Professional Documents
Culture Documents
________________________
Muchamat.Amarodin
_____________________________
Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah Tulungagung
Email : amarudin009@gmail.com
Abstract
In contemporary times, various Islamic economic ideas emerged like Abu
A'la Al-Maududi, Baqir Ash-Sadr, and Adiwarman Azwar Karim. The
emergence of Thought and School of Modern Islamic Economics. In the
modernist era, Islamic economics began to be knit back to be raised as a
concept of theoretical and applicative science. The division of the school
of thought of Islamic Economics appears in three schools. The School of
Baqir As Sadr, the Mainstrem and the Alternative Madzah, the
background of the division of these three schools is the disagreement on
the concept of what and how the Islamic economy. However, it is not yet
certain that the application of Islamic economic concepts and theories in
today's society is sufficiently shaded by the three schools. Efforts to re-
emergence of Islamic economics amid the world community with the
conceptual offer of science and economic system that seemed to only
begin to be pursued massively since the modernist century, especially as
has happened in Indonesia, Islamic economics has been massive since
the emergence of sharia banking activities in Indonesia pioneered by
Bank Muamalat Indonesia.
Abstrak
Kata kunci : Ekonomi Islam, Tokoh Ekonomi Islam, Abu A’la Al-
Maududi, Baqir Ash-Sadr, dan Adiwarman A. Karim
A. Pendahuluan
Penjelasan tentang ekonomi Islam banyak dijadikan acuan para ekonom-
ekonom untuk mengambil kebijakan ekonomi karena kita semua tahu bahwa sistem-
sistem ekonomi yang lain sudah tidak dapat lagi bisa memberikan solusi yang solutif
untuk masalah-masalah ekonomi yang sedang berkembang sekarang. Tidak semua
teori ekonomi yang berkembang sesuai dan dapat digunakan pada jaman modern
seperti sekarang ini. Hal tersebut menjadi awal perkembangan pemikiran ekonomi
pada periode kontemporer.
Kemunculan Pemikiran dan Mazhab Ekonomi Islam Modern. Pada era
modernis ini, mulai dianyam kembali terkait ekonomi Islam untuk dimunculkan
sebagai sebuah konsep ilmu teoritis maupun aplikatif. Pembagian mazhab alur
pemikiran Ekonomi Islam muncul dalam dua mazhab. Mazhab tersebut yaitu Mazhab
Baqir As Sadr dan Mazhab Abu A’la Al-Maududi. Latar belakang adanya pembagian
kedua mazhab ini adalah adanya perbedaan pendapat akan adanya konsep apa dan
bagaimana ekonomi Islam. Akan tetapi, belum secara pasti dapat dibuktikan bahwa
aplikasi teori dan konsep ekonomi Islam yang ada di masyarakat saat ini sudah cukup
dinaungi oleh kedua mazhab yang ada tersebut.
Fase perkembangan ekonomi Islam modernis terbagi dalam dua bagian, ini
sesuai dengan bahasan ekonomi Islam modern. Fase pertama (sebelum 1970-an), pada
fase ini kebanyakan sarjana ekonomi Islam yang lebih dicondongkan adalah
pewacanaan pendekatan normatif dan teknis kelembagaan. Fase kedua (1980) ini
yang lebih difokuskan oleh sarjana muslim adalah pada usaha merumuskan aspek
metodologi dan filosofis ekonomi Islam. Semenjak abad modernis upaya secara masif
dilakukan dalam pemunculan kembali ekonomi Islam ditengah masyarakat dunia
dengan tawaran konseptual keilmuan dan sistem ekonomi yang seolah nampak baru,
khususnya seperti halnya yang telah terjadi di Indonesia, semenjak munculnya
kegiatan perbankan syariah di Indonesia yang dipelopori oleh Bank Muamalat
Indonesia, ekonomi Islam telah terasa masif.
Masalah perbedaan pendapat yang berarti tidak dihadapi dalam
perkembangannya ekonom-ekonom muslim. Namun mulai muncullah perbedaaan
pendapat ketika mereka diminta untuk menjelaskan apa dan bagaimanakah konsep
ekonomi Islam itu. Zarqa membagi topic-topik kajian dari para ekonom di masa ini
menjadi tiga kelompok tema,yaitu:1
1. Perbandingan sistem ekonomi Islam dengan sstem ekonomi lainnya, khususnya
Kapitalisme dan Sosialisme.
2. Kritik terhadap sistem-sistem ekonomi konvensional, baik dalam tataran filosofi
maupun praktikal
3. Pembahasan yang mendalam tentang ekonomi Islam itu sendiri baik secara mikro
maupun makro.
B. Pembahasan
1. Abu A’la Al-Maududi
Salah satu figur penting dalam kebangkitan Islam pada dasawarsa terakhir
adalah Sayid abul a’la Maududi. Ia Lahir dalam keluarga syarif di Aurangabad,
1
Hendrie Anto, Pengantar Ekonomi Mikro Islami, (Yogyakarta: Ekonsia, 2003), hlm. 81
India Selatan, tepatnya pada 25 September 1903 (3 Rajab 1321 H).2 Rasa dekat
keluarga ini dengan warisan pemerintahan Muslim India dan kebenciannnya
terhadap Inggris, memainkan peranan sentral dalam membentuk pandangan
Maududi di kemudian hari. Maududi masuk sekolah di Aurangabad pada usia 11
tahun. Pelajaran modern ia dapatkan di sekolan ini. Namun, lima tahun kemudian
setelah ayahnya sakit keras dan kemudian wafat, ia terpaksa meninggalkan sekolah
formalnya setelah. Pada tahun 1919 dia ke Jubalpur ntuk bekerja di mingguan
partai pro kongresyang bernama Taj. Kemudian dia kembali ke Delhi dan
berkenalan dengan Khilafah pentig seperti Muhammad Ali. Bersamanya, Maududi
menerbitkan surat kabar nasionalis, Hamdard. Runtuhnya khilafah pada 1924
membuat kehidupan Maududi memngalami perubahan besar. Sejak itulah Maududi
mengkonsentrasikan dirinya memimpin umat menuju keselamatan politik dan
agama. Sejak itu pula banyak karyanya yang terlahir di tengah-tengah umat. Karir
politik dan inteektual Mududi erat kaitannya dengan perkembangan jama’at, ia
membawa pandangan baru yang religious.
Konsep pemikiran Islam Maududi adalah sebagai berikut:3
a. Sistem ekonomi Islam
Sebuah sistem ekonomi sudah diterangkan dalam Islam. Akan tetapi
bukan berarti sistem ekonomi yang diterangkan adalah sebuah sistem yang
permanen dan lengkap dengan segala detil-detilnya. Sebenarnya Islam ingin
menunjukkan bahwa, landasan dasar atau peraturan dasar telah ditentukan Islam
yang bisa membuat kita menyusun sebuah rencana ekonomi yang sesuai disetiap
masa. Maka melalui hal yang global tersebut akan terlihat jelas tujuan dan
maksud dari Al-Quran dan Hadis yang mengatur segala aspek kehidupan
sebagaimana mestinya.
b. Tujuan berekonomi dalam Islam
1) Kebebasan individu
Memelihara kebebasan individu merupakan tujuan pertama dan utam dalam
Islam, karena Islam menganggap seseorang itu bertanggung jawab secara
individu kepada Allah.
2
Euis Amalia, Sejarah Pemikiran ekonomi Islam dari MasaKlasik hingga Kontemporer, (Jakarta:
Pustaka Asatrus, 2005), hlm. 233
3
Nur Chamid, Jejak Langkah Pemikiran Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2010), hlm.
312-318
4
Ibid, Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam,…hlm. 237
5
Ibid, Nur Chamid, Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Isam,…hlm. 314-317
6
Taufik Adnan Amal, Islam dan Tantangan Modernitas, (Yogyakarta: Mizan, 1996),hlm. 93-96
7
Afzallurrahman, Doktrin Eknomi Islam, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 2002), hlm. 57
8
Baqr As Shadr, Buku Induk Ekonomi Islam Iqtishoduna, ( Jakarta: Ziyad, 2008), hal 286
9
Ibid, , Nur Chamid, Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Isam,…hlm. 320
di dalam doktrin ekonominya. Keadilan merupakan penilaian moral dan tidak dapat
diuji. Sebaliknya, ia merupakan rujukan atau tolak ukur untuk melihat teori,kegiatan
dan keluaran ekonomi.
Sadr melihat sistem ekonomi Islam sebagai bagian dari sistem Islam secara
keseluruhan dan harus dipelajari sebagai keseluruhan interdisipliner, bersama
dengan seluruh anggota masyarakat yang merupakan agen-agen sistem Islam itu. Ia
menyarankan agar orang-orang memahami dan mempelajari pandangan dunia Islam
lebih dahulu jika ingin mendapatkan hasil yang memuaskan dalam menganalisis
sistem ekonomi Islam. Di dalam pendekatan yang bersifat holistik inilah Sadr
membahas doktrin ekonominya. Dilihatnya manusia mempunyai dua kepentingan
yang saling bertentangan secara potensial, yakni kepentingan pribadi dan sosial.
Sadr melihat bahwa solusinya pada agama, dan inilah peran yang dimainkan oleh
agama dalam sistem ekonomi Islam. Jadi menurut Sadr, ekonomi Islam adalah
sebuah doktrin, yang mana semua aturan dasar yang berada dalam kehidupan
ekonomi dihubungkan dengan ideologinya mengenai kesejahteraan dan keadilan
sosial. Keadilan menempati posisi sentral, karena keadilan merupakan penilaian
moral dan tidak dapat diuji. distribusi dalam sistem ekonomi memang sangat
penting. Distribusi pendapatan adalah suatu proses pembagian (sebagian hasil
penjualan produk total) kepada faktor-faktor yang ikut menentukan pendapatan.
Faktor-faktor tersebut diantaranya faktor tenaga kerja, tanah, modal, dan
managemen. Besaran distribusi pendapatan ditentukan oleh tingkat peranan masing-
masing faktor produksi. Sadr membagi distribusi menjadi dua bagian, yakni
distribusi sesudah produksi (post-production distribution) dan sebelum produksi
(pre-production distribution). Penjelasan Sadr mengenai hal ini didasarkan pada
ajaran atau hukum yang berhubungan dengan pemilikan dan distributive rights.
Pokok pemikiran ekonomi Baqir Ash-Sadr adalah:
a. Definisi Ekonomi Islam (proses pengalihan doktrin ekonomi Islam)
Dalam mendefinisikan ekonomi Islam, Baqir ash-Sadr memberikan sebuah
intrepretasi baru yang bisa dikatakan original. Pendefinisia tersebut di mulai
dari membangun kerangka dasar dengan membuat perbedaan yang signifikan
antara ilmu ekonomi dan doktrin ekonomi. Sadr menyimpulan bahwa ekonomi
Islam merupakan sebuah doktrin dan bukan merupakan suatu ilmu
pengetahuan, karena ia adalah cara yag direkomendasikan Islam dalam
15
Muhammad Hambali, Pemikiran Ekonomi Muhammad Baqir ash-Sadr, (Jakarta: Gaya Media Tama,
2009), hlm. 28
16
Ibid, Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam,…hlm. 258
17
Ibid,…hlm. 256
18
Adiwarman Karim, Bank Islam, Analisis Fikih dan Keuangan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2004), hlm. 4
19
Ibid, Nur Chamid, Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam,..hlm. 394
pandagannya, fiqih tidah hanya mncakup urusan ubudiyah semata. Fiqh jga
berbicara aspek social masyarakat yang lebih luas, terutama ketika dibingkai
dalam fiqh realitas. Pendekatan Fikih yang digunakan Adiwarman tidak berdiri
sendiri. Untuk dapat merespon fenomena ekonomi, prinsip-prinsip fiqh yang
diformulasikan ulama masa lalu ditarik pada perspektif ekonomi.20
c. Pokok-pokok Pikiran
1) Redefinisi dan Rancang Bangun Ilmu Ekonomi Islam
Selama ini pembahasan tentang definisi ekonomi Islam, yang sering
ditemukan adalah ekonomi yang berasaskan al Qur’an dan as-Sunnah.
Seringkali definisi tersebut tidak disertai dengan penjelasan yang tuntas,
sehingga terkesan ekonomi Islam adalah ekonomi apa saja yang
dibungkus dengan argument-argumen dari ayat-ayat atau hadits-hadits
tertentu. Sadar akan hal itu, pengertian ekonomi Islam sebagai ekonomi
yang dibangun di atas universal Islam, inilah yang ditawarkan oleh
Adiwarman. Nilai-nilai yang ia maksud adalah tauhid (keesaan), khilafah
(pemerintahan), Ma’ad (return), ‘adl (keadilan) dan nubuwwah
(kenabian). Untuk menjelaskan bangunan teori yang dirancang oleh
Adiwarman di atas dapat disederhanakan dalam ilustrasi berikut ini:21
Akhlak
Multiple Ownship
Tauhid, ‘Adl, Nubuwwah, Klilafah, Ma’ad
Freedom to act
Social Justice
Norma Economi Islam
Prinsip-Prinsip ekonomi Islam
Teori ekonomi Islam
2) Integrasi Intelektual dan Harakah; Kampus-Pemerintah-Praktisi
Dalam pandangan Adiwarman, Ekonomi Islam tidak akan dapat
berkembang apabila hanya mengandalkan aspek pngembangan, teoritis
atau praktis. Keduanya harus berjalan bersamaan, serentak. Gerakan
tersebut disebutnya dengan harakah al-iqtisodiyahi a-islamiyah al-
20
Ibid,..hlm. 399-400
21
Ibid,..hlm. 402
22
Ibid,.. hlm. 403
23
Ibid, Hendrie Anto, Pengantar Ekonomika Mikr Islami,…hlm. 89
24
Ibid, Nur Chamid, Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam,…hlm. 408-412
namun semua itu tetap terkait dengan unsur-unsur yang lain. Oleh karena itu konstruksi
sistem ekonomi Islam tidak bisa berdiri sendiri, namun harus terkoneksi dengan unsur
lain dan terintregasi.
F. Daftar Pustaka
Afzallurrahman, Doktrin Eknomi Islam, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 2002)
Amal, Taufik Adnan, Islam dan Tantangan Modernitas, (Yogyakarta: Mizan, 1996)
Amalia,Euis, Sejarah Pemikiran ekonomi Islam dari MasaKlasik hingga Kontemporer,
(Jakarta: Pustaka Asatrus, 2005)
Anto, Hendrie, Pengantar Ekonomi Mikro Islami, (Yogyakarta: Ekonsia, 2003)
Baqr As Shadr, Buku Induk Ekonomi Islam Iqtishoduna, ( Jakarta: Ziyad, 2008)
Chamid,Nur, Jejak Langkah Pemikiran Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar,2010)
Hambali, Muhammad, Pemikiran Ekonomi Muhammad Baqir ash-Sadr, (Jakarta: Gaya
Media Tama, 2009)
Karim, Adiwarman A, Bank Islam, Analisis Fikih dan Keuangan, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2004)