You are on page 1of 15

AKTIVITAS DAN STABILITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN AFRIKA

(VERNONIA AMYGDALINA DEL.)

ANTIMICROBIAL ACTIVITY AND STABILITY OF BITTER LEAF EXTRACT


(VERNONIA AMYGDALINA DEL.)

Joshua Abisha Lukman1), W. Donald R. Pokatong 2)

1)* Mahasiswa Program Studi Teknologi Pangan Universitas Pelita Harapan


2) Dosen Tetap Program Studi Teknologi Pangan Universitas Pelita Harapan

ABSTRACT

Bitter leaf (Vernonia amygdalina Del.) is a herbaceous plant commonly use as


medicine. Bitter leaf originated from the African region and is already widespread
throughout the world. The objective of this study was to determine the potential
existence of antimicrobial activity of bitter leaf extract through well-diffusion method
for microorganism such as Bacillus cereus, Staphylococcus aureus, Escherichia coli,
Pseudomonas aeruginosa, and Aspergillus flavus. Bitter leaf was extracted using a
maceration method with three types of solvents of different polarities such as ethanol,
ethyl acetate, and hexane. Bitter leaf extract was concentrated to 5, 10, 15, and 20%
for the well-diffusion method. The results showed that the ethanol and ethyl acetate
bitter leaf extract could inhibit the growth of the Bacillus cereus, Staphylococcus
aureus, Escherichia coli, and Pseudomonas aeruginosa by the presence of inhibition
zone. The selected extract concentration was proceeded to the stability test towards
pH, sugar and salt concentration, and heat treatment. The results showed that the
stability test influenced the inhibition zone depending the resistance of bacteria and
the levels of the treatment. In addition, toxicity and phytochemical screening test was
also performed to the selected extract. The result of toxicity test of the ethanol extract
of bitter leaf is slightly toxic and the result of phytochemical screening test showed that
ethanol bitter leaf extract has steroid, flavonoid, saponin, tannin, and phenolic
compounds.

Keywords: bitter leaf, antibacterial activity, pathogenic microorganism, well diffusion,


stability test

PENDAHULUAN yang memiliki tinggi sekitar 2-10 meter

Vernonia amygdalina Del. yang memiliki daun berbentuk elips dan

merupakan tumbuhan yang berasal berdiameter 6 mm. Di Indonesia,

dari daerah Afrika termasuk Zimbabwe tanaman ini dikenal dengan sebutan

dan Nigeria, namun sudah menyebar daun afrika. Daun dari tanaman ini

ke seluruh dunia. V. amygdalina Del. cukup terkenal karena bagian daun dari

merupakan salah satu tanaman perdu

1
tanaman ini yang seringkali diteliti dan menghambat sintesis dinding sel
digunakan sebagai obat selama pertumbuhan, mendenaturasi
Senyawa antimikroba protein dan asam nukleat,
merupakan senyawa kimia yang mengganggu permeabilitas membran
ditambahkan ke dalam suatu bahan sitoplasma pada sel sehingga akan
pangan dengan tujuan untuk terjadi kebocoran nutrien, dan
menghambat pertumbuhan bahkan menghambat aktivitas enzim di dalam
menginaktifkan mikroorganisme sel sehingga proses metabolismenya
patogen penyebab kerusakan terganggu (Davidson dan Branen,
/keracunan pangan (Canovas et al., 2005).
2009). Menurut Afrianti (2010), terdapat Menurut Yeap et al.,(2010),
dua macam antimikroba yaitu daun afrika mengandung berbagai
antimikroba alami dan antimikroba macam antimikroba yang dapat
sintetis. Senyawa antimikroba alami menghambat pertumbuhan bakteri
jika dibandingkan dengan senyawa Gram positif maupun bakteri Gram
antimikroba sintetis lebih aman untuk negatif. Penelitian ini dilakukan untuk
digunakan dan juga dapat berfungsi menentukan kemampuan antimikroba
sebagai regulator dalam mencegah ekstrak daun dari tumbuhan Vernonia
pertumbuhan mikroba patogen karena amygdalina Del. terhadap beberapa
efektivitasnya yang sama dengan mikroba patogen pangan dan
senyawa kimia makanan seperti nitrat menentukan stabilitas ekstrak terhadap
dan nitrit yang dapat mencegah beberapa perlakuan fisikokimia.
pertumbuhan Clostridium botulinum
METODE PENELITIAN
dan curing daging. Cara kerja dari
Bahan dan Alat
senyawa antimikroba dapat dibagi
Bahan baku yang digunakan
menjadi dua, yaitu dengan cara
dalam penelitian ini adalah bagian daun
menghentikan pertumbuhan
dari tumbuhan daun afrika (Vernonia
mikroorganisme (bakteriostatik) atau
amygdalina Del.). Kultur yang
membunuh mikroorganisme tersebut
digunakan dalam penelitian ini adalah
(bakterisidal). Mekanisme yang
bakteri Gram positif, bakteri Gram
dilakukan oleh senyawa antimikroba
negatif dan kapang. Bakteri Gram
untuk melakukan penghambatan dapat
positif yang digunakan adalah Bacillus
dilakukan dengan cara merusak
cereus dan Staphylococcus aureus.
dinding sel sehingga akan terjadi lisis,

2
Bakteri Gram negatif yang digunakan Metode Penelitian
adalah Escherichia coli dan Penelitian Tahap 1
Pseudomonas aeruginosa. Sedangkan Penelitian tahap I dilakukan
kapang yang digunakan adalah untuk mendapatkan ekstrak daun afrika
Aspergillus flavus. Media pertumbuhan serta menentukan konsentrasi ekstrak
yang digunakan adalah Nutrient Agar, yang diperoleh untuk menghambat
Nutrient Broth, Potato Dextrose Agar, pertumbuhan mikroba. Penelitian tahap
dan Potato Dextrose Broth. Pelarut I dimulai dengan mengekstraksi daun
yang digunakan adalah air, etanol, etil afrika menggunakan metode maserasi,
asetat, dan heksana. Bahan penyegaran kultur, penentuan kurva
pendukung lain yang digunakan adalah pertumbuhan bakteri, pengujian
akuades, larutan buffer pH, sukrosa, aktivitas antimikroba ekstrak dengan
dan NaCl. metode difusi sumur, penentuan nilai
Alat yang digunakan dalam penelitian Minimum Inhibitory Concentration
ini adalah tabung reaksi, lampu spiritus, (MIC) dan Minimum Bactericidal
korek api, vortex, cawan petri, Concentration (MBC) serta proses
inkubator, refrigerator, laminar air flow, analisis rendemen ekstrak, analisis
autoklaf, heater, cabinet dryer, neraca kualitatif dari komponen fitokimia pada
analitik, timbangan meja, cawan sampel, dan pengujian toksisitas
penguapan, oven, blender kering, ekstrak.
ayakan Tyler, shaker, pompa vakum, Rancangan Percobaan
corong Buchner, kertas saring Rancangan percobaan yang
Whatman no.1, rotary evaporator, labu digunakan adalah Rancangan Acak
lemak, botol gelap, jarum ose, Lengkap (RAL) dengan dua faktor,
mikropipet dan tip, magnetic stirrer, pH yaitu konsentrasi ekstrak (5, 10, 15,
meter, thermometer, pipet volumetrik, dan 20%) dan jenis pelarut ( etanol, etil
waterbath, stopwatch, spatula, tutup asetat, dan heksana) dari ekstrak
ulir, botol pengencer, gelas ukur, labu dengan 2 kali pengulangan. Analisis
Erlenmeyer, labu takar, bulb pump, data dilakukan dengan menggunakan
colony counter, mikroskop, dan jangka software SPSS. Data dianalisis secara
sorong. statistik dengan ANOVA untuk melihat
adanya perbedaan signifikan (p  0.05)
di antara perlakuan.

3
Penelitian Tahap 2 Verifikasi taksonomi dilakukan di
Penelitian tahap II dilakukan Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu
untuk mengetahui stabilitas ekstrak Pengetahuan Indonesia (LIPI)
yang terpilih dari hasil penelitian tahap Cibinong. Hasil identifikasi dapat dilihat
I yang meliputi stabilitas ekstrak pada Lampiran A yang menyatakan
terhadap perlakuan pH, konsentrasi bahwa sampel yang digunakan pada
garam, konsentrasi gula, dan suhu penelitian ini merupakan daun afrika
pemanasan. Ekstrak terpilih dipilih (Vernonia amygdalina Delile) dari suku
berdasarkan diameter penghambatan Compositae.
serta nilai MIC dan MBC yang terbaik Pengukuran kadar air dilakukan
pada tahap I. pada daun segar dan daun yang telah
Rancangan Percobaan menjadi bubuk. Kadar air daun afrika
Rancangan percobaan yang segar sebesar 81,29±0,59%,
digunakan adalah Rancangan Acak sedangkan kadar air bubuk daun afrika
Lengkap (RAL) dengan dua faktor, sebesar 10,20±0,31%. Hasil
yaitu pH (4, 5, 6, 7,dan 8) dan nilai MBC perhitungan kadar air daun segar dan
(1x, 2x, 3x, dan 4x); konsentrasi gula (5, bubuk dapat dilihat pada lampiran B.
10, 15, 20%) dan nilai MBC (1x, 2x, 3x, Ekstraksi dilakukan
dan 4x); konsentrasi garam (1, 2, 3, menggunakan tiga jenis pelarut yang
4%) dan nilai MBC (1x, 2x, 3x, dan 4x); memiliki kepolaran yang berbeda, yaitu
suhu pemanasan (60, 80, 100 °C) dan etanol, etil asetat, dan heksana. Hasil
nilai MBC (1x, 2x, 3x, dan 4x) dengan 2 rendemen ekstrak daun afrika
kali pengulangan. Analisis data menggunakan etanol, etil asetat, dan
dilakukan dengan menggunakan heksana masing-masing adalah
software SPSS. Data dianalisis secara 11,17±0,50, 6,85±0,40, dan 1,15±0,04.
statistik dengan ANOVA untuk melihat Fase Pertumbuhan Mikroba
adanya perbedaan signifikan (p  0.05) Berdasarkan Gambar 1., dapat
di antara perlakuan. dilihat peningkatan jumlah koloni
masing-masing bakteri uji setiap dua

HASIL DAN PEMBAHASAN jam sekali sampai 24 jam yang


menunjukkan fase pertumbuhan
Verifikasi Taksonomi, Kadar Air dan masing-masing bakteri uji.
Rendemen Ekstrak

4
Tabel 1. Hasil pengujian fitokimia ekstrak daun
afrika
Komponen Fitokimia Hasil Uji
Alkaloid -
Fenolik +
Tanin +
Flavonoid +
Saponin +
Kumarin -
Steroid +
Triterpenoid -
Gambar 1. Grafik jumlah koloni bakteri uji Keterangan: + : Terdeteksi, - : Tidak
Terdeteksi
Berdasarkan kurva Uji Toksisitas Ekstrak
pertumbuhan tersebut, didapatkan Berdasarkan hasil pengujian,
waktu inkubasi optimum untuk nilai LC50 ekstrak daun afrika sebesar
pertumbuhan setiap bakteri uji yaitu 6 794,32 ppm. Hal ini menunjukkan
jam. Pemilihan waktu ini karena pada bahwa dengan konsentrasi ekstrak
waktu 6 jam, jumlah sel setiap bakteri sebesar 794,32 ppm, ekstrak dapat
uji sudah melebihi 105 CFU/mL yang membunuh setengah larva udang.
merupakan syarat jumlah bakteri untuk Menurut Bussman et al. (2011),
uji aktivitas antimikroba menurut bila nilai LC50 di bawah 249 ppm maka
Hermawan dkk (2007). Selain itu, masuk ke dalam kategori toksik tinggi,
pemilihan waktu 6 jam dikarenakan bila nilai LC50 diantara 250-499 ppm
bakteri uji sudah termasuk dalam fase masuk ke dalam kategori toksik
stasioner yang jumlahnya akan konstan sedang, dan bila nilai LC50 diantara
hingga 16 jam ke depan. 500-1000 ppm masuk ke dalam
Uji Fitokimia Ekstrak kategori toksik rendah. Sedangkan nilai
Hasil pengujian menunjukkan LC50 diatas 1000 ppm menunjukkan
bahwa ekstrak etanol daun afrika tidak adanya potensi toksik.
dengan maserasi 1 hari mengandung Berdasarkan hasil pengujian di Pusat
senyawa fitokimia seperti fenolik, tanin, Penelitian Kimia Lembaga Ilmu
flavonoid, saponin, dan steroid. Hasil Pengetahuan Indonesia (LIPI), ekstrak
pengujian sesuai dengan penelitian daun afrika memiliki tingkat toksisitas
Ardiani (2017) yang mengatakan yang rendah dengan kisaran 500-1000
bahwa ekstrak etanol daun afrika ppm.
mengandung senyawa golongan
flavonoid, saponin, tanin, steroid, dan Aktivitas Antimikroba Ekstrak

glikosida. Hasil analisis statistik


menunjukkan bahwa terdapat interaksi

5
yang signifikan (p≤0,05) dari
konsentrasi ekstrak daun afrika dengan
jenis pelarut yang digunakan terhadap
zona penghambatan pada Bacillus
cereus, Pseudomonas aeruginosa,
Staphylococcus aureus, dan
Escherichia coli namun tidak terdapat
interaksi yang signifikan (p≤0,05) dari Keterangan: Notasi superscript yang sama
menunjukkan tidak ada beda nyata (p≤ 0,05)
konsentrasi ekstrak daun afrika dengan Gambar 4. Zona penghambatan ekstrak daun
afrika terhadap Staphylococcus aureus
jenis pelarut yang digunakan terhadap
zona penghambatan pada Aspergillus
flavus.

Keterangan: Notasi superscript yang sama


menunjukkan tidak ada beda nyata (p≤ 0,05)
Keterangan: Notasi superscript yang sama
Gambar 5. Zona penghambatan ekstrak daun
menunjukkan tidak ada beda nyata (p≤ 0,05)
afrika terhadap Escherichia coli
Gambar 2. Zona penghambatan ekstrak daun
afrika terhadap Bacillus cereus
Berdasarkan hasil difusi sumur
ekstrak daun afrika dapat dilihat bahwa
ekstrak daun afrika dapat menghambat
pertumbuhan B. cereus, P. aeruginosa,
E. coli dan S. aureus namun tidak dapat
menghambat pertumbuhan A. flavus.

Keterangan: Notasi superscript yang sama


Hal ini dapat disebabkan oleh
menunjukkan tidak ada beda nyata (p≤ 0,05) perbedaan antara kapang dan bakteri.
Gambar 3. Zona penghambatan ekstrak daun
afrika terhadap Pseudomonas aeruginosa Kapang memiliki inti sel dan dinding sel
yang lebih tebal karena mengandung
kitin dan selulosa dibandingkan bakteri
(Block, 2001).

6
Berdasarkan Tabel 4.2, 4.3, 4.4 adalah sebesar 1x MBC, 2x MBC, 3x
dan 4.5, pada konsentrasi 20% ekstrak MBC dan 4x MBC
etanol daun afrika diameter hambat Tabel 2. Nilai MIC dan MBC
Pelarut Mikroorganisme MIC MBC
untuk bakteri Gram positif (Bacillus (%) (%)
Etanol B. cereus 1,50 6,02
cereus dan Staphylococcus aureus) P. aeruginosa 1,49 5,95
S. aureus 1,41 5,64
lebih besar dibandingkan bakteri Gram E. coli 1,50 5,99
negatif (Pseudomonas aeruginosa dan Etil B. cereus 1,33 5,32
Asetat P. aeruginosa 1,38 5,50
Escherichia coli) yaitu B. cereus S. aureus 1,21 4,84
E. coli 1,34 5,34
sebesar 12.15 mm, S. aureus sebesar
9,50 mm, sedangkan untuk P. Stabilitas Ekstrak terhadap pH
aeruginosa adalah 8,20 mm dan E. coli Hasil analisa statistik pada
sebesar 8,50 mm. Hal ini disebabkan stabilitas ekstrak daun afrika terhadap
oleh struktur dinding sel bakteri Gram perlakuan pH pada B. cereus, P.
negatif dan positif yang berbeda. aeruginosa, E. coli dan S. aureus
Bakteri Gram negatif memiliki dinding menunjukkan bahwa terdapat interaksi
sel yang lebih kompleks dan membran yang signifikan (p ≤ 0,05) dari
luar yang terdiri dari fosfolipid dan perlakuan pH dengan nilai MBC dalam
lipopolisakarida sehingga membuat mempengaruhi zona penghambatan.
ekstrak sulit untuk menembusnya dan Hasil pengujian menunjukkan bahwa
menghambatnya (O’Leary dan pada pH yang basa, tidak ada zona
Tabuenca, 2008). penghambatan yang terlihat, hal ini
sesuai dengan Ardiansyah et al. (2003)
Nilai MIC dan MBC Mikroba
yang mengatakan bahwa komponen
Berdasarkan nilai MIC dan MBC,
aktif seperti fenolik akan efektif pada
ekstrak terpilih yang akan digunakan
pH yang rendah. Salah satu senyawa
pada penelitian tahap II adalah ekstrak
fitokimia dalam ekstrak etanol daun
etanol daun afrika dengan nilai MBC
afrika adalah fenolik.
terbesar yaitu 6,02%. MBC terbesar
dipilih dengan asumsi bahwa dengan
konsentrasi tersebut dapat
menghambat E. coli dan menghambat
bakteri uji lain nya yang memiliki nilai
MBC lebih kecil. Nilai MBC yang
digunakan untuk penelitian tahap II

7
Keterangan : Notasi superscript yang sama Stabilitas Ekstrak terhadap
menunjukkan tidak ada beda nyata (p≤0,05) ;
4,4 = pH kontrol Konsentrasi Gula
Gambar 6. Stabilitas ekstrak etanol daun afrika
terhadap pH pada Bacillus cereus Hasil analisa statistik pada
stabilitas ekstrak daun afrika terhadap
perlakuan konsentrasi gula pada B.
cereus, P. aeruginosa, E. coli dan S.
aureus menunjukkan bahwa terdapat
interaksi yang signifikan (p ≤ 0,05) dari
perlakuan konsentrasi gula dengan
nilai MBC dalam mempengaruhi zona
Keterangan : Notasi superscript yang sama
menunjukkan tidak ada beda nyata (p≤0,05) ; penghambatan.
4,4 = pH kontrol
Gambar 7. Stabilitas ekstrak etanol daun afrika
Menurut Andriani et al. (2012),
terhadap pH pada Pseudomonas aeruginosa konsentrasi gula yang meningkat akan
menurunkan jumlah total fenolik dan
tanin, sehingga akan menurunkan
aktivitas antimikrobanya. Senyawa aktif
tersebut memiliki sifat yang mudah
berikatan dengan molekul gula
sehingga semakin banyak gula yang
Keterangan : Notasi superscript yang sama
menunjukkan tidak ada beda nyata (p≤0,05) ; ditambahkan maka senyawa tersebut
4,4 = pH kontrol akan semakin banyak mengikat
Gambar 8. Stabilitas ekstrak etanol daun afrika
terhadap pH pada Staphylococcus aureus molekul gula yang mengakibatkan
pelarutan senyawa aktif tersebut
terganggu.

Keterangan : Notasi superscript yang sama


menunjukkan tidak ada beda nyata (p≤0,05) ;
4,4 = pH kontrol
Gambar 9. Stabilitas ekstrak etanol daun afrika
terhadap pH pada Escherichia coli
Keterangan : Notasi superscript yang sama
menunjukkan tidak ada beda nyata (p≤0,05) ;
0% = ekstrak kontrol
Gambar 10. Stabilitas ekstrak etanol daun
afrika terhadap konsentrasi gula pada Bacillus
cereus

8
Hasil analisa statistik pada
stabilitas ekstrak daun afrika terhadap
perlakuan konsentrasi garam pada B.
cereus, P. aeruginosa, E. coli dan S.
aureus menunjukkan bahwa terdapat
interaksi yang signifikan (p ≤ 0,05) dari

Keterangan : Notasi superscript yang sama


perlakuan konsentrasi garam dengan
menunjukkan tidak ada beda nyata (p≤0,05) ; nilai MBC dalam mempengaruhi zona
0% = ekstrak kontrol
Gambar 11. Stabilitas ekstrak etanol daun penghambatan. Berdasarkan hasil
afrika terhadap konsentrasi gula pada
Pseudomonas aeruginosa pengujian semakin tinggi nilai MBC,
semakin besar pula zona
penghambatannya, namun semakin
tinggi konsentrasi garam, semakin kecil
zona penghambatannya. Hal ini sesuai
dengan penelitian Ardiansyah et al.
(2003) mengenai stabilitas aktivitas
antimikroba dari ekstrak daun beluntas
Keterangan : Notasi superscript yang sama terhadap pH dan garam, bahwa
menunjukkan tidak ada beda nyata (p≤0,05) ;
0% = ekstrak kontrol penambahan konsentrasi garam
Gambar 12. Stabilitas ekstrak etanol daun
afrika terhadap konsentrasi gula pada sampai 5% dapat menurunkan aktivitas
Staphylococcus aureus
senyawa aktif pada ekstrak seperti
alkaloid dan tanin yang juga terdapat
dalam ekstrak etanol daun afrika.

Keterangan : Notasi superscript yang sama


menunjukkan tidak ada beda nyata (p≤0,05) ;
0% = ekstrak kontrol
Gambar 13. Stabilitas ekstrak etanol daun
afrika terhadap konsentrasi gula pada
Escherichia coli Keterangan : Notasi superscript yang sama
menunjukkan tidak ada beda nyata (p≤0,05) ;
0% = ekstrak kontrol
Stabilitas Ekstrak terhadap Gambar 14. Stabilitas ekstrak etanol daun
afrika terhadap konsentrasi garam pada
Konsentrasi Garam Bacillus cereus

9
cereus, P. aeruginosa, E. coli dan S.
aureus menunjukkan bahwa terdapat
interaksi yang signifikan (p ≤ 0,05) dari
perlakuan suhu pemanasan dengan
nilai MBC dalam mempengaruhi zona
penghambatan.
Keterangan : Notasi superscript yang sama
menunjukkan tidak ada beda nyata (p≤0,05) ; Berdasarkan hasil pengujian
0% = ekstrak kontrol dapat dilihat bahwa ekstrak etanol tidak
Gambar 15. Stabilitas ekstrak etanol daun
afrika terhadap konsentrasi garam pada stabil terhadap suhu pemanasan. Pada
Pseudomonas aeruginosa
suhu pemanasan 100oC, ekstrak etanol
daun afrika sudah tidak memiliki
kemampuan untuk menghambat
pertumbuhan mikroba uji. Hal ini sesuai
dengan Ewald (1999) yang
mengatakan bahwa pemanasan
Keterangan : Notasi superscript yang sama flavonoid dengan suhu 60oC selama 2
menunjukkan tidak ada beda nyata (p≤0,05) ;
0% = ekstrak kontrol jam akan menurunkan aktivitasnya.
Gambar 16. Stabilitas ekstrak etanol daun
afrika terhadap konsentrasi garam pada Menurut Chukwuma et al. (2010),
Staphylococcus aureus
beberapa senyawa antimikroba seperti
senyawa alkaloid, fenol, flavonoid, dan
tanin yang dapat menurun jumlahnya
pada suhu diatas 37oC. Beberapa
komponen aktif seperti fenol, flavonoid,
dan tanin terdapat dalam ekstrak etanol

Keterangan : Notasi superscript yang sama daun afrika, sehingga perlakuan suhu
menunjukkan tidak ada beda nyata (p≤0,05) ;
0% = ekstrak kontrol
pemanasan akan mengurangi jumlah
Gambar 17. Stabilitas ekstrak etanol daun komponen aktif tersebut dan
afrika terhadap konsentrasi garam pada
Escherichia coli mengurangi kemampuan aktivitas
antimikrobanya.
Stabilitas Ekstrak terhadap Suhu
Pemanasan
Hasil analisa statistik pada
stabilitas ekstrak daun afrika terhadap
perlakuan suhu pemanasan pada B.

10
Keterangan : Notasi superscript yang sama
menunjukkan tidak ada beda nyata (p≤0,05) ;
24oC = ekstrak kontrol
Gambar 21. Stabilitas ekstrak etanol daun
afrika terhadap suhu pemanasan pada
Escherichia coli

KESIMPULAN

Ekstrak daun afrika terpilih


Keterangan : Notasi superscript yang sama
menunjukkan tidak ada beda nyata (p≤0,05) ; adalah ekstrak daun afrika dengan
24oC = ekstrak kontrol
Gambar 18. Stabilitas ekstrak etanol daun pelarut etanol. Ekstrak etanol daun
afrika terhadap suhu pemanasan pada Bacillus
cereus afrika memiliki rendemen yang paling
tinggi serta memiliki aktivitas
antimikroba yang paling baik. Ekstrak
etanol daun afrika dapat menghambat
pertumbuhan Bacillus cereus,
Pseudomonas aeruginosa,
Staphylococcus aureus, dan
Keterangan : Notasi superscript yang sama
menunjukkan tidak ada beda nyata (p≤0,05) ; Escherichia coli namun tidak dapat
24oC = ekstrak kontrol
Gambar 19. Stabilitas ekstrak etanol daun menghambat Aspergillus flavus.
afrika terhadap suhu pemanasan pada Ekstrak etanol memiliki senyawa
Pseudomonas aeruginosa
fitokimia yaitu steroid, flavonoid,
saponin, tanin, dan fenolik.
Kondisi asam dapat
menghasilkan zona penghambatan
yang cukup besar, sedangkan kondisi
basa seperti pada pH 8, ekstrak daun
Keterangan : Notasi superscript yang sama
afrika sudah tidak mampu menghambat
menunjukkan tidak ada beda nyata (p≤0,05) ;
24oC = ekstrak kontrol pertumbuhan semua mikroorganisme.
Gambar 20. Stabilitas ekstrak etanol daun
afrika terhadap suhu pemanasan pada Ekstrak daun afrika juga tidak stabil
Staphylococcus aureus
pada konsentrasi gula dan garam yang
tinggi dan suhu pemanasan yang
tinggi, khususnya pada suhu 100 oC.
Ekstrak etanol daun afrika masih stabil
pada kisaran pH 5, konsentrasi gula

11
5%, konsentrasi garam 2%, dan suhu Afrianti, Leni Herliani. 2010. “Pengawet
60oC. Makanan Alami dan Sintetis.”
Penerbit Alfabeta, Bandung.
SARAN
Andriani, M. Amanto, B. S., dan
Penelitian lebih lanjut dapat
Gandes. 2012. Pengaruh
dilakukan untuk mengetahui potensi Penambahan Gula dan Suhu
penerapan ekstrak daun afrika sebagai Penyajian terhadap Nilai Gizi
senyawa antimikroba dalam bahan Minuman Teh Hijau (Camellia
pangan namun dengan memperhatikan sinensis L.). Jurnal Teknologi
Hasil Pertanian
kestabilan dari senyawa tersebut
seperti kondisi pH, konsentrasi gula, Ardiani, R. 2017. Efek Antikolesterol
garam, dan suhu pemanasan yang Ekstrak Etanol Daun Afrika
(Vernonia amygdalina Del.)
rendah. Diperlukan pengujian lebih
pada Tikus. Jurnal Penelitian
lanjut untuk mengetahui kondisi ekstrak Pendidikan MIPA, 2(1), 116-
yang paling optimal dalam 121.
menghambat pertumbuhan
Audu SA, Taiwo AE, Ojuolape AR, dkk.
mikroorganisme. Pengujian terhadap A study review of documented
mikroorganisme dapat diperluas phytochemistry of Vernonia
sehingga dapat lebih dimanfaatkan dan amygdalina (Family
dikembangkan lebih baik. asteraceae) as the basic for
pharmacologic activity of
DAFTAR PUSTAKA
plant extract. J Natural
Ardiansyah, Nuraida, L., dan Sciences Res 2012; 2(7): 1-8.
Andarwulan, N. 2003.
Aktivitas Antimikroba Ekstrak Bidarisugma B, Timur SP, Purnamasari
Daun Beluntas (Plucea indica R. Antibodi Monoklonal
L.) dan Stabilitas Aktivitasnya streptococcus mutans 1(c)67
pada Berbagai Konsentrasi kDa sebagai imunisasi Pasif
Garam dan Tingkat pH. Jurnal dalam alternatif pencegahan
Teknol dan Industri Pangan karies gigi secara topical.
14 (2): 90-97 BIMKGI, 2012; 1(1); 1-2

Afifah, E dan Tim Lentera. 2003. Batzing, B. L. 2002. ”Microbiology an


“Khasiat dan Manfaat Introduction.” Thomson,
Temulawak: Rimpang America
Penyembuh Aneka Penyakit.”
Bottone, E. 2010. Bacillus cereus, a
Agromedia Pustaka, Jakarta.
Volatile Human Pathogen.

12
Clinical Microbiology Branen, A.L. 2005.
Reviews, 23(2), pp.382-398. Antimicrobials in Food 3th
Edition. Taylor&Francis, Boca
Bussmann, R., Malca, G., Glenn, A., Raton.
Sharon, D., Nilsen, B., &
Parris, B. et al. 2011. Toxicity Garcia, S. dan Heredia, N. 2009.
of medicinal plants used in “Microbiologically Safe
traditional medicine in Foods.” John Wiley & Sons,
Northern Peru. Journal Of New Jersey.
Ethnopharmacology, 137(1),
121-140. Harborne, J.B. 2006. “Metode
Fitokimia: Penuntun Cara
Bloomfield, S.P. 1991. Assesing Modern Menganalisis
Antimicrobial Activity. Di Tumbuhan (alih bahasa:
dalam: Ardiansyah, Nuraida, Kosasih Padmawinata &
L., dan Andarwulan, N. Iwang Soediro).” Penerbit
“Aktivitas Antimikroba Ekstrak ITB, Bandung.
Daun Beluntas (Plucea Indica
L.) dan Stabilitas Aktivitasnya Hermawan, A., Hana, W., dan Wiwiek,
pada Berbagai T. 2007. Pengaruh Ekstrak
Daun Sirih (Piper betle L.)
Konsentrasi Garam dan Tingkat pH”. Terhadap Pertumbuhan
Jurnal Teknologi dan Industri Staphylococcus aureus dan
Pangan, Vol. XIV (2003) Escherichia coli dengan
No.2. Metode Difusi Disk.
Universitas Erlangga.
Canovas, G.R., A. Mortimer, D.
Lineback, W. Spiess, K. Houghton, P.J. dan Raman, A.1998.
Buckle, dan P. Colona. 2009. ”Laboratory Handbook for lhe
“Global Issues in Food Fractination of Natural
Science and Technology.” Extracts.” London: Thomson
Academic Press, New York. Science, 1998.

Chukwuma, E.R., Njoku O., dan Juneja, V.K dan J.N. Sofos. 2010.
Ononogbu I.C. 2010. The Pathogens and Toxin in
Phytochemical Compositiion Foods: Chalengges and
and Biochemicals Effect of Interventions. Academic
Nigerian Tigernut (Cyperus Publisher, Washington.
esculentus L.) Tuber. Journal
of Nutirition 9 (7): 709-715 Juniarti, D. Osmeli, dan Yuhenita. 2009
“Kandungan Senyawa Kimia,
Davidson RM., Sofos, J.N., dan Uji Toksisitas (Brine Shrimp

13
Lethality Test) dan 2011.
Antioksidan (1,1-Diphenyl-2-
Pikrilhydrazyl) dari Ekstrak Rubiyanto, Dwiarso. 2017. “Metode
Daun Saga (Abrus Kromatografi: Prinsip Dasar,
Precatorius L.)”. Makara, Praktikum dan Pendekatan
Sains, 13 (1): 50-54 Pembelajaran Kromatografi.”
Penerbit Deepublish, Sleman.
Kristiani, E., Kasmiyati, S. and
Herawati, M. 2015. Skrining Sarker, Stayajit D., Latif; Zahid, Gray,
Fitokimia dan Aktivitas Alexander. 2005. “Natural
Antibakteri in vitro Ekstrak Products Isolation.” Humana
Heksana-petroleum Eter Press, USA.
Artemisia cina Berg. ex
Sassie, Ardelia. 2013. Aktivitas dan
Poljakov. AGRIC : Jurnal Ilmu
Stabilitas Antimikroba Ekstrak
Pertanian.
Daun dan Batang Pohpohan
Lenny, Sovia. 2006. Senyawa (Pilea melastomoides [Poir.]
Terpenoida dan Steroida. Wedd.). Skripsi. Universitas
Karya Ilmiah. Universitas Pelita Harapan, Tangerang.
Sumatera Utara, Medan.
Seidel, V. 2006. Initial and Bulk
Milena, P. P., I. B. Chinou, I. N. Extraction. Di dalam: Sarker,
Marekov, dan V. S. Bankove. S.D., Latif, Z., dan Gray, AI.
2009. Terpenes with (ed). Natural Products
Antimicrobial Activity from Isolation, 2“] Edition. New
Cretan Propolis. Jersey: Humana Press, 2005.
Phytochemistry, 70 (10) :
Souza, RF. Souza, Rubiana F. Bott,
1262-1271.
Wanderley P. Oliveira. 2007.
Naidu, A.S. 2000. “Natural Food Optimization of The
Antimicrobial Systems.” CRC Extraction of Flavonoids
Press, California. Compounds from Herbal
Material Using Experimental
Parhusip A.J.N. 2006 “Kajian Design and Multi Response
Mekanisme Antibakteri Analysis. Latin American
Ekstrak Andaliman Journal of Pharmacy
(Zanthoxylum acanthopodium
DC) terhadap Bakteri Sumardjo, Damin. 2006. “Pengantar
Patogen Pangan”. Di dalam: Kimia.” Penerbit Buku
Nugroho, V. “Aktivitas Kedokteran EGC, Jakarta.
Antimikroba pada Bit Merah”.
Tumbel, Maria. 2010. Analisis
Skripsi. Karawaci: UPH,
Kandungan Boraks Dalam

14
Mie Basah Yang Beredar Di
Kota Makassar. Jurnal
Chemica, 11: 57-64.

Victoria, T. 2017. Potensi Steptococcus


thermophilus dan
Lactobacillus plantarum pada
Proses Pembuatan Minuman
Fermentasi Sari Terung Ungu
(Solanum melongena L.).
Skripsi. Universitas Pelita
Harapan, Tangerang.

Esther, F. 2017. Karakteristik Senyawa


Antibakteri Ekstrak Daun Jati
(Tectona grandis. L). Skripsi.
Universitas Pelita Harapan,
Tangerang.

Wiratmaja. I.G., I Gusti. BWK., I


Nyoman. SW. 2011,
“Pembuatan Etanol Generasi
Kedua Dengan
Memanfaatkan Limbah
Rumput Laut Eucheuma
Cottonii Sebagai Bahan
Baku”, Jurnal Ilmiah Teknik
Mesin,Vol. 5 No.1.

Yeap SK, Ho WY, beh BK, dkk. 2010.


Vernonia amygdalina, an
ethnoveterinary and
ethnomedical used green
vegetables with multiple
bioactivities. J Med Plant Res,
4(25); 2787-812

15

You might also like