You are on page 1of 7

JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 2(2), 166-172, 2016 ISSN CETAK.

2443-115X
ISSN ELEKTRONIK. 2477-1821

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN


KEREHAU (Callicarpa longifolia Lam) TERHADAP Escherichia coli
dan Staphylococcus aureus
Submitted : 27 Oktober 2016
Edited : 18 November 2016
Accepted : 30 November 2016

Eko Kusumawati 1, Anita Apriliana2, Khusnul Khatimah2


1
Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Mulawarman Samarinda
2
Akademi Farmasi Samarinda
Email : ekokusumawati@fmipa.unmul.ac.id

ABSTRACT
Kerehau (Callicarpa longifolia Lam) is a plant that has traditionally efficacious as a cure
colds and diarrhea. Part used as medicine are the leaves. This study aims to determine the
antibacterial activity of ethanol extract of leaves kerehau on Escherichia coli and
Staphylococcus aureus. Kerehau leaf extract prepared by maceration method using ethanol
70%, with a test concentration of 10%, 25%, 50%, and 100% and chloramphenicol 0.1% (w / v)
as a positive control and dimethyl sulfoxide 1% (v / v) as a negative control. The results of
antibacterial activity test with extract concentrations of 25%, 50% and 100% in Escherichia
coli is 9.45 mm, 12.21 mm and 17.38 mm, for the positive control is 21.85 mm. The results of
antibacterial activity test with extract concentrations of 10%, 25%, 50% and 100% in
Staphylococcus aureus was 7.3 mm, 9.85 mm, 13.65 mm and 20.58 mm, for the positive control
was 24.05 mm. The antibacterial activity was analyzed by One Way ANOVA showed significant
differences between treatments.

Keywords : Callicarpa longifolia Lam, antibacterial , disc diffusion, Escherichia coli,


Staphylococcus aureus

PENDAHULUAN jerawat yang dibuat dalam bentuk sediaan


Penyakit akibat infeksi bakteri bedak dingin, obat pasca melahirkan dalam
merupakan masalah serius dalam kesehatan, bentuk sediaan ramuan serta masuk angin
seperti halnya Escherichia coli dan dan obat diare, bagian tumbuhan yang
Staphylococcus aureus(1). Untuk mengatasi digunakan sebagai obat adalah daunnya.
penyakit ini digunakan obat-obatan sintetis Stephanus (2015)(3) mengemukakan bahwa
dan kimiawi yang dapat menimbulkan daun kerehau mengandung senyawa kimia
ketergantungan serta resistensi. Salah satu berupa flavonoid, tanin, saponin dan
upaya untuk mencegah terjadinya resistensi terpenoid. Selain itu daun kerehau juga
tersebut adalah dengan memanfaatkan mampu menghambat pertumbuhan bakteri
tumbuhan-tumbuhan obat yang diduga Propionibacterium acnes pada konsentrasi
efektif menghambat pertumbuhan atau 10%, 25%, 50%, 100% dan memiliki
membunuh bakteri penyebab penyakit(2). diameter zona hambat berturut-turut sebesar
Tumbuhan kerehau (Callicarpa 7,03 mm, 8 mm, 10,01 mm, dan 11,73 mm.
longifolia Lam) secara tradisional Berdasarkan latar belakang diatas,
digunakan untuk pengobatan sebagai obat dilakukan penelitian mengenai uji aktivitas

AKADEMI FARMASI SAMARINDA 166


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 2(2), 166-172, 2016 EKO KUSUMAWATI

antibakteri ekstrak etanol daun kerehau saring. Ekstrak cair yang diperoleh
(Callicarpa longifolia Lam) terhadap kemudian diuapkan diatas penangas air
Escherichia coli dan Staphylococcus aureus hingga kental(4).
sebagai perwakilan bakteri Gram negatif
dan Gram positif yang dapat menyebabkan Pengujian Aktivitas Antibakteri
penyakit diare dengan melihat zona hambat Pengujian aktivitas antibakteri
yang terbentuk dari konsentrasi hambat ekstrak etanol daun kerehau terhadap
minimum yang digunakan dengan dugaan bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus
bahwa daun tersebut dapat digunakan aureus menggunakan metode kertas cakram
sebagai obat diare. dengan konsentrasi 10%, 25%, 50%, dan
100%.
METODE PENELITIAN Media MHA dituang ke dalam 5
Pengumpulan sampel cawan petri masing-masing dituang
Sampel berupa daun kerehau tua sebanyak 20 mL, dibiarkan hingga
dipetik langsung tanpa menggunakan alat, memadat. Dicelupkan lidi kapas steril ke
yang diperoleh dari desa kecamatan dalam suspensi bakteri, setelah itu
Sangasanga, Kabupaten Kutai Kertanegara, dioleskan pada seluruh permukaan medium
Kalimantan Timur. MHA dan dibiarkan selama 5 menit supaya
suspensi bakteri meresap ke dalam media
Determinasi Tumbuhan agar.
Determinasi daun kerehau Kertas cakram yang telah direndam
(Callicarpa longifolia Lamk) dimaksudkan dalam ekstrak daun kerehau dengan
untuk mengetahui kebenaran sampel. konsentrasi 10%, 25%, 50%, dan 100%
Deteminasi dilakukan di Laboratorium (b/v), kemudian pada media ditempelkan
Fisiologi Tumbuhan Falkutas Matematika kertas cakram dengan bermacam-macam
dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) konsentrasi, untuk kontrol negatif yaitu
Universitas Mulawarman Samarinda. kertas cakram yang direndam dengan
DMSO 1%. Jarak antara disk satu dengan
Pembuatan Ekstrak Etanol Daun lainnya tidak kurang dari 15 mm. kemudian
Kerehau dinkubasi dalam inkubator dengan suhu
Daun kerehau yang telah 37oC selama 18-24 jam. Diukur zona
dikumpulkan dicuci dibawah air mengalir, hambat (mm) dari masing-masing
ditiriskan dan dikeringkan. Pengeringan konsentrasi sampel dengan menggunakan
dilakukan dengan cara diangin-anginkan jangka sorong. Diameter zona hambat yang
tanpa terkena sinar matahari langsung. diukur yaitu daerah jernih disekitar kertas
Simplisia dibuat serbuk menggunakan cakram (tidak ada pertumbuhan bakteri),
blender selanjutnya diayak dan hasil ayakan diukur dari ujung yang satu ke ujung yang
disimpan didalam wadah tertutup rapat. lain melalui tengah-tengah kertas cakram
Ditimbang 100 g serbuk simplisia daun dan dihitung rata-rata zona hambatnya(5).
kerehau, kemudian diekstraksi dengan cara
maserasi dengan perbandingan 1:10, HASIL DAN PEMBAHASAN
menggunakan 1 L etanol 70% sebagai Determinasi Tumbuhan
cairan penyari. Maserasi dilakukan selama Hasil determinasi menunjukkan
5 hari dengan cara pengadukan manual bahwa sampel yang digunakan adalah
setelah itu dilakukan remaserasi, Callicarpa longifolia Lam, dengan nama
Selanjutnya ekstrak disaring dengan kertas daerah Kerehau.

167 AKADEMI FARMASI SAMARINDA


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 2(2), 166-172, 2016 EKO KUSUMAWATI

Pembuatan Simplisia Daun Kerehau serbuk yang direndam dalam etanol 70%
Pada pembuatan simplisia daun sebanyak 1000 mL selama 5 hari sambil
kerehau, diperoleh 1,8 kg daun kerehau sesekali diaduk. Pengadukan yang
segar, kemudian dicuci dan ditiriskan lalu dilakukan sesekali secara teratur juga
dikeringkan dengan cara diangin-anginkan membantu agar semua bagian simplisia
terlindung dari sinar matahari. Setelah terendam dan kontak dengan cairan penyari
kering daun kerehau ditimbang, diperoleh merata. kemudian disaring lalu diendapkan
sebanyak 450 g. Susut pengeringan pada dan diambil maseratnya. Maserat berupa
simplisia daun kerehau sebesar 25%. ekstrak cair ini kemudian dilakukan
pemekatan dengan cara ditangas diatas
Pembuatan Ekstrak Etanol Daun penangas air, dengan tujuan untuk
Kerehau menghilangkan pelarut yang digunakan
Simplisia daun kerehau diekstraksi selama maserasi. Hasil penguapan tersebut
dengan menggunakan metode maserasi. adalah ekstrak pekat yang berwarna coklat
Keuntungan proses maserasi adalah cara tua dengan konsistensi berupa pasta.
dan peralatan mudah dilakukan dengan alat- Ekstrak kental yang diperoleh sebesar 25,89
alat sederhana, dan cara penarikan zat aktif g, sehingga rendemen yang diperoleh
yang tidak menggunakan pemanasan dan sebesar 25,89%. Ekstrak kental ini akan
digunakan etanol 70% sebagai pelarutnya. digunakan dalam uji aktivitas antibakteri.
Penggunaan cairan penyari ini atas dasar
bahwa etanol lebih selektif, tidak Pengujian Aktivitas Antibakteri
beracun, netral, absorbsinya baik, etanol Uji ini dilakukan untuk mengetahui
dapat bercampur dengan air pada segala pengaruh ekstrak etanol daun kerehau
perbandingan, panas yang diperlukan untuk terhadap pertumbuhan Escherichia coli dan
pemekatan lebih rendah, kapang dan kuman Staphylococcus aureus. Konsentrasi ekstrak
sulit tumbuh dalam konsentrasi alkohol etanol daun kerehau yang digunakan pada
lebih dari 20% sehingga dapat mencegah penelitian ini adalah 10%, 25%, 50% dan
tumbuhnya jamur pada ekstrak(6). 100% (b/v) yang telah digunakan pada
Simplisia daun kerehau dihaluskan penelitian sebelumnya.
dengan menggunakan blender. Proses Metode yang digunakan pada
penghalusan simplisia kering dilakukan pengujian ini adalah metode kertas cakram
untuk memperkecil ukuran simplisia, (metode difusi agar). Metode ini digunakan
sehingga luas permukaan yang kontak karena memiliki kelebihan; mudah
dengan cairan penyari lebih luas dan proses dilakukan, tidak memerlukan peralatan
penarikan kandungan kimia yang terdapat khusus dan relatif murah, sedangkan
didalam simplisia lebih optimal, kemudian kelemahannya adalah ukuran zona bening
ditimbang dengan perbandingan 1 : 10 yaitu yang terbentuk tergantung oleh kondisi
sebanyak 100 g serbuk daun kerehau dalam inkubasi, inokulum, predifusi dan
1000 ml etanol 70%. Etanol 70 % dipilih preinkubasi serta ketebalan medium.
karena dapat melarutkan senyawa polar dan Apabila keempat faktor tersebut tidak
non polar, etanol juga merupakan senyawa sesuai maka hasil dari metode kertas
yang mudah menguap, sehingga pada cakram relatif sulit untuk ditentukan. Selain
proses pemekatan waktu yang itu, metode kertas cakram ini tidak dapat
membutuhkan lebih sedikit dibandingkan diaplikasikan pada mikroorganisme yang
dengan menggunakan pelarut air. Ekstraksi pertumbuhannya lambat dan
dilakukan dengan cara maserasi yaitu 100 g mikroorganisme yang bersifat anaerob

AKADEMI FARMASI SAMARINDA 168


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 2(2), 166-172, 2016 EKO KUSUMAWATI

obligat(2). Sebelum melakukan uji aktivitas konsentrasi perlakuan maka meningkat juga
antibakteri semua alat dan bahan zona hambat terhadap bakteri Escherichia
disterilisasikan menggunakan autoclave coli dan Staphylococcus aureus, namun
dengan suhu 121°C selama 15 menit untuk daya hambat tersebut lebih kecil bila
mencegah terjadinya kontaminasi dengan dibandingkan dengan kontrol positif
mikroorganisme lain. Zat uji yang Kloramfenikol 0,1%. Hal ini dikarenakan
digunakan adalah ekstrak etanol daun kloramfenikol merupakan antibiotik dengan
kerehau dengan konsentrasi 10%, 25%, spektrum luas dan memiliki daya
50% dan 100% (b/v) yang sebelumnya antimikroba yang kuat(7).
ekstrak dibuat dalam bentuk larutan stok Pada kontrol negatif larutan DMSO
pada konsentrasi 100%. 1% tidak ada daya hambat yang dihasilkan
Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak karena DMSO hanya digunakan sebagai
etanol daun kerehau dengan konsentrasi pengencer ekstrak untuk memperoleh
10%, 25%, 50% dan 100% (b/v) serta ekstrak dengan kadar konsentrasi tertentu.
kloramfenikol 0,1% (b/v) sebagai kontrol Hal ini didasarkan pada sifatnya yang tidak
positif dan Dimetil Sulfoksida 1% (v/v) toksik, yaitu tidak memberikan daya
sebagai kontrol negatif terhadap hambat pertumbuhan bakteri sehingga tidak
Escherichia coli dan Staphylococcus mengganggu hasil pengamatan pengujian
aureus dapat dilihat pada tabel 1 dan 2. aktivitas antibakteri dengan metode difusi
Berdasarkan hasil pada Tabel 1 dan 2 agar(8).
diketahui bahwa dengan meningkatnya

Tabel 1. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Kerehau Terhadap Escherichia
coli

Diameter Zona Hambat (mm)


Replikasi Kontrol (-) Kontrol (+)
10% 25% 50% 100%
DMSO 1% Kloramfenikol 0,1%
1 0 0 9,6 12 18,2 21,8
2 0 0 9,75 12,6 17 20,6
3 0 0 9 11,9 16,9 23
Rata-rata 0 0 9,45 12,21 17,38 21,85

Tabel 2. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Kerehau Terhadap
Staphylococcus aureus

Diameter Zona Hambat (mm)


Replikasi Kontrol (-) Kontrol (+)
10% 25% 50% 100%
DMSO 1% Kloramfenikol 0,1%
1 0 7,6 9,4 13,5 20,8 23,8
2 0 7,2 10,5 13,2 20,4 23,6
3 0 7,3 9,5 14,2 20,5 24,7
Rata-rata 0 7,3 9,85 13,65 20,58 24,05

169 AKADEMI FARMASI SAMARINDA


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 2(2), 166-172, 2016 EKO KUSUMAWATI

Sampel yang digunakan dalam Adanya perbedaan hasil uji daya


pengujian antibakteri ini adalah ekstrak hambat pada bakteri Gram positif dan Gram
etanol daun kerehau yang memiliki daya negatif dapat dihubungkan melalui
antibakteri dikarenakan memiliki senyawa perbedaan dinding sel bakteri. Data dari
kimia berupa flavonoid, tanin, saponin dan Tabel 1 dan 2 menunjukkan bahwa
terpenoid(3). Senyawa tanin diduga memiliki hambatan terbesar dapat diamati pada
kemampuan menghancurkan koloni bakteri Staphylococcus aureus yang merupakan
dengan cara mengkerutkan dinding sel atau bakteri Gram positif. Umumnya bakteri
membran sel sehingga mengganggu Gram positif lebih peka terhadap senyawa
permeabilitas sel bakteri. Akibat antibakteri dibandingkan dengan bakteri
terganggunya permeabilitas, sel tidak dapat Gram negatif kerena dinding sel bakteri
melakukan aktivitas hidup sehingga Gram positif tidak memiliki lapisan
pertumbuhannya terhambat atau bahkan lipopolisakarida sehingga senyawa
mati. Senyawa flavonoid merupakan antimikroba yang bersifat hidrofilik
kelompok senyawa fenol yang mempunyai maupun hidrofobik dapat melewati dinding
kecenderungan untuk mengikat protein, sel bakteri Gram positif kemudian
sehingga menggangu proses metabolisme berinteraksi langsung dengan peptidoglikan
sedangkan senyawa saponin termasuk pada sel bakteri yang sedang tumbuh dan
dalam golongan alkaloid yang merupakan menyebabkan kematian sel(12).
senyawa metabolit sekunder yang bersifat David Stout (1971) dalam Christiani
basa dan banyak terdapat pada tumbuhan dkk (2015)(13) menjelaskan apabila diameter
dikotil, saponin merupakan zat aktif yang zona hambat yang terbentuk memiliki nilai
dapat meningkatkan permeabilitas < 5 mm maka daya antibakterinya
membran sehingga terjadi hemolisis sel, dikategorikan lemah, apabila zona hambat
apabila saponin berinteraksi dengan sel yang terbentuk memiliki nilai 5-10 mm
kuman, kuman tersebut akan pecah atau maka daya hambat antibakterinya
lisis(9). dikatagorikan sedang, jika zona hambatnya
Escherichia coli merupakan bakteri yang terbentuk 10-20 mm maka daya
flora normal yang ada di saluran hambat antibakterinya dikategorikan kuat
pencernaan manusia dan hewan yang dapat dan bila luas zona hambatnya > 20 mm
berubah menjadi oportunis patogen bila masuk kategori sangat kuat.
hidup diluar usus. Bakteri ini relatif sangat Hasil yang diperoleh pengujian
sensitif terhadap panas dan dapat di antibakteri terhadap Escherichia coli untuk
inaktifkan selama pemasakan makanan(10). konsentrasi 10% tidak memiliki zona
Staphylococcus aureus penyebab hambat, hal ini diduga karena perbedaan
berbagai jenis infeksi pada manusia, antara bakteri Gram positif dan Gram negatif,
lain infeksi pada kulit, seperti bisul dan daya aktivitas ekstrak yang telah menurun
furunkolisis, infeksi yang lebih serius, serta penyebaran suspensi bakteri ke media
seperti pneumonia, mastitis, flebitis, agar terlalu banyak sehingga zona hambat
meningitis dan infeksi saluran urin. Selain tidak terlihat, konsentrasi 25% dengan zona
itu, Staphylococcus aureus merupakan hambat sebesar 9,45 mm dengan respon
salah satu penyebab utama infeksi hambatan sedang dan konsentrasi 50%
nosokmial akibat luka tindakan operasi dan dengan zona hambat sebesar 12,21 mm
pemakaian alat-alat perlengkapan dengan respon hambatan kuat, konsentrasi
perawatan dirumah sakit(11). 100% memiliki zona hambat sebesar 17,38
mm daya antibakterinya termasuk dalam

AKADEMI FARMASI SAMARINDA 170


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 2(2), 166-172, 2016 EKO KUSUMAWATI

respon hambatan kuat dan untuk kontrol berbeda bermakna maka dilanjutkan dengan
positif dengan zona hambat 21,85 mm daya uji setelah anova yaitu uji LSD (Last
antibakterinya termasuk dalam respon Significant Differences) merupakan
hambatan sangat kuat, dengan konsentrasi prosedur pengujian perbedaan diantara rata-
minimum yang dapat menghambat bakteri rata perlakuan yang paling sederhana dan
Escherichia coli pada konsentrasi 25%. paling umum dilakukan untuk uji
Hasil pengujian antibakteri terhadap perbandingan terencana tanpa
Staphylococcus aureus untuk konsentrasi memperhatikan perlakuan. Hasil dari uji
10% dengan zona hambat sebesar 7,3 mm, LSD bahwa semua rata-rata konsentrasi
konsentrasi 25% dengan zona hambat mempunyai nilai signifikasi sama yang
sebesar 9,85 mm termasuk dalam respon menunjukkan diameter rata-rata zona
hambatan sedang dan untuk konsentrasi hambat memiliki perbedaan jarak yang
50% dengan zona hambat 12,65 mm respon tidak jauh karena setiap rata-rata
hambatan kuat dan untuk konsentrasi 100% konsentrasi zona hambat mempunyai jarak
memiliki zona hambat sebesar 20,58 mm rata-rata yang sama seperti konsentrasi
termasuk dalam respon hambatan kuat, 100%.
untuk kontrol positif memiliki zona hambat
sebesar 24,05 mm termasuk dalam respon SIMPULAN
hambatan sangat kuat, dengan konsentrasi Berdasarkan hasil penelitian yang
minimum yang dapat menghambat bakteri diperoleh, dapat disimpulkan bahwa ekstrak
Staphylococcus aureus pada konsentrasi etanol daun kerehau memiliki daya hambat
10%. terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia
Berdasarkan uji distribusi normal coli dan Staphylococcus aureus. Hasil uji
yang menguji apakah suatu nilai aktivitas antibakteri daun kerehau pada
pembanding berbed[=[pa bermakna atau konsentrasi 25%, 50% dan 100% terhadap
sama dengan nilai rata-rata setiap Escherichia coli berturut-turut adalah 9,45
perlakuan, jika rata-rata sampel (> 0,05) mm, 12,21 mm dan 17,38 mm dan untuk
maka sampel terdapat perbedaan bermakna kontrol positif adalah 21,85 mm sedangkan
dengan nilai pembanding dan data dapat hasil uji aktivitas antibakteri terhadap
diterima, dari hasil uji distribusi normal Staphylococcus aureus pada konsentrasi
didapatkan hasil yang signifikan untuk 10%, 25%, 50% dan 100% berturut-turut
diameter rata-rata zona hambat yaitu 0,890 adalah 7,3 mm, 9,85 mm, 13,65 mm, dan
> 0,05 yang membuktikan bahwa data 20,58 mm untuk kontrol positif adalah
berdistribusi normal kemudian data 24,05 mm. Daya antibakteri diukur
dilanjutkan dengan uji anova yang menggunakan metode kertas cakram dan
bertujuan untuk menganalisa diameter rata- data dianalisis dengan One Way Anova,
rata zona hambat, jika nilai signifikasi > menunjukkan adanya perbedaan bermakna
0,05 maka rata-rata populasi dinyatakan antara perlakuan dengan kontrol positif dan
sama dan data dapat diterima, hasil uji kontrol negatif.
anova yaitu nilai signifikasi sebesar 0,000
yang menunjukkan bahwa terdapat DAFTAR PUSTAKA
perbedaan bermakna pada diameter rata- 1. Dewi, S, M., N, Handayani., S,
rata zona hambat karena < 0,05 dan data Ngaisah., E, N, Seteyowati. Aktivitas
tersebut ditolak. Antibakteri Minyak Daun Sirih Merah
Pada hasil anova ditemukan bahwa (Piper crocatum Ruiz & pav) Jurnal
diameter rata-rata zona hambat adalah Penelitian Kimia Vol 9.

171 AKADEMI FARMASI SAMARINDA


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 2(2), 166-172, 2016 EKO KUSUMAWATI

2. Jawetz, E., Melnick, J. L., Adelberg, E. 9. Poeloengan., Masniari., Praptiwi.


A., 1996. Mikrobiologi Kedokteran. 2010. Uji Aktivitas Antibakteri
Edisi XXII. Jakarta : Buku Kedokteran Ekstrak Kulit Manggis (Ganicia
EGC. Hal 170. mangostana Lin). Skripsi. Malang :
3. Stepanus. R. 2015. Uji Aktivitas Universitas Negeri Malang.
Antibakteri Ekstrak Etanol Daun 10. Supardi, I dan Sukamto. 1999.
Kerehau (Callicarpa longifolia Lamk) Mikrobiologi Dalam Pengolahan dan
Terhadap Propionibacterium acnes. Keamanan Pangan. Bandung : Penerbit
Karya Tulis Ilmiah. Samarinda : Alumni Yayasan Adikarya
Akademi Farmasi Samarinda. 11. Radji, M. 2010. Buku ajar
4. Departemen Kesehatan RI. 2008. Mikrobiologi, Panduan mahasiswa
Farmakope Herbal. Jakarta : DepKes farmasi & Kedokteran. EGC. Jakarta.
RI. Hal 4-171. 12. Yasni, S., Syammsir, E., dan Direja, E.
5. Soemarno. 2000. Isolasi dan 2009. Antimicrobial Activity of Black
Identifikasi Bakteri Klinik. Cumin Extract (Nigella sativa) Against
Yogyakarta. Akademi Analis Food Pathogenic and Spoilage
Kesehatan Yogyakarta Departemen Bacteria. Microbiology Indonesia. (3).
Kesehatan RI. Hal 146-150.
6. Departemen Kesehatan RI. 2000. 13. Christiani, S., A. Fridayanti, R. Rusli.
Parameter Standar Umum Ekstrak 2015. Aktivitas Antibakteri Akar
Tumbuhan Obat Cetakan Pertama. Karamunting (Melastoma
Jakarta : DepKes RI. Hal 10-11 malabathricum). Prosiding Seminar
7. Tjay, T. H. Dan Rahardja, K. 2007. Nasional Kefarmasian Ke-1.
Obat-Obat Penting: Khasiat, Samarinda.
Penggunaan dan Efek-Efek
Sampingnya. Jakarta : Elex Media
Komputido.
8. Handyani, D., Deapati M., Marlina dan
Meilan. 2009. Skrining Aktivitas
Antibakteri Beberapa Biota Laut dari
Perairan Pantai Painan. Karya Tulis
Ilmiah. Padang : Fakultas Farmasi
Universitas Andalas.

AKADEMI FARMASI SAMARINDA 172

You might also like