You are on page 1of 6

PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,

Volume 11 Nomor 4, November 2022

EFFECT OF EXTRACTION METHOD ON ANTIBACTERIAL ACTIVITY


OF BANDOTAN LEAF (Ageratum conyzoides L) EXTRACT

PENGARUH METODE EKSTRAKSI TERHADAP AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN


BANDOTAN (Ageratum conyzoides L)

Aliyah Purwanti*
Program Studi Sarjana Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas dr. Soebandi
*aliyahpurwanti@uds.ac.id

ABSTRACT
Bandotan leaves (Argentum conizoydes L.) are often called nuisance plants. They growed wild in yards,
plantation and fields. The chemical compound in bandotan leaves were potential as an antibacterial agent. From
this research, we would determine effect of extraction method, by maceration and soxhletation, on the chemical
compounds and antibacterial activity of bandotan leaf (Ageratum conizoydes L) extract. Both are using 96% of
ethanol. The phytochemical screening showed that both extracts contain alkaloids, flavonoids, tannins, saponins,
and steroids, respectively. The photometric analysis showed the average concentration of flavonoids and tannins
in bandotan leaf extract resulting from soxhletation, was 177,98 mg/g and 61,13 mg/g, higher than that of
maceration, 133,67 mg/g and 47,75 mg/g. The antibacterial activity of extract from soxhletation had a greater
inhibitory power 7.524 mm±1.457 compared to the extract from maceration 4.749 mm±2.142. It showed that the
extraction method affected the concentration of chemical compounds and antibacterial activity.

Keyword : Bandotan leaves, maceration, soxhletation, antibacterial

ABSTRAK
Daun bandotan (Ageratum conizoydes L) sering disebut tumbuhan pengganggu. Daun bandotan tumbuh liar
di pekarangan, perkebunan dan tanah lapang. Kandungan senyawa kimia daun bandotan berpotensi sebagai zat
antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode ekstraksi, secara maserasi dan sokletasi
terhadap kandungan senyawa kimia dan aktivitas antibakteri ekstrak daun bandotan (Ageratum conizoydes L).
Ekstraksi menggunakan pelarut etanol 96%. Hasil skrining fitokimia menunjukkan, baik ekstrak hasil maserasi
maupun sokletasi positif alkaloid, flavonoid, tanin, saponin dan steroid. Hasil analisis fotometri menunjukkan rata
– rata konsentrasi flavonoid dan tannin pada ekstrak daun bandotan hasil sokletasi,177,98 mg/g dan 61,13 mg/g,
lebih tinggi dibandingkan ekstrak hasil maserasi, 133,67 mg/g dan 47,75 mg/g. Uji aktivitas antibakteri terhadap
Staphylococcus aureus menunjukkan ekstrak hasil sokletasi berdaya hambat lebih besar 7,524 mm±1,457
dibandingkan dengan ekstrak hasil maserasi 4,749 mm±2,142. Hasil di atas menunjukkan bahwa metode ekstraksi
mempengaruhi kandungan senyawa kimia, khususnya konsentrasi flavonoid dan tanin serta aktivitas antibakteri.

Kata Kunci : Daun bandotan, maserasi, sokletasi, antibakteri

1694
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 11 Nomor 4, November 2022

PENDAHULUAN maserasi dan sokletasi.


Daun bandotan (Ageratum conizoydes L) adalah
tumbuhan yang mudah didapatkan karena biasa METODOLOGI PENELITIAN
tumbuh liar di pekarangan, perkebunan dan tanah Waktu dan Tempat Penelitian
lapang sehingga sering disebut sebagai tumbuhan Penelitian experimental laboratory ini sebagian
pengganggu (Laoli, 2018). besar dilakukan di Laboratorium Terpadu Universitas
Namun, kandungan senyawa kimia dalam daun dr. Soebandi Jember mulai bulan Mei sampai Juli
bandotan, yaitu alkaloid, flavonoid, saponin, tanin 2021.
dan steroid dapat dikembangkan sebagai zat
antibakteri (Sugara dkk., 2016). Menurut Robinson Sampel dan Variabel Penelitian
(1995) di dalam penelitian Laoli (2018) senyawa Sampel daun bandotan yang digunakan pada
flavonoid, saponin, dan tanin termasuk senyawa penelitian ini berasal dari salah satu perkebunan di
yang berpotensi sebagai antibakteri. Hal serupa Kecamatan Mayang Kabupaten Jember. Variabel
dijabarkan oleh penelitian yang dilakukan oleh bebas/independen pada penelitian ini yaitu metode
Mahibalan et al (2016) dimana kandungan alkaloid maserasi dan sokletasi. Variabel terikat pada penelitian
dalam suatu sediaan obat lebih efektif dalam proses ini adalah kandungan senyawa kimia dan aktivitas
penyembuhan luka akibat infeksi bakteri. antibakteri Staphylococcus aureus.
Penggunaan obat-obatan tradisional yang berasal
dari tumbuhan sering ditemui dan digunakan di Alat dan Bahan
kalangan masyarakat Indonesia untuk mencegah dan Alat
atau mengobati penyakit. Umumnya, masyarakat Autoklaf, spektrofotometer, inkubator, vortex,
mengkonsumsi hasil rebusan dari tanaman tersebut tabung reaksi, cawan petri, pinset, mikropipet, blender,
atau bisa juga membubuhkan hasil tumbukan bejana maserasi, corong kaca, waterbath, neraca
tumbuhan obat tersebut pada daerah tubuh yang sakit analitik, tabung soxhlet, hotplate, kawat ose, Bunsen.
atau yang terkena infeksi.
Proses optimasi kualitas suatu ekstrak dapat Bahan
dilihat dari metode ekstraksi yang digunakan Daun bandotan, etanol 96%, nutrient agar,
sehingga dapat menghasilkan ekstrak dengan nutrient broth, MSA, kultur bakteri Staphylococcus
kandungan senyawa aktif yang optimal. Pada aureus, NaCl, DMSO 10%, antibiotik levofloxacin,
penelitian ini, ekstrak etanol daun bandotan akuades, kertas cakram, BaCl2 1%, H2SO4 1%, asam
diperoleh dengan menggunakan dua metode asetat glasial, pereaksi besi (III) klorida 1 %, serbuk
ekstraksi, secara maserasi dan sokletasi, sehingga Mg, HCl pekat, pereaksi dragendroff, spirtus.
dari perbedaan tersebut dapat diketahui metode yang
lebih baik dalam menghasilkan ekstrak yang Prosedur Penelitian
memiliki daya hambat pertumbuhan bakteri Determinasi Tanaman
Staphylococcus aureus (Sitepu, 2015). Metode Determinasi daun bandotan untuk mengetahui
ekstraksi maserasi dipilih karena prosedurnya yang jenis tumbuhan secara spesifik dilakukan di
sederhana, baik dari segi proses maupun peralatan Laboratorium Biologi Fakultas Sains dan Teknologi
yang digunakan. Metode ini juga sesuai untuk Terapan Universitas Ahmad Dahlan.
ekstraksi senyawa yang tidak tahan suhu tinggi (AS
Hidayati, 2017). Metode sokletasi merupakan Pengolahan Serbuk Simplisia
metode ekstraksi yang dapat mengekstrak zat kimia Daun bandotan yang berwarna hijau dan masih
yang terkandung dalam tanaman secara optimum segar dicuci di bawah air mengalir lalu ditiriskan.
dengan suhu tinggi dan pelarut yang lebih sedikit Selanjutnya, dikering-anginkan tanpa terkena sinar
(Anam, 2014). matahari langsung selama 15 hari. Setelah kering,
Hal ini membuat beberapa peneliti yang tertarik simplisia diblender sehingga dihasilkan serbuk
untuk menjadikan daun bandotan sebagai sampel simplisia daun bandotan (Astuti, 2015).
penelitian sehingga daun bandotan dapat menjadi
pilihan sebagai bahan obat tradisional untuk
penyembuhan infeksi pada luka yang disebabkan Ekstraksi Maserasi
oleh bakteri gram positif seperti Staphylococcus Metode maserasi yang dilakukan mengacu pada
aureus ataupun bakteri gram negatif seperti penelitian Naibaho (2018) dimana perendaman yang
Pseudomonas aureginosa. Tujuan penelitian ini dilakukan dengan cara mencampurkan serbuk
adalah ingin mengetahui kandungan senyawa kimia simplisia dan pelarut etanol 96% dengan rasio 1:10.
dan aktivitas antibakteri ekstrak daun bandotan Maserat yang diperoleh diuapkan di atas water bath,
(Ageratum conizoydes L) yang diekstrak secara lalu ditimbang.
1695
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 11 Nomor 4, November 2022

sebanyak 0,05 mL dicampur dengan 9,95 mL H2SO4


Ekstraksi Sokletasi 1%, kemudian uji densitas standar Mc Farland dengan
Metode sokletasi yang dilakukan mengacu pada mengukur absorbansinya menggunakan alat
penelitian Anam (2014) yaitu menggunakan serbuk spektrofotometer. Absorbansi diukur pada panjang
simplisia dan pelarut etanol 96% dengan rasio 1:3. gelombang 625 nm pada rentang 0,08 - 0,13 (Dalynn,
Setelah proses sokletasi selesai kemudian hasilnya 2014).
diuapkan di atas water bath, lalu ditimbang. Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan cara
paper disc dicelupkan ke dalam DMSO 10% sebagai
Skrining Fitokimia kontrol negatif (-), untuk kontrol positif paper disc
Uji Alkaloid dicelupkan ke dalam antibiotik levofloxacin dan
Ekstrak etanol daun bandotan sebanyak 2 mL (± kontrol perlakuan paper disc dicelupkan ke dalam
0,05% b/v) ditambahkan 2 mL HCl dan 3 tetes ekstrak daun bandotan yang sudah diekstraksi
pereaksi dragendroff. Adanya alkaloid dapat dilihat menggunakan metode maserasi dan sokletasi,
dengan munculnya endapan berwarna jingga kemudian diletakkan di atas media Mannitol Salt Agar
(Wilapangga dkk., 2018). yang telah diinokulasikan dengan bakteri uji,
kemudian diinkubasi pada suhu 37°C selama 1×24
Uji Flavonoid jam. Aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun
Ekstrak etanol daun bandotan sebanyak 2 mL (± bandotan dengan perbandingan metode maserasi dan
0,05% b/v) ditambah dengan serbuk Mg 0,1gram dan sokletasi ditentukan dengan berdasarkan adanya zona
ditambah HCl pekat 3 tetes. Sampel dinyatakan bening di area paper disk (Laoli, 2018).
mengandung flavonoid jika terjadi perubahan warna
menjadi merah atau jingga (Wilapangga dkk., 2018) HASIL DAN PEMBAHASAN
Determinasi Tanaman
Uji Tannin Tahap awal penelitian dilakukan uji determinasi
Sebanyak 0,1gram sampel dipanaskan selama 3 sampel daun bandotan yang diperoleh dan hasilnya
menit dalam 10 mL air suling lalu didinginkan dan menunjukkan bahwa berdasarkan identifikasi
disaring. Filtrat diencerkan sampai hampir tidak karakteristik tanaman sampel menyatakan benar
berwarna, lalu ditambahkan 1-2 tetes pereaksi besi bahwa sampel yang digunakan adalah daun bandotan
(III) klorida 1 %. Keberadaan tannin teridentifikasi (Ageratum conyzoidez L). Determinasi tanaman adalah
jika terbentuk warna biru kehitaman atau hijau prosedur menentukan nama atau jenis tanaman secara
kehitaman (Laoli, 2018). spesifik sehingga kita dapat mengetahui kebenaran
identitas tanaman tersebut dan memastikan bahwa
Uji Saponin tanaman yang digunakan dalam penelitian adalah
Sebanyak 2 mL (± 0,05% b/v) sampel tanaman yang diinginkan. Dengan demikian peneliti
dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan dapat terhindar dari kesalahan dalam pengumpulan
akuades dan dikocok selama 15 menit. Sampel bahan yang akan digunakan sebagai sampel (Diniatik,
mengandung saponin jika terbentuk busa setinggi 1 2015).
cm (Wilapangga dkk., 2018).

Uji Steroid Ekstraksi Maserasi dan Sokletasi


Ekstrak etanol daun bandotan sebanyak 2 mL (± Penelitian dilanjutkan dengan proses ekstraksi
0,05% b/v) ditambahkan asam asetat glasial daun bandotan (Ageratum conyzoidez L) secara
sebanyak 20 tetes. Larutan dikocok secara perlahan, maserasi dan sokletasi dengan menggunakan pelarut
kemudian ditambahkan asam sulfat pekat sebanyak 1 etanol 96%. Perbedaan mendasar dari proses ekstraksi
tetes. Jika terbentuk warna biru atau hijau secara maserasi dan sokletasi adalah suhu yang
menunjukkan adanya steroid (Wilapangga, 2018). diterapkan pada saat berlangsungnya proses ekstraksi.
Maserasi dilakukan pada suhu ruang, sedangkan
Kadar Flavonoid dan Tanin sokletasi dilakukan pada suhu tinggi dan berulang –
Pengujian kadar flavonoid dan tannin secara ulang.
fotometri di UPT Laboratorium Terpadu dan Sentra Penggunaan etanol sebagai pelarut dalam proses
Inovasi Teknologi Universitas Jember. ekstraksi dikarenakan etanol merupakan pelarut
universal yang aman digunakan dan tidak bersifat
Uji Antibakteri toksik (Irawan, 2014). Wardaningrum (2019)
Pengujian kekeruhan pada suspensi koloni uji menjelaskan bahwa etanol 96% mampu mengekstraksi
yang distandarisasi dengan standar Mc Farland. senyawa polar maupun nonpolar, serta dapat
Pembuatan standar Mc Farland dengan BaCl2 1% menghambat pertumbuhan kapang dan kuman, dan
1696
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 11 Nomor 4, November 2022

sangat efektif dalam menghasilkan ekstrak yang dkk., 2019).


optimal. Keberadaan senyawa flavonoid pada ekstrak daun
Sebanyak 200gram simplia kering diekstraksi bandotan (Ageratum conyzoidez L) ditunjukkan
dengan metode maserasi menggunakan pelarut dengan terjadinya perubahan warna ekstrak daun
etanol 96% sebanyak 2 L dan dengan jumlah yang bandotan (Ageratum conyzoidez L) menjadi jingga
simplisia kering yang sama diekstraksi secara setelah direaksikan dengan asam klorida pekat dan
sokletasi menggunakan 600 mL pelarut etanol 96%. magnesium. Perubahan warna dapat terjadi karena
Sebanyak 14,75gram ekstrak kental diperoleh dari reaksi reduksi senyawa flavonoid oleh asam klorida
proses maserasi dan sebanyak 20,24gram ekstrak pekat dan magnesium (Wilapangga dkk., 2018).
kental diperoleh dari proses sokletasi. Setelah Saponin merupakan senyawa yang mudah
diperoleh ekstrak kental maka rendemen dapat terdeteksi karena kemampuannya dalam membentuk
dihitung. Rendemen dapat didefinisikan sebagai busa. Busa yang timbul disebabkan karena senyawa
banyaknya metabolit yang didapatkan dari prosedur saponin memiliki sifat fisik yang mudah terhidrolisis
ekstraksi dibandingkan dengan berat sampel yang dalam air sehingga menimbulkan busa ketika dikocok
diekstraksi. Nilai rendemen yang baik jika (Sulistyarini dkk., 2019). Pereaksi FeCI3 1 %
prosentase yang diperoleh lebih dari 10% digunakan secara luas untuk mengidentifikasi senyawa
(Wardaningrum, 2019). fenol termasuk tanin. Penambahan FeC13 1% pada
Hasil perhitungan rendemen menunjukkan ekstrak daun bandotan (Ageratum conyzoidez L)
bahwa rendemen dari proses ekstraksi secara menimbulkan warna hijau kehitaman karena
sokletasi lebih baik dibandingkan dengan rendemen terjadinya reaksi antara FeC13 1% dengan salah satu
dari proses ekstraksi secara maserasi, yaitu 10,12% gugus hidroksil yang ada pada senyawa tannin
dan 7,38%. Secara teoritis, tingginya nilai rendemen (Wilapangga dkk., 2018).
dari proses ekstraksi secara sokletasi dapat Steroid memiliki gugus –OH yang dapat bereaksi
disebabkan oleh panas atau suhu tinggi yang dengan asam asetat glasial dan asam sulfat
diberlakukan selama proses ekstraksi sehingga menghasilkan warna biru kehijauan. Keberadaan
kemampuan pelarut untuk mengekstraks senyawa steroid di ekstrak daun bandotan (Ageratum
kimia meningkat. Selain itu, dalam proses sokletasi conyzoidez L) dikonfirmasi dengan munculnya warna
pelarut selalu bersikulasi dalam proses kontak biru kehijauan setelah ekstrak ditambahkan dengan
dengan serbuk simplisia. Hal ini mengakibatkan asam asetat glasial dan asam sulfat (Sulistyarini dkk.,
proses penarikan senyawa metabolit menjadi lebih 2019).
maksimal hasil rendemen juga ikut meningkat Keberadaan alkaloid, flavonoid, tanin, saponin
(Kadji, et al., 2013). Proses ekstraksi secara maserasi dan steroid pada ekstrak dari kedua metode ekstraksi
berlangsung pada suhu ruang sehingga maserasi disebabkan oleh pelarut yang digunakan merupakan
dapat dikategorikan sebagai ekstraksi dingin. pelarut yang memiliki sifat kepolaran yang sesuai
Menurut Rosita dkk. (2017), metrode maserasi dapat dengan senyawa – senyawa tersebut.
memicu senyawa kimia hanya dapat larut dalam Berdasarkan prinsip like dissolves like, suatu
pelarut ekstraksi pada suhu kamar. Jika kelarutan senyawa kimia akan cenderung terlarut di dalam
senyawa kimia dalam pelarut kecil maka hasil senyawa yang mempunyai tingkat kepolaran yang
rendemen menjadi rendah atau kurang dari 10%. sama. Flavonoid merupakan senyawa golongan
polifenol yang terdistribusi luas pada tumbuhan dalam
Skrining Fitokimia bentuk glikosida yang berikatan dengan suatu gula
Berdasarkan hasil skrining fitokimia, jika sehingga flavonoid dapat dikategorikan sebagai
dibandingkan antara hasil pengamatan pada masing senyawa kimia yang bersifat polar. Pelarut polar yang
– masing perlakuan dengan hasil study literaturnya, biasa digunakan untuk mengekstrak flavonoid antara
hasilnya menunjukkan bahwa ekstrak daun bandotan lain metanol, aseton, etanol, air dan isopropanol
(Ageratum conyzoidez L) hasil ekstraksi secara (Harborne, 1987).
maserasi maupun sokletasi masing – masing positif Tannin juga merupakan senyawa polar, sehingga
mengandung alkaloid, flavonoid, tanin, saponin dan tannin juga mudah terlarut dalam pelarut yang bersifat
steroid. polar. Sulastri (2009) menunjukkan bahwa kadar
Pada proses pengujian keberadaan senyawa tannin hasil ekstraksi etanol lebih tinggi dibanding
alkaloid dengan menggunakan reagen dragendroff, dengan kadar tannin hasil ekstraksi dengan air sebagai
diamati terbentuknya endapan warna jingga pada pelarut.
ekstrak, dimana endapan terbentuk karena senyawa
alkaloid yang terkandung di dalam ekstrak Kadar Flavonoid dan Tannin
berinteraksi dengan ion tetraiodobismutat (III) yang Uji kuantitatif senyawa kimia juga dilakukan
terkandung dalam reagen dragendroff (Sulistyarini pada senyawa flavonoid dan tanin dengan metode
1697
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 11 Nomor 4, November 2022

fotometri. Hasil analisis diperoleh bahwa rata – rata bandotan (Ageratum conyzoidez L) dari metode
konsentrasi flavonoid dan tannin pada ekstrak daun maserasi, 4,749 mm ± 2,142. Hal ini diduga karena
bandotan (Ageratum conyzoidez L) hasil ekstraksi metode sokletasi dapat lebih optimal dalam
sokletasi,177,98 mg/g dan 61,13 mg/g, lebih tinggi mengekstrak senyawa kimia yang memiliki aktivitas
dibandingkan dengan rata – rata konsentrasi antibakteri, seperti flavonoid, alkaloid, tanin, steroid,
flavonoid dan tanin pada ekstrak daun bandotan dan saponin karena dalam prosesnya melibatkan suhu
(Ageratum conyzoidez L) hasil ekstraksi maserasi, lebih tinggi dibandingkan dengan metode maserasi
133,67 mg/g dan 47,75 mg/g. Hal ini dapat sehingga senyawa – senyawa kimia lebih mudah
disebabkan karena pada proses ekstraksi secara terlarut pada pelarut dan terekstrak. Hal ini didukung
sokletasi, suhu yang digunakan lebih tinggi dan dengan hasil rendemen yang diperoleh pada metode
pelarut ekstraksi selalu bersirkulasi dengan serbuk sokletasi lebih tinggi yaitu 10,12 % dibandingkan
simplisia sehingga proses penarikan senyawa dengan rendemen hasil metode maserasi yaitu 7,38 %,
metabolit lebih maksimal. Suhu tinggi membuat sehingga aktivitas antibakteri yang dimiliki oleh
kelarutan senyawa kimia di dalam pelarut menjadi ekstrak daun bandotan (Ageratum conyzoidez L) juga
lebih tinggi. menjadi lebih besar menggunakan ekstrak hasil
metode sokletasi dibandingkan dengan metode
Uji Antibakteri maserasi.
Aktivitas antibakteri ekstrak daun bandotan Uji kadar flavonoid dan tannin ekstrak daun
(Ageratum conyzoidez L) diuji dengan metode difusi bandotan (Ageratum conyzoidez L) dari hasil ekstraksi
cakram dengan 6 kali pengulangan. Pengujian sokletasi lebih tinggi dibandingkan dengan rata – rata
diawali dengan uji kekeruhan standar Mc Farland konsentrasi flavonoid dan tanin pada ekstrak daun
0,5. Hasil pembacaan absorbansi diperoleh 0,121 bandotan (Ageratum conyzoidez L) hasil ekstraksi
untuk larutan standar Mc Farland 0,5 dengan maserasi. Hal ini menunjukkan bahwa nilai
konsentrasi 1,5, sedangkan untuk suspensi bakteri konsentrasi kedua senyawa tersebut berbanding lurus
Staphylococcus aureus diperoleh absorbansi sebesar dengan zona bening yang terbentuk di sekitaran kertas
0,129. Berdasarkan hasil tersebut pengujian cakram yang telah diberi ekstrak dengan metode
dilanjutkan ke tahap selanjutnya yaitu menguji sokletasi dan maserasi. Semakin tinggi konsentrasi
aktivitas antibakteri dengan metode difusi cakram, senyawa flavonoid dan tannin, semakin besar diameter
dimana aktivitas antibakteri dari ekstrak daun zona bening yang terbentuk. Hal tersebut didukung
bandotan (Ageratum conyzoidez L) ditunjukkan oleh penelitian Laoli (2018), bahwa senyawa
dengan ada tidaknya atau seberapa besarnya flavonoid dan tanin adalah senyawa kimia yang
diameter zona bening yang terbentuk di sekitar berpotensi sebagai senyawa antibakteri.
cakram yang telah mengandung ekstrak dan Uji Non Parametrik Kruskall Wallis yang
diletakkan di atas sebuah media yang telah menunjukkan p<0,000 yang artinya terdapat
diinokulasi bakteri Staphylococcus aureus. perbedaan nyata pada tiap perlakukan. Uji Duncan
menunjukkan bahwa zona bening bakteri kontrol
positif berbeda nyata dengan perlakuan kontrol
negatif, sokletasi dan maserasi. Diameter zona bening
bakteri kontrol negatif berbeda nyata dengan
perlakuan kontrol positif, sokletasi dan maserasi.
Diameter zona bening bakteri sokletasi berbeda nyata
dengan perlakuan kontrol positif, kontrol negatif dan
maserasi. Diameter zona bening bakteri maserasi
berbeda nyata dengan kontrol positif, kontrol negatif
dan sokletasi.

KESIMPULAN
Gambar 1. Zona Bening Hasil Uji Aktivitas
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian
Antibakteri Ekstrak Daun Bandotan (Ageratum
ini dapat disimpulkan bahwa metode ekstraksi
conyzoidez L)
maserasi dan sokletasi mempengaruhi kandungan
senyawa kimia, khususnya pada senyawa flavonoid
Setelah proses inkubasi selama 24 jam, hasilnya
dan tannin. Uji kadar flavonoid dan tanin ekstrak daun
menunjukkan bahwa ekstrak daun bandotan
bandotan (Ageratum conyzoidez L) dari hasil ekstraksi
(Ageratum conyzoidez L) dari metode sokletasi dapat
sokletasi 177,98 mg/g dan 61,13 mg/g, lebih tinggi
membentuk zona bening yang lebih besar yaitu 7,524
dibandingkan dengan rata – rata konsentrasi flavonoid
mm ± 1,457, dibandingkan dengan ekstrak daun
dan tanin pada ekstrak daun bandotan (Ageratum
1698
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 11 Nomor 4, November 2022

conyzoidez L) hasil ekstraksi maserasi 133,67 mg/g Etanol Daun Bandotan (Ageratum conyzoides L.)
dan 47,75 mg/g. Hal ini menunjukkan bahwa metode Terhadap Bakteri Bacillus substilis dan Proteus
ekstraksi maserasi dan sokletasi dapat vulgaris. Tugas Akhir. Program Studi Sarjana
mempengaruhi konsentrasi senyawa kimia yang Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera
terkandung dalam ekstrak. Metode ekstraksi Utara Medan 4, pp. 67–73.
maserasi dan sokletasi juga mempengaruhi aktivitas Rosita, J. M., Taufiqurrahman, I. and Edyson (2017)
antibakteri Staphylococcus aureus yang ditunjukkan ‘Perbedaan Total Flavonoid antara Metode
dengan adanya zona hambat yang lebih besar ketika Maserasi dengan sokletasi pada Ekstrak Daun
menggunakan ekstrak hasil sokletasi 7,524 mm ± Binjai (Mangifera caesia)’, Dentino Jurnal
1,457 dibandingkan ketika menggunakan ekstrak Kesdokteran Gigi, I(1), pp. 100–105.
dari metode maserasi 4,749 mm ± 2,142. Sulastri, Taty., (2009). Analisis Kadar Tanin Ekstrak
Air dan Ekstrak Etanol pada Biji Pinang Sirih
SARAN (Areca Catechu. L). Jurnal Chemica Vo/. 10
Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan menguji Nomor 1 Juni 2009, 59-63.
aktivitas antibakteri pada bakteri lain, seperti Sulistyarini, I., Sari, D. A. and Wicaksono, T. A.
Pseudomonas aureginosa untuk mengetahui (2019) ‘Skrining Fitokimia Senyawa Metabolit
efektivitas ekstrak pada bakteri gram negatif atau Sekunder Batang Buah Naga (Hylocereus
Propionibacterium acnes untuk mengetahui potensi polyrhizus)’, Jurnal Ilmiah Cendekia Eksakta, pp.
ekstrak untuk dapat diformulasi menjadi sediaan 56–62.
yang dapat mengatasi jerawat. Wardaningrum, (2019) ‘Perbandingan Aktivitas
Penggunaan metode ekstraksi lain dengan Antioksidan Ekstrak Etanol Terpurifikasi Ubi
menggunakan pelarut yang lebih ramah lingkungan Jalar Ungu (Ipomoea batata L) dengan Vitamin
seperti NADES (Natural Deep Eutectic Solvents) – E’, artikel, 52(1), pp. 1–5.
UAE (Ultrasound Assisted Extraction) juga dapat Wipalangga, A. Sari, L.P. (2018). Analisis Fitokimia
diaplikasikan dalam proses ekstraksi sehingga dapat dan Antioksidan Metode DPPH Ekstrak Metanol
dibandingkan perbedaan aktivitas antibakterinya Daun Salam (Eugenia polyantha). Ijobb, pp. 19-
dengan metode ekstraksi yang telah dilakukan pada 20
penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
Astuti, H. (2015). Uji aktivitas antibakteri ekstrak
etanol dan ekstrak air daun bandotan (Ageratum
conyzoides, L.) terhadap Staphylococcus aureus
dan Escherichia coli. Majalah
Farmaseutik, 11(1), 290-293.
Diniatik. (2015). Penentuan Kadar Flavonoid Total
Ekstrak Etanolik Daun Kepel (Stelechocarpus
Burahol (Bl.) Hook F. & Th.) Dengan Metode
Spektrofotometri. Kartika-Jurnal Ilmiah
Farmasi, Jun 2015, 3 (1), 1-5
Harborne J.B. 1987. Metode Fitokimia. Edisi ke-2.
Padmawinata K, Soediro I, penerjemah.
Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Terjemahan dari: Phytochemical Methods.
Irawan, H. (2014) ‘Pengaruh Konsentrasi Pelarut
Etanol Terhadap Profil Kromatogram Dan
Kandungan Senyawa Kimia Dalam Ekstrak
Daun Pepaya ( Carica papaya L . ) Dan Daun
Patikan Kebo ( Euphorbia hirta L.)’, Article, pp.
40–45.
Kadji, M. H., M. R. J. Runtuwene., dan G.
Citraningtyas. (2013). Uji Fitokimia dan
Aktivitas Antioksidan dari Ekstrak Etanol Daun
Soyogik (Saurauia bracteosa DC). FMIPA
UNSRAT. Manado.
Laoli, N. S. 2018. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak
1699

You might also like