You are on page 1of 8

Jurnal Agrium Maret, 2021

online version : https://ojs.unimal.ac.id/index.php/agrium Vol. 18, No1,


P-ISSN 1829-9288. E-ISSN 2655-1837 Hal. 9-16
Author(s): Laode Afa, et al

KORELASI ANTARA HASIL DAN KOMPONEN HASIL


BEBERAPA KULTIVAR PADI GOGO (Oryza sativa L.)
LOKAL SULAWESI TENGGARA PADA DUA SISTEM BUDIDAYA

Yield and Yield Components Correlation of Some Local Upland Rice Cultivars (Oryza
sativa L.) in Upland and Wetland Cultivation Systems

Laode Afa1)*, Suaib1), Ilan Uge2), Arsy Aysyah Anas 1) dan Maisura3)
1
Dosen Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo
2
Mahasiswa S1 Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo
Jl. H.E.A Mokodompit Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu Kendari, Southeast
Sulawesi 93232, Indonesia.
3
Dosen Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Malikussaleh
*) Corresponding author: laodeafaafa@yahoo.com

ABSTRACK

The purpose of this research was to study the correlation between yield and its components of local
upland rice cultivars of Southeast Sulawesi that have been cultivated in upland or wetland rice
systems. The research has been conducted on experimental fields located in Kambu Village, Kambu
District, Kendari Municipality, and in the Agrotechnology Laboratory, Faculty of Agriculture Halu
Oleo University. This study was conducted from Mei to October 2017, and the design of a single
factor treatment was arranged in a randomized block design. Both cultivation systems were dryland
and wetland, while the cultivar factor consisted of 6 level varieties i.e: Wapantoga, Bou, Momea,
Konkep, Uwa, and Ndowatu. Each variety in each cultivated system was classified into 3 groups as
replication so that there were 36 experimental units. The results of the research showed that the length
of the panicle, total grains per panicle, 1000 grain weight, and grain weight per boots were the
variables that have a positive correlation to the yield production of both cultivation systems. These
yield components have a positive correlation of rice yield against local upland rice cultivars.

Keywords; Correlation, dryland, local upland rice, wetland.

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mempelajari keeratan hubungan hasil dan komponen-komponen
hasil padi ladang lokal Sulawesi Tenggara yang dibudidayakan dengan sistem budidaya gogo dan
budidaya sawah. Penelitian telah dilaksanakan pada lahan yang terletak di Kelurahan Kambu Kota
Kendari dan di Laboratorium Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo. Penelitian ini
berlangsung dari bulan Mei sampai Oktober 2017. Rancangan percobaan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) yang terdiri atas 6 perlakuan kultivar yaitu Wapantoga,
Bou, Momea, Konkep, Uwa dan Ndowatu dalam dua sistem budidaya yaitu sistem budidaya gogo dan
sistem budidaya sawah. Setiap perlakuan kultivar diulang 3 kali sebagai kelompok sehingga terdapat
36 unit percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa panjang malai, total gabah per malai, bobot
gabah isi dan bobot gabah per rumpun merupakan kriteria yang dapat digunakan untuk meningkatkan
produksi padi ladang baik yang ditanam pada kondisi lahan kering (sistem budidaya gogo) maupun
lahan sawah (sistem budidaya sawah). Empat komponen tersebut memiliki korelasi positif terhadap
hasil produksi padi ladang lokal Sulawesi Tenggara.

Kata Kunci; korelasi, kultivar padi lokal, ladang, sawah.

Publisher : Fakultas Pertanian UNIMAL 9


Jurnal Agrium Maret, 2021
online version : https://ojs.unimal.ac.id/index.php/agrium Vol. 18, No1,
P-ISSN 1829-9288. E-ISSN 2655-1837 Hal. 9-16
Author(s): Laode Afa, et al

PENDAHULUAN dan sawah. Hal ini dapat dilakukan dengan


cara mensimulasikan kondisi lingkungan
Budidaya padi ladang (Oryza sativa L.) tumbuh padi ladang pada lahan kering dan
umumnya dilakukan pada lahan tadah hujan lahan basah. Wirnas et al., (2007) menyatakan
dengan sistem budidaya gogo. Pada lahan seleksi tersebut akan memberikan respon
budidaya tersebut produktivitas padi ladang optimal bila didukung oleh komponen
±1,5 ton per ha, dengan umur panen dapat pertumbuhan dan komponen hasil yang
mencapai 6 bulan (Afa & Anas, 2017). Akhir- berkorelasi kuat dengan daya hasil.
akhir ini permintaan konsumen terhadap Selanjutnya, Limbongan (2008) &
kebutuhan beras merah semakin meningkat, Rachmawati et al., (2014) menyatakan seleksi
untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat akan memberikan respon yang optimal dengan
terutama bagi penderita penyakit diabetes. menggunakan karakter seleksi yang tepat.
Upaya peningkatan produktivitas dan Disamping itu, untuk mengetahui
mengatasi umur panen yang lama terus besarnya derajat keeratan hubungan antara
dilakukan melalui penerapan tekonlogi komponen-komponen hasil terhadap
budidaya yang disesuaikan dengan kondisi peningkatan hasil gabah maka diperlukan
sosial ekonomi petani. korelasi. Seperti yang dikemukakan Habib et
Teknologi budidaya dimaksud antara al., (2005) bahwa seleksi berdasarkan daya
lain adalah pengembangan metode atau sistem hasil biasanya kurang memberikan hasil yang
budidaya di lahan potensial tetapi optimal jika tidak didukung oleh karakter
pengelolaannya kurang intensif seperti lahan seleksi lain berupa komponen pertumbuhan dan
sawah tadah hujan. Di lahan sawah tadah hujan komponen hasil yang berkorelasi kuat dengan
sering terjadi kekeringan atau kelebihan air daya hasil. Oleh karena itu, penelitian ini
akibat kondisi iklim yang tidak stabil, yang dilakukan untuk mengetahui keeratan hubungan
menyebabkan indeks penanaman rendah hasil dan komponen-komponen hasil padi lokal
terutama pada musim kemarau. Salah satu Sulawesi Tenggara yang dibudidayakan dengan
upaya untuk mengatasi kurangnya pasokan air sistem budidaya gogo dan sistem budidaya
dan kelebihan air pada lahan sawah tadah hujan sawah atau gogorancah.
terutama pada kondisi peralihan musim hujan-
kemarau dan pada musim kemarau, maka BAHAN DAN METODE
dibutuhkan kultivar padi lokal yang berpotensi Lokasi dan Waktu Penelitian
untuk tumbuh dan berproduksi dengan baik Penelitian ini dilaksanakan pada lahan
pada kedua kondisi lingkungan tersebut. yang sesuai dengan kondisi sistem budidaya
Kartina et al., (2017) melaporkan bahwa hasil padi ladang dan sawah yang terletak di
gabah padi dipengaruhi oleh lokasi produksi Kelurahan Kambu Kota Kendari dan di
atau kondisi lingkungan, genotip serta interaksi Laboratorium Agro-teknologi Fakultas
genotip dan lingkungan. Selain faktor genetik, Pertanian Universitas Halu Oleo. Lokasi
faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi penelitian terletak pada koordinat 04 oLS dan
hasil tanaman (Bogale & Tesfaye, 2016; 122,41 oBT dengan ketinggian tempat ± 13,33
Perween et al., 2020). m dpl. Suhu rata-rata tertinggi adalah 29 oC dan
Upaya ini dapat dilakukan dengan suhu rata-rata terendah adalah 23 oC. Penelitian
melakukan uji kultivar padi lokal yang ini berlangsung dari bulan Mei sampai Oktober
berpeluang untuk tumbuh dan berproduksi 2017. Keadaan curah hujan selama penelitian
tinggi pada kondisi lingkungan budidaya gogo berlangsung disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Rata-rata curah hujan selama pertumbuhan padi gogo di lokasi penelitian*)
Fase Pertumbuhan b) CH (mm) a) Frekuensi hujan (hari)
Tanam-Primordia 234.56 22.0
Pembungaan-Pengisian Biji 280.46 16.0
Pematangan Biji 33.19 5.0
Masak penuh 0 0

Publisher : Fakultas Pertanian UNIMAL 10


Jurnal Agrium Maret, 2021
online version : https://ojs.unimal.ac.id/index.php/agrium Vol. 18, No1,
P-ISSN 1829-9288. E-ISSN 2655-1837 Hal. 9-16
Author(s): Laode Afa, et al

Keterangan: *)=ada tambahan pengairan di awal vegetative pada sistem budidaya gogo; a)=Hasil pengukuran
langsung di lokasi penelitian menggunakan alat penakar curah hujan; b) =Fase pertumbuhan
tanaman padi varietas berumur 120 hari (Yoshida, 1981).

Bahan dan Alat amplop, tali rafia, label sampel, dan label
perlakuan. Peralatan yang digunakan adalah
Bahan yang digunakan pada penelitian jaring, paranet, pacul, ajir, papan nama, meter
ini adalah 6 kultivar padi gogo lokal Sulawesi roll, timbangan analitik, kamera, dan alat tulis,
Tenggara (Tabel 2), Pupuk Urea, pupuk KCl, serta sejumlah peralatan pendukung lainnya.
pupuk SP-36, air, kantong plastik, plasik cetik,

Tabel 2. Kultivar padi gogo lokal Sulawesi Tenggara yang digunakan dalam penelitian
No. Nama Kultivar Asal daerah (Kabupaten) Warna Beras
1. Wapantoga Buton Utara Merah
2. Bou Konawe Selatan Merah
3. Momea Konawe Selatan Merah
4. Konkep Konawe Kepulauan Putih
5. Uwa Konawe Selatan Putih
6. Ndowatu Konawe Selatan Putih

Rancangan Penelitian dilakukan pelumpuran dan diikuti dengan


perataan petakan.
Rancangan percobaan yang Ukuran petak percobaan adalah
digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok 100cmx100 cm, dan masing-masing petak
Lengkap (RAKL) yang terdiri atas 6 diulang 3 kali. Untuk memisahkan antar
perlakuan kultivar yaitu Wapantoga, Bou, perlakuan dibuat jarak dengan lebar 30 cm,
Momea, Konkep, Uwa dan Ndowatu dengan sedangkan antar kelompok dibuat dengan
dua sistem budidaya yaitu sistem budidaya lebar 60 cm.
gogo dan sawah. Setiap perlakuan kultivar 2. Persiapan Benih
diulang 3 kali sebagai kelompok sehingga
Dipilih benih yang memiliki ukuran
terdapat 36 unit percobaan.
yang relatif seragam dari masing-masing
Prosedur Penelitian kultivar, kemudian dilakukan
perendaman/pemeraman selama ± 2 x 24 jam
1. Persiapan Lahan dan Pengolahan sampai muncul radikula ± 2 mm. Banyaknya
Tanah benih tiap kultivar yang disiapkan sebagai
bahan tanam yaitu 250 biji per kultivar.
Persiapan lahan dilakukan sesuai
dengan sistem budidaya yang digunakan 3. Penanaman
yaitu sistem budidaya gogo dan sistem
budidaya sawah. Sistem budidaya gogo, Benih yang telah muncul radikula ± 2
pengolahan tanah dilakukan tiga kali agar mm kemudian ditanam pada petak percobaan
diperoleh bedengan/petakan tanah yang baik, yang sudah disiapkan. Penanaman dilakukan
tahapan pengolahan tanah pertama dengan cara ditugal/dibenamkan sedalam ± 2
(membolak-balikkan tanah), pengolahan cm. Tiap lubang tanam ditanami 2 benih
tanah ke dua (penggemburan) serta dengan jarak tanam 25 x 25 cm. Setiap petak
pembuatan petakan. Sistem budidaya sawah, terdapat 16 rumpun.
pengolahan tanah dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut: pengolahan tanah 4. Pemeliharaan
menggunakan pacul, penggenangan Tindakan pemeliharaan yang dilakukan
(inkubasi) selama ± 1 minggu, kemudian meliputi:

Publisher : Fakultas Pertanian UNIMAL 11


Jurnal Agrium Maret, 2021
online version : https://ojs.unimal.ac.id/index.php/agrium Vol. 18, No1,
P-ISSN 1829-9288. E-ISSN 2655-1837 Hal. 9-16
Author(s): Laode Afa, et al

a. Penjarangan/Penyulaman Panen dilakukan dengan melihat


Penjarangan dilakukan pada umur 10 tanda-tanda minimal 85 % gabah sudah
hari setelah tanam (HST). Penjarangan menguning. Panen dilakukan dengan cara
dilakukan dengan cara mencabut 1 memotong batang padi yang terletak tepat di
tanaman dari 2 tanaman yang tumbuh tiap bawah pangkal daun bendera menggunakan
lubang sehingga tersisa 1 tanaman pada gunting.
setiap lubang tanam. Penyulaman
dilakukan untuk mengganti tanaman yang Variabel Pengamatan
tidak tumbuh, menggunakan tanaman dari
tanaman sulaman yang ditanam secara Setiap petak diamati tiga rumpun
khusus pada masing-masing kultivar. dan setiap rumpun diamati 3 tanaman
b. Pengairan sebagai sampel. Variabel yang diamati
Pengairan atau pemberian air adalah :
disesuaikan dengan perlakuan sistem 1. Jumlah anakan produktif, dihitung
budidaya. Pada awal tanam atau tahap jumlah anakan yang menghasilkan malai
pertumbuhan awal vegetative kondisi pada tiap rumpunnya pada saat panen.
petakan tanam dalam keadaan macak- 2. Panjang malai per rumpun, diukur
macak dan memasuki pertumbuhan panjang malai dari pangkal sampai ujung
maksimum dilakukan penggenangan. malai terpanjang pada tiga sampel malai
Tinggi air pada petakan disesuaikan fase per rumpun, dilakukan pada saat panen.
pertumbuhan tanaman, setinggi ± 2 cm., 3. Total gabah per malai, dihitung semua
sedangkan sistem budidaya gogo (lahan gabah dari tiga sampel malai per
kering) tergantung curah hujan. rumpun. Perhitungan jumlah gabah per
c. Penyiangan malai dilakukan setelah panen.
Penyiangan dilakukan secara fisik 4. Bobot gabah isi per malai (g), dihitung
setiap 2 minggu sekali, tergantung pada dengan menimbang semua gabah kering
keadaan gulma yang tumbuh pada lahan. dari 3 rumpun tanaman sampel pada
Penyiangan dilakukan dengan cara kadar air ± 14%. Perhitungan berat
mencabut gulma. gabah kering dilakukan setelah panen.
d. Pemupukan 5. Bobot 1000 butir gabah (g), dihitung
Untuk mengoptimalkan dengan cara menimbang 1000 butir
pertumbuhan tanaman dilakukan gabah kering pada kadar air ± 14%,
pemupukan menggunakan pupuk kimia dilakukan setelah panen.
yaitu Urea, SP-36, dan KCl sebagai pupuk 6. Bobot gabah kering per rumpun (g),
dasar dengan dosis masing-masing 200 kg dihitung dengan menimbang semua
ha-1, 100 kg ha-1 dan 100 kg ha-1. gabah kering dari 3 rumpun tanaman
Pemberian pupuk urea, SP-36 dan KCl sampel pada kadar air ± 14%. Per-
dilakukan pada umur 1 Minggu Setelah hitungan berat gabah kering dilakukan
Tanam (MST) dengan cara ditugal di setelah panen.
sekitar tanaman. Pupuk urea diberikan 2 7. Produksi per hektar (ton), konversi dari
kali yaitu setengah dosis diberikan pada hasil gabah kering per rumpun.
umur 1 MST dan setengah dosis diberikan
pada umur 8 MST. Analisis data
e. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit Data hasil pengamatan dianalisis
tanaman dilakukan secara optimal baik dengan sidik ragam gabungan (Combined
secara manual maupun menggunakan Anova) atau uji F gabungan. Apabila sidik
bahan kimia (insektisida/pestisida) sesuai ragam menunjukkan pengaruh signifikan
dengan hama dan penyakit tanaman yang (Fhitung > Ftabel) maka dilanjutkan dengan Uji
menyerang. Tukey atau Honestly Significance Difference
(Beda Nyata Jujur = BNJ) pada taraf
5. Panen kepercayaan 95 %. Untuk menge-tahui

Publisher : Fakultas Pertanian UNIMAL 12


Jurnal Agrium Maret, 2021
online version : https://ojs.unimal.ac.id/index.php/agrium Vol. 18, No1,
P-ISSN 1829-9288. E-ISSN 2655-1837 Hal. 9-16
Author(s): Laode Afa, et al

hubungan korelasi antara hasil gabah dengan HASIL DAN PEMBAHASAN


komponen-komponen hasil beberapa kultivar
padi ladang (Oryza sativa L.) lokal Sulawesi Hasil analisis korelasi pengaruh
Tenggara yang dibudidayakan dengan sistem berbagai komponen-komponen hasil ter-hadap
budidaya gogo dan budidaya sawah dilakukan hasil beberapa kultivar padi ladang (Oryza
analisis korelasi sederhana, menggunakan sativa L.) lokal Sulawesi Tenggara yang
program statistika SAS 9.2. dibudidayakan dengan sistem budidaya gogo
dan sistem budidaya sawah disajikan pada
Tabel 3.

Tabel 3. Korelasi antara hasil dan komponen-komponen hasil padi ladang lokal Sulawesi Tenggara
Variable JAP PM TG BGI B1000 BGR PROD
JAP 1,00
PM -0,44 1,00
TG -0,23 0,46* 1,00
BGI -0,28 0,55* 0,92* 1,00
B1000 0,04 0,06 -0,62* -0,42 1,00
BGR 0,19 0,36 0,83* 0,84* -0,38 1,00
PROD -0,17 0,46* 0,59* 0,55* -0,29 0,57* 1,00
Keterangan: JAP=Jumlah Anakan Produkif, PM=Panjang Malai, TG=Toal Gabah per Malai, BGI=Bobot Gabah
Isi, B1000=Bobot 1000 Butir, BGR=Bobot Gabah per Rumpun, PROD=Produksi, *=berkorelasi.

Tabel 2 menunjukkan bahwa korelasi nilai 0,46. Hal ini sesuai dengan pernyataan
antara produksi dan komponen-komponen hasil Zhang et al., (2010) bahwa malai yang panjang
padi ladang lokal Sultra berkorelasi positif dan dengan jumlah gabah per malai yang banyak
negatif. Secara umum, komponen jumlah dapat meningkatkan kepadatan gabah. Lebih
anakan produktif tidak menunjukkan korelasi lanjut dilaporkan, selain karakter panjang
yang signifikan terhadap komponen panjang malai, bobot gabah isi dan persentase gabah
malai, total gabah per malai, bobot gabah isi, isi, bobot 1000 butir juga memberikan
bobot 1000 butir, bobot gabah per rumpun dan pengaruh langsung terhadap hasil gabah
produksi dengan nilai masing-masing -0,44; - (Kanbar et al., 2009; Min et al., 2011; Li et al.,
0,23; -0,28; 0,04; 0,19 dan -0,17. Hal ini 2014; Solomon dan Wegary, 2016; Kartina
menggambarkan bahwa meningkatnya atau et al., 2017; Suryanugraha et al., 2017; Sharif
menurunya jumlah anakan produktif tidak dan Ebadi, 2018; Asante et al. 2019; Zhao et
memiliki hubungan yang erat terhadap al., 2020).
komponen hasil. Komponen total gabah per malai
Komponen panjang malai mempunyai mempunyai korelasi positif terhadap bobot
korelasi positif dengan jumlah gabah total per gabah isi, bobot gabah per rumpun dan
malai dan bobot gabah isi dengan nilai masing- produksi gabah dengan nilai masing-masing
masing 0,46 dan 0,55 dan. Hal ini menunjukkan 0,92; 0,83 dan 0,59. Hal ini menunjukkan
peningkatan panjang malai akan mendukung bahwa bobot gabah isi, bobot gabah per
peningkatan total gabah per malai dan bobot rumpun dan produksi gabah memiliki
gabah isi per malai. Semakin panjang malai hubungan yang erat terhadap total gabah per
maka semakin tinggi jumlah gabah isi dan total malai. Semakin meningkat total gabah per
gabah per malai. Komponen panjang malai juga malai maka akan diikuti dengan meningkatnya
berkorelasi positif dengan produksi dengan bobot gabah per rumpun yang pada akhirnya
Publisher : Fakultas Pertanian UNIMAL 13
Jurnal Agrium Maret, 2021
online version : https://ojs.unimal.ac.id/index.php/agrium Vol. 18, No1,
P-ISSN 1829-9288. E-ISSN 2655-1837 Hal. 9-16
Author(s): Laode Afa, et al

meningkatkan produksi padi. Namun, menunjukkan korelasi negatif yaitu -0,17 dan -
menunjukkan korelasi negatif terhadap bobot 0,29. Berdasarkan hasil yang diperoleh,
1000 butir dengan nilai -0,62. Hal ini menunjukkan bahwa produksi memiliki
menunjukkan bahwa peningkatan total gabah hubungan yang erat dan berkorelasi positif
per malai dapat berpengaruh terhadap ukuran dengan komponen panjang malai, total gabah
gabah karena ukuran besar kecilnya gabah per malai, bobot gabah isi dan bobot gabah per
dapat menentukan bobot 1000 butir gabah. rumpun.
Komponen bobot gabah isi berkorelasi Peningkatan produksi padi ladang
positif terhadap bobot gabah per rumpun dan dapat dipengaruhi oleh meningkatnya total
produksi dengan nilai 0,84 dan 0,55. Hal ini gabah per malai, bobot gabah isi dan bobot
menunjukan bahwa bobot gabah isi memiliki gabah per rumpun. Sebaliknya, komponen
hubungan yang erat dengan bobot gabah per jumlah anakan produkif dan bobot 1000 butir
rumpun dan produksi. Hal ini berarti berbanding terbalik terhadap produksi,
peningkatan bobot gabah isi yang tinggi ditunjukkan dengan korelasi negatif. Selain
mengakibatkan komponen gabah per rumpun itu, menurunnya jumlah anakan produktif dan
maupun produksi mengalami peningkatan. bobot 1000 butir dapat menurunkan produksi
Komponen bobot 1000 butir gabah padi gogo lokal Sulawesi Tenggara. Yuniarti
menunjukkan korelasi negatif terhadap total (2013), melaporkan komponen panjang malai
gabah per malai dengan nilai -0,62. Hal ini dan gabah isi juga dapat menentukan produksi.
menunjukkan bahwa total gabah per malai Lebih lanjut dilaporkan bahwa, karakter lain
memiliki hubungan yang erat terhadap bobot yang dapat digunakan untuk mempengaruhi
1000 butir. Namun, total gabah yang komponen hasil tanaman yaitu tinggi tanaman,
meningkat dan padat dapat berpengaruh jumlah anakan produktif, indeks panen, umur
negatif terhadap bobot 1000 butir karena berbunga (Hairmansis et al., 2010; Lakshmi et
berpengaruh pada ukuran gabah pada setiap al., 2014; Ahmed et al., 2016; Sadimantara et
malai. Menurut Saragih & Wirnas (2019) al., 2018).
bahwa bobot 1000 butir sangat dipengaruhi Berdasarkan penjelasan di atas, maka
oleh ukuran dan bentuk gabah. Semakin besar dapat dikatan bahwa panjang malai, total
ukuran gabah maka bobot gabah yang gabah per malai, bobot gabah isi dan bobot
dihasilkan akan semakin besar, dan gabah per rumpun merupakan komponen-
sebaliknya, ukuran gabah yang kecil akan komponen yang memiliki korelasi positif dan
menghasilkan bobot gabah yang ringan. Lebih berhubungan erat dengan hasil produksi padi
lanjut dilaporkan bahwa semakin berat gabah ladang lokal Sulawesi Tenggara. Hal ini
dan bobot 1000 butir akan memberikan menunjukkan bahwa ke empat komponen
korelasi yang signifikan terhadap hasil tersebut dapat digunakan sebagai kriteria
tanaman (Kanbar et al., 2009; Hasan et al., untuk peningkatan hasil padi ladang baik di
2011; Sugár et al., 2016; Li et al., 2019). lahan sawah maupun lahan kering.
Komponen produksi dan komponen-
KESIMPULAN
komponen hasil padi ladang lokal Sulawesi
Tenggara berkorelasi positif terhadap panjang Berdasarkan hasil dan pembahasan,
malai, total gabah per malai, bobot gabah isi dapat disimpulkan bahwa panjang malai, total
dan bobot gabah per rumpun dengan nilai gabah per malai, bobot gabah isi dan bobot
korelasi secara berurut yaitu 0,46; 0,59; 0,55 gabah per rumpun merupakan kriteria yang
dan 0,57. Berbeda dengan komponen jumlah dapat digunakan untuk mengetahui
anakan produktif dan bobot 1000 butir yang peningkatan produksi baik padi ladang yang

Publisher : Fakultas Pertanian UNIMAL Page 14


Jurnal Agrium Maret, 2021
online version : https://ojs.unimal.ac.id/index.php/agrium Vol. 18, No1,
P-ISSN 1829-9288. E-ISSN 2655-1837 Hal. 9-16
Author(s): Laode Afa, et al

dibudidayakan dengan sistem budidaya gogo yield of rice for tidal swamp areas.
maupun sistem budidaya sawah. Empat Indonesian Journal of Agricultural
komponen tersebut memiliki korelasi positif Science 11(1): 11-15.
terhadap hasil produksi padi ladang lokal Hasan, M.J., M.U. Kulsum, A. Akter, A.S.M.
Sulawesi Tenggara. Masuduzzaman and M.S. Ramesha.
UCAPAN TERIMAKASIH 2011. Genetic variability and character
Ucapan terimakasih disampaikan association for agronomic traits in
kepada Kementerian Riset Teknologi dan hybrid rice (Oryza Sativa L.).
Pendidikan Tinggi, yang telah mendanai Bangladesh J. Pl. Breed. Genet, 24(1):
penelitian ini melalui program PPT_BOPTN 45-51.
Universitas Halu Oleo tahun anggaran 2017. Kanbar, A., M. Toorchi and H.E. Shashidhar.
2009. Relationship between root and
DAFTAR PUSTAKA yield morphological characters in
rainfed low land rice (Oryza sativa
Afa, L.O. dan A. A. Anas. 2017. Produksi
L.). Cereal Research
Beberapa Kultivar Padi Gogo (Oryza
Communications, 37(2): 261-268.
sativa L.) Lokal Sulawesi Tenggara
pada Dua Sistem Budidaya. Laporan Kartina, N., B.P. Wibowo, I.A. Rumanti dan
hasil penelitian produk terapan. Satoto. 2017. Korelasi hasil gabah dan
Universitas Halu Oleo, p 75. komponen hasil padi hibrida.
Penelitian Pertanian Tanaman
Ahmed, B.E.A.M., F.E. Ahmed and H.I. Pangan, 1(1): 11-19.
Dessougi. 2016. Assessments of the
relationship between effective leaf Lakshmi, M.V., Y. Suneetha, G. Yugandhar
area, yield componentsand protein and N.V. Lakshmi. 2014. Correlation
content in wheat (Triticum aestivum studies in rice (Oryza sativa L.).
L.) under water stress conditions at International Journal of Genetic
Eastern Sudan. Sch J Agric Vet Sci., Engineering and Biotechnology, 5(2):
3(2): 155-159. 121-126.

Asante, M.D., K.L. Adjah & E. Annan-Afful. Li, G., J. Zhang, C. Yang, Y. Song, C. Zheng,
2019. Assessment of genetic diversity S. Wang, Z. Liu and Y. Ding. 2014.
for grain yield and yield component Optimal yield-related attributes of
traits in some genotypes of rice (Oryza irrigated rice for high yield potential
Sativa L.). Journal of Crop Science based on path analysis and stability
and Biotechnology, 22(2): 123–130. analysis. The Crop Journal, 2(4): 235-
243.
Bogale, A. and K. Tesfaye. 2016. Relationship
between grain yield and yield Li, R., M. Li, U. Ashraf, S. Liu and J. Zhang.
components of the Ethiopian Durum 2019. Exploring the relationships
wheat genotypes at various growth between yield and yield-related traits
stages. Tropical and Subtropical for rice varieties released in China
Agroecosystems, 19(1): 81-91. From 1978 to 2017. Front. Plant Sci.
10:543.
Habib, S.H., M.K. Bashar, M. K. Zaman, M.S.
Ahmed, and E.S.M.H. Rashid. 2005. Limbongan, Y.L. 2008. Analisis genetik dan
Genetic analysis and seleksi genotipe unggul padi sawah
morphophysiological selection criteria (Oryza sativa L.) untuk adaptasi pada
for traditional biroin Bangladesh rice ekosistem dataran tinggi. Disertasi.
germplasm. J. Biol. Sci. 5(3):315–318. Sekolah Pasca-sarjana, IPB, p147.

Hairmansis A., B. Kustianto, Supartopo, and Min, H., Z. Ying-bin, J.Peng, X. Bing, M.
Suwarno. 2010. Correlation analysis Ibrahim, A.O. He-jun. 2011.
of agronomic characters and grain Relationship between grain yield and

Publisher : Fakultas Pertanian UNIMAL Page 15


Jurnal Agrium Maret, 2021
online version : https://ojs.unimal.ac.id/index.php/agrium Vol. 18, No1,
P-ISSN 1829-9288. E-ISSN 2655-1837 Hal. 9-16
Author(s): Laode Afa, et al

yield components in super hybrid rice. Sugár, E., Z. Berzsenyi, T. Árendásand and P.
Agricultural Sciences in China, Bónis. 2016. Effect of nitrogen
10(10):1537-1544. fertilization and genotype on the yield
and yield components of winter wheat.
Perween, S., A. Kumar, F. Adan, J. Kumar, P.
Die Bodenkultur: Journal of Land
Raj and A. Kumar. 2020. Correlation
Management, Food and Environment,
and path analysis of yield components
67(1):25-34.
in rice (Oryza sativa L.) under
irrigated and reproductive stage Suryanugraha W.A., Supriyanta dan
drought stress condition. British Kristamtini. 2017. Keragaan sepuluh
Journal of Applied Science & kultivar padi lokal (Oryza sativa L.)
Technology, 39(8): 60-68. Daerah Istimewa Yogyakarta.
Vegetalika, 6(4): 55-70.
Rachmawati, R.Y., Kuswanto, dan S.L.
Purnamaningsih. 2014. Uji Wirnas, D., I. Widodo, Sobir, Trikoesoe-
keseragaman dan analisis sidik lintas maningtyas dan D. Sopandie, 2007.
antara karakter agronomis dengan Pemilihan karakter agronomi untuk
hasil pada tujuh genotipe padi hibrida menyusun indeks seleksi pada 11
japonica. Jurnal Produksi Tanaman, populasi kedelai generasi F6. J.
2(4):292-300. Agron. Indonesia 34(1):19-24.
Sadimantara, G.R., W. Nuraida, N.W.S
Yoshida, S. 1981. Fundamentals of Rice Crop
Suliartini and Muhidin. 2018.
Science. International Rice Research
Evaluation of some new plant type of
Institut. Manila.
upland rice (Oryza sativa L.) lines
derived from cross breeding for the Yuniarti S. dan S. Kurniawati, 2013.
growth and yield characteristics. IOP Keragaman Komponen Pertumbuhan
Conf. Series: Earth and dan Hasil Varietas Unggul Baru Padi
Environmental Science, 157: 1-6. pada Lahan Rawan banjir di
Kabupaten Pandeglang, Banten.
Saragih, R.I.K dan D. Wirnas. 2019. Varian
Buletin IKATAN 3: 2.
among F4 Lives generation from
Crossing on IPB 4S and Situ Zhang H., G.L. Tan, Y.G. Xue, L.J. Liu dan
Patenggang. Bul Agrohorti, 7(1) : 38- J.C. Yang, 2010. Changes in grain
46. yield and morphological an
Physiological charcteristic during 60
Sharifi P. and A.A. Ebadi. 2018. Relationships
year evolution of Japonica rice
of rice yield and quality based on
cultivars in Jiangsu. Acta Agron Sin
genotype by trait (GT) biplot. An.
36:133-140.
Acad. Bras. Ciênc, 90 (1):343-356.
Zhao, H., Z. Mo, Q. Lin, S. Pan, M. Duan,
Solomon, H. and D. Wegary. 2016.
H. Tian, S. Wang and X. Tang. 2020.
Phenotypic correlation and path
Relationships between grain yield and
coefficient analysis of yield and yield
agronomic traits of rice in Southern
component in rice (Oryza Sativa). Int
China. Chil. j. agric. Res, 80(1): 72-
J Res Rev. 3(7): 1-5.
79.

Publisher : Fakultas Pertanian UNIMAL Page 16

You might also like