You are on page 1of 11

MASTERPLAN DRAINASE KOTA SINTANG

Bayu Saputro1), Umar A. Ghani2), Eko Yulianto2)


kushinryubayu67@gmail.com

ABSTRACT
Drainage infrastructure is a system consisting of many components, then drainage infrastructure
planning should consider the interconnection between components, along with their impacts. Planning of
drainage infrastructure is a process with high complexity, multi discipline, multi sector and multi user. The best
planning is based on a global approach but still concentrating specifically (sectorally) on the key issues to be
solved. Sintang City often experienced floods that resulted in disruption of community activities and the
destruction of infrastructure such as roads, bridges and settlements. Sintang City bypassed by the confluence of
two major rivers namely the Kapuas River and the Melawi River that divides the city into three parts. Sintang
City also there are many small rivers which is the part of Kapuas and Melawi River. This will result in a
decrease in the conductivity of the flow so that it is troubled to flooding. The purpose and objectives to be
achieved in this research is as to study the topography and hydrotopography characteristics of Sintang City in
relation to the drainage of the region, to examine the characteristics of the Sintang flood which includes the
source of flood water, the flood type, the puddle area, etc., to examine the macro drainage system which is right
for Sintang City.
Research methodology used by writer in this case is with ex facto method which is comparative and
associative. Data analysis also uses descriptive analytical method which is adjusted with the research flow
diagram. Secondary and primary data inventory as well as pre-arranged drainage masterplan planning through
existing regulations in order to become a reference in conducting studies and analysis, planning urban drainage
network system including determining its priority scale and stages of handling. Data analysis is also done with
some software as a tools in modeling the frequency distribution of rainfall, drainage flow modeling, and spatial
approach to the condition in a city area, especially the global contour in this case is Sintang City.
The result of the research with the data analysis showed that from the hydrology analysis of the
maximum daily rainfall frequency distribution used the value is relatively the same for one region, where the
value of the maximum flood discharge that occurs rapidly due because rainfall intensity factor that occurs quite
swift with a short duration of this can be seen in each hydrograph flooding each river. Furthermore, there are
floods of shipment that occur from upstream in 2 major rivers, namely Kapuas River and Melawi River which
high water level (HWL) becomes a reference in determining river border and become boundary conditions
measurement in hydrometry analysis and also related to river flow modeling, viewed through a spatial approach
related to the global contours that the Sintang City region especially in the River/Drainage Primary there are
basins with elevation of existing hydrotopography as well as zonation of loading from the existing catchment
area has a variety of different land use designs so that the surface runoff becomes large and that affect the
existing flow coefficient. Some of these factors are the cause of the problem of floods/puddles that periods often
occur in the Sintang City area. Therefore, it is necessary to determine the priority scale, the matrix of problems
and the appropriate treatment alternatives in the context of flood control seen from the method and time of
handling especially on the primary rivers according to the typology of Sintang City area so as to produce
technical recommendations related to flood prevention.

Keywords: masterplan, system, drainage, infrastructure, city, river

1. Alumni Program Studi Teknik Sipil FT. UNTAN


2. Dosen Jurusan Teknik Sipil FT. UNTAN 1
1. PENDAHULUAN
Rencana Induk (Masterplan) disusun dengan baik sehingga dianggap perlu untuk
dengan terlebih dahulu melakukan evaluasi mengkaji sistem drainase makro yang tepat
kondisi kota/kawasan, evaluasi kondisi sistem bagi Kota Sintang. Sungai – sungai yang
jaringan lapangan/eksisting dan survei ditinjau adalah anak sungai yang berfungsi
kebutuhan nyata kemudian untuk selanjutnya vital dalam pengendalian banjir, yang
dilakukan identifikasi terhadap tingkat dan bermuara di sungai besar serta mengalami
cakupan pelayanan yang ada, serta kebutuhan penurunan fungsi yang signifikan. Untuk itu
pengembangan sistem jaringan. pengolahan data yang dilakukan terkai analisa
Kota Sintang terletak di dataran tinggi hidrologi, hidrometri, dan hidrotopografi.
dengan topografi yang cukup bergelombang Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui
sehingga perlu mengkaji karateristik topografi kinerja jaringan drainase yang sudah ada,
& hidrotopografi Kota Sintang dalam memberikan informasi sistem drainase, dan
hubungannya dengan drainase wilayah. Kota dengan perencanaan menyeluruh (Masterplan)
Sintang dilewati oleh pertemuan 2 sungai besar sistem jaringan drainase diharapkan dapat
yaitu Sungai Kapuas & Sungai Melawi dimana menjadi referensi bagi Dinas/Instansi terkait
hal ini terkait karateristik banjir Kota Sintang dalam menentukan kebijakan teknis untuk
yang meliputi sumber air banjir, jenis banjir, menyiapkan tata kelola sistem drainase di Kota
luasan genangan, dll. Tatanan Sistem Drainase Sintang yang terpadu dan berkelanjutan.
Kota Sintang belum terintegrasi & tersistem Penelitian ini juga
bermanfaat bagi penulis dalam hal melakukan
penelitian dan bersifat akademis serta dapat
digunakan untuk menjadi acuan penelitian
selanjutnya.

2. STUDI LITERATUR disebut juga sebagai sistem saluran


2.1. Drainase Perkotaan pembuangan utama (major system) atau
Dalam penelitian ini sistem jaringan drainase primer. Sistem jaringan ini
drainase yang dikaji adalah sistem drainase menampung aliran yang berskala besar dan
makro dimana sistem saluran/badan air yang luas seperti saluran drainase primer, kanal-
menampung dan mengalirkan air dari suatu kanal atau sungai-sungai. Perencanaan
daerah tangkapan air hujan (catchment area). drainase makro ini umumnya dipakai dengan
Pada umumnya sistem drainase makro ini periode ulang antara 5 sampai 10 tahun.

2.2. Masterplan Drainase Perkotaan  Data sistem drainase yang ada


Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan  Data hidrolika
Umum Nomor 12/PRT/M/2014 Tentang  Data teknik lainnya
Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan;
Tata Cara Perencanaan Sistem Drainase Kondisi Alur sungai, Peta Lokasi
Hidrotopografi morfologi penampang Potensi Banjir
Perkotaan bahwa Rencana Induk (Masterplan) sungai memanjang,
melintang

sistem drainase perkotaan adalah perencanaan


dasar drainase yang menyeluruh dan terarah Running Program
HEC-RAS
pada suatu daerah perkotaan yang mencakup Hidrologi/
Hidrometri/
Hidrolika
Kondisi
aliran &
badan
Debit Banjir Perbaikan Alur
Sungai
sungai
perencanaan jangka panjang, jangka menengah Kondisi
Perbaikan
Dimensi Sungai
Lingkungan Vegetasi DAS,
dan jangka pendek sesuai dengan Rencana Lingkungan
DAS
Prosentase
Daerah Terbuka

Tata Ruang Kota.


Data dan persyaratan dalam indikator
struktural./teknis dalam penelitian ini yang PENGUMPULAN IDENTIFIKASI DATA ANALISA DATA AWAL ANALISA DATA LANJUTAN DETAIL DESAIN

diperlukan adalah sebagai berikut: DATA

 Data spasial Gambar 1. Kerangka Pikir Analisa Data


 Data hidrologi

2
2. METODOLOGI PENELITIAN 2.1. Umum & Diagram Alir Penelitian
Menurut (Sugiyono, 2001), Metodologi ini diagram alir yang memuat langkah-langkah
adalah suatu cara yang tersusun secara penyusunan seperti pada gambar di bawah ini.
terstruktur dan teratur dalam melakukan
penelitian terhadap suatu objek. Untuk skripsi
Analisa Data & Pemodelan integrasi software
Dalam tahapan olahan analisa data dari
kebutuhan data baik sekunder dan primer untuk
selanjutnya dilakukan analisa dari segi Hidrologi,
Hidrometri, Hidrotopografi, dan Hidrolika perlu
diintegrasikan dengan pemodelan. Untuk
Pemodelan sendiri peneliti menggunakan
beberapa software yang terdiri dari:
Pemodelan curah hujan harian maksimum
dengan software SMADA (Strom Water
Management & Desaign Aid) versi 6.43 for
Windows. Pemodelan pendekatan data spasial
dengan software Google Earth – SAS Planet –
Global Mapper v.18 – dan ArcGIS 10.3
Pemodelan aliran dengan software HEC-RAS
(Hydrologic Engineering Center - River Gambar 2. Diagram Alir Penelitian
Analysis System)

2.2. Cara Pengerjaan Masterplan analisa kondisi eksisting – analisa kebutuhan –


Tahapan dalam perencanaan analisa solusi, kemudian dilakukan rencana
masterplan adalah dengan melakukan sistem jaringan drainase perkotaan termasuk
inventarisasi kondisi awal sistem drainase skema jaringan drainase perkotaan, dan terakhir
eksisting terkait kebutuhan data awal, kajian melakukan analisa skala prioritas dan tahapan
analisa drainase dengan berbagai analisa berupa penanganan.

3. HASIL dan ANALISIS Sungai Lingkar Hutan Wisata adalah sungai –


3.1. Daerah Aliran Sungai (DAS) sungai yang saling interkoneksi satu sama lain,
Berdasarkan peta foto udara diketahui terletak di tengah kawasan kota, mempunyai
DAS masing-masing ruas sungai yang dikaji masalah banjir dengan cakupan wilayah
sebagai berikut: masing-masing, berada di kawasan yang juga
prioritas (pemukiman sedang – padat,
Tabel 1. Rencana Ruas Sungai-sungai dengan perkantoran – pemerintahan, pendidikan, dsb)
Luas DAS dan Panjang Sungai serta merupakan kawasan Hutan Kota yang
mempunyai vegetasi yang cukup lebat, dan
belum terdapat bangunan pengatur (pintu air)
serta perbaikan sungai yang sesuai
(normalisasi sungai) dengan kondisi yang ada.
Untuk sungai –sungai lain kurang lebih sama
baik pendekatan, cara/metode yang digunakan,
korelasi dengan permasalahan di sekitarnya
hingga sampai analisa dan kesimpulan dalam
penanganannya.
Catatan: Karena keterbatasan dalam jurnal,
peneliti/penulis mengambil sampel Sistem
Sungai yang kiranya dapat mewakili analisa
dalam Masterplan Drainase Kota Sintang ini.
Sistem Sungai yang terdiri dari Sungai
Keriung – Sungai Sena – Sungai Sawak –
3
3.2. Analisa Hidrologi

Tabel 2. Rekapitulasi Data Curah Hujan


Harian Maksimum

Number Probability Value Value Deviation


-----------------------------------------------
1 0.0909 67.6000 73.8954 14.1534
2 0.1818 83.0000 87.1068 12.1277
3 0.2727 88.9000 96.4236 12.0314
4 0.3636 99.8000 104.0526 12.1884
5 0.4545 116.0000 110.7788 12.0840
6 0.5455 116.3000 117.0105 11.5314
7 0.6364 128.8000 123.0459 10.4507
8 0.7273 130.0000 129.1437 8.9313
Gambar 3. Curah Hujan Harian Maksimum 9 0.8182 132.4000 135.6566 8.0179
Sta. Susilo Sintang 10 0.9091 140.0000 143.3707 12.3976
-----------------------------------------------
----------------- Predictions -----------------
Exceedence Return Calculated Standard
Probability Period Value Deviation
-----------------------------------------------
0.9950 200.0 156.5188 43.9902
0.9900 100.0 154.8838 37.1121
0.9800 50.0 152.5593 29.5677
0.9600 25.0 149.2493 21.5671
0.9000 10.0 142.4950 11.4795
0.8000 5.0 134.2952 8.0055
0.6670 3.0 125.0798 9.9714
0.5000 2.0 113.9364 11.8704
-----------------------------------------------

Gambar 4. Catchment Area Ruas


Sungai-sungai di Kota Sintang

3.3. Kode Program 4.1

Contoh Hasil Running 1 Harian Maksimum


Berbagai Metode

Distribusi Log Pearson III


Distribution Analysis: Log Pearson Type III
------------------Summary of Data -------------
First Moment (mean) = 110.280
Second Moment = 5.896e02
Skew = -4.015e-01
-----------------------------------------------
Point Weibull Actual Predicted Standard

4
Kemudian dilakukan Uji Smirnov- lainnya untuk menghindari presentase error
Kolmogorov dengan maksud dan tujuan dari yang terdistribusi secara acak dan stokastik
penentuan metode analisa distribusi frekuensi lebih besar nilainya (tidak masuk akal untuk
curah hujan yang paling sesuai (uji kecocokan) besaran nilainya dalam analisa selanjutnya)
dimana untuk menentukan metode analisa apa atau dengan kata lain mengambil asumsi
yang paling cocok digunakan dalam presentase error terkecil.
menentukan hujan periode ulang tertentu 2, 5, Dari hasil uji analisa smirnov-
10, 25, 50 dan 100 tahun ( R2, R5, R10, R25, R50 kolmogorov diatas, bahwa nilai Dmax untuk
dan R100 ) dimana berbagai metode yang metode Log Pearson Tipe III yang diambil
dimaksud adalah metode yang tercakup dalam dikarenakan analisa distribusi metode Log
distribusi kontinu. Pearson Tipe III banyak digunakan dalam
Menurut teori yang ada secara hitungan analisa hidrologi terutama dalam analisa data
manual dengan menggunakan persamaan- maksimum (banjir) dan minimum (debit
persamaan serta tabel yang sudah ada pada minimum) dengan nilai ekstrem (Soewarno:
tiap-tiap metode dimana dicari presentase error 1995; 141) atau dengan kata lain dapat
terkecil daripada metode lainnya dan jika dari dijadikan acuan penentuan debit banjir pada
berbagai metode diatas didapat hasil ruas sungai rencana penelitian pada skripsi ini
”diterima” semua, maka analisa selanjutnya serta debit minimumnya dan atau tanpa
yang digunakan metode normal dikarenakan pengaruh baik daripada debit banjir kiriman 2
metode normal adalah dasar dari semua sungai besar (Kapuas & Melawi) yang
pengujian (atau induk/basic). berfluktuatif, kondisi normal ruas sungai (surut
Dalam analisa uji ini, hasil yang terendah/tidak ada pengaruh fluktuasi muka air
diperoleh tergantung pada kualitas dan panjang sungai besar), serta kondisi curah hujan di
data. Makin pendek data yang tersedia, makin lokasi.
besar penyimpangan yang terjadi. Sehubungan Dari hasil analisa distribusi frekuensi
dengan jumlah data (n) yang dianalisa hanya curah hujan berbagai metode diatas dan
10 Tahun terakhir (minimal) pada uji smirnov- kesimpulan sementara terkait hasil uji tadi,
kolmogorov diatas, maka peneliti maka peneliti selanjutnya menggunakan
menyimpulkan: Metode Log Pearson Tipe III.
Untuk analisa selanjutnya data yang diambil
adalah nilai Dmax terkecil dari Dmax metode

waktu/durasi yang pendek (hujan lebat/deras,


dengan waktu singkat). Begitu juga sebaliknya
bahwa semakin lama waktu/durasi kejadian
hujan yang terjadi maka semakin kecil
angka/nilai intensitas curah hujannya. Hal
inilah yang menjadi salah satu faktor penyebab
masalah genangan yang terjadi di Kota
Sintang. Peneliti juga membatasi besaran
menit yang dianalisa pada tabel diatas hanya
sampai menit ke-400 (selanjutnya bisa
Gambar5. Hidrograf Debit DPS Keriung disesuaikan dengan kebutuhan) dikarenakan
Berbagai Periode Ulang untuk kelanjutan analisa intensitas curah hujan
dan tinggi curah hujan akumulatif per jam pada
Besarnya intensitas curah hujan yang periode ulang yang sudah ada seperti pada
terjadi berbanding terbalik dengan waktu / menit ke-60 (1 jam pertama) dilanjutkan menit
durasi / lamanya kejadian hujan atau dengan ke-120 (1 jam berikutnya) dst.
kata lain bahwa semakin besar angka/nilai
intensitas curah hujan yang terjadi pada saat

5
Tabel 3. Hasil Rekap Debit Maksimum DPS
Keriung Berbagai Periode Ulang
Tabel 5 Hasil Rekap Debit Maksimum DPS
Sawak Berbagai Periode Ulang

Tabel 4. Hasil Rekap Debit Maksimum DPS


Sena Berbagai Periode Ulang

Tabel 6 Rekapitulasi Hasil Debit Banjir Ruas


Sungai-sungai

Catatan:
Gambar 6. Hidrograf Debit DPS Sawak Bahwa Luasan DAS & Panjang Sungai didapat dari
Berbagai Periode Ulang data sekunder.
Sungai Lingkar Hutan Wisata masuk dalam sistem
Sungai Keriung, Sawak, dan Sena.

6
3.3. Analisa Hidrometri
3.3.1.Analisa Hidrotopografi

Dari alur analisa spasial di atas dimana setelah


diurutkan skor banjir dari 1-10 yang
menunjukkan urutan kemungkinan kejadian
banjir/genangan, kemudian dilakukan tahapan
terakhir digitasi yaitu melakukan pendekatan
secara keseluruhan dengan membagi menjadi 3
bagian dengan indeks kawasan Klasifikasi
Banjir/Genangan dimana hanya terdiri dari:
 Tidak Rawan Banjir (Hijau)
 Sedang (Kuning)
 Rawan Banjir (Biru)

Gambar 7. Digitasi Peta Klasifikasi


Banjir/Genangan Gambar di atas sepintas menjelaskan
tentang kondisi umum Tata Guna Lahan di
wilayah kawasan Kota Sintang dengan situasi
bathimetri yang didapat dari olahan data
sekunder dimana 2 Sungai besar yaitu Sungai
Kapuas & Melawi dengan masing-masing
potongan melintang agar dapat mengetahui
batasan sempadan sungai dari tebing sungai
besar, dan juga mengetahui kawasan mana saja
yang sudah bertanggul/tidak (Peraturan
Menteri PUPR RI No.28/PRT/M/2015 Tentang
Penetapan Garis Sempadan Sungai dan Garis
Sempadan Danau) dimana hal ini terkait
dengan tinggi muka air khususnya jika terjadi
pasang/banjir kiriman akibat debit aliran dari
bagian hulu (Kab. Kapuas Hulu), serta untuk
mengetahui kemampuan drainase wilayah
secara makro dan drainase primer yang dikaji
dalam skripsi ini berada di sekitar ptongan
Gambar 8. Peta Masterplan Tata Guna Lahan melintang dari 2 gambar di atas.

7
Pada gambar sketsa di atas menjelaskan
bahwa pola & arah aliran yang terjadi untuk
Sistem Sungai (S. Keriung – S. Sena –
S.Sawak – Sungai Lingkar Hutan Wisata)
sebagian telah sesuai dengan sistem gravitasi
yang ada mengikuti bentuk dan nilai elevasi
kontur hingga mengalir ke arah Hilir dan
Muara sungai masing-masing, sebagian lagi
bervariatif dalam artian terdapat pola & arah
aliran yang berlawanan dengan hierarki
saluran, mengalir dan mengarah balik ke
segmen Hulu dikarenakan terdapat spot
cekungan sehingga aliran yang ada menjadi
aliran yang terkekang (faktor banjir/genangan).

Gambar 9. Sketsa Pola & Arah Aliran Sistem


Sungai

3.4. Analisa Pemodelan Hidrodinamika


Sungai

Gambar 11. Lateral Flow Hydrograph segmen


Hulu (RS. 1552; Interpolasi) akibat CH 10 Th
DAS Keriung
Gambar 10. Layout Model HEC-RAS Sistem
Sungai Keriung – Sungai Sena – Sungai Sawak
– Sungai Lingkar Hutan Wisata

Gambar 12. Cross Section Rencana


Normalisasi akibat Banjir Maksimum Periode
Ulang 10 Th jika Muara Kondisi Pasang (atas)
dan Perspektif Hulu-Hilir dengan Kontur Asli
pada Sungai Keriung

9
Catatan: Pada kondisi seperti gambar di atas
menjelaskan bahwa terjadi
pendangkalan/perubahan dasar sungai di salah
satu segmen yang berakibat pada timbulnya
efek kontraksi/ekspansi, sehingga muka air di
Hulu naik, padahal muara pasang (back water
effect). Ini dikarenakan disekitar Sta. ini sudah
banyak Perumahan sehingga mempersempit
penampang sungai.

Ke arah S Keriung Ke arah S Sena

Gambar 13. Profil Muka Air Sepanjang Sungai


dengan Kontur Asli (atas) dan Profil Muka Air
Sepanjang Sungai dengan Rencana
Normalisasi (bawah) Sungai Sena akibat
Banjir Maksimum CH Periode Ulang 10 Th
jika Muara Kondisi Pasang

Permasalahan

Gambar 15. Profil Muka Air Sepanjang Sungai


(atas), Hidrograf Debit Hulu Sta.225 (tengah),
dan Cross Section (Sta. 1465.82; *Hasil
Interpolasi) (bawah) Sungai Lingkar Hutan
Wisata

Catatan: Terlihat bahwa Pola & Arah Aliran dari


Sungai Lingkar Hutan Wisata terbagi menjadi 2
Gambar 14. Profil Muka Air Sepanjang Sungai arah ke arah Sungai Keriung & Sungai Sena
(atas) dan Diagaram Kecepatan (V) (bawah) (contoh zonasi pembebanan)
pada Sungai Sawak dengan Kontur Asli akibat
Banjir Maksimum CH Periode Ulang 10 Th
jika Muara Kondisi Pasang

10
4. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Intensitas curah hujan harian maksimum waktu yang diperlukan hingga mencapai debit
yang terjadi di Kota Sintang (bersifat lokal) banjir maksimum di setiap DPS masing-
cukup besar nilainya dengan masing yang tersebar di Kota Sintang secara
waktu/durasi/lamanya kejadian hujan yang umum adalah sama dan berlangusng relatif
relatif singkat atau dengan kata lain, bahwa cepat yaitu jika hujan terjadi secara merata
hujan yang terjadi lebat/deras dengan waktu (hujan lokal) dengan nilai intensitas hujan
singkat saja sudah menyebabkan beberapa tertentu (misalnya untuk Kota Kecil dengan
kawasan mengalami banjir/genangan. Hal ini periode ulang 2-5 Tahun) tidak membutuhkan
didukung dengan bentuk daripada Hidrograf waktu yang lama untuk mencapai debit banjir
Debit yang memang diperuntukkan untuk maksimum tiap-tiap DPS (waktu singkat)
suatu kawasan kota. Dalam Hidrograf tersebut terlebih kondisi kontur global & topografi
tampak pada jam-jam awal jika terjadi hujan kawasan terkait hidrotopografi sehingga hal ini
kemudian dengan cepat langsung dapat yang menyebabkan kondisi banjir/genangan
mencapai nilai debit banjir (Qmax) dengan secara berkala khususnya di kawasan-kawasan
akumulasi kejadian hujan pada 1 jam pertama prioritas (pemukiman dan pusat pemerintah)
– 1 jam kedua dst. (total 4 jam-an) sampai yang berada pada elevasi/ketinggian lahan
dengan nilainya turun (hujan reda) dan pada yang cekung dan terlebih ditambah dengan
akhirnya berhenti hujan. Hal ini berlaku untuk banjir kiriman dari hulu yang terjadi pada 2
berbagai periode ulang kejadian hujan. sungai besar utama yaitu Sungai Kapuas &
Penjelasan lain yang juga dapat mewakili Sungai Melawi.
karateristik banjir dimana rata-rata untuk

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Peraturan Pemerintah Nomor Halim Asmar, A. 2012. Drainase Perkotaan,
37 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Cetakan Kedua. UII Pres Yogyakarta
DAS. Jakarta (Anggota IKAPI)

Badan Pusat Statistik Kabupaten Sintang. Hydrologic Engineering Center. 2010. HEC-
2017. Kabupaten Sintang Dalam RAS River Analysis System,
Angka. CV. RIZ’Q, Sintang Applications Guide, Hydraulic
Reference Manual, System, User’s
Danial, Mochammad Meddy. 2010. Bidang Manual, Version 4.1, January 2010.
Studi Hidrolika Untuk Pola Ilmiah U.S. Army Cormps of Engineers,
Pokok Lahan Gambut/Lahan Basah. Davis, CA
Laporan Magang I – MHERE
Subcomponent B.1 Batch IV IBRD Maryono, Agus; Muth W.; dan Eisenhauer N.
Loan No. 4789 – IND & ida Loan No. 2001. Hidrolika Terapan. PT Pradnya
4077 – IND. Departemen Pendidikan Paramita, Jakarta
Nasional Fakultas Teknik Jurusan
Teknik Sipil Universitas Tanjungpura Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun
Pontianak 2011 Tentang Sungai

Dinas Pekerjaan Umum, Pemerintah Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor


Kabupaten Sintang. 2016. Kerangka 12/PRT/M/2014 Tentang
Acuan Kerja (KAK) Penyusunan Penyelenggaraan Sistem Drainase
Rencana Detail Tata Ruang dan Perkotaan; Tata Cara Perencanaan
Peraturan Zonasi Kawasan Sistem Drainase Perkotaan
Perkotaan Sintang

11
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Republik Indonesia
Nomor 28/PRT/2015 Tentang
Penetapan Garis Sempadan Sungai
dan Garis Sempadan Danau

SNI 8066:2015 Tata Cara Pengukuran


Debit Aliran Sungai dan Saluran
Terbuka menggunakan Alat Ukur
Arus dan Pelampung

SNI Tata Cara Perhitungan Debit Banjir


Rencana 2415:2016

Soewarno.1995. Hidrologi Aplikasi Metode


Statistik Jilid 1. Nova, Bandung

Soewarno.1995. Hidrologi Aplikasi Metode


Statistik Jilid 2. Nova, Bandung

Sri Harto Br. 2000. Hidrologi: Teori-


Masalah-Penyelesaian. Nafiri Offset,
Yogyakarta

Standar SK SNI M-18-1989-F Tentang


Metode Perhitungan Debit Banjir

Sugiyono. 2001. Metode Penelitian


Administrasi. Penerbit Alfabeta,
Bandung

Suripin. 2003/2004. Sistem Drainase


Perkotaan yang Berkelanjutan. ANDI
Offset, Yogyakarta

Triadmojo, Bambang. 2008. Hidrologi


Terapan. Beta Offset, Yogyakarta

12

You might also like