Implikasi bagi masyarakat adalah Ilmu kesehatan masyarakat.
agar mendengarkan dokter dan perawat SARAN
ketika sedang diberikan pelayanan Disarankan agar pelayanan
terapeutik karena semua demi kebaikan teraupetik di puskesmas berjalan efektif
pasien juga untuk bisa lekas sembuh dari dengan memberi kemudahan akses
penyakit. Kepada dokter dan perawat pelayanan, mengatasi efek samping
dalam memberi pelayanan terapeutik pengobatan, active case treatment oleh
sebaiknya meningkatkan komunikasi petugas TB dan dukungan psikososial
efektif (baik dan benar) agar pasien dari keluarga. Puskesmas sebagai pintu
menyukai tindakan yang dilakukan oleh pelayanan pertama dalam pengendalian
perawat dengan lebih meningkatkan tuberkulosis resistan obat, aktif langsung
komunikasi yang baik dan benar. mendatangi penderita yang mangkir
Meningkatkan kepatuhan pasien berobat, deteksi dini mencegah
tuberkulosis resistan obat dalam komplikasi dan penyebaran TB-RO,
pengobatan, guna menghindari menjaga stok obat anti tuberkulosis tetap
penularan tuberkulosis resistan obat tersedia dan memberi pengetahuan

210 Jurnal JUMANTIK Vol. 4 No.2 Juni 2019 - Nopember 2019 203
dalam bentuk promosi kesehatan supaya Kementerian Kesehatan RI, 2015.
Kebijakan Program Indonesia
masyarakat segera mengetahui gejala
Sehat dengan Pendekatan
dan tanda tuberkulosis resistan obat dan Keluarga.
dapat menghubungi petugas kesehatan. Kementerian Kesehatan RI, 2016.
DAFTAR PUSTAKA Pedoman Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis.
Akshata, J.S. and Chakrabarthy, A, Cetakan ke 8. Jakarta, Sistem
2016. Management of MDR-TB – Kesehatan Nasional. bab 10 hal.
Monitoring is the key to successful 70-73
outcome. Egyptian Journal of
Chest Diseases and Tuberculosis. Munir, M.S., Nawas, A. and Soetoyo,
65:447–450. D.K., 2008. Pengamatan pasien
tuberkulosis paru dengan
CDC, 2017. National Action Plan for multidrug resistant (TB-MDR) di
CombatingMultidrug- Poliklinik Paru RSUP
ResistantTubercolosis. Atlanta: Persahabatan.
The Centers for Disease Control
and Prevention. Nurrahmah, 2016. Komunikasi Dalam
Pelayanan Terapeutik Perawat dan
Farihatun, S., & Machmud, P. B. 2018. Pasien di Puskesmas Antang
Determinant Factors of Drop Out Perumnas Makassar. Universitas
Among Multi Drugs Restance Islam Negeri Alauddin Makasar.
Tuberculosis Patients at Jakarta
Province. Indonesian Journal of Noviandari. 2016. Model Pelayanan
Tropical and Infectious Disease, Kesehatan (Studi Deskriptif
7(3), 87-92. Tentang Model Pelayanan di
Puskesmas Gayungan Kabupaten
Falzon, D., Mirzayev, F., Wares, F., Jombang. Disertasi. Surabaya:
Baena, I.G., Zignol, M., Linh, N., Universitas Airlangga.
et al. 2015. Multidrug-resistant
tuberculosis around the world: Profil Kesehatan Provinsi Sumatera
what progress has been made?.Eur Utara Tahun 2017. Medan: Dinas
Respir J. 45: 150–160. Kesehatan Provinsi Sumatera
Utara.
Kementerian Kesehatan RI, 2010.
Farmaceutical Care Untuk Sastroasmoro, S., Madiyono, B.,
Penyakit Tuberkulosis. Direktorat Moeslichan, S., Budiman, I. and
Bina Kefarmasian Komunitas dan Purwanto, S.H., 2002. Dasar-dasar
Klinik serta Alat Kesehatan metodologi penelitian klinis.
Departemen Kesehatan. Jakarta: Sagung Seto.

Kementerian Kesehatan Republik Tirtana, B. T., & Musrichan, M. 2011.


Indonesia Peraturan Menteri Faktor-faktor yang mempengaruhi
Kesehatan RI no 13. 2013. keberhasilan pengobatan pada
Pedoman Manajemen Terpadu pasien tuberkulosis paru dengan
Pengendalian Tuberkulosis resistensi obat tuberkulosis di
Resistan Obat. Jakarta Wilayah Jawa Tengah (Doctoral
dissertation, Faculty of Medicine).

204 Jurnal JUMANTIK Vol. 4 No.2 Juni 2019 - Nopember 2019 211
Vause, A. and Aspinall, C. 2015. Drugs Resistant Tuberkulosis,
‘Whole person’ approach used in Geneva: <Available online at
complex TB case. A http://www whoint/tb>
multidisciplinary health team WHO, 2017. TB Global Tuberculosis
successfully managed the complex Report 2017, Multidrug and
care of a patient with drug-resistant Extensively Drug Resistant- TB
tuberculosis, and other significant :<Available online at http://www
physical and mental problems. Kai whoint/tb>
Tiaki Nursing New Zealand.
21(8):30-31. Zuliana I, 2009. Pengaruh Karakteristik
Individu, Faktor Pelayanan
Widiastuti, E. N., Subronto, Y. W., & Kesehatan dan Faktor Pengawas
Promono, D. 2017. Determinan Menelan Obat Terhadap Tingkat
kejadian multi-drug resistant
tuberculosis di rumah sakit Dr. Kepatuhan Penderita TB Paru Dalam
Sardjito Yogyakarta. Berita Pengobatan di Puskesmas Pekan
Kedokteran Masyarakat, 33(7), Labuhan Kota Medan Tahun 2009.
325-330. FKM, USU. Medan
WHO, 2016. Companion Handbook for
Programmatic Management of

212 Jurnal JUMANTIK Vol. 4 No.2 Juni 2019 - Nopember 2019 205

You might also like