You are on page 1of 14

HASIL EKSKAVASI SITUS MALANGSARI, BANYUWANGI:

“Data Baru Dolmen di Jawa Timur”

EXCAVATION RESULTS OF MALANGSARI SITE,


BANYUWANGI:
“New Dolmen Data in East Jawa”
Gunadi Kasnowihardjo
Balai Arkeologi Daerah Istimewa Yogyakarta
gunbalar@yahoo.com

ABSTRACT
Generally in Indonesia and especially in Java, until now, in East Java dolmens are
known to be found in, which is in Bondowoso and Besuki. Lately, it is known that dolmen are also
found in the area of Banyuwangi Regency. One of the monuments from this megalithic tradition
found in the area of PT. Perkebunan Nusantara XII Malangsari, Banyuwangi, East Java. Based on
information from the local community it is estimated that the Malangsari plantation area is the
Dolmen Tomb Site. Physically, construction of the dolmen in this area only has a few interference
because it is buried between 50-60 cm and covered by a coffee plantation which owned by PT.
Perkebunan Nusantara XII. However, some of the dolmens have been excavated by people looters.
They were able to open the dolmen tomb simply by opening a stone without unpacking its
construction. Dolmen that was found from the excavation at Petak D 55 Sidomaju Block, Afdeling
Mulyosari, Malangsari, are still intact if it is seen physically and from the construction, but both
the human remains and artifacts ware not found. It is a proof that this dolmen has been opened
before. Nevertheless, Malangsari dolmen is a very interesting object to conduct research, because
of its wide distribution area and there has not been done a comprehensive research for this object.
In the future, this object is important to investigate, both for the development of archaeological
research, as well as for the benefit of archaeological resource management in Indonesia.

Keywords: PTPN XII Malangsari, dolmen, grave site dolmen, new data.

ABSTRAK
Di Indonesia pada umumnya dan Jawa khususnya, selama ini diketahui bahwa dolmen
banyak ditemukan di Jawa Timur, yaitu di Bondowoso dan Besuki. Akhir-akhir ini diketahui
bahwa dolmen ditemukan pula di daerah Kabupaten Banyuwangi. Salah satu monumen dari
tradisi megalitik ini ditemukan di kawasan PT. Perkebunan Nusantara XII Malangsari,
Banyuwangi, Jawa Timur. Berdasarkan informasi dari masyarakat setempat diperkirakan bahwa
kawasan Perkebunan Malangsari merupakan situs kubur dolmen. Secara fisik, konstruksi dolmen –
dolmen di kawasan ini hanya sedikit mengalami gangguan karena tertimbun tanah antara 50 – 60
cm dan tertutup kebun kopi milik PT. Perkebunan Nusantara XII. Namun, rupanya sebagian dari
dolmen tersebut telah digali oleh masyarakat yang bertujuan mencari harta karun. Mereka mampu
membuka kubur dolmen cukup dengan membuka sebuah batu tanpa membongkar konstruksinya.
Dolmen temuan hasil ekskavasi di Petak D 55 Blok Sidomaju, Afdeling Mulyosari, Malangsari,
secara fisik dan konstruksi masih terlihat utuh, tetapi baik sisa rangka manusia maupun artefak
bekal kuburnya tidak ditemukan. Keadaan semacam ini menunjukkan kemungkinan bahwa dolmen
ini pernah dibuka. Luasnya areal sebaran serta belum dilakukannya penelitian secara menyeluruh,
menjadikan dolmen Malangsari sebagai objek baru yang sangat menarik untuk diteliti lebih lanjut.
Kelak di kemudian hari objek baru ini penting untuk dikaji baik bagi perkembangan penelitian
arkeologi, maupun untuk kepentingan pengelolaan sumberdaya arkeologi di Indonesia.

Kata Kunci: PTPN XII Malangsari, dolmen, situs kubur dolmen, data baru.

Tanggal Masuk : 12 Februari 2017


Tanggal Diterima : 16 Februari 2017

Hasil Ekskavasi Situs Malangsari, Banyuwangi: "Data Baru Dolmen di Jawa Timur"; 1
(Gunadi Kasnowiharjo)
PENDAHULUAN gambar 2). Mereka mencari manik-
manik dan benda-benda berharga
Situs Megalitik Malangsari lainnya yang berada di dalam
diketahui dari laporan Bapak Drs. susunan batu-batu pipih (slab
Suhalik guru mata pelajaran Sejarah stone). Cara mereka menggali
di SMA Negeri Giri, Banyuwangi sangat “lihai” yaitu langsung pada
yang peduli terhadap pelestarian sasaran salah satu sisi struktur batu
dan kelestarian cagar budaya atau yang dapat dilepas. Untuk
tinggalan historis-arkeologis yang mengetahui keberadaan dan posisi
ditemukan di wilayah Kabupaten struktur batu, maka dilakukan
Banyuwangi. penusukan tanah baik secara
Situs Megalitik di Desa vertikal maupun dengan kemiringan
Kebonrejo, Kecamatan Kalibaru, (antara 50 – 60 derajat). Dari salah
Kabupaten Banyuwangi, tidak hanya satu sisi inilah para pencari benda
berada di perkebunan kopi milik berharga itu masuk ke dalam
PTPN XII, akan tetapi sebagian struktur bangunan batu yang
berada di area Kawasan Hutan diperkirakan sebuah Dolmen.
Lindung Meru Betiri, KPH Walaupun Kawasan Situs
Banyuwangi Barat. Pada penelitian Malangsari sejak tahun 1930-an
awal ini kegiatan dikonsentrasikan di telah tertutup oleh lahan
area perkebunan kopi Blok Sidomaju perkebunan kopi, kondisi seperti itu
yang lokasinya cukup dekat dengan tidak menyurutkan niat tim untuk
kompleks perumahan Afdeling melakukan penelitian. Berdasarkan

Gambar 1. Patung Megalitik Gambar 2. Manik‐manik


(Sumber: Foto koleksi Drs. Suhalik)

Mulyosari sehingga tim penelitian laporan Pak Suhalik dapat


dapat memanfaatkan fasilitas yang disimpulkan bahwa struktur
ada di tempat tersebut terutama bangunan batu yang ditemukan oleh
keperluan akomodasi. para pencari harta karun adalah
Dalam laporannya, Suhalik Dolmen. Selain manik-manik dan
menjelaskan bahwa di perkebunan benda-benda yang terbuat dari emas
kopi PTPN XII Malangsari sering dan perak, sering pula mereka
terjadi “pencarian harta karun” yang menemukan fragmen tulang
dilakukan oleh orang-orang dengan belulang manusia. Akan tetapi
tujuan mencari benda-benda mereka tidak mempedulikan
berharga (periksa gambar 1 dan fragmen rangka manusia karena

2 Berkala Arkeologi Vol.37 Edisi No.1 Mei 2017: 1 - 14


yang mereka cari adalah benda- masing-masing digali setengah agar
benda yang secara langsung dapat tidak memerlukan banyak waktu.
dijual di lokasi penggalian. Seperti Masing-masing Kotak TP yang
diinformasikan oleh Pak Slamet (50 berukuran 2 x 2 m cukup digali 1 x 2
Tahun) salah seorang “mantan m. Ekskavasi TP 1 dan TP 2 temuan
pencari” harta karun, bahwa setiap tidak signifikan karena hanya berupa
ada “penggalian liar” yang bertujuan fragmen tembikar yang tidak
mencari harta karun, sudah dapat diketahui bentuk mulanya. Temuan
dipastikan di lokasi tersebut ada menarik yang dapat dijadikan
beberapa orang yang siap membeli referensi penting dari stratigrafi atau
benda-benda yang mereka temukan. lapisan tanah adalah lapisan “lensa
Atas dasar terjadinya ancaman abu vulkanik” yang cukup tebal.
terhadap situs tersebut, yang dapat Lapisan abu vulkanik yang telah
mengakibatkan, baik hilangnya data menjadi tufaan tersebut
bagi pengungkapan kehidupan menginformasikan bahwa pada saat
manusia di masa lampau (aspek itu terjadi letusan gunung berapi
akademis), maupun pengelolaan yang cukup besar. Oleh karena
sumberdaya arkeologi, maka sasaran dalam penelitian ini adalah
penelitian arkeologi Situs Malangsari menemukan monumen megalitik
harus segera dilakukan. seperti kubur batu, menhir, atau
Penelitian ini bertujuan dolmen, maka lokasi ekskavasi
membuktikan informasi seperti yang dilanjutkan dengan membuka TP 3
dilaporkan oleh masyarakat tentang dan TP 4 yang berjarak sekitar 20 m
temuan artefak dan ekofak di sebelah barat TP 1 dan TP 2. TP 3
kawasan Perkebunan Malangsari. dan TP 4 masing-masing digali
Adapun sasarannya adalah setengah. Temuan cukup signifikan
mengungkap dan mengangkat berupa struktur batu yang
keberadaan dolmen di Malangsari, diperkirakan sebuah dolmen
sehingga akan menambah data walaupun tidak terlihat utuh, karena
sebaran dolmen di Indonesia. Selain sebagian srukturnya berada di luar
akan mengangkat substansi Kotak TP 3 dan TP 4.
tinggalan arkeologi prasejarah, Untuk menampakkan struktur
dalam waktu yang bersamaan dapat dolmen secara utuh, maka
dilakukan sosialisasi Undang- ekskavasi dilanjutkan dengan
Undang No. 11 Tahun 2010 tentang membuka setengah dari Kotak TP 5
Cagar Budaya. Kegiatan ini sangat dan TP 6, seperti TP 3 dan TP 4.
perlu dilaksanakan di wilayah yang Temuan penting lain Kotak TP 5 dan
rawan terjadi pelanggaran UU No. TP 6 adalah manik-manik,yaitu
11, Tahun 2010 tentang Cagar artefak yang biasa digunakan
Budaya seperti di kawasan sebagai bekal kubur. Dengan
perkebunan dan beberapa di antara demikian penggalian kotak TP 3, TP
pelaku pencari harta karun tersebut 4, TP 5, dan TP 6 merupakan
adalah para pekerja harian pemilihan yang tepat, sehingga
perkebunan itu sendiri. temuan dolmen dari ekskavasi ini
Hasil dari observasi dan dapat dijadikan referensi apabila
survei permukaan di Blok Sidomaju, pada kesempatan lain penelitian
maka dipilih Petak D 55 untuk akan dilanjutkan.
dilakukan ekskavasi test pit (TP). Dolmen adalah salah satu
Dalam penelitian ini ada 6 (enam) jenis bangunan megalitik yang
kotak test pit (lubang uji) yang ditemukan tersebar hampir ke

Hasil Ekskavasi Situs Malangsari, Banyuwangi: "Data Baru Dolmen di Jawa Timur"; 3
(Gunadi Kasnowiharjo)
penjuru dunia. Sebaran monumen kemudian dilanjutkan oleh peneliti
megalitik tersebut ditemukan dari Indonesia seperti R.P. Soejono
Pantai Atlantik hingga Pegunungan (2008); Haris Sukendar (1982), dan
Ural, dari kawasan perbatasan Rusia para peneliti megalitik berikutnya,
hingga Samudera Pasifik, dari yang pada umumnya penelitian
wilayah Stepa Siberia hingga mereka bersifat deskriptif eksploratif
Dataran Hindustan. Bangunan (Suryanto, 2002; Sulistiyarto, 2003;
megalitik tersebut memiliki bentuk dan Hidayat, 2007;). Situs
dan karateristik yang sama, serta Malangsari yang diperkirakan
dibangun dengan cara yang sama sebagai situs kubur dolmen terluas
pula. Hal ini menunjukkan fakta yang di Indonesia, perlu dilakukan
sangat penting dalam sejarah penelitian yang berkelanjutan.
kehidupan manusia (Nadaillac, Bagaimana dengan temuan
1892: 174). dolmen di kawasan Malangsari ini ?.
Selaras dengan budaya dan Kapan kira-kira dolmen itu dibangun
tradisi Megalitik yang bersifat dan apa fungsi dolmen tersebut?.
universal, dolmen ditemukan hampir Beberapa pertanyaan di atas
di seluruh penjuru dunia. merupakan satu tantangan atau
Dolmen, in early antiquarian permasalahan menarik mengapa
works, the words is used as a perlu dilakukan penelitian di Situs
descriptive term for megalithic Malangsari. Permasalahan di atas
chamber tombs in general. This diangkat semata-mata sebagai
usage is now obsolete in English but bahan kajian untuk dilakukan
is still, quite correctly, employed in penelitian-penelitian lanjutan. Oleh
that sense in French (Bray and karena itu dalam artikel ini tidak
Trump, 1970: 75). Di atas telah mungkin akan dibahas semuanya,
disebutkan bahwa dolmen karena data yang ditemukan belum
ditemukan hampir di seluruh belahan mencukupi untuk dilakukan analisis
dunia. Dolmen-dolmen di Eropa yang diperlukan.
memiliki pertanggalan antara 3000
BC – 1500 BC. Sedangkan dolmen –
dolmen di Korea dan Jepang METODE
memiliki pertanggalan antara 1500 –
850 BC (Aikens dan Higuchi, 1982), Untuk mendapatkan data
dan di Indonesia pertanggalan yang diharapkan, dalam penelitian
dolmen lebih muda lagi yaitu antara arkeologi dikenal metode penelitian
500 BC hingga awal abad Masehi yang spesifik yaitu survei dan
(Hoop, 1932). Di Pasifik budaya ekskavasi. Survei dilakukan untuk
megalitik berlangsung tahun 1000 – menentukan luasan atau cakupan
1400 Masehi, bahkan tradisi areal penelitian, sedangkan
megalitik masih berlangsung hingga ekskavasi dilakukan untuk mencari
menjelang Abad XX Masehi yang data secara diakronis.
dikenal dengan istilah living Berdasarkan penjelasan dari
megalithic tradition (Perry, 1918). beberapa informan dan narasumber
Penelitian tentang tinggalan diketahui bahwa temuan struktur
megalitik termasuk dolmen di bangunan megalitik ataupun artefak-
Indonesia telah dilakukan sejak artefak lain yang diperkirakan
awal Abad XX (Perry, 1918; berasal
Heekeren, 1931; dan Hoop, 1932;),

4 Berkala Arkeologi Vol.37 Edisi No.1 Mei 2017: 1 - 14


Petak D 55

Gambar 3. Peta wilayah Afdeling Mulyosari petak D55


dari budaya megalitik hampir kotak ekskavasinya. Akan tetapi,
ditemukan di dalam tanah atau agar tidak terlalu banyak tenaga dan
tertimbun tanah. Sehingga untuk waktu dibutuhkan, maka penggalian
membuktikan keberadaan temuan dilakukan separo kotak yang
peninggalan megalitik seperti berukuran 1 m x 2 m. Penggalian
dolmen atau artefak lainnya harus dilakukan dengan sistem spit
dilakukan ekskavasi. Berdasarkan dengan interval 10 Cm per spitnya,
hasil survei permukaan di sebagian kecuali untuk spit pertama
Blok Sidomaju, Afdeling Mulyosari, penggalian setebal 20 Cm. Hal ini
maka diputuskan untuk dilakukan karena pada permukaan tanah
penggalian atau ekskavasi di Petak selain merupakan tanah humus juga
D 55, yaitu membuka Kotak TP1 dan telah mengalami berbagai
Kotak TP2 di koordinat S 8º 22’ gangguan, terutama dalam
53.2” dan E 113º 56’ 30.0”. pengolahan lahan.
Hasil survei di wilayah
Afdeling Mulyosari terpilih Petak D
55 sebagai areal Test Pit (TP) untuk HASIL PENELITIAN
dilakukan ekskavasi atau penggalian
(Periksa Gambar 3). Selanjutnya Penelitian tahun 2016 ini
menentukan kotak ekskavasi dikonsentrasikan di kawasan PT
berukuran 2 m x 2 m untuk setiap Perkebunan Nusantara XII, yaitu

Hasil Ekskavasi Situs Malangsari, Banyuwangi: "Data Baru Dolmen di Jawa Timur"; 5
(Gunadi Kasnowiharjo)
Gambar 4. Ekskavasi TP 1 Lapisan abu vulkanik Gambar 5. temuan fragmen
dari gunung api. tembikar hias gores, ekskavasi
TP 1.
(sumber : dokumentasi Balai Arkeologi D.I. Yogyakarta)
diareal Afdeling Mulyosari, Blok tebal antara 10 – 12 Cm, merupakan
Sidomaju, Petak D 55. Secara data penting dalam penelitian ini
geografis areal ini terletak pada (Gambar 4 dan 5). Ekskavasi
ketinggian sekitar 600 m dari dilanjutkan membuka Kotak TP3,
permukaan air laut, sehingga cocok TP4, TP5, dan TP6 yang terletak 20
untuk perkebunan kopi. meter di barat lokasi TP1 dan TP2.
Hasil ekskavasi kedua kotak Atau pada koordinat S 8º 22’ 52.5”
ini walaupun belum menemukan dan E 113º 56’ 30.0”. Kedua lokasi
target sasaran yaitu dolmen atau di atas berada pada ketinggian 633
kubur peti batu dari tradisi megalitik, meter dari permukaan air laut.
akan tetapi temuan seperti fragmen Temuan hasil ekskavasi keempat
tembikar dan stratigrafi tanah pada kotak ini selain beberapa buah
dinding kotak ekskavasi merupakan manik-manik dan fragmen gerabah,
referensi penting untuk menentukan ditemukan pula struktur dolmen.
penggalian berikutnya. Beberapa Struktur tersebut merupakan
fragmen tembikar berhias dan perkembangan bentuk dolmen, yaitu
lapisan abu vulkanik yang cukup dengan penambahan konstruksi

Gambar 6. Sketsa Dolmen Gambar 7. Sketsa Dolmen


tampak samping. tampak atas.

(sumber : Gunadi dkk, 2016)

6 Berkala Arkeologi Vol.37 Edisi No.1 Mei 2017: 1 - 14


pada keempat batu penyangga dapat dipastikan bahwa artefak-
utama, serta penambahan batu-batu artefak lepas tersebut sebagai bekal
pipih pada keempat sisinya. kubur (periksa gambar 8, 9, dan 10).
Konstruksi dengan sistem kancing Demikian pula tidak ditemukannya
“saling mengkait” di empat batu sisa rangka manusia di dalam bilik
penyangga utama, mirip dengan dolmen tidak berarti dolmen tersebut
sistem konstruksi pada kubur peti tidak berfungsi sebagai kubur.
batu pada umumnya. Berdasarkan bentuk dan
Berdasarkan bentuk dan strukturnya, penulis cenderung
struktur batu penyusunnya, dolmen menyimpulkan bahwa dolmen
Malangsari lebih mirip dengan Malangsari di atas berfungsi sebagai
bentuk pandhusa atau kubur peti kubur. Hal ini apabila dibandingkan
batu. Akan tetapi di dalam ruangan dengan bentuk dan struktur kubur
yang diperkirakan tempat megalitik sejenis yang ditemukan di
meletakkan jenazah dan bekal tempat lain, seperti pandhusa,
kuburnya tidak ditemukan sisa-sisa reti/rete, dan dolmen yang
tulang belulang atau rangka manusia ditemukan di negara-negara lain.
ataupun benda-benda yang diikut Hipotesis di atas harus dibuktikan
sertakan sebagai bekal kubur. dan ini merupakan pertanyaan
Dengan demikian dolmen penelitian (research question)
Malangsari ini belum dapat berikutnya bagi penulis. Pertanyaan
dipastikan dolmen sebagai kubur. penelitian selanjutnya antara lain
Sementara itu, apabila dolmen yaitu apakah kubur dolmen
tersebut berfungsi sebagai sarana Malangsari merupakan kubur
pemujaan atau sebagai meja batu individual ataukah kubur komunal.
atau “altar” konstruksi dan susunan Jawaban atas beberapa
batu penutupnya relatif datar dan pertanyaan tersebut akan dapat
jumlah batu penyangga antara 3 – 4 ditemukan apabila penelitian di
buah dengan struktur mirip dengan kawasan perkebunan kopi milik PT.
kaki meja. Di antara keempat kaki Perkebunan Nusantara XII
dolmen disusun batu pipih sehingga Malangsari dapat dilanjutkan.
terbentuk ruangan atau bilik (periksa
gambar 6 dan 7).
Dolmen Malangsari baru DISKUSI DAN PEMBAHASAN
ditemukan satu unit, dan temuan
manik-manik, fragmen logam besi, Dolmen Dalam Perbandingan
fragmen batu asah atau fragmen Dolmen Malangsari ini
beliung (?) di luar dolmen belum memiliki bentuk dan konstruksi yang

Gambar 8. Manik‐manik Gambar 9. Fr. Batu Gambar 10. Fr. Logam Besi.
asah/fr. Beliung(?)
(Sumber: Balai Arkeologi DIY)

Hasil Ekskavasi Situs Malangsari, Banyuwangi: "Data Baru Dolmen di Jawa Timur"; 7
(Gunadi Kasnowiharjo)
berbeda dengan dolmen di mendatar yang ditopang oleh 2 (dua)
Pakauman, Bondowoso, Jawa Timur atau lebih batu tegak, sehingga
(Gambar 11 dan 12). Batu penutup konstruksi tersebut mirip dengan
dolmen Malangsari bentuk lebih bentuk sebuah meja batu.

Gambar 11. Dolmen di Situs Malangsari Gambar 12. Dolmen Situs Pakauman
sumber : dokumentasi Balai Arkeologi D.I. Yogyakarta, 2016
pipih dari batu andesitis yang masif, Konstruksi batu seperti ini pada
sedang batu penutup dolmen mulanya dikenal di daerah Eropa.
Pakauman sangat tebal dan Kata dolmen berasal dari bahasa
menggunakan batu gunung yang Perancis Kuna kemudian diadopsi
porus dan kasar. Selain itu batu-batu ke bahasa Inggris Kuna yang
penyangga dolmen Malangsari akhirnya dipakai baik dalam bahasa
sudah dibentuk balok-balok batu dari Perancis maupun bahasa Inggris
batu padas, sedangkan batu-batu hingga sekarang. Di Eropa, dolmen
penyangga dolmen Pakauman berkembang sejak masa Neolitik dan
menggunakan unworked stones. diakui sebagai hasil budaya
Susunan batu penyangga dolmen Megalitik.
Malangsari tersusun rapat sehingga Budaya atau tradisi
membentuk ruangan tertutup, membangun dolmen rupa-rupanya
sedangkan batu-batu penyangga merupakan budaya global seiring
dolmen Pakauman disusun tidak dengan perkembangan konsep
rapat dan ruangan di bawah batu dasar religi manusia saat itu, yaitu
penutup menjadi terbuka. Mengapa kepercayaan tentang kehidupan di
temuan dolmen Malangsari ini alam arwah. Secara eksplisit
diperbandingkan dengan dolmen masyarakat megalitik percaya
yang ditemukan di Pakauman? kepada kekuatan arwah nenek
Pertama, karena antara Pakauman moyang yang dapat memberikan
dan Malangsari keduanya berada di kesejahteraan hidup mereka.
bagian timur Provinsi Jawa Timur, Kepercayaan seperti itu merupakan
secara lokasional berada dalam satu kepercayaan yang universal,
wilayah. Kedua, di kedua kawasan sehingga artefak-artefak hasil
ini dolmen ditemukan dalam jumlah budaya megalitik seperti dolmen
yang cukup banyak. Baik di kawasan ditemukan diseluruh penjuru dunia,
Pakauman maupun Malangsari antara lain Eropa, India, Burma,
keduanya diperkirakan merupakan Indonesia, Lautan Teduh Selatan,
kompleks permukiman megalitik dan Amerika (Callenfels, TT: 60).
yang sangat luas. Konstruksi bangunan megalitik
Dolmen adalah sebutan seperti dolmen pada awalnya
untuk konstruksi bangunan batu dikenal di Eropa oleh para ahli
dengan susunan sebuah batu diperkirakan berasal dari masa

8 Berkala Arkeologi Vol.37 Edisi No.1 Mei 2017: 1 - 14


Neolitik dan berkembang hingga Di antara negara-negara di
masa paleometalik. Selain dolmen, Asia Tenggara, Indonesia paling
para ahli arkeologi di Eropa banyak ditemukan dolmen, terutama
menemukan pula menhir dan di Jawa Timur bagian timur seperti di
cromlech istilah untuk ketiga Kabupaten Bondowoso dan
konstruksi megalitik tersebut berasal Kabupaten Banyuwangi, di
dari bahasa Briton dan diadopsi Sumatera, dan Kalimantan (Soejono,
kedalam bahasa Inggris. Dolmen 2008). Dalam glosarium Sejarah
berasal dari kata dol yang berarti Nasional Indonesia I, disebutkan
table dan men berarti rock. Menhir bahwa dolmen “meja batu”, susunan
berasal dari kata men berarti stone batu yang terdiri atas sebuah batu
dan hir berarti long, sedangkan lebar yang ditopang oleh beberapa
Cromlech berasal dari kata crom buah batu lain sehingga menyerupai
yang berarti concave dan lech (berbentuk) meja; berfungsi sebagai
berarti flate stone (Bray dan Trump, tempat untuk mengadakan kegiatan
1970: 67 dan 75). Di Irlandia dan di dalam hubungan dengan pemujaan
Inggris ketiga bangunan megalitik di arwah leluhur (Soejono, 2008: 498).
atas adalah tinggalan budaya dari Dolmen salah satu bangunan
masa Neolitik, yang berkembang di budaya megalitik yang dibawa ke
Britain pada 5000 BC dan di Irlandia kepulauan Nusantara oleh para
sekitar 4000 BC (Cumming, 2015). imigran penutur rumpun bahasa
Di kawasan Asia, Byung-mo Austronesia, yang lazim disebut
Kim (1982) menyatakan bahwa bangsa Austronesia atau
dolmen ditemukan antara lain di Austronesian Family (Bellwood, Fox
India,China, Korea, baik Korea Utara dan Tryon, 1995: 1-20). Mereka
maupun Korea Selatan, Taiwan, datang dari daratan Cina Selatan
Jepang, dan Asia Tenggara seperti setelah beberapa lama transit di
Malaysia dan Indonesia. Di India, Taiwan, barulah mereka bermigrasi
dolmen dan artefak megalitik lainnya ke pulau-pulau di sebelah selatan
dikenal kira-kira sejak 1000 BC seperti Jepang, Asia Tenggara, dan
hingga Awal Masehi. Hal ini seperti Selandia Baru kemudian menyebar
diungkapkan oleh Sarkar dalam ke barat hingga Madagaskar dan ke
artikel berjudul Megalithic Culture of timur sampai Pulau Paskah, Pasifik.
India dan dimuat dalam Bunga Menurut Robert von Heine Geldern
Rampai atau Monograph berjudul migrasi bangsa Austronesia ke
Megalithic Cultures in Asia (Byung- Indonesia sedikitnya pernah terjadi
mo Kim, 1982: 127). Di Korea, dua gelombang besar. Gelombang
dalam artikel berjudul The General pertama berlangsung antara 2500 –
Aspect of Megalithic Culture of 1500 BC, para imigran dari
Korea, Yong-hoon Whang gelombang migrasi inilah yang
menyebutkan bahwa kronologi membawa budaya pembangunan
secara absolut berdasarkan analisis dolmen di Kepulauan Indonesia
Carbon 14, dolmen dikenal di Korea (Geldern, 1945: 148). Mereka
kira-kira tahun 415 BC (Byung-mo mengokupasi wilayah – wilayah
Kim, 1982: 57). Sedangkan seperti Sumatra, Kalimantan, Jawa,
Masayuki Komoto dalam buku yang dan Nusa Tenggara (Hoop, 1932:
sama menjelaskan tentang kronologi 163-168). Di daerah lain beberapa
dolmen di Jepang yaitu antara tahun temuan dolmen belum
610 BC dan 350 AD (Komoto, 1982: dipublikasikan atau bahkan belum
13).

Hasil Ekskavasi Situs Malangsari, Banyuwangi: "Data Baru Dolmen di Jawa Timur"; 9
(Gunadi Kasnowiharjo)
Gambar 13. Beberapa contoh model Dolmen di Indonesia
(Sumber: Haris Sukendar 1982)

pernah diteliti, seperti dolmen- Tenggara Timur. Dalam buku


dolmen di Sulawesi Tengah. Sejarah Nasional Indonesia I, R. P.
Dalam buku Megalithic Soejono menyebutkan bahwa di
Remains In South Sumatra, Van der Pasir Ciranjang, Jawa Barat dolmen
(Hoop, 1932: Hal. 20 – 58) ditemukan bersama dengan
menyebutkan bahwa dolmen di tinggalan megalitik lain seperti
Sumatra Selatan sedikitnya menhir, lumpang batu, undak-undak
ditemukan di 10 (sepuluh) situs batu, arca-arca, dan susunan batu-
megalitik, yaitu : batu monolit yang diperkirakan
1. Situs Tanjungmenang, sebagai sarana upacara pemujaan
2. Situs Pematang nenek moyang. Di Jawa Tengah
3. Situs Pematangbange dolmen ditemukan di kompleks
4. Situs Tanjungara “Watu Kandang” Matesih,
5. Situs Pajarbulan Kabupaten Karanganyar.
6. Situs Pulau Panggung Sedangkan di Jawa Timur dolmen
7. Situs Gunung Megang ditemukan dalam jumlah yang cukup
8. Situs Batu Cawang banyak seperti di Pakauman,
9. Situs Tegurwangi Bondowoso sedikitnya ada 94 unit
10. Situs Batuberak. dolmen. Masyarakat setempat
menyebutnya “pandhusa” atau
Selanjutnya dijelaskan oleh “makam cina”. Dolmen atau
Van der Hoop bahwa pada pandhusa ini terdiri atas lantai papan
umumnya dolmen ditemukan dalam batu, beberapa batu tegak sebagai
satu kompleks dengan arca dinding dan ditutup dengan sebuah
megalitik, menhir dan stone cist batu besar (Soejono, 2008: 255 –
grave (Hoop, 1932: 126 – 129). 275).
Dolmen di Sumatra Selatan Di Kalimantan, budaya
rata-rata disusun bagian atas batu membangun dolmen belum banyak
datar monolit (unworked) dan diketahui, kecuali dolmen yang
ditopang oleh batu – batu berukuran ditemukan di daerah Apo Kayan,
kecil (kaki) berjumlah 4, 6 atau lebih. Kalimantan Timur. Selain dolmen,
Bentuk dolmen seperti gambar 13 peninggalan megalitik lain yaitu
oleh Haris Sukendar (1983) sarkofagus ditemukan di daerah
dikelompokkan pada tipe Indonesia aliran sungai Long Danum dan Long
Barat. Adapun fungsi dolmen tipe ini Kajanan. Kubur peti batu ditemukan
adalah sebagai kubur. di daerah aliran sungai Long Pura.
Selain di Sumatra, dolmen Sedangkan di Sulawesi Tengah, Van
juga ditemukan di Jawa, der Hoop menyitir diskripsi Kruyt
Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa yang menjelaskan bahwa: “di Besoa

10 Berkala Arkeologi Vol.37 Edisi No.1 Mei 2017: 1 - 14


Gambar 14. Gambar 15.
Dolmen atau Reti di Pulau Sumba Dolmen atau Rete di Pulau Flores
(Sumber: Soejono, 2008 : 284) (Sumber: wisata.nttprov.go.id)

dan Napu tidak jauh dari Pada beberapa hari dengan biaya yang
Pokekea ditemukan batu besar, sangat besar.
datar, dan oval dengan ukuran
panjang 220 Cm, lebar 190 Cm dan
tebal 30 Cm. Batu ini diletakkan KESIMPULAN
pada beberapa batu yang berukuran
lebih kecil mirip sebuah meja, Kawasan situs-situs megalitik
dengan kata lain susunan batu ini di wilayah Desa Kebonrejo,
adalah dolmen yang diperkirakan Kecamatan Kalibaru, Kabupaten
berfungsi sebagai kubur”. Banyuwangi menurut informasi
Penjelasan yang menyebutkan beberapa warga setempat bahwa
tentang dolmen tersebut sebagai temuan kubur batu atau dolmen
kubur, menurut Van der Hoop perlu seperti yang ditemukan di Petak D
pembuktian dengan melakukan 55, Blok Sidomaju, Afdeling
ekskavasi (Hoop, 1932: 128). Mulyosari tersebar di petak-petak
Dolmen di Indonesia bagian dan blok-blok lain, bahkan sampai di
timur, paling banyak ditemukan di areal Hutan Lindung Meru Betiri
Pulau Sumba, masyarakat setempat yang dikuasai oleh KPH Wilayah
menyebutnya Reti. Sampai sekarang Banyuwangi Barat. Informasi
ini oleh masyarakat Sumba, Reti langsung dari para pelaku pencari
masih dipergunakan sebagai kubur. harta karun ini sangat akurat dan
Di Pulau Flores bangunan megalitik sampai saat ini mereka masih
mirip dolmen disebut Rete, seperti menyimpan “penusuk” yaitu
halnya reti bangunan tersebut peralatan pokok untuk mendeteksi
berfungsi sebagai kubur para ada tidaknya kubur batu yang
bangsawan atau orang – orang yang terpendam kira antara 0.5 – 1 meter
semasa hidupnya memiliki dari permukaan tanah. Sisa-sisa
kedudukan sosial yang tinggi artefak hasil pencarian harta karun
(Soejono, 2008 : 283; periksa seperti manik-manik dan patung
gambar 14 dan gambar 15). batu yang belum terjual berhasil
Upacara pembangunan reti/rete ini didokumentasikan oleh Drs. Suhalik.
mirip dengan upacara penguburan di Patung batu dengan ciri-ciri
Toraja, diselenggarakan selama penggambaran wajah, tangan, dan
badan yang sederhana diperkirakan

Hasil Ekskavasi Situs Malangsari, Banyuwangi: "Data Baru Dolmen di Jawa Timur"; 11
(Gunadi Kasnowiharjo)
patung bercorak megalitik. Patung seluruhnya seperti yang telah
seperti itu ditemukan oleh pencari terbukti di lokasi penelitian (bagian
benda-benda purbakala dalam kecil dari Petak D 55), maka potensi
jumlah yang cukup banyak, hal ini dolmen di Malangsari akan menjadi
merupakan salah satu bukti bahwa perhatian para ahli prasejarah.
kawasan Malangsari merupakan Sedangkan pertimbangan
kompleks permukiman megalitik secara praktis hasil penelitian situs
yang sangat luas. Malangsari nantinya dapat
Menurut informasi dari para dimanfaatkan baik yang bersifat
pencari harta karun, manik-manik tangible maupun intangible. Selain
ditemukan di dalam ruang dolmen itu, tinggalan prasejarah ini akan
bercampur dengan tulang-tulang, menjadi kebanggaan masyarakat
sedangkan patung batu berada di Banyuwangi pada umumnya dan
samping struktur dolmen. Posisi khususnya masyarakat Kebonrejo.
manik-manik yang tersebar Secara tidak langsung temuan Situs
bercampur dengan tulang-belulang Malangsari ini akan ikut andil dalam
manusia jelas merupakan bekal membangun jatidiri dan identitas
kubur bagi si mati yang dikuburkan masyarakat Banyuwangi. Dari
dalam dolmen tersebut. Kebiasaan kesimpulan di atas, maka dapat
memberikan bekal kubur kepada direkomendasikan bahwa: penelitian
seseorang yang meninggal adalah situs dolmen di kawasan Malangsari
kebiasaan atau tradisi megalitik yang perlu dilanjutkan bahkan perlu
muncul sejak masa prasejarah. prioritas tenaga dan beaya yang
Sedangkan penempatan patung- signifikan.
patung berwajah sederhana
(bercorak megalitik) di samping
dolmen, selama ini belum pernah UCAPAN TERIMA KASIH
dijumpai. Patung bercorak megalitik
atau arca menhir berada dalam satu Ucapan terima kasih penulis
kompleks dengan menhir dan kubur sampaikan kepada anggota tim
peti batu antara lain seperti yang penelitian Situs Malangsari atas
ditemukan di Sokoliman, Gondang, kerjasamanya. Terima kasih juga
dan Playen Kabupaten Gunung kami ucapkan kepada Prof. Dr.
Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta Sumijati Atmosudiro dan Dr. Tular
(Soejono, 2008: 274). Sudarmadi, MA yang telah berkenan
Berdasarkan kajian di atas, membaca, mengoreksi dan
maka dapat disimpulkan bahwa di memberikan masukan dalam
kawasan perkebunan kopi milik PT. penulisan artikel ini. Tidak
Perkebunan Nusantara XII ketinggalan terima kasih penulis
Malangsari terdapat tinggalan yang sampaikan kepada Bapak Manajer
diperkirakan berasal dari tradisi PT. Perkebunan Nusantara XII,
prasejarah yang cukup penting baik Malangsari, Banyuwangi yang telah
bagi pengembangan ilmu memberi ijin kepada tim peneliti dari
pengetahuan (akademis), maupun Balai Arkeologi Daerah Istimewa
dalam pembangunan jatidiri dan Yogyakarta untuk melakukan
karakter bangsa. Sebaran dolmen di penggalian dan penelitian di tengah-
kawasan Malangsari yang saat ini tengah perkebunan kopi, serta
tertimbun tanah dan tertutup oleh menyiapkan Mess di afdeling
perkebunan kopi, apabila dapat Mulyosari sebagai base camp kami
digali, diteliti, dan ditampakkan selama penelitian berlangsung.

12 Berkala Arkeologi Vol.37 Edisi No.1 Mei 2017: 1 - 14


DAFTAR PUSTAKA

Aikens, C. Melvin dan Higuchi, Takayasu, 1982. Prehistory of Japan, Academic


Press, Inc. Harcourt Brace Jovanovich Publishers.

Bellwood, Peter; Fox, James J; and Tryon, Darrell,... 1995. The Austronesians
Historical and Comparative Perspectives,The Australian National
University Press.

Bray, Warwick and Trump, David. 1970. A Dictionary of Archaeology, Allen Lane
The Penguin Press, Vigo Street, London, First Published.

Callenfels, P.V. Stein. Tanpa Tahun .Pedoman Singkat Untuk Pengumpulan


Prasejarah, Lembaga Kebudayaan Indonesia, Departemen Pendidikan.

Cumming, Vicki, 2015. “Dolmen”, Encyclopaedia Britannica,


www.britannica.com/topic/dolmen last up date: 7 – 31 – 2015.

Heekeren, H.R. van, 1931. “Megalitikche Overblijfselen in Besoeki, Jawa”,


DJAWA,Tijdschrift van Het Java-Instituut, Vol. XI, pp. 1 – 18.

Heine-Geldern, Robert von, 1945. “Prehistoric Research in the Netherlands


Indies”, Science and Scientist in the Netherlands Indies, dalam Pieter
Honig and Frans Verdoorn (eds.), Published by the Board for the
Netherlands Indies, Hlm. 129-162.

Hidayat, Muhammad. 2007. “Menengok Kembali Budaya dan Masyarakat


Megalitik Bondowoso”, Berkala Arkeologi, Tahun XII, Edisi No. 1/Mei
2007, hal. 19-30.

Hoop, ANJ. Th. a Th. van der, 1932. Megalithic Remains in South Sumatra,
Zutphen, Netherland: WJ. Thieme, 1932, Translated by William Shirlaw.

Komoto, Masayuki, 1982. “Megalithic Monument in Ancient Japan”, dalam


Byung-mo Kim: Megalithic Culture in Asia, Monograph No. 2, published
by Hanyang University, Seoul, 133, Korea, Hlm. 4 – 40.

Nadaillac, The Marquis De, 1892. Manner And Monuments of Prehistoric


Peoples, translated from French to English language by Nancy Bell (N.
D’Anvers), copy right by Nancy Bell, Electrotyped, Printed, and Bound
by The Knickerbocker Press, New York, G. P. Putnam’s Sons.

Priyatno Hadi S. 2003. “Pola Permukiman Megalitik di Situs Kodedek,


Bondowoso”, Berkala Arkeologi Tahun XXIII, No. 1 Edisi Mei 2003. Hal.
28 – 41.

Sarkar, H. 1982. “Megalithic Culture of India”, dalam Byung-mo Kim: Megalithic


Culture in Asia, Monograph No. 2, published by Hanyang University,
Seoul, 133, Korea, Hlm. 127 – 163.

Hasil Ekskavasi Situs Malangsari, Banyuwangi: "Data Baru Dolmen di Jawa Timur"; 13
(Gunadi Kasnowiharjo)
Soejono, R. P. 2008. “Jaman Prasejarah di Indonesia”, dalam Marwati Djoenoed
(ed.al): Sejarah Nasional Indonesia Jilid I, Edisi Pemutakhiran, Cetakan
Kedua, Balai Pustaka, Jakarta.

Sukendar, Haris,. 1983. “Tinjauan Tentang Peninggalan Megalitik Bentuk Dolmen


di Indonesia”, Rapat Evaluasi Hasil Penelitian Arkeologi, Pusat
Penelitian Arkeologi Nasional, Jakarta.

Suryanto, Diman 2002. “Pola Permukiman Prasejarah: Kajian Atas Data Hasil
Penelitian Megalitik di Pakauman, Bondowoso”, Berkala Arkeologi,
Tahun XXI, Edisi No. 1/Mei 2002. Hal. 8 – 21.

Whang, Yong-hoon, 1982. “The General Aspect of Megalithic Culture of Korea”,


dalam Byung-mo Kim: Megalithic Culture in Asia, Monograph No. 2,
published by Hanyang University, Seoul, 133, Korea, Hlm. 41 – 64.

14 Berkala Arkeologi Vol.37 Edisi No.1 Mei 2017: 1 - 14

You might also like