You are on page 1of 6

Media Farmasi p.issn 0216-2083 e.issn 2622-0962 Vol. 17 No.

2, Oktober 2021

UJI SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL HERBA RUMPUT AKAR WANGI (Polygala paniculata
L.) TERHADAP SEL KANKER WiDr SECARA IN VITRO

Cytotoxicity of Ethanol Extract of Polygala Paniculata L.,S Herb In WiDr Cancer Cells

Muh. Azwar AR, Asril Burhan, Akbar Awaluddin, Virna Yulisa Mustidar
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Makassar

*E-mail korespondensi: asrilburhan@gmail.com

DOI: https://doi.org/10.32382/mf.v17i2.2154
Date submitted 2021-05-22, Accept Submission 2021-09-02

ABSTRACT

The development of cancer treatment using natural ingredients has recently increased. This is because
many of the active substances are found in nature, especially in plants, have many substances that can
interrupt abnormal growth cells. The Polygala paniculata herbs have become a concern to be developed
into potential anticancer candidates originating from nature. This study aims to take measurements of the
Polygala paniculata L. ethanolic extract cytotoxic activity on WiDr cancer cells based on IC50 values.
Absolute ethanol was used as a solvent to extracting it by maceration method. The Polygala paniculata L.
herbs ethanol extract were carried for the cytotoxic assay by the MTT method (3- (4,5-dimethylthiazol-2-
il) -2,5-diphenyl tetrazolium bromide) on WiDr cells. The extract was tested with a concentration of 31.25
µg / ml; 62.5 µg / ml; and 125 µg / ml; 250 µg / ml; 500 µg / ml. The result of cytotoxic activity assay at
IC50 80,52 µg / ml was less than 100 ppm. The results showed that Polygala paniculata herb ethanolic
extract had a potential as an alternative of chemotherapy.
Key words: Cytotoxic;Vernonia amygdalina Del.; WiDr; MTT

ABSTRAK
Perkembangan Pengobatan kanker dari bahan alam akhir-akhir ini meningkat. Hal ini karena banyak zat
aktif yang terdapat di alam memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan sel kanker. Diantara tanaman
yang mempunyai aktivitas sebagai antikanker ialah herba rumput akar wangi (Polygala paniculata L.)
Tanaman herba rumput akar wangi kini menjadi perhatian untuk dikembangkan menjadi kandidat
antikanker yang potensial yang bersumber dari alam. Tujuan dari penelitian ini mencari aktivitas antikanker
ekstrak etanol herba rumput akar wangi terhadap sel kanker WiDr berdasarkan nilai IC50. Tahap awal
dilakukan maserasi simplisia menggunakan etanol absolut. Ektrak etanol selanjutnya diuji toksisitas dengan
metode MTT (3-(4,5- dimetiltiazol-2-il)-2,5-difenil tetrazolium bromida). untuk melihat potensi antikanker
dari ekstrak etanol herba rumput akar wangi. Ekstrak diuji dengan konsentrasi yaitu 500 µg/ml, 250 µg/ml,
125 µg/ml, 62,5 µg/ml, 31,25 µg/ml. Diperoleh nilai IC50 sebesar 80,52 µg/ml yaitu kurang dari 100 ppm.
Dari hasil penelitian ini menunjukkan ekstrak etanol herba rumput akar wangi berpotensi sebagai alternatif
kemoterapi.
Kata kunci: Cytotoxic; Polygala paniculata L.; WiDr; MTT

PENDAHULUAN Kemoterapi biasanya menimbulkan banyak efek


Kanker kolon merupakan kanker yang samping. Obat kemoterapi berkurang
berkembang secara abnormal pada kolon (usus kemanjuran karena ditemukannya mekanisme
besar), Perkembangan abnormal sel ini juga MDR (Multidrug Resistance). Hal ini yang
dapat terjadi pada anus (rektum). Oleh karena itu, mendorong dilakukannya serangkaian penelitian
perkembangan kanker tersebut tergantung di dalam penelusuran senyawa metabolit aktif baru
jaringan mana tumbuhnya kanker. Di Indonesia, yang berasal dari alam yang efektif dan lebih
kanker kolon menempati peringkat keempat aman (Nurrani dkk., 2014).
kematian terhadap penyakit kanker (Kemenkes Salah satu potensi yang bisa
RI, 2015). dikembangkan dari tanaman yang dilaporkan
Untuk pengobatan kanker saat ini ada memiliki aktivitas sebagai agen kemopreventif
berbagai cara yang bisa dilakukan diantaranya ialah tumbuhan rumput akar wangi (Polygala
dengan radiasi, operasi, dan kemoterapi. paniculata L.) (Rijai, 2013). Tumbuhan ini dapat

127
tumbuh dengan dengan mudah dengan siklus dilakukan pengadukan. Maserat diambil lalu
hidup berkisar 4-5 bulan. Beberapa hasil diuapkan dengan evaporator. Ekstrak kental
penelitian kandungan metabolit sekunder berupa kemudian dipindahkan ke dalam cawan porselen
alkaloid, flavonoid, saponin, steroid,dan tanin, (Widowati, 2017).
telah dibuktikan memiliki potensi dalam bidang
farmaseutikal seperti antibakteri, antimikotik, UJI FITOKIMIA
dan sitotoksik. Penelitian yang dilakukan oleh
Rijai (2013) yang memanfaatkan rumput akar Identifikasi Alkaloid
wangi dengan metode BSLT (Brine Shrimp Ekstrak sebanyak 50 mg dicampur dengan
Lethality Test) bertujuan mengukur ketoksikan pelarut kloroforom kemudian ditambahkan
senyawa pada tanaman. Hasil pengukuran ammonia. Campuran dipanaskan kemudian
diperoleh nilai LC50 dari ekstrak pekat etanol dikocok dan disaring. Pereaksi H2SO4
rumput akar wangi adalah 15,85 ppm (Rijai, ditambakan pada filtrat lalu dikocok-diamkan.
2013). Rumput akar wangi dilaporkan pula Bagian atas dari masing-masing filtrat
mengandung dua senyawa xanton, yaitu 1- dipisahkan kemudian ditambahkan dengan
hidroksi-5-metoksi-2.3-metillendioksixanton dan pereaksi Wagner, Dragendorf, dan Mayer.
1,5-dihidroksi-2.3 dimetoksixanton, bersama Adanya alkaloid ditunjukkan dengan
dengan kumarin muragatin dan flavonol rutin terbentuknya endapan coklat, warna jingga, dan
dan dua senyawa sterol, yaitu spinasterol dan δ endapan putih pada larutan uji (J. B. Harbone,
25-spinasterol (Cristiano et al, 2003 dan Lapa, et 1987).
al, 2009).
Untuk mengetahui potensi aktivitas Identifikasi Steroid/Triterpenoid
toksisitas dari tanaman, misalnya pada tanaman Sebanyak 50 mg ekstrak dilarutkan
rumput akar wangi, dapat digunakan metode dengan etanol dan dicampur dengan H2SO4 pekat
kolorimetrik Microtetrazolium (MTT) assay. dan asam asetat anhidrat. Perubahan warna ke
Metode ini lebih sensitive, kuantitatif, dan biru atau hijau menunjukan sampel mengandung
metode kolorimetri digunakan dalam senyawa steroid dan terjadi perubahan warna
pengukuran proliferasi, viabilitas, dan aktivasi kecoklatan antar permukaan menunjukan
sel uji (Avila dan Pugsley, 2011). Pada sel kanker kandungan senyawa triterpenoid (J. B. Harbone,
WiDr ekstrak Sambiloto (Andrographis 1987).
paniculata) (Asril Burhan, Akbar Awaluddin,
Zulham, Burhanuddin Taebe, 2019) pada sel Identifikasi Flavanoid
kanker Murine (A.A. Ala, B.B. Olotu, 2018), Sebanyak 50 mg ekstrak dilarutkan
ekstrak tanaman Ciplukan (Physalis angulata) dengan etanol lalu dipanaskan, dan dikocok lagi
pada sel MCF-7 (payudara), C4-2WT (prostat), kemudian disaring. Filtrat dicampur dengan
HT-29 dan HCT- 116 (kolorektal) (Onyegeme- Magnesium dan HCl pekat. Flavonoid dapat
Okerenta et al., 2019), dan lain-lain. Sedangkan diidentifikasi dengan mengamati warna merah
pada penelitian ini menggunakan sel kanker bata pada lapisan etanolnya (J. B. Harbone,
WiDr. 1987).
Berdasarkan uraian di atas, penelitian uji
sitotoksik terhadap sel kanker ini dilakukan Identifikasi Saponin
dengan penentuan besarnya nilai IC50 dari Ekstrak sebanyak 50 mg dimasukan ke
ekstrak etanol rumput akar wangi dengan dalam tabung, lalu dicampurkan dengan air
menggunakan MTT assay yang selanjutnya panas, dinginkan setelah dingin kocok kuat
memberikan informasi terkait potensi tanaman selama 10 detik. Hasil dinyatakan positif
sebagai alternatif pengobatan antikanker. apabilah terbentuk buih setinggi 1-10 cm dan
buihnya tidak hilang dari 10 menit dan setelah
METODE PENELITIAN ditambahkan asam klorida, buih tidak
Sampel rumput akar wangi segar menghilang (J. B. Harbone, 1987).
dibersikan dari kotoran, kemudian dirajang.
Sampel dikeringkan di oven simplisia sekitar 40- Identifikasi Tanin
500C selama tiga hari. Simplisia yang telah Ekstrak sebanyak 50 mg ditambahkan
kering Kemudian diperkecil ukurannya dengan air, kemudian dididihkan di atas
menggunakan blender dan dilewatkan pada mesh penangas air, kemudian difiltrasi. Filtrat
40/60, kemudian disimpan dalam wadah. dicampur FeCl3 1%. Terbentuknya warna coklat
Simplisia yang sudah kering dimaserasi kehijauan atau biru kehitaman menunjukkan
menggunakan pelarut etanol 96%. Ekstraksi adanya senyawa tanin (J. B. Harbone, 1987).
dilakukan selama 3 hari dengan sesekali

128
Penyiapan Larutan Uji Ekstrak 129uspense129 selama 5 menit lalu medium
Ekstrak sebanyak 10 mg dilarutkan dalam RPMI sebanyak 7 mL ditambahkan kedalam
1mL DMSO sehingga diperoleh 10.000 µg/mL. botol kultur untuk menginaktifkan tripsin dan
Lalu dipipet 100 µL dan dicukupkan volumenya diamati di mikroskop. Suspensi sel sebanyak 10
dengan media sehingga diperoleh stok 1000 µL diambil dan dipipet ke haemocytometer. Sel
µg/mL. Ekstrak uji dibuat pada konsentrasi 500; dihitung di bawah mikroskop inverted. Volume
250; 125; 62,5; dan 31,25 ppm dengan panenan sel diambil kemudian ditransfer ke
menambahkan 400 µl media. conical tube dan ditambahkan medium sebanyak
10 mL. Jumlah 129uspense sel dan penambahan
Pembuatan Medium Kultur Sel Kanker WiDr media dianalisis untuk memperoleh konsentrasi
Media padat RPMI ditambahkan ke dalam sel 104 untuk setiap sumuran.
800 ml aquabidest steril dalam botol duran 1 liter
aduk hingga rata, kemudian sebanyak 2 g Uji Sitotoksik
NaHCO3 ditambahkan untuk setiap liter media Sel yang telah dihitung, didistribusikan
lalu diaduk. Volume campuran dicukupkan pada masing-masing sumuran sesuai dengan
hingga 1 liter dengan aquabidest steril lalu jumlah ekstrak uji (30 sumuran) dan kontrol
dihomogenkan. Sterilisasi dilakukan dengan cara negatif (3 sumuran). Masing-masing sampel uji
filtrasi menggunakan saringan membran 0,2 µm dan kontrol dibuat 3 replikasi, kemudian suspensi
dengan menggunakan vakum. Media hasil filtrasi uji dimasukkan dalam inkubator yang teraliri
ditampung ke dalam botol Duran 500 mL dan CO2 pada kondisi 37ºC selama 1x24 jam. Hal ini
diberi penanda berupa nama media dan tanggal dilakukan untuk mengadaptasikan sel dan
pembuatan, lalu disimpan di lemari pendingin kemudian sel dapat melekat pada sumuran
dengan suhu 400C. Pembuatan media komplit hingga sel uji siap untuk perlakuan.
RPMI 1640 dibuat dari 100 mL RPMI 1640 stok Microplate yang telah terisi sel uji
dicampur FBS sebanyak 10%, antibiotika dipindahkan dari inkubator. Sel uji dibuang dari
penicillin-streptomisin 2% dan Fungison media dengan cara microplate dibalik tujuanya
(Amphoterisin B) 0,5%. untuk meniriskan cairan media. Larutan ekstrak
uji yang telah diencerkan dengan media pada ke-
Proses Cell Thawing 5 seri konsentrasi dipindahkan ke dalam sumuran
Suspensi sel diambil dan dimasukan yang telah terisi sel WiDr dimulai dari
dalam conical tube lalu ditambahkan 4 mL konsentrasi terkecil masing-masing sejumlah
medium RPMI kemudian disentrifuse selama 5 100 µL. Dimasukkan kembali ke dalam
menit dengan kecepatan 500 rpm. Substansi inkubator yang dialirkan CO2 dengan suhu 37ºC
cairannya dibuang dan endapan ditambahkan 4 selama 1x24 jam.
mL medium komplit RPMI 1640. Sebanyak 2 Setelah diinkubasi, media sel dibuang
mL sel ditumbuhkan dalam 3 botol kultur lalu kemudian ditambahkan reagen Microtetrazolium
ditambahkan masing-masing 5 mL medium ke dalam sumuran sampel uji, blanko, dan
RPMI kedalam botol kultur kemudian diamati kontrol negatif sebanyak masing-masing 100 µL.
kondisi sel dengan mikroskop inverted. Botol Reagen MTT dibuat dengan mengambil larutan
kultur dimasukan dalam 129uspense129 yang MTT 5 mg/mL kemudian ditambahkan media
dialiri CO2 pada suhu 370C. Setelah 1x24 jam, hingga 10 mL hingga diperoleh hasil akhir
medium dibuang dan sel ditumbuhkan lagi reagen MTT dengan konsentrasi 0,5 mg/mL.
hingga konfluen serta dihitung. Microplate dibungkus aluminium foil dan dan
diinkubasi dalam inkubator dengan kondisi yang
Panen dan Perhitungan Sel WiDr teraliri CO2 selama 4 jam dengan suhu 37ºC.
Sel dipanen dari 129uspense129 CO2, Pada akhir inkubasi, suspensi uji ditambahkan
kemudian diamati kondisi selnya. Pemanenan 100 µL pelarut DMSO dan didiamkan 10 menit
dilakukan setelah sel konfluen. Media dibuang kemudian serapan diukur dengan ELISA reader
menggunakan mikropipet, kemudian pada panjang gelombang visibel 595 nm. Persen
ditambahkan 1-2 mL tripsin EDTA 0,25% ke kematian sel dihitung dari data yang diperoleh.
dalam botol kultur kemudian diinkubasi dalam

Analisis Data
Hasil pengujian toksisitas berupa respon absorbansi dikonversi ke dalam persen kematian sel dengan
persamaan sebagai berikut:
(Kontrol negatif − blanko) − (Sampel − kontrol blanko)
% kematian = X 100%
(Kontrol negatif − Kontrol blanko)

129
HASIL DAN PEMBAHASAN empiris, masyarakat Sulawesi Utara
Hasil ekstrak yang diperoleh adalah memanfaatkan rumput akar wangi untuk
107,8 g dengan persentase rendemen ekstrak mencegah dan mengobati penyakit kanker
10,78 %. Tujuan dilakukan uji sitotoksitas untuk dengan cara meminum air rebusan akar rumput
mengetahui potensi ketoksikan pada ekstrak akar wangi (Nurrani dkk., 2014).
herba rumput wangi terhadap sel kanker WiDr Sampel herba akar wangi yang
(Chen, et.al, 1987). digunakan adalah sampel yang tumbuh liar di
Kemoterapi adalah salah satu daerah kutai barat, sehingga dibutuhkan uji
pengobatan untuk penyembuhan pada sel skrining fitokimia terlebih dahulu untuk
abnormal (kanker) akan tetapi memiliki banyak menentukan kandungan metabolit sekundernya.
efek samping dalam penatalaksanaannya. Berdasar pada hasil uji skrining kandungan
Kemoterapi dapat menimbulkan resistensi obat metabolit sekunder pada herba akar wangi,
apabila penyembuhan yang kurang tuntas. Salah diketahui bahwa dalam ekstrak etanol memberi
satu alternatif dalam pengobatan penyakit kanker hasil positif terhadap senyawa saponin,
adalah penggunaan obat tradisional. Tanaman flavonoid,alkaloid, tanin, dan steroid seperti tabel
yang berpotensi sebagai antikanker, salah dibawah ini:
satunya yaitu herba rumput wangi. Secara

Tabel 1. Hasil skrining Fitokimia herba akar wangi

Golongan Senyawa Ekstrak Daun Afrika Ket


Alkaloid Pereaksi Mayer Tidak terdapat endapan +
Pereaksi Dragendrof Tidak terdapat endapan +
Pereaksi Wagner Tidak terdapat endapan +
Flavonoid Warna Merah Jingga +
Saponin Terdapat Buih +
Tanin Biru kehitaman +
Steroid terbentuk cincin merah +
Keterangan :
+ = terjadi perubahan warna
- = Tidak ada perubahan warna

Flavonoid telah banyak dilaporkan menghambat proliferasi sel kanker dengan


memiliki aktivitas antikanker. Berdasarkan menginhibisi aktivasi protein kinase yang
laporan, senyawa flavonoid dapat menginduksi kemudian menghambat jalur sinyal transduksi
terjadinya apoptosis. Flavonoid memiliki dari membran ke inti sel.
mekanisme kerja penurunan ekspresi gen Bcl-2, Saponin mempunyai mekanisme
menghambat aktivitas DNA topoisomerase I/II, meningkatkan ekspresi p53, menghambat
modulasi signalling pathways dan Bcl-XL, pembentukan ekspresi Bcl-2, memicu G1 cell
peningkatan ekspresi gen Bax dan Bak serta cycle arrest, penginduksian protein caspase-3
aktivitas endonuklease. Kuersetin merupakan (Fitria, et.al. 2011).
senyawa flavonoid diketahui memiliki Pengujian dasar untuk mencari obat
mekanisme menstimulasi pelepasan sitokrom c antikanker maupun senyawa kemopreventif pada
dari mitokondria (Amit K. Taraphdar, 2001). suatu tanaman dapat dilakukan dengan uji
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Lapa, sitotoksik. Dengan melihat nilai IC50, IC50
et,al. (2009), salah satu kandungan flavonoid merupakan indikator ketoksikan bahan alam
yang terkandung dalam tanaman ini dan berhasil yang diujikan. Metode Microtetrazolium (MTT)
diidentifikasi adalah flavonol rutin. lazim digunakan dalam uji sitotoksik secara in
Mekanisme senyawa tanin terjadi vitro. Metode MTT secara in vitro dipilih untuk
melalui mekanisme kerja mengaktifkan jalur mendeteksi tingkat ketoksikan suatu senyawa
apoptosis dalam sel kanker. Mekanisme menggunakan kultur sel.
apoptosis terjadi akibat fragmentasi DNA. Penggunaan MTT assay ditujukan
Fragmentasi terjadi mulanyaterjadi dengan untuk mengetahui efek toksisitas dalam suatu
lepasnya untaian DNA oleh senyawa oksigen ekstrak terhadap sel. Reaksi yang akan terjadi di
reaktif seperti radikal hidroksi. Tanin mampu MTT assay ialah garam tetrazolium akan pecah

130
menghasilkan kristal formazan oleh enzim gelombang maksimum 595 nm. Intensitas warna
suksinat tetrazolium reductase pada jalur jingga yang terbentuk akan berbanding lurus
respirasi sel dalam organel mitokondria pada sel dengan koloni sel yang masih hidup. Apabila
yang masih hidup. Hasil dari pembentukan warna jingga terlihat makin pekat maka jumlah
kristal formazan akan berwarna jingga yang sel yang hidup juga makin banyak, sedangkan
secara kuantitatif diukur menggunakan ELISA apabila dihasilkan warna pudar (kuning),
reader. mengidentifikasikan banyak sel yang mati
Pengujian dengan menggunakan (Rahmadania, Wibowo and Rosida, 2016).
metode MTT dilakukan dengan menentukan nilai Hasil dari uji sitotoksik dari sel kanker
absorbansi formazan yang terbentuk dengan WiDr dapat dilihat pada Tabel 2.
menggunakan microplate reader pada panjang

Tabel 2. Hasil uji sitotoksik ekstrak etanol herba akar wangi (Polygala paniculata L.) Terhadap sel
kanker WiDr

Konsentrasi % rata-rata Log Probit Nilai IC50


(µg/mL) kematian konsentrasi µg/mL
31,25 22,0398 1,4948 4,92
62,5 48,1267 1,7958 4.,97
80,52 µg/mL
125 67,2988 2,0969 5,03
250 73,8591 2,3979 5,05
500 90,3407 2,6989 5,1

Penelitian ini menunjukkan bahwa pada DAFTAR PUSTAKA


ekstrak sampel mempunyai potensi toksisitas
yang dapat membunuh sel pada kultur. A.A. Ala, B.B. Olotu, and C. M. D. O. (2018),
Konsentrasi ekstrak yang diuji dalam penelitian Assessment of cytotoxicity of leaf extracts
ini adalah 500; 250; 125; 62,5; dan 31,25 ppm. of Andrographis paniculata and Aspilia
Dari tabel menunjukkan adanya pengaruh variasi africana on murine cells in vitro, PMC,
konsentrasi terhadap kematian rata-rata sel uji. 6(1), pp. 61–65.
Dari tabel 2 juga menunjukkan hubungan antara Amit K. Taraphdar, M. R. and R. K. B. (2001)
probit dan konsentrasi, dimana dapat diketahui Natural products as inducers of
bahwa nilai IC50 berada pada range konsentrasi apoptosis: Implication for cancer therapy
62,5 ppm dan 125 ppm. sehingga bila dihitung and prevention, Current Science, 80(11),
regresi linearitasnya, diperoleh besarnya nilai p. 1391.
efek penghambatan dari ekstrak herba rumput Asril Burhan, Akbar Awaluddin, Zulham,
wangi terhadap sel kanker WiDr sebesar 80,52 Burhanuddin Taebe, A. G. (2019)
ppm. Dari hasil yang didapatkan ekstrak herba Antioxidant and Anticancer Activities Of
rumput yang berpotensi sebagai antikanker pada Murbei (Morus Alba L.) Stem Extract On
sel WiDr, Nilai IC50 yang didapatkan lebih kecil In Vitro Widr Cancer Cells, Jurnal
100 µg/ml menunjukan bahwa sampel memiliki Farmasi Sains Dan Komunitas, 16(2), pp.
potensi untuk digunakan sebagai agen 63–67.
kemoterapi dan bersifat moderat aktif. Avila, E.V. dan Pugsley, M.K. (2011), An
Overview of Colorimetric Assay Methods
KESIMPULAN Used to Assess Survival or Proliferation
Kesimpulan dari penelitian ini adalah of Mammalian Cells, Proc. West.
ekstrak herba akar wangi menekan pertumbuhan Pharmacol. Soc, 54: 10-4
sel kanker WiDr dengan nilai IC50 sebesar 80,52 Chen, T.R., Drabkowski, D., Hay, R.J., Macy, M.
µg/mL dan bersifat moderat aktif. and Peterson, W. J. (1987), WiDr is a
Derivative of Another Colon
UCAPAN TERIMAKASIH Adenocarcinoma Cell Line, HT-29,
Terima kasih penulis sampaikan kepada Cancer Genet Cytogenet, 27(1), pp. 34–
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFA) Makassar 125.
yang telah berkontribusi dalam penyelesaian Cristiano R., Pizzolatti M.G., Delle F.M.,
penelitian dan teruntuk seluruh rekan peneliti Rezende C.M., Branco A.A. (2003) Two
yang telah membantu dalam penyusunan jurnal Xanthones from Polygala paniculata and
ini Confirmation of The 1-hydroxy-2,3,5-

131
trimethoxy-xanthone at Trace Level by Onyegeme-Okerenta, B. et al. (2019) ,In vitro
HRGC-MS. Z Naturforsch, 58: 490–4. Cytotoxic Evaluation of Ethanol Leaf
Fitria, M., Armandari, I , Septhea, D.B, Ikawati, Extract of Physalis angulata Linn on
A.H.M , Meiyanto, E. (2011), Ekstrak Some Human Carcinoma Cell Lines,,
Etanolik Herba Ciplukan (Physalis Journal of Advanced Research in
Angulata L.) Berefek Sitotoksik Dan BioChemistry and Pharmacology, 2(1),
Menginduksi Apoptosis Pada Sel Kanker pp. 5–10.
Payudara MCF-7, Bionatura, 13(2), pp. Rahmadania, E., Wibowo, A. A. and Rosida, L.
101–107. (2016) ,Distribusi Pola Diet Pasien
J. B. Harbone (1987) Metode Fitokimia. Kanker Kolorektal Di Rsud Ulin
Bandung: ITB Bandung. Banjarmasin Periode Agustus Oktober
Kemenkes RI., 2015, Stop Kanker: Situasi 2015, Berkala Kedokteran, 12(2), p. 215.
Penyakit Kanker. Infodatin-Kanker. Hal doi: 10.20527/jbk.v12i2.1872.
3. Rijai, L., 2013, Potensi Herba Tumbuhan Balsem
Lapa, F. D. R., Gadotti, V. M., Missau, F. C., (Polygala paniculata Linn) Sebagai
Pizzolatti, M. G., Marques, M. C. A., Sumber Bahan Farmasi Potensial. J.
Farina, M., Dafre, A. L., Rodrigues, L. S., Trop. Pharm. Chem. 2:2
And Santos. A. R. S. (2009) Widaryanti, B. et al. (2016) ,Efek Sitotoksik
,Antinociceptive Properties of the Ekstrak Daun Ketapang (Terminalia
Hydroalcoholic Extract and the catappa L.) Pada Sel Kanker Payudara
Flavonoid Rutin Obtained from Polygala T47D,, Jurnal Biologi Papua, 8(2), pp.
paniculata L. in Mice. Basic and Clinical 68–71.
Pharmacology and Toxicology. 104 (4), Widowati, P. (2017) ,Sitotoksisitas Ekstrak
pp. 306-15. Metanol Daun Sukun (Artocarpus altilis),
Nurrani, L., Kinho, J., dan Tabba, S., 2014, Nangka (Artocarpus heterophyllus) Dan
Kandungan Bahan Aktif dan Toksisitas Kluwih (Artocarpus camansi) Terhadap
Tumbuhan Hutan Asal Sulawesi Utara Sel Kanker Payudara Mcf-7,, The 5 Th
yang Berpotensi Sebagai Obat. Jurnal Urecol Proceeding, UAD.
Penelitian Hasil Hutan. 32(11): 123-138.

132

You might also like