You are on page 1of 11

Versi Online: http://journal.ipb.ac.id/index.php/jtip J. Teknol.

dan Industri Pangan


DOI: 10.6066/jtip.2015.26.2.144 Vol. 26(2): 144-154 Th. 2015 ISSN: 1979-7788
Hasil Penelitian Terakreditasi Dikti: 80/DIKTI/Kep/2012

BIOAKTIVITAS EKSTRAK METANOL DAUN NAMNAM SERTA


KOMBINASINYA DENGAN MADU TRIGONA
[Bioactivity of Methanol Extract of Namnam Leaves in Combination with Trigona Honey]
La Ode Sumarlin1,2)*, Agik Suprayogi1), Min Rahminiwati1), Achmad Tjachja3),
dan Dede Sukandar2)
1)
Program Doktor Ilmu-Ilmu Faal dan Khasiat Obat, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor
2)
Program Studi Kimia, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Tangerang
3)
Program Studi Agribisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Tangerang

Diterima 28 Mei 2015 / Disetujui 15 September 2015

ABSTRACT
Namnam (Cynometra cauliflora L) and trigona honey are two potential natural ingredients to b e
developed in Indonesia. However, scientific evidence of their active compounds and b ioactivity is still rarely
found, particularly the combination of these two materials. Therefore , this research aimed to explore the
active ingredients of the combination of the two materials, i.e. total phenolic, flavonoids, vitamin C and β-
carotene and its b ioactive capabilities such as antioxidant activity and antibacterial activity. The analysis
showed the methanol extract of Nam nam leaves (EMDN) and trigona honey either in their sole form or
combined form has antioxidant and antib acterial activity. The EMDN was more active to Staphylococcus
aureus (23.7±3.3 mm) than to Escherichia coli, while the Trigona honey (MT) more active to Escherichia
coli (32.6±4.4 mm) than Staphylococcus aureus (16.6±4.1 mm). Similarly, the combination of EMDN and
MT showed higher activity to Escherichia coli (23±1.9 mm) than Staphylococcus aureus (17.6±2.6 mm).
Analysis of the antioxidant activity also showed that EMDN provided the highest activity with an IC 50 of
0.0048±0.000 mg/mL), while a comb ined EMDN and MT had an IC 50 of 0.0085±0.000 mg/mL) and MT with
an IC 50 of 3.736±0.112 mg/mL. Moreover, this analysis also showed that sole samples of MT and EMDN
have total phenolic content, flavonoids, and vitamin C that were higher than the comb ination of MT and
EMDN. However, the content of β-carotene in the combined form of MT and EMDN was higher. Thus
trigona honey, methanol extract of leaves Nam nam (Cynometra cauliflora L) in a single form or in a
combination are potential to b e utilized and developed as a source of antioxidants and antibacterial in the
form of functional food.

Keywords: antib acterial, antioxidant, Cynometra cauliflora L, honey trigona, namnam

ABSTRAK
Tanaman namnam (Cynometra cauliflora L) dan madu trigona merupakan dua bahan alam yang
sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Namun informasi ilmiah mengenai bahan aktif dan
bioaktivitasnya masih belum banyak diteliti khususnya kombinasi dari kedua bahan tersebut. Oleh karena
itu, penelitian ini ditujukan untuk mengeksplorasi bahan aktif kombinasi kedua bahan tersebut seperti total
fenolik, flavonoid, vitamin C dan β-karoten serta kemampuan aktivitas antioksidan dan antibakteri. Hasil
analisis menunjukkan bahwa ekstrak metanol daun namnam (Cynometra cauliflora L) dan madu trigona
dalam bentuk tunggal maupun bentuk kombinasinya memiliki aktivitas antioksidan dan antibakteri.
Akti vitas antibakteri ekstrak metanol daun namnam (EMDN) lebih tinggi terhadap Staphylococcus aureus
(23,7±3,3 mm) dibandingkan Escherichia coli, sedangkan aktivitas antibakteri madu trigona (MT) lebih
tinggi terhadap Escherichia coli (32,6±4,4 mm) dibandingkan bakteri Staphylococcus aureus (16,6±4,1
mm). Demikian pula, kombinasi EMDN dan MT lebih kuat terhadap Escherichia coli (23±1,9 mm) daripada
Staphylococcus aureus (17,6±2,6 mm). Analisis terhadap aktivitas antioksidan juga menunjukkan bahwa
EMDN memberikan aktivitas tertinggi (IC 50 0,0048±0,000 mg/mL), kombinasi EMDN dan MT (IC 50
0,0085±0,000 mg/mL) dan MT (IC 50 3,736±0,112 mg/mL). Selain itu, analisis ini menunjukkan pula sampel
MT dan EMDN tunggal memiliki kandungan total fenolik, flavonoid, vitamin C lebih tinggi dibandingkan
kombinasi MT dan EMDN. Namun pada kandungan β-karoten kombinasi MT dan EMDN lebih tinggi.
Dengan demikian, madu trigona, ekstrak metanol daun namnam (Cynometra cauliflora L) dalam bentuk
tunggal maupun kombinasinya sangat potensial dimanfaatkan dan dikembangkan sebagai sumber
antioksidan dan antibakteri dalam suatu bentuk pangan fungsional.

Kata kunci: antibakteri, antioksidan, Cynometra cauliflora L, madu trigona, tanaman namnam

*Penulis Korespondensi:
E-mail: sumarlin@uinjkt.ac.id
144
DOI: 10.6066/jtip.2015.26.2.144 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 26(2): 144-154 Th. 2015

PENDAHULUAN Semua publikasi tanaman namnam dan madu


trigona tersebut dalam bentuk tunggal. Beberapa
Tanaman namnam (Cynometra cauliflora L) publikasi kombinasi madu seperti kombinasi madu
dan madutrigona merupakan dua bahan alam yang dan Nigella sativa (Maslem et al., 2012), kombinasi
sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia. madu dan Garcinia Kola (Akinnibosun dan It edjere,
Namun informasi ilmiah tentang aktivitas bioaktifnya 2013), kombinasi madu alam dan benih Peganum
masih belum banyak diteliti, khususnya kombinasi harmala (Ahmed et al., 2013), serta kombinasi madu
dari kedua bahan tersebut. Komponen bioaktif yang dan tepung kentang (Ahmed et al., 2012) yang telah
dimaksud adalah k omponen secara alamiah ter- menghasilkan efek sinergis dan meningkat aktivitas-
dapat dalam bahan pangan dan dapat memberik an nya. Oleh karena itu, dalam penelitian ini ditujuk an
manfaat bagi kesehatan (Biesalski et al., 2009). untuk mengeksplorasi bahan aktif pada kombinasi
Hasil penelitian Owayss et al. (2004) dan bahan ekstrak metanol daun namnam dan madu
Ferreira et al. (2009) menunjukkan bahwa pada trigona seperti total fenolik, flavonoid, vitamin C dan
madu terdapat klorofil, β-k arot en, likopen, karot e- β-karoten serta kemampuannya sebagai bahan
noid, dan flavonoid. Bahkan, Ferreira et al. (2009) antioksidan dan antibakteri. Hal ini penting untuk
menyatakan bahwa kandungan β-k arot en dan mengetahui efek sinergi kedua bahan pot ensial
likopen madu masing-masing sebesar 9,49 mg/kg tersebut secara ilmiah. Untuk mendapatkan hasil
dan 6,12 mg/kg. Selain itu, Zainol et al., 2013 juga yang maksimal, digunakan metode maserasi cara
menyatakan bahwa madu kelulut memiliki potensi dingin untuk mencegah terurainya metabolit yang
sebagai antibakteri. Madu dari lebah stinglessbee tidak tahan pemanasan. Penggunaan pelarut
bahkan memiliki rasa, aroma dan kekentalan ber- metanol berfungsi melunakkan sel simplisia sehing-
beda yang berguna unt uk medis dan terapi (Biluca ga seny awa metabolit sekunder yang masih terik at,
et al., 2014). Madu Trigona spp memiliki total fenolik tertarik ke luar sel dan dilarutkan. Penelitian S uryan-
sekitar 784,3 mg GAE/kg dibandingkan dengan to dan Wehantouw (2009) menunjukkan bahwa
madu Apis spp. sekitar 590,5 mg GAE/kg (Kek et al., metanol mampu menarik lebih bany ak jumlah
2014). Keberadaan senyawa-senyawa tersebut me- metabolit sekunder yaitu senyawa fenolik, flavonoid,
nunjukkan bahwa madu lokal juga memiliki potensi dan tanin dalam daun Artocarpus altilis F. dibanding-
sebagai anti kanker dan antioksidan (S umarlin et al., kan dengan et anol. Hasil penelitian Rabeta dan
2014). Farazina (2013) pada ekstraksi daun dan buah
Seperti halnya madu, daun tanaman namnam Garcinia atrovirdis sert a buah Cynometra cauliflora
(Cynometra cauliflora L) yang merupak an pohon dengan menggunakan pelarut metanol memberik an
berbuah dari suku polong-polongan, Leguminos ae aktivit as antioksidan yang lebih kuat daripada eks -
atau Fabaceae juga telah diteliti oleh Aziz dan Iqbal traksi dengan pelarut air. P ada akhirnya, diharapk an
(2013), terkandung adanya tanin, saponin, flavonoid, penelitian ini dapat digunakan sebagai basis data
terpenoid, dan glikosida yang bermanfaat sebagai untuk formulasi antioksidan dan antibakteri kombina-
antioksidan. Aktivitas antioksidan dalam tanaman si tanaman namnam dan madu trigona dalam ber-
Cynometra cauliflora L. ditemukan dalam urut an bagai aplikasi.
sebagai berikut: daun muda > daun tua > batang >
kulit. Hasil penelitian Ado et al. (2014), juga me-
BAHAN DAN METODE
nunjukkan bahwa ekstrak metanol daun namnam
memiliki kadar total fenolik sebesar 214,370 mg
Bahan
GAE/g dan aktivit as antioksidan dengan nilai IC 50
Bahan utama adalah sampel madu trigona
sebesar 0,048 mg/mL. Penelitian lain dari suku
yang diperoleh dari peternak lebah di daerah Luwuk
golongan Fabaceae sebagai antibakteri diant aranya
Sulawesi Tengah, daun namnam diperoleh dari
ekstrak Senna italica yang memiliki daya hambat
daerah Pangandaran, Jawa Barat dan diidentifikasi
terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa, E ntero-
di Herbarium Bogoriense Bidang B otani, Pusat
coccus faecalis, Escherichia coli dan Staphylo-
Penelitian Biologi LIP I, Bogor, DPPH (2,2-difenil-1-
coccus aureus (Masoko et al., 2009), ekstrak etil
pikril-hidrazil) (Sigma-Aldrich, USA), Escherichia coli
asetat daun jengkol (Pithecolobium lobatum Bent h)
ATCC 25922 dan Staphylococcus aureus ATCC
memiliki aktivitas dalam menghambat pertumbuhan
25923 serta bahan-bahan kimia pro analitik lainnya
bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli
yang diperlukan untuk analisis.
(Salni et al., 2011).

145
DOI: 10.6066/jtip.2015.26.2.144 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 26(2): 144-154 Th. 2015

Ekstraksi daun namnam Uji flavonoid (Harborne, 1996 dengan modifikasi)


Daun namnam (Cynometra cauliflora L.) dicuci, Sampel sebanyak 0,5 gram ditambah dengan
disortasi lalu dikeringkan dengan sinar matahari 10 mL air panas (metode Harborne, 1996 meng-
selama 30 jam sampai kadar air 9-10%. Kemudian gunakan alkohol), dan didihkan selama 5 menit,
digiling dengan blender (A rte, Indonesia), sehingga kemudian disaring kertas Whatman No. 4. Filtrat
diperoleh serbuk halus. Serbuk daun namnam sebanyak 5 mL ditambahkan HCl pek at (Merk
sebanyak 100 gram direndam dengan 100 mL Milipore, Germany) dan 0,05 mg serbuk Mg (Merk
methanol (JT Baker, USA) dan dimaserasi selama Milipore, Germany), kemudian dikocok kuat-kuat. Uji
24 jam. Setelah itu hasil rendaman disaring dengan positif ditunjukkan dengan terbent uknya warna
kertas saring Whatman No. 4 (Merk milipore, merah, kuning, atau jingga.
Germany), sehingga diperoleh filtrat yang pertama.
Residu daun namnam dimaserasi kembali dengan Uji saponin (uji forth)
pelarut methanol selama 9 jam, sehingga diperoleh Sampel sebanyak 0,5 gram ditambah air panas
filtrat yang kedua. Filtrat diuapkan dengan rotary sebanyak 5 mL dalam tabung reaksi dan dikocok.
evaporator (Laborat a 4000 Heidolph, USA ) pada Sampel dinyatakan positif mengandung saponin
suhu 49°C sehingga diperoleh ekstrak kental. apabila terdapat busa. Terbentuknya busa yang
Proses ekstraksi dilakukan sebanyak lima kali. Pem- stabil dalam t abung reaksi menunjukkan adanya
buatan formulasi kombinasi madu dan ekstrak senyawa golongan saponin, bila ditambahkan 1
metanol daun namnam dilakuk an dengan cara me- tetes asam klorida 1% (encer) busa tetap stabil
nimbang madu dan ekstrak metanol daun namnam (Djamil dan Anelia, 2009).
dengan menggunakan perbandingan 1:1 (b/b).
Uji tanin atau fenolik
Uji alkaloid (uji dragendroff dan bourchardat) Sampel sebanyak 0,5 gram ditambah 10 tetes
Sampel sebanyak 0,5 gram ditambah 10 mL FeCl3 1% (Merk Milipore, Germany). Sampel positif
kloroform-amoniak (Merk Milipore, Germany), mengandung tannin at au fenol apabila menghasil-
kemudian disaring. Filtrat ditambahkan dengan 3-5 kan warna hijau, merah, ungu, biru atau hitam pekat
tetes H2SO4 2 M (Merk Milipore, Germany) dan (Djamil dan Anelia, 2009).
dikocok sehingga terbentuk dua lapisan. Lapis an
Uji kuinon
asam (terdapat pada bagian atas) dipipet dalam dua
Sampel sebanyak 0,5 gram ditambah etanol
tabung reaksi lain, lalu ditambahkan beberapa tetes
95% (Merk Milipore, Germany) sebanyak 2 mL, lalu
pereaksi Dragendroff (kombinasi Bi(NO3)2.5H2O
ditambahkan NaOH 10% (Merk Milipore, Germany).
(Merk Milipore, Germany) dalam HNO3 (Merk
Jika terjadi warna kuning, jingga, coklat, atau merah
Milipore, Germany) dan larutan KI (Merk Milipore,
menunjukkan adanya fenolhidrokuinon (Harborne,
Germany) pada tabung A dan pereaksi Bourc hardat
1996).
(4 gram KI (Merk Milipore, Germany) dilarutkan
dalam 20 mL akuades, ditambah 2 gram I2 (Merk Penentuan aktivitas antioksidan dengan metode
Milipore, Germany) ditera hingga 100 mL) pada DPPH (Singh et al., 2013 dimodifikasi)
tabung B. Adanya alkaloid ditunjukkan dengan ter- Sebanyak 2 mL sampel masing -masing di-
bentukny a endapan jingga sampai merah coklat masukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahk an
(Harborne, 1996). ke dalamnya 2 mL DPPH 0,002% (Sigma-Aldrich,
USA) (Singh et al., 2013) menggunakan 4 mL DPPH
Uji steroid dan triterpenoid (uji salkowski) 0,004% yang dilarutkan dalam metanol). Kemudian
(Harborne, 1996 dengan modifikasi) sampel dihomogenk an dan diinkubasi selama 30
Sampel sebanyak 0,5 gram ditambah dengan menit dalam ruang gelap. Serapan diukur pada
20 mL n-heksana (JT Baker, USA) dan didiamk an panjang gelombang 517 nm dengan spektrof-
selama 2 jam. Kemudian disaring dan ditambahk an otometer UV -VIS (P erkin Elmer Lambda 25). Pengu-
H2SO4 pekat sebanyak 2 tetes (Metode Harborn, kuran dilak ukan pengulangan sebanyak 3 kali.
1996 menggunakan kloroform dan asetat anhidrida). Sebagai standar digunakan asam askorbat (Merk
Steroid memberik an warna biru atau hijau, sedang- Milipore, Germany) pada konsentrasi 0,5; 1; 2; 4 dan
kan untuk tritepenoid memberikan warna merah 8 ppm dengan perlakuan yang sama dengan sampel
atau ungu. uji. Nilai absorbansi yang didapat digunakan untuk
menentukan nilai penghambatan sampel melalui
perhitungan sebagai berikut:

146
DOI: 10.6066/jtip.2015.26.2.144 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 26(2): 144-154 Th. 2015

% inhibisi = lanko- ampel x 100% 0,005% (Merk Milipore, Germany). Sampel kemu-
lanko dian dihomogenkan dan diinkubasi selama 30 menit
pada suhu ruang. Serapan diukur menggunak an
Keterangan: spektrofotometer UV-V IS pada panjang gelombang
A blanko = Absorbansi tidak mengandung sampel 519 nm. Sebagai standar digunakan asam askorbat
A sampel = Absorbansi sampel standar dengan deret kons entrasi 10, 20, 40, 80,
100 mg/L dan menggunak an persamaan regresi.
Selanjutnya hasil perhitungan dimasukkan ke Kandungan vitamin C dinyatakan sebagai jumlah
dalam persamaan regresi sehingga diperoleh nilai ekuivalen mg asam askorbat (AA) per 1 g sampel.
IC50 didapat dari perhitungan pada saat pers en
inhibisi sebesar 50%. Uji total kandungan karotenoid (Alvarez-Suarez
et al., 2010)
Uji total fenolik (Socha et al., 2009) Uji kandungan total karotenoid dilakukan pada
Madu t rigona, ekstrak metanol daun namnam, madu trigona dan ekstrak dari daun namnam.
dan kombinasi madu-ekstrak metanol daun namnam Sampel madu sebanyak 1 gram dilarutkan dengan
(1:1) masing-masing sebanyak 100 mg dilarutkan pelarut n-heksana-metanol (1:1) (JT Baker, USA)
dalam 10 mL akuades. Kemudian dipipet sampel dishaker (Heidolph Unimax 1010, USA) selama 1
sebanyak 0,5 mL dan ditambahk an 0,3 mL reagen jam dan didiamkan selama 10 menit pada suhu
Folin-Cioucalteu (Merk Milipore, Germany), 2 mL ruang. Kemudian dis aring dengan menggunak an
Na2 CO3 15% (Merk Milipore, Germany) dan ditepat- kertas saring Whatman No. 4. Filtrat diuk ur absor-
kan dengan akuades hingga volume larutan menjadi bansinya dengan spektrofotometer UV-Vis pada
5 mL. Selanjutnya sampel divortex dan diinkubasi panjang gelombang 450 nm. Sebagai standar di-
selama 2 jam. Sampel diukur serapannya meng- gunakan β-k arot en (Sigma-Aldrich, USA) dengan
gunakan spektrofotomet er UV -VIS (Perkin Elmer kurva standar pada konsent rasi (0,015–0,6 µg/mL).
Lambda 25) pada panjang gelombang 750 nm. Total kandungan karot enoid dinyatakan dalam mg
Kurva standar asam galat (Sigma-Aldrich, USA) etara dengan β-karoten (mg βCE/g). Diulang
dibuat pada deret konsentrasi 10, 20, 40, 60, 80, dengan menggunak an ekstrak madu dan daun
100 ppm. Kandungan total fenolik dinyatak an namnam dan hasil partisi n-heksana, etil asetat dan
sebagai jumlah ekuivalen mg asam galat (GAE) per butanol.
1 gram sampel.
Pengujian antibakteri dengan metode zona
Uji total flavonoid (Meda et al., 2005) bening (Lestari et al., 2013)
Madu t rigona, ekstrak metanol daun namnam, Sebanyak 1 mL inokulum bakteri uji fase midlog
dan kombinasi (1:1) masing-masing sebany ak 100 diambil kemudian dimasukkan ke dalam 100 mL
mg dilarutkan dalam 10 m L metanol. Kemudian media MHA (Merk Milipore, Germany) dan di-
sampel disaring dan diambil sebanyak 5 mL dan homogenkan. Selanjutnya media yang berisi ino-
ditambahkan 5 m L AlCl3 2% (b/ v) (Merk Milipore, kulum tersebut dituang ke dalam cawan petri dan
Germany). Kemudian sampel dihomogenkan dan dibiarkan memadat. Sebanyak 0,1 mL baik sampel
diinkubasi selama 10 menit. Sampel diukur serapan- maupun kontrol yang telah dipersiapkan di dalam
nya menggunak an spektrofotomet er UV-VIS pada syringe dit uangkan pada agar yang telah dilubangi
panjang gelombang 454,63 nm. Kuersetin sebagai dengan sedotan steril. Kemudian pet ri ditutup
standar dengan deret konsentrasi 10, 20, 30, 40, 50 kembali segera, setelah itu diinkubasi selama 18-24
ppm. Kandungan flavonoid dianggap sebagai jumlah jam pada s uhu 37°C. Diukur zona hambat dari
ekuivalen mg kuersetin (QE) (Sigma-Aldrich, USA) masing-masing sampel kemudian dibandingk an
per 1 gram sampel. dengan kontrol positif. Untuk setiap perlakuan
dilakukan tiga kali pengulangan (triplo).
Uji kadar vitamin C (Ferreira et al., 2009)
Madu t rigona, ekstrak metanol daun namnam, Analisis data
dan kombinasi (1:1) ditimbang sebanyak 100 mg Analisis data dilakukan sebanyak triplo dan
dan diekstraksi dengan 10 mL H3P O4 1% (Merk data yang ditampilkan berupa mean ± standar
Milipore, Germany). Setelah itu sampel diinkubasi deviasi. Hasil uji fitokimia dianalisis secara deskriptif
45 menit pada suhu ruang dan dilanjutkan dengan sedangkan aktivitas antioksidan, kadar total fenolik,
penyaringan menggunakan kertas Whatman No. 4. total flavonoid, dan vit amin C dianalisis secara
Diambil 1 mL filtrat dan ditambahkan 9 mL DCP IP statistik menggunakan Analisis Variansi (ANOVA)

147
DOI: 10.6066/jtip.2015.26.2.144 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 26(2): 144-154 Th. 2015

satu arah (One Way) dengan batas kepercayaan fitokimia terhadap ekstrak metanol daun namnam
95% α 0,05) menggunakan Statistical Pack age for Positif mengandung fenolik, flavonoid, steroid/
the Social Sciences (SPSS) versi 20 (Latuconsina et triterpenoid, saponin, dan kuinon (Tabel 2). Hasil ini
al., 2014). sesuai dengan penelitian Aziz dan Iqbal (2013),
penentuan kandungan awal senyawa fitokimia me-
nunjukkan bahwa adanya tanin, saponin, flavonoid,
HASIL DAN PEMBAHASAN
terpenoid, dan glikosida yang bermanfaat sebagai
antioksidan pada daun namnam (Cynomet ra
Hasil uji fitokimia
cauliflora).
Rendemen ekstrak yang diperoleh dalam
Pada awalnya MT tidak mengandung
penelitian ini bervariasi sebesar 6,16% hingga
steroid/triterpenoid, saponin, dan kuinon, namun
9,41% (Tabel 1). Nilai rendemen ini dapat digunak an
setelah kombinasi dengan EMDN menunjukkan
untuk mengetahui nilai ekonomis suatu produk at au
hasil fitokimia yang positif (Tabel 2). Hal ini meng-
bahan. Rendemen ekstrak dalam penelitian ini ber-
indikasikan bahwa kandungan golongan senyawa
variasi disebabkan oleh ketidakseragaman ukuran
saponin, kuinon, terpenoid dan steroid berasal dari
partikel pada satuan mesh tert entu setelah digiling
ekstrak daun namnam. Artinya bahwa kombinasi
dan pengayak an goyang. Hasil ini akan digunak an
dua bahan ini saling melengkapi yang dapat me-
untuk uji-uji selanjutnya termasuk uji fitokimia.
nambah nilai aktivitas dari bahan kombinasi.
Tabel 1. Rendemen ekstrak metanol daun namnam
Aktivitas antioksidan
dalam beberapa pengulangan
Hasil analisis memperlihatkan bahwa semua
Berat
Berat Rendemen sampel yang dianalisis memiliki kemampuan me-
Maserasi* Sampel
Ekstrak (g) (%) lakukan penghambatan terhadap radikal DPPH.
Serbuk (g)
I 100 7,55 7,55 Aktivitas antioksidan t ertinggi terdapat pada sampel
II 100 6,19 6,19 EMDN dengan nilai IC50 sebesar 0,0048 mg/mL
III 100 6,16 6,16 (Tabel 3). Keberadaan senyawa-senyawa seperti
IV 100 6,30 6,30 fenolik, flavonoid, dan vitamin C pada madu dan
V 100 6,85 6,85 namnam berperan penting untuk aktivitas anti-
VI 100 9,41 9,41 oksidan. Hal ini ditunjukkan oleh pola hubungan
Keterangan: *I, II, III, IV, V dan VI adalah pengulangan kandungan senyawa ters ebut dengan aktivitas
untuk mendapatkan sampel yang akan diuji selanjut- antioksidan (Tabel 4). Hubungan ini memper-
nya lihatkan bahwa tingginya kadar fenolik, flavonoid
dan vitamin C pada sampel menyebabkan tingginya
Analisis fitokimia dilakukan untuk memberikan aktivit as antioksidan (Tabel 4). Hal ini dipertegas
gambaran tentang golongan senyawa yang oleh hasil penelitian Ado et al. (2014), yang
terkandung dalam Madu Trigona (MT) dan Ekstrak melaporkan kandungan total fenolik dari ekstrak
Metanol Daun Namnam (EMDN) secara tunggal metanol daun tanaman namnam sebesar 214,370
maupun kombinasi (EMDN : MT). Hasil pengujian mg GAE/g ekstrak dan aktivitas antioksidan dengan
memperlihatkan bahwa semua jenis sampel baik nilai IC50 sebesar 0,048 mg/mL.
tunggal maupun kombinasi positif mengandung
senyawa fenolik dan flavonoid (Tabel 2). Hasil uji

Tabel 2. Hasil uji fitokimia sampel ekstrak metanol daun namnam sebelum dan sesudah di kombinasikan
dengan madu trigona
Sampel Fenolik Flavonoid Alkaloid Steroid/Triterpenoid Saponin Kuinon
EMDN + + - + + +
MT + + - - - -
EMDN : MT (1:1) + + - + + +
Keterangan: (+): Terdeteksi; (-): Tidak Terdeteksi; EMDN : Ekstrak Metanol Daun Namnam; MT : Madu Trigona; MT :
EMDN (1:1): Kombinasi Madu Trigona : Ekstrak Metanol Daun Namnam (1:1)

148
DOI: 10.6066/jtip.2015.26.2.144 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 26(2): 144-154 Th. 2015

Tabel 3. Aktivitas antioksidan sampel ekstrak flavonoid juga telah dilaporkan berpengaruh pada
metanol daun namnam dan madu t rigona sifat antioksidan melalui aktivitas scavenging dan
sebelum dan setelah kombinasi kelating.
Sampel IC50 (mg/mL) Hasil analisis sifat antioksidan (LC50) (Tabel 3)
Standar vitamin C 0,0036 ± 0,000 a pada kombinasi MT dan EMDN tidak menunjukkan
b
MT 3,736 ± 0,112 nilai yang paling tinggi. Hal ini sejalan dengan
EMDN 0,0048 ± 0,000 a fluktuasi total fenolik, flavonoid dan vitamin C.
MT : EMDN (1:1) 0,0085 ± 0,000 a Kondisi ini memperk uat alasan bahwa kemampuan
Keterangan: Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada antioksidan kombinasi MT dan EMDN dipengaruhi
tabel menunjukkan nilai tidak berbeda nyata (uji oleh keberadaan total fenolik, flavonoid dan vitamin
Duncan α = 5% ; MT: Madu Trigona; EMDN: Ek trak C. Pengaruh senyawa ini telah disimpulkan oleh
Metanol Daun Namnam; MT : EMDN (1:1): Kombinasi
Singh et al., 2010 melalui kombinasi Triphala
Madu Trigona : Ekstrak Metanol Daun Namnam (1:1)
dengan Terminalia chebula, Terminalia Bellerica dan
Emblica officinalis. Penelitian tersebut menyatak an
Ado et al. (2014) juga menyatakan bahwa
bahwa fraksi yang kaya polifenol relatif berpengaruh
terdapat 18 senyawa yang telah diidentifikasi dari
terhadap sifat antioksidan dibandingkan yang lebih
fraksi aktif etil asetat dan butanol daun Cynomet ra
rendah kadar fenoliknya. Dugaan lain yang mem-
cauliflora L yang merupakan bagian dari senyawa
pengaruhi aktivitas antioksidan bahan kombinasi
fenolik dan flavonoid. Ketika sampel MT dan EMDN
tersebut adalah komposisi bahan. Liu et al., 2014
dikombinasikan menunjukkan perubahan yang
melakukan penelitian kombinasi ekstrak ubi jalar
signifikan terhadap aktivitas antioksidan meskipun
manis dengan polifenol tanaman Teh dan flavonoid
tidak sebesar EMDN sebelum dikombinasikan. Hasil
Pueraria yang menyatakan bahwa komposisi bahan
ini diperkuat oleh hasil analisis statistika yang
yang optimum berperan penting pada kondisi
menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan sebelum
oksidatif sistim biologi. Kondisi ini juga memunc ul-
dan sesudah kombinasi berbeda nyata. Aktivitas
kan dugaan bahwa telah terjadi interaksi senyawa
antioksidan pada sampel setelah kombinasi diduga
yang terdapat dalam bahan yang dikombinasikan.
diakibatkan oleh keberadaan senyawa aktif yang
Meskipun demikian, mekanisme peranan fitokon-
terdet eksi pada uji fitokimia (Tabel 2) maupun uji
stituen yang berbeda pada bahan campuran dan
kuantitatif (Tabel 4).
mempengaruhi aktivitas antioksidan perlu diteliti
lebih lanjut.
Tabel 4. Kandungan tot al fenolik, flavonoid, dan
Perbedaan sifat antioksidan tidak hany a
vitamin C madu trigona dan ekstrak
berkorelasi dengan jumlah total antioksidan, tetapi
metanol daun namnam sebelum dan
berkenaan juga dengan komponen-k omponen yang
setelah kombinasi
terpilih. Secara rinci dikatakan bahwa perbedaan
Kadar Total Kadar Total Kadar
Fenolik Flavonoid Vitamin C kemampuan sebagai antiradikal (antioksidan)
Sampel (mg GAE/g (mg QE/g (mg AA/g diakibatkan karena (i) perbedaan komponen dan
Sampel Sampel Sampel komposisi bioaktif, (ii) k eragaman karakteristik struk-
± SD) ± SD) ± SD) tural fenolik yang berpotensi sebagai antioksidan,
MT 1,0096 ± 0,0962 ± 49,7352 ± (iii) sinergisme komponen bioaktif yang ada dalam
a a b
0,1170 0,00490 1,43334 setiap kombinasi dan (iv) perbedaan sifat kinetik
EMDN 267,6897 ± 12,5850 ± 201,6848± antioksidan potensial (Ramadan, 2008).
7,27079c 0,17950c 14,86620e Semua sampel yang ada baik dalam bentuk
MT : 131,7105 ± 6,9388 ± 61,9637 ± tunggal maupun campuran menunjukkan nilai IC50
EMDN 4,66267b 0,35035b 1,42908c,d kurang dari 50 ppm. Menurut Jun et al. (2003),
(1:1) aktivit as antioksidan digolongkan sangat aktif jika
Keterangan: Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada nilai IC50 kurang dari 50 ppm, digolongkan aktif bila
tabel menunjukkan nilai tidak berbeda nyata (uji
nilai IC50 antara 50-100 ppm, digolongkan sedang
Duncan α = 5% ; MT: Madu Trigona; EMDN: Ek trak
bila nilai IC50 101-250 ppm, dan digolongkan lemah
Metanol Daun Namnam; MT : EMDN (1:1): Kombinasi
Madu Trigona : Ekstrak Metanol Daun Namnam (1:1) bila nilai IC50 250-500 ppm, serta digolongkan tidak
aktif bila nilai IC50 lebih besar dari 500 ppm. Semakin
kecil nilai IC50 berarti semakin tinggi aktivitas
Hal ini terlihat dari keberadaan total fenolik, antioksidan. Oleh karena itu, nilai IC50 sampel yang
flavonoid dan vitamin C yang mempengaruhi dianalisis menunjukkan kemampuan antioksidan
mekanisme radikal DPPH scavenging. Selain itu, sangat aktif.

149
DOI: 10.6066/jtip.2015.26.2.144 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 26(2): 144-154 Th. 2015

Uji fitokimia dan identifikasi β-karoten Kandungan β-karot en tersebut akan mengalami
Hasil uji fitokimia (Tabel 5) menunjukkan peningkatan (Tabel 6) ketika MT dan EMDN
adanya kandungan senyawa golongan triterpenoid dikombinasikan. Hal ini menunjukkan bahwa pe-
dan karotenoid. Senyawa golongan triterpenoid manfaat an kombinasi kedua bahan tersebut sangat
ditandai dengan timbulnya warna merah sedangk an potensial untuk mendapatkan fungsi yang terkan-
senyawa golongan steroid ditandai dengan ter- dung dalam β-karoten.
bentukny a warna hijau. Selain itu, uji kualitatif
karotenoid dengan menggunakan pereaksi Carr Tabel 6. Kadar β-karoten pada sampel madu
Price (SbCl3 dalam kloroform). Terbentukny a warna trigona dan ekstrak metanol daun namnam
merah jingga atau coklat setelah penambahan S bCl 3 sebelum dan setelah dikombinasikan serta
menunjukkan dalam ekstrak terdapat karotenoid. ekstraksi partisi pada beberapa pelarut
Terbentukny a warna merah disebabkan karotenoid Kadar β-karoten
Sampel
membentuk komplek dengan ion logam Sb. mg βCE/gr
MT 0,014 ± 0,100
Tabel 5. Hasil uji kualitatif (Scan λ Maks ) keberadaan EMDN 1,013 ± 0,020
senyawa karotenoid dan steroid/triter- MT: EMDN (1:1) 3,15 ± 0,500
Fraksi n-heksana 18,83 ± 0,030
penoid pada sampel madu trigona dan
Fraksi etil asetat 0,022 ± 0,120
ekstrak metanol daun namnam
Fraksi butanol -
Golongan Senyawa λmaks
Sampel Fraksi air -
Steroid/Triterpenoid Karotenoid (nm)
Keterangan: MT:Madu Trigona, EMDN:Ekstrak Daun
MT + + 442,83 Namnam, MT:EMDN (Kombinasi Madu Trigona &
EMDN + + 328,37; Ekstrak Daun Namnam). Data partisi pada beberapa
382,20; pelarut untuk sampel setelah kombinasi (MT : EMDN)
418,81;
443,68;
Hasil ini akan mengalami peningkatan lagi
472,30
ketika sampel kombinasi diekstraksi partisi dengan
Keterangan: + (Terdeteksi), dan – (Tidak terdeteksi) Madu
Trigona (MT), Ekstrak Metanol Daun Namnam (EMDN) fraksi n-heksana yang menyebabkan peningkat an
kadar β-karot en hingga mencapai 6 (enam) kali
Hasil scan λ maks (Tabel 5) sampel MT dan dibandingkan sebelum kombinasi. Penyebab pe-
EMDN menunjukkan serapan maksimum pada ningkatan kadar β-karoten ini ditinjau dari struktur
panjang gelombang tertentu (Tabel 5). Hasil ini dan ifat β-karoten, termasuk golongan karetonoid
diperkuat oleh Britton et al. (2004) yang menyatak an yang bersifat non-polar, sehingga mudah larut
ahwa erapan mak imum β-karoten pada panjang dalam pelarut non-polar sesuai dengan prinsip lik e
gelombang 425, 450, dan 477 nm. Hal ini men g- disolves lik e. Sementara itu, pada fraksi etil asetat
gambarkan bahwa sampel MT dan EMDN memiliki relatif edikit β-karoten yang terdeteksi pada pelarut
kandungan β-k aroten, selisih jarak panjang gelom- ini, karena etil asetat merupakan pelarut semi polar.
bang yang berdekatan. Pada sampel ekstrak daun Akibatnya, β-karoten yang terekstrak pada fraksi etil
namnam terdapat banyak serapan maksimum, asetat relatif lebih sedikit.
karena adanya senyawa lain yang terdapat pada
ampel. nali i ini menggunakan tandar β-k arot en Aktivitas antibakteri
murni sebagai standar pengukuran. Hasil merujuk Hasil analisis terhadap aktivitas antibakteri
pada penelitian Alvarez-Suarez et al. (2010) dan pada semua sampel menunjukkan adanya pem-
Biswas et al. (2011) dengan menggunak an spektro- bentukkan zona bening, namun dengan intensitas
fotometer UV-Vis. yang berbeda-beda. EMDN menunjukkan zona
Kandungan β-k arot en pada ekstrak daun bening yang paling tinggi pada Staphyloc occus
namnam 1,013 mg βCE/gr le ih e ar jika di- aureus, tapi sampel MT paling tinggi pada
bandingk an dengan sampel madu trigona (Tabel 6). Escherichia coli (Tabel 8).
Hasil ini diakibatkan oleh pengaruh klorofil terutama Perbedaan respon bakteri dapat disebabkan
pada bagian permukaan atas daun dan keberadaan oleh faktor-faktor yang ada dalam sampel tersebut.
senyawa polifenol. Lisiewska et al. (2006) menyat a- Misalnya perbedaan zona hambat sampel MT
kan bahwa tanaman memiliki kandungan karotenoid terhadap kedua bakteri t ersebut disebabkan karena
dan β-karoten lebih tinggi pada tanaman yang perbedaan dinding sel E. coli yang memiliki dinding
memiliki kandungan klorofil dan polifenol yang tinggi. sel yang lebih tipis dibanding S. aureus. Peranan
dinding sel ini oleh Fadhilla et al. (2012) dinyatak an

150
DOI: 10.6066/jtip.2015.26.2.144 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 26(2): 144-154 Th. 2015

dalam penelitian ekstrak etanol lumut hati bahwa cincin aromatik dengan satu atau lebih gugus
sensitivit as S. aureus A TCC 5923 yang tinggi hidroksil sehingga dapat menembus peptidoglikan.
disebabkan karena struktur dinding selnya. Bakteri Akibatnya, dinding dan membran sel mengalami
Gram positif seperti S. aureus tidak memiliki mem- kerusakan dan mengganggu sistem transpor aktif
bran luar seperti yang dimiliki kebanyakan bakteri bakteri (B achir dan Benali, 2012). Menurut Ruiz et
Gram negatif. Disamping itu S. aureus memiliki al. (2012) senyawa fenolik selain merus ak struktur
dinding sel yang bersifat hidrofobik pada bagian dinding sel dan mengganggu kerja transpor aktif,
luarnya, sehingga konsentrasi rendah dari ekstrak juga mengganggu kekuatan proton di dalam mem-
lumut (<1 mg/mL) akan dapat membunuh seluruh bran sitoplasma bakteri. Kemampuan antibakteri
bakteri S. aureus (Madigan et al., 2009). tanaman dari jenis cynometra yang lebih besar pada
Senyawa fenolik akan merusak sel bakteri S. aureus dibandingkan E. coli ini dipertegas oleh
dengan cara mengubah permeabilitas membran beberapa penelitian seperti pada ekstrak etanol
sitoplasma karena larut lemak. Sementara dalam daun Cynometra travancorica (John et al., 2012)
konsentrasi yang lebih rendah, fenol menginaktifk an dan ekstrak met hanol kulit kayu Cynometra ramiflora
sistem enzim penting dalam s el bakteri (Oliver et al., Linn (Afjalus et al., 2013).
2001). Madu kelulut dari Trigona spp memiliki
kandungan fenolik dan intensitas warna yang lebih Tabel 7. Pengaruh ekstrak tunggal dan kombinasi
tinggi dari madu Apis spp (Kek et al., 2014). MT dan EMDN terhadap penghambatan
Aktivitas antibakteri pada madu dapat disebabk an pertumbuhan Staphylococcus aureus dan
konsentrasi gula yang tinggi, keasaman, total Escherichia coli
flavonoid, total fenol, konsent rasi hidrogen peroksida Staphylococcus Escherichia
atau komponen yang belum teridentifikasi lainnya Sampel aureus coli
yang terdapat di dalam madu (B ogdanov, 2015). (mm ± SD) (mm ± SD)
Keberadaan senyawa fenolik dan flavonoid pada EMDN 23,7 ± 3,3d 0,00 ± 0,00a
c,d
sampel MT dan EMDN yang diuji telah mendukung MT 16,6 ± 4,1 32,6 ± 4,4d,e,f,g
d
MT:EMDN (1:1) 17,6 ± 2,6 23 ± 1,9c
beberapa pernyataan sebelumnya (Tabel 4). d c,d,e
Kloramfenikol 22,2 ± 3,8 27,9 ± 0,5
Pengujian antibakteri ekstrak metanol daun b,c
Povidone iodine 10,3 ± 1,0 23,5 ± 8,9c
namnam (EMDN) menunjukkan bahwa zona hambat a
Metanol 0,00 ± 0,00 10,8 ± 3,8b
S. aureus sebesar 23,7 mm, sedangkan E. coli tidak Aquades 0,00 ± 0,00 a
0,00 ± 0,00a
membentuk zona hambat (Tabel 7). Senyawa aktif Keterangan: Angka-angka yang didampingi oleh huruf
yang berperan sebagai antibakteri pada daun nam- yang sama dalam satu kolom menunjukkan tidak
nam hampir sama dengan senyawa aktif yang berbeda nyata pada taraf uji lanjut Duncan 5% taraf
terkandung di dalam MT, hanya saja kadar senyawa signifikan 95% (P<0,05). Data pada perlakuan telah
aktif tersebut yang berbeda, sehingga memberik an dikonversi terhadap zona hambat oleh metanol
pengaruh y ang berbeda pula pada kedua bakteri.
Total fenolik dan flavonoid pada ekstrak metanol Hasil pengujian antibakteri selanjutnya melalui
daun namnam cukup tinggi dibandingkan dengan kombinasi MT dan EMDN menunjukkan bahwa baik
madu, namun senyawa aktif ekstrak metanol daun pada E. coli maupun S. aureus menunjukkan ada-
namnam hanya mampu menghambat pertumbuhan nya zona hambat (Tabel 7). Hasil ini menunjukkan
S. aureus yang disebabkan dinding selnya bersifat adanya penurunan dibandingkan pada saat sampel
polar, sehingga senyawa aktif ekstrak metanol daun tunggal. Selanjutnya pem bentukan zona hambat
namnam yang bersifat polar juga lebih mudah pada E. coli sampel kombinasi yang sebelumnya
menembus dinding sel S. aureus tersebut. tidak nampak pada EMDN menunjukkan kont ribusi
Sampel EMDN dapat menghambat per- hambatan berasal dari sampel MT.
tumbuhan S. aureus karena bakteri tersebut tidak Zona hambat pada kombinasi lebih kecil
memiliki membran luar seperti E. coli. S.aureus dibandingkan dengan sampel tunggal. Maslem et al.
hanya memiliki dinding sel yang terdiri dari lapis an (2012) menyatakan bahwa kombinasi dua atau lebih
peptidoglikan tanpa adanya tiga polimer pem- substansi akan memberik an nilai medis yang lebih
bungkus di luar sehingga selnya akan mudah ter- baik jika komponen-komponen di dalamnya tidak
denaturasi oleh senyawa aktif di dalam ekstrak terjadi reaksi yang dapat merugikan kesehatan.
metanol daun namnam. Sebaliknya, E. coli memiliki Selain itu, kecilnya daya hambat ini menunjukkan
tiga lapisan dinding sel yang menyebabkan bakteri bahwa komposisi MT dan EMDN (1:1) bukanlah
tersebut lebih tahan terhadap ekstrak met anol daun komposisi yang optimal untuk mendapatkan efek
namnam. Senyawa fenolik yang memiliki substansi antibakteri yang maksimal. Hal ini telah dibuktikan

151
DOI: 10.6066/jtip.2015.26.2.144 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 26(2): 144-154 Th. 2015

melalui penelitian kombinasi madu dan Nigella bentuk pangan fungsional. Namun demikian, perlu
sativa (Maslem et al., 2012), kombinasi madu dan dilakukan penelitian lebih lanjut dengan perbanding-
Garcinia k ola (Akinnibosun dan Itedjere, 2013), dan an yang berbeda-beda.
kombinasi madu alam dan benih Peganum harmala
(Ahmed et al., 2013), madu dan tepung kentang UCAPAN TERIMA KASIH
(Ahmed et al., 2012). Hasilnya menunjukkan bahwa
jika komposisi bahan yang dicampurkan dengan
Terima kasih kepada semua pihak yang telah
madu berbeda maka zona hambat yang dihasilkan membantu riset ini dan khususnya kepada
cenderung berbeda t erhadap masing-masing bakteri
almarhumah Dr. Nastiti Kusumorini yang telah
uji dan menunjukkan efek sinergi. Bahkan pada melakukan pembimbingan hingga penelitian tahap
beberapa kondisi makin tinggi komposisi yang di-
ini dapat terlaksana dengan baik. Ucapan terima
campurk an dengan madu maka zona hambat makin kasih juga saya sampaikan kepada Hilyatuzzahrah
tinggi (Maslem et al., 2012; Akinnibosun dan
yang telah membantu melakukan pengeditan ter-
Itedjere, 2013). hadap beberapa bagian dari tulisan ini.
Hasil analisis ini menunjukkan pula bahwa
peningkatan komposisi komponen EMDN me-
nyebabkan peningk atan zona hambat. Mekanisme DAFTAR PUSTAKA
aktivit as antibakteri madu yang kompleks ini diduga
berkaitan dengan aktivitas sinergis antara berbagai Ahmed M, Khiati B, Djebli N, Aissat S, Maslem A,
bahan bioaktif seperti polifenol dan flavonoid Bacha S. 2013. Potent synergism of the
(Escuredo et al., 2012; Lee et al., 2008) yang juga combination of nat ural honey and Peganum
terdapat pada MT dan EMDN. Selain itu, kombinasi harmala seeds against Candida albicans ATCC
MT dan EMDN dalam penelitian ini masih meng- 10231. Open Access Scientific Reports 2: 736.
hasilkan zona hambat yang lebih tinggi dibanding- DOI: 10.4172/scientificreports736.
kan dengan antibakteri komersil (Povidine Iodine) Ahmed M, DjebliN, Aissat S, Bacha S, Meslem A,
(Tabel 7), sehingga masih sangat potensial untuk
Khiati B. 2012. Synergistic inhibition of natural
tetap dikembangkan sebagai s alah s atu alternatif honey and potato starc h and their correlation
antibakteri pada berbagai bahan pangan.
with diastase number and sugar content against
Klebsiella pneumoniae ATCC 27736. Nat Prod
KESIMPULAN Chem Res 1: 102. DOI: 10.4172/ 2329-6836.
1000102.
Analisis ini menunjukkan bahwa sampel MT Afjalus SM, Malik S, Emrul H, S anjana S, Farjana Y.
dan EMDN tunggal memiliki kandungan tot al fenolik, 2013. E valuation of neuropharmacological,
flavonoid, vit amin C lebih tinggi diban dingk an antibacterial and antinociceptive activity of
kombinasi MT dan EMDN. Namun, kandungan β- methanolic extract of the bark of Cynometra
karoten kombinasi MT dan EMDN menunjukkan ramiflora linn. (Leguminosae). Int J Res
hasil yang lebih tinggi. Analisis terhadap aktivitas Ayurveda P harm 4: 192-197. DOI: 10. 7897/
antioksidan menunjukkan bahwa EMDN mem- 2277-4343.04220.
berikan aktivitas tertinggi (IC50 0,0048±0,000 mg/mL), Akinnibosun, Itedjere. 2013. E valuation of the
kombinasi EMDN dan MT (IC50 0,0085±0,000 antibacterial properties and synergistic effect of
mg/mL) dan MT (IC50 3,736±0, 112 mg/mL). Analisis Garcinia k ola heckel (Family: Guttiferae) seed
bioaktivitas sebagai antibakteri juga menunjukkan extract and honey on some bacteria. Afr J
bahwa EMDN lebih peka terhadap S. aureus Microbiol Res 7: 174-180.
(23,7±3,3 mm) dibandingkan pada E. coli, sedang- Ado MA, Abas F, Ismail IS, Ghazali HM, Shaari K.
kan MT lebih peka terhadap E. coli (32,6±4, 4 mm) 2014. Chemical profil and antiacetyl-
dibandingkan bakteri S. aureus (16,6±4,1 mm). cholinesterase, antityrosinase, antioxidant and
α-glucosidase inhibitory activity of Cynometra
Demikian pula, kombinasi EMDN dan MT lebih peka
cauliflora L. leaves. J Sci Food Agric 95: 635-
terhadap E. coli (23±1,9 mm) daripada S. aureus
642. DOI: 10.1002/jsfa.6832.
(17,6±2,6 mm). Dengan demikian madu trigona,
Alvarez-Suarez JM, Tulipani S, Romandini S, Vidal
ekstrak metanol daun namnam (Cynomet ra
A, Battino M. 2010. Methodologic al aspects
cauliflora L) dalam bentuk tunggal maupun kombi-
about determination of phenolic compounds
nasinya sangat potensial dimanfaatkan sebagai and in vitro evaluation of antioxidant capacity in
sumber antioksidan dan antibakteri dalam suatu

152
DOI: 10.6066/jtip.2015.26.2.144 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 26(2): 144-154 Th. 2015

the honey: a review. Curr Anal Chem 5: 292– Ferreira ICFR, Aires E, Barreira JCM, Estevinho LM.
302. DOI: 10.2174/157341109789077 768. 2009. Antioxidant activity of Portuguase honey
Aziz AFA, Iqbal M. 2013. Antioxidant activity and samples: Different contributions of the entire
phytochemical composition of Cynometra honey and phenolic extract. Food Chem 114:
cauliflora. J Exp Int egr Med 3: 337-341. DOI: 1438-1443. DOI: 10.1016/j. foodchem. 2008.
10.5455/jeim.250813.or.086. 11.028.
Harborne JB. 1996. Metode Fitokimia Penunt un
Bachir GR, Benali M. 2012. Antibacterial activity of
Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Edisi
the essential oils from the leaves of Eucalyptus
Kedua. 97-240. ITB, Bandung.
globulus against Escherichia coli and Staphy-
lococcus aureus. Asian Pac J Trop Biomed 2: Jun M, Fu HY, Hong J, Wan X, Yang CS, Ho CT.
739-742. DOI: 10.1016/S2 221-1691(12)60220- 2003. Comparison of antioxidant activities of
2. isoflavones from kudzu root (Pueraria labata
Ohwl). J Food Sci 68: 2117–2122. DOI:
Bogdanov S. 2015. Honey as nutrient and functional
10.1111/j.1365-2621. 2003.tb07029.x.
food. Bee product sci. A Review, 1-28. http://
www.bee-hexagon. net/file /file/fileE/HealthHo John J, Ragi RP, Sujana KA, Kumar A N. 2012.
ney/8HoneyNutrientFunctionalReview.pdf [15 Analysis of phytochemical contents and
Mei 2015]. antibacterial activity of an endangered tre e
(Cynometra travancorica Bedd.) of Western
Biesalski HK, Dragsted LO, Elmadfa I, Grossklaus
Ghats, India. Adv Biol Res 6: 1-5.
R, Müller M, Schrenk D, Walter P, Weber P.
2009. Bioactive compounds: definition and Kek SP, Chin NL, Yusof YA, Tan SW, Chua LS.
assessment of activity. Nutr 25: 1202–1205. 2014. Total phenolic contents and colour
DOI: 10.1016/j.nut.2009.04.023. intensity of Malaysian honeys from the Apis
spp. and Trigona spp. bees. Agric Agric Sci
Biluca FC, Betta FD, Oliveira GPD, Pereira LM,
Proced 2: 150–155. DOI: 10.1016/j.aaspro.
Gonzaga LV, Costa ACO, Fett R. 2014. 5-HMF
2014.11.022.
and carbohydrates content in stingless bee
honey by CE before and after thermal Latuconsina NH, Fatimawali, Citraningtyas G. 2014
treatment. Food Chem 159: 244-249. DOI: Uji efektivitas diuretik ekstrak etanol biji salak
10.1016/j.foodchem.2014.03.016. (Salacca Zalacca varietas Zalacca (Gaert.)
Voss) pada tikus putih jantan galur wistar
Biswas AK, Sahoo J, Chatli MK. 2011. A simple UV-
(Rattus norvegicus ) PHARMA CON J Ilmiah
Vis spectrophot ometric met hod for determina -
Farmasi 3: 177-181.
tion of β-carotene content in raw carrot, sweet
potato and supplemented chicken meta Lee H, Churey JJ, Worobo RW. 2008. Antimicrobial
nuggets. LWT-J Food Sci Tech 44: 1809-1813. activity of bacterial isolates from different floral
DOI: 10.1016/j.lwt.2011.03. 017. sources of honey. Int J Food Microbiol 126:
240-244. DOI: 10.1016/j.ijfoodmicro.2008.04.
Britton G, Jensen SL, Pfender H. 2004. Handbook
030.
Caretonoids. 15-538. Birkhauser Verlag. Berlin.
ISBN: 978-3-7643-6180-8 (book ) ISBN: 978-3- Lestari A, Jamhari M, Kundera IN. 2013. Daya
0348-7836-4 (eBook ). DOI: 10.1007/978-3- hambat ekstrak daun tembelek (Lantana
0348-7836-4. camara L.) terhadap pertumbuhan bakteri
Escherichia coli. E-Jip Biol 1: 42-49.
Djamil R, Anelia T. 2009. Penapisan fitokimia, uji
BSLT, dan uji antioksidan ekstrak metanol Lisiewska Z, Kmiecik W, Korus A. 2006. Content of
beberapa spesies papilionaceae. J Ilmu vitamin C, carotenoids, chlorophylls and
Kefarmasian Indonesia 7: 65-71. polyphenols in green parts of dill (Anethum
graveolens L.) depending on plant height. J
Escuredo O, Silva LR, Valent ão P, Seijoa MC,
Food Compos Anal 19: 134–140. DOI:
Andrade PB. 2012. Assessing Rubus honey
10.1016/j.jfca.2005.04.009.
value: Pollen and phenolic compounds content
and antibacterial capacity. Food Chem 130: Liu X, He F, Zhao L, Zhou A, Liu X. 2014.
671–678. DOI: 10.1016/j.foodchem.2011.07. Synergistic antioxidant activity of sweet potat o
107. extracts in combination with tea polyphenols
and pueraria flavonoid in vitro. Adv J of Food
Fadhilla R, Iskandar EA, Kusumaningrum HD. 2012.
Sci Technol 6: 215-220.
Aktivitas antibakteri ekstrak tumbuhan lumut
hati (Marchantia paleacea) terhadap bakteri Madigan MT, Martinko JM, Dunlap VP, Clark PD.
patogen dan perusak pangan. J Teknol Industri 2009. Brock: Biology of Microorganisms. 12th
Pangan 23: 126-131. 2012. DOI: 10.6066/jtip. Edition. p 794-807. Pearson Benjamin-Cum-
2012.23.2.126. mings, San Francisco.

153
DOI: 10.6066/jtip.2015.26.2.144 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 26(2): 144-154 Th. 2015

Maslem A, Ahmed M, Djebli N, Aissat S. 2012. Ruiz AG, Cueva C, Rompinelli EMG, Yuste M,
Antibacterial activity of honey alone and in Torres M, Álvarez PJM, Bart olomé B, Arribas
combination with Nigella sativa seeds against MVM. 2012. Antimicrobial phenolic extracts
Pseudomonas aeruginosa infection. Asian Pac able to inhibit lactic acid bacteria growth and
J Trop Dis 2: S428-S430. wine malolactic fermentation. Food Cont 28:
Masoko P, Gololo SS, Mokgotho MP, Eloff JN, 212-219. DOI: 10.1016/j.foodcont.2012.05. 002.
Howard RL, Mampuru LJ. 2009. E valuation of Salni, Marisa H, Mukti WR. 2011. Isolasi senyawa
the antioxidant, antibacterial, and antiprolifera - antibakteri dari daun jengkol (Pithecolobium
tive activities of the acetone extract of the roots lobatum benth) dan penentuan nilai KHM-nya. J
of Senna italica (Fabaceae). Afr J Trad CAM 7: Penelitian Sains 14: 1410938-1410941.
138–148. Singh R, Singh B, Kumarb N, Arora S. 2010.
Meda A, Lamien CE, Romito M, Millogo J, Nacoulma Antioxidant activity of triphala a combination of
OG. 2005. Determination of the total phenolic, Terminalia c hebula, Terminalia bellerica and
flavonoid and proline contents in Burkina Fasan Emblica officinalis. J Food Biochem 34: 222–
honey, as well as their radical scavenging 232. DOI: 10.1111/j.1745-4514.2009.00 326.x.
activity. Food Chem 91: 571–577. DOI: 10.10
Singh P, Singh S, Kapoor IPS, Singh G, Isidorov V,
16/j.foodchem.2004.10.006.
Szczepaniak L. 2013. Chemical composition
Oliver SP, Gillespie BE, Lewis MJ, Ivey SJ, Almeida and antioxidant activities of essential oil and
RA, Luther DA, Johnson DL, Lamar KC, oleoresins from Curc uma zedoaria rhizomes,
Moorehead HD, Dowlen HH. 2001. Efficacy of a part-74. Food Biosci 3: 42-48. DOI: 10.1016/j.
new premilking t eat disinfectant containing a fbio.2013.06.002.
phenolic combination for the prevention of
Socha R, Juszczak L, Pietrzyk S, Fortuna T. 2009.
mastitis. J Dairy Sci 84: 1545-1549. DOI: 10.31
Antioxidant activity and phenolic composition of
68/jds.S0022-0302(01)70189-0.
herbhoneys. Food Chem 113: 568-574. DOI:
Owayss AA, Rady MM, Gadallah FM. 2004. Pig- 10.1016/j.foodchem.2008.08.029.
mentation of some honeybee, Apis Mellifera L.,
Sumarlin L, Anna M, Prita W, Masitoh. 2014.
products. Fayoum J Agric Res Dev 18: 121-
Aktivitas antikank er dan antioksidan madu di
132.
pasaran lokal Indonesia. J Ilmu Pertanian Indo-
Rabeta MS, Farazina R. 2013. Tot al phenolic con- nesia 19: 136-144.
tent and ferric reducing antioxidant power of the
Suryanto E, Wehantouw F. 2009. Aktivitas penang-
leaves and fruits of Garcinia atrovirdis and
kapan radikal bebas dari ekstrak fenolik daun
Cynometra cauliflora. Int Food Res J 20: 1691-
sukun (Artocarpus altilis F.). Chem Prog 2: 1-7.
1696.
Zainol MI, Yusoff KM, Yusof MYM. 2013. Anti-
Ramadan MF. 2008. Total antioxidant potential of
bacterial activity of selected Malaysian honey.
juices, beverages and hot drinks consumed in
BMC Complemen Altern 13: 129. DOI: 10. 1186/
Egypt screened by DPPH in vitro assay. Grasas
1472-6882-13-129.
Y Aceites 59: 254-259. DOI: 10.3989/gya. 2008.
v59.i3.516.

154

You might also like