Professional Documents
Culture Documents
CANDI SIMANGAMBAT:
A HINDU TEMPLE WITH JAVANESE ARCHITECTURAL STYLE
IN MANDAILING NATAL, NORTH SUMATRA
Abstract
Simangambat Temple which is a Hindu temple is located in Simangambat Village, Siabu District,
Mandailing Natal Regency. Based on the artifactual findings of the research conducted by the North
Sumatra Archaeological Center during 2008-2012 indicate that this temple has a span of utilization
around the 9-11 century AD. One of them is based on the comparison of glass bottles found in
Simangambat temple research and the Old Lobu site. The problem in this article is what is the shape of
the Simangambat temple in the past? Still related to the physical problems of the temple building, the
next question that arises is where did the natural stones as the constituent material of Simangambat
Temple come from? Based on the assumption of the time span of its use, this article tries to compare
architectural data found in Simangambat Temple and temples in Java. It also tries to trace the source
of raw stone material used in Simangambat Temple. The results of architectural comparison show that
this temple has the same artistic style as the temples from the 9th-11th century AD on Java. As for the
location of the stone raw material used, it is most likely located on the Kebun Baturosak Site not far
from Simangambat Temple.
Keywords: reconstruction; candi Simangambat; raw stone material; architectural style
.Abstrak
Candi Simangambat yang merupakan candi hindu terdapat di Kelurahan Simangambat, Kecamatan
Siabu, Kabupaten Mandailing Natal. Berdasarkan pada temuan artefaktual penelitian yang dilakukan
oleh Balai Arkeologi Sumatera Utara selama tahun 2008 2012 mengindikasikan bahwa candi ini
memiliki rentang waktu pemanfaatan sekitar abad 9-11 Masehi. Salah satunya berdasarkan pada
komparasi botol kaca yang ditemukan pada penelitian candi Simangambat dan situs Lobu Tua.
Adapun permasalahan pada artikel ini adalah seperti apa ujud bangunan Candi Simangambat di masa
lalu ? Masih terkait dengan masalah fisik bangunan candi, pertanyaan berikut yang muncul adalah
darimana batu-batu alam sebagai material penyusun Candi Simangambat berasal ? Berdasarkan pada
asumsi rentang waktu pemanfaatannya, maka artikel ini mencoba untuk mengkomparasikan data
arsitektural yang dijumpai di Candi Simangambat dan candi-candi semasa yang terdapat di Jawa.
Selain itu juga mencoba untuk menelusuri sumber bahan baku batu yang digunakan di Candi
Simangambat. Hasil komparasi arsitektural menunjukkan bahwa candi ini memiliki gaya seni yang
sama dengan candi-candi abad 9 11 Masehi di Jawa. Adapun berkaitan dengan lokasi bahan baku
batu yang digunakan kemungkinan besar terletak di Situs Kebun Baturosak yang tidak jauh dari Candi
Simangambat.
Kata Kunci: rekonstruksi; Candi Simangambat; bahan baku batu; gaya arsitektur
PENDAHULUAN bata. Penelitian yang dilakukan oleh Balai
Secara administratif Situs Arkeologi Medan pada bulan Maret 2008
Simangambat berada dalam wilayah menghasilkan sejumlah temuan baik
Lingkungan VI, Kelurahan Simangambat, artefaktual maupun non artefaktual dari
Kecamatan Siabu, Kabupaten Mandailing areal situs Candi Simangambat. Temuan
Natal. Sedangkan secara secara geografis artefaktual yang sifatnya monumental
berupa struktur bangunan candi berbahan
bata dan batu pasir (sandstone) yang
lahan situs Simangambat merupakan didapat setelah dilakukan penggalian pada
daerah aluvial dengan ketinggian sekitar sejumlah kotak gali yakni, kotak S8T1,
200 m dari permukaan air laut. Bentang S7T12, S10T6, dan S11T6 (keempatnya
aluvial di daerah ini terbentuk sebagai hasil berada di sektor C). Adapaun temuan
sedimentasi DAS Batang Angkola yang artefaktual yang sifatnya dapat
diapit oleh jajaran Pegunungan Bukit dipindahkan (moveable) berupa sekeping
Barisan di sisi barat dan timurnya. fragmen keramik yang didapat di kotak
Bentukan lembah di sepanjang DAS S7T12, adalah keramik dari masa akhir
Batang Angkola yang tidak terlalu lebar ini dinaasti Ming atau awal dinasti Ching
merupakan daerah yang subur, sehingga (abad ke-17 M). Sedangkan temuan non
banyak masyarakat daerah ini yang artefaktualnya berupa kerangka kambing
bercocoktanam padi sawah (Oryza sativa). yang didapat dari kotak gali U3T1 dan
Saat ini sawah-sawah tersebut telah diairi U3T2 (keduanya berada di sektor B).
oleh irigasi teknis yang memungkinkan Penelitian oleh Balai Arkeologi
para petani menanam padi 3 kali dalam Medan tersebut kemudian diteruskan oleh
setahun. Selain ditopang oleh irigasi Pusat Penelitian dan Pengembangan
teknis, masih banyak juga sawah-sawah Arkeologi Nasional dalam bulan Agustus di
yang diairi oleh sungai-sungai kecil di tahun yang sama (2008). Selain sejumlah
sepanjang DAS Batang Angkola, antara kotak gali baru, tim Pusat Penelitian dan
lain Sungai Aek Muara Sada yang Pengembangan Arkeologi Nasional juga
mengalir di daerah Simangambat dan melanjutkan penggalian di sejumlah kotak
Sungai Aek Siancing yang mengalir di gali yang telah dibuka oleh tim Balai
daerah Siabu. Arkeologi Medan pada kesempatan
Pada survei tahun 2003 tersebut sebelumnya. Secara keseluruhan kotak-
terlihat adanya sisa-sisa aktivitas manusia kotak gali yang dibuka oleh tim Pusat
di kedua situs dimaksud yang berujud Penelitian dan Pengembangan Arkeologi
antara lain batu-batu candi baik polos Nasional adalah, kotak S10T6, S11T6,
maupun berhias, serta pecahan-pecahan S7T6, S7T7, S7T2, S7T3, S9T4, S10T4,
S9T6, dan S9T7 (kesepuluh kotak potongan-potongan emas, potongan kaca,
tersebut berada di sektor C). Hasil batuan kapur berbentuk silinder, batu
penelitian oleh tim Pusat Penelitian dan berwarna hitam kecokelatan yang
Pengembangan Arkeologi Nasional ini berfaset-faset; juga wadahnya yang
berhasil menampakungkapkan sisa berupa periuk tembikar bermotif hias garis-
struktur Candi Simangambat, yang garis vertikal dan horisontal.
denahnya diperkirakan berbentuk Pada tahun 2010 ekskavasi
bujursangkar, diperkirakan menghadap ke dilakukan oleh tim Balai Arkeologi Medan
timur. Hal itu didasarkan atas di situs Candi Simangambat, Siabu dan
ditemukannya susunan bata yang situs Saba Biara di Pidoli Lombang,
menjorok ke arah timur dan diduga Panyabungan. Kotak-kotak gali di situs
merupakan sebagian dari pipi tangga Candi Simangambat adalah B2U3, T2S8,
tersisa. Kesimpulan itu didukung pula T3S11, T4S11, T5S11, T18S26, T18S27,
dengan ditemukannya arca makara dan T18S28, T15S29, T12S30; sedangkan di
kepala kala, yang ditemukan di kotak gali situs Saba Biara digali 3 kotak uji yakni
sisi timur candi. TP1, TP2, dan TP3. Hal menarik yang
Pada tahun 2009 kegiatan berhasil diungkapkan dari kegiatan
penelitian oleh tim gabungan Balai penelitian tahun 2010 antara lain adalah
Arkeologi Medan dan Pusat Penelitian dan keberadaan jejak aktivitas manusia masa
Pengembangan Arkeologi Nasional lalu di areal sekitar Candi Simangambat
membuka sejumlah kotak di areal situs yang berupa kepingan-kepingan gerabah
Candi Simangambat, beberapa di di kotak T18S26 dan T18S27 yang
antaranya adalah kotak yang telah digali letaknya berada di 30 m arah selatan dari
tahun sebelumnya, dan 2 kotak uji (test pit) reruntuhan Candi Simangambat.
di Bukit Adian Kotas yang terletak sekitar Pada tahun 2011 penggalian situs
200 meter arah timurlaut dari situs Candi Simangambat dilakukan di kuadran B yang
Simangambat. Hal penting yang berhasil terdiri dari hanya 1 kotak yakni U17T26;
diungkapkan dari kegiatan tahun 2009 sedangkan di kuadran C, kotak-kotak yang
tersebut adalah diketahuinya latar digali terdiri dari kotak T1S9, T8S8, T9S8,
belakang keagamaan situs ini yakni Hindu, T9S7, T10S7, T11S7, T11S8, dan T10S8
yang didasarkan pada temuan potongan yang berada di timur gundukan sisa
arca sapi (v sabha) yang dalam ikonografi bangunan candi. Tujuan dibukanya kotak-
dikenal sebagai tunggangan (wahana) kotak gali di sisi timur sisa gundukan
dewa tertinggi Hindu yakni Siwa. Selain itu, bangunan candi adalah untuk mencari
juga berhasil ditemukan material peripih keberadaan struktur candi perwara
yang berupa manik-manik batu dan kaca, sebagaimana disebutkan oleh Schnitger
(1937:14). Selain di kuadran B dan C, juga menemukan beberapa bata berhias
penggalian juga dilakukan di kuadran D yang ditinjau dari morfologinya tentu
sebanyak 4 kotak gali, yakni di kotak dahulu berada di sisi luar. 2
S11B2, S11B3, S13B2, dan S11B3. Untuk Saat ditemukan pertama kali oleh
situs Saba Pulo dibuka 3 kotak uji yakni Schnitger (1937) kondisi Candi
TP1, TP2, dan TP3 di suatu lahan kebun Simangambat boleh dikata bangunannya
yang dikelilingi oleh persawahan. Di atas sudah runtuh dan komponen
areal kebun yang posisinya lebih tinggi susunbangunnya terserak di areal situs.
sekitar 70 80 cm dari persawahan di Ekskavasi intensif yang dilakukan oleh
bawahnya, saat ini ditanami beberapa Balai Arkeologi Medan antara tahun 2008
jenis tanaman antara lain kakao, mangga, hingga 2012 telah menampakungkapkan
dan kelapa. Di tahun 2012 situs sisa-sisa struktur bangunan berupa 1 candi
Simangambat penggalian dilakukan di induk dan 1 bangunan perwara. Oleh
kuadran C yang terdiri dari 17 kotak yakni karena saat ditemukan Percandian
T7S7, T8S7, T8S9, T8S10, T8S11, T9S6, Simangambat sudah dalam kondisi runtuh,
T9S7, T9S10, T9S11, T10S6, T10S10, untuk dapat melihatnya secara utuh
T10S11, T11S6, T11S9, T11S10, T11S11, diperlukan langkah-langkah rekonstruksi.
dan T12S6 yang berada di timur gundukan Dalam dunia arkeologi Indonesia
sisa bangunan candi utama. Tujuan mengemuka 2 pandangan berbeda terkait
dibukanya kotak-kotak gali di sisi timur sisa upaya rekonstruksi suatu peninggalan
gundukan bangunan candi adalah untuk purbakala. Satu pandangan diwakili oleh
mencari keberadaan struktur candi N.J. Krom, yang memandang bahwa
perwara sebagaimana disebutkan oleh upaya pemugaran hendaknya dihentikan
Schnitger (1937:14). bilamana penelitian telah berhasil
Hasil penelitian selama 5 tahun itu membuat rekonstruksi di atas kertas.
diketahui bahwa Candi Simangambat Untuk ilmu pengetahuan gambar demikian
disusun dari dua material berbeda yakni sudah cukup untuk menjadi landasan dan
batu alam dan bata. Material batu alam bahan penelitian lebih lanjut dalam bidang
merupakan unsur penyusun dominan arkeologi dan cabang-cabang ilmu terkait.
konstruksi sisi luar (casing) dari Candi Bagi Krom, upaya membangun kembali
Simangambat dengan ditemukannya batu- candi yang telah runtuh tidak saja penuh
batu alam bermotif hias. Sedangkan kerawanan sehubungan dengan tidak
komponen bangunan bagian dalam mungkinnya dihindari selera pribadi yang
berbahan bata. Selain bata-bata penyusun tentu saja amat subjektif, melainkan juga
bagian dalam candi yang berupa bata 2
Lebih lanjut tentang bata berhias lihat Soedewo
tanpa motif hias (polos), hasil ekskavasi dkk. (2009: 35) dan Soedewo dkk. (2010: 25-
27)
merupakan pemalsuan belaka dari sebuah Candi Simangambat berasal ? Masih
dokumen sejarah. Satu sudut pandang terkait dengan masalah fisik bangunan
yang lain diwakili oleh F.D.K. Bosch yang candi, pertanyaan berikut yang muncul
menyatakan bahwa dua potong batu candi adalah darimana batu-batu alam sebagai
yang telah terpisah oleh waktu perlu material penyusun Candi Simangambat
dipersatukan kembali melalui pemugaran. berasal ?
Baginya sangatlah tidak masuk akal untuk Untuk menggambarkan ujud Candi
mempertanggungjawabkan hasil jerih Simangambat di masa kejayaannya dahulu
payah itu melalui gambar di atas kertas digunakan sejumlah patokan berkenaan
saja, dan kemudian menyimpan kedua dengan bangunan suci. Mengacu pada
potong batu candi itu secara terpisah kitab manasara-Silpasastra, bangunan kuil
dalam dua buah lemari (Soekmono 1995: dapat dibedakan atas rasio (perbandingan)
20). komponen bangunannya. Patokan-patokan
Permasalahan utama dari reruntuk tersebut sebagai berikut (Acharya 1933: 9
Candi Simangambat adalah terbatasnya 100 dalam Munandar 2015: 133):
batu-batu pembentuk susun bangun candi 1. Kuil santika (kuil terbesar), dengan
yang berhasil ditemukan, hanya bagian perbandingan tinggi (T) / lebar (L) =
kaki dan landasan candi saja yang berhasil 1
ditemukan. Untuk candi utama berhasil 2. Kuil pausthika (kuil besar), dengan
ditampakungkapkan hingga sebagian perbandingan T/L = 1,25
kakinya, sedangkan candi perwaranya 3. Kuil jayada (kuil menengah),
yang berhasil diungkap hanya batu-batu dengan perbandingan T/L = 1,5
bagian dasarnya saja yang membentuk 4. Kuil dhanada (kuil kecil), dengan
denahnya. Selain itu juga ditemukan perbandingan T/L = 1,75
sejumlah batu candi berukiran yang diduga 5. Kuil adbhuta (kuil terkecil), dengan
merupakan sisa-sisa komponen susun perbandingan T/L = 2,00
bangun dari tubuh, badan, dan atap candi. Mengacu pada kitab Mansara-Silpasastra
Jika demikian kondisinya maka usaha (Acharya 1933), Munandar (2015: 140)
rekonstruksi sebagaimana yang menyebutkan dalam pembangunan suatu
disampaikan oleh F.D.K Bosch boleh bangunan keagamaan, seperti kuil, candi,
dikata adalah mustahil. Oleh karena itu kuti, vihara, dan sejenisnya dibutuhkan 6
pertanyaannya adalah seperti apa ujud macam orang/kelompok orang dengan
bangunan Candi Simangambat di masa fungsi masing-masing, yakni:
lalu ? Pertanyaan lain masih berkenaan 1. Yajamana, adalah orang yang
dengan ujud Candi Simangambat di masa mempunyai gagasan dan seorang
lalu adalah, dari manakah gaya arsitektural
penaja (yang menyeponsori), Simangambat sendiri, sehingga bisa
seperti raja atau tokoh lainnya. ditetapkan bahwa data pembanding yang
2. Sthapaka, adalah pendeta senior digunakan juga berasal dari masa yang
yang menguasai ilmu tentang sama dengan Candi Simangambat.
bangunan suci.
3. Sthapati, adalah arsitek-perencana.
4. Sutragrahin, adalah ahli
perhitungan teknis.
5. Taksaka, adalah ahli pahat relief
dan arca.
6. Wardhakin, adalah ahli hiasan
arsitektural atau ornamental.
Lebih lanjut Munandar (2015: 140)
menyatakan bahwa secara hipotesis
keenam golongan yang terlibat dalam
pembangunan candi itu tentu dikenal juga
di Jawa pada masa Hindu-Buddha, sebab
secara fisik candi-candi yang mereka
Gambar 1. Fragmen botol kaca abad ke-9 11
bangun tidak terlalu berbeda dibandingkan Masehi di Candi Simangambat
(Dokumentasi Ery Sudewo)
dengan kuil-kuil yang ada di India.
Data pertanggalan yang dapat
METODE dijadikan sebagai petunjuk relatif masa
Mengacu pada dua pendapat tentang pemanfaatan Candi Simangambat adalah
rekonstruksi candi oleh Krom dan Bosch, sekeping pecahan botol kaca dari halaman
yang paling mungkin dilakukan saat ini candi ini, tepatnya di permukaan tanah sisi
adalah penerapan yang disampaikan oleh timur sisa-sisa candi perwara. Bagian yang
Krom yakni rekonstruksi di atas kertas. tersisa dari botol kaca berwarna hijau
Mengingat komponen-komponen susun kebiruan tembus cahaya iniadalah bagian
bangun Candi Simangambat yang berhasil mulut, leher, dan bagian bahunya.
ditemukan belum cukup untuk dilakukan Bagian mulut diameternya lebih
pemugaran, maka sementara ini guna lebar dibanding bagian pangkal leher yang
mengetahui seperti apakah gambarannya berbatasan dengan bagian bahu, sehingga
di masa lalu maka diperlukan data secara keseluruhan bentuknya menyerupai
pembanding dengan objek sejenis. corong. Tinggi keseluruhan 3,3, cm; tinggi
Sebelum ditentukan asal data leher hingga ke mulut 1,9 cm; sedangkan
pembandingnya, terlebih dahulu harus bagian bahunya ke bawah setinggi 0,4 cm.
ditentukan masa relatif dari Candi Lebar bagian bahu 2,3 cm; dengan
ketebalan bagian mulut maupun bahu ditentukan batu-batu yang ditemukan di
adalah 0,4 cm. Terlihat banyak gelembung areal Candi Simangambat itu bagian susun
dan terdapat garis-garis bekas pembuatan bangun (konstruksi) yang mana, apakah
yang tampak memanjang horisontal bagian dasar, bagian badan, ataukah
cenderung turun ke arah bahu. Botol kaca bagian atap candi.
yang ditemukan di situs Lobu Tua cukup
HASIL DAN PEMBAHASAN
beragam, salah satu dari sekian jenis botol Kepurbakalaan candi Simangambat
kaca yang ditemukan di situs tersebut - Penelitian antara tahun 2008
baik- bentuk maupun warnanya hingga 2012 terhadap reruntuhan
menyerupai dengan yang ditemukan di bangunan Candi Simangambat telah
situs Candi Simangambat. Botol kaca menampakungkapkan denah bangunan
dimaksud ciri-ciri utamanya antara lain utama Candi Simangambat yang
adalah bentuk lehernya mendekati bentuk berukuran 7,5 m x 7,5 m, disusun dari 2
corong (bagian mulut lebih lebar dibanding bahan berbeda yakni bata dan batuan
bagian pangkal), bagian bibir rata (tidak alam. Di depan reruntuhan bangunan
bergelombang), bagian badan silinder utama, terdapat satu bangunan berbahan
agak melebar di bagian atas menjelang batu alam kemungkinan adalah sisa
bagian bahu, banyak gelembung dan bagian dasar candi perwara atau
kotoran; warna beragam seperti hijau mandapa, yang denahnya berukuran 7,5 m
muda transparan (dari Simangambat), x 5 m. Material utama pembentuk kedua
warna biru keabu-abuan dan coklat runtuhan bangunan itu adalah batu alam
kehijauan (dari Lobu Tua). Berdasarkan berwarna keabu-abuan dan cenderung
sejumlah data pembanding sejenis, Guillot rapuh yang ketika terpecah terlihat ada
(2008:233) menarikhkan data ini secara lapisan-lapisan pembentuknya. Dalam
relatif dari abad ke-9 M hingga geologi jenis batuan ini disebut sebagai
pertengahan pertama abad ke-11 M. batu sabak (slate stone), salah satu jenis
Berdasarkan pertanggalan relatif itu batu malihan (metamorf) yang terbentuk
maka data pembanding yang digunakan dari endapan lempung atau abu vulkanik
adalah candi-candi di Jawa yang berasal yang termalihkan. Kedua hal tersebut
dari abad ke-9 ke-11 M. Analisis (sedimen lempung dan abu vulkanik) yang
dilakukan dengan cara membandingkan tersedia di sekitar Candi Simangambat
komponen-komponen susunbangun/ yang berada di tepian Aek (sungai) Muara
konstruksi Candi Simangambat dengan Sada yang membawa material endapan
komponen-komponen susunbangun/ dari hulunya dan abu dari gunung berapi
konstruksi candi-candi Jawa Tengah. Sorik Marapi yang terletak di
Melalui perbandingan itu akan dapat baratdayanya.
Gambar 2. Candi Simangambat dan Kepurbakalaan masa Hindu-Buddha lainnya di Mandailing Natal
dan Pasaman (Digambar oleh: Andri Restiyadi)
Gambar 3. Tebing batu di Situs Kebun Baturosak (kiri); salah satu tebing di situs Kebun Baturosak
(kanan) (Dokumentasi Ery Soedewo 2009)
Batu-batu alam penyusun konstruksi luar berasal dari suatu tempat yang oleh
Candi Induk Simangambat diketahui masyarakat sekitar dikenal sebagai Kebun
Baturosak, yang berada pada titik 900 di beberapa bagian tebing. Bentuk
koordinat 010 0
demikian mengesankan adanya
BT. Hal tersebut didasarkan pada pemangkasan tebing oleh manusia untuk
kesamaan jenis batu yang dipakai sebagai menambang batuan penyusun tebing ini.
penyusun di Candi Simangambat dengan Sisa-sisa hasil pemahatan tebing ini oleh
jenis batu di situs Kebun Baturosak. Batu manusia berupa balok-balok batu
di tempat ini adalah salah satu jenis berukuran antara 45 cm x 40 cm x 18 cm
batuan malihan (metamorf), yakni batu dan 80 cm x 22 cm x 28 cm yang
sabak (slate stone). Hasil pengamatan ditemukan di sekitar tebing. Ditilik dari jenis
terhadap situs Kebun Baturosak batu dan ukuran balok-balok batu yang
menunjukkan bahwa tempat ini adalah tertinggal di tempat ini, mengingatkan pada
tebing alam setinggi ± 5 m berukuran bahan dan balok-balok batu alam yang
sepanjang sekitar 12 m melintang utara digunakan sebagai salah satu material
timur pada jarak ± 250 m dari Sungai Aek susun bangun (konstruksi) Candi
Muarasada yang berada di utaranya. Hal Simangambat yang terletak ± 2,3 km arah
menarik terkait keberadaan tebing ini baratdaya dari situs Kebun Baturosak ini.
adalah adanya bekas-bekas aktivitas Jika ditinjau dari bahan dan ukuran balok-
budaya yang ditinggalkan pada permukaan balok batu tersebut besar kemungkinan
formasi batuan ini, yang ditandai oleh situs Kebun Baturosak adalah sumber
adanya bekas-bekas pangkasan yang bahan baku batu-batu penyusun Candi
membentuk sudut-sudut nyaris sempurna Simangambat.
Gambar 4. Balok-balok batu di situs Kebon Batu Rosak (Dokumentasi Ery Soedewo 2009)
yang menjadi komponen ujung pipi tangga Di atas bagian kaki candi adalah
candi. Saat ditemukan pada ekskavasi bagian badan candi, yang ditandai oleh
tahun 2009 letak batu berhias floral- beberapa batu yang diduga menjadi
geometris dari Candi Simangambat ini bagian komponen susunbangunnya. Batu
berada di bawah arca makara, sehingga Candi Simangambat pertama yang diduga
memperkuat asumsi bahwa batu candi ini adalah bagian badan candi adalah batu
posisinya memang di bawah arca makara di berpahatkan relief Gana, yang
ujung pipi tangga masuk candi (lihat morfologinya serupa dengan batu candi
dari berbagai percandian di Pulau Jawa, Di atas bagian kaki candi adalah
salah satunya adalah yang terdapat di bagian badan candi, yang ditandai oleh
bagian ambang masuk bilik salah satu beberapa batu yang diduga menjadi
Candi Apit di kompleks Candi Prambanan, bagian komponen susunbangunnya. Batu
di Sleman, D.I. Yogyakarta (lihat Gambar Candi Simangambat pertama yang diduga
6). adalah bagian badan candi adalah batu
berpahatkan relief Gana, yang
morfologinya serupa dengan batu candi
dari berbagai percandian di Pulau Jawa,
salah satunya adalah yang terdapat di
bagian ambang masuk bilik salah satu
Candi Apit di kompleks Candi Prambanan,
di Sleman, D.I. Yogyakarta (lihat Gambar
6).
Gambar 10. Motif hias geometris Candi Simangambat (atas) dan motif hias geometris Candi Mendut
(Dokumentasi Ery Soedewo)
Gambar 13. Fragmen tangan arca Candi Simangambat (kiri) dan relief figur Candi Plaosan Lor (kanan)
(Dokumentasi Ery Soedewo)
Gambar 14. Fragmen kepala Kala Candi Simangambat (kiri) dan kepala kala pada ambang pintu gerbang
Candi Plaosan Lor (kanan) (Dokumentasi Ery Soedewo)
Gambar 15. Motif hias burung nuri di Candi Mendut (kiri) dan Candi Simangambat (kanan)
(Dokumentasi Ery Soedewo)
Gambar 16. Motif hias geometris Candi Simangambat (kiri) dan motif hias geometris Candi Plaosan
Lor (kanan) (Dokumentasi Ery Soedewo)
Simangambat dan Candi Sambisari juga
Bentuk batu candi selanjutnya yang
didapati di Candi Ngawen dan Candi
ditinjau dari morfologinya berada di bagian
Mendut, yang oleh Istari (2012: 805)
badan candi adalah fragmen batu Candi
disebut sebagai motif bunga matahari.
Simangambat yang berpahatkan motif hias
Di atas bagian badan candi adalah
bebungaan dengan pembanding motif hias
bagian atas/atap candi (sikhara) yang di
serupa berasal dari bagian atas badan
Candi Simangambat ditandai oleh
Candi Sambisari (lihat Gambar 16). Motif
keberadaan beberapa bentuk kemuncak.
hias yang menyerupai temuan dari Candi
Bentuk pertama adalah puncak atap yang
morfologinya menyerupai lingga, atap candi dari Pulau Jawa salah satunya
sementara bentuk kedua diduga adalah adalah atap candi utama di kompleks
bagian kemuncak dari menara-menara Candi Sambisari, Kabupaten Sleman, D.I.
kecil di atap candi. Pembanding bagian Yogyakarta (lihat Gambar 17).
Gambar 17. Motif hias kemuncak Candi Simangambat (kiri atas dan bawah) dan motif hias kemuncak
Candi Sambisari (kanan) (Dokumentasi Ery Soedewo)
Mengacu pada salah satu gambar dari
Candi Simangambat yang terdapat dalam
karya Schnitger (1937: 14) yang
menggambaran potongan batu candi
berrelief mahluk kahyangan, ditinjau dari
bentuknya mengingatkan pada objek
serupa dari ambang pintu masuk bilik Gambar 18. Motif hias geometris Candi
candi utama di kompleks Candi Merak, Plaosan Lor (Dokumentasi Ery Soedewo)
Percandian Simangambat memang belum sekitar 2,3 km arah baratdaya dari situs
Candi- dalam
Arkeologi Untuk Publik. Jakarta: Natal. Medan: Balai Arkeologi
Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia, hlm: Medan.
793 807
_____., 2009. Laporan Penelitian
Kramsrich, Stella, 1946. The Hindu Arkeologi Situs Simangambat,
Temple. Calcutta: University of Kabupaten Mandailing Natal. Medan:
Calcutta Balai Arkeologi Medan
Munandar, Agus Aris, 2015. Keistimewaan _____., 2010. Laporan Penelitian
Candi-Candi Zaman Majapahit. Arkeologi Jejak Peradaban Hindu-
Jakarta: Wedatama Widya sastra Buddha di Daerah Aliran Sungai
Batang Gadis, Kabupaten
Mandailing Natal, Provinsi Sumatera
Gaya Seni Relief di Ca i
Utara. Medan: Balai Arkeologi
Simangambat, Kabupaten
Medan
Mandailing Natal, Provinsi Sumatera
Utara _____. 2011. Laporan Penelitian Arkeologi
Sangkhakala No. 25. Medan: Balai Situs Simangambat di Mandailing
Arkeologi Medan. Natal. Medan: Balai Arkeologi
Medan.
_____ Gambaran Arsitektur Dan
Teknik Konstruksi Ca i _____. 2012. Laporan Penelitian Arkeologi
Simangambat, Kabupaten Situs Simangambat di Kabupaten
Mandailing Natal, Provinsi Sumatera Mandailing Natal. Medan: Balai
Utara Arkeologi Medan
Sangkhakala No. 26. Medan: Balai
Arkeologi Medan.
Schnitger, F.M., 1937. The Archaeology of Hariani Santiko dkk (eds.) Kirana
Hindoo Sumatra. Leiden: E.J. Brill Persembahan untuk Prof. Dr. Haryati
Soebadio. Jakarta: P.T. Intermasa,
Soedewo, Ery dkk. 2008. Laporan
hlm: 17 23
Penelitian Arkeologi Situs
Simangambat Kabupaten Mandailing
.
LAMPIRAN