You are on page 1of 60

DEPRESI DENGAN GEJALA

SOMATIK
Pembimbing : dr.Tumpak Saragi, SP.KJ
Oleh :
Rahayu Oktaliani G1A217109
M. Yudhi Surya Chandra G1A217111
Shanna Alysia Aziz G1A217112
Tommy Akasia G1A217104
PENDAHULUAN
Depresi
Depresi merupakan gangguan mental y
ang sering terjadi di tengah masyarakat Somatisasi
Somatisasi adalah istilah umum ya
Sering ditemukan dengan prevalensi se ng menggambarkan adanya gejala
umur hidup adalah kira kira 15% medis dijelaskan dan menyiratkan
komponen psikologis dengan gejal
Jika tidak diterapi dengan baik bisa ber a adalah penyakit fisik yang diseba
akhir dengan bunuh diri bkan oleh pikiran negatif dan/atau
Depresi Somatisasi masalah emosi.
Satu dari tujuh orang akan menderita g
angguan psikososial depresi berat Gejala-gejala fisik tersebut melalui
saraf otak mengirim impuls terseb
ut ke berbagai bagian tubuh, dan p
Faktor Resiko elepasan adrenalin ke dalam aliran
darah.
Wanita : Pria = 2 : 1

Usia 20 sampai 50 tahun, paling s


ering adalah pada usia 40 tahun
BAB II
STATUS PSIKIATRI
A. Identitas Pasien B. Anamnesis

Tanggal MRS : 07 Desember 2018 jam 11.14 WIB Keterangan di bawah ini diperoleh dari :
Nama : Tn. S 1. Pasien sendiri
Jenis Kelamin : Laki-laki
TTL : Puwerojo, 23 Januari 1974
Umur : 44 tahun
Status Perkawinan: Sudah Menikah
Bangsa : Indonesia
Suku/Bangsa : Jambi/Indonesia C. Keluhan Utama :
Agama : Islam
Pendidikan : SD Pasien datang ke poli jiwa RSJD Provinsi Jamb
Pekerjaan : Supir i atas keinginan sendiri untuk kontrol ulang men
Alamat : Desa Petiduran Baru Kec. Mandiangin genai penyakitnya.
Kab. Sarolangun Provinsi Jambi
D. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang sendiri ke poliklinik RSJD Provinsi Jambi, memakai kaos, celana katun, dan tampak rapi. Sa
at memasuki ruangan, pasien terlihat murung. Saat ditanya nama dan alamat, pasien menjawab dengan benar.
os sering berobat ke rumah sakit karena merasa penyakitnya tidak kunjung sembuh, pengobatan dilakukan mul
ai dari berobat 4 kali di RS umum muara bulian, RS medika bulian sebanyak 1 kali, os pernah dirawat di RSUD
raden mataher selama 1 minggu dengan diagnosis radang usus besar, os pernah berobat ke RS Yogyakarta P
arsito sebanyak 1 kali, setelah dilakukan colon in loop, darah rutin, rontgen thorax dan abdomen semua dalam
batas normal, lalu pasien melakukan ct- scan dan mendapatkan hasil terdapat usus buntu selanjutnya pasien d
i operasi di RS Siloam, setelah selesai operasi keluhan masih dirasakan dan semakin memburuk, karena tak k
unjung sembuh os di rujuk dokter siloam untuk berobat di RSJD Provinsi Jambi.

Keluhan pertama os pada 10 November 2017 saat masuk ke poliklinik RSJD Provinsi Jambi adalah os data
ng sulit tidur, sakit perut dan terasa panas pada perutnya, dan menjalar hingga ke dada kiri dan kanan, kepala t
erasa berdenyut-denyut, menurut os keluhan os ada dikarenakan sering sakit dan tak kunjung sembuh, keluha
n itu semakin diperberat saat anaknya hampir diperkosa, karena memikirkan serta merasa bersalah dengan ke
adaan tersebut os merasa semakin stres dengan keadaan yang dialaminya os merasa sulit memasuki tidur dan
sering terbangun pada malam hari, karena malu dengan penyakitnya os tidak keluar dari rumah, dan merasaka
n jika orang lain menyindirnya karena penyakitnya tidak sembuh-sembuh, os merasakan kurang minat untuk m
elakukan hubungan seksual dengan istrinya, os pernah melakukan percobaan bunuh diri karena tidak sanggup
lagi menahan penyakitnya.
Os merasa sulit tidur ±8 bulan yang lalu, karena memikirkan penyakit yang dideritanya serta kejadian anakn
ya tersebut. Karena sulit tidur os merasa sakit kepala hingga terguling-guling, merasa badanya panas, seluruh
badan terasa pegal-pegal dan os menjadi gelisah. Os merasa sedih, cemas dan mudah tersinggung. Sejak ±6
bulan yang lalu os tidak mau bekerja lagi dan malas keluar rumah. Os mengatakan jika bekerja mudah lelah. O
s merasa nafsu makannya berkurang. Os tidak pernah merasakan gembira yang berlebihan dan kepercayaan
diri yang meningkat sebelumnya.

Pada tanggal 23 November 2017 os melanjutkan obat yang diberikan poliklinik RSJD dan mengatakan susa
h tidur, kurang nafsu makan dan kepala masih terasa sakit, dan pada tanggal 06 Desember 2017 os kembali da
tang ke RSJD Provinsi Jambi, os melanjutkan obat yang diberikan, cemas semakin berkurang, namun nafsu m
akan semakin menurun dan terasa sakit kepala. Kunjungan terakhir os pada tanggal 07 Februari 2018 os meng
atakan keluhan semakin membaik, pada tanggal 24 Februari kami menelpon os dan mengatakan jika os masih
merasa sedih, masih mengurung diri di dalam rumah, os masih merasa malu, os merasakan mudah marah, os
masih merasa bersalah dengan kejadian masa lalunya, pola tidur os semakin membaik, os bekerja sebagai su
pir karet dan itu hanya dilakukan sesekali saja untuk membantu kakaknya, nafsu makan os juga belum terlalu
membaik.
E. Riwayat Penyakit Dahulu
• Gangguan mental dan emosi : Os terlihat sedih karena penyakitnya tidak kunjung sembuh, os merasa per
utnya sangat sakit dan mencari pertolongan ke setiap rumah sakit, os pernah berobat 4 kali di RS umum m
uara bulian, RS medika bulian sebanyak 1 kali, os pernah dirawat di RSUD raden mataher selama 1 mingg
u dengan diagnosis radang usus besar, os pernah berobat ke RS Yogyakarta Parsito sebanyak 1 kali, kare
na tak kunjung sembuh os berobat di RSJD Provinsi Jambi. Pengobatan ini os lakukan sejak tahun 2017

• Kondisi medik : Os pernah menjalani operasi appendisitis pada tahun 2017 dan menderita
gastritis.

• Gangguan neurologis : sakit kepala (+), trauma kepala (-), gangguan penglihatan (-), kejang (-).

F. Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak dari pasangan Tn.D dan Ny.T, pasien anak ke-3 dari 5 bersaudara. Tidak terdapat ada
nya keluhan yang sama pada keluarga pasien.
GENOGRAM

KETERANGAN

: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien
1. Riwayat prenatal dan perinatal
Pasien lahir setelah dikandung selama 9 bulan, merupakan kehamilan yang diharapkan dan direncanakan, lahi
r spontan dibantu oleh bidan dan tidak ada penyulit dalam proses kehamilan atau persalinan. Pasien lahir deng
an berat badan cukup dan tidak memiliki kelainan fisik.

2. Masa kanak-kanak awal ( kelahiran sampai usia 3 tahun )


a. Kebiasaan makan dan minum
Tidak diketahui dengan pasti oleh pasien.

b. PeArkembangan awal
Sepengetahuan pasien, secara umum kesehatan pasien baik, pertumbuhan dan perkembangan tampak nor
mal seperti anak lainnya.

c. Toilet training
Tidak diketahui bagaimana toilet training diajarkan oleh ibunya.

d. Gejala-gejala dari gangguan perilaku


Tidak ada.

e. Kepribadian dan temperamen


Pasien termasuk anak yang penurut, ceria dan tidak rewel.
3. Masa kanak-kanak menengah ( usia 3 – 11 tahun )
Pertumbuhan dan perkembangan pasien sama seperti anak seusianya. Pasien merupakan anak yang memiliki
banyak teman dan bisa bergaul dengan teman sebayanya di lingkungan sekitar rumahnya.

4. Masa kanak-kanak akhir (pre-pubertas hingga remaja)


a. Hubungan sosial
Pasien merupakan anak yang memiliki banyak teman dan bisa bergaul dengan teman sebayanya di lingkungan
sekitar rumahnya. Pasien tidak pernah bermasalah dalam menjalin hubungan pertemanan. Namun pasien cend
erung tertutup mengenai masalah yang ia miliki.

b. Riwayat sekolah
Pasien hanya tamat SD atas kemauan sendiri

c. Perkembangan kognitif dan motorik


Sesuai dengan anak seusianya

d. Masalah emosi dan fisik masa remaja


Pasien mempunyai sifat sangat percaya diri dan terbuka

e. Riwayat Psikoseksual
Ketertarikan awal pada lawan jenis, pasien mulai merasakan ketertarikan pada lawan jenis sejak umur 16 tahu
n. Kegiatan seksual pranikah tidak ada.
5. Masa dewasa
a. Riwayat pekerjaan
Pasien bekerja sebagai supir karet dari Sarolangun menuju Jambi atau sebaliknya.

b. Riwayat perkawinan dan relasi


Pasien mulai tertarik dengan lawan jenis ketika umur 18 tahun. Pasien menikah saat berusia 21 tahun dan di
karuniai 2 orang anak. Hubungan pasien dengan istri sedikit bermasalah hingga saat ini, perkawinan os tidak
direstui oleh mempelai wanita, keluarga istri os sering menyindir os karena berasal dari keluarga tidak mamp
u, hingga saat ini komunikasi dengan keluarga perempuan masih sangat mini. Saat os sakit, os sering berten
gkar dengan istrinya, karena os menganggap istirnya tidak memperdulikan penyakit os, namun saat ini hubu
ngan dengan istri os membaik, tapi os masih merasakan kurangnya minat untuk melakukan hubungan seksu
al. Os merasa semakin tertekan saat anaknya hampir diperkosa, os merasa sangat sedih dan keluhan sema
kin berat.

c. Aktifitas sosial
Sebelum sakit, pasien cukup aktif mengikuti acara-acara, pasien suka berosialisasi, sering ikut di setiap kegi
atan. Hubungan pasien dengan lingkungan dan tetangga sekitar baik. Tidak pernah terlibat permusuhan.
d. Latar belakang agama
Kehidupan beragama pasien cukup baik, dalam kehidupannya pasien taat beribadah.
e. Riwayat hukum
Pasien tidak pernah memiliki masalah hukum dan tidak mempunyai pengalaman militer.
Pemeriksaan
Pemeriksaaan tanda vital
Keadaan umum
Kesadaran : Kompos mentis
TD : 120/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,5oC
RR : 18 x/menit
Tinggi Badan : 157 cm
Berat Badan : 58 kg
IMT : 23,57 (kelebihan BB)
Pemeriksaan Kepala dan Leher : Dalam batas nor
mal
Pemeriksaan Thorak : Dalam batas normal
Pemeriksaan Abdomen: Post operasi appendisitis
Pemeriksaan Ekstremitas: Dalam batas normal
Etiologi

Faktor
Neuropatologi
Genetik

Faktor
Neurobiologi
Psikososial

Skizofrenia

Model Diatesis-Stres
Skizofrenia
Kriteria DMS-IV-TR Skizofrenia
• Waham
• Halusinasi
• Bicara kacau (cth., sering melantur atau
inkoherensi)
• Perilaku yang sangat kacau atau katatonik
• Gejala negative, afektif mendatar, alogia,
atau kehilangan minat
• Disfungsi social/okupasional
• Durasi : 6 bulan
• Ekslusi gangguan mood dan skizoafektif
• Ekslusi kondisi medis umum/zat
• Hubungan dengan gangguan perkembangan
pervasif
• Klasifikasi perjalanan penyakit longitudinal
Diagnosis
Kriteria Diagnostik PPDGJ-III

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang
ini yang amat jelas : harus selalu ada secara jelas :
A. Thought echo
E. Halusinasi yang menetap dari panca-indera
 Thought insertion or withdrawal
apa saja
 Thought broadcasting
B. Delusion of control F. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang
 Delusion of influence mengalami sisipan (interpolation),
 Delusion of passivity
 Delusion of perception G.Perilaku katatonik
C. Halusinasi auditorik
H. Gejala-gejala negatif
D. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang
menurut budaya

gejala khas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih

Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dari
beberapa aspek perilaku pribadi
Subtipe skizofrenia

Tak
Disorganized
Paranoid Katatonik Terdiferensiasi Residual
Diagnosis banding
Gangguan Psikotik Sekunder

Berpura-pura (Malingering) dan Gangguan Buatan

Gangguan Psikotik Lain

Gangguan Mood

Gangguan Kepribadian
Tanda dan Gejala Pramorbid
• Sebelum fase prodromal
• kepribadian skizoid atau skizotipal
afek datar atau
• Anak : hanya memiliki beberapa orang teman tumpul
• Remaja : tidak memiliki teman dekat serta waham
Alogia, bloking,
menghindari olahraga kelompok, obsesif-kompulsif halusinasi kurang
merawat diri,
Tanda dan gejala prodromal kurang
• Awal : kelemahan, dan masalah pencernaan motivasi,
• Ide abstrak, filosofi, ilmu gaib, atau pertanyaan anhedonia, dan
religius penarikan diri
• Perilaku sangat aneh, afek abnormal, cara bicara secara sosial.
tidak biasa, ide bizar, pengalaman perseptual
yang aneh.
Deskripsi Umum
Mood, Perasaan,
dan Afek
Gangguan Perseptual
Isi Pikir
Bentuk Pikir
Proses pikir
Tatalaksana

Obat antipsikotik
Pemilihan obat antipsikotik :
derajat respon obat terhadap symptom
efek samping
keinginan pasien terhadap rute pemberian
Antipsikotik generasi kedua efek samping
ekstrapiramidal dan diskinesia yang lebih
rendah
Pemilihan obat pada
fase akut skizofrenia
•Inisiasi yang cepat pada psikotik akut
•olanzapin dan risperidon dapat diberikan untuk efek
yang lebih cepat dan untuk mencegah ketidakpatuhan
pasien.
•Formulasi parenteral (haloperidol, ziprasidon, olanza
pin) short-acting, dengan atau tanpa benzodiazepin
parenteral (lorazepam), tersedia untuk pemberian
emergensi pada pasien agitasi akut.
Prognosis

hasil akhir baik


10-20%
> 50% hasil akhir buruk

10-60% Angka pemulihan

40-60% hendaya secara signifikan


Antipsikosis Tipikal
Farmakokinetika
Penyerapan dan Distribusi

• Diserap dengan mudah tetapi tidak sempurna


• Metabolisme first-pass signifikan
• Sebagian besar obat antipsikotik sangat larut lemak dan
terikat ke protein (92-99%)
• volume distribusi besar (biasanya lebih dari 7 L/kg)
• Preparat suntikan kerja-lama masih dapat menyebabkan
blokade reseptor D2 3-6 bulan setelah penyuntikan
terakhir
Farmakokinetika
Metabolisme
metabolisasi oleh oksidasi atau demetilasi, dikatalisis oleh enzim sitokrom P450 hati.
Interaksi :obat antipsikotik dengan obat psikotropikIain atau obat—misalnya ketokonazol
yang menghambat berbagai enzim sitokrom P450.
Pada dosis klinis obat antipsikotik biasanya tidak mengganggu metabolisme obat Iain

Drug Bioavailability % Ikatan – Protein % Waktu Paruh t1/2 (jam)

Clorpromazine 10 – 33 90 – 95 8 – 35
Thioridazin 25 – 33 99 9 – 30
Perphenazine ≈ 25 90 – 95 8 – 21
Fluphenazine 20 – 50 90 – 95 14 – 24
Haloperidol 40 – 70 92 12 – 36
Thithixene ≈ 50 90 – 95 34
Farmakodinamika

Jalur Mesolimbik
Farmakodinamika

Jalur Nigrostiatal
Farmakodinamika

Mekanisme tardive
dyskenesia
Farmakodinamika

Jalur Tuberoinfundibular
Farmakodinamika

Ikatan Antipsikotik Tipikal Blokade Reseptor Histamin H1


Antipsikosis Atipikal
Pendahuluan

APG II yang dikenal saat ini


adalah clozapine,
risperidone, olanzapine,
quetiapine, zotepine,
ziprasidone, aripiprazole.
APG II mempunyai
mekanisme kerja
melalui interaksi antar
serotonin dan dopamin
pada ke 4 jalur
dopamin di otak
Agen anti psikosis
atipikal pertama yang
diperkenalkan adalah
clozapine pada tahun
1990 sebagai
pengobatan lini pertama
pada skizofrenia dalam
kurun 30 tahun
Perbedaan Antipsikosis Tipikal Dan Atipikal
Mekanisme Kerja

Jalur dopamin dan regio


penting di otak
Jalur nigrostriatal

Interaksi Jalur Dopamin pada akson terminal Mekanisme Antipsikosis Atipikal di jalur nigrostriatal
Mekanisme Kerja
Tuberoinfundibular Pathways
Mesolimbik Pathways
APG II di jalur mesolimbik, antagonis 5H pelepasan prolaktin menurun sehingga
T2A gagal untuk mengalahkan antagonis tidak terjadi hiperprolaktinemia.
D2 di jalur tersebut sehingga dapat
memperbaiki gejala positif.

Mesokortikal Pathways Multiple Sites Pathways


APG II memblok reseptor 5HT2A , Jalur ini berasal dari beberapa tempat
meningkatkan pelepasan dopamin dan diantaranya periaquedectal gray, ventral
dopamin yang dilepas menang dari pada ya mesenchephalon, hypothalamic nuclei,
ng dihambat di jalur mesokortikal, nucleus prabrachial lateral menuju talamus.
sehingga berkurangnya gejala negatif
Hubungan antara antipsikosis terhadap
aksi klinis

anti depresan
pada bipolar dan anti manik anxiolitik
unipolar depresi

sedatif hipnotik
cardiometabolic
dan sedatif
Klasifikasi Anti Psikosis Atipikal

• Risperidone, Olanzapine,
First Quetiapine, Ziprasidone,
Aripiprazole.
line
• Clozapine.
Second
line
Clozapine
Gold standard pada pasien yang telah resisten
Efek dopaminergik rendah, tetapi dapat mempengaruhi
fungsi saraf dopamin pada sistem mesolimbik-mesokorti
kal otak
Efektif untuk gejala psikosis positif maupun negatif
Efek yang bermanfaat terlihat dalam waktu 2 minggu
Efek samping EPS rendah
Efek resiko agranulositosis yang lebih tinggi
Clozapine
Farmakokinetik
Penyerapan
Absorpsi secara cepat dan sempurna pada pemberian per oral.
Kadar puncak plasma tercapai 3-4 jam setelah pemberian obat
Oral availabilitas sekitar 12-81%
Clozapine dengan atau tanpa makanan tidak memberikan pengaruh penyerapan
Obat ini di metabolisme hampir sempurna sebelum dieksresi lewat urin dan tinja
Waktu paruh rata-rata 11,8 jam sehingga pemberiannya dianjurkan 2 kali dalam
sehari.

Distribusi
Luas volum distribusi sekitar 2-5l/kg
Waktu paruh 11-15 mencapai steady state pada hari ke empat atau delapan
Clozapine secara garis besar di metabolisme di hepar.
Distribusi dari clozapine dibandingkan obat antipsikotik lainnya lebih rendah.
Pada reseptor D4 afinitasnya lebih tinggi 10 kali lipat dibandingkan antipsikotik
lainnya,
Clozapine
Dosis : Kontra indikasi :
Hari 1 >> 1 – 2 x 12,5 mg. Ada riwayat toksik/hipersensitif.
Berikutnya ditingkatkan 25 – 50 mg / hari sp 300 – 450 mg / Gangguan fungsi Sumsum tulang.
hari dengan pemberian terbagi. Epilepsi yang tidak terkontrol.
Dosis maksimal 600 mg / hari. Psikosis alkoholik dan psikosis toksik lainnya.
Sediaan yang ada di pasaran tablet 25 mg dan 100 mg Intoksikasi obat.
Koma.
Kollaps sirkulasi.
Efek samping : Depresi SSP.
Granulositopeni, agranulositosis, trombositopeni, eosinofilia, Ganguan jantung dan ginjal berat.
leukositosis, leukemia. Gangguan liver.
Ngantuk, lesu, lemah, tidur, sakit kepala, bingung, gelisah,
agitasi, delirium.
Mulut kering atau hipersalivasi, penglihata kabur, takikardi,
postural hipotensi, hipertensi.
Risperidone
 Memperbaiki skizofrenia yang gagal di terapi dengan APG I
 Memperbaiki fungsi kognitif
 Diabsorbsi secara oral dan melewati metabolism pertama
 Absorbsi tidak terganggu oleh makanan
 Oral bioavailabiitas rata-rata 68%
 T maksimu dilaporkan dalam 1-1,5 jam
 Obat didistribusikan dengan vd 1-1,5L/kg.
 Metabolisme :sebagian besar terjadi di hati oleh enzim cyp2d6
 Eksresi terutama melalui urin.
 Metabolisme dihambat oleh antidepresan fluoxetine dan
Paroxetine, metabolisme obat ini dipercepat bila diberikan bersamaan
Carbamazepin
Risperidone
Indikasi :
• Skizofrenia akut dan kronik dengan gejala positif Efek samping:
dan negatif. • EPS
• Gejala afektif pada skizofrenia (skizoafektif). • Peningkatan prolaktin (ditandai d
engan gangguan menstruasi,
Dosis : • galaktorea, disfungsi seksual)
• Hari 1 : 1 mg, hari 2 : 2mg, hari 3 : 3 mg. • Sindroma neuroleptik malignan
• Dosis optimal - 4 mg / hari dengan 2 x pemberian • Peningkatan berat badan
• Pada orang tua,gangguan liver atau ginjal dimulai • Sedasi
0,5 mg, ditingkatkan sp 1 – 2 mg dengan • Pusing
2 x pemberian. • Konstipasi
• perbaikan mulai terlihat dalam 8 minggu dari pengo • Takikardi
batan awal
• Kadar puncak plasma dicapai dalam waktu 1-2 jam
• setelah pemberian oral.
Olanzapine
 golongan dibenobenzodiazepine
 Absorpsi tidak dipengaruhi oleh makanan
 metabolisme jalur pertama dengan oral bioavailibilitas berkisar antara 60-80%
 distribusi dengan Vd 10-20 L/kg
 Metabolisme akan meningkat pada penderita yang merokok dan menurun bila
diberikan bersama dengan antidepresan fluvoxamine atau antibiotik ciprofloxa
cin.
 Eliminasi waktu paruh dari olanzapine memanjang pada penderita usia lanjut
 Cleareance olanzapine meningkat sekitar 40% pada perokok dibandingkan
 yang tidak merokok, sehingga perlu penyesuaian dosis yang lebih tinggi pada
penderita yang merokok.
Olanzapine
Indikasi :
Sizofrenia atau psikosis lain dengan gejala positive dan negatif.
Episode manik moderat dan severe.
Pencegahan kekambuhan gangguan bipolar.
Dosis :
Untuk skizofrenia mulai dengan dosis 10 mg 1 x sehari.
Untuk episode manik mulai dengan dosis 15 mg 1 x sehari.
Untuk pecegahan kekambuhan gangguan bipolar 10 mg / hari
Efek samping:
Penigkatan berat badan
Somnolen
Hipotensi ortostatik berkaitan dengan blokade reseptor α1
EPS dan kejang rendah
Insiden tardive dyskinesia rendah
Quetipine
 Dibenzodiazepine derivates
 Konsentrasi plasma puncak dicapai dalam waktu 1,5 jam
 Metabolisme terjadi di hati, waktu paruhnya 6 jam
 Bioavailibilitas oral pada quetiapine berkisar 9%
 Cleareance quetiapine menurun 40% pada penderita usia lanjut
 Sehinga perlu penyesuaian dosis yang lebih rendah dan menurun
30% pada penderita yang mengalami gangguan fungsi hati.
 Cleareance quetiapine meningkat apabila pemberiannya dilakukan
bersamaan dengan antiepileptik fenitoin, barbiturat, carbamazepin
dan antijamur ketokonazole.
Quetipine
 Quetiapine dapat memperbaiki gejala positif, negatif, kognitif
dan mood.
 Pemberian awal quetiapine dimulai dengan dosis 50 mg per
hari selama 4 hari,
 Kemudian dinaikkan menjadi 100 mg selama 4 hari,kemudian
dinaikkan lagi menjadi 300 mg. Setelah itu dicari dosis efektif
antara 300-450 mg/hari.
 Efek samping :somnolen,hipotensi postural, pusing, peningkat
an berat badan, takikardi, dan hipertensi.
Ziprasidone

 Obat ini belum tersedia di indonesia


 Menghambat pengambilan kembali (reuptake) neurotransmiter
serotonin dan norepineprine di sinaps
 Efektif >> gejala negatif dan penderita yang refrakter dengan antipsikotik
 Absorpsi ziprasidone akan meningkat dengan adanya makan
 Konsentrasi plasma puncak dicapai dalam waktu 2-6 jam setelah pembe
rian oral dengan waktu paruh obat rata-rata 5-10 jam
 Metabolisme melalui hati
 Pro-serotonergik dan pro-noradregenik >> antidepresan dan ansiolitik
Ziprasidone

 Efikasi terjadi pada dosis 80-160 mg/hari, untuk gejala


positif, negatif, dan depresif pada pasien skizofrenia.
 Dosis intial 40 mg perhari, efektif bila bersamaan dengan
makanan ,dosis pemeliharaan 40-60 mg per hari.
 Efek samping : somnolen (14%), peningkatan berat badan
(10%), gangguan pernafasan (8%), EPS (5%), dan bercak
-bercak merah di kulit (4%).
Aripiprazole
 dopamin sistem stabilizer
 metabolisme di hati
 Waktu paruh berkisar antara 75-94 jam
 Absorpsi aripiprazole mencapai konsentrasi plasma puncak dalam
waktu 3-5 jam setelah pemberian oral
 diberikan sesudah makan, terutama pada pasien yang mempunyai
keluhan dispepsia, mual dan muntah.
Indikasi :
Skizofrenia.
Dosis :
10 atau 15 mg 1 x sehari.
Efek samping :
Sakit kepala, Mual, muntah, Konstipasi,
Ansietas, insomnia, somnolens, Akhatisia.
Farmakokinetik Antipsikosis Atipikal
Antipsikosis
lain

Antidepresan
Antasida
trisiklik

Interaksi
obat Antipsikosis

antikonvulsan anti-anxietas

ECT
Cara Penggunaan

Pemilihan
Obat Pengaturan
Dosis

Lama Penggunaan
Pemberian Parenteral
Pemilihan Obat

gejala negatif
lebih menonjol
Riwayat pilihan obat
penggunaan antipsikosis
tidak respons : anti-psikosis – atipikal
baik, jenis obat perlu dipertim
ganti dengan obat bangkan.
mempertimbangkan anti-psikosis lain dapat dipilih
gejala psikosis (dari golongan kembali
yang dominan dan yang tidak sama),
efek samping obat. dengan dosis
Pergantian obat
disesuaikan dengan
ekivalen-nya
dosis ekivalen.
Pengaturan Dosis

Mulai dengan “dosis awal” sesuai dengan “dosis anjuran”,


dinaikkan setiap 2-3 hari  sampai mencapai “dosis efektif”
(mulai timbul peredaran Sindrom Psikosis)  dievaluasi setiap
2 minggu dan bila perlu dinaikkan  “dosis optimal” 
dipertahankan sekitar 8-12 minggu (stabilisasi)  diturunkan s
etiap 2 minggu  “dosis maintenance”  dipertahankan 6
bulan sampai 2 tahun (diselingi “drug holiday” 1-2 hari/minggu)
 tapering off (dosis diturunkan tiap 2-4 minggu)  stop
Lama Pemberian

 Sindrom Psikosis “multi episode” : terapi maintenance paling sedikit 5 tahun


 pemberian obat anti-psikosis sebaiknya dipertahankan 3 bulan sampai
 1 tahun setelah semua gejala psikosis mereda sama sekali
 “Psikosis Reaktif Singkat” penurunan obat secara bertahap setelah hilangnya
gejala dalam kurun waktu 2 minggu – 2 bulan.
 penghentian yang mendadak >> “Cholinergic Rebound”
 Keadaan ini akan mereda dengan pemberian “anticholinergic agent” (injeksi
Sulfas Atropin 0,25 mg (im), tablet Trihexyphenidyl 3x 2 mg/h).
Penggunaan Parenteral
• “long acting” Fluphenazine Decanoate 25 mg/cc
Haloperidol Decanoas 50 mg/cc, im, setiap 2 – 4
minggu untuk pasien yang sulit teratur makan obat

• Dosis mulai dengan ½ cc setiap 2 minggu pada bulan


pertama kemudian baru ditingkatkan menjadi 1 cc
setiap bulan.

• hanya untuk terapi stabilisasi


Perhatian Khusus

injeksi Nor-
Chlorpromazine Hipotensi
injeksi (im) : Ortostatik adrenaline

Trihexyphenidyl
3-4x 2 mg/hari,
Gejala
Haloperidol Sulfas Atropin
Ektsrapiramidal
0,50-0,75 mg
(im).
Kesimpulan
 Skizofrenia >> aktivitas dopamine yang berlebihan dan serotonin meningkat
 Diagnosa skizofrenia dapat mengikuti PPDGJ III, DSM IV, dan DSM V
 Antipsikotik atipikal memiliki keunggulan untuk low extrapiramidal dan less
hyperprolactinemia.
 Antipsikotik tipikal adalah sekelompok obat yang menghambat reseptor
dopamine tipe 2 (D2)
 Antipsikotik atipikal bersifat dopamine antagonist, agonis parsial dopamine
serta antagonis reseptor 5HT2A
 Farmakokinetik antipsikotik kebanyakan diserap baik dalam sediaan oral dan
melintasi metabolisme jalur pertama di hati.
 Pemberian switch pada obat-obatan antipsikotik diperlukan beberapa
pertimbangan terkait efek samping serta efikasi setiap obat.
Thank you

You might also like