You are on page 1of 15

Jurnal Penyuluhan, Maret 2015 Vol. 11 No.

Faktor-Faktor yang Menentukan Keterlibatan Pemuda


Pedesaan pada Kegiatan Pertanian Berkelanjutan

Determine Factors of Rural Youth Involvement


on Sustainable Agriculture Activities
Fitri Ningsih1, Sofyan Sjaf1
1
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat,
Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, Bogor

Abstract

Sustainable agriculture is one of national goal development in the realization of food self-suffiency in Indonesia. Sustainable
agriculture will not be realized without the involvement of youth in agricultural activities, which include the activities of land
and seed preparation, maintenance, and harvesting. Agricultural activities must be able to meet the economic needs, maintaining
land fertility, and recognized by society as decent job. The purpose of this research was to analyze the factors that determine the
involvement of rural youth in sustainable agricultural activities. In order to achieve that, the research methodology used qualitative
and quantitative methods. Methodology used for quantitative is survey approach. Quantitative data were processed using
regression test, rank Spearman test, and cross tabulation. Meanwhile, methodology that used for qualitative is in-depth interview
approach. Data obtained from this method were reduced, presented, and drawn for conclusion. Result of the research showed the
involvement of youth in agricultural activities had became decreased due to parental socialization and low cohesiveness peers.
Agricultures was considered as a job that is not economically viable. Therefore, it needs attention of various sides to improve the
socialization of agriculture, and coordinate the institution to facilitate youth sharing information about agriculture.

Keywords: rural youth, agricultural activities, sustainable agriculture, development

Abstrak

Pertanian berkelanjutan tidak akan terwujud tanpa adanya keterlibatan pemuda pada kegiatan pertanian, yang meliputi: persiapan
lahan dan benih, pemeliharaan, dan panen. Kegiatan pertanian harus mampu memenuhi kebutuhan ekonomi, tetap menjaga
kesuburan lahan, dan diakui oleh masyarakat sebagai pekerjaan yang layak. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor-
faktor yang menentukan keterlibatan pemuda pedesaan pada kegiatan pertanian berkelanjutan. Agar tujuan penelitian tercapai,
maka metodologi penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dan kualitatif. Untuk metodologi kuantitatif digunakan pendekatan
survei. Data kuantitatif diolah dengan menggunakan uji regresi, uji rank spearman, dan tabulasi silang. Sementara itu, metode
kualitatif menggunakan pendekatan wawancara mendalam. Data yang diperoleh dari metode ini direduksi, disajikan, dan ditarik
kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterlibatan pemuda pada kegiatan pertanian semakin menurun. Faktor yang
membuat rendahnya keterlibatan pemuda pada kegiatan pertanian berkelanjutan adalah sosialisasi orangtua dan kohesivitas
teman sebaya yang rendah. Pertanian dianggap sebagai pekerjaan yang tidak menjanjikan secara ekonomi. Oleh karena itu,
perlu perhatian berbagai pihak untuk meningkatkan sosialisasi mengenai pertanian, serta suatu wadah yang mampu menfasilitasi
pemuda untuk saling berbagi informasi mengenai pertanian.

Kata kunci: pemuda pedesaan, kegiatan pertanian, pertanian berkelanjutan, pembangunan

Pendahuluan lingkungan, kemandirian, dan serta dengan menjaga


keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi
Dewasa ini, setiap usaha pembangunan yang nasional”. Senada dengan Ashari dan Saptana
melibatkan lingkungan dan sumberdaya alam, pasti (2007), Notohaprawiro (2006) mendefinisikan
akan selalu menyinggung konsep berkelanjutan, kegiatan pertanian berkelanjutan sebagai sebuah
termasuk pertanian. Ashari dan Saptana (2007) sistem pengelolaan pertanian terpadu yang secara
mendefinisikan pertanian berkelanjutan berdasarkan berangsur-angsur meningkatkan penghasilan tiap
UUD 1945, pasal 33 yang berbunyi “perekonomian satuan lahan dengan tetap mempertahankan
nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi keutuhan dan keanekaragaman ekologi dan hayati
ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi, sumberdaya alam yang ada dalam jangka panjang,
berkeadilan, berkelanjutan, memiliki wawasan memberikan keuntungan ekonomi bagi setiap
1
Korespondensi penulis
E-mail: sofyansyaf@gmail.com 23
Jurnal Penyuluhan, Maret 2015 Vol. 11 No. 1

orang, menyumbang terhadap peningkatan mutu Indikasi terjadinya fenomena lost generation,
kehidupan, dan memperkuat pembangunan ekonomi ternyata mulai muncul di beberapa wilayah pedesaan
negara. Indonesia. Data BPS (2010) menunjukkan bahwa
Sehubungan dengan pertanian berkelanjutan, pertanian bukan lagi menjadi mata pencaharian
White (2011) menyatakan bahwa peran pemuda primadona bagi pemuda. Mata pencaharian yang
pada pertanian harus dipertimbangkan. Populasi paling banyak dilaksanakan adalah perdagangan
penduduk dunia semakin bertambah dari tahun ke (16,8%), disusul dengan industri pengolahan
tahun. Keadaan ini berimbas kepada meningkatnya (15,93%), sedangkan pertanian padi dan palawija
kebutuhan pangan dunia. Penduduk yang berusia berada di urutan ketiga dengan presentase 15,75%
muda semakin meningkat, namun peningkatan (BPS, 2010). Data tersebut merupakan data yang
ini tidak diikuti dengan peningkatan ketersediaan pada aras makro, sehingga sangat penting untuk
lapangan pekerjaan sehingga pengangguran menganalisis pembuktian kasus tersebut pada tahap
semakin meningkat. Lebih dari setengah populasi mikro. Oleh karena itu, penelitian ini dilaksanakan
negara-negara berkembang adalah penduduk yang di salah satu desa Kecamatan Pamijahan yaitu Desa
tergolong pemuda dan 70% di antaranya hidup Purwabakti.
dalam kemiskinan ekstrim, tinggal di daerah Menurut White (2011), ketika ingin
pedesaan. Keadaan ini semakin buruk karena memahami pemuda sebagai generasi penerus, maka
ketertarikan pemuda terhadap pertanian semakin kita juga harus memahami pentingnya pendekatan
berkurang. Padahal menurut pengamatan White relasional. Maksudnya, pemuda harus dilihat
(2011), pertanian merupakan salah satu pekerjaan sebagai bagian dari dinamika hubungan pemuda
yang sangat dibutuhkan karena sektor ini mampu dengan orang lain (orang dewasa) dalam struktur
menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup yang lebih besar dari reproduksi sosial. Konsep ini
besar, sehingga tidak menutup kemungkinan bahwa menunjukkan bahwa orang lain yang ada di sekitar
ketika pertanian bisa dikembangkan dengan baik, pemuda akan berpengaruh terhadap tindakan dan
maka sektor ini memiliki potensi yang cukup keputusan pemuda termasuk keputusan untuk
besar untuk menyediakan pekerjaan bagi banyak terlibat di pertanian atau mencari pekerjaan di sektor
orang dan ini akan berdampak pada menurunnya lainnya. Pihak-pihak yang berpengaruh tersebut
pengangguran di pedesaan. adalah orangtua, teman sebaya, serta masyarakat
Sejalan dengan White (2011), Vellema (2011) sebagai lingkungan sosial bagi pemuda. Orangtua
menyatakan telah muncul indikasi terjadinya merupakan orang yang paling dekat pemuda.
fenomena lost generation pada pertanian di pedesaan. Hampir semua tindakan dan perilaku anak biasanya
Indikasi ini diperkuat oleh White yang menyatakan akan sangat di-pengaruhi oleh pengajaran orangtua,
bahwa di Ethiopia, pemudanya tidak mau bertani termasuk salah satunya pengajaran orangtua terkait
karena mereka telah memiliki pendidikan yang bekerja di sektor pertanian. Begitu juga dengan
tinggi, sehingga mereka lebih memilih untuk teman sebaya, sebagai pihak yang sering bergaul
menunggu pekerjaan yang sesuai dengan pendidikan dan berbagi pikiran dengan pemuda.
formal yang diperolehnya. Mereka menghabiskan Saat ini semakin banyak orangtua yang
waktunya untuk mengobrol dengan pemuda lainnya tidak mengajak anak-anaknya untuk bertani karena
atau menghabiskan dengan menonton televisi. Di berbagai alasan. Bahkan ada orangtua yang secara
India juga terjadi hal yang hampir sama, kebanyakan terang-terangan melarang anak-anaknya untuk
dari generasi mudanya tidak mau bertani dan lebih bekerja di sektor pertanian. Pertanian dianggap
memilih bekerja di sektor industri dengan harapan sebagai sektor yang tidak menjanjikan untuk
jaminan ekonomi karena pendapatannya rutin tiap kehidupan yang lebih layak. Pertanian merupakan
bulan. Kasus seperti ini, ternyata juga terjadi di jenis pekerjaan yang membutuh kerja keras,
Indonesia. Pemudanya beranggapan bahwa mereka menguras waktu, dan tenaga, tetapi penghasilan
belum pantas untuk berwirausaha karena tidak yang diperoleh tidak menentu. Selain pengaruh
memiliki kemampuan teknis dalam pertanian dan dari pihak-pihak tersebut, pemuda juga dipengaruhi
lebih tergiur dengan gaji bulanan pada pekerjaan oleh sistem sosial yang ada di lingkungan tempat
formal (White, 2011). tinggalnya, termasuk kearifan lokal yang hanya

24
Jurnal Penyuluhan, Maret 2015 Vol. 11 No. 1

berlaku di wilayah itu saja. Kearifan lokal yang pemuda adalah penduduk dengan usia mulai
dimaksudkan pada tulisan ini adalah sulitnya dari 18 sampai 40 tahun. Berdasarkan penelitian
proses pelepasan lahan atau usaha keluarga dalam Untari et al. (2007) karakteristik individu pemuda
mempertahankan lahan yang dimiliki keluarga. tidak berpengaruh terhadap keterlibatan pemuda
Nugraha (2012), menambahkan bahwa faktor lain di pertanian karena hal yang paling berpengaruh
yang bisa mempengaruhi keterlibatan pemuda pada adalah akses terhadap informasi. Semakin tinggi
kegiatan pertanian adalah tingkat penguasaan lahan akses pemuda terhadap informasi pertanian, maka
keluarga. semakin besar pengaruhnya terhadap perilaku yang
Besarnya peran pemuda terhadap pertanian ditunjukkan pemuda dalam pelaksanaan pertanian
berkelanjutan, membuat bentuk keterlibatannya di pedesaan. Berdasarkan pendefinisian tersebut,
pada kegiatan pertanian juga harus dipertimbangkan. penulis menyatakan bahwa pemuda yang menjadi
Kegiatan pertanian padi sawah didefinisikan Hidayat unit analisis penelitian ini adalah pemuda yang
(2010) sebagai semua rangkaian kegiatan pertanian berjenis kelamin laki-laki dengan umur 16 sampai
mulai dari mempersiapkan lahan, menanam, 30 tahun. Pemuda yang termasuk pada kriteria inilah
memelihara, sampai masa panen. Kegiatan tersebut yang dikategorikan sebagai subjek penelitian dan
bisa digolongkan menjadi tiga yaitu kegiatan dilakukan identifikasi bentuk kerterlibatannya pada
persiapan lahan dan benih, pemeliharaan, dan kegiatan pertanian padi sawah.
panen. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka Hidayat (2010) menjelaskan bahwa kegiatan
sangat penting untuk menganalisis hubungan pertanian mencakup persiapan lahan, penyemaian
bentuk keterlibatan pemuda di sektor pertanian benih, penanaman, pemupukan, penyiangan
dengan kontribusinya untuk terwujudnya pertanian gulma, pembasmian hama, pengairan, dan panen.
berkelanjutan di pedesaan. Namun, penelitian yang dilakukan Nugraha (2012),
Berdasarkan latar belakang di atas, maka lebih berfokus pada keterlibatan pemuda pada
rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian saat panen. Ini disebabkan karena pemuda masih
ini sebagai berikut: 1) apa saja bentuk-bentuk sekolah sehingga orangtua tidak mau membebani
keterlibatan pemuda pada kegiatan pertanian di Desa anak-anaknya dengan kegiatan-kegiatan pertanian
Purwabakti?; 2) apakah faktor-faktor yang paling lainnya. Penulis berpandangan bahwa penelitian
menentukan keterlibatan pemuda pada kegiatan yang hanya berfokus pada masa panen kurang
pertanian?; dan 3) bagaimana korelasi antara bentuk mampu mereplikakan kenyataan yang sebenarnya.
keterlibatan pemuda pada kegiatan pertanian padi Ketika melihat keterlibatan pemuda di sektor
sawah dengan pertanian berkelanjutan di pedesaan? pertanian, maka sebaiknya dilihat bagaimana
Atas rumusan masalah tersebut, maka tujuan umum keterlibatan pemuda pada semua kegiatan pertanian.
penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor Oleh karena itu, keterlibatan pemuda pada kegiatan
terkait yang paling menentukan tingkat keterlibatan pertanian ditinjau dari semua kegiatan tersebut.
pemuda pada kegiatan pertanian berkelanjutan. Rangkaian kegiatan pertanian yang cukup banyak,
Sementara itu, tujuan khusus penelitian ini adalah: akan mempersulit pengukuran keterlibatan pemuda
1) menganalisis bentuk-bentuk keterlibatan pemuda pada setiap tahapan kegiatan pertanian. Oleh karena
pada kegiatan pertanian di Desa Purwabakti; 2) itu, kegiatan pertanian dikelompokkan menjadi tiga
menganalisis faktor-faktor yang menentukan bagian utama, yaitu: pertama persiapan lahan dan
keterlibatan pemuda pada kegiatan pertanian di penyemaian benih, meliputi: membajak sawah,
Desa Purwabakti; dan 3) menganalisis korelasi membenamkan gulma, memilah padi untuk benih,
keterlibatan pemuda pada kegiatan pertanian dengan dan meredam benih, kedua pemeliharaan, meliputi:
pertanian berkelanjutan di Desa Purwabakti. kegiatan penanaman, pemupukan, penyiangan
Pemuda menurut Undang-Undang Nomor gulma, pembasmian hama, dan pengairan, dan
40 Tahun 2009 pasal 1 ayat 1, “pemuda adalah ketiga panen, meliputi: membabat tanaman padi,
warga negara Indonesia yang memasuki periode memisahkan bulir padi dengan batangnya, dan
penting pertumbuhan dan perkembangan yang menjemur bulir padi. Pemerintah menyatakan bahwa
berusia 16 sampai 30 tahun”. Definisi yang kegiatan pertanian yang diterapkan oleh petani,
berbeda dinyatakan oleh White (2011), bahwa dianjurkan mengandung unsur-unsur pertanian

25
Jurnal Penyuluhan, Maret 2015 Vol. 11 No. 1

berkelanjutan, mengingat ketersediaan lahan yang tidak merusak sumberdaya.


semakin sedikit sedangkan kebutuhan pangan terus Zamora (1995) dalam penelitian Untari et
meningkat akibat jumlah penduduk yang terus al. (2007) menjelaskan pertanian berkelanjutan
bertambah dari tahun ke tahun. secara lebih mendetail berupa adanya 5 prinsip
Pertumbuhan penduduk di dunia juga pertanian berkelanjutan, yaitu adanya kelayakan
tergolong tinggi bahkan jumlah penduduk dunia ekonomi. Kelayakan ekonomi berarti para petani
telah melebihi angka 7 miliar jiwa pada tahun 2010. memiliki pendapatan yang positif sebagai upah
Peningkatan jumlah penduduk ini tentu saja akan dari tenaga kerja yang telah dicurahkannya, yang
meningkatkan jumlah kebutuhan pangan dunia. akan dimanfaatkan sebagai biaya untuk menjamin
Oleh karena itu, semua kegiatan pertanian harus kesejahteraan keluarga petani.
menggunakan konsep pertanian berkelanjutan. FAO Sistem pertanian paling tidak menyediakan makanan
mendefinisikan pertanian berkelanjutan sebagai dan kebutuhan dasar lain bagi keluarga petani;
berikut: "the management and conservation of pertanian ekologis dan ramah lingkungan. Sistem
the natural resource base, and the orientation of pertanian yang ramah lingkungan diintegrasikan
technological and institutional change in such a untuk sistem ekologi yang lebih luas dan terfokus
manner as to ensure the attainment and continued pada pemeliharaan sumberdaya alam dan juga
satisfaction of human needs for present and future keanekaragaman hayati serta menghindari kegiatan
generations. Such development such as conserves yang dapat menyebabkan dampak lingkungan
land, water, plant and animal genetic resources, negatif. Salah satu jenis upaya pengelolaan
is environmentally non-degrading, technically lingkungan hidup khususnya bagi masyarakat
appropriate, economically viable and socially petani adalah melalui penerapan kembali sistem
acceptable”. Hampir sama dengan pendefinisian kegiatan pertanian ekologis. Ketergantungan petani
FAO, Notohaprawiro (2006) mendefinisikan per- akan keberadaan benih, pupuk kimia serta pestisida
tanian berkelanjutan sebagai sistem pengelolaan kimia menyebabkan kehidupan petani sebagai
pertanian terpadu yang secara berangsur-angsur produsen utama bahan makanan pokok tidak pernah
mampu meningkatkan penghasilan setiap satuan bertambah baik.
lahan dengan mempertahankan keutuhan dan Sistem pertanian yang diterima secara
keanekaragaman ekologi dan hayati sumberdaya sosial bisa ditinjau dari sikap menghormati harga
alam untuk jangka panjang, memberikan keuntungan diri dan hak individu dan hak kelompok serta
ekonomi kepada petani, menyumbang kepada mutu memperlakukan mereka secara baik dan adil,
kehidupan dan memperkuat pembangunan ekonomi membuka akses informasi, pasar dan sumberdaya
negara. pertanian terkait lainnya terutama lahan. Akses yang
Ketika proses pemeliharaan, penelitian sama juga disediakan untuk semua jenis kelamin,
Ashari dan Saptana (2007) menyatakan bahwa lembaga sosial, agama, suku serta keadilan bagi
penggunaan pupuk kimia seperti urea, TSP, dan SP- generasi saat ini dan generasi mendatang. Distribusi
36 menimbulkan residu zat kimia di dalam tanah tenaga kerja pada lahan pertanian berkelanjutan,
dan air. Begitu pula dengan penggunaan pestisida, bisa terdistribusi dari tahun ke tahun. Keadilan
jumlah dan kadar pestisida yang berlebihan akan distribusi tenaga kerja di antara anggota keluarga
menimbulkan resistensi dan resurjensi berbagai hama adalah indikator produktivitas manusia dalam lahan
dan penyakit. Akibatnya serangan hama dan penyakit pertanian. Sangat baik jika seluruh anggota keluarga
semakin banyak dan sulit untuk dikendalikan. produktif.
Keadaan ini diperparah dengan globalisasi ekonomi Sistem pertanian yang menganut kesesuaian
yang mengakibatkan terintegrasinya berbagai budaya mempertimbangkan nilai budaya termasuk
berbagai aspek perekonomian suatu negara dengan kepercayaan agama dan tradisi dalam pembangunan
perekonomian dunia, serta meningkatnya persaingan sistem, rencana, dan program pertanian. Kearifan
baik antarpelaku agribisnis maupun antarnegara. lokal merupakan unsur kebudayaan tidak dapat
Oleh karena itu, diperlukan usaha untuk melindungi dikatakan mendukung pertanian berkelanjutan jika
para petani Indonesia dari persaingan dunia luar, tidak mengakar dan dipraktekan dalam kehidupan
dan usaha untuk meningkatkan hasil pertanian tetapi masyarakat.

26
Jurnal Penyuluhan, Maret 2015 Vol. 11 No. 1

Sistem pertanian dengan pandangan holistik bisa diatasi.


melihat pertanian sebagai sistem pertanian dan Pranadji (1999) dalam Herlina (2002),
pendekatan sistem serta hubungannya dalam hal menjelaskan bahwa pertanian di Yogyakarta dikelola
biofisik, sosial ekonomi, kebudayaan dan faktor generasi tua yang memang dari semula sudah
politik. Sistem ini juga mempertimbangkan berprofesi sebagai petani atau yang harus bertani
interaksi dinamis antara kegiatan on-farm, off-farm karena tidak memiliki peluang kerja pada sektor
dan non-farm serta mengakui kegiatan-kegiatan ini lain. Dia menjelaskan bahwa terdapat tendensi
merupakan komplemen satu sama lain. bahwa pemuda pedesaan mulai menghindari
Berbeda dengan pendefinisian sebelumnya, bekerja atau berusaha pada sektor pertanian karena
Vellema (2011) menjelaskan bahwa sistem pertanian memandangnya sebagai pekerjaan yang kotor,
berkelanjutan membutuhkan perubahan terutama kolot, dan melelahkan. Ketidaktertarikan itu juga
pada aspek manajemen kelembagaan. Perubahan disebabkan hasil produksi pertanian yang diperoleh
manajemen yang dikupas mencakup perubahan pada sangat lama dan sering kali tidak memuaskan.
sistem manajemen keuangan, manajemen politik Akibat dari persepsi ini, tingkat pengangguran yang
pemerintahan, perubahan sistem sosial, perubahan ada di pedesaan semakin membesar. Ben White
teknologi pertanian. Semua perubahan tersebut menjelaskan jumlah petani di negara berkembang
harus mengintegrasikan antara tiga stakeholders semakin berkurang karena pemuda pedesaan yang
yaitu masyarakat (petani), pemerintah, dan swasta. tumbuh disekitar pertanian dan melihat kotornya
Semua peraturan yang akan menghambat kemajuan proses pertanian, tenaga dan waktu yang harus
pertanian harus segera dirubah. Proses peminjaman dikeluarkan sangat besar, tetapi hasil yang tidak
modal bagi petani harus dipermudah dengan bunga menentu, membuat pertanian menjadi profesi yang
yang tidak memberatkan petani. tidak menarik lagi bagi mereka (White, 2011).
Berdasarkan beberapa konsep mengenai
pertanian berkelanjutan tersebut, penulis Metode Penelitian
menyimpulkan bahwa pertanian berkelanjutan
memiliki indikator utama yang harus dipenuhi Penelitian ini merupakan penelitian survai.
yaitu kelayakan ekonomi, ekologi, dan sosial. Teknik survai adalah penelitian yang mengambil
Kelayakan ekonomi menunjukkan bahwa pertanian sampel dari suatu populasi dengan menggunakan
berkelanjutan bisa memberikan penghidupan kuesioner penelitian sebagai alat pengumpul data.
yang layak bagi para pekerja di sektor pertanian Tipe penelitian yang digunakan adalah explanatory
terutama bagi petaninya. Mereka mampu memenuhi research yaitu penelitian yang sifat analisisnya
kebutuhan sehari-hari, mampu membayar menghubungkan antara variabel melalui uji hipotesis
pendidikan anak-anaknya dan memiliki akses (Singarimbun dan Effendi, 2008).
terhadap fasilitas kesehatan. Kelayakan ekologi Penelitian ini menggunakan paduan metode
menunjukkan bahwa sistem pertanian berkelanjutan kuantitatif dan juga kualitatif. Metode kuantitatif
bisa memelihara kesuburan lahan sehingga lahan dilakukan dengan menggunakan teknik survei
pertanian bisa dimanfaatkan dalam jangka waktu dengan menggunakan instumen kuesioner terstruktur,
panjang untuk generasi yang akan datang. Hasil yang memuat sejumlah pertanyaan terkait dengan
pertanian yang diperoleh dari waktu ke waktu tidak variabel penelitian yang akan dilakukan. Sementara
berkurang karena keseimbangan kesuburan lahan itu, metode kualitatif dilakukan dengan observasi
serta berbagai macam tanaman bisa ditanam pada lapang dengan menggunakan panduan pertanyaan
lahan tersebut, tidak satu jenis tanaman tertentu wawancara mendalam. Tujuan dari menggunakan
saja. Lain halnya dengan kelayakan ekonomi dan metode kualitatif adalah untuk dapat lebih memahami
ekologi, kelayakan sosial menunjukkan bahwa permasalahan di lokasi penelitian secara lebih
pertanian berkelanjutan diterima secara sosial mendalam dan menyeluruh.
oleh masyarakat sebagai pekerjaan yang layak dan Penelitian ini menggunakan data primer
menjanjikan sehingga fenomena “waithood” yaitu dan data sekunder. Data primer diperoleh dari
kecemasan menunggu pekerjaan, perumahan, dan hasil penelitian di lapangan, sedangkan data
pernikahan yang biasanya tergantung pekerjaan, sekunder merupakan data yang diperoleh dari studi

27
Jurnal Penyuluhan, Maret 2015 Vol. 11 No. 1

literatur penelitian-penelitian yang telah dilakukan lembaga kepemudaan, dan tokoh-tokoh lainnya yang
sebelumnya. Data-data sekunder didukung dengan berkaitan dengan penelitian. Nama informan dan
adanya dokumen-dokumen mengenai monografi responden disamarkan untuk menjaga kerahasiaan
lokasi penelitian dan data pemuda dari lembaga identitas
pemerintahan setempat. Data primer yang diperoleh, diberikan
Lokasi penelitian dilakukan di Desa pengkodean, kemudian dimasukkan (entry) ke
Purwabakti, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten dalam sistem data microsoft excel 2010 dan aplikasi
Bogor. Penelitian ini diharapkan relevan dengan spss 16 for windows untuk menguji kecenderungan
tujuan penelitian sehingga data yang diperoleh bisa diterima atau ditolaknya sejumlah hipotesis
menjawab rumusan masalah penelitian. Adapun penelitian (Priyatno, 2013). Pengujian hipotesis
pertimbangan penentuan desa lokasi penelitian penelitian dilaku-kan dengan menggunakan uji
adalah sebagai berikut: 1) terdapat beberapa regresi dan uji korelasi rank Spearman, dan tabulasi
orang pemuda di desa ini telah berinisiatif untuk silang. Uji regresi digunakan untuk melihat faktor-
membentuk kelompok tani pemuda, 2) kelompok faktor yang menentukan keterlibatan pemuda pada
tani pemuda tersebut mempengaruhi pemuda lainnya kegiatan pertanian, sedangkan uji korelasi rank
yang tidak bertani untuk ikut terlibat dalam kegiatan Spearman digunakan untuk melihat hubungan
pertanian di desa tersebut. antara keterlibatan pemuda pada kegiatan pertanian
Populasi penelitian adalah semua warga dengan pertanian berkelanjutan. Proses pengaruh
yang berjenis kelamin laki-laki dengan kriteria dan hubungan antar variabel akan dijelaskan
umur 16 sampai 30 tahun yang ada di Desa oleh hasil tabulasi silang. Selanjutnya, penelitian
Purwabakti, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten didukung dengan data kualitatif yang diperoleh
Bogor. Penelitian memfokuskan pada pemuda laki- melalui wawancara mendalam dan observasi lapang.
laki karena kegiatan pertanian yang diteliti adalah Tahapan pengolahan data kualitatif adalah: 1)
padi sawah, memiliki tahapan-tahapan yang banyak reduksi data, 2) penyajian, 3) penarikan kesimpulan.
dan perempuan biasanya hanya dapat mengikuti
beberapa kegiatan tersebut. Ada budaya di beberapa Hasil dan Pembahasan
daerah yang menilai bahwa perempuan tidak layak
mencangkul karena merupakan pekerjaan yang Letak Geografis dan Keadaan Lingkungan
berat dan biasanya dikerjakan laki-laki. Laki-laki
memiliki peluang yang besar untuk melaksanakan Desa Purwabakti merupakan satu dari
semua tahapan pertanian yang akan diteliti. Teknik sekian desa di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten
pengambilan sampel menggunakan teknik simple Bogor. Namun, secara geografis, jarak Purwabakti
random sampling dengan jumlah responden yang cukup jauh dari pusat Kabupaten Bogor dan justru
diambil sebanyak 60 orang pemuda, dengan unit lebih dekat dengan Kabupaten Sukabumi. Desa
analisis individu pemuda. Purwabakti terdiri dari 5 Dusun, 12 Rukun Warga
Penentuan 60 orang responden dilakukan (RW), 18 kampung, serta 39 Rukun Tangga (RT).
dengan beberapa tahapan sebagai berikut: 1) data Jumlah penduduk Desa Purwabakti mencapai 7.731
masyarakat yang sesuai dengan kriteria yang jiwa, yang terdiri dari 3.882 jiwa penduduk laki-laki
ditentukan, yaitu pemuda yang berjenis kelamin dan 3.849 jiwa penduduk perempuan.
laki-laki dan berumur 16-30 tahun, 2) pengacakan Adapun luas wilayah Purwabakti mencapai
responden yang terpilih dengan mengunakan 877,36 hektar. Sebanyak 91,87% lahan yang ada di
microsoft excel, 3) pemuda yang terpilih, namun Purwabakti dimanfaatkan sebagai lahan pertanian,
tidak dapat ditemui pada saat penelitian, akan yaitu ladang dan sawah. Hal ini menunjukkan
ditentukan nama lain sebagai pengganti yang bahwa Purwabakti memiliki potensi pertanian yang
diambil berdasarkan angka acak selanjutnya. besar dari aspek ketersediaan lahan. Walaupun luas
Berdasarkan langkah-langkah tersebut, maka lahan kering lebih besar, penelitian ini berfokus
diperoleh 60 orang pemuda dari 685 pemuda yang pada pertanian padi sawah karena lahan kering
ada di Desa Purwabakti. Informan kunci berasal dari yang ada di Purwabakti merupakan lahan yang
tokoh desa, lembaga pemerintahan setempat, ketua tidak dimanfaatkan masyarakat untuk menanam

28
Jurnal Penyuluhan, Maret 2015 Vol. 11 No. 1

Tabel 1 Jumlah dan Persentase Tingkat Keterlibatan 60 Orang Pemuda pada Kegiatan
Pertanian di Desa Purwabakti Tahun 2013

Tingkat Keterlibatan Pemuda pada


Kategori )%( Persen )%( Total
Kegiatan Pertanian
Keterlibatan pemuda pada persiapan lahan Tinggi 18,33
dan benih Sedang 43,33 100,00
Rendah 38,34
Keterlibatan pemuda pada kegiatan Tinggi 21,67
pemeliharaan Sedang 100,00
25,00
Rendah
53,33
Keterlibatan pemuda pada kegiatan panen Tinggi
80,00
Sedang 100,00
6,67
Rendah 13,33

tanaman yang bernilai ekonomi tinggi. Lahan kering mereka pulang ke Purwabakti dan mengembangkan
yang luas tersebut hanya dibiarkan saja ditanami usaha kerajinan kayu atau meubel. Mereka menjadi
oleh tanaman liar dan beberapa orang masyarakat pengrajin kayu dan membuat peralatan, seperti
mengambil kayu bakar yang ada di hutan. lemari, pintu, dan peralatan lainnya dari kayu.
Pekerjaan yang bisa dilakukan di rumah, tidak
Potensi Sumberdaya Alam dan Hubungan Sosial menyita banyak waktu, serta dengan penghasilan
Masyarakat yang lebih besar. Disini mulai beralihnya ketertarikan
masyarakat dari pertanian menjadi pengrajin kayu.
Sejak dulu Purwabakti dikenal sebagai Pihak yang paling tertarik adalah pemuda dan
lumbung padi Kecamatan Pamijahan. Mata masyarakat yang tidak memiliki lahan. Harga sewa
pencaharian utama masyarakat dari jaman dahulu lahan semakin mahal, harga pupuk dan pestisida
adalah pertanian. Hal ini didukung kondisi lahan melambung, serta hama yang sulit dikendalikan
yang subur. Jenis tanaman yang tumbuh di desa membuat mereka menyerah bertani dan beralih
ini pun beragam, mulai dari padi, sayuran, sampai pada jenis pekerjaan ini. Walaupun keadaannya
kelapa sawit dan teh bisa tumbuh subur di wilayah telah berubah, hubungan sosial masyarakat masih
ini. Berbagai buah-buahan, seperti: nangka, tetap terjaga. Rasa kekeluargaan masih ada dan
rambutan, dan pisang juga merupakan salah satu mata pencaharian sebagai petani pun tidak dianggap
potensi sumber daya alam di Purwabakti. Desa sebagai pekerjaan yang lebih rendah dibandingkan
Purwabakti dialiri oleh sebuah sungai panjang dari sebagai pengrajin kayu.
kaki gunung salak. Hal ini menjadi rezeki lainnya
bagi masyarakat. jumlah air yang berlimpah tersebut Proses Kegiatan Pertanian
dapat dimanfaatkan untuk mengairi kolam budidaya
ikan. Budidaya ikan yang dulunya hanya sebagai Pertanian merupakan mata pencaharian
mata pencaharian sampingan untuk dapat memenuhi turun temurun dari nenek moyang masyarakat
kebutuhan protein keluarga, akhirnya menjadi lahan Purwabakti. Sebagai desa yang berfokus pada
mata pencaharian baru bagi masyarakat. Banyak kegiatan pertanian, maka efek revolusi hijau yang
warga yang kemudian akhirnya menekuni pekerjaan digalakkan pemerintah pada masa Orde Baru juga
ini. pekerjaan yang tidak terlalu berat namun telah diterapkan di wilayah ini. Penggunaan pupuk
keuntngan yang diperoleh cukup besar. dan pestisida kimia sudah menjadi hal yang biasa
Mata pencaharian utama sebagai petani atau bahkan suatu keharusan untuk digunakan
mulai bergeser ketika ada masyarakat yang merantau pada kegiatan pertanian. Hasil pertanian dianggap
ke kota. Ketika di kota, mereka belajar menjadi akan berkurang ketika penggunaan bahan-bahan
pengrajin kayu. Setelah bisa membuka usaha sendiri, kimia tersebut dihentikan. Namun, seiring dengan

29
Jurnal Penyuluhan, Maret 2015 Vol. 11 No. 1

Tabel 2 Hasil Uji Regresi Faktor yang Menentukan Keterlibatan Pemuda pada Kegiatan Pertanian
di Desa Purwabakti Tahun 2013

Bentuk Keterlibatan Pemuda pada Kegiatan Pertanian


Faktor yang Mempengaruhi
Keterlibatan Pemuda Persiapan lahan Pemeliharaan Panen
T t t
Sosialisasi orangtua 2,252 3,208 0,276
Kohesivitas teman sebaya 5,172 4,268 2,747
Kesulitan proses pelepasan lahan 2,289 0,487 -0,496
Luas penguasaan lahan
1,069 2,374 1,461
keluarga

berjalannya waktu, petani sudah mulai sadar akan dengan wilayah perkebunan dan taman nasional,
dampak penggunaan bahan-bahan kimia terhadap sehingga masyarakatnya cenderung meninggalkan
kesuburan lahan dan kualitas hasil panen. Oleh pertanian dan menjadi buruh perkebunan. Tingkat
karena itu, petani di Desa Purwabakti sekarang kesuburan lahan pada wilayah ini pun lebih banyak
sudah mulai berusaha mengurangi penggunaan lahan kering dan tidak cocok untuk pertanian padi
pupuk dan pestisida kimia. sawah, berbeda dengan RW 1 sampai RW 7 yang
Salah seorang informan menjelaskan bahwa memiliki lahan yang subur dan sangat cocok untuk
kegiatan pertanian di Purwabakti masih dilakukan kegiatan pertanian.
dengan cara yang tradisional. Proses membajak Tingkat pendidikan responden tergolong
sawah masih menggunakan cara yang sederhana, sedang dan rendah, 40% dari responden
yaitu dicangkul. Masyarakat tidak bisa menggunakan berpendidikan SD, 40% berpendidikan SMP, dan
mesin traktor karena kondisi geografis lahan yang 20% berpendidikan SMA dan Perguruan Tinggi.
miring dan piringan sawah yang kecil. Hal ini akan Hal ini tidak mengherankan terjadi karena fasilitas
menyulitkan ketika akan memindahkan mesin pendidikan yang ada di Purwabakti hanyalah satu
traktor. Ketika proses panen pun mereka masih yaitu sekolah dasar. Sementara itu, pada aspek
menggunakan ani ani atau dipukulkan kekayu untuk pekerjaan, terdapat 35% (21 orang) dari 60 orang
memisahkan bulir padi dengan jeraminya. Salah pemuda yang bekerja sebagai petani. Pemuda yang
satu pengetahuan lokal masyarakat yang menarik bekerja sebagai petani terdiri dari 15 orang petani
adalah mereka tidak membakar jerami sisa panen, yang menggarap lahannya sendiri dan 6 orang buruh
tetapi mereka membiarkan di lahan sawah dan tani. Pemuda yang menjadi buruh tani biasanya
setelah beberapa hari dibalikkan dengan cangkul. disebabkan tidak adanya lahan. Biasanya mereka
Secara ilmiah ini sangat bagus karena jerami hanya menjadi buruh tani pada saat menggarap
akan membusuk dan akan menjadi pupuk organik lahan dan panen.
bagi lahan. Ketika jerami dibolak-balikan, akan Sementara itu, responden yang bekerja
memunculkan mikroba yang akan membantu proses sebagai pegawai sebanyak 5% (3 orang). Pekerjaan
pembusukan sehingga waktu yang dibutuhkan lebih yang digolongkan sebagai pegawai adalah guru
sedikit. dan pegawai koperasi. Pemuda yang bekerja
sebagai pedagang sebanyak 8,33% (5 orang).
Karakteristik Responden Biasanya mereka ke luar desa bahkan ke luar kota
untuk menjual hasil kerajinan kayu. Responden
Responden dari penelitian ini adalah 60 yang masih menjadi pelajar ada sebanyak 11,67%
orang pemuda asli Purwabakti yang berjenis (7 orang). Pemuda yang tidak bekerja di desa,
kelamin laki-laki dengan kisaran umur 16 sampai biasanya akan menjadi buruh bangunan di kota. Ada
30 tahun. Responden lebih banyak berasal dari RW sebanyak 3,33% atau sebanyak 2 orang responden
1 sampai RW 7 dengan pertimbangan bahwa RW yang bekerja sebagai buruh bangunan. Pemuda yang
8 sampai RW 12 merupakan RW yang berdekatan berwiraswasta ada sebanyak 31,67% (19 orang).

30
Jurnal Penyuluhan, Maret 2015 Vol. 11 No. 1

Tabel 3 Persentase Pendapat Pemuda Mengenai Pertanian Berkelanjutan di Desa Purwabakti


Tahun 2013

Pertanian Berkelanjutan Kategori )%( Persentasi )%( Total


Tingkat kelayakan ekonomi Tinggi 13,34
Sedang 43,33 100,00
Rendah 43,33
Tingkat kelayakan ekologi Tinggi 78,33
Sedang 15,00 100,00
Rendah 6,7
Tingkat kelayakan sosial Tinggi 70,00
Sedang 21,67 100,00
Rendah 8,33

Pekerjaan yang digolongkan sebagai wiraswasta membuat semakin besar pemuda yang mau terlibat
adalah usaha pengrajin kayu, bengkel kendaraan, pada tahapan ini. Berbeda dengan keterlibatan
dan usaha budidaya ikan emas. Sisanya pemuda pemuda pada kegiatan persiapan lahan dan benih,
yang bekerja sebagai supir yaitu sebanyak 5% (3 alasan pemuda yang tidak terlibat pada kegiatan
orang). Hasil paling menonjol dari gambar tersebut pemeliharaan adalah kegiatan yang dianggap tidak
adalah presentase pemuda yang bekerja pada sektor terlalu krusial dalam proses pertanian. Hal ini
pertanian dan wiraswasta hanya terpaut 3,33% terbukti dengan pemberian pupuk dan pestisida
atau 2 orang saja. Hal ini mengindikasikan bahwa yang tidak teratur, serta sistem pengairan yang tidak
pemuda yang bertani sudah mulai sedikit dan beralih terawat. Alasan lainnya yang membuat pemuda
pada pekerjaan lain di luar pertanian. Pemuda yang enggan untuk terlibat pada kegiatan pemeliharaan
berwiraswasta semakin banyak jumlahnya karena adalah kebiasaan pemuda bermigrasi ke luar desa
pekerjaannya cenderung lebih mudah dibandingkan setelah masa tanam selesai.
dengan kegiatan pertanian dengan hasil yang lebih Salah satu hal yang menarik adalah
besar. Penghasilan rutin dan hasil yang lebih cepat keterlibatan pemuda pada kegiatan panen sangat
diperoleh dibandingkan pertanian padi sawah, tinggi. Hal ini sangat erat kaitannya dengan tradisi
membuat pemuda semakin enggan untuk bertani. panen raya yang ada di Desa Purwabakti. Semua
anggota keluarga akan bersama-sama ke sawah
Bentuk Keterlibatan Pemuda Pada Kegiatan untuk membantu proses pertanian. Tradisi panen raya
Pertanian merupakan bentuk suka cita warga atas hasil panen
yang diperoleh. Selain itu, masa panen yang singkat
Kegiatan pertanian merupakan serangkaian dan harus dilakukan dengan segera. Ketika proses
kegiatan yang dilakukan mulai dari proses panen dilakukan dalam waktu yang lama, maka padi
mempersiapkan lahan, benih, pemupukan, pestisida, yang telah siap panen (menguning) banyak yang
penyiangan gulma, sampai kegiatan panen. Oleh akan meluruh ke sawah, akibatnya hasil pertanian
karena itu, kegiatan pertanian bisa dikelompokkan yang diperoleh oleh petani semakin sedikit. Usaha
menjadi tiga kegiatan yaitu: 1) persiapan lahan dan untuk menghindari munculnya kerugian inilah yang
benih, 2) pemeliharaan, 3) panen (Tabel 1). menimbulkan keinginan untuk tetap mendorong
Keterlibatan pemuda pada kegiatan pertanian agar tradisi yang telah ada secara turun temurun ini
semakin menurun terutama pada tahapan persiapan bisa bertahan sampai saat ini.
lahan, benih, dan pemeliharaan tanaman. Rendahnya
keterlibatan pemuda pada kegiatan persiapan Faktor-Faktor yang Menentukan Keterlibatan
lahan dan benih disebabkan kegiatan pada tahap Pemuda pada Kegiatan Pertanian
ini membutuhkan waktu dan tenaga yang besar.
Pandangan pemuda bahwa kegiatan pada tahapan Faktor yang mempengaruhi keterlibatan
ini merupakan pekerjaan yang kuno dan kotor, pemuda pada kegiatan pertanian, yang mencakup:

31
Jurnal Penyuluhan, Maret 2015 Vol. 11 No. 1

Tabel 4 Hasil Uji Korelasi Rank Spearman antara Keterlibatan Pemuda pada Kegiatan Pertanian
dengan Pertanian Berkelanjutan di Desa Purwabakti Tahun 2013

Pertanian berkelanjutan
Keterlibatan pemuda pada
kegiatan pertanian Koefisien korelasi Koefisien korelasi Koefisien korelasi
kelayakan ekonomi kelayakan ekologi kelayakan sosial
Persiapan lahan dan benih 0,560** 0,456** 0,289*
Pemeliharaan 0,612** 0,385** 0,350**
Panen 0,416** 0,434** 0,295*
** berhubungan nyata pada 0,01
* berhubungan nyata pada 0,05

tingkat sosialisasi orangtua, kohesivitas teman sebaya, pendidikan pemuda, umur, dan faktor-faktor lainnya
kesulitan pelepasan lahan, dan luas penguasaan yang tidak menjadi kajian utama pada penelitian
lahan keluarga, diuji dengan menggunakan uji ini. Hal ini mengindikasikan bahwa pengaruh
regresi. Hasil uji regresi menunjukkan bahwa faktor dari keempat faktor tersebut dominan terhadap
yang berpengaruh ada dua, yaitu tingkat sosialisasi keterlibatan para pemuda pada kegiatan pertanian.
orangtua dan tingkat kohesivitas teman sebaya Semakin tinggi atau kuat bertahannya dari faktor
(Tabel 2). tersebut, maka keterlibatan pemuda pada kegiatan
Pengaruh masing-masing variabel bisa dilihat persiapan lahan dan benih juga akan semakin kuat.
dari hasil perbandingan antara nilai t hitung dan t Namun, ketika faktor tersebut terabaikan, maka
tabel. T tabel diperoleh sebesar 2,77 dengan tingkat keterlibatan pemuda pada kegiatan persiapan lahan
probabalitas sebesar 0,05 dan derajat bebasnya 4. dan benih juga akan rendah.
Pengujian secara regresi akan menunjukkan nila Faktor yang ikut menentukan keterlibatan
t hitung. Jika t hitung lebih besar daripada t tabel, pemuda pada kegiatan persiapan lahan adalah
maka variabel tersebut berpengaruh, begitu juga kohesivitas teman sebaya. Keengananan pemuda
sebaliknya. Ketika variabel nilai t hitung lebih kecil untuk terlibat pada kegiatan persiapan lahan dan
daripada nilai t tabel, maka variabel yang sedang benih disebakan pandangan negartif pemuda
diuji dapat dikatakan tidak ber-pengaruh. Besarnya terhadap pekerjaan pada tahap ini. Pemuda
pengaruh suatu variabel, dapat dilihat dari nilai berpandangan bahwa pekerjaan pada tahap ini
signifikansi. Nilai signifikansi akan semakin bagus merupakan pekerjaan yang kotor. Mereka malu
ketika mendekati nilai 0 (nol). dilihat oleh teman-temannya ketika pulang dari
sawah dengan pakaian yang penuh lumpur sawah.
Faktor-faktor yang Menentukan Keterlibatan Rasa malu dan takut dijauhi dari pergaulan inilah
Pemuda pada Kegiatan Persiapan Lahan dan yang membuat pemuda enggan untuk terlibat pada
Benih tahapan ini.
Berbeda dengan teman sebaya, orang tua
Pengujian dengan model regresi juga dapat tidak berpengaruh terhadap keterlibatan pemuda
membantu dalam memperoleh nilai R Square (R²) pada kegiatan persiapan lahan dan benih. Pemuda
yang menunjukkan besarnya pengaruh dari keempat seringkali menolak permintaan orangtua untuk
variabel berpengaruh terhadap variabel terpengaruh. membajak sawah dengan alasan kesibukan sekolah
Angka R Square yang diperoleh adalah 0,606. dan pekerjaan pada sektor lain. Alasan ini cukup kuat
Ini berarti bahwa kontribusi pengaruh variabel karena pekerjaan pada sektor persiapan lahan dan
sosialisasi orangtua, kohesitas antar teman sebaya, benih menyita banyak waktu dan tenaga. Pemuda
kesulitan pelepasan lahan, dan luas penguasaan harus menyediakan beberapa hari untuk menekuni
lahan keluarga terhadap variabel tingkat keterlibatan kegiatan ini. Pekerajaan harus dimulai pagi hari dan
pemuda pada kegiatan persiapan lahan dan benih diakhiri pada sore harinya.
adalah sebesar 60,3% dan sisanya 39,7% merupakan Tingkat penguasaan lahan dan luas lahan juga
kontribusi pengaruh dari variabel lain seperti tingkat tidak berpengaruh terhadap keterlibatan pemuda pada

32
Jurnal Penyuluhan, Maret 2015 Vol. 11 No. 1

kegiatan persiapan lahan. Lahan tidak lagi menjadi dilakukan disela-sela waktu luang pemuda, baik
simbol lapisan sosial sehingga masyarakat sangat pagi atau sore hari.
mudah dalam memutuskan untuk menjual lahan Keengganan pemuda untuk bertani pada tahap
pertaniannya. Proses jual beli lahan sangat mudah. pemeliharaan juga dipengaruhi oleh kohesivitas
Transaksi jual beli lahan dapat dilakukan hanya teman sebaya. Hal ini ber-kaitan dengan kebiasaan
dalam waktu satu hari. Hal ini mengindikasikan pemuda Desa Purwabakti untuk bermigrasi setelah
bahwa telah terjadi memudarnya security land di masa tanam selesai. Mereka biasanya pergi ke kota
Desa Purwabakti. Hal ini berimplikasi pada luas untuk menjadi buruh bangunan rombongan. Selain
kepemilikan lahan yang semakin sedikit. Semakin itu, ada juga diantara mereka yang menjadi pedagang
sedikitnya luas penguasaan lahan keluarga, membuat kusen atau lemari keliling.
pemuda tidak memiliki pilihan selain bekerja pada
sektor lainnya di luar pertanian. Faktor-faktor yang Menentukan Keterlibatan
Pemuda pada Kegiatan Panen
Faktor-faktor yang Menentukan Keterlibatan
Pemuda pada Kegiatan Pemeliharaan Berbeda dengan keterlibatan pada kegiatan
persiapan lahan dan benih serta kegiatn pemeliharaan,
Nilai R Squere untuk pengaruh sosialisasi pengaruh sosialisasi orangtua, kohesitas dengan
orangtua, kohesitas dengan teman sebaya, kesulitan teman sebaya, kesulitan pelepasan lahan, dan luas
pelepasan lahan, dan luas penguasaan lahan keluarga penguasaan lahan keluarga terhadap variabel tingkat
terhadap variabel tingkat keterlibatan pemuda keterlibatan pemuda pada kegiatan panen memiliki
pada kegiatan pemeliharaan adalah sebesar 62,4%, nilai R Square yang rendah yaitu sebesar 25,3%.
sedangkan 37,6% sisanya merupakan pengaruh dari Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh dari keempat
variabel lainnya diluar keempat variabel tersebut faktor tersebut terhadap keterlibatan pemuda pada
seperti tingkat pendidikan pemuda, umur, dan faktor- kegiatan pertanian cukup kecil. Dengan kata lain,
faktor lainnya yang tidak menjadi kajian utama pemuda akan tetap melakukan kegiatan panen tanpa
pada penelitian ini. Sebagaimana telah disinggung adanya pengaruh dari keempat faktor tersebut. Salah
pada identifikasi keterlibatan pemuda pada kegiatan satu faktor diluar kajian penelitian yang membuat
persiapan lahan dan benih, keterlibatan pemudanya keterlibatan pemuda pada kegiatan panen tetap
ternyata sangatlah rendah dibandingkan dengan tinggi adalah kuatnya tradisi panen raya. Ketika
keterlibatan pada kegiatan persiapan lahan dan benih musim panen tiba, masyarakat akan bersama-sama
dan panen. Maka bisa disinyalir bahwa telah terjadi panen ke sawah. Semua anggota keluarga dilibatkan
pengabaian pemanfaatan keempat faktor tersebut pada kegiatan ini, mulai dari anak-anak sampai
dalam usaha meningkatkan keterlibatan pemuda orang dewasa. Kebiasaaan tersebut selalu dibangun
pada kegiatan pemeliharaan. Bisa saja karena teman sehingga ketika mereka dewasa pun tetap mau
yang membawa pengaruh negatif terhadap pemuda, mengikuti panen.
dalam konteks pertanian, sehingga mereka tidak Nilai R Square tersebut diperkuat dengan
mau lagi bertani, atau karena sistem nilai dan proses hasil pengujian regresi bahwa tidak ada satu pun
pelepasan lahan yang semakin mudah sehingga faktor yang berpengaruh terhadap keterlibatan
banyak pemuda yang tidak mau bertani. pemuda pada kegiatan panen. Tradisi panen raya
Faktor-faktor yang mempengaruhi keterlibatan masih sangat kuat dimasyarakat. Hal ini merupakan
pemuda pada kegiatan pemeliharaan ada dua, yaitu salah satu berwujudan dari rasa syukur dan suka cita
tingkat sosialisasi orangtua dan kohesivitas teman atas hasil panen yang diperoleh. Oleh karena itu,
sebaya. Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, keterlibatan pemuda pada kegiatan ini tetap tinggi
pemuda yang tidak mau bertani, biasanya beralasan walaupun sosialisasi orangtuanya tinggi ataupun
sekolah dan bekerja pada sektor lain kepada rendah. Begitu juga dengan tingkat kohesivitas
orangtuanya. Namun, alasan ini tidak berlaku karena teman sebaya, tingkat kesulitan pelepasan lahan,
pekerjaan pada kegiatan pemeliharaan tergolong dan luas penguasaan lahan keluarga. Tinggi
pekerjaan yang tidak membutuhkan banyak tenaga rendahnya frekuensi dari variabel tersebut, tidak
dan memakan waktu lama. Pekerjaan ini bisa memiliki pengaruh terhadap keterlibatan pemuda

33
Jurnal Penyuluhan, Maret 2015 Vol. 11 No. 1

pada kegiatan panen. sesuai dengan yang diharapkan dan tidak mampu
memenuhi kebutuhan.
Korelasi Bentuk Keterlibatan Pemuda Berbeda dengan tingkat kelayakan ekonomi,
pada Kegiatan Pertanian dengan Pertanian pemuda menilai bahwa lahan di desanya memiliki
Berkelanjutan tingkat kelayakan ekologi yang tinggi. sebanyak
78,33% responden menyatakan bahwa profesi
Terwujudnya sistem pertanian berkelanjutan sebagai petani memiliki tingkat kelayakan ekologi
memiliki tiga indikator utama yaitu kegiatan yang tinggi, sebanyak 15% menyatakan bahwa
pertanian yang dilakukan dapat menjanjikan secara sektor pertanian memiliki tingkat kelayakan ekologi
ekonomi, lahan yang digunakan dapat tetap terjaga sedang, dan 6,67% memiliki pandangan bahwa
kesuburannya, dan juga kegiatan pertanian tersebut pertanian memiliki tingkat kelayakan ekologi yang
bisa diterima oleh masyarakat sebagai salah satu rendah. Pada dasarnya, lahan pertanian di Desa
mata pencaharian yang layak dan tidak memalukan Purwabakti merupakan lahan yang subur tetapi
(Tabel 3). Tabel 3 menunjukkan pandangan pemuda praktek pertanian selama ini yang menggunakan
mengenai pertanian yang berkelanjutan di desanya, pestisida dan pupuk kimia, telah merusak struktur
baik dari aspek ekonomi, ekologi, mau pun sosial. tanah. Akibatnya penghasilan pertanian semakin
Pada aspek kelayakan ekonomi, sebanyak 13,33% hari semakin menurun. Responden mengakui
responden menyatakan bahwa profesi sebagai petani bahwa kegiatan pertanian yang dilakukan akan
memiliki tingkat kelayakan ekonomi yang tinggi, membuat lahan tetap subur dibandingkan dibiarkan
sebanyak 43,33% menyatakan bahwa pertanian terbengkalai begitu saja. Ada beberapa lahan di Desa
memiliki tingkat kelayakan ekonomi sedang, dan Purwabakti yang dibiarkan ditumbuhi tanaman liar.
43,33% juga memiliki pandangan bahwa pertanian Responden berpendapat bahwa pemanfaatan lahan
memiliki tingkat kelayakan ekonomi yang rendah. untuk pertanian justru menjaga kelestarian lahan.
Hal ini merupakan realitas yang ada di Purwabakti. Berbagai hewan seperti cacing, belalang, kumbang,
pertanian dianggap sebagai pekerjaan yang tidak masih bisa ditemukan dengan mudah di lahan
menjanjikan secara ekonomi. Kebanyakan pemuda pertanian penduduk. Hewan-hewan tersebut akan
yang bermatapencaharian sebagai petani memiliki menjaga kesuburan lahan dan membantu proses
penghasilan yang rendah sedangkan pekerjaannya penyerbukan padi. Tanaman yang bisa tumbuh di
menyita banyak waktu dan tenaga. Sebelum bertani, Desa Purwabakti juga tidak terbatas pada tanaman
mereka masih sering berkumpul sekedar untuk padi saja. Berbagai tanaman lain seperti cabe, sayur-
berbincang di warung kopi. Tetapi setelah bertani, sayuran, dapat tumbuh dengan subur dengan hasil
mereka sudah mulai jarang berkumpul karena yang tinggi. Hal ini semakin membuktikan bahwa
kelelahan setelah bertani, dan hasil yang diperoleh kondisi ekologi lahan di Desa Purwabakti masih
tidak seberapa. Teman-temannya yang bertani sangat terjaga.
tetap kesulitan dalam masalah keuangan, sehingga Senada dengan kelayakan ekologi, pemuda
tidak mengherankan jika pemuda meninggalkan berpendapat bahwa pertanian masih diterima sebagai
pertanian. tidak ada yang mau mengalami kesulitan mata pencaharian yang layak oleh masyarakat.
keuangan seperti halnya yang dialami oleh teman- Sebanyak 70% responden menyatakan bahwa
temannya yang bertani. profesi sebagai petani memiliki tingkat kelayakan
Hal yang bertolak belakang disampaikan sosial yang tinggi, sebanyak 21,67% menyatakan
oleh salah seorang ketua RT dan sekaligus sebagai bahwa pertanian memiliki tingkat kelayakan sosial
inisiasi pertanian di Desa Purwabakti, yang sedang, dan 8,33% memiliki pandangan bahwa
menyatakan bahwa pertanian masih menjanjikan pertanian memiliki tingkat kelayakan sosial yang
secara ekonomi, dengan syarat kegiatan pertanian rendah. Sebagai salah satu desa yang sejak dahulu
harus dilakoni dengan penuh kesungguhan. Namun, telah menggeluti dunia pertanian, kehidupan ala
kebanyakan pemuda menjadikan pertanian hanyalah petani seperti kerja berkelompok, saling membantu,
sebagai pekerjaan sampingan sehingga perhatiannya dan juga bergotong royong, dapat ditemukan dalam
tidak terfokus pada peningkatan hasil pertanian. kehidupan sehari-hari masyarakat Desa Purwabakti.
Tidak mengherankan jika hasil yang diperoleh tidak Sebagai petani, mereka harus memulai menanam

34
Jurnal Penyuluhan, Maret 2015 Vol. 11 No. 1

pada masa yang sama, dan akan panen pada saat yang sebelum masa tanam dimulai. Kegiatan ini dinilai
bersamaan pula. Hal ini dilakukan agar hama bisa sebagai pekerjaan yang kotor dan kuno bagi pemuda.
terkendali. Jika masa tanam tidak dilakukan dengan Banyak teman-temannya yang tidak mau terlibat
serempak, maka populasi hama akan membesar pada kegiatan pertanian. Oleh karena itu, banyak
karena persediaan makanannya selalu ada sepanjang pertimbangan sekali pertimbangan yang membuat
tahun. Walaupun mata pencaharian masyarakat pemuda mau terlibat atau pun meninggalkannya,
sudah mulai bergeser meninggalkan sektor pertanian, terutama masalah sektor ekonomi. Sebanyak 43,33%
namun kehidupan sosial ala masyarakat pertanian pemuda berpandangan bahwa sektor pertanian tidak
masih bisa ditemukan dalam kehidupan masyarakat layak secara ekonomi. Pendapatan yang diperoleh
Desa Purwabakti. Oleh karena itu, masyarakat Desa dari kegiatan pertanian, tidak mampu memenuhi
Purwabakti masih menganggap pertanian sebagai kebutuhan primer dan sekunder. Penghasilan yang
pekerjaan yang layak dipertahankan sehingga diperoleh ketika bertani pada tahap persiapan lahan
pemuda yang bekerja sebagai petani pun tidak dan benih cenderung rendah jika dibandingkan
dianggap rendah oleh masyarakat. dengan penghasilan pada kegiatan pertanian pada
tahap lainnya. Waktu yang dibutuhkan untuk
Hubungan Keterlibatan Pemuda pada Kegiatan mempersiapkan lahan dengan ukuran 1 gedeng
Pertanian dengan Pertanian Berkelanjutan (gedeng merupakan satuan pennghituan padi di
Desa Purwabakti. Pengukuran 1 gedeng setara
Telah dijelaskan pada bagian pembahasan dengan 10 liter padi. Benih yang dibutuhkan untuk
sebelumnya, keterlibatan pemuda pada setiap tahapan menanam 1.500 m2 adalah 1 gedeng) benih adalah
kegiatan pertanian sangatlah berbeda tergantung 2 hari. Setiap harinya diberikan upah sebesar Rp
dengan faktor-faktor yang ikut mempengaruhinya. 25.000. Hasil jerih payah selama dua hari hanya
Keterlibatan para pemuda pada kegiatan pertanian mendapatkan upah sebesar Rp 50.000. Hal inilah
diharapkan akan dapat memberikan sumbangsih yang menyebabkan pemuda semakin enggan untuk
terhadap pertanian berkelanjutan di desa tersebut. terlibat pada kegiatan persiapan lahan dan benih.
Oleh karena perlu dikaji hubungan antara keterlibatan Keterlibatan pemuda pada rangkaian kegiatan
pemuda pada kegiatan pertanian dengan pertanian pemeliharaan berhubungan kuat dengan pertanian
berkelanjutan. Hubungan tersebut bisa diperoleh berkelanjutan pada aspek kelayakan ekonomi,
dengan melakukan uji korelasi rank Spearman sedangkan dengan aspek kelayakan ekologi dan
(Tabel 4). sosial berhungan lemah. Kebiasaan pemuda Desa
Semua faktor yang telah diuji berhubungan Purwabakti untuk pergi merantau setelah masa tanam
dengan pertanian berkelanjutan di Desa Purwabakti. selesai, mengakibatkan pemuda sangat enggan
Kuat lemahnya hubungan dilihat dari nilai koefisien untuk terlibat pada tahapan ini. Mereka merantau
korelasi bahwa keterlibatan pemuda pada tahapan untuk bekerja sebagai buruh bangunan rombongan.
kegiatan persiapan lahan memiliki hubungan Oleh karena itu, mereka akan membandingkan
yang kuat dengan kelayakan ekonomi, namun penghasilan yang diperoleh pada kegiatan pertanian
berhubungan lemah dengan kelayakan ekologi dan dengan penghasilan yang diperoleh pada saat
sosial. Begitu juga dengan keterlibatan pemuda mereka merantau dan bekerja pada sektor lain.
pada tahapan kegiatan pemeliharaan lahan yang Penghasilan yang dinilai lebih sedikit dan belum
berhubungan kuat dengan kelayakan ekonomi dan mampu memenuhi kebutuhan, membuat kebiasaan
berhubungan lemah dengan kelayakan ekologi merantau ini tetap bertahan sampai saat ini.
dan sosial. Namun, hubungan antara keterlibatan Ada dua hal yang menarik yang terdapat
pemuda pada kegiatan panen, berhubungan lemah pada hasil pengujian rank spearman. Pertama,
dengan pertanian berkelanjutan di Purwabakti. keterlibatan pemuda pada kegiatan panen sama
Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, berhubungan lemah dengan pertanian berkelanjutan,
kegiatan persipan lahan membutuhkan banyak baik kelayakan ekonomi, ekologi, ataupun sosial.
waktu dan tenaga dibandingkan dengan kegiatan Kuatnya tradisi panen raya membuat pemuda tetap
pada tahapan lainnya. Pemuda harus membajak mau mengikuti rangkaian kegiatan panen. mereka
sawah, meratakan, serta mempersiapkan benih tidak begitu mempermasalahkan penghasilan yang

35
Jurnal Penyuluhan, Maret 2015 Vol. 11 No. 1

diperoleh pada kegiatan ini. Kedua, keterlibatan pada sektor pertanian atau pun di luar pertanian.
pemuda pada kegiatan pertanian berhubungan lemah Pemuda enggan bertani karena penghasilan yang
dengan kelayakan ekologi dan sosial. Lemahnya diperoleh jauh lebih sedikit dibandingkan pekerjaan
hubungan ini menunjukkan bahwa para pemuda pada sektor lain di luar pertanian.
desa mulai mengabaikan kesuburan lahan dan Atas dasar kesimpulan di atas, maka saran
pandangan masyarakat mengenai pertanian. Pemuda penelitian diperuntukkan bagi orangtua, pemuda,
berpandangan bahwa terlibat atau tidaknya dia pada pemerintah, dan akademisi sebagai berikut: pertama,
rangkaian kegiatan pertanian, tidak akan berpengaruh orangtua berpengaruh terhadap keterlibatan pemuda
terhadap kesuburan lahan di Desa Purwabakti. Hal pada kegiatan pemeliharaan. Oleh karena itu,
ini tentu saja merupakan pandangan yang salah, perlu adanya perhatian yang besar dari orangtua
kesuburan lahan akan rusak ketika dibiarkan tidak dalam mensosialisasikan pertanian kepada pemuda
ditanami dan dirawat dengan baik. Begitu juga dengan cara mengajak anak-anaknya untuk bertani.
dengan pandangan para pemuda terhadap kegiatan Pembelajaran dengan cara mengajak anak-anak
pertanian. semakin enggannya pemuda untuk untuk terlibat langsung pada kegiatan pertanian,
bertani, akan memungkinkan bergesernya pendapat akan membuat pengetahuan pemuda mengenai
masyarakat mengenai pertanian. saat ini masyarakat cara bercocok tanam menjadi lebih banyak dan
masih menganggap pertanian sebagai pekerjaan aplikatif. Mengingat besarnya pengaruh teman
yang layak, akan sangat memungkinkan beberapa sebaya terhadap keterlibatan pemuda pada kegiatan
tahun yang akan datang, masyarakat menganggap pemeliharaan, maka orangtua juga diharapkan bisa
pertanian sebagai pekerjaan yang kotor dan tidak membatasi pergaulan pemuda sehingga pemuda
layak karena pertanian menjadi sesuatu hal yang tidak terkontaminasi hal-hal yang buruk dari
asing bagi pemudanya. lingkungan dan teman-temannya. Modal sosial
yaitu orangtua dan teman sebaya bisa dimanfaatkan
Kesimpulan untuk meningkatkan keterlibatan pemuda pada
kegiatan pertanian. Namun, cara yang dilakukan
Keterlibatan pemuda pada kegiatan pertanian oleh orangtua dalam mempengaruhi anak-anaknya
semakin menurun, terutama pada tahapan persiapan harus dirubah. Proses mempengaruhi teidak hanya
lahan, benih, dan pemeliharaan. Keterlibatan didasarkan kepada nilai-nilai materialisme, tetapi
pemuda pada kegiatan panen sangat tinggi karena justru memasukkan nilai-nilai sejarah pertanian
adanya tradisi panen raya, yang mengajak semua dan kecintaan pada profesi sebagai petani. Kedua,
anggota keluarga untuk bersuka cita panen di sawah White (2011) menjelaskan bahwa pertanian
keluarga. Keengganan pemuda untuk terlibat pada merupakan salah satu jenis pekerjaan yang mampu
kegiatan pertanian erat kaitannya dengan pengaruh menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar.
sosialisasi orangtua dan kohesivitas teman sebaya; Namun, hasil penelitian yang menunjukkan bahwa
4) pelaksanaan security land sudah mulai memudar keterlibatan pemuda pada kegiatan pertanian yang
sehingga transaksi jual beli lahan bisa dilaksanakan semakin menurun. Akibatnya, indeks pengangguran
dalam waktu yang singkat; 5) memudarnya security usia produktif semakin meningkat. Oleh karena
land membuat kepemilikan lahan semakin sedikit itu, pemuda diha-rapkan terlibat pada kegiatan
karena seringkali dijual ketika pemiliknya mengalami pertanian dan bagi pemuda yang telah terlibat pada
kesulitan ekonomi; 6) pemuda mengasumsikan bahwa kegiatan pertanian, diharapkan untuk menularkan
penghasilan yang diperoleh pada kegiatan pertanian semangatnya kepada pemuda lainnya untuk bertani.
tidak mampu memenuhi kebutuhan primer dan Ketiga, pemerintah diharapkan dapat membentuk
sekundernya; 7) pemuda berpandangan bahwa sebuah media untuk pendekatan pertanian yang
kelayakan ekologi atau kesuburan lahan di lahan ditujukan bagi pemuda. Seba-gaimana dijelaskan
pertanian sawah di desa purwabakti, masih tergolong pada Undang-Undang No. 19 Tahun 2013 tentang
subur saat ini dan beberapa tahun yang datang; 8) Perlindungan dan Pemberdayaan Petani, pemerintah
pemuda berpandangan bahwa masyarakat desa harus menyediakan fasilitas pendidikan formal dan
masih menerima pertanian sebagai pekerjaan yang informal yang berkelanjutan untuk peningkatan
layak. Tidak ada perbedaan pemuda yang bekerja kemampuan petani. Tindakan ini diharapkan

36
Jurnal Penyuluhan, Maret 2015 Vol. 11 No. 1

akan memunculkan kesadaran pemuda akan Pertanian berkelanjutan oleh Petani di kabupaten
pentingnya pertanian. Selain itu, pemerintah harus kulon Progo. Ilmu-ilmu Pertanian. 3(2): 144-
bisa mengorganisir orangtua untuk meningkatkan 155. [Internet]. [dapat diunduh dari: http://
sosialisasi mengenai pertanian kepada anak- stppyogyakarta.com].
anak mereka, yang didukung dengan pemberian Notohaprawiro T. 2006. Pembangunan pertanian
insentif modal serta jaminan pemasaran dengan berkelanjutan dalam konntek globalisasi
cara menetapkan harga minimum hasil pertanian. dan demokratisasi ekonomi. Ilmu Tanah dan
Keempat, bagi akademisi, penelitian ini telah Lingkungan. 6(2): 137-142. [Internet]. [diunduh
menganalisis mengenai faktor yang mempengaruhi 27 Maret 2013].
keterlibatan pemuda pada kegiatan pertanian, yaitu Nugraha YA. 2012. Hubungan orangtua, media
sosialisasi orangtua, kohesivitas teman sebaya, massa, dan teman dengan sikap pemuda terhadap
kesulitan pelepasan lahan, dan luas penguasaan pekerjaan di bidang pertanian (kasus pemuda
lahan keluarga. Pengaruh faktor-faktor tersebut di Cipendawa dan Sukatani, Kecamatan Pacet
sangat dominan, namun tentunya ada faktor lain Kabupaten Cianjur). [tesis]. Bogor (ID): Institut
yang mempengaruhi keterlibatan pemuda pada Pertanian Bogor.
setiap tahap kegiatan pertanian. Oleh karena itu, Priyatno D. 2013. Mandiri belajar analisis dengan
diharapkan adanya penelitian lanjutan mengenai SPSS. Yogyakarta (ID): MediaKom.
faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi [UU] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
keterlibatan pemuda pada kegiatan pertanian, seperti 19 Tahun 2013 Tentang Perlindungan dan
adat istiadat, sejarah kejayaan pertanian masa lalu, Pemberdayaan Petani. Republik Indonesia
serta kajian-kajian lainnya terkait dengan pemuda [UU] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
dan pertanian di Indonesia. 40 Tahun 2009 Tentang Kepemudaan. Republik
Indonesia
Daftar Pustaka Singarimbun M, Effendi S. (editor). 2008. Metode
Penelitian Survai. Jakarta (ID): LP3ES
Ashari S. 2007. Pembangunan pertanian Vellema S. 2011. Transformation and sustainability
berkelanjutan melalui kemitraan usaha. Litbang in agriculture: Connecting practice with
Pertanian. 26(4): 123-130. [Internet]. [dapat social theory. Wageningen [NL]: Wageningen
diunduh dari: http://pustaka.litbang.go.id]. Academic Publishers.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Statistik pemuda White B. 2011. Who will own the countryside?
indonesia. Jakarta (ID): BPS dan Ditjen PLS dispossession, rural youth and the future
Depdiknas. of farming. International Institute of Social
Hariadi SS. 2008. Urgensi pembangunan pedesaan Studies. [Internet]. [dapat diunduh dari: http://
dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional. pustaka.litbang.go.id
Ilmu-ilmu Pertanian. 4(2): 137-142. [Internet]. Yennetri E. 1998. Faktor-faktor yang mempengaruhi
[dapat diunduh dari: http://stppyogyakarta. kesempatan kerja dan transformasi tenaga kerja
com]. dari sektor pertanian ke sektor non pertanian
Herlina. 2002. Orientasi nilai kerja pemuda pada di Sumatera Barat. [tesis]. Bogor (ID): Institut
keluarga petani perkebunan (studi kasus Pertanian Bogor. 182 hal.
pada masyarakat perkebunan teh rakyat di
Sukajembar, Kecamatan Sukanegara, Kabupaten
Cianjur, Jawa Barat). [tesis]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Hidayat T. 2010. Kontestasi sains dan pengetahuan
lokal petani dalam pengelolaan lahan rawa
pasang surut Kalimantan Selatan. [tesis].
Wageningen [NL]: Wageningen Academic
Publishers.
Untari et al. 2007. Implementasi Prinsip-Prinsip

37

You might also like