You are on page 1of 11

10/17/2021

ANALISIS PSIKOLOGI LINTAS BUDAYA


Minoritas Suku Indonesia Di Jabotabek &
Minoritas Etnis Asing di Jabotabek
Dosen : Dr Catur Prasetyo. M.Si

Kelompok Satu

RR Baiduri 2165290014
Deira Razzaaq 2165290015
Natasha Stephana C 2165290013
Ronald Listio 2165290007
PROGRAM STUDI MAGISTER PSIKOLOGI UPI Y.A.I
Ronald Listio
Minoritas Suku Indonesia Di Jabotabek & Minoritas Etnis Asing di Jabotabek

Kuliner Suku Minahasa Di Jabotabek & Komunikasi Lintas Budaya Etnis

India,Etnis China Serta Pribumi

A. Minoritas Suku Indonesia Di Jabotabek

Kesukuan biasanya digunakan sebagai latar depan dalam wacana-wacana mengenai


identitas kolektif di Minahasa. Ketegangan politis dan agama, bahkan aksi-aksi kekerasan
yang terjadi di provinsi-provinsi tetangga dan di daerah-daerah lain Indonesia menambah
pengidentifikasian dan pembedaan berdasar- kan suku. Makanan, bahan makanan, dan cara
makan memegang posisi penting dalam wacana mengenai kebudayaan Minahasa dan adat
lokal. Meskipun saya tahu bahwa makanan dan aktivitas makan juga relevan dalam semua
masyarakat dan tradisi kebudayaan, saya berpendapat bahwa keadaan Minahasa berbeda. Di
sana, makanan menjadi penanda utama kebudayaan dan identitas.

Kebanyakan orang di Minahasa dan di wilayah lain seperti Jabotabek mengakui


keberadaan sesuatu yang dapat disebut ’makanan Minahasa’: bumbu dan hidangan yang
dianggap merupakan kekhasan dan mewakili keseluruhan wilayah dan karenanya
mengandung elemen ’kebudayaan Minahasa. Kenyataan ini membawa kita kembali pada
pertanyaan berikut: apakah makanan (khas) Minahasa di mata orang Minahasa sendiri
dan orang luar? Menarik bahwa ternyata kedua pihak tersebut memiliki pendapat yang
sama, setidaknya untuk penggolongan yang tidak terlalu mendalam. Tiga hal yang paling
sering disebut sebagai ciri makanan Minahasa adalah sebagai berikut ini:

 penggunaan cabai (rica) dalam jumlah yang sangat banyak;


 kegemaran pada daging anjing atau daging binatang hasil buruan;
 rebusan sayuran yang disebut tinutuan.

Rasa Perbedaan Rasa Penolakan - Rasa Kekuasaan


Secara antropologis diakui bahwa ’rasa’ bukan hanya tergantung pada
indera pengecapan dan kemampuan yang diperoleh sejak lahir, tetapi merupakan
sesuatu yang diperoleh melalui proses sosialisasi (antara lain Caplan 1997; Macbeth
1997; Scholliers 2001). Kesukaan dan ketidaksukaan sehubungan dengan makanan
dan minuman, seperti banyak hal lainnya, dibentuk oleh pengalaman dalam lingkungan
sosial tertentu. Makna dan asosiasi sosial dan kultural yang terkait pada berbagai jenis
makanan sangat mempengaruhi sikap ’pribadi’ terhadap sumber makanan dan,
dengan selera. Hal-hal tersebut adalah determinan penting dalam pemilihan tentang
apa yang dapat dimakan dan tidak dapat dimakan, atau makanan lezat versus
makanan tidak enak.

B. Minoritas Etnis Asing di Jabotabek

Keberagaman di Indonesia sudah terlihat sejak dulu. Adanya dominasi etnis tertentu
di sebuah kampung menunjukkan Indonesia sangat beragam. Komunikasi dan interaksi yang
terjadi antara beberapa bangsa yang beragam akan tercipta komunikasi lintas budaya yang
menghasilkan asimilasi, akulturasi dan difusi bila tercipta keterbukaan, toleransi. Di
Jabotabek ini ada etnis yang sering kita jumpai yaitu India, China dan Pribumi. Komunikasi
memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Konteks komunikasi
lintas budaya, komunikasi berperan dalam mendukung terjadinya asmilasi dan akulturasi.
Manfaat komunikasi lintas budaya akan terlihat bila dalam sebuah wilayah terjadi pertemuan
antara pribumi dan pendatang. Dunia yang semakin menyusut, alasan ekonomi dan
sebagainya menuntut orang untuk menetap di sebuah wilayah tertentu. dalam sebuah wilayah,
sangat besar kemungkinan terjadi pertemuan antara penduduk asli dengan pendatang.

Interaksi penduduk asli dengan pendatang terjadi tidak hanya di kota kota besar seperti
Jakarta namun juga di daerah lain. Seperti di daerah jabotabek, bermukim berbagai bangsa
yang membuka ruang adanya Interaksi dan komunikasi yang terjadi antara penduduk asli dan
pendatang nantinya akan menghasilkan suatu kebudayaan baru.

Kisah-kisah kehadiran satu kaum di tengah-tengah kaum yang lain sebagai akibat dari
gerak migrasi penduduk sudah lama menjadi perhatian dan bahan kajian kalangan ilmuwan
sosial. Berkembangnya kota-kota besar dunia yang juga disesaki oleh migran dari pedesaan
maupun dari luar negeri bahkan telah lama menjadi arena para ilmuwan, khususnya
antropolog, untuk mempelajari proses-proses adaptasi kaum migran terhadap kehidupan di
perkotaan, gejala etnisitas dan kelas- kelas sosial di kota, urbanisme, dan juga masalah-
masalah kaum miskin di perkotaan (George Gmelch & Walter P. Zerner, 1980)
Komunikasi Lintas Budaya

Komunikasi secara singkat dapat di- artikan sebagai proses penyampaian pesan dari
suatu pihak ke pihak lainnya. Proses pertukaran pesan tersebut bisa dikatakan adalah salah
satu faktor penting dalam ke- hidupan manusia. Mungkin dulu, manusia hanya
berkomunikasi dengan sekitarnya dan secara geografis berjarak dekat. Namun, dengan
seiring kemajuan zaman, berbagai macam teknologi bermunculan. Hal tersebut
mengakibatkan manusia tidak lagi hanya berkomunikasi dengan ‘tetangga-tetanggan- ya’,
namun juga dapat berkomunikasi dengan manusia dari masyarakat lain di belahan dunia lain
pula. Proses ini yang disebut komunikasi lintas budaya. Definisi komunikasi lintas budaya
yaitu, suatu proses peralihan ide dari dua kebudayaan atau lebih, yang mengakibatkan
berkembangnya suatu kebudayaan, hancurnya suatu kebudayaan atau pelahiran budaya baru
(akulturasi). Pada zaman sekarang ini, kita sering sekali bertemu situasi dimana kita harus
ber- hadapan dengan suatu pihak yang memiliki kebudayaan yang berbeda dengan kita.
Begitu juga dengan orang lain yang bertemu orang lain juga dengan kebudayaan yang
tentunya lain pula.

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan


Bronislaw Malinowski mengemukakan tentang, Cultural-Determinism yang artinya bahwa
bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang
dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Kebudayaan sebagai hasil budi manusia, dalam hal
berbagai bentuk dan menifesta- sinya, dikenal sepanjang sejarah sebagai milik manusia yang
tidak kaku, melainkan selalu berkembang dan berubah dan membina manusia untuk
menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan kultural dan tantangan zaman tradisional
untuk memasuki zaman modern.

Manusia sebagai mahluk berakal dan berbudaya selalu berupaya untuk mengadakan
perubahan-perubahan. Dengan sifatnya yang kreatif dan dinamis manusia terus berevolusi
meningkatkan kualitas hidup yang semakin terus maju, ketika alamlah yang mengendalikan
manusia dengan sifatnya yang tidak iddle curiousity (rasa keinginantahuan yang terus
berkembang) makin lama daya rasa, cipta dan karsanya telah dapat mengubah alam menjadi
sesuatu yang berguna, maka alamlah yang dikendalikan oleh manusia. Masyarakat yang ada
di Jabotabek saat ini sudah mendapat pengaruh dari luar khususnya dalam hal ini adalah
kehidupan mereka sehari-hari. Akan tetapi, masyarakat daerah Jabotabek ini tidak sedikit telah
dipengaruhi sosial budaya dalam kehidupan sehari-hari masyarakat pribumi dan pendatang.
Setidaknya asimilasi akulturasi dan akulturasi sudah terjadi. Ini bisa dilihat antara lain:

1. Banyak anak banyak rejeki; ungkapan ini cukup familiar di Indonesia. Oleh karena itu,
ungkapan ‘Banyak anak banyak rezeki’ sangat cocok pada waktu itu untuk masyarakat
india, sehingga sampai sekarang ungkapan tersebut masih digunakan oleh pribumi dan
cina.

2. Pakaian; dari segi pakaian ini mungkin banyak terdapat pencampuran antara budaya
pribumi dengan india, dan orang india dengan pakaian khasnya, yaitu kain sari banyak
juga di gunakan oleh orang pribumi sebagai bahan untuk menjahit pakaian, begitu juga
dengan orang tamil sendiri, pakaian juga merupakan campuran kebudayaan yang sangat
lekat diantara masyarakat pribumi dan India dan cina.

3. Rumah; di zaman dulu, rumah orang india mempunyai ciri khas tersendiri mengenai
rumah, dengan adanya kuil kecil untuk sembahyang dan halaman yang lebar. Dengan
perubahan zaman dan makin sempit serta mahalnya lahan, maka konsep rumah yang
mempunyai halaman luas tidak dapat digunakan lagi di tengah kota kecuali mereka yang
mempunyai tanah yang cukup untuk membuat halaman yang lebar. Orang India sekarang
ini banyak terpengaruh oleh rumah toko dikarenakan mempunyai dwi fungsi selain untuk
berdagang juga digunakan sebagai tempat tinggal, sehingga dapat memanfaatkan ruang
yang ada demikian etnis cina pun mempunyai hal sama dilakukan (adanya tempat
sembayang).

4. Pada makanan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa makanan khas India yang di gunakan
juga oleh pribumi. Salah satu contoh, makanan khas India adalah kari, roti cane, martabak
serta kue-kue.
5. Upacara Nyepi yang dilaksanakan oleh umat Hindu Bali, merupakan perpaduan dari
kepercayaan upacara Hindu-Budha. Upacara tersebut tidak dilaksanakan oleh umat
Hindu di India. Hali ni bisa terjadi karena Sistem kepercayaan yang berkembang di
Indonesia sebelum agama Hindu-Budha masuk ke Indonesia adalah kepercayaan yang
berdasarkan pada Animisme dan Dinamisme. Perbedaaan-perbedaan tersebut dapat
Anda lihat dalam upacara ritual yang diadakan oleh umat Hindu atau Budha yang ada
di Indonesia yakni upacra Nyepi.

Analisa terkait Minoritas Suku Indonesia Di Jabotabek & Minoritas Etnis Asing di
Jabotabek

1. Cultural Shock
Cultural shock juga biasa disebut sebagai proses gegar budaya dan biasanya terjadi ketika
seseorang berada di lingkungan baru, baik itu pindah negara, ke luar kota, pindah rumah,
sekolah, kampus bahkan dalam organisasi perusahaan.

A. Cultur Shock Minoritas Suku Indonesia Di Jabotabek ?


Tradisi dan kebudayaan juga berasal dari makanan khas. Makanan ’khas’
Minahasa, yaitu hidangan yang menggunakan bahan dasar yang merupakan kekhasan
daerah tersebut dan masih terkait pada cara produksi dan konsumsi tradisional. Pada
umumnya, makanan khas Minahasa terdiri dari Ular, Kelelawar, Biawak (binatang
buruan). Dalam kehidupan dan interaksi sehari-hari, orang Minahasa kerap menggaris-
bawahi kebiasaan memakan hidangan tersebut sebagai penanda dominan perbedaan
mereka dengan komunitas non-Minahasa. Sedangkan di Jabotabek hidangan tersebut
termasuk dalam hidangan ekstrem yang membuat Suku Minahasa sebagai Minoritas.
B. Cultur Shock Minoritas Etnis Asing di Jabotabek ?
Terkadang ketika ingin berbicara terjadi miss communication, karena perbedaan
bahasa etnis yg digunakan. Hal ini terjadi mengingat Darwin merupakan keturunan
Tionghoa yg selalu menggunakan bahasa Hokkian. Sementara Mohan Selalu
menggunakan bahasa Indonesia dan India”. Berbicara tentang perbedaan biasanya dijumpai
pada bahasa non verbal: gelengan kepala artinya iya. Padahal kalau di Indonesia
menggelengkan kepala adalah tidak. Begitu pula karena di Indonesia bahasa juga memiliki
kasta (tingkat). Sering orang berbicara pada bahasa yang tidak sesuai tingkatan. Misal:
sapede – halus, kasar tene.
2. Emik & Etnosentrisme
Emik dan Etik Emik dan Etik adalah dua macam sudut pandang dalam etnografi yang cukup
mengundang perdebatan. Etnosentrisme merupakan suatu persepsi atau pandangan yang
dimiliki oleh masing- masing individu yang menganggap bahwa kebudayaan yang dimilikinya
lebih baik dari budaya lainnya atau membanggakan budayanya sendiri dan mengganggap
rendah budaya lain.

A. Emik & Etnosentrisme Minoritas Suku Indonesia Di Jabotabek ?


Kesukaan dan ketidaksukaan sehubungan dengan makanan dan minuman, seperti
banyak hal lainnya, dibentuk oleh pengalaman dalam lingkungan sosial tertentu. Makna
dan asosiasi sosial dan kultural yang terkait pada berbagai jenis makanan sangat
mempengaruhi sikap ’pribadi’ terhadap sumber makanan dan, dengan demikian, selera.
Hal-hal tersebut adalah determinan penting dalam pemilihan tentang apa yang dapat
dimakan dan tidak dapat dimakan, atau makanan lezat versus makanan tidak enak.
Kualitas-kualitas tersebut terutama diberi penekanan saat orang Minahasa membanding-
kan diri dengan orang di Jabotabek.
B. Emik & Etnosentrisme Minoritas Etnis Asing di Jabotabek ?
Sebagaimana keberadaan keturunan India di beberapa kota di Indonesia, telah
memberikan ruang pada terjadinya asmililasi, akulturasi serta difusi. Berikut penuturan Ari
Chandren Mohan, (21), pemuda anak ke-2 Raja Mohan Chetyar yang belum lama tinggal
di Jakarta. Pemuda yang memiliki marga Chettyar (salah satu marga di India) - termasuk
suku Aria di India Selatan. Menurut Mohan, beberapa marga di India identik dengan
profesi tertentu misal: Tamil - naidu ------ tukang gosok (tukang setrika), Tamil – Pillay --
----tukang sapu, Tamil – Chetyar -----kasta yang berhubungan dengan duit seperti bankir,
rentenir, dagang.

3. Kasus Stereotipe
Menurut Myers stereotip adalah suatu bentuk keyakinan yang dimiliki oleh seseorang atau
suatu kelompok tentang atribut personal yang ada pada kelompok tertentu.. Stereotipe adalah
penilaian terhadap seseorang hanya berdasarkan persepsi terhadap kelompok di mana orang
tersebut dapat dikategorikan. Stereotipe merupakan jalan pintas pemikiran yang dilakukan
secara intuitif oleh manusia untuk menyederhanakan hal-hal yang kompleks dan membantu
dalam pengambilan keputusan secara cepat. Namun, stereotipe dapat berupa prasangka positif
dan juga negatif, dan kadang-kadang dijadikan alasan untuk melakukan tindakan diskriminatif.
Sebagian beranganggapan bahwa segala bentuk stereotipe adalah negatif.

A. Kasus Stereotipe Minoritas Suku Indonesia Di Jabotabek ?


Tiga hal yang paling sering disebut sebagai ciri makanan Minahasa adalah sebagai berikut
ini:
• penggunaan cabai (rica) dalam jumlah yang sangat banyak;
• kegemaran pada daging anjing atau daging binatang hasil buruan;
• rebusan sayuran yang disebut tinutuan.
Banyak orang di Jabotabek menganggap penggunaan cabai yang berlebihan (tentu dari
sudut pandang mereka) oleh orang Minahasa sebagai bukti kesombongan dan
kecenderungan untuk pamer. Karakteristik kedua lebih sulit diterima orang di luar
Minahasa: dihidangkan- nya potongan daging binatang buruan, biawak,ular atau kelelawar
di meja makan. Semakin yang lain (Others) terlihat terkejut dengan menu yang ’aneh’
tersebut dan semakin mereka menjauhi kebiasaan tersebut—bahkan secara fisik—,
semakin tuan rumah Minahasa mereka menawarkan hidangan tersebut sebagai ’kekhasan’
dan mendesak para tamu untuk juga menyantapnya.
B. Kasus Stereotipe Minoritas Etnis Asing di Jabotabek ?
Tentunya, perbedaan masyarakat berarti perbedaan kebudayaan, yang bila ditelaah
lebih dalam berarti perbedaan cara bertingkah laku, perbedaan pandangan, perbedaan
sistem kepercayaan, dan se-bagainya. Hal inilah yang jadi inti kajian ilmu komunikasi lintas
budaya. Singkatnya, alasan mengapa kita harus mempelajari ilmu komunikasi lintas
budaya, agar tidak terjadi kesalahpahaman di suatu pihak yang akhirnya bisa
mengakibatkan konflik. Sementara itu di Jakarta, etnis India banyak di jumpai di daerah
pusat perbelanjaan Tanah Abang serta Pasar Baroe. Mayoritas mereka menjadi pedagang
berupa kain atau baju khas India begitu pun dengan etnis cina. Pemukiman mayoritas
keturunan etnis India di Jakarta tidak dijumpai, namun etnis cina kita bisa tahu dijakarta ini
ada beberapa lokasi seperti Pecinan, daerah glodok, manga besar.
4. Hal Menarik Yang Perlu di Teliti Terkait Suku & Etnis Minoritas
A. Hal yang menarik dari Minoritas Suku Indonesia Di Jabotabek ?
Setiap suku-suku Minoritas di Jabotabek termasuk Suku Minahasa memiliki
berbagai tradisi dan budaya yang pelaksanaannya memiliki arti atau makna. Dari sisi
makanan khas Minahasa, Tiga hal yang paling sering disebut sebagai ciri makanan
Minahasa adalah sebagai berikut ini:
• penggunaan cabai (rica) dalam jumlah yang sangat banyak;
• kegemaran pada daging binatang hasil buruan;
• rebusan sayuran yang disebut tinutuan.
Kedua kategori pertama, yaitu cabai dan daging hewan buruan, menunjukkan pertalian
simbolis yang spesial, meskipun dari segi biologi dan nutrisi, kedua hal tersebut sangat
berbeda. Jenis daging yang disebut di atas biasanya diolah dengan jumlah cabai yang
’berlebihan’ dan karenanya, tidak mengherankan, dianggap makanan ’panas’ dan
selanjutnya, ’jantan’. Pengkonsumsian makanan berempah, ’panas’ dan mengandung
bahaya merupakan kesempatan bagi pria Minahasa untuk menunjukkan keberanian dan
kekuatan mereka, tidak hanya terhadap orang Minahasa sendiri, tetapi juga terhadap
Yang Lain. Kualitas-kualitas tersebut terutama diberi penekanan saat orang Minahasa
membandingkan diri dengan orang Indonesia lain dan mengidentifikasi diri dengan
nenek moyang yang berani dan, menurut narasi lokal, tidak gentar menghadapi
ancaman serbuan dari luar.
B. Hal Yang Menarik Minoritas Etnis Asing di Jabotabek ?

Dalam sebuah wilayah, interaksi antara pribumi dan pendatang selalu akan terjadi.
Komunikasi sangat memegang peranan dalam terjadinya proses interaksi. Tanpa
komunikasi interaksi tidak mungkin terjadi. Interaksi yang terjadi antara pribumi dan
pendatang sangat memungkinkan terjadinya pertukaran budaya. Kehadiran etnis India,
Chinese di Jabotabek merupakan sebuah potret keberagaman di Indonesia. Beberapa etnis
berinteraksi dengan pribumi bukanlah tanpa adanya hambatan. Perbedaan latar belakang
budaya, kebiasaan serta bahasa dan adat istiadat sangat mungkin memunculkan
pertentangan serta hambatan. Interaksi yang terus menerus antara berbagai suku bangsa
dan etnis sangat memungkin terjadinya proses yang dinamakan asimilasi, akulturasi
bahkan difusi. Ke-3 proses tersebut sangat memungkinkan budaya pelaku komunikasi
menjadi saling dipertukarkan atau bahkan diiukuti serta bisa pula menghilang. Proses
asimilasi, akulturasi dan difusi banyak dilihat dari kebiasaan, budaya serta bahasa yang
sampai saat ini ada. Dalam sebuah interaksi, sangat mungkin terjadinya hambatan dalam
berkomunikasi. Namun hambatan akan bisa diatasi bila pelaku komunikasi saling terbuka,
toleransi dan saling menghargai

5. Konseling multikultural yang dikenal juga dengan konseling lintas budaya (cross-
culture counseling) merupakan salah satu bentuk konseling untuk dapat memahami klien
dengan latar belakang karakteristik yang berbeda-beda. Konseling
multikultural merupakan proses interaksi antara konselor dan konseli dengan latar
belakang budaya yang berbeda sehingga diperlukan pemahaman terhadap konsep dan
budaya lain terutama bagi konselor agar dapat memberikan bantuan secara efektif sesuai
perspektif budaya konseli.

A. Konseling Multikultural Minoritas Suku Indonesia Di Jabotabek ?


Para antropolog telah menyatakan bahwa makanan, lebih dari fenomena lain,
merupakan penanda ideal untuk ’kebudayaan’ atau ’tradisi’ tertentu (antara lain Counihan
dan Esterik 1997). Memasak dan makan tampaknya merupakan tindakan yang relatif aman
dan tidak provokatif guna menunjukkan keterlibatan (embeddedness) dan identitas
seseorang dalam kebudayaan tertentu. Walaupun begitu, jika kita menguak lapisan
permukaan asumsi ini, kita menyadari bahwa pemilihan dan pengkonsumsian bahan
makanan adalah, seperti halnya bentuk lain konsumsi, tindakan sosial dan bahkan
terkadang tindakan politis, yang signifikan.

B. Konseling Multikultural Etnis Asing di Jabotabek ?


Dari penjelasan ini dapat terlihat bagaimana pertemuan beberapa budaya bisa
menjadi sebuah akukturasi. Hal ini dapat terjadi bila :
• Kontak budaya dapat terwujud dalam situasi bersahabat atau situasi bermusuhan.

• Kontak budaya dapat terwujud antara kelompok yang menguasai dan dikuasai dalam
seluruh unsur budaya, baik dalam ekonomi, bahasa. teknologi. kemasyarakatan.
agama, kesenian, maupun ilmu pengetahuan dan kontak budaya dapat terwujud dalam
ketiga wujud budaya baik sistem budaya, sistem sosial, maupun unsur budaya fisik.

Sumber

Mulyana, Deddy dan Rakhmat, Jalaluddin (Eds.) Komunikasi Antar Budaya:

Panduan Berkomunikasi dengan Orang- orang Berbeda Budaya, PT Remaja Rosdakarya,


Bandung, 2001

Gudykunst, William B.(Ed) “Intercultural Communication Theory “ Beverly Hills,


Calivornia : Sage Publications, 1983

Liliweri, Alo. Gatra-gatra Komunikasi Antarbudaya, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2001

Graafland, N.
1991 (1898) Minahasa: Negri, Rakyat, dan Budayanya. Jakarta: Yayasan Parahita.

Caplan, P. (peny.)
1997 Food, Health and Identity. London: Routledge.

Counihan, C. dan P. van Esterik (peny.)


1997 Food and Culture: A Reader. London: Routledge.

Brillat-Savarin, J.A.
1825/26 The Physiology of Taste. (2 vols.) New York: Liveright.

Terima Kasih – Suksesv Selalu

You might also like