You are on page 1of 18

FILSAFAT PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH:

Tinjauan Historis dan Praksis

Mohamad Ali & Marpuji Ali


Dosen Al Islam & Kemuhammadiyahan UMS

ABSTRACT
O utstanding boarding school model or full day school has become
a must for Muhammadiyah and it becomes the best alternative for
general public to form the children’s personality in the middle of the
globalization culture so that there are more outstanding schools
emerging in big and small cities. There are three cases that want to be
achieved from the school models, that is, (1) the students’ bravery to
express themselves and their opinions, (2) motivation to exercise Islamic
teachings more strongly, (3) curiosity to understand and overcome
problems immediately. If Muhammadiyah wants to establish an
excellent school, it needs to formulate its philosophical education basis
framed with the purpose of national education and the concept of
science in Islam. It can also be media of Islamic missionary endeavor
(da’wah) .
Key words: full day school, philosophical Muhammadiyah education,
Islamic quality.

fe}. Islam should not only be seen from one aspect i.e. hudud {penal
law}. Islam is not the tenth or eleventh legal administration but Islam must
be comprehensively viewed from the developing eras. The maintenance of
Islamic laws in Indonesia has been going on. There are some government’s
laws based on Islamic laws, such as laws on zakat, mar

Filsafat Pendidikan Muhammadiyah: Tinjauan ... (Muhammad Ali dan Marpuji Ali) 123
PENDAHULUAN ke batas termurah, belum sanggup
menciptakan kultur islami yang
Prof. M. Yunan Yusuf, Ketua representatif, telah kehilangan
Majlis Pendidikan Dasar dan identitasnya, dan lebih kooperatif
Menengah (Dikdasmen) Muham- dengan kelompok penekan2. Berba-
madiyah Pusat periode 2000-2005, gai kritik tersebut tidak cukup
acapkali melontarkan wacana “Ro- dijawab hanya dengan perombakan
bohnya Sekolah Muhammadiyah” kurikulum, peningkatan gaji guru,
untuk menggambarkan betapa pembangunan gedung sekolah
rendahnya rata-rata kualitas dan ataupun pengucuran dana. Untuk
mutu sekolah yang diselenggarakan menyahuti dan menuntaskan prob-
Muhammadiyah1. Kritisi atas pendi- lem-problem itu harus ada kebe-
dikan Muhammadiyah juga muncul ranian untuk membongkar akar
berkenaan dengan belum tercermin- permasalahan yang sesungguhnya,
nya nilai-nilai Islam dalam perilaku yaitu karena belum tersedianya
warga sekolah, belum berhasil orientasi filosofis 3 pendidikan
menekan ongkos pendidikan sampai Muhammadiyah 4 dan teori-teori

1 Seperti biasa, dengan retorika berapi-api Prof. Yunan Yusuf berulang kali melemparkan
gagasan itu, misalnya dalam acara Diksuspala angkatan XV dan Workshop Sekolah Unggul
Muhammadiyah yang berlangsung tiga kali masing-masing di Jakarta, Yogyakarta dan
Surabaya sepanjang tahun 2004. Istilah ‘Robohnya Sekolah Muhammadiyah’ beliau pinjam
dari sasatrawan asal Minang, AA Nafis (2000) melalui karyanya yang berjudul ‘Robohnya
Surau kami’. Melalui cerpen ini Navis mengkritik kaum agamawan (para penganut agama,
terutama Islam) yang terlalu bersemangat untuk meraih surga di akhirat tapi melupakan
meraih “surga” di muka bumi ini melalui kerja-kerja kemanusiaan (menjalankan fungsinya
sebagai khalifah), sampai akhirnya surau itu roboh. Dengan meminjam istilah itu, secara
konotatif kemungkinan kritik itu diarahkan kepada warga Muhammadiyah yang berlomba-
lomba mendirikan sekolahan hanya bermodal ikhlas tanpa memperhatikan mutu/kualitas
dan standar kelayakan pendidikan sehingga begitu ada arus perubahan satu persatu sekolah-
sekolah Muhammadiyah rontok, kehabisan murid seperti yang terjadi belakangan ini.
Sedangkan secara denotatif, memang untuk menunjukkan bahwa bangunan gedung-gedung
sekolah Muhammadiyah rata-rata sudah menua, reot sehingga benar-benar mau roboh.
2 Kritik itu diutarakan oleh saudara Mahsun Suyuthi, “Filsafat Pendidikan Muhammadiyah
Kembali Tergugat” dlm M. Amien Rais, Pendidikan Muhammadiyah dan Perubahan Sosial.
Yogyakarta: PLP2M, 1985. hlm. 85-101.
3 Filsafat memang bukan hal yang mudah, namun di lain pihak dapat dikatakan bahwa
setiap orang berfilsafat karena ia merefleksikan banyak hal. Berfilsafat merupakan salah satu
kemungkinan yang terbuka bagi setiap orang, seketika ia mampu menerobos lingkaran kebiasaan
yang tidak mempersoalkan hal ikhwal sehari-hari. Pernyataan inklisifitas filsafat tersebut
disampaikan CA van Peursen, Orientasi di Alam Filsafat. Jakarta: Gramedia, 1980. hlm 1- 8.
4 Al-Syaibani menunjukkan beberapa kegunaan filsafat pendidikan dalam penyelenggaraan
lembaga pendidikan, yaitu: (1) untuk membentuk pemikiran yang sehat bagi para
penyelenggara dan pengelola terhadap proses pendidikan; (2) dapat membentuk azas yang
dapat ditentukan pandangan pengkajian yang umum dan yang khas; (3) untuk penilaian
pendidikan dalam arti yang menyeluruh; (4) menjadi sandaran intelektual atas tindakan-
tindakan dalam pendidikan; (5) memberi corak dan pribadi yang khas dan istimewa sesuai
dengan prinsip-prinsip Islam dan realitas sosial yang melingkunginya. Lihat Omar Mohammad
Al Tomy Al-sya’bani, Falsafah Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1979. hlm. 32-38.

124 Tajdida, Vol. 2, No. 2, Desember 2004: 123 - 140


pendidikan modern dan islami5. merupakan sumber utama masalah
Karena adakalanya keterbela- pendidikan di Muhammadiyah 7.
kangan sektor kependidikan suatu Bahkan Rusli Karim menengarai
bangsa atau suatu umat disebabkan bahwa kekosongan orientasi filosofis
tidak terutama oleh keterbelakangan ini ikut bertanggung jawab atas
infrastruktur yang mendukungnya penajaman dikotomi antara “ilmu-
tetapi oleh perangkat konsep yang ilmu keagamaan” dan “ilmu
mendasarinya6. umum”, yang pada giliran berikut-
Dalam usia Muhammadiyah nya akan melahirkan generasi yang
menjelang satu abad dengan jumlah berkepribadian ganda yang tidak
lembaga pendidikan mulai dari menutup kemungkinan justru akan
Taman Kanak-kanak sampai de- melahirkan “musuh” dalam selimut8.
ngan Perguruan Tinggi ribuan, Dengan demikian, sudah tinggi
adalah suatu yang aneh Muham- waktunya untuk bergegas mencoba
madiyah belum mempunyai filsafat menjajagi kemungkinan munculnya
pendidikan. Bagaimana mungkin satu alternatif rumusan pendidikan
kerja hiruk-pikuk pendidikan tanpa Muhammadiyah sebagai ikhtiar
satu panduan cita-cita yang jelas? meniti jalan baru pendidikan
Apalagi bila dikaitkan dengan Muhammadiyah.
upaya mendidik dalam rangka pem- Menyatakan bahwa pendidikan
bentukan generasi ke depan. Ketia- Muhammadiyah belum memiliki
daan penjabaran filsafat pendidikan rumusan filosofis bukan berarti tidak
ini, menurut Mahsun Suyuthi, ada sama sekali perbincangan ke

5 Persoalan ini telah digumuli secara intensif oleh Dr. Ahmad Tafsir mulai dari penelitian
tesis sampai dengan disertasi dan pengalaman menjadi kepala SMP Muhammadiyah di
Bandung selama 7 tahun, ia menuturkan: “Disertasi itu sendiri tidak terlalu baik, tapi ada satu
hal penting yang saya temukan dalam penelitian itu: mengapa sekolah-sekolah
Muhammadiyah secara pukul rata mutunya lebih rendah ketimbang sekolah pemerintah
dan sekolah yang dikelola oleh lembaga Katolik”. Menurutnya ada dua kelemahan mendesar:
pertama, umat Islam belum memperhatikan masalah mutu pendidikan; kedua, pengelola,
kepala sekolah dan guru sekolah Islam/Muhammadiyah belum memiliki teori-teori
pendidikan modern dan islami. Lihat Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam
.Bandung: Rosdakarya, 1994. hlm. 1-3.
6 Winarno Surakhmad, “Ilmu Kependidikan untuk Pembangunan” dalam. Prisma No
3/1986.
7 Mahsun Suyuthi, “Filsafat ... hlm. 96.
8 Rusli Karim melihat bahwa ijtihad KH Ahmad Dahlan untuk mengadopsi sistem
pendidikan model Barat adalah satu jalan pintas, keterpaksaan (baca: dharurat). Sebab, Kyai
melihat bahwa pendidikan merupakan kunci untuk melakukan berbagai perintah agama.
Mengingat sistem pendidikan kolonial dianggap yang terbaik maka jalan yang paling mudah
adalah dengan mengadopsi sistem tersebut lalu disempurnakan dengan penambahan mata
pelajaran agama. Generasi sesudah Kyai Dahlan lebih disibukkan untuk mendirikan lembaga
pendidikan hasil ijtihad, bukan menangkap subsatansi ijtihad yaitu bagaimana
mengintegrasikan/mensintasakan ilmu umum dan ilmu agama, karenanya cita-cita Kyai
untuk melahirkan ulama-intelek dan intelek ulama belum dapat terpenuhi.

Filsafat Pendidikan Muhammadiyah: Tinjauan ... (Muhammad Ali dan Marpuji Ali) 125
arah itu. Laporan seminar nasional nologi di dunia Muslim akibat
filsafat pendidikan Muhammadiyah berkembangnya semacam “ideologi
Majlis Dikdasmen Muhammadiyah ilmiah” yang menolak apapun yang
Pusat, telah mulai menyinggung bukan berasal dari Islam.
pembahasan tentang filsafat pendi- Artikel ini secara hati-hati akan
dikan Muhammadiyah, terutama coba mencari alternatif filsafat
tulisan A. Syafii Maarif yang ber- pendidikan Muhammadiyah dan
judul “Pendidikan Muhammadi- merumuskannya pada tingkat
yah, aspek normatif dan filosofis”. praksis, ditingkat kurikulum pendi-
Sesuai dengan temanya, Maarif dikan. Untuk melangkah ke arah
hanya menelusuri hasil-hasil itu, pertama akan ditelusuri proble-
keputusan resmi Muhammadiyah matika perumusan filsafat pendi-
(aspek normatif) dan orientasi dikan Islam sebagai payung besar
filosofis konsep ulul albab9. Demi- pendidikan Muhammadiyah. Ke-
kian pula buku suntingan Yunahar dua, melacak gagasan kunci dan
Ilyas dan Muhammad Azhar ber- praksis pendidikan Kyai Ahmad
judul Pendidikan dalam Perspektif Dahlan yang bertitik tolak dari
Al-Qur’an10 yang ditulis oleh tokoh- pendidikan integralistik. Ketiga,
tokoh Muhammadiyah, berusaha menjajagi kemungkinan tauhid
mengelaborasi konsep-konsep pen- sebagai titik tolak perumusan filsafat
didikan di dalam Al-Qur’an dan pendidikan Muhammadiyah, dan
mendialogkan wahyu dengan per- kemudian ditutup dengan refleksi.
kembangan teori-teori pendidikan
mutakhir. Karya terakhir yang patut
dipertimbangkan adalah buku LANDASAN FILOSOFIS PENDI-
Paradigma Intelektual Muslim: DIKAN ISLAM
Pengantar Filsafat Pendidikan Islam Filsafat yang dianut dan diyakini
dan Dakwah karya Abdul Munir oleh Muhammadiyah adalah ber-
Mulkhan11, seorang aktifis Muham- dasarkan agama Islam, maka seba-
madiyah. Menurutnya, kemacetan gai konsekuensinya logik, Muham-
intelektualisme Islam serta keman- madiyah berusaha dan selanjutnya
degan ilmu pengetahuan dan tek- melandaskan filsafat pendidikan

9 Ahmad Syafii Maarif, “Pendidikan Muhammadiyah: Aspek Normatif dan Filosofis”


dlm M. Yunan Yusuf dan Piet H. Chaidir (ed.), Filsafat Pendidikan Muhammadiyah. Jakarta:
Majlis Dikdasmen PP Muhammadiyah, 2000. hlm. 19-27.
10 Buku ini ditulis oleh para intelektual Muhammadiyah seperti: Ahmad Ahzar Basyir,
Ahmad Syafii Maarif, Mochtar Buchori, Noeng Muhadjir, Yunan Yusuf, dan lain-lain.
Sedangkan tema-tema yang dipilih meliputi: manusia dalam perspektif Al-Qur’an, psikologi
dalam perspektif al-Qur’an, Pendidikan dalam perspektif Al-Qur’an tinjauan mikro dan makro,
sains dan teknologi dalam perspektif Al-Qur’an, dan pendidikan Al-Qur’an di perguruan
tinggi.
11 Abdul Munir Mulkhan, Paradigma Intelektual Muslim: Pengantar Filsafat Pendidikan
Islam dan Dakwah. Yogyakarta: Sipress, 1993.

126 Tajdida, Vol. 2, No. 2, Desember 2004: 123 - 140


Muhammadiyah atas prinsip- dikan Islam itu dan bagaimana
prinsip filsafat yang diyakini dan usaha-usaha pendidikan dilaksa-
dianutnya 12. Filsafat pendidikan nakan agar berhasil sesuai dengan
memanifestasikan pandangan ke hukum-hukum Islam15. Mohd. Labib
depan tentang generasi yang akan Al-Najihi, sebagaimana dikutip
dimunculkan. Dalam kaitan ini Omar Mohammad Al-Toumy Al-
filsafat pendidikan Muhammadiyah Syaibany, memahami filsafat pen-
tidak dapat dilepaskan dari filsafat didikan sebagai aktifitas pikiran yang
pendidikan Islam, karena yang teratur yang menjadikan filsafat itu
dikerjakan oleh Muhammadiyah sebagai jalan untuk mengatur,
pada hakikatnya adalah prinsip- menyelaraskan dan memadukan
prinsip Islam yang menurut Muham- proses pendidikan16. Suatu filsafat
madiyah menjadi dasar pijakan bagi pendidikan yang berdasar Islam
pembentukan manusia Muslim13. tidak lain adalah pandangan dasar
Oleh karena itu, sebelum mengkaji tentang pendidikan yang bersum-
orientasi filsafat pendidikan Mu- berkan ajaran Islam dan yang
hammadiyah perlu menelusuri orientasi pemikirannya berdasarkan
konsep dasar filsafat pendidikan Is- ajaran tersebut17. Dengan perkataan
lam yang digagas oleh para pemikir lain, filsafat pendidikan Islam adalah
maupun praktisi pendidikan Islam14. suatu analisis atau pemikiran
Filsafat pendidikan Islam rasional yang dilakukan secara kritis,
membincangkan filsafat tentang radikal, sistematis dan metodologis
pendidikan bercorak Islam yang untuk memperoleh pengetahuan
berisi perenungan-perenungan mengenai hakikat pendidikan Is-
mengenai apa sesungguhnya pendi- lam18.

12 Pedoman Guru Muhammadiyah, Seri MPP No. 5, hlm. 26.


13 M. Yunan Yusuf & Piet H. Khaidir, “Filsafat Pendidikan Muhammadiyah: Sebuah
Perumusan Awal” dlm M.Yunan Yusuf & Piet H. Khaidir (ed.) Filsafat Pendidikan
Muhammadiyah: Naskah Awal. Jakarta: Majlis Dikdasmen PP Muhammadiyah, 2000. hlm.
1-2.
14 Di sini dibedakan antara Pendidikan Islam dan Pendidikan Agama Islam. Pendidikan
Islam meliputi segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia dan berbagai
potensi yang ada padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya sesuai dengan norma
Islam. Sedangkan pendidikan agama Islam lebih dikhususkan pada usaha memelihara dan
mengembangkan fitrah keberagamaan subjek didik agar lebih mampu memahami, menghayati,
dan mengamalkan agama Islam. Makna pendidikan Islam mengacu pada pengertian yang
pertama, karenanya tidak terbatas pada mata pelajaran agama seperti fikih, aqidah, syariah tapi
mencakup seluruh bidang studi yang memakai pendekatan Islam. Lihat, Achmadi, Islam sebagai
Paradigma Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Aditya Media, 1992. hlm. ix.
15 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Al-Maarif, 1989.
hlm 24.
16 Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan
Bintang, 1979. hlm. 27.
17 HM Arifin, Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1994. hlm. 27.
18 Mulkhan, Paradigma ...... hlm. 74.

Filsafat Pendidikan Muhammadiyah: Tinjauan ... (Muhammad Ali dan Marpuji Ali) 127
Al-Syaibany menandaskan bah- Islam adalah segala hal yang
wa filsafat pendidikan Islam harus berkaitan dengan usaha manusia
mengandung unsur-unsur dan sya- secara sadar untuk menciptakan
rat-syarat sebagai berikut: (1) dalam kondisi yang memberi peluang
segala prinsip, kepercayaan dan kan- berkembangnya kecerdasan, penge-
dungannya sesuai dengan ruh (spirit) tahuan dan kepribadian atau akhlak
Islam; (2) berkaitan dengan realitas peserta didik melalui pendidikan.
masyarakat dan kebudayaan serta Sedangkan objek formalnya adalah
sistem sosial, ekonomi, dan politik- aspek khusus daripada usaha
nya; (3) bersifat terbuka terhadap manusia secara sadar yaitu pen-
segala pengalaman yang baik (hik- ciptaan kondisi yang memberi pelu-
mah); (4) pembinaannya berdasar- ang pengembangan kecerdasan,
kan pengkajian yang mendalam pengetahuan dan kepribadian
dengan memperhatikan aspek-aspek sehingga peserta didik memiliki
yang melingkungi; (5) bersifat univer- kemampuan untuk menjalani dan
sal dengan standar keilmuan; (6) menyelesaikan permasalahan hidup-
selektif, dipilih yang penting dan nya dengan menempatkan Islam
sesuai dengan ruh agama Islam; (7) sebagai hudan dan furqan.
bebas dari pertentangan dan per- Sebagaimana dinyatakan Ari-
sanggahan antara prinsip-prinsip fin21, bahwa filsafat pendidikan Is-
dan kepercayaan yang menjadi lam merupakan ilmu yang eksten-
dasarnya; dan (8) proses percobaan sinya masih dalam kondisi per-
yang sungguh-sungguh terhadap mulaan perkembangan sebagai
pemikiran pendidikan yang sehat, disiplin keilmuan pendidikan.
mendalam dan jelas19. Demikian pula sistematikanya, filsafat
Objek kajian filsafat pendidikan pendidikan Islam masih dalam proses
Islam, menurut Abdul Munir penataan yang akan menjadi kompas
Mulkhan20, dapat dibedakan men- bagi teorisasi pendidikan Islam.
jadi dua jenis yaitu objek material Kalau demikian, apabila filsafat
dan objek formal. Objek material pendidikan Muhammadiyah menga-
filsafat pendidikan Islam adalah cu atau sama dengan filsafat pendi-
bahan dasar yang dikaji dan dikan Islam sebenarnya masih me-
dianalisis, sementara objek formal- munculkan masalah, sebab ia masih
nya adalah cara pendekatan atau rentan dan belum kukuh untuk
sudut pandang terhadap bahan disebut sebagai sebuah disiplin ilmu
dasar tersebut. Dengan demikian, baru. Pada titik ini, orientasi filsafat
obyek material filsafat pendidikan pendidikan Muhammadiyah itu da-

19 Al-Syaibany, Falsafah..... hlm. 47-50.


20 Mulkhan, Paradigma ....... hlm 78.
21 Arifin, Filsafat ......... hlm. 176.

128 Tajdida, Vol. 2, No. 2, Desember 2004: 123 - 140


pat memperkaya dan memperkukuh Qur’an dan Sunnah Nabi), ter-
kedudukan filsafat pendidikan Islam. utama tema-tema pendidikan,
kemudian dieksplorasi sedemikian
rupa sehingga terbangun satu sistem
KYAI AHMAD DAHLAN: PERE- filsafat pendidikan23; (2) pendekatan
TAS PENDIDIKAN INTEGRA- filosofis yang diberangkatkan dari
LISTIK mazhab-mazhab pemikiran filsafat
kemudian diturunkan ke dalam
Meskipun tema pembaharuan wilayah pendidikan24; (3) pende-
pendidikan Muhammadiyah mem- katan formal dengan merujuk pada
peroleh perhatian yang cukup serius hasil-hasil keputusan resmi persya-
dari para pengkaji sejarah pendi- rikatan; (4) pendekatan historis-
dikan Indonesia22, namun sejauh ini filisofis yaitu dengan cara melacak
belum ada satu karya pun yang bagaimana konsep dan praksis
menunjukkan bagaimana sebenar- pendidikan yang dilakukan oleh
nya model filsafat pendidikan yang tokoh-tokoh kunci dalam Muham-
dikembangkan oleh Muhammadi- madiyah lalu dianalisis dengan
yah. Untuk melangkah ke arah itu pendekatan filosofis. Corak pende-
bisa dilakukan dengan beberapa katan keempat yang dipilih dalam
pendekatan: (1) pendekatan nor- tulisan ini, dengan menampilkan
matif yakni bertitik tolak dari Kyai Dahlan, pendiri Muhammadi-
sumber-sumber otoritatif Islam (al- yah, sebagai tokoh kuncinya. Benar

22 Lihat: Amir Hamzah Wirjosukarto, Pembaharuan Pendidikan dan Pengajaran yang


di Selenggarakan oleh Muhammadiyah. Malang: Ken Mutia, 1968; MT Arifin, Gagasan
Pembaharuan Muhammadiyah dalam Pendidikan. Jakarta: Pustaka Jaya, 1987; Soegarda
Poerbakawatja, Pendidikan dalam Alam Indonesia Merdeka. Jakarta: Gunung Agung, 1970;
karel A. Steenbrink, Pesantren Madrasah Sekolah: Pendidikan Islam dalam Kurun Modern.
Jakarta: LP3ES, 1994, untuk menyebut beberapa pengkaji pendidikan di Indonesia terkemuka.
Para peneliti itu umumnya memakai pendekatan sejarah dalam mengkaji pendidikan yang
diselenggarakan oleh Muhammadiyah sehingga tidak mampu menyingkap lebih jauh apa
sebenarnya ide dasar dibalik pembaharuan pendidikan yang dilakukan oleh KH Ahmad
Dahlan. Padahal, idealnya kajian sejarah itu dilengkapi dengan filsafat pendidikan sehingga
mampu menggambarkan secara utuh proses yang berlangsung sebagaimana ditandaskan
oleh Noeng Muhadjir, Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial. Yogyakarta: Rake Sarasin,
1987; dan Imam Barnadib, Arti dan Metode Sejarah Pendidikan. Yogyakarta: FIP IKIP
Yogyakarta, 1982.
23 Contoh yang sangat bagus untuk kajian ini dilakukan oleh Muhammad Quthb, Sistem
Pendidikan Islam. Bandung: PT AlMaarif, 1984. Bertitik tolak dari ayat-ayat al-Qur’an dan
Sunnah ia mencoba merumuskan bagaimana sistem pendidikan Islam melalui tema-tema:
alat dan tujuan, ciri-ciri khas sistem pendidikan Islam, jaringan-jaringan yang berlawanan
pada diri manusia
24 Sebuah kajian mendalam tentang model ini dilakukan oleh John S. Brubacher, Modern
Philosophies of Education. New York: McGraw-Hill, 1978. Brubacher mendaftar tidak kurang
dari dua belas (12) mazhab filsafat yang berpengarung dalam pengembangan pendidikan,
eksistensialisme, organisme, idealisme, realisme, rekonstrusionisme dan lain-lain.

Filsafat Pendidikan Muhammadiyah: Tinjauan ... (Muhammad Ali dan Marpuji Ali) 129
bahwa dia belum merumuskan dasari hati yang suci; (2) akal adalah
landasan filosofis pendidikan tapi kebutuhan dasar hidup manusia; (3)
sebenarnya ia memiliki minat yang ilmu mantiq atau logika adalah
besar terhadap kajian filsafat atau pendidikan tertinggi bagi akal
logika sehingga pada tingkat manusia yang hanya akan dicapai
jika manusia menyerah kepada
tertentu telah memberikan jalan petunjuk Allah SWT.
lempang untuk perumusan satu
filsafat pendidikan. Pribadi Kyai Dahlan adalah
pencari kebenaran hakiki yang
K.H Ahmad Dahlan (1868-1923) menangkap apa yang tersirat dalam
adalah tipe man of action, sehingga tafsir Al-Manaar sehingga meskipun
sudah pada tempatnya apabila me- tidak punya latar belakang pen-
wariskan cukup banyak amal usaha didikan Barat tapi ia membuka lebar-
bukan tulisan. Oleh sebab itu untuk lebar gerbang rasionalitas melalui
menelusuri bagaimana orientasi ajaran Islam sendiri, menyerukan
filosofis pendidikan kyai musti lebih ijtihad dan menolak taqlid26. Dia da-
pat dikatakan sebagai suatu “model”
banyak merujuk pada bagaimana ia dari bangkitnya sebuah generasi yang
membangun sistem pendidikan. merupakan “titik pusat” dari suatu
Namun naskah pidato terakhir Kyai pergerakan yang bangkit untuk
yang berjudul Tali Pengikat Hidup menjawab tantangan-tantangan yang
menarik untuk dicermati karena dihadapi golongan Islam yang berupa
menunjukkan secara eksplisit konsen ketertinggalan dalam sistem pen-
Kyai terhadap pencerahan akal suci didikan dan kejumudan paham
melalui filsafat dan logika. Sedikitnya agama Islam27.
ada tiga kalimat kunci yang meng- Berbeda dengan tokoh-tokoh
gambarkan tingginya minat Kyai nasional pada zamannya yang lebih
dalam pencerahan akal25, yaitu: (1) menaruh perhatian pada persoalan
pengetahuan tertinggi adalah politik dan ekonomi, Kyai Dahlan
pengetahuan tentang kesatuan hidup mengabdikan diri sepenuhnya
yang dapat dicapai dengan sikap dalam bidang pendidikan. Titik
kritis dan terbuka dengan mempergu- bidik pada dunia pendidikan pada
nakan akal sehat dan istiqomah gilirannya mengantarkannya me-
terhadap kebenaran akali dengan di masuki jantung persoalan umat

25 Abdul Munir Mulkhan, Pemikiran KH Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah dalam


Perspektif Perubahan sosial. Jakarta: Bumi Aksara, 1990. hlm. 13-14.
26 Nurcholish Madjid, “Tentang Cendekiawan dan Pembaharuan” dalam. Aswab Mahasin
& Ismed Natsir (ed.) Cendekiawan dan Politik. Jakarta: LP3ES,1984. hlm. 310-314.
27 Ridwan Saidi, “Catatan di sekitar Regenerasi dalam Kelompok Islam” dalam Prisma
No 2 Februari 1980.

130 Tajdida, Vol. 2, No. 2, Desember 2004: 123 - 140


yang sebenarnya. Seiring dengan keteguhan iman dan ilmu yang luas,
bergulirnya politik etis28 atau politik kuat jasmani dan rohani30. Dalam
asosiasi (sejak tahun 1901), ekspansi rangka mengintegrasikan kedua
sekolah Belanda diproyeksikan sistem pendidikan tersebut, Kyai
sebagai pola baru penjajahan yang Dahlan melakukan dua tindakan
dalam jangka panjang diharapkan sekaligus; memberi pelajaran agama
dapat menggeser lembaga pen- di sekolah-sekolah Belanda yang
didikan Islam semacam pondok sekuler, dan mendirikan sekolah-
pesantren. Pendidikan di Indonesia sekolah sendiri di mana agama dan
pada saat itu terpecah menjadi dua: pengetahuan umum bersama-sama
pendidikan sekolah-sekolah Belanda diajarkan. Kedua tindakan itu
yang sekuler, yang tak mengenal sekarang sudah menjadi fenomena
ajaran-ajaran yang berhubungan umum; yang pertama sudah
dengan agama; dan pendidikan di diakomodir negara dan yang kedua
pesantren yang hanya mengajar sudah banyak dilakukan oleh
ajaran-ajaran yang berhubungan yayasan pendidikan Islam lain.
dengan agama saja29. Dihadapkan Namun, ide Kyai Dahlan tentang
pada dualisme sistem (filsafat) model pendidikan integralistik yang
pendidikan ini Kyai Dahlan “geli- mampu melahirkan muslim ulama-
sah”, bekerja keras untuk menginte- intelek masih terus dalam proses
grasikan, atau paling tidak mende- pencarian. Sistem pendidikan
katkan kedua sistem pendidikan itu. integralistik inilah sebenarnya
Cita-cita pendidikan yang warisan yang musti kita eksplorasi
digagas Kyai Dahlan adalah lahir- terus sesuai dengan konteks ruang
nya manusia-manusia baru yang dan waktu, masalah teknik pen-
mampu tampil sebagai “ulama- didikan bisa berubah sesuai dengan
intelek” atau “intelek-ulama”, yaitu perkembangan ilmu pendidikan
seorang muslim yang memiliki atau psikologi perkembangan.

28 Secara resmi tahun 1901 adalah awal dimulainya ethische politiek oleh pemerintah
Belanda yang dimaksudkan untuk membayar hutang budi (ereschuld) negeri Belanda kepada
Indonesia dengan cara meningkatan tingkat melek huruf anak-anak Indonesia melalui
pengadaan lembaga-lembaga pendidikan model Belanda. Hasrat untuk menyelenggarakan
pendidikan model Barat sangat besar, terbukti dengan menjamurnya sekolah-sekolah swasta.
Ini dapat dipahami karena jabatan-jabatan pemerintah membutuhkan lulusan dari sekolah-
sekolah Belanda dan pendidikan Barat memungkinkan orang untuk bergaul dan
berhubungan dengan bangsa Belanda pada taraf yang sama atau setidak-tidaknya lebih
tinggi dari pada jika hanya berpendidikan Indonesia. Kebijakan ini dari sisi kuantitas tidak
begitu signifikan, tapi telah mampu menyadarkan rakyat Indonesia akan pentingnya
pendidikan sebagai sarana mobilitas sosial sehingga mampu memunculkan kaum elit baru
yang peduli kepada bangsanya yang menuntut emansipasi dan kemerdekaan.
29 Abdul Mukti Ali, Interpretasi Amalan Muhammadiyah. Jakarta: Harapan Melati, 1985.
hlm. 26-27.
30 Amir Hamzah Wirjosukarto, Pembaharuan ……. hlm 92.

Filsafat Pendidikan Muhammadiyah: Tinjauan ... (Muhammad Ali dan Marpuji Ali) 131
Dalam rangka menjamin ke- nangkap api tajdid, bukan arang-
langsungan sekolahan yang ia nya.
dirikan maka atas saran murid- Dalam konteks pencarian
muridnya Kyai Dahlan akhirnya pendidikan integralistik yang mam-
mendirikan persyarikatan Muham- pu memproduksi ulama-intelek-
madiyah tahun 1912. Metode profesional, gagasan Abdul Mukti
pembelajaran yang dikembangkan Ali menarik disimak. Menurutnya,
Kyai Dahlan bercorak kontekstual sistem pendidikan dan pengajaran
melalui proses penyadaran. Contoh agama Islam di Indonesia ini yang
klasik adalah ketika Kyai men- paling baik adalah sistem pendidi-
jelaskan surat al-Ma’un kepada kan yang mengikuti sistem pondok
santri-santrinya secara berulang- pesantren karena di dalamnya
ulang sampai santri itu menyadari diresapi dengan suasana keaga-
bahwa surat itu menganjurkan maan, sedangkan sistem pengajaran
supaya kita memperhatikan dan mengikuti sistem madrasah/seko-
menolong fakir-miskin, dan harus lah, jelasnya madrasah/sekolah
mengamalkan isinya. Setelah santri-
dalam pondok pesantren adalah
santri itu mengamalkan perintah itu
baru diganti surat berikutnya. Ada bentuk sistem pengajaran dan
semangat yang musti dikembangkan pendidikan agama Islam yang
oleh pendidik Muhammadiyah, terbaik 31 . Dalam semangat yang
yaitu bagaimana merumuskan sama, belakangan ini sekolah-
sistem pendidikan ala al-Ma’un sekolah Islam tengah berpacu
sebagaimana dipraktekkan Kyai menuju peningkatan mutu pendi-
Dahlan. dikan. Salah satu model pendidikan
Anehnya, yang diwarisi oleh terbaru adalah full day school,
warga Muhammadiyah adalah sekolah sampai sore hari, tidak
teknik pendidikannya, bukan cita- terkecuali di lingkungan Muham-
cita pendidikan, sehingga tidak aneh madiyah.
apabila ada yang tidak mau mene-
rima inovasi pendidikan. Inovasi
pendidikan dianggap sebagai SEKOLAH SYARIAH32: SEBUAH
bid’ah. Sebenarnya, yang harus kita CATATAN KANCAH
tangkap dari Kyai Dahlan adalah
semangat untuk melakukan perom- Pendidikan Islam yang bercorak
bakan atau etos pembaruan, bukan integralistik adalah suatu sistem
bentuk atau hasil ijtihadnya. Me- pendidikan yang melatih perasaan

31 Abdul Mukti Ali, Beberapa Persoalan Dewasa Ini. Jakarta: Rajawali Pers,1987. hlm.
20.
32 Konsep Sekolah Syariah berasal dari Prof. Moch. Sholeh YAI, PhD, konsultan SD
Muhammadiyah Program Khusus, mengacu pada lembaga pendidikan yang mengarahkan
warga sekolah, khususnya peserta didik agar mampu mengotimalisasikan Tauhid.

132 Tajdida, Vol. 2, No. 2, Desember 2004: 123 - 140


murid-murid dengan cara sebegitu inovatif pendidikan. Di Muham-
rupa sehingga dalam sikap hidup, madiyah, langkah ke arah itu masih
tindakan, keputusan dan pende- terus berlangsung yaitu dengan
katan mereka terhadap segala jenis membangun sekolah-sekolah alter-
pengetahuan, mereka dipengaruhi natif atau kemudian dikenal dengan
sekolah unggulan.
sekali oleh nilai spiritual dan sangat
sadar akan nilai etis Islam33. Meski Satu dekade terakhir ini virus
ide ini telah klasik namun tetap sekolah unggul35 benar-benar men-
menarik perhatian, sebab mereali- jangkiti seluruh warga Muham-
madiyah. Lembaga pendidikan
sasikan ke tataran praksis selalu Muhammadiyah mulai Taman
tidak mudah. Setelah pembaharuan Kanak-kanak (TK) hingga Pergu-
pendidikan berlangsung hampir ruan Tinggi (PT) berpacu dan
satu abad dualitas pendidikan Islam berlomba-lomba untuk meningkat-
(juga Muhammadiyah) masih kan kualitas pendidikan untuk
tampak menonjol. Suatu dualitas menuju pada kualifikasi sekolah
budaya muncul di mana-mana di unggul. Sekarang ini hampir di
dunia Muslim, suatu dualitas dalam semua daerah kabupaten atau kota
masyarakat yang berasal dari sistem terdapat sekolah unggul Muham-
pendidikan ganda; sistem pendi- madiyah, terutama untuk tingkat TK
dikan Islam tradisional, dan sistem dan Sekolah Dasar. Sekolah yang
pendidikan sekuler modern melahir- dianggap unggul oleh masyarakat36
kan tokoh-tokoh sekuler34. Dengan sehingga mereka menyekolahkan
demikian, proses pencarian sistem anak-anak di situ pada umumnya
pendidikan integralistik harus ada dua tipe; sekolah model kon-
dilakukan secara terus-menerus vensional tetapi memiliki mutu
sebangun dengan akselerasi peru- akademik yang tinggi, atau sekolah
bahan sosial dan temuan-temuan model baru dengan menawarkan

33 Sajjad Husain & Ali Ashraf, Menyongsong Keruntuhan Pendidikan Islam. Bandung:
Gema Risalah Press, 1994. hlm. 1.
34 Ibid. hlm. 4.
35 Tentang trend sekolah unggul di lingkungan Muhammadiyah lihat Marpuji Ali &
Mohamad Ali, “Meretas Sekolah Unggul dan Menata Majlis Dikdasmen Muhammadiyah”
dlm Suara Muhammadiyah 1-15 Oktober 2004. Secara normatif rumusan ouput Sekolah
Muhammadiyah Unggul mampu (1) tertib ibadah; (2) mahir baca tulis al-Qur’an; (3)
berwawasan kebangsaan; (4) pengetahuan akademis tinggi; (5) mampu berbahasa asing; (6)
memiliki ketrampilan komputer, lihat Program Kerja Majlis Dikdasmen PP Muhammadiyah.
36 Pengertian sekolah unggul yang dipahami masyarakat merujuk pada seberapa besar
jumlah siswanya yang diterima di sekolah-sekolah favorit di jenjang berikutnya, di luar itu
faktor kedisiplinan warga sekolah, kelengkapan sarana pendidikan, prestasi anak-anak dalam
setiap perlombaan, dan pelayanan juga menjadi pertimbangan tersendiri dalam menjatuhkan
pilihan.

Filsafat Pendidikan Muhammadiyah: Tinjauan ... (Muhammad Ali dan Marpuji Ali) 133
metode pembelajaran mutakhir yang kan, meskipun sudah cukup signi-
lebih interaktif sehingga memiliki fikan belum menyentuh pada perso-
daya panggil luas. alan krusial, yakni mencoba meru-
Ada beberapa sisi menarik dari muskan bagaimana filsafat dan
Sekolah Model Baru ini. Pada kurikulum pendidikan alternatif.
umumnya dikelola oleh anak-anak Ahmad Solikhin, Kepala SD Mu-
muda, memakai sistem full day hammadiyah Condong Catur,
school (waktu pembelajaran hingga sudah merasakan urgensinya
sore hari), memakai metode-metode namun belum menjadi kesadaran
baru dalam pembelajaran. Hampir bersama sehingga belum ada upaya-
semua SD model baru ini justru upaya serius untuk merumuskan
muncul atau gedungnya itu berasal satu sistem pendidikan alternatif
dari SD Muhammadiyah yang yang islami. Ikhtiar untuk coba
sudah mati, tapi dengan manajemen merumukan satu sistem pendidikan
dan sistem pendidikan baru dapat alternatif mulai tumbuh di SD
tumbuh menjadi sekolah unggul, Muhammadiyah Program Khusus
misal; di Jakarta ada SD Muham- Kottabarat Surakarta di bawah
madiyah 8 Plus yang berada di bimbingan langsung seorang pakar
Duren Sawit, Sekolah Kreatif SD pendidikan khusus, Prof. Sholeh
Muhammadiyah 16 Surabaya, SD YAI, Ph.D. Adalah menarik untuk
Muhammadiyah Alternatif di mengikuti dari dekat proses-proses
Magelang, SD Muhammadiyah yang sedang berlangsung di dalam-
Condong Catur di Yogyakarta, nya.
termasuk SD Muhammadiyah Pro- Untuk meraih kembali kegemi-
gram Khusus Kotta-barat Surakarta. langan Islam, menurut Prof. Sholeh,
Perjumpaan penulis dengan sudah tinggi waktunya untuk
mereka (kepala-kepala sekolahnya) segera menafsirkan Al-Qur’an
menunjukkan bahwa inovasi-ino- dengan pendekatan sistem, atau
vasi pendidikan yang dikembang- Tafsir Sistem 37 . Pada instansi

37 Dalam sejarah perkembangan tafsir A-Qur’an pada garis besarnya terdapat dua model
penafsiran: tafsir al-ma’tsur (riwayat) dan tafsir al-mawdhu’iy (tematik). Yang pertama, metode
ma’tsur, dalam menafsirkan al-Qur’an didasarkan atas tiga sumber; penafsiran Nabi
Muhammada saw., penafsiran sahabat-sahabat Nabi, dan dan penafsiran tabiin. Sedangkan
metode mawdhu’iy memiliki dua pengertian: (1) penafsiran menyangkut satu surat dalam
al-Qur’an dengan menjelaskan tujuan-tujuannya secara umum dan yang merupakan tema
semtralnya, serta menghubungkan persoalan yang beraneka ragam dalam surat tersebut
sehingga satu surat tersebut dengan berbagai masalahnya merupakan satu kesatuan. (2)
penafsiran yang bermula dari menghimpun ayat-ayat al-Qur’an yang membahas satu masalah
tertentu dari berbagai ayat atau surat al-Qur’an dan yang sedapat mungkin dirunut sesuai
dengan urutan turunnya, kemudian menjelaskan pengertian menyeluruh dari ayat-ayat
tersebut guna menarik petunjuk al-Qur’an secara utuh tentang masalah yang dibahas itu.
Lihat M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an. (Bandung: Mizan, 1993) hlm. 71-74. Berbeda
dengan kedua penafsiran tersebut, menurut Prof Sholeh tafsir sistem tidak menterjemahkan
teks (simbol) ke teks (simbol) tapi langsung pada realitas.

134 Tajdida, Vol. 2, No. 2, Desember 2004: 123 - 140


pendidikan ada satu konsep kunci tika, sains, bahasa dan materi lain
yang musti dirumuskan, yakni ide diorientasikan untuk mengungkit
fitrah berupa tauhid. Dengan kembali potensi tauhid (baca fitrah),
demikian, orientasi filsafat dan menumbuhkembangkan, dan meng-
kurikulum pendidikan bertitik tolak aktualisasikannya dalam kehidupan
dari konsep Tauhid. Bagaimana sehari-hari38.
tauhid mendasari pendidikan di SD Secara kasat mata adalah mu-
Muhammadiyah Program Khusus, dah untuk mengatakan bahwa
mari kita ikuti penjelasan berikut: seluruh lembaga pendidikan Islam,
Berseberangan dengan pandang- apalagi sekolah Muhammadiyah,
an hidup (paradigma pendidikan) sudah otomotis berdasarkan tauhid.
kaum sekuler yang menempatkan Bukankah di sekolah tersebut
material-duniawiyah sebagai tujuan diajarkan materi agama yang relatif
utama. Paradigma pendidikan Islam banyak? Kenyataan di lapangan
justru mengaksentuasikan nilai-nilai menunjukkan sebaliknya. Ketiadaan
tauhid sebagai tujuan yang paling orientasi filsafat pendidikan pada
prinsipil dan substansial. SD Mu- urutannya membawa kebingungan
hammadiyah Program Khusus pada diri pendidik sehingga ketika
menjadikan tauhid sebagai landasan mengajar peserta didik sangat mung-
pokok kurikulum yang secara kong- kin tergelincir pada filsafat pendi-
krit terejawantahkan dalam seluruh dikan sekuler. Dengan demikian,
proses pembelajaran. Kurikulum tanpa disadari kita telah ikut meng-
yang ada dimodifikasi, dirancang, kampanyekan paham sekularisme.
dan didesain sedemikian rupa Bagaimana kedudukan Tauhid da-
sehingga nilai-nilai tauhid menjiwai lam penyusunan kurikulum39 di SD
dan mempola seluruh mata Muhammadiyah Program Khusus,
pelajaran; pembelajaran matema- kita simak uraian di bawah ini:

38 M. Sholeh YAI & Mohamad Ali, “Menuju Kurikulum Berbasis Tauhid” dalam. PK
Media II/2004.
39 Sudah satu tahun lebih Tim SD Muhammadiyah Program Khsusus Kottabarat dengan
bimbingan Prof. Sholeh mencoba menyusun kurikulum tersendiri yang berbasis Tauhid,
dan proses ini masih terus berlangsung mungkin sudah mencapai 95%. Secara skematis
urutannya adalah: Al-Qur’an dan Sunnah juga Asmaul Husna, materi, perkembangan anak,
lingkungan (sekolah, rumah, dan masyarakat), prosedur dan proses, dan tujuan (jangka
pendek dan panjang). Berdasarkan urutannya terlihat dengan jelas bahwa Al-Qur’an diletakkan
di bagian depan yang bermakna bahwa semua tema pembelajaran (baca: ayat kauniyah)
dilandasi dengan dengan konsep wahyu (ayat qauliyah) yang tidak boleh dilupakan bahwa
alur penjelasannya harus mempertimbangkan tingkat perkembangan peserta didik. Lebih
dari itu, konsep-konsep itu juga musti dieksplorasi baik di lingkungan sekolah (ustadz/
ustadzah dan peserta didik lain), lingkungan keluarga (orang tua dan saudaranya), dan
lingkungan sosial (warga masyarakat). Dengan pembelajaran yang demikian, diharapkan
mereka tidak hanya menjadi orang yang profesional di bidangnya sekaligus manusia yang
berkualifikasi Ulul Albab.

Filsafat Pendidikan Muhammadiyah: Tinjauan ... (Muhammad Ali dan Marpuji Ali) 135
Sebuah ilustrasi berikut mung- perlu dikemukakan. Perlu ditekan-
kin bisa membantu: puluhan truk kan di sini, bahwa ini adalah pengli-
(rit) pasir, sejumlah sak semen dan hatan awal dari sebuah proses yang
beberapa kaleng cat tidak begitu masih sedang berlangsung sehingga
bermakna apabila hanya di pajang tidak menutup kemungkinan ada
di toko atau disimpan di gudang. perubahan di kemudian hari.
Material itu menjadi bermakna di Pertama, peserta didik pada
tangan tukang batu atau arsitek, umumnya berani mengekspresikan
beragam bentuk bangunan atau diri, ada keberanian untuk mengu-
arsitektur akan bisa diwujudkan. tarakan pikirannya. Meski ada
Dalam konteks pendidikan ilustrasi keberatan dari beberapa orang tua
tersebut menjadi jelas; melimpahnya dan guru karena alasan etika atau
materi tentang aqidah, akhlak, al- unggah ungguh, seiring meningkat-
Qur’an-Hadits, atau hafalan sekian nya kedewasaan masalah ini pasti
juz plus materi ilmu umum menjadi akan tertata dengan sendirinya.
tidak bermakna manakala dijejalkan Kemampuan ini adalah sesuatu yang
begitu saja ke peserta didik dalam sangat berharga, dan telah meng-
keadaan saling terpisah dan bersifat hilang di sekolah-sekolah konven-
parsial40. sional. Banyak temuan di lapangan,
Kita menyadari bahwa ikhtiar anak-anak berani mengingatkan or-
membangun kurikulum berbasis ang tuanya yang lupa makan
tauhid (KBT) tidak semudah dengan berdiri, mengingatkan
membalikkan telapak tangan dan mereka untuk sholat. Fenomena ini
membutuhkan beberapa generasi disebabkan atau dilatar belakangi
untuk merealisasikannya, tapi oleh (a) alasan agama yang memang
langkah itu setidaknya telah ditanamkan di sekolah ini, bahwa
meletakkan satu batu bata untuk yang wajib ditakuti (dalam makna
pembangunan peradaban Islam positif) dan Yang Maha Benar
yang kokoh dan anggun. Kerja di adalah Allah karenanya selain Dia
pendidikan adalah kerja-kerja yang tidak perlu ditakuti dan ada ke-
sangat stategis dalam rangka mungkinan melakukan kekeliruan
meretas generasi masa depan yang sehingga sudah pada tempatnya bila
berkualitas. Mungkin ada yang diingatkan, tidak terkecuali orang
bertanya, bagaimana aktualisasi tua atau guru. Dan, karena (b) model
KBT di SD Muhammadiyah Pro- pembelajaran inklusi yang dikem-
gram Khusus? Untuk sekarang ini bangkan oleh sekolah. Dengan
masih terlalu dini untuk melakukan pembatasan jumlah siswa maksimal
penilaian, tapi paling tidak sebuah 30 perkelas dan diampu 2 guru
penilaian awal yang bersifat umum memungkinkan setiap potensi anak

40 M. Sholeh YAI & Mohamad Ali, Menuju………. hlm. 39

136 Tajdida, Vol. 2, No. 2, Desember 2004: 123 - 140


terdeteksi oleh guru sehingga dapat dikannya sehingga dapat meletak-
ditumbuhkan secara optimal. kan secara tegas bagaimana posisi
Kedua , semangat anak-anak lembaga-lembaga pendidikan Mu-
untuk mempraktekkan ajaran hammadiyah dihadapan pendi-
agama sangat tinggi, sejak kelas 1 dikan nasional, dan kedudukannya
ditanamkan untuk selalu shalat yang strategis sebagai pengem-
wajib lima waktu secara berjamaah. bangan ilmu pengetahuan dan
Mulai kelas 3 sudah kelihatan bahwa teknologi, serta fungsinya sebagai
mereka rata-rata lebih suka shalat wahana dakwah Islamiyah. Ketia-
berjamaah di masjid, bahkan ada daan orientasi filosofis ini jelas
beberapa anak yang sudah secara sangat membingungkan; apa harus
mengikuti arus pendidikan nasional
rutin menjalankan shalat Tahajud.
yang sejauh ini kebijakannya belum
Keadaan ini sedikit banyak merupa-
menuju pada garis yang jelas karena
kan buah dari pendekatan praktek
setiap ganti menteri musti ganti
dalam pembelajaran agama. Agama
kebijakan. Kalau memang memilih
bukan hanya olah intelektual yang
pada pengembangan iptek maka
berisi konsep-konsep abstrak atau
harus ada keberanian memilih arah
menjadi hafalan di kepala, tapi yang berbeda dengan kebijakan
dengan mempraktekkan secara pemerintah. Model pondok Gontor
langsung apa yang diperintahkan bisa dijadikan alternatif, dengan
oleh Islam dan menghindari apa bahasa dan kebebasan berfikir
yang dilarangnya. terbukti mampu mengantarkan
Ketiga, muncul rasa ingin tahu peserta didik menjadi manusia-
yang besar pada diri anak-anak manusia yang unggul.
untuk segera memahami suatu Jika menengok sekolah/univer-
permasalahan. Ini memang sudah sitas Muhammadiyah saat ini, dari
dirancang, di mana semua tema sisi kurikulumnya itu sama persis
pembelajaran harus dikaitkan dengan sekolah/universitas negeri
dengan problem-problem konkrit di ditambah materi al-Islam dan
lapangan, baik yang dilakukan Kemuhammadiyahan. Kalau meli-
secara reguler berupa Praktek hat materi yang begitu banyak,
Pembelajaran Lapangan (PPL) yang maka penambahan itu malah
dilakukan setahun 2 kali maupun semakin membebani anak, karena-
dengan model riset laboratorium. nya amat jarang lembaga pendidikan
melahirkan bibit-bibit unggul.
Apakah tidak sudah waktunya
REFLEKSI untuk merumuskan kembali al-Islam
Apabila Muhammadiyah be- dan Kemuhammadiyahan yang
nar-benar mau membangun seko- terintegrasikan dengan materi-
lah/universitas unggul maka harus materi umum, atau paling tidak
ada keberanian untuk merumuskan disesuaikan dengan kebutuhan
bagaimana landasan filosofis pendi- peserta didik; misalnya, evaluasi

Filsafat Pendidikan Muhammadiyah: Tinjauan ... (Muhammad Ali dan Marpuji Ali) 137
materi ibadah dan Al-Qur’an, serta dasar pertimbangan dan pengendali
bahasa dengan praktek langsung, tingkah lakunya dalam menghadapi
tidak dengan sistem ujian tulis norma sekuler; (3) mengusahakan
seperti sekarang ini. norma Islami yang mampu menjadi
Sembari merumuskan orientasi pengendali kehidupan pribadi
filosofis pendidikan, pendidikan Is- dalam menghadapi goncangan
lam (Muhammadiyah) memerlukan hidup dalam era globalisasi ini
kepekaan dalam memahami per- sehingga para peserta didik mampu
kembangan kehidupan dan men- menjadi sumber daya insani yang
jawab setiap kebutuhan baru yang berkualitas; (4)mengusahakan nilai-
timbul dari cita-cita anggota masya-
rakat dengan strategi sebagai beri- nilai islami dapat menjadi pengikat
kut41: (1) mengusahakan nilai-nilai hidup bersama dalam rangka
islami dalam pendidikan Islam mewujudkan persatuan dan kesa-
menjadi ketentuan standar bagi tuan umat Islam yang kokoh dengan
pengembangan moral atau masya- tetap memperhatikan lingkungan
rakat yang selalu mengalami peru- kepentingan bangsa; dan (5)
bahan itu; (2) mengusahakan peran mengusahakan sifat ambivalensi
pendidikan Islam dalam mengem- pendidikan Islam agar tidak timbul
bangkan moral peserta didik sebagai pandangan yang dikotomis.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Munir Mulkhan.1993. Paradigma Intelektual Muslim;Pengantar


Filsafat Pendidikan Islam dan Dakwah. Yogyakarta: SIPRESS.
_____. 1990. Pemikiran KH Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah dalam
Perspektif Perubahan Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.
Abdul Mukti Ali. 1985. Interpretasi Amalan Muhammadiyah. Jakarta:
Harapan Melati.
_____. 1987. Beberapa Persoalan Agama Dewasa Ini. Jakarta: Rajawali Pers.
Achmadi. 1992. Islam sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan. Yogyakarta
Aditya Media.

41 Tim Dosen IAIN Sunan Ampel Malang. Dasar-Dasar Kependidikan Islam. Surabaya:
Karya Abditama, 1996. hlm. 126.

138 Tajdida, Vol. 2, No. 2, Desember 2004: 123 - 140


Ahmad Syafii Maarif. “Pendidikan Muhammadiyah: Aspek Normatif dan
Filosofis” dalam M Yunan Yusuf & Piet H. Chaidir. 2000. Filsafat
Pendidikan Muhammadiyah: Naskah Awal. Jakarta: Majlis
Dikdasmen PP Muhammadiyah.
Ahmad D. Marimba.1989. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Al-
Maarif.
Ahmad Tafsir. 1994. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung;
Rosdakarya.
Amir Hamzah Wirjosukarto.1968. Pembaharuan Pendidikan dan
Pengajaran yang diselenggarakan oleh Pergerakan Muham-
madiyah.Malang: Ken Mutia.
Brubacher, John S. 1978. Modern Philosophies of Education. New York:
McGraw-Hill Book Company.
CA van Peursen. 1980. Orientasi di Alam Filsafat. Jakarta: Gramedia.
HM Arifin.1994. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Imam Barnadib. 1982. Arti dan Metode Sejarah Pendidikan. Yogyakarta:FIP-
IKIP Yogyakarta.
Karel A. Steenbrink.1994. Pesantren Madrasah Sekolah: Pendidikan Islam
dalam Kurun Modern. Jakarta; LP3ES.
Marpuji Ali & Mohamad Ali, “Meretas Sekolah Unggul dan Menata Majlis
Dikdasmen Muhammadiyah” dalam Suara Muhammadiyah 1-
15 Oktober 2004.
M. Sholeh YAI & Mohamad Ali. “Menuju Kurikulum Berbasis Tauhid”
dalam PK Media edisi II/2004.
MT Arifin.1987. Gagasan Pembaharuan Muhammadiyah dalam
Pendidikan. Jakarta: Pustaka Jaya.
M Yunan Yusuf & Piet H. Chaidir. “Filsafat Pendidikan Muhammadiyah:
Sebuah Perumusan Awal” dalam M Yunan Yusuf & Piet H. Chaidir
(ed.). 2000. Filsafat Pendidikan Muhammadiyah: Naskah Awal.
Jakarta: Majlis Dikdasmen PP Muhammadiyah.
M. Rusli Karim. “Pendidikan Muhammadiyah dilihat dari Perspektif Is-
lam” dalam M.Yunan Yusuf dkk. (ed.). 1985. Cita dan Citra
Muhammadiyah. Jakarta: Pustaka Panjimas.

Filsafat Pendidikan Muhammadiyah: Tinjauan ... (Muhammad Ali dan Marpuji Ali) 139
Mahsun Suyuthi. “Filsafat Pendidikan Muhammadiyah Kembali Tergugat”
dalam Amien Rais (ed). 1984. Pendidikan Muhammadiyah dan
Perubahan Sosial. Yogyakarta: PLP2M
M. Quraish Shihab. 1993. Membumikan al-Qur’an. Bandung: Mizan.
Muhammad Quthb. 1984. Sistem Pendidikan Islam. Terjemahan Salman
Harun. Bandung: Al-Ma’arif
Noeng Muhadjir.1987. Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial. Yogyakarta:
Rake Sarasin.
Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany. 1979. Falsafah Pendidikan Is-
lam. Terjemahan Hasan Langgulung. Jakarta: Bulan Bintang.
Soegarda Purbakatja. 1970. Pendidikan dalam Alam Indonesia Merdeka.
Jakarta: Gunung Agung.
Tim Dosen IAIN Sunan Ampel Malang. 1996. Dasar-Dasar Kependidikan
Islam. Surabaya: Karya Abditama.
ty

140 Tajdida, Vol. 2, No. 2, Desember 2004: 123 - 140

You might also like