Professional Documents
Culture Documents
e-ISSN: 2477-4774
Santo*
Universitas Sampoerna, L’Avenue Building 6th Floor, Jl. Raya Pasar Minggu Kav.16, Jakarta 12780
Abstract
Study of HSQM found the role of service quality as a three-tier concept with interaction quality,
physical environment quality and result quality as the initial sub-dimension. It is takes a dimension
of service quality dimensions to be applied in various service industries because the ultimate goal
of any marketing business in the industry is to gain high profits, so customer service must be given
good service to the customer, they must be creative in creating and delivering satisfaction. Because
if customers are satisfied it will create customer loyalty. The objectives of this research was : (1)
interaction quality influential to customer satisfaction, (2) physical environment quality influential
to customer satisfaction, (3) outcome quality influential to customer satisfaction, (4) customer
satisfaction influential to word of mouth, (5) customer satisfaction influential to purchase intention.
This research uses descriptive method to get the results with respondents in the survey amounted to
100 respondents in CGV Blitz cinema Grand Indonesia Jakarta. From the results of this study
conclusion obtained is interaction had influential to customer satisfaction, physical environment
quality had influential to customer satisfaction, customer satisfaction had influential to word of
mouth, and customer satisfaction had influential to purchase intention. While outcome quality
found had no influential to customer satisfaction.
Abstrak
Studi HSQM menemukan peran kualitas layanan sebagai konsep tiga tingkat dimana tingkatan
tersebut adalah kualitas interaksi, kualitas lingkungan fisik dan kualitas hasil, sebagai sub-
dimensi awal. Diperlukan dimensi - dimensi lain pada kualitas layanan untuk diterapkan di
berbagai industri jasa karena tujuan akhir dari setiap bisnis pemasaran di industri adalah untuk
mendapatkan keuntungan yang maksimal, tentunya layanan pelanggan harus diberikan secara
maksimal kepada pelanggan, hal ini tentu memacu industri harus kreatif dalam menciptakan dan
memberikan kepuasan kepada pelanggan. Karena jika pelanggan puas maka akan menciptakan
loyalitas pelanggan. Tujuan penelitian ini adalah: (1) kualitas interaksi berpengaruh terhadap
kepuasan pelanggan, (2) kualitas lingkungan fisik berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan, (3)
kualitas hasil berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan, (4) kepuasan pelanggan berpengaruh
terhadap informasi dari mulut ke mulut, ( 5) kepuasan pelanggan berpengaruh terhadap minat
membeli. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif untuk mendapatkan hasil, dengan
responden dalam survei berjumlah 100 responden di bioskop CGV Blitz Grand Indonesia Jakarta.
Dari penelitian ini hasil yang diperoleh adalah didapatkan kesimpulan bahwa interaksi berpengaruh
*
Alamat kini: Universitas Sampoerna, L’Avenue Building 6th Floor, Jl. Raya Pasar Minggu Kav.16,
Jakarta 12780
Penulis untuk Korespondensi: Telp. (021) 50222234. E-mail: santo.tjhin@sampoernauniversity.ac.id
terhadap kepuasan pelanggan, kualitas lingkungan fisik berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan,
kepuasan pelanggan berpengaruh terhadap informasi dari mulut ke mulut, dan kepuasan pelanggan
berpengaruh terhadap minat beli. Sedangkan kualitas hasil yang ditemukan tidak berpengaruh
terhadap kepuasan pelanggan.
Kata kunci: kualitas interaksi, kualitas lingkungan fisik, kualitas hasil, kepuasan pelanggan,
pelayanan.
kualitas interaksi, namun tidak mengukur
Pendahuluan outcome dari perceived quality yang telah
diperoleh oleh pelanggan sebagai hasil jasa.
reliabilitas bisa lebih kuat lagi. Hanya saja Terpengaruh secara eksplisit oleh perspektif
untuk membedakan dengan penelitian orang Eropa, Parasuraman et al., (1985)
sebelumnya yang dilakukan oleh Pollack, menyatakan bahwa evaluasi kualitas
maka penelitian ini akan diaplikasikan pada dilakukan tidak hanya sekedar pada outcome
bioskop CGV Blitz di Grand Indonesia (hasil) dari jasa yang diberikan, tetapi juga
Jakarta. melibatkan evaluasi dari proses penyampaian
pelayanan. Untuk kualitas proses / kualitas
Telaah Literatur fungsional (process quality / functional
quality) evaluasi terjadi ketika pelayanan jasa
Hierarchical Service Quality Model sedang dilaksanakan, sedangkan untuk
outcome quality evaluasinya terjadi setelah
Diketahui bahwa service quality kinerja jasa dan berfokus pada jasa yang yang
dikenal dengan berbagai dimensi yang diberikan. Namun, pengukuran service
dimilikinya, tetapi tidak terdapat persetujuan quality yaitu SERVQUAL tidak secara
umum sebagai sifat atau konten dari dimensi eksplisit mencerminkan kedua dimensi, tetapi
tersebut (Brady dan Cronin, 2001). Lehtinen hanya mencerminkan dimensi fungsional /
(1982) mendefinisikan service quality dalam kualitas prosesnya saja (Du Kang 2006).
termin physical quality, interactive quality
dan corporate (image) quality. Physical Untuk mengetahui pengaruh dimensi
quality berhubungan dengan aspek-aspek service quality terhadap customer satisfaction
tangible dari jasa. Interactive quality juga yang dampaknya akan berpengaruh kepada
melibatkan sifat interaktif dari jasa yang pembentukan loyalty behavioural dari
mengarah pada arus dua arah yaitu antara konsumen, maka pengklasifikasian dari
konsumen dan karyawan dari tempat service dimensi hierarchical service quality model
provider, dan bahkan bisa juga adanya yang akan digunakan dalam penelitian ini
interaksi antara konsumen dengan konsumen adalah meninjau kembali berdasarkan pada
yang lain atau perwakilannya. Konsumen dimensi dari Brady dan Cronin (2001) yaitu :
mempersepsikan jasa yang diterimanya interaction quality, physical environment
sebagai hasil (outcome) dari proses sumber quality, dan outcome quality.
daya yang digunakan, tetapi yang lebih
penting adalah bagaimana proses jasa Interaction Quality
tersebut berfungsi. Selain aspek technical dan
functional, Gronroos (1982) juga Langeard et al., dalam Moore et al.,
menekankan pentingnya corporate image (2005) mengatakan bahwa service delivery
dalam pengalaman dari service quality sama merupakan suatu sistem proses terjadinya
seperti Lehtinen (1982). customer interaction di dalam suatu service
encounter. Interaksi tersebut dapat terjadi
Konsep image digunakan sebagai antara customer dengan penyedia jasa
komponen penting dalam perceived service (service contact personnel), customer dengan
quality model, sehingga aspek dinamis dari lingkungan sekitar service provider (service
proses persepsi service dipertimbangkan place environment) dan juga customer
dengan baik. Image yang baik dan terkenal dengan customer lainnya. Dari ketiga
merupakan sebuah aset bagi setiap interaksi tersebut, beberapa penelitian yang
perusahaan karena image memiliki dampak pernah dilakukan menemukan bahwa
dalam persepsi konsumen mengenai interaksi yang terjadi antara customer to
komunikasi dan operasi dari perusahaan service contact personnel dan customer to
dalam banyak hal. Secara singkat, image service place environment memiliki pengaruh
dianggap oleh konsumen sebagai suatu yang kuat terhadap satisfaction, loyalty, dan
saringan dalam hal persepsi kualitas. juga WOM bagi perusahaan (Moore et al.,
2005). Grove dan Fisk (1997) mengatakan (Bitner, 1990). Keillor et al., (2004)
bahwa perusahaan sangat diharapkan dapat mengungkapkan bahwa physical environment
mempelajari lebih mendalam mengenai atau biasanya disebut pula servicescape
pengaruh dari kualitas interaksi selama dalam adalah lingkungan atau suasana pada saat
service encounter, sehingga perusahaan service delivery berlangsung, dan tempat di
diharapkan dapat mengatur lebih baik mana perusahaan dan customer berinteraksi.
karyawannya terutama dalam hal promosi Servicescape dapat berpengaruh langsung
atau menghadapi kebiasaan dari konsumen. pada service experience, tingkat kepuasan,
Interaction quality merupakan periode waktu dan juga persepsi pada service quality.
selama suatu proses interaksi konsumen
dengan karyawan penyedia layanan jasa. Outcome Quality
Pentingnya interaksi antara pelanggan dan
karyawan akan berpengaruh pada hasil untuk Outcome (technical) quality
membina dan membangun hubungan yang berkaitan dengan apa yang diterima oleh
baik, sehingga tidak mengherankan jika konsumen. Sehingga evaluasi hasil akhirnya
interaksi antara karyawan dengan konsumen adalah berupa penilaian jasa yang berfokus
dapat dikatakan merupakan proses sosial pada apa yang telah diberikan oleh penyedia
(Bitner, 1990). Perilaku emosional, jasa (Kang, 2006). Dimensi ini sama artinya
kemampuan, pengetahuan, dan tindakan yang dengan apa yang disebut competence dari
dilakukan oleh para karyawan merupakan Parasuraman (1985). Gronroos (1982)
bagian dari pengalaman layanan yang mendefinisikan faktor ini sebagai apa yang
menentukan evaluasi dan kepuasan ditinggalkan oleh pelanggan ketika proses
konsumen. Dan peran penyedia jasa adalah produksi selesai.
memenuhi pertemuan dan kebutuhan
psikologis pelanggan agar sesuai dengan Customer Satisfaction
harapan mereka.
Pengertian dari kepuasan adalah
Physical Environment Quality tingkat perasaan seseorang setelah
membandingkan kinerja atau hasil yang
Physical environment quality dirasakannya dengan harapannya. Sedangkan
diungkapkan sebagai periode waktu selama pengertian kepuasan menurut Kotler (2007)
interaksi konsumen dengan fasilitas fisik dan adalah suatu perasaan dimana perasaan itu
beberapa elemen berwujud lainnya pada mengandung perasaan senang atau kecewa
lingkungan layanan jasa (Bitner, 1990). Keng seseorang yang muncul setelah membanding-
et al., (2007) mengungkapkan bahwa para kan antara persepsi atau kesan terhadap
pelanggan yang berada di tempat lingkungan kinerja ( atau hasil) pada suatu produk beserta
layanan jasa akan memberikan evaluasi harapan-harapannya. Tingkat kepuasan
penilaian terhadap kualitas lingkungan. merupakan fungsi dari perbedaan antara
Sehingga menurut physical environment kinerja yang dirasakan dengan harapan.
quality dari suatu penyedia jasa akan dapat Apabila kinerja dibawah harapan, maka
mempengaruhi kualitas pelanggan dan pelanggan akan sangat kecewa. Bila kinerja
kepuasan pelanggan sesuai yang diharapkan. sesuai dengan harapan, maka pelanggan akan
Intangible nature of service memiliki peranan sangat puas. Harapan pelanggan dapat
yang penting di dalam atmosfir lingkungan dibentuk oleh pengalaman masa lalu,
sekitarnya dan merupakan satu kesatuan testimonial dari kerabatnya serta janji dan
dengan service encounter. Physical informasi dari berbagai media. Jadi kepuasan
environment / atmosphere dapat berdampak atau ketidakpuasan adalah kesimpulan dari
pada karyawan dan consumer behavior serta interaksi antara harapan dan pengalaman
tingkat keberhasilan dari service transaction
sesudah memakai jasa atau pelayanan yang 100 responden yang pernah datang
diberikan. mengunjungi bioskop CGV Blitz di Grand
Indonesia Jakarta.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan data
Rancangan penelitian ini adalah primer yang dikumpulkan dengan teknik
testing hypotesis yaitu menjelaskan karak- kuesioner, yaitu dengan memberikan
teristik hubungan-hubungan tertentu atau pernyataan tertulis kepada responden.
perbedaan antar kelompok atau independensi dilakukan dua macam pengujian yaitu test of
dari dua faktor atau lebih dalam suatu situasi reliability (uji kehandalan) dan test of validity
(Hermawan, 2006). Testing hypothesis ini (uji validitas atau kesahihan).
dilakukan dengan survei menyebarkan
kuesioner kepada responden agar memberi- Uji Validitas
kan jawaban pernyataan yang mereka anggap
paling sesuai dari setiap pernyataan yang Uji validitas pada penelitian ini
diajukan. Sehingga dari survei kuesioner menggunakan content validity, berkaitan
yang diperoleh dapat menjawab kelima dengan sejauh mana suatu skala pengukuran /
hipotesis yang diajukan yaitu mengenai ada- instrumen mewakili keseluruhan karakteristik
nya pengaruh dari ketiga dimensi service isi yang sedang diukur dan bersifat
quality yaitu interaction quality, physical “judgemental”.
environment quality dan outcome quality Keputusan yang diambil dengan cara
terhadap customer satisfaction yang membandingkan p-value (α = 0.05) dengan
dampaknya akan berpengaruh terhadap bantuan software SPSS versi 15.0, dan dasar
loyalty behaviour. pengambilan keputusan uji validitas sebagai
berikut (Nugroho, 2005) :
Variabel dan Pengukuran
a. Jika p-value < 0.05 item pernyataan
Variabel yang digunakan pada valid.
penelitian diadaptasi dari penelitian Brady b. Jika p-value > 0.05 item pernyataan
dan Cronin (2001) dan Pollack (2009) yaitu tidak valid.
variabel Interaction Quality, Physical
Environment Quality, dan Outcome Quality, Uji Reliabilitas
sedangkan pada Customer Satisfaction
diadaptasi dari penelitian Kang (2006). Uji reliabilitas merupakan ukuran
Pengukuran untuk setiap item pernyataan suatu kestabilan dan konsistensi responden
kuesioner dari masing-masing variabel yang dalam menjawab hal yang berkaitan dengan
digunakan tersebut diukur berdasarkan pada konstruk-konstruk pernyataan yang
skala Likert 5 angka yaitu angka : merupakan dimensi suatu variabel dan
1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, disusun dalam suatu bentuk kuesioner.
3 = netral, 4 = setuju, 5 = sangat setuju. Pengambilan keputusan uji reliabilitas dapat
disimpulkan sebagai berikut :
Prosedur Pengumpulan Data
a. Jika Cronbach’s Alpha > 0.60
Pengumpulan sampel dalam peneliti- Instrumen yang digunakan dapat diterima
an ini dilakukan dengan menggunakan teknik atau reliabel.
convenience sampling yaitu penarikan sampel b. Jika Cronbach’s Alpha < 0.60
berdasarkan pada responden yang langsung Instrumen yang digunakan tidak dapat
dijumpai (Hermawan, 2006). Jumlah sampel diterima atau tidak reliabel.
yang dipilih secara random adalah sebanyak
Physical
Environment 100 3,83 0,533
Quality
Outcome Quality 100 3,57 0,537
Customer
100 3,69 0,563
Satisfaction
Word of Mouth 100 3,67 0,697
Purchase Intention 100 3,64 0,674
Valid N (listwise)
Pembahasan Penelitian
Tabel 2
Hasil Pengujian Hipotesis
Berdasarkan hasil pengujian hipotesa pada menunjukkan hasil hipotesa yang diterima.
tabel 2 diatas, dari kelima hipotesis yang Sedangkan untuk hipotesis yang ketiga
diajukan dalam penelitian ternyata hipotesis menunjukkan hasil hipotesa yang tidak
pertama, kedua, keempat dan kelima diterima. Adapun pembahasan kesepuluh
variabel yang digunakan adalah sebagai hadap citra merek dari penyedia jasa tersebut.
berikut: Wakefield (1999) mengungkapkan bahwa
lingkungan fisik yang berwujud sangat
Hipotesa 1 berperan penting dalam menghasilkan
penilaian, berperan secara signifikan untuk
Berpengaruhnya interaction quality menentukan tingkat kepuasan, tingkat
terhadap customer satisfaction pada intensitas seorang pelanggan untuk datang
penelitian yang dilakukan pada bioskop CGV dan berlangganan kembali serta keinginan
Blitz Grand Indonesia Jakarta menunjukkan untuk merekomendasikannya kepada orang
bahwa sikap dari para karyawan menunjuk- lain.
kan sikap yang selalu bersedia membantu,
mengerti keinginan, cepat tanggap akan Hipotesa 3
kebutuhan dan mampu menjawab pertanyaan
dari pelanggan dengan cepat. Hasil ini sesuai Tidak berpengaruhnya outcome qua-
dengan penelitian sebelumnya yang lity terhadap customer satisfaction dapat
dilakukan oleh Pollack (2009). Hal ini di- dipahami karyawan mengerti bahwa waktu
jelaskan dalam Moore et al., (2005) yang menunggu bukanlah hal penting bagi kon-
mengatakan bahwa service delivery merupa- sumen. Sehingga pihak perusahaan tidak
kan suatu sistem proses terjadinya customer perlu mengetahui jenis pelayanan yang
interaction di dalam suatu service encounter. diinginkan oleh konsumen. Hasil ini tidak
Interaksi bisa terjadi antara customer dengan sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya
penyedia jasa (service contact personnel), dari Pollack (2009). Dalam literatur pemasar-
customer dengan lingkungan sekitar service an ternyata belum ada peneliti yang meneliti
provider (service place environment) dan technical / outcome quality dari suatu jasa
juga customer dengan customer lainnya. yang berpengaruh signifikan terhadap per-
Perilaku emosional, kemampuan, pengetahu- sepsi konsumen pada kualitas pelayanan dan
an, dan tindakan yang dilakukan oleh para kepuasan konsumen. Karena Gronroos (1984)
karyawan merupakan bagian dari pengalaman dalam Brady dan Cronin (2001) men-
layanan yang menentukan evaluasi dan definisikan faktor technical / outcome quality
kepuasan konsumen. Bahkan kualitas dari sebagai “what the customer is left with when
interaksi dapat dinilai berdasarkan kompe- the production process is finished”. Sehingga
tensi dan kredibilitas dari para karyawan, evaluasi hasil akhirnya adalah berupa
keahlian mendengarkan, dan tingkat dedikasi. penilaian jasa yang berfokus pada apa yang
telah diberikan oleh penyedia jasa. Dimensi
Hipotesa 2 ini sama artinya dengan apa yang disebut
competence.
Berpengaruhnya physical environ-
ment quality terhadap customer satisfaction Hipotesa 4
pada penelitian yang dilakukan pada bioskop
CGV Blitz Grand Indonesia Jakarta, Berpengaruhnya customer satis-
menunjukkan bahwa atmosfer di bioskop faction terhadap word of mouth pada peneliti-
CGV Blitz Grand Indonesia Jakarta sangat an yang dilakukan pada bioskop CGV Blitz
bagus, kondisi suasananya menyenangkan, Grand Indonesia Jakarta menunjukkan bahwa
konsumen terkesan dengan tata letak dari konsumen memberikan jawaban puas dengan
furniture dan penempatan yang rapi. Hasil ini keputusannya datang ke bioskop CGV Blitz
sesuai dengan penelitian sebelumnya yang Grand Indonesia Jakarta, konsumen lebih
dilakukan oleh Pollack (2009). Atmosfer memilih datang ke bioskop CGV Blitz Grand
lingkungan di sekitar tempat penyedia jasa Indonesia Jakarta sebagai pilihan pertama
dapat mempengaruhi persepsi konsumen ter- yang bijaksana, karena memberikan
Journal of Marketing, Vol. 65, pp. 34- Hermawan, Asep. 2006. Penelitian Bisnis
39. Paradigma Kuantitatif. Jakarta:
Penerbit Grasindo.
Bloemer, JoseÂe., de Ruyter, Ko., and
Wetzels, Martin. 1999. “Linking Kang, Gi-Du. 2006. “The hierarchical
perceived service quality and service structure of service quality: integration
loyalty: a multi-dimensional of technical and functional quality”,
perspective”, European Journal of Managing Service Quality, Vol. 16 No.
Marketing, Vol. 33 No. 11/12, pp. 1082- 1, pp. 37-50.
1106.
Keillor, B.D. and Lewison, D., Hult G.T.M.,
Bitner, M. 1990. “Evaluating service and Hauser, W. 2007. “The service
encounters: the effects of physical encounter in a multi-national context”,
surroundings and employee responses”, Journal of Services Marketing, Vol. 21
Journal of Marketing, Vol. 54, April, No. 6, pp. 451–461.
pp. 69-82.
Kotler, P., and Keller, K. L. 2007.
Buttle, F. 1996. “SERVQUAL: review, ”Manajemen Pemasaran, Indeks edisi
critique, and research agenda”, 12 jilid 1.
European Journal of Marketing, Vol. 30
No. 1, pp. 8-32. Lehtinen, Uolevi and Jarmo P. Lehtinen
1982. “Service Quality: A Study of
C. Grönroos. 1982. Strategic Management Quality Dimensions,” working paper,
and Marketing in the Service Sector. Service Management Institute, Helsinki,
Helsingfors: Swedish School of Finland.
Economics and Business
Administration. Maister, David H. 1985. “The Psychology of
Waiting Lines,” in The Service
Davidow. 2003. “have you heard the Encounter, John A. Czepiel, Michael R.
world? The effect of WOM on Solomon, and Carol F. Surprenant, eds.
perceived justice, satisfaction, and Lexington, MA: Lexington Books, 113–
repurchase intention following 23.
complaint handling”, Journal of
Consumer Satisfaction, dissatisfaction Moore, R., and Moore, M. L. and Capella, M.
and complaining behavior, ABI/Inform . 2005. “The impact of customer-to-
Research, pp. 67-80. customer interactions in a high personal
contact service setting”, Journal of
Grönroos, C. 1982. Strategic Management Services Marketing, Vol. 19, No. 7, pp
and Marketing in the Service Sector. 482–491.
Helsingfors: Swedish School of
Economics and Business Nugroho, B.A. 2005. Strategi Jitu Memilih
Administration. Metode Statistik Penelitian dengan
SPSS. Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Grove, S.J. and Fisk, R.P. 1997. “The impact
of other customers on service Parasuraman, A.,Valarie A. Zeithaml, and
experiences: a critical incident Leonard L. Berry 1985. “A Conceptual
examination of getting along”, Journal Model of Service Quality and Its
of Retailing, Vol. 73, Spring, pp. 63-85. Implications for Future Research,”
Journal of Marketing, Vol. 49 (Fall), Wakefield, K.L., and Blodgett, J.G. (1999), “
pp. 41–50. Customer response to intangible and
tangible service factors”, Psychology
Pollack, B. L. 2009. “Linking the hierarchical and Marketing, Vol. 16, No. 1, pp. 51-
service quality model to customer 68.
satisfaction and loyalty”, Journal of
Services Marketing, Vol. 23, No. 1, Wijaya, T. (2009), Analisis structural
pp. 42–50. equation modeling menggunakan
AMOS. Yogyakarta: Penerbit
Saha, G. C., and Theingi. (2009), “Service Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
quality, satisfaction, and behavioural
intentions A study of low-cost airline Zeithaml, V.A., and Bitner, M.J. (2003).
carriers in Thailand”, Managing Service Services Marketing: Integrating
Quality, Vol. 19, No. 3, pp. 350-372. customer focus across the firm. 3rd
Edition. New York: McGraw-Hill.
.