You are on page 1of 6

Trad. Med. J.

, September 2015 Submitted : 24-09-2015


Vol. 20(3), p 164-169 Revised : 03-11-2015
ISSN : 1410-5918 Accepted : 05-11-2015

EFFECT OF 50% ETHANOLIC EXTRACT OF PEGAGAN HERB (Centella


asiatica (L.) Urban) ON CELL PROLIFERATION OF LYMPHOCYTES IN
Balb/c MALE MICE INDUCED BY HEPATITIS B VACCINE
PENGARUH EKSTRAK ETANOLIK 50% HERBA PEGAGAN (Centella asiatica (L.)
Urban) TERHADAP PENINGKATAN PROLIFERASI SEL LIMFOSIT MENCIT JANTAN
GALUR Balb/c YANG DIINDUKSI VAKSIN HEPATITIS B

Nikmah Nur Khusnawati, Suwijiyo Pramono, Ediati Sasmito*


Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

ABSTRACT

Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) has been known as multi effect plant that empirically used in
the traditional medicine. This research aims to evaluate the effect of 50%ethanolic extract of pegagan herb
against increased lymphocyte pro liferation cells in Balb/c mice that induced with hepati tis B vaccine, and
also to evaluate triterpen glicosida compound (asiaticosida) of 50% ethanolic extrac t of pegagan herb. The
test was done by 60 Balb/c male mices that divided into 6 groups : control group, testing group that was
treated wi th pegagan extract dose of 25mg/KgBB, 50 mg/KgBB, 100mg/KgBB, 200mg/KgBB and
400mg/KgBB. All of mices were vaccinated on day 0 and days 15. Furthermore, identification of triterpen
glicosida compound was done by KLT method using BAW 4:1:5 as upper eluen. Lymphocyte cells were
isolated and the cells pro liferation measured by MTT reduction method. Data was analyzed statistically using
95% confidence level. The result sho wn that 50% of ethanolic extract of pegagan herb did not give the
immuno modulatory effect while the identification test shown that 50% of extrac t of pegagan herb has
triterpen glicosida compound (asiaticoside).
Keywords: Centella asiatica (L.) Urban, asiaticoside, immunomodulator, lymphocyte cells pro liferation

ABSTRAK

Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) dikenal sebagai tanaman yang memiliki banyak khasiat yang
secara empiris digunakan dalam pengobatan tradisional. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
pengaruh pemberian ekstrak etano lik 50% herba pegagan terhadap peningkatan prolife rasi sel limfosit
pada mencit jalur Balb/c yang diinduksi vaksin hepatitis B serta untuk mengetahui adanya senyawa
glikosida triterpen (asiatikosida) dalam ekstrak etano lik 50% herba pegagan. Sebanyak 60 ekor mencit
jantan galur Balb/c dibagi menjadi 6 kelompo k yaitu kelompok kontro l, kelo mpok uji yang diberi ekstrak
pegagan dosis 25mg/KgBB, 50mg/KgBB, 100mg/KgBB, 200mg/KgBB dan 400 mg/KgBB. Hewan uji
divaksinasi pada hari ke-0 dan hari ke-15. Sementara identifikasi senyawa glikosida triterpen dilakukan
dengan metode KLT dengan fase gerak atas BAW 4:1:5. Sel limfosit diisolasi kemudian proliferasi sel diukur
menggunakan metode MTT. Data yang dipero leh dianalisis secara statistika dengan taraf kepercayaan 95%.
Hasil peneli tian menunjukkan bahwa ekstrak etano li k 50% herba pegagan tidak berefek sebagai
imunomodulator sedangkan hasil identifikasi menunjukkan bahwa ekstrak etano lik 50% pegagan
mengandung senyawa glikosida triterpen (asiatikosida).
Kata kunci : Centella asiatica (L.) Urban, asiatikosida, imunomodula tor, proliferasi sel li mfosit

PENDAHULUAN masyarakat untuk kembali ke alam atau back to


Obat-obatan tradisional telah lama nature (Pitojo, 2002).
dimanfaatkan oleh masyarakat Eropa dan Asia Centella asiatica (L) Urban atau yang
termasuk Indonesia. Peningkatan jumlah dikenal dengan pegagan merupakan salah satu
konsumsi obat tradisonal dan pemakaian bahan jenis herba yang memiliki manfaat yang
kosmetik tradisional serta bahn industri sangat luas dan beragam antar lai n peluruh air
pangan meningkat sejalan dengan kecenderungan seni, obat s ariawan, penurun panas, penambah
nafsu makan dan lain-lain. Berdasarkan penelitian
Corresponding author : Ediati Sasmito terdahulu diketahui bahwa mencit yang
Email : ediatisasmito@yahoo.com dipejani infusa pegagan menunjukkan respon

164 Traditional Medicine Journal, 20(3), 2015


Nikmah Nur Khusnawati

yang ti nggi terhadap antibodi primer Jalannya penelitian


dan s ekunder (Punturee, dkk., 2005). Ekstrak Pengumpulan dan identifikasi bahan
metanol dengan kandungan asiatikosida Bahan yang digunakan berupa herba
sebesar 0,18% dapat menaikkan indeks pegagan yang diambil dari daerah Girimulyo,
fagositosis tikus albino secara signifikan serta Nanggulan, Kulonprogo, Yogyakarta. Bahan
peni ngkatan titer antibodi (Jayathirta and Mishra, kemudi an dilakukan determi nasi di Laboratorium
2004). Taksonomi Tumbuhan Fakultas Biologi UGM.
Pegagan mengandung beberapa seny awa
aktif diantaranya adalah vallerin, alkaloid, Pembuatan simplisa
glikosida triterpen. Dari berbagai senyawa Herba yang didapat disortasi dan dilakukan
tersebut, yang biasa di gunakan sebagai senyawa pencucian dan dikering-anginkan untuk
penanda adalah senyawa glikosida triterpen meminimalkan juml ah air yang terkandung di
(asiatikosida) (Kimura, dkk., 2001). Asiatikosida dalam herba tersebut. Herba dikeringkan
memiliki aktivitas terhadap Basi lus lepra secarain menggunakan oven dengan pemanasan 60C lalu
vitro tetapi juga dapat menurunkan fertilitas pada dibuat serbuk menggunakan mesin penyerbuk.
mencit betina dan pada dosis yang berlebihan Pengeringan bertujuan untuk meminimalisir
dapat menyebabkan hi poglikemia (Wi dowati, dkk. kadar ai r sehingga simplisia tidak rus ak akibat
1992). reaksi enzimatis maupun pertumbuhan jamur dan
Penggunaan serta penelitian mengenai mikroba perusak.
pegagan semakin meyaki nkan bahwa pegagan Penyerbukan herba dilakukan untuk
merupakan tumbuhan multi khasiat. Oleh karena memperkecil ukuran simplisia sehingga
itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut memperluas perm ukaan bahan y ang bers entuhan
mengenai pengaruh pegagan terhadap sistem dengan peny ari sehi ngga s enyawa aktif yang
imun khususny a pada peningkatan proliferasi sel terdapat di dalam bahan s emakin banyak yang
limfosit. terlarut dalam larutan penyari.

METODOLOGI Pembuatan ekstrak herba pegagan


Alat dan bahan Sebany ak 1,2 kg serbuk herba pegagan
Alat y ang di gunakan yai tu : gelas ukur, dibuat ekstrak dengan metode maserasi dalam 6 L
timbangan, bejana untuk maserasi, gel as etanol 50%. Metode maserasi dipilih karena
pengaduk, corong, kain flanel, wajan penangas ai r, senyawa aktif yaitu glikosida tri terpen yang
kompor listrik, kipas angin, flakon, cawan berada dalam bentuk glikosida saponin tidak
porselen, bejana kromatografi, plat KLT silika gel tahan terhadap pemanas an. M aserasi dilakukan
60 F254, oven, flakon, lampu UV 254, UV 366, pada tempat yang terlindung dari cahaya untuk
penangas, penyemprot, kapiler berhepari n, mengurangi intensitas cahaya dan sinar matahari
spuit i.p dan p.o, pinset steril, gunti ng steril, termasuk sinar UV sehingga terjadinya reaksi
timbangan, cawan petri, tabung sentrifus, alat karena cahaya dapat dicegah.
sentrifuge Sorv all MC 12 V, mikropi pet, lamina air Pemilihan etanol 50% didas arkan bahwa
flow (LAF), hemositometer, inkubator CO 2 senyawa golongan saponin hanya dapat larut
(Heraeus), tabung eppendorf, mesin vortex (Super dalam air dan etanol (Robinson, 1995).
Mixer-K), refrigerated sentrifuge (Sigma 3K12) Perbandingan serbuk dengan pelarut y aitu 1:5
plate 96 well (Nunc) blue tip, yello w tip, ELISA agar lebih efisien.
Reader. Maserat yang didapat selanjutnya
Bahan yang di gunakan yai tu: ekstrak dipekatkan dengan sedikit pemanasan dan
etanolik 50% herba pegagan, hewan uji berupa penurunan tekanan untuk mendapatkan ekstrak
mencit jantan galur Balb/c umur 8-12 minggu, yang lebih kental serta tidak mengandung etanol.
vaksin hepatitis B (Engerix-B), butanol, asam Rendemen ekstrak kental yang didapat yaitu 5,45 %.
asetat gl asial, akuabides, pereaksi semprot
vanilinasam sulfat, pereaksi semprot Liebermann- Perlakuan hewan uji
Burchard (LB), etanol 50%, pembanding (T ECA), Sebany ak 60 ekor mencit jantan galur
kloroform, etanol 70%, RPMI-1640 (Sigma), Balb/c umur 8-12 minggu dibagi menjadi 6
natrium bikarbonat (Sigma), hepes (Sigma), kelompok, masing-masing 10 ekor. Larutan uji
FBS 10% v/v (Gibco), penisilin-streptomisin yang telah dibuat diberikan selama 7 hari untuk
(Sigma), fungizon 0, 5% v/v, amonium klorida, pengkondisian dan dilanjutkan selama 28 hari,
akuabides, MTT (Sigma), larutan SD S 10% dalam secara per oral. Ekstrak yang dipejankan
HCl 0,01 N. dibedakan menjadi 5 dosis berbeda. Sebagai

Traditional Medicine Journal, 20(3), 2015 165


EFFECT OF 50% ETHANOLIC EXTRACT OF PEGAGAN HERB

kontrol yaitu hewan uji yang hany a diberi Setelah diinkubasi ditambahkan 10L larutan
akuades. 5mg/mL MTT dalam PBS steril, diinkubasi
Kelompok perlakuan adalah sebagai kembali selama 4 jam. Setelah i tu, di tambahkan
berikut: Kelompok 1 : sebagai kontrol, diberi 100L stop solution (larutan 10% SDS dalam asam
akuades dan dilakukan v aksinasi; Kelompok 2 : klorida 0,01N). Inkubasi dilanjutkan s elama
diberi ekstrak etanolik 50% herba pegagan dosis overnight kemudi an dibaca dengan ELISA Reader
25 mg/KgBB; Kelompok 3: diberi ekstrak etanolik pada panjang gelombang 550 nm.
50% herba pegagan dosis 50 mg/KgBB;
Kelompok 4 : diberi eks trak etanolik 50% herba Identifikasi senyawa aktif (asiatikosida)
pegagan dosis 100 mg/KgBB; Kelompok 5 : diberi Ekstrak pekat herba pegagan dimas ukkan
ekstrak etanolik 50% herba pegagan dosis 200 ke dalam flakon, ditambah etanol 50% sambil
mg/KgBB; Kelompok 6 : diberi eks trak etanolik diaduk hi ngga eks trak bisa ditotolkan
50% herba pegagan dosis 400mg/KgBB menggunakan kapiler.
Pemberian vaksin dilakukan secara Identifikasi senyawa aktif asiatikosida
intraperitoneal sebany ak 2 kali yaitu pada hari ke- menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis
0 (setelah 7 hari pengkondisian) dan hari ke-15. (KLT) dengan fase diam silika GF 254 dan fase
Volume vaksin yang diberikan dihitung gerak BAW (4:1:5). Plat KLT kemudian disemprot
berdasarkan dosis pada manusia yang dengan pereaksi vanilin-asam sulfat untuk deteksi
dikonversikan untuk dosis mencit yai tu s ebesar umum serta pereaksi LB untuk deteksi senyawa
2,6 L/20 g BB. Karena volume ters ebut terlalu spesifik. Plat KLT lalu diamati pada sinar tampak,
kecil, maka dilakukan pengenceran vaksin sinar UV 254nm dan UV 366nm.
menggunakan akuabides hingga volume 125 L.
Analisis data
Isolasi limfosit Analisis data dilakukan secara statistik
Isolasi limfosit dilakukan pada hari ke-19, 4 dengan taraf kepercayaan 95%. Data yang
hari setelah pemberian vaksin kedua. Mencit terdistribusi normal dan homogen, diuji dnegan
dikorbankan dengan cara inhalasi menggunakan uji ANOVA dan Pos t tes t-Tukey test. Data yang
kloroform lalu kulit bagian perut dibuka. Limpa tidak terdistribusi normal atau ti dak homogen
diambil dan diletakkan dalam cawan petri yang dilakukan uji non parametrik dengan uji Kruskal-
berisi medium RPMI 1640 (Rosewell Park Memirial Wallis dan uji Mann-Whitney.
Institute). Limpa diekstruksi sehingga didapatkan
suspensi selnya. HASIL DAN PEMBAHASAN
Suspensi sel dimasukkan dalam konikel dan Hasil identifikasi di laboratori um Fitokimia
didiamkan sel ama 1 jam lalu disentrifugasi pada Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada
4000rpm, 4C selama 3 menit untuk di ambil terhadap herba yang di dapatkan dari Girimulyo,
peletnya. Pelet yang didapat disuspensikan dalam Nanggulan, Kabupaten Kulonprogo, menyatakan
5mL bufer tris amonium klorida. Sel dicampur bahwa herba tersebut adalah benar herba pegagan
menggunakan pipet dan didiamkan selama 2 (Centella asiatica (L) Urban).
menit. Tambahkan 1mL FBS kemudian Mencit digunakan sebagai hewan uji karena
disentrifugasi pada 4C selama 3 menit. Pelet yang mudah didapat, mudah dalam pemeliharaan. Galur
didapat dicuci dengan RPM I sebanyak 2 kali dan Balb/c dipilih karena lebih sensitif terhadap
disentrifugasi kembali pada 1200 rpm, 4C s elama rangsangan antigen dan digunakan menci t jantan
5 menit. Supernatan dibuang dan sel limfosit karena hormon y ang berpengaruh lebi h sedikit
disuspensikan dalam medium komplit . Sel dari pada mencit betina. Selain itu, dipilih umur 8-
dihitung menggunakan hemositometer dan 12 minggu karena merupakan umur produktif
diresuspensikan lagi dengan medium RPMI mencit.
komplit sehi ngga diperoleh suspensi sel dengan Mencit yang sudah dikondisikan sel ama 7
kepadatan 1,5x106 /mL. hari kemudian diberi v aksin hepati tis B.
Pemberian vaksin dilakukan untuk merangsang
Uji proliferasi sel limfosit dengan metode MTT respon imun sehingga sel limfosit akan
reduction berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi s el
Sebany ak 100 L suspensi sel dimas ukkan limfosit yang mampu menghasilkan antibodi.
ke dalam ti ap sumuran pada 96-multiwell plate Pemberian vaksin pertama akan tercapai kadar
dengan penambahan 40 L antigen (vaksin) pada tertinggi IgM sedangkan vaksinasi kedua, kadar
tiap sumuran. Plate pertama diinkubasi pada yang meningkat paling tinggi adalah IgG. Setelah
inkubator CO 2, pada s uhu 37 selama 24 jam pemberi an vaksin pertama, akan muncul respon
sedangkan plate kedua diinkubasi selama 48 jam. imun primer, kemudian pemberian vaksin kedua

166 Traditional Medicine Journal, 20(3), 2015


Nikmah Nur Khusnawati

akan muncul res pon imun sekunder. Pada saat ekstrak pegagan dosis 25, 50, 100, 200 dan
inilah mencit dikorbankan untuk di ambil 400mg/KgBB.
limpanya. Ekstrak etanol 50% herba pegagan tidak
berpotensi sebagai imunomodul ator baik
Proliferasi sel limfosit imunostimulan maupun imunosupresan karena
Sel limfosit yang di gunakan berasal dari tidak mampu meningkatkan maupun menurunkan
organ limpa. Limpa merupakan organ limfoid proliferasi sel limfosit. Hal ini mungkin
sekunder utama yang berfungsi sebagai produsen dikarenakan waktu isolasi tidak tepat, yaitu pada
sel limfosit T dan B. Sel limfosit dikultur dalam hari ke-19. Kemungkinan pada saat itu, sel limfosit
media RPMI komplit. Medi a tersebut mengandung sedang berproliferasi akibat paparan antigen pada
asam amino, vitamin dan garam-garam organik. vaksinasi kedua yang menghasilkan respon imun
Suspensi sel, limfosit dipropagasi dalam media sekunder, sehingga penambahan antigen pada
RPMI komplit dan dilakukan penambahan antigen plate uji kemungkinan tidak berpengaruh pada sel
(vaksin hepatitis B) untuk mengenal kembali sel memori yang telah terpapar anti gen saat
memori yang telah terbentuk sel ama perlakuan. perl akuan. Sehingga sebaiknya dilakukan isolasi
Secara mikroskopis, sel limfosit tampak sel limfosit pada hari ketiga setelah vaksinasi
bulat dan bergerombol dengan inti berukuran kedua.
kecil. Sel limfosit yang terlihat kemungkinan Penelitian yang dilakukan oleh Punturee
adal ah campuran sel T dan s el B, tetapi keduanya dkk (2005) menyatakan bahwa infus pegagan
tidak dapat dibedakan secara visual karena secara signifikan meni ngkatkan proliferasi sel
memiliki morfologi yang s ama. limfosit dan produksi IL -2 dan TNF-alpha yang
Proliferasi sel limfosit diukur menggunakan berlawanan dengan ekstrak etanol yang
metode MTT reduc tion. Metode ini menggunakan menghambat mitogenesis PBMC dan produksi IL -2
senyawa tetrazolium (MTT) untuk mengukur serta TNF-alpha. Penelitian Jayathirta dan Mishra
proliferasi sel. Metode ini sederhana, ekonomis, (2004) menunjukkan bahwa eks trak metanol
cepat, aman serta tidak menghasilkan limbah yang pegagan dosis 100-500mg/KgBB meningkatkan
berbahaya (Mosmann, 1983). Metode i ni indeks fagositosis dan s el darah putih. Pada
menentukan kemampuan sel hidup untuk penelitian ini, ekstrak etanol 50% herba pegagan
mereduksi garam tetrazolium (3-(4,5- tidak berpengaruh terhadap proliferasi limfosit.
dimetiltiazol-2-il)2,5-difenil tetrazolium bromida) Oleh karena i tu, kemungkinan ekstrak pegagan
(MTT) yang berwarna kuning dan selanjutnya lebih berfeek pada sistem imun nonspesifik.
membentuk kristal formazan yang berwarna ungu. Herba pegagan memiliki beberapa seny awa
Garam tetrazolium dari MTT dapat tereduksi aktif yang belum semuanya diketahui khasiatny a.
karena adanya aktivitas enzim mitokondri al Beberapa literatur menyatakan bahwa flavonoid
dehidrogenase (Berridge et al., 1996). dapat berefek sebagai imunostimulator. Herba
Kristal formazan yang terbentuk dapat pegagan juga memiliki kandungan flavonoi d,
diukur pada rentang panjang gelombang 500-600 sehingga kemungkinan yang berefek sebagai
nm. Pada penelitian i ni, digunakan panjang imunomodulator bukan glikosida tri terpen, tetapi
gelombang 550 nm. Absorbansi yang terukur senyawa flavonoidnya. Hal ini juga dapat menjadi
dinyatakan dengan nilai optical density (OD) peny ebab ekstrak etanol 50% herba pegagan yang
Jumlah kristal formazan yang terbentuk mengandung glikosida triterpen ini tidak berefek
berkol erasi dengan jumlah sel yang hidup dalam signifikan terhadap proliferasi limfosit.
kultur (Anonim, 2005).
Berdasarkan data yang diperol eh, kelompok Identifikasi senyawa aktif (asiatikosida)
kontrol, baik y ang diinkubasi selama 24 jam Identifikasi senyawa asiatikosida
maupun 48 jam memiliki OD tertinggi menggunakan metode KLT dengan fase diam silika
dibandingkan kelompok perlakuan. Sedangkan gel 60 F254 dan fase gerak atas BAW (butanol :
pada kelompok perlakuan, nilai OD pada asam asetat : air) dengan perbandingan 4:1:5.
kelompok yang diinkubasi selama 48 jam lebih Asiatikosida merupakan senyawa golongan
rendah daripada kelompok yang diinkubasi saponin berupa glikosida triterpen yang cenderung
selama 24 jam. bersifat semipolar. Fase gerak yang dipilih juga
Data y ang diperol eh dalam penelitian ini bersifat semipolar s ehingga sesuai untuk
terdistribusi normal dan homogen sehingga dapat mengadsorpsi seny awa yang akan diidentifikasi.
dilanjutkan dengan uji ANOVA. Analisis data Pembanding yang digunakan yai tu TECA ( titrated
yang dilakukan menunjukkan bahwa tidak extrac t Centella asiatica) yang mengandung
terdapat perbedaan signifikan antara kelompok asiatikosida sebanyak 41,4% serta asam
kontrol maupun kelompok perlakuan dengan asiatikat dan as am madekasat sebanyak 58,5%.

Traditional Medicine Journal, 20(3), 2015 167


EFFECT OF 50% ETHANOLIC EXTRACT OF PEGAGAN HERB

Gambar 1. Pembentukan kristal formazan (Anonim, 2008). Garam tetrazolium (3 -(4,5-dimetiltiazol-2-


il)2,5-difenil tetrazolium bromida) (MTT) yang berwarna kuni ng tereduksi menjadi kristal formazan yang
berwarna ungu karena aktivitas enzim mitokondrial suksinat dehidrogenase.

Tabel I. Hasil rata-rata SD pengukuran OD proliferasi sel limfosit pada masing-masing perlakuan
Inkubasi Kelompok 1 2 3 4 5 6 Rata-rataSD
Kontrol 0,214 0,224 0,189 0,183 0,661 0,228 0,2830, 186a
E25 mg/KgBB 0,186 0,138 0,313 0,378 0,131 0,244 0,2320,091a
E50 mg/KgBB 0,319 0,228 0,321 0,155 0,319 0,253 0,2660,067a
24 Jam E100 mg/KgBB 0,318 0,367 0,099 0,285 0,189 0,156 0,2360,104a
E200 mg/KgBB 0,169 0,297 0,331 0,157 0,224 0,201 0,2300,070a
E400 mg/KgBB 0,277 0,381 0,258 0,216 0,167 0,235 0,2560,072a
Kontrol 0,752 0,252 0,207 0,174 0,157 0,215 0,2930,227a
E25 mg/KgBB 0,209 0,177 0,295 0,392 0,189 0,260 0,2540,081a
E50 mg/KgBB 0,281 0,217 0,270 0,149 0,280 0,195 0,2320,054a
48 Jam E100 mg/KgBB 0,302 0,289 0,125 0,191 0,192 0,164 0,2110,070a
E200 mg/KgBB 0,177 0,268 0,218 0,157 0,198 0,172 0,1980,040a
E400 mg/KgBB 0,269 0,413 0,206 0,202 0,200 0,127 0,2510,083a

Gambar 2. Grafik OD pengukuran proliferasi limfosit, Pengaruh pemberian eks trak etanlik 50% herba
pegagan terhadap proliferasi limfosit dibandingkan dengan kontrol. Dari grafik terlihat bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol

Setelah terelusi, lempeng KLT kemudian Pemanasan ini bertujuan untuk mempercepat
dikeringangi nkan untuk mempermudah reaksi antara seny awa dengan pereaksi
pembacaan bercak. Pengamatan dilakukan dengan semprot sehingga bercak -bercak dapat terlihat
sinar tampak, UV 254, UV 366 dan pereaksi lebih jel as.
semprot vanilin asam sulfat. Bercak tampak Berdasarkan hasil identifikasi dengan KLT,
dengan jelas setel ah disemprot dengan pereaksi bercak yang diduga kuat sebagai terpenoid adalah
vanilin asam sulfat kemudi an dipanaskan, bercak berwarna kuning dengan hRf 53 yang juga

168 Traditional Medicine Journal, 20(3), 2015


Nikmah Nur Khusnawati

Gambar 3. Hasil identifikasi senyawa asiatikosida menggunakan KLT dengan pereaksi vanilin asam sulfat
(A) dan pereaksi LB (B). Terlihat bercak ekstrak pegagan (1) dan bercak dari pembanding TECA ( tritated
extrac t Centella asiatica) sebagai standar (2).

muncul pada totolan pembanding. Sedangkan Extracts of Eclipta alba and Centella
bercak-bercak yang lain adalah s enyawa-senyawa asiaticaPhytomedicine, 11, 361-365.
lain yang terkandung dalam ekstrak etanolik 50% Kimura Y., Sumiyoshi M., Samukawa K., Satake N.,
herba pegagan. Sakanaka M. 2008, Facilitating Action of
Berikut ini merupakan hasil identifikasi Asiaticoside at Low Dose on Wound Burn
menggunakan KLT Repair and Its Mechanism, European
Deteksi menggunakan pereaksi semprot LB Journal of Pharmacology, 584, 415-423.
untuk mendeteksi glikosida triterpen dimana akan Mosmann T., 1983, Rapid Colorimetrcic Assays for
muncul bercak berwarna hi jau-bi ru. Pada deteksi Celluler Growth and Survival : Application
ini, bercak hijau-biru tersebut tampak jelas setelah to Proliferation and Citotoxicty Assays,
disemprot dengan pereaksi LB kemudian Journal of Immunological Methods, 16 (65) :
dipanaskan. Bercak tampak pada hRf 52 yang juga 55-63.
muncul pada pembanding. Hal i ni menunjukkan Pitojo S., 2002, Ceplukan Herba Berkhasiat Obat,
bahwa di dalam ekstrak pegagan terdapat Kanisius, Yogyakarta.
senyawa asiatikosida. Punturee K., Wild C.P., Kasinrerk W.,
Vinitketkumnuen U. 2005,
KESIMPULAN Immunomodulatory Activities of Centella
Ekstrak etanolik 50% herba pegagan tidak asiatica and Rhinacanthus nasutus extracts,
dapat meni ngkatkan proliferasi limfosit. Namun Asian Pacific Journal of Cancer Prevention, 6,
hasil identifikasi senyawa aktif di dalam ekstrak 396-400.
etanolik 50% herba pegagan diketahui Robinson T., 1995, Kandungan Organi k Tumbuhan
mengandung s enyawa asiatikosida. Tinggi, diterjemahkan ol eh Kos asih
Padmawi nata, Edisis VI, 156-157, Penerbit
DAFTAR PUSTAKA ITB, Bandung.
Berridge M.V., Tan A.S., McCoy K.D., Wang A.R. Widowati L., Pudji astuti, Indrari, Sundari D. 1992,
1996, The Biochemical and Cellular Basic of Beberapa Informasi Khasiat Keamanan dan
Cell Proliferation Assays That Use Fitokimia Tanaman Pegagan, Warta
Tetrazolium Salts, Biochemica, 4 : 14-19 Tumbuhan Obat Indonesia, Jakarta.
Jayathirtha MG., Mishra SH. 2004, Preliminary
Immunomodulatory Activities of Methanol

Traditional Medicine Journal, 20(3), 2015 169

You might also like