You are on page 1of 20

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/348296186

Penggunaan Message Appeals dalam Strategi Pesan Kampanye Anti Kekerasan


Berbasis Gender Online

Article  in  Jurnal ILMU KOMUNIKASI · December 2020


DOI: 10.31315/jik.v18i3.3844

CITATIONS READS

2 239

3 authors, including:

Eny Ratnasari Suwandi Sumartias


Universitas Padjadjaran Universitas Padjadjaran
9 PUBLICATIONS   8 CITATIONS    52 PUBLICATIONS   72 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Mantan Narapidana Bertatto dalam Organisasi Masyarakat FK XTatto 13 View project

All content following this page was uploaded by Eny Ratnasari on 07 January 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Volume 18, No. 3 December 2020, 352-370 Jurnal Ilmu Komunikasi
DOI: https://doi.org/10.31315/jik.v18i3.3844 P-ISSN 1693-3028; E-ISSN 2407-8220
Submitted: 23 October 2020, Revised: 23 December 2020, Accepted: 31 December 2020 Accredited Sinta 2 based on the Decree No. 30/E/KPT/2018

Penggunaan Message Appeals dalam Strategi Pesan Kampanye


Anti Kekerasan Berbasis Gender Online
Eny Ratnasari1, Suwandi Sumartias2, Rosnandar Romli3
Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran
1,2,3

Jl. Raya Bandung-Sumedang KM 21, Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, 45363, Indonesia
Email: eny12001@mail.unpad.ac.id1*; suwandi.sumartias@unpad.ac.id2; rosnandar.romli@unpad.ac.id3
*Corresponding author

Abstract
The increasing number of Online Gender-Based Violence (OGBV) cases in the last six years has made Digital At-
Risks Sub-Division of SAFEnet (Southeast Asia Freedom of Expression Network) made “Awas KBGO!” (Beware
of OGBV!) Campaign to give a warning to the public. The use of message appeals as message strategy still doesn’t
work to increase public awareness. This research to analyze on knowing the strengths and challenges of using
message appeals as message strategy on “Awas KBGO!” Campaign. The research method that used is a case
study at SAFEnet (non-profit organization) with data collection techniques, such as interviews, observation, and
literature study. The results showed that the “Awas KBGO!” using the message appeals strategy which is divided
into two, reasoning appeals and emotional appeals. Emotional appeals that are used generate two feelings,
namely positive feelings and negative feelings. The use of campaign messages that create negative feelings in
the form of fear appeals is more dominant than positive messages. The strength of the campaign message was
in the use of data and facts, meanwhile fear appeals are a challenge because it creates uncomfortable feelings
for target audience. The substance of this research contributes in the form of new policy recommendations
for SAFEnet to produce humanized campaign messages with positive narration and storytelling techniques.
Keywords: Campaign Message Strategy; Message Appeals; Online Gender-Based Violence (OGBV); Social
Campaign

Abstrak
Meningkatnya kasus Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO) dalam enam tahun terakhir membuat Sub
Divisi Digital At-Risks SAFEnet (Southeast Asia Freedom of Expression Network) melakukan Kampanye
“Awas KBGO!” untuk memberikan warning kepada publik. Strategi pesan dengan menggunakan daya tarik
pesan masih belum berhasil untuk meningkatkan awareness publik. Penelitian ini berfokus untuk menganalisis
kekuatan dan tantangan penggunaan message appeals dalam strategi pesan Kampanye “Awas KBGO!”. Metode
penelitian yang digunakan adalah studi kasus pada organisasi nirlaba SAFEnet dengan teknik pengumpulan
data yakni wawancara, observasi, dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kampanye
“Awas KBGO!” menggunakan strategi pesan message appeals (daya tarik pesan) yang terbagi menjadi
dua yaitu reasoning appeals (daya tarik alasan) dan emotional appeals (daya tarik emosional). Emotional
appeals yang digunakan menimbulkan dua perasaan yaitu perasaan positif dan perasaan negatif. Penggunaan
pesan kampanye yang menimbulkan perasaan negatif berupa fear appeals lebih dominan dibandingkan
dengan pesan positif. Kekuatan pesan kampanye terletak pada penggunaan data dan fakta, sedangkan
fear appeals justru menjadi tantangan karena menimbulkan perasaan tidak nyaman bagi target audiens.
Substansi penelitian ini memberikan kontribusi berupa rekomendasi kebijakan baru kepada SAFEnet untuk
memperbanyak pesan kampanye yang memanusiakan (humanize) dengan narasi positif dan teknik storytelling.
Kata kunci: Strategi Pesan Kampanye; Message Appeals; Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO);
Kampanye Sosial

Pendahuluan COVID-19, Lembaga Bantuan Hukum APIK


Komnas Perempuan mencatat adanya Jakarta menyatakan bahwa angka kasus KBGO
kekerasan terhadap gender jenis baru yaitu melonjak tajam hingga menempati posisi kedua
kekerasan gender berbasis siber atau online. setelah kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Kasus kekerasan ini terus mengalami peningkatan (KDRT). Setiap hari ada satu kasus kekerasan
selama enam tahun terakhir (Komnas berbasis gender online yang dilaporkan ke
Perempuan, 2020). Selama masa pandemi LBH APIK Jakarta (LBH APIK Jakarta, 2020).

352 Copyright © 2020 Published by Department of Communication Studies, Faculty of Political and Social Sciences, Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta.
This is an open access article under the CC BY license (https://creativecommons.org/licenses/by/4.0/)
Eny et al. Penggunaan Message Appeals ... 353

Kekerasan Berbasis Gender Online Adanya peningkatan kasus KBGO dan


atau KBGO adalah segala bentuk tindakan kurangnya awareness masyarakat tentang isu
yang membuat seseorang tidak aman atau ini kemudian membuat SAFEnet (Southeast
merasa tidak aman, menyerang gender atau Asia Freedom of Expression Network) sebagai
seksualitas seseorang, serta difasilitasi oleh organisasi nirlaba yang memperjuangkan hak-
internet dan teknologi. KBGO biasanya hak digital melakukan Kampanye Anti Kekerasan
disebabkan oleh pelanggaran privasi dan/atau Berbasis Gender Online (KBGO). Kampanye
melakukan tindakan yang tidak berdasarkan sosial ini diberi nama “Awas KBGO!”. Sejak tahun
persetujuan (konsensual) pada satu atau 2019, kampanye dilakukan dengan memberikan
banyak individu sekaligus (SAFEnet, 2019). edukasi dan pemahaman pada publik untuk
International Center for Research on mengenali, mencegah, dan menyikapi kekerasan
Women mengistilahkan Kekerasan Berbasis berbasis gender online. Sejak kampanye ini
Gender Online sebagai Technology- diluncurkan, SAFEnet melakukan serangkaian
Facilitated Gender Based Violence (TFGBV). kegiatan baik secara online maupun offline.
Kekerasan ini meliputi penguntitan (stalking), Selama masa pandemi, SAFEnet lebih banyak
penindasan (bullying), pelecehan seksual melakukan secara online dengan memanfaatkan
(sexual harassment), pencemaran nama baik infrastruktur digital untuk menyebarkan pesan
(defamation), ujaran kebencian (hate speech), kampanye melalui konten-konten di media sosial.
eksploitasi (exploitation), dan gender trolling Usaha dari Sub Divisi Digital At-Risks
(Mueller, Brien-milne, & Wandera, 2018). SAFEnet untuk membuat sebuah kampanye
Merujuk Catatan Tahunan Komnas yang bertemakan anti kekerasan gender berbasis
Perempuan Tahun 2020, ada peningkatan online adalah sebuah keberanian. Sebagai
sebesar 300% pada Kekerasan Berbasis satu-satunya organisasi nirlaba di Indonesia
Gender Online (KBGO) dibandingkan tahun yang memperjuangkan hak-hak digital dan
sebelumnya (2019) (Komnas Perempuan, memiliki kredibilitas untuk menyuarakan
2020). Komnas Perempuan menyatakan bahwa tentang keamanan digital, bukan kewajiban
kekerasan jenis ini memiliki pola kekerasan SAFEnet untuk membuat kampanye yang
yang semakin rumit karena terjadi dalam ranah berhubungan dengan gender seperti “Awas
digital. Mulai dari pembunuhan karakter hingga KBGO!” ini. Kekerasan berbasis gender online
pelecehan seksual melalui serangan di dunia difasilitasi oleh teknologi dan tempat kejadian
maya. Dampak KBGO sama seperti kekerasan perkara berkaitan dengan teknologi, pada
seksual yang terjadi di dunia nyata, dampaknya akhirnya SAFEnet membuat kampanye ini.
dirasakan langsung dan berjangka panjang Meski SAFEnet menyadari bahwa kampanye
pada korban. Pelaku sulit dideteksi serta respon ini tidak dapat dipisahkan dari isu gender
dan perlindungan hukum di Indonesia juga dan budaya patriarki yang ada di Indonesia.
belum memadai karena disederhanakan dalam Tantangan budaya patriarki di Indonesia
ranah UU ITE (Komnas Perempuan, 2017). membuat kampanye ini menjadi kurang diminati
Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO) oleh masyarakat. Padahal pesan kampanye
adalah kekerasan jenis baru yang terjadi “Awas KBGO!” penting sebagai langkah
karena perkembangan teknologi. Masyarakat preventif dan kuratif. Preventif untuk melindungi
Indonesia masih salah kaprah tentang pengertian diri sendiri dan kuratif karena sistem hukum
kekerasan berbasis gender terlebih kekerasan di Indonesia belum mendukung penanganan
berbasis gender online. Banyak diantara kasus KBGO. Tantangan lainnya adalah literasi
masyarakat yang belum memahami bentuk- keamanan digital masyarakat Indonesia yang
bentuk kekerasan yang dapat menyerang masih rendah sehingga membuat masyarakat
identitas gender di ranah digital khususnya belum memiliki self sensor awareness
perempuan dan minoritas gender lainnya. (Novianti & Fatonah, 2018; Wisanggeni, 2020).
354 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 18 Nomor 3, December 2020, halaman 352-370

SAFEnet pun berusaha untuk mengemas Peneliti memandang bahwa Sub Divisi
pesan kampanye dengan mengkombinasikan Digital At-Risks sebagai Tim Kampanye
unsur literasi keamanan digital, gender, dan “Awas KBGO!” belum dapat mengidentifikasi
kekerasan berbasis gender online. Peneliti karakteristik target audiens dengan tepat
menemukan bahwa SAFEnet lebih dominan sehingga maksud pesan kampanye belum dapat
menggunakan daya tarik pesan (message diterima dengan baik. Penyelenggara kampanye
appeals) yang menimbulkan emosi negatif yang berkaitan dengan isu gender seperti “Awas
yakni fear appeals (pendekatan rasa takut). KBGO!” tidak dapat mengesampingkan fakta
Fear appeals pada dasarnya merupakan pesan bahwa target audiens kampanye ini berasal dari
persuasif yang didesain untuk menakuti khalayak berbagai macam gender pula. Perempuan memiliki
dengan menggambarkan hal-hal buruk yang respon yang berbeda dibandingkan dengan
akan terjadi pada mereka bila tidak menuruti laki-laki terhadap emotional message appeals
perintah yang dilakukan. Pesan ini biasanya (pesan dengan daya tarik emosi). Perempuan
menggunakan bahasa yang hidup, personal, dan cenderung lebih tertarik pada pesan emotional
mengandung muatan informasi yang menarik message appeals dibandingkan laki-laki (Hornik
dengan berbagai detailnya (Witte, 1993, 1996). et al., 2016; Noble, Pomering, & Johnson, 2014).
Saat kampanye sosial, pesan adalah yang Adapun penelitian sebelumnya berfokus
utama. Hal ini dikarenakan inti dari kampanye pada efektivitas penggunaan fear appeals
adalah pesan. Kampanye mengandalkan dalam kampanye kesehatan, seperti kampanye
kekuatannya untuk memengaruhi khalayak “The Real Cost” di Amerika untuk pencegahan
melalui pesan-pesan yang dirancang secara tembakau (Zhao, Roditis, & Alexander, 2019)
kreatif, sistematis, dan efektif (Venus, 2018). dan kampanye vaksinasi HPV (Avery & Park,
Message appeals adalah komponen kunci dari 2018). Di Indonesia, penelitian dilakukan
kampanye komunikasi dan sumber penting pada kampanye rokok dalam iklan layanan
untuk kampanye yang berpengaruh (Hornik, masyarakat (Eriyanto & Zarkasi, 2017),
Ofir, & Rachamim, 2016). Penyelenggara penerapan Komunikasi Informasi Edukasi
kampanye harus memiliki strategi pesan (KIE) Vasektomi (Basuki & Ashrianto, 2020),
yang tepat agar kampanye ini dapat berhasil. Beberapa penelitian tentang penggunaan
Strong emotional appeals can have the message appeals juga pernah dilakukan dalam
advantage of being memorable and contributing to kampanye sosial yang bertemakan kampanye
the appreciation of their source. Yet, memorability keselamatan berlalu lintas. (Berto, 2015)
does not necessarily indicate persuasiveness or meneliti efektivitas penggunaan pendekatan
actual behavior change (Daya tarik emosional yang rasa takut dalam pesan kampanye keselamatan
kuat bisa memberikan keuntungan karena mudah jalan di Indonesia yang ditujukan pada kalangan
diingat dan memberikan kontribusi apresiasi usia muda dan hasilnya menunjukkan bahwa
pada sumber. Ingatan tidak selalu menunjukkan perbedaan karakteristik individu menjadi
indikator persuasi telah berhasil atau perubahan tantangan kampanye. (Guttman, 2015)
perilaku yang sebenarnya) (Perloff, 2017). menemukan bahwa kampanye komunikasi
Tim Kampanye “Awas KBGO!” menyatakan berlalu lintas lebih efektif dengan komunikasi
bahwa kampanye ini ingin memberikan persuasif. Ia juga mengkategorisasikan daya
peringatan namun tidak demikian dengan target tarik pesan persuasi yang digunakan dalam
audiens. Target audiens berpendapat pesan- kampanye keselamatan berlalu lintas dari
pesan kampanye hanya cenderung informatif 300 kampanye yang diperoleh dari 41 negara.
dan kurang menyentuh emosi. Penggunaan Penelitian mengenai penggunaan daya
pesan yang edukatif dan informatif dapat tarik pesan dalam kampanye sosial yang
dilakukan jika organisasi ingin membangun bertema gender belum banyak dilakukan di
opini publik yang positif (Kholisoh, 2015). Indonesia. Padahal kampanye bertema gender
Eny et al. Penggunaan Message Appeals ... 355

Tabel 1. Daftar Informan Penelitian

Sumber: Hasil Penelitian (2020)

di Indonesia telah banyak dilakukan tetapi untuk menganalisis penggunaan message


belum dapat dikatakan berhasil mengubah appeals dalam pesan kampanye “Awas KBGO!”
perilaku masyarakat yang kental dengan budaya yang dilakukan oleh organisasi nirlaba SAFEnet.
patriarki. Pembahasan tentang kampanye sosial
bertema gender yang dilakukan oleh organisasi Metode Penelitian
nirlaba dan memiliki tujuan untuk perubahan Metode yang digunakan dalam penelitian
pada tataran individu serta membawa perubahan ini adalah studi kasus pada organisasi nirlaba
sosial juga masih sedikit. Kampanye “Awas SAFEnet. Penelitian ini mencoba untuk
KBGO!” juga memiliki tantangannya tersendiri mengeksplorasi kasus secara mendalam melalui
karena tidak dapat dilepaskan dari isu feminis. pengumpulan data yang detail serta menjawab
Isu feminis sudah mendapat stigma di Indonesia. pertanyaan “bagaimana” dan “mengapa”, serta
Meski kampanye anti kekerasan juga sudah pada tingkat tertentu menjawab pertanyaan “apa”
masif dilakukan oleh berbagai organisasi baik (Creswell, 2007; Yin, 2014). Adapun informan
offline dan online, kenyataannya kampanye dalam penelitian ini tersaji dalam Tabel 1.
yang dilakukan masih belum dapat dikatakan Penelitian ini termasuk dalam studi kasus
berhasil meningkatkan awareness publik terkait eksploratori (Creswell, 2007). Peneliti mencoba
isu ini. Pesan yang dikampanyekan dalam “Awas untuk menguraikan kampanye anti kekerasan
KBGO!” pun diakui oleh SAFEnet sebagai isu berbasis gender online “Awas KBGO!” yang
yang sensitif dan kampanye ini juga dihadapkan dilakukan oleh organisasi nirlaba SAFEnet.
dengan budaya patriarki yang sudah mengakar Pengumpulan data dilakukan dengan
di Indonesia. Penelitian ini diharapkan dapat wawancara kepada para informan, observasi,
menjadi referensi bagi peneliti lain yang ingin dan studi pustaka (Creswell, 2007; Yin, 2014).
membahas tentang kampanye anti kekerasan Data yang terkumpul kemudian dianalisis
berbasis gender online. Meski sampai dengan dengan analisis model interaktif Miles dan
saat ini korban yang paling rentan adalah Huberman yang meliputi reduksi data,
perempuan dan minoritas gender lainnya penyajian data, penarikan kesimpulan serta
(transpuan dan transpria). Penelitian bertujuan verifikasi (Miles, Huberman, & Saldana, 2014).
356 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 18 Nomor 3, December 2020, halaman 352-370

Hasil Penelitian dan Pembahasan Selaras dengan Nenden, Ellen juga


“Awas KBGO!” sebagai Pesan Kunci menyatakan bahwa penamaan “Awas KBGO!”
Kampanye berkaitan dengan maksud atau tujuan dari
Kampanye pada dasarnya adalah kampanye ini yaitu seruan untuk publik agar
pertukaran pesan atau penyampaian pesan mawas diri dengan keberadaan Kekerasan
antara pembuat pesan kepada penerima pesan. Berbasis Gender Online (KBGO) (Wawancara
Pesan kampanye adalah hal yang utama dengan Ellen Kusuma, 11 Agustus 2020)
karena kampanye dapat dikatakan berhasil Istilah Kekerasan Berbasis Gender Online
jika target audiens memahami pesan yang atau KBGO adalah istilah baru yang dibuat
disampaikan oleh penyelenggara kampanye. oleh Sub Divisi Digital At-Risks. Pertama
Kampanye anti kekerasan berbasis kali istilah ini diperkenalkan oleh SAFEnet
kepada masyarakat Indonesia pada akhir
gender online yang dilakukan oleh Sub Divisi
Januari 2019 saat konferensi pers SAFEnet
Digital At-Risks SAFEnet diberi nama “Awas
peluncuran Buku Panduan untuk Memahami
KBGO!”. “Awas KBGO!” menjadi judul
Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO).
kampanye sekaligus pesan kunci yang ingin Istilah ini kemudian diikuti oleh organisasi-
disampaikan oleh Sub Divisi Digital At-Risks organisasi lain termasuk Komnas Perempuan.
selaku penyelenggara kampanye. Melalui Penggunaan kata “Awas” dalam pesan
pesan ini, penyelenggara kampanye ingin kunci “Awas KBGO!” memberi kesan ingin
memberikan peringatan (warning) kepada menghimbau dengan menakut-nakuti. Kesan
masyarakat bahwa siapapun dapat menjadi yang ingin ditampilkan dalam pesan ini masuk
korban Kekerasan Berbasis Gender Online dalam konsep yang diperkenalkan oleh Kim
(KBGO). Nenden Sekar Arum menerangkan Witte. Himbauan menakut-nakuti (fear appeals)
bahwa Sub Divisi Digital At-Risks memilih kata pada dasarnya merupakan pesan persuasif yang
“Awas” dalam kampanye ini untuk menarik didesain untuk menakuti khalayak dengan
perhatian dari masyarakat agar sadar tentang menggambarkan hal-hal buruk yang terjadi
adanya kekerasan berbasis gender online ini dan pada khalayak bila tidak menuruti perintah
berhati-hati dalam dunia digital (Wawancara yang dilakukan (Venus, 2018). Pesan ini
dengan Nenden Sekar Arum, 4 Juni 2020) biasanya menggunakan bahasa yang hidup,
Hasil wawancara dengan Nenden personal, dan mengandung muatan informasi
Sekar Arum menjelaskan bahwa awal dari yang menarik dengan berbagai detailnya.
penamaan kampanye “Awas KBGO!” yang Pesan menakut-nakuti memiliki efek
dalam mengubah perilaku publik, khususnya
juga difungsikan sebagai pesan kunci. Pesan
pesan yang tidak terlalu menakutkan. Pesan
kunci yang ingin disampaikan adalah “Awas
ini masih mampu memberikan ancaman serta
Kekerasan Berbasis Gender Online”. Peneliti
mampu menunjukkan jalan keluar tentang
memandang penggunaan kata “Awas” ini sesuai yang harus dilakukan khalayak (Venus, 2018).
dengan maksud dari penyelenggara kampanye Konteks Kampanye “Awas KBGO!”
yang ingin memberikan peringatan kepada memiliki karakteristik dari target audiens
target audiens. Kemudian diikuti dengan kata primer menjadi acuan untuk merancang pesan
“KBGO” yang merupakan kepanjangan dari kampanye. Hal dikarenakan target audiens primer
kekerasan berbasis gender online. Dengan dari Kampanye “Awas KBGO!” adalah usia 18-
kata lain, maksud dari pesan kunci yang 35 tahun yang aktif menggunakan internet dan
ingin disampaikan melalui Kampanye “Awas media sosial. Pesan kampanye yang disampaikan
KBGO!” adalah ingin memberi peringatan perlu disesuaikan dengan karakteristik rentang
kepada publik untuk segera menyadari kekerasan usia tersebut dalam menggunakan internet dan
berbasis gender online yang semakin marak. bermedia sosial. Penyelenggara kampanye “Awas
Eny et al. Penggunaan Message Appeals ... 357

Gambar 1. Hasil Survei Pelecehan Seksual di Dunia Gambar 2. Slide Presentasi yang Digunakan dalam
Kerja Selama Work from Home (WfH) Kampanye Offline
Sumber: Twitter (2020) Sumber: Hasil Penelitian (2020)

KBGO!” berusaha untuk semenarik mungkin dan menyadari penggunaan analogi dan simulasi
menyesuaikan target audiens. Upaya penyebaran dapat mempermudah audiens untuk memahami
pesan kampanye melalui media online, Sub informasi yang disampaikan. Seperti pada saat
Divisi Digital At-Risks menyesuaikan pesan dan spokesperson menjelaskan tentang pengetahuan
menggunakan semaksimal mungkin fitur yang dasar keamanan digital. Spokesperson
ada dalam media tersebut. Nenden (Wawancara menggunakan kata “telanjang” sebagai
dengan Nenden Sekar Arum, 4 Juni 2020) simbol dari semakin terbukanya informasi
menyatakan bahwa Sub Divisi Digital At-Risks tentang pengguna di dunia digital (Gambar 2).
berusaha agar pesan yang disampaikan dalam Pernyataannya adalah sebagai berikut, “Semakin
Kampanye “Awas KBGO!” menggunakan canggih teknologi, semakin Ia memudahkan
istilah yang sederhana disesuaikan dengan target hidup kita, semakin telanjang pula kita.”
audiens primer kampanye agar mudah dipahami. Analogi lain yang disampaikan pada
kampanye offline adalah analogi untuk
Penggunaan Daya Tarik Pesan (Message memberikan gambaran kepada audiens tentang
Appeals) dalam Kampanye “Awas KBGO!” data pribadi yang boleh dibagikan dan tidak
Penggunaan reasoning appeals (daya tarik dibagikan di dunia digital. Spokesperson
alasan) berkaitan dengan penggunaan data, menggunakan analogi “KTP (Kartu Tanda
analogi, dan simulasi dalam penyampaian pesan Penduduk) yang ditempel di angkot”. Analogi
kampanye. Pesan-pesan Kampanye “Awas ini dimaksudkan agar target audiens dapat
KBGO!” menggunakan data untuk memberikan membayangkan dengan mudah peristiwa
pesan yang informatif kepada target audiens. KTP yang memuat data pribadi didalamnya
Penggunaan data lebih banyak digunakan dalam dan dengan setting angkot. Diakui oleh Ellen
pesan yang disampaikan melalui kampanye Kusuma, sulit bagi target audiens untuk
online. Contohnya adalah pengungkapan temuan memahami tentang sesuatu boleh disebarkan
hasil dari survei pelecehan seksual di dunia atau tidak di dunia digital. Oleh karena itu,
kerja survei pelecehan kerja selama work from dengan analogi “KTP yang ditempel di angkot”
home (wfh) seperti yang terlihat pada Gambar 1. audiens diharapkan lebih dapat memahami.
Penggunaan analogi dan simulasi lebih Spokesperson menggunakan analogi
banyak digunakan dalam pesan kampanye yang tersebut karena hal tersebut dianggap peristiwa
disampaikan secara offline oleh Spokesperson. yang bisa dibayangkan semua. Ide dari analogi
Spokesperson dari Kampanye “Awas KBGO!” ini adalah berdasarkan pengalaman pribadi
358 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 18 Nomor 3, December 2020, halaman 352-370

dari Spokesperson yang sering melihat banyak dengan kehidupan sehari-hari target audiens.
tempelan di angkot. Ellen beranggapan bahwa Spokesperson mencari analogi yang hampir
setting di angkot adalah yang paling common dialami oleh semua orang dan spokesperson juga
dan orang lain bisa membayangkannya mengalami. Pengalaman spokesperson dalam
jika KTP ditempel di angkot. (Wawancara keseharian penting untuk dapat menjadi inspirasi
dengan Ellen Kusuma, 11 Agustus 2020) dalam memberikan analogi kepada target audiens.
Adapun untuk simulasi digunakan dalam Tim Kampanye “Awas KBGO!” juga
kampanye offline dan disampaikan oleh senantiasa berhati-hati dalam pemilihan kata
Spokesperson. Salah satu simulasi dilakukan yang digunakan dalam pesan kampanye.
untuk menyadarkan audiens bahwa terdapat Kehati-hatian menjadi salah satu aspek yang
fitur di gawai yang dapat membuat jejak paling diperhatikan dalam strategi pesan pada
digital abadi. Simulasi ini tidak langsung Kampanye “Awas KBGO!” Terlebih SAFEnet
dilakukan saat ada instruksi diawal paparan, selalu memegang prinsip untuk berperspektif
tetapi dilakukan pada akhir paparan. Simulasi korban (berpihak pada korban) dalam
baru dilakukan pada akhir pemaparan sebelum penyampaian pesannya. Dengan kata lain, Sub
menutup pemaparan. Pertanyaan Spokesperson Divisi Digital At-Risks memilah dan memilih
pada saat awal pemaparan adalah “Rata-rata kata-kata yang paling pantas sebagai pesan
butuh sama atau kurang dari 5 klik untuk share kampanye agar dapat menyampaikan pesan
sebuah konten. Ada 2 fitur sederhana nan abadi secara benar dan tidak menyakiti pihak manapun.
di handphone yang bikin konten kamu dari
Berkaitan dengan Kekerasan Berbasis
privat jadi publik. Fitur apakah itu? Silakan
Gender Online (KBGO), banyak kosa kata baru
dijawab diakhir nanti.” Dalam konteks pesan
kampanye, simulasi ini dilakukan agar target tentang yang menggunakan Bahasa Inggris.
audiens dapat lebih memahami, mengingat, Sub Divisi Digital At-Risks pun harus mencari
dan waspada tentang betapa mudahnya padanan kata yang tepat dan mendeskripsikannya
konten yang tadinya privat menjadi publik. secara singkat dan padat dalam Bahasa Indonesia.
Pesan selalu menggunakan simbol, baik Nenden Sekar Arum sebagai Anggota Sub
verbal maupun nonverbal, yang diharapkan Divisi Digital At-Risks menjelaskan bahwa
memancing respons tertentu dari khalayak dalam penyampaian pesan kampanye “Awas
(Venus, 2018). Applbaum dan Anatol (1986 dalam KBGO!”, SAFEnet ingin menyampaikan
Venus, 2018) menekankan pentingnya menyadari hal yang benar dan berperspektif korban
bahwa kegiatan kampanye mengandalkan pesan- sehingga tidak menjadikan korban dua
pesan simbolik. Melalui perantara simbol, kali dan tidak menyakiti pihak manapun.
pesan-pesan kampanye dirancang secara “Gini, kalau terkait dengan isu-isu
persuasif, kreatif, dan sistematis agar dapat perempuan dan isu-isu yang sensitif itu,
memunculkan respons tertentu pada pikiran itu ya memang akhirnya nggak cuman
khalayak. Agar respons tersebut muncul, perlu Ilmu Komunikasi aja yang dipakai. Tapi
bagaimana perspektif korban itu sangat
adanya kesamaan pengertian tentang simbol- penting. Jadi, kita bukan hanya amplify isu
simbol yang digunakan diantara perencana/ tapi bagaimana kita bisa menyampaikan isu
pelaku kampanye dan penerima. Oleh karena itu, itu dengan benar, baik, dan tidak menyakiti
menciptakan kesamaan makna (commonness) atau membuat korban menjadi korban dua
antara perencana atau pelaku kampanye dan kali.” (Nenden Sekar Arum, 4 Juni 2020)
penerima pesan adalah dasar tercapainya Kehati-hatian dalam pemilihan kata dalam
tujuan kampanye yang bersifat persuasif. Kampanye “Awas KBGO!” ini berdasarkan
Kesamaan makna antara spokesperson pengalaman mereka sebagai relawan SAFEnet.
dan target audiens adalah karena analogi Sebelum akhirnya ada Sub Divisi Digital At-
yang digunakan sebagai contoh sangat dekat Risks dan mengadakan kampanye ini, mereka
Eny et al. Penggunaan Message Appeals ... 359

Tabel 2. Penggunaan Reasoning Appeals (Daya Tarik dengan Alasan) dengan Menggunakan Data, Analogi,
dan Simulasi

Sumber: Hasil Penelitian (2020)

sudah terlebih dahulu banyak terlibat dalam Salah satu upaya yang dilakukan
penanganan kasus kekerasan siber dan SAFEnet yang mencerminkan kehati-hatian
kekerasan berbasis gender online. Dengan dalam pemilihan kata dan berperspektif
kata lain, penyelenggara kampanye “Awas gender adalah penggunaan istilah
KBGO!” adalah praktisi kampanye sosial. “penyebaran konten intim tanpa persetujuan”
Sayangnya, Sub Divisi Digital At-Risks sebagai pengganti istilah revenge porn.
melakukan perencanaan hingga evaluasi Ellen bersama dengan Sub Divisi
kampanye tanpa mempelajari lebih jauh Digital At-Risks memaknai istilah revenge
mengenai kampanye komunikasi ataupun porn sebagai istilah yang problematik dan
meminta saran dari para ahli komunikasi menyalahkan korban. Istilah revenge porn
kampanye sosial. Meski demikian, kampanye cenderung melihat korban sebagai pihak yang
yang baru diadakan pada November 2019 salah. Dalam istilah ini ada upaya dari pelaku
ini tetap berjalan dan mendapat respon yang untuk balas dendam kepada korban karena
cukup baik dari target audiens kampanye. korban telah berbuat salah kepada pelaku.
360 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 18 Nomor 3, December 2020, halaman 352-370

Tabel 3. Penggunaan Appeals to Negative Emotions (Daya Tarik yang Menimbulkan Emosi Negatif)

Sumber: Hasil Penelitian (2020)

Dalam setiap kesempatan, Spokesperson bukan ditujukkan untuk dunia hiburan.


kampanye konsisten menyampaikan pesan bahwa Itu hanya ditujukkan untuk pasangannya.
Mereka sedang berada dalam relasi intim.
penggunaan istilah “revenge porn” tidak tepat. Jadi, kata revenge porn ini memang
“Sebenarnya kami kurang suka menggunakan problematik kalau bagi kami walaupun
kata ‘revenge porn’ karena problematik ya. kami masih tetap menggunakannya...
Revenge itu kan balas dendam artinya dan (Pernyataan Ellen Kusuma dalam Seminar
porn itu adalah pornografi. Revenge itu Daring Magdalene Learning Club “Digital
seakan-akan pelaku berhak melakukan hal Safety 101” pada Selasa, 28 Juli 2020)
ini karena si korban sudah salah duluan ke dia Peneliti merangkum penggunaan
(pelaku). Jadi, si pelaku mengancam korban
ini untuk balas dendam gitu. Jadi, seakan- reasoning appeals (daya tarik dengan
akan posisi korban sudah salah dulu, gitu. alasan) dengan Menggunakan Data,
Dan kata porn atau pornography lebih identik Analogi, dan Simulasi pada Tabel 2.
dengan konten-konten hiburan dalam artian
entertainment. Kita tidak bisa memungkiri
hal itu bahwa porn is part of an entertainment Penggunaan Daya Tarik Emosional (Emotional
industry. Nah disitu menurut saya problem- Appeals) dalam Kampanye “Awas KBGO!”
nya adalah porn ini sendiri adalah industri Penggunaan Appeals to Negative Emotions
entertainment atau industri hiburan. Itu (Daya Tarik yang Menimbulkan Emosi Negatif)
seakan-akan yang namanya konten intim Penggunaan daya tarik pesan yang
itu ya pornografi. Padahal konten intim
yang barangkali diserahkan oleh korban menimbulkan perasaan negatif yaitu: (1)
kepada pelaku baik consented maupun non- Penggambaran kengerian akibat kekerasan
consented itu sendiri adalah konten yang berbasis gender online dengan berfokus pada
Eny et al. Penggunaan Message Appeals ... 361

cerita korban bahwa siapa saja dapat menjadi adanya strategi pesan yang menyentuh emosi
korban serta bentuk dan dampak KBGO; (2) audiens. Kemudian agar pesan kampanye yang
Fokus pada pengalaman yang dialami oleh sampaikan dapat disadari, dipahami, dan diingat
korban seperti blamming, shaming, dan labeling. oleh target audiens adalah dengan mengambil
Salah satu contoh pesan yang menimbulkan momen terjadinya kasus yang sedang hangat
perasaan negatif adalah unggahan utas (thread) diperbincangkan di media sosial seperti ini.
di Twitter tentang kasus fetish bungkus jarik yang Dalam utas tersebut, Tim Kampanye “Awas
korbannya adalah laki-laki. Utas ini bertuliskan, KBGO!” ingin masyarakat lebih berhati-hati
“Hati-hati dengan modus KBGO berkedok dengan modus operandi baru dalam kekerasan
penelitian, tweeps!-utas1/3 -” Utas ini mendapat berbasis gender online yaitu mengumpulkan data
engagements tertinggi dalam kampanye “Awas pribadi berkedok penelitian. Pesan disampaikan
KBGO!” di Twitter dengan rata-rata engagements dengan menggunakan fitur utas (thread) dari
Twitter karena pesan memang harus dipisah
11.003. Fitur utas (thread) memudahkan
untuk mempermudah pemahaman. Tim “Awas
pengguna Twitter untuk menyampaikan pesan
KBGO!” membaginya menjadi tiga, yaitu pesan
panjang dengan lebih sistematis. Utas ini dibuat
himbauan, informasi, dan tips agar tidak menjadi
sebagai bentuk sikap dari Tim Kampanye korban. Pada unggahan terakhir diberi tautan
“Awas KBGO!” untuk semakin menyadarkan link menuju Buku Panduan tentang Memahami
masyarakat bahwa kekerasan berbasis gender Kekerasan Berbasis Gender Online yang telah
online bisa menyerang gender apapun termasuk dibuat oleh Sub Divisi Digital At-Risks SAFEnet.
laki-laki dengan cara-cara yang tidak disadari. Utas ini dibuka dengan sebuah gambar yang
Ellen Kusuma menjelaskan alasan SAFEnet didalamnya ada penggunaan simbol segitiga yang
akhirnya membuat unggahan tersebut, “Karena ada tanda seru didalamnya, kemudian ada kata-
modus tersebut tidak hanya baru itu saja dari hasil kata “Halo, salam kenal. Saya dari Universitas
pantauan kami. Sudah beberapa kali terjadi dan Ternama dan sedang melakukan penelitian,
kami putuskan untuk membuatnya.” (Wawancara boleh nggak minta nomor hape kamu, foto
dengan Ellen Kusuma, 11 Agustus 2020) tubuh kamu, video kamu...” dan ditutup dengan
Kasus Kekerasan Berbasis Gender Online tulisan berwarna merah “Hati-Hati Ini Modus!”
(KBGO) dengan modus penelitian yang lebih Tim “Awas KBGO!” memberikan pesan
dikenal dengan kasus fetish bungkus kain jarik agar masyarakat berhati-hati dan menghimbau
dilakukan oleh Gilang, mahasiswa Fakultas untuk tidak sembarangan menyerahkan data
Ilmu Budaya Universitas Airlangga Surabaya. pribadi pada pelaku yang menggunakan modus
Kasus ini sempat menjadi perbincangan dan penelitian. Utas ini dilengkapi dengan gambar
trending topic di Twitter. Gilang melakukan yang menjelaskan tentang modus kekerasan
Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO) berbasis gender online yang mengumpulkan data
dengan meminta data pribadi korbannya seperti pribadi calon korban dengan mengatasnamakan
nomor handphone, foto, dan video sesuai diri sebagai mahasiswa yang melakukan
permintaannya dengan berkedok penelitian. Hal penelitian. Data pribadi tersebut mulai dari
ini menjadi perbincangan di Twitter dikarenakan foto atau video, nomor handphone, hingga
korban dari Gilang membuat utas (thread) nomor rekening karena diiming-imingi dengan
tentang pengalaman Kekerasan Berbasis uang. Jika data pribadi ini digunakan secara
Gender Online (KBGO) yang dialaminya. tidak bertanggung jawab, maka berpotensi
Saat kasus tersebut ramai diperbincangkan, pada kekerasan online dan kekerasan berbasis
Sub Divisi Digital At-Risks mengambil gender online. Selain itu, unggahan ini juga
momentum dengan membuat utas. Peneliti dilengkapi dengan hashtags #HatiHatiIniModus.
memandang langkah tersebut sangat tepat karena Peneliti merangkum penggunaan daya tarik
dalam menyampaikan pesan kampanye tentang pesan yang menimbulkan emosi negatif
Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO) perlu (appeals to negative emotions) pada Tabel 3.
362 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 18 Nomor 3, December 2020, halaman 352-370

Tabel 4. Penggunaan Appeals to Postive Emotions (Daya Tarik yang Menimbulkan Emosi Positif)

Sumber: Hasil Penelitian (2020)

Penggunaan Appeals to Positive Emotions mengkampanyekan tentang body positivity.


(Daya Tarik yang Menimbulkan Emosi Positif) Unggahan tersebut dianggap melanggar
Penggunaan daya tarik pesan yang Undang-Undang ITE pasal Kesusilaan oleh
menimbulkan perasaan positif dilakukan dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika
taktik pesan yang berempati kepada korban dan Republik Indonesia. SAFEnet kemudian
tindakan kolektif. Pesan-pesan yang berempati mengkritik sikap Kementerian Kominfo karena
kepada korban terlihat pada unggahan yang ada penggunaan pasal karet Undang-Undang ITE dan
di laman Secreto “Cerita KBGO”. Laman ini membatasi kebebasan berekspresi perempuan.
bertujuan sebagai tempat bercerita yang aman Adapun tindakan kolektif dilakukan bersama
bagi korban kekerasan berbasis gender online dengan Mitra SAFEnet. Kampanye sosial seperti
sehingga korban tidak merasa sendirian dalam “Awas KBGO!” tidak dapat dilakukan sendirian,
menghadapi kekerasan ini. Tim kampanye “Awas
Meski belum ada ajakan kerjasama secara formal,
KBGO!” mencoba membangun komunikasi yang
berbagai stakeholder sudah ikut mengedukasi
berperspektif korban dan tanpa penghakiman
masyarakat tentang KBGO. Diantaranya adalah
kepada korban yang telah bercerita. Pesan yang
disampaikan melalui kolom reply merupakan Lembaga Pemerintah (Komnas Perempuan,
bentuk komunikasi positif yang berarti bagi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
korban kekerasan berbasis gender online. Perlindungan Anak), Civil Society Organization
Contoh lain adalah pernyataan sikap (Never Okay Project, Yayasan Pulih, Jakarta
SAFEnet terkait kasus yang menimpa seorang Feminist, Hope Helps Universitas Indonesia,
aktris Tara Basro. Tara mengunggah foto Samahita Bandung, serta jaringan gerakan
dirinya dalam media sosial Instagram untuk perempuan lainnya), Lembaga Bantuan Hukum
Eny et al. Penggunaan Message Appeals ... 363

Tabel 5. Sepuluh Tweets dengan Engagement Tertinggi pada Periode November 2019 hingga Agustus 2020

Sumber: Hasil Penelitian (2020)

(LBH APIK Jakarta), Media (Magdalene, Implementasi Penggunaan Message


Konde), Digital Platform (Google, Facebook, Appeals dalam Media Sosial Twitter
Twitter), dan Digital Influencer (Kalis Mardasih). Twitter masih menjadi media sosial yang
Peneliti merangkum penggunaan daya paling sering digunakan di Indonesia. Hal ini
tarik pesan yang menimbulkan emosi positif didukung dengan hasil penelitian dari Pew
(appeals to positive emotions) pada Tabel 4. Research Center, yang menyatakan bahwa
364 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 18 Nomor 3, December 2020, halaman 352-370

Twitter menjadi platform media sosial tertinggi Penyebaran kampanye melalui Twitter
kelima yang paling sering digunakan oleh dirasa penting bagi SAFEnet karena mengingat
masyarakat Indonesia yakni sebesar 56%. pengguna Twitter di Indonesia dan followers
Indonesia menempati peringkat delapan dunia Twitter @safenetvoice juga cukup banyak.
untuk menjangkau 10.000.000 audiens. Meski Peneliti mengamati pesan-pesan yang
penggunaan Twitter di Indonesia masih dibawah disebarkan dalam Twitter SAFEnet dan
menyimpulkan bahwa SAFEnet menyamakan
Instagram, perbincangan di Twitter tetap mendapat
konsep content plan dengan media sosial
perhatian dan mempengaruhi alur informasi
Instagram SAFEnet. Disamping itu, laju
yang beredar di internet. Peneliti beranggapan linimasa (timeline) Twitter juga sangat cepat
bahwa trending topic di Twitter sering menjadi sehingga penyebaran pesan terkesan sporadis.
bahan penelitian ilmiah, menjadi tajuk utama Peneliti melihat bahwa SAFEnet pun
media, dan bahan diskusi publik secara offline. memiliki audiens sasaran dalam pemakaian
Media sosial Twitter menjadi salah satu media Twitter meski tidak diungkapkan secara
media sosial yang digunakan SAFEnet dalam langsung. Peneliti berpandangan bahwa
upaya mengkampanyekan anti kekerasan melalui media sosial Twitter, SAFEnet mencoba
berbasis gender online. Twitter menjadi platform menyasar pengguna yang lebih memilih untuk
media sosial yang menawarkan pesan ringkas mencari informasi yang cepat dan singkat.
karena unggahan karakter pada Twitter terbatas Penggunaan bahasa yang singkat, sederhana, dan
hanya 280 karakter. Sebagai media sosial mudah dipahami menjadi strategi SAFEnet agar
yang berkonsep microblogging, Twitter makin followers akun SAFEnet tertarik untuk membaca
pesan tersebut. Melalui Twitter, informasi tersebut
berkembang dengan memberikan fitur untuk
disampaikan disertai visual yang mendukung.
lebih dapat berinteraksi sesama pengguna Twitter.
Peneliti melakukan analisis terhadap pesan-
SAFEnet membuat akun Twitter @ pesan yang diunggah dalam bentuk tweet dan
safenetvoice sejak Juni 2013. Sampai dengan aktivitas yang dilakukan oleh SAFEnet dalam
10 Agustus 2020, pengikut akun Twitter @ akun Twitter @safenetvoice selama November
safenetvoice telah mencapai 16.784 pengguna 2019 hingga Agustus 2020. Dengan bantuan
dan telah membagikan tweets sebanyak 3.084. perangkat lunak analisis media sosial bernama
Twitter mengembangkan sejumah fitur untuk Keyhole, peneliti menemukan sejumlah hal
meningkatkan pengalaman pengguna Twitter. yang penting untuk diulas lebih lanjut. Total
Sejumlah fitur baru membuat Twitter lebih engagements yang didapatkan dalam akun @
interaktif dan atraktif. Salah satu diantaranya safenetvoice adalah 132.219, dengan rincian
adalah Twitter memberikan fitur pinned untuk rata-rata sebuah unggahan disukai sebanyak
tweet yang menurut pemilik akun perlu dibaca oleh 142 dan rata-rata sebuah unggahan di-ReTweets
pengunjung profil pemilik akun Twitter tersebut sebanyak 106. Peneliti merangkum 10 tweets
tentang Kampanye “Awas KBGO!” dengan
dan berada pada beranda profil pemilik akun
engagement tertinggi periode November
Twitter. Fitur pinned tweet dapat difungsikan juga
2019 hingga Agustus 2020 dalam tabel 5.
sebagai pengingat. Fitur ini pun dimanfaatkan
Berikutnya, Tim “Awas KBGO!” mencoba
oleh SAFEnet. Sampai dengan Agustus 2020, untuk menyampaikan pesan yang bersifat
tweet yang di-pinned dalam halaman profil akun informatif dengan memberikan empat tips aman
Twitter @safenetvoice adalah mengenai Laporan dalam menyikapi modus kekerasan berbasis
Tahunan SAFEnet pada tahun 2018. Laporan ini gender online yang berkedok penelitian. Tips
berguna bagi followers dan pengunjung akun tersebut adalah verifikasi identitas peneliti,
yang ingin membaca lebih lengkap tentang hal- verifikasi tujuan penelitian, tidak menyerahkan
hal yang telah diperjuangkan oleh SAFEnet. nomor ponsel, dan hindari tergiur diimingi uang.
Eny et al. Penggunaan Message Appeals ... 365

Interaksi yang tercipta dalam Twitter tahun 2019 lalu. Peneliti menyimpulkan bahwa
SAFEnet @safenetvoice lebih banyak terjadi Sub Divisi Digital At-Risks memang fokus
antar sesama pengguna Twitter baik itu mengemas pesan kampanye dalam bentuk
followers SAFEnet maupun bukan. Sejauh gambar karena prioritas pengunggahan ada
SAFEnet menggunakan Twitter, followers pada Instagram. Barulah setelah itu akun media
dan pengunjung akun melakukan interaksi sosial lain seperti Twitter sehinga di Twitter pun
dalam kolom reply dan melakukan ReTweets banyak unggahan gambar. Sebaiknya SAFEnet
dan berkomentar. Dalam kolom reply yang dapat memanfaatkan media sosial Twitter untuk
berkaitan dengan pesan-pesan kampanye merangkai kata, bukan hanya sebagai media untuk
“Awas KBGO!”, peneliti menemukan bahwa menyebarkan pesan bergambar. Hal ini berdasar
followers dan pengunjung merespon mengenai dari analisis Twitter yang peneliti lakukan
isu yang sedang dibahas. Peneliti menemukan melalui social media analytics Keyhole bahwa
ada dua respon yakni netral dan negatif. engagements tertinggi adalah unggahan teks.
Respon negatif peneliti temukan pada Berdasarkan hasil analisis Keyhole social
kolom balasan (reply) tweet yang menghimbau media analytics dapat disimpulkan bahwa
agar masyarakat tidak meneruskan pesan SAFEnet lebih banyak melakukan aktivitas
yang bermuatan kekerasan seksual terlebih interaksi seperti membalas pesan (reply)
jika menampilkan identitas korban. Tweet ini dan Retweet. Sedangkan aktivitas yang
paling tinggi engagement-nya adalah teks.
juga menautkan akun @KomnasPerempuan.
Aktivitas Reply dan Retweet dalam akun
Tweet tersebut kemudian menuai balasan
Twitter @safenetvoice lebih banyak dari
yang bernada negatif dari pengguna Twitter.
unggahan yang mereka lakukan. Retweet yang
Salah satunya akun @NUGROS13 yang
dilakukan oleh akun Twitter SAFEnet bukan
menuliskan, “Kalau gak viral dulu ya kalian karena mereka kekurangan konten, tetapi lebih
gak kerja”. Kemudian @AndriSitumorang kepada beberapa kerjasama yang dilakukan oleh
yang menuliskan, “Mana ni SJW suaranya?” dengan mitra SAFEnet. Seperti mengadvokasi
Respon negatif oleh pengguna Twitter sebuah kasus bersama dengan lembaga pengada
terhadap pesan yang berkaitan dengan layanan lainnya, mengadakan penelitian, hingga
kampanye anti kekerasan berbasis gender menjadi narasumber. Retweet yang dilakukan
online, menguatkan pernyataan dari Nenden oleh akun Twitter SAFEnet juga masih berkaitan
Sekar Arum sebagai penyelenggara kampanye. dengan isu yang mereka perjuangkan. Dalam
Ia menerangkan bahwa sebelum dibuatnya konteks kampanye “Awas KBGO!” masih
kampanye “Awas KBGO!”, SAFEnet harus relevan dengan pesan kampanye yang ingin
siap dengan kelompok yang kontra. Kelompok disampaikan sehingga dapat menambah literasi
kontra ini muncul dalam segala hal yang pengurus SAFEnet dan followers akun Twitter
berhubungan dengan kampanye Rancangan SAFEnet. SAFEnet juga lebih banyak membuat
Undang-Undang Penghapusan Kekerasan cuitan dengan kombinasi media, baik foto,
Seksual (RUU PKS). Kampanye “Awas KBGO!” link, dan gif. Sedangkan, audiens Twitter lebih
masuk dalam kampanye yang mendukung menyenangi cuitan yang hanya berupa teks saja.
kampanye besar RUU PKS. (Wawancara Twitter memiliki sejumlah kelebihan
dengan Nenden Sekar Arum, 4 Juni 2020) sebagai media sosial microblogging yang
Sub Divisi Digital At-Risks memang sederhana, memiliki karakter yang fleksibel,
mengakui bahwa mereka hanya fokus pada dan dapat diikuti oleh jumlah akun yang tak
media sosial Instagram untuk penyebaran pesan terbatas. Twitter seharusnya dapat dimanfaatkan
kampanye “Awas KBGO!”. Peneliti melakukan lebih maksimal oleh Tim Kampanye “Awas
pengamatan pada unggahan yang berkaitan KBGO!”. SAFEnet secara umum masih kurang
dengan kampanye anti kekerasan berbasis gender memaksimalkan segala fitur yang ada di Twitter.
online pada akun SAFEnet sejak November Utamanya dengan membuat tweet secara berkala.
366 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 18 Nomor 3, December 2020, halaman 352-370

Menurut pandangan peneliti, Tim Kampanye gambar dan video adalah penunjang teks. Oleh
“Awas KBGO!” dapat memanfaatkan akun karena itu, diharapkan tim kampanye “Awas
Twitter SAFEnet @safenetvoice untuk membuat KBGO!” dapat membuat pesan yang kreatif dan
lebih banyak utas (thread) tentang isu kekerasan tidak menitikberatkan pada gambar dan video.
berbasis gender online. Pesan yang disampaikan
dapat berupa pembedahan kasus yang menyentuh Kekuatan dan Tantangan Penggunaan
emosi followers. Terlebih sampai dengan saat ini, Daya Tarik Pesan (Message Appeals) dalam
SAFEnet dinilai sebagai satu-satunya organisasi Kampanye “Awas KBGO!”
yang memiliki kredibilitas untuk membicarakan Kampanye “Awas KBGO!” bertujuan
tentang digital security di Indonesia. Pengikut untuk meningkatkan awareness publik
dari akun Twitter SAFEnet pun dari berbagai tentang Kekerasan Berbasis Gender online
kalangan mulai dari akademisi, aktivis, hingga (KBGO). Untuk mencapai tujuan tersebut,
figur publik yang memiliki pengikut ribuan. salah satu strategi pesan yang dilakukan adalah
Peneliti menemukan adanya potensi Twitter menggunakan message appeals (daya tarik
SAFEnet bisa meningkatkan partisipasi laki-laki pesan) yang terbagi menjadi dua yaitu reasoning
dalam Kampanye “Awas KBGO!” Perlu diketahui, appeals (daya tarik alasan) dan emotional
secara umum salah satu tantangan kampanye anti appeals (daya tarik emosional). Penggunaan
kekerasan berbasis gender terutama perempuan beberapa taktik daya tarik pesan (message
adalah kurangnya keterlibatan laki-laki. Twitter appeals) sebagai strategi pesan kampanye ini
SAFEnet lebih banyak diikuti oleh pengguna sesuai yang disebutkan oleh Smith (2013).
laki-laki yakni 56%. Selain itu, dalam Twitter Adapun penggunaan reasoning appeals
SAFEnet juga lebih banyak interaksi dengan (daya tarik alasan) diantaranya adalah dengan
laki-laki yaitu 62%. Oleh karena itu, hal ini patut penggunaan data, analogi, dan simulasi.
menjadi pertimbangan bagi Tim Kampanye Kemudian, penggunaan emotional appeals (daya
“Awas KBGO!” untuk mengoptimalkan tarik emosional) dalam pesan kampanye “Awas
penggunaan Twitter dalam menyampaikan KBGO!” menimbulkan dua perasaan yaitu
pesan-pesan Kampanye “Awas KBGO!” positif dan negatif. Berdasarkan hasil analisis
Berdasarkan uraian yang telah peneliti peneliti, ditemukan bahwa pesan kampanye
jabarkan, peneliti menarik kesimpulan bahwa yang menimbulkan perasaan negatif lebih
Tim Kampanye “Awas KBGO!” tetap harus dominan digunakan dibandingkan dengan pesan
mengoptimalkan penggunaan media sosial Twitter kampanye yang menimbulkan perasaan positif.
terutama akun utama SAFEnet @safenetvoice Perasaan negatif yang ditimbulkan didominasi
untuk menyampaikan pesan-pesan kampanye. oleh penggunaan pendekatan rasa takut (fear
Beberapa kesimpulan yang peneliti elaborasi dari appeals). Hal ini sesuai dengan pernyataan
hasil analisis Keyhole Social Media Analytics dari Tim Kampanye “Awas KBGO!” yang
adalah sebagai berikut: Pertama, pengikut dan ingin memberikan warning melalui kampanye
interaksi dalam akun Twitter @safenetvoice ini. Akan tetapi, penggunaan message appeals
didominanasi laki-laki. Dengan demikian, yang didominasi dengan timbulnya perasaan
Kampanye “Awas KBGO!” dapat meningkatkan negatif ini memiliki kekuatan dan tantangan.
partisipasi laki-laki melalui Twitter. Kedua, Tim Peneliti mengelaborasi hasil penelitian
Kampanye “Awas KBGO!” harus lebih kreatif dengan teori EPPM (Extended Parallel Process
dalam mengemas pesan dalam bentuk teks Model) yang diungkapkan oleh Witte (1993,
untuk media sosial Twitter. Karakteristik Twitter 1996). Dampak dari fear appeals (pendekatan
adalah media sosial microblogging sehingga tim rasa takut) diantaranya adalah: (1) Tidak ada
kampanye dapat membuat utas terkait Kekerasan respon, artinya target audiens beranggapan pesan
Berbasis Gender Online (KBGO) dan literasi kampanye tidak menakutkan. Dalam konteks
keamanan digital. Perlu diingat bahwa fungsi kampanye “Awas KBGO!”, contohnya pesan
Eny et al. Penggunaan Message Appeals ... 367

Gambar 3. Model Ideal Penggunaan Message Appeals dalam Strategi Pesan Kampanye Anti Kekerasan
Berbasis Gender Online
Sumber: Analisis Peneliti, 2020

mengenai hal-hal yang harus dilakukan apabila Target audiens bisa jadi takut tetapi belum dapat
konten intim disebarkan tanpa persetujuan. mengubah perilakunya karena merasa dirinya
Visualisasi gambar yang dipilih untuk pesan ini tidak akan menjadi korban Kekerasan Berbasis
hanya perempuan dengan raut muka ketakutan. Gender Online. Target audiens mungkin saja
Gambaran visualisasi ini kurang bahaya dan tidak masih dengan tidak sadar mengumbar data
cukup kuat dibandingkan dengan hasil visualisasi
pribadinya di media sosial atau tidak berhati-
chat tentang ancaman penyebaran dalam aplikasi
pesan (Tabel 5); (2) Kontrol bahaya, artinya target hati ketika menggunakan aplikasi kencan.
audiens merasa takut dengan pesan, kemudian Kekuatan pesan-pesan kampanye “Awas
ketakutan tersebut diiringi dengan tindakan nyata KBGO!” selama ini adalah penjelasan yang
agar tidak menjadi korban. Contohnya adalah berbasis data statistik dan fakta. Mengingat istilah
pesan tentang Hati-Hati Modus Kekerasan “Kekerasan Berbasis Gender Online” sendiri
Berbasis Gender Online Berkedok Penelitian merupakan sesuatu yang baru di masyarakat.
(Tabel 5). Dalam pesan tersebut dijelaskan Penggunaan fear appeals hanya efektif
modus operandi hingga cara pencegahannya; ketika disertai contoh kasus yang menyita
(3) Kontrol ketakutan adalah kondisi ketika
perhatian dan sedang ramai diperbincangkan
pesan persuasi membuat orang takut, tetapi
oleh publik di media sosial. Selebihnya, fear
ketakutan tersebut tidak diiringi dengan efikasi
(keinginan untuk mengubah perilaku) sesuai appeals menjadi tantangan karena membuat
dengan pesan kampanye. Contohnya adalah target audiens kampanye tidak nyaman dengan
pesan yang menampilkan potret Kekerasan pesan yang disampaikan serta mendapat
Berbasis Gender Online dengan bercerita. tanggapan defensif dari audiens khususnya laki-
368 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 18 Nomor 3, December 2020, halaman 352-370

laki. Terlebih pesan-pesan kampanye “Awas bahwa fear appeals efektif digunakan dalam
KBGO!” sarat dengan kata-kata yang berkaitan kampanye yang bertujuan untuk mengubah
dengan gender, kekerasan, dan keamanan digital. perilaku individu (Avery & Park, 2018; Berto,
Tim “Awas KBGO!” mengakui bahwa isu yang 2015; Eriyanto & Zarkasi, 2017; Guttman,
mereka kampanyekan adalah isu sensitif sehingga 2015; Hornik et al., 2016; Zhao et al., 2019).
penggunaan fear appeal justru perlu dihindari. Kampanye “Awas KBGO!” adalah
Praktisi Kampanye Komunikasi dan kampanye anti kekerasan. Kata kekerasan
Public Relations dari CPROCOM, Dr. sendiri sudah menimbulkan kengerian.
Emilia Bassar menyarankan untuk Membicarakan kekerasan tidak harus
memperbanyak pesan yang positif bahkan dinarasikan dan digambarkan dengan sesuatu
menghibur dengan cara yang lebih kreatif. yang tidak nyaman pula. Lebih baik, membuat
“...Saya tuh mempelajari masalah itu narasi dengan memperbanyak contoh yang
tetapi saya mungkin pada kelompok dekat dengan masyarakat melalui cerita
yang lebih suka kalau kita campaign atau (storytelling) dan menyentuh perasaan.
menyampaikan pesan lebih persuasif, Perpaduan antara teknik storytelling
informatif sudah pasti ya. Lebih persuasif yang berangkat dari contoh kasus nyata dan
dan ketika orang membacanya lebih
nyaman. Tidak membuat orang jadi ikut penggunaan daya tarik emosi positif (narasi
marah, jadi ikut malah terprovokasi. Kalau positif) akan menghasilkan pesan yang humanize.
saya lebih sukanya sih yang membuat orang Pesan kampanye dapat semakin efektif jika Tim
jadi meningkat awareness-nya lalu lebih Kampanye “Awas KBGO!” bisa memanusiakan
paham persoalannya. Kemudian kadang- pesan kampanye (humanize message).
kadang malah lebih menghibur karena
ada orang lain yang turut mendukung Memanusiakan pesan kampanye ini bisa
kita, gitu ya. Dengan cara-cara yang dilakukan dengan cara meramu pesan berbasis
lebih kreatif sehingga orang menjadi data yang terpercaya disertai angka statistik,
terhibur..”(Emilia Bassar, 15 Agustus 2020) bahasa yang mudah dimengerti, penggunaan
Penggunaan message appeals yang ideal analogi dan simulasi yang berperspektif gender,
dalam strategi pesan kampanye anti kekerasan berinteraksi dan melibatkan target audiens, serta
berbasis gender online peneliti ilustrasikan membangun narasi yang berempati pada korban.
dalam Gambar 3. Sebelum menyusun strategi Memanusiakan (Humanize) pesan kampanye pada
pesan kampanye, sebuah organisasi perlu akhirnya akan lebih diingat karena menyentuh
untuk merefleksikan tentang nilai-nilai yang emosi dan menarik empati target audiens terhadap
dianut oleh organisasi dan selalu mengacu pada korban kekerasan berbasis gender online.
pesan kunci kampanye. Tim “Awas KBGO!” Dalam merumuskan pesan yang humanize,
SAFEnet memegang nilai untuk senantiasa perlu diingat bahwa kampanye anti kekerasan
berperspektif gender dan berpihak pada korban. berbasis gender online memiliki sejumlah
Kemudian pesan kunci kampanye “Awas tantangan, diantaranya adaah: (1) Cerita dari
KBGO!” berkaitan dengan literasi keamanan korban kekerasan berbasis gender online dapat
digital dan KBGO. Tahapan selanjutnya adalah menimbulkan perasaan tidak nyaman; (2)
menentukan strategi pesan yang menggunakan Tanggapan defensif dari target audiens yang
daya tarik pesan (message appeals). tidak setuju dengan isu kesetaraan gender,
Dalam menggunakan daya tarik pesan, terutama audiens laki-laki; (3) Konteks yang
peneliti menemukan adanya potensi agar kurang dekat dengan keseharian masyarakat.
Tim Kampanye “Awas KBGO!” lebih Tim kampanye harus menghindari bahasa
banyak menggunakan daya tarik pesan yang yang eksklusif dan menggunakan bahasa
menimbulkan emosi positif. Hal ini berbeda yang mudah dipahami sehingga dapat
dengan temuan sebelumnya yang menyebutkan menjangkau target audiens yang lebih luas.
Eny et al. Penggunaan Message Appeals ... 369

Simpulan pesan kampanye yang paling efektif untuk


Kampanye “Awas KBGO!” adalah digunakan di Indonesia berdasarkan gender.
sebuah kampanye sosial yang bertujuan untuk Hal ini dikarenakan kampanye anti kekerasan
meningkatkan awareness publik tentang berbasis gender online masih terkesan menyasar
Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO). perempuan saja, padahal kampanye ini juga
Taktik message appeals (daya tarik pesan) menyasar laki-laki dan ragam gender lainnya.
digunakan sebagai strategi pesan, yaitu reasoning Penelitian ini memberikan kontribusi
appeals (daya tarik alasan) dan emotional berupa rekomendasi kebijkan baru mengenai
appeals (daya tarik emosional). Penggunaan humanize message appeals untuk kampanye anti
kekerasan berbasis gender online merupakan
pesan kampanye yang menimbulkan perasaan
alternatif taktik bagi perancang pesan kampanye
negatif berupa fear appeals (daya tarik ketakutan)
sosial. Utamanya kampanye bertema kekerasan
lebih dominan dibandingkan dengan pesan yang bertujuan untuk mengubah individu
kampanye yang menimbulkan perasaan positif. dan akhirnya membawa perubahan sosial.
Kekuatan pesan-pesan kampanye “Awas
KBGO!” selama ini adalah penjelasan yang Daftar Pustaka
berbasis data statistik dan fakta. Mengingat Avery, E. J., & Park, S. (2018). HPV vaccination
istilah “Kekerasan Berbasis Gender Online” campaign fear visuals: An eye-tracking
sendiri merupakan sesuatu yang baru di study exploring effects of visual attention
masyarakat. Penggunaan fear appeals hanya and type on message informative value,
efektif ketika disertai contoh kasus yang menyita recall, and behavioral intentions. Public
perhatian publik di media sosial. Fear appeals Relations Review, 44(3), 321–330. https://
justru menjadi tantangan karena membuat target doi.org/10.1016/j.pubrev.2018.02.005
audiens kampanye tidak nyaman dengan pesan Basuki, B., & Ashrianto, P. D. (2020).
Implementasi Integrated Marketing
yang disampaikan serta mendapat tanggapan
Communications Vasektomi dalam Upaya
defensif dari audiens khususnya laki-laki.
Peningkatan Akseptor Kb Pria Lestari.
Sub Divisi Digital At-Risks sebagai Jurnal Ilmu Komunikasi, 17(3), 280.
penyelenggara Kampanye “Awas KBGO!” https://doi.org/10.31315/jik.v17i3.3777
perlu mengevaluasi pesan-pesan kampanye Berto, A. R. B. (2015). Pendekatan Rasa
“Awas KBGO!”. Peneliti menyarankan agar Takut Sebagai Strategi Pesan Persuasif
memperbanyak pesan yang memanusiakan dalam Iklan Keselamatan Jalan.
(humanize) dengan penggunaan narasi positif Jurnal Penelitian Dan Pengembangan
dan teknik storytelling yang berangkat dari kasus Komunikasi Dan Informatika, 6(2), 69–81.
atau cerita korban KBGO sehingga menarik Creswell, J. W. (2007). Qualitative Inquiry &
empati publik bukan hanya menakut-nakuti. Research Design. In Sage Publications, Inc.
Penelitian tentang strategi pesan dalam https://doi.org/10.1111/1467-9299.00177
kampanye anti kekerasan terhadap gender Eriyanto, & Zarkasi, I. (2017). Kampanye
Bahaya Rokok dan Pendekatan Rasa
selanjutnya diharapkan dapat memotret
Takut. Jurnal ASPIKOM, 3(2), 340–357.
efektivitas pesan kampanye anti kekerasan Guttman, N. (2015). Persuasive Appeals in
berbasis gender online ini secara kuantitiatif Road Safety Communication Campaigns:
dari kacamata target audiens. Ada potensi Theoretical Frameworks and Practical
kampanye anti kekerasan berbasis gender Implications from The Analysis of a Decade
online ini perlu menargetkan orang tua karena of Road Safety Campaign Materials. Accident
anak-anak rentan menjadi korban kekerasan Analysis and Prevention, 84, 153–164.
siber. Diharapkan dapat memotret daya tarik https://doi.org/10.1016/j.aap.2015.07.017
370 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 18 Nomor 3, December 2020, halaman 352-370

Hornik, J., Ofir, C., & Rachamim, M. (2016). Perloff, R. M. (2017). The dynamics of
Quantitative evaluation of persuasive persuasion: Communication and attitudes
appeals using comparative meta-analysis. in the 21st century. In The Dynamics
Communication Review. https://doi. of Persuasion: Communication and
org/10.1080/10714421.2016.1195204 Attitudes in the Twenty-First Century.
Kholisoh, N. (2015). Strategi Komunikasi Public
https://doi.org/10.4324/9781315657714
Relations dan Citra Positif Organisasi (Kasus
Public Relations Rumah Sakit “X” di Jakarta). SAFEnet. (2019). Memahami dan
Jurnal Ilmu Komunikasi, 13(3), 195–209. Menyikapi Kekerasan Berbasis Gender
Komnas Perempuan. (2017). Lembar Online: Sebuah Panduan (Vol. 2).
Fakta Catatan Tahunan (CATAHU) Smith, R. D. (2013). Strategic Planning
Komnas Perempuan Tahun 2017. for Public Relations. In Strategic
Lembar Fakta Catatan Tahunan Planning for Public Relations. https://
(CATAHU) Komnas Perempuan. doi.org/10.4324/9780203081242
Komnas Perempuan. (2020). Kekerasan Venus, A. (2018). Manajemen Kampanye.
meningkat: Kebijakan penghapusan Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
kekerasan seksual untuk membangun ruang
Wisanggeni, S. P. (2020). Rentan Ditipu,
aman bagi perempuan dan anak perempuan.
Catahu: Catatan Tahunan Tentang Kesadaran Keamanan Digital Masyarakat
Kekerasan Terhadap Perempuan, 1–109. Indonesia Masih Rendah. Diakses
LBH APIK Jakarta. (2020). Siaran Pers: Refleksi December 30, 2020, dari https://www.
Hari Kartini, Perempuan dan Kerentanan kompas.id/baca/gaya-hidup/2020/02/28/
Terhadap Kekerasan Dalam Masa Pandemi rentan-ditipu-kesadaran-keamanan-digital-
Covid-19. Diakses pada November 4, masyarakat-indonesia-masih-rendah/
2020, dari http://www.lbhapik.org/2020/04/ Witte, K. (1993). Message and conceptual
siaran-pers-refleksi-hari-kartini.html confounds in fear appeals: The role
Miles, M. B., Huberman, A. M., &
of threat, fear, and efficacy. Southern
Saldana, J. (2014). Qualitative Data
Analysis: A Methods Sourcebook. Communication Journal. https://doi.
Third Edition. In The SAGE Handbook org/10.1080/10417949309372896
of Applied Social Research Methods. Witte, K. (1996). Fear as motivator,
Mueller, J., Brien-milne, L. O., & Wandera, fear as inhibitor. In Handbook of
N. (2018). Technolog Y- Facilitated Communication and Emotion. https://doi.
Gender- Ba Sed V Iolence : International org/10.1016/b978-012057770-5/50018-7
Center for Research on Women. Yin, R. K. (2014). Case study research:
Noble, G., Pomering, A., & Johnson, L. W. (2014). Design and methods (5th ed.). In
Gender and message appeal: Their influence Thousand Oaks, CA: SAGE Publications.
in a pro-environmental social advertising
Zhao, X., Roditis, M. L., & Alexander, T.
context. Journal of Social Marketing. https://
doi.org/10.1108/JSOCM-12-2012-0049 N. (2019). Fear and Humor Appeals in
Novianti, D., & Fatonah, S. (2018). Literasi “The Real Cost” Campaign: Evidence
Media Digital di Lingkungan Ibu-Ibu of Potential Effectiveness in Message
Rumah Tangga di Yogyakarta. Jurnal Pretesting. American Journal of Preventive
Ilmu Komunikasi, 16(1), 1. https:// Medicine, 56(2), S31–S39. https://doi.
doi.org/10.31315/jik.v16i1.2678 org/10.1016/j.amepre.2018.07.033

View publication stats

You might also like