You are on page 1of 12

Jurnal Penelitian Karet, 2016, 34 (2) : 189 - 200

Indonesian J. Nat. Rubb. Res. 2016, 34 (2) : 189 - 200

IDENTIFIKASI DAN UJI METABOLIT SEKUNDER BANGUN-BANGUN


(COLEUS AMBOINICUS) TERHADAP PENYAKIT JAMUR AKAR PUTIH
(RIGIDOPORUS MICROPORUS) DI LABORATORIUM

Identification and Test of Secondary Metabolic of Bangun-Bangun (Coleus


amboinicus) to White Root Fungi Disease (Rigidoporus microporus) at Laboratory

Cici Indriani DALIMUNTHE1*), Yan Riska Venata SEMBIRING1), Mochlisin ANDRIYANTO1),


Tumpal HS SIREGAR1), Hilda Syafitri DARWIS2) dan Diana Alemin Barus3)
1
Balai Penelitian Sungei Putih, Pusat Penelitian Karet
PO BOX 1415 Medan 20001 Sumatera Utara
Email : cc_dalimunthe@yahoo.com
2
Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP)
Jalan Asrama Nomor 124 Medan 20126 Sumatera Utara
3
Fakultas Matematika dan IPA, Universitas Sumatera Utara
Jalan Bioteknologi Nomor 1 Medan 20155 Sumatera Utara

Diterima : 2 Agustus 2016 / Direvisi : 20 September 2016 / Disetujui : 17 November 2016

Abstract 10% concentration. The root of bangun-


bangun extract was fractionated by using
White root fungi disease (WRFD) is one paper disc and th result showed the strongest
of dangerous diseases and can cause inhibitory in the n-hexane fraction (14 to 18.5
national financial losses for IDR 300 billion cm), ethyl acetate fraction (13.5 to 15.5 cm),
per year. Controlling the disease by utilizing and ethanol extracts (7 to 10.5 cm).
bangun-bangun (Coleus ambonicus) plant
extract as an antimicrobial has not been Keywords: Hevea brasiliensis; Coleus
recognized and widely applied in rubber amboinicus; secondary
plantations. The aim of this study was to metabolic; antagonists test;
identify secondary metabolites from bangun- White Root Fungi Disease
bangun plant and to measure the inhibition
percentage of WRD growth after bangun-
bangun plant application in laboratory scale. Abstrak
This research used a Completely Randomized
Factorial Design with 2 factors and 3 Penyakit Jamur Akar Putih (JAP)
replications. Treatment consisted of dosage termasuk penyakit berbahaya ditinjau dari
and solvent. Component was analyzed from akibat yang ditimbulkannya dan dapat
roots and plant leaves. This was to investigate menyebabkan kerugian finansial yang
secondary metabolites produced on root and dihitung secara nasional mencapai IDR 300
leaves by phytochemical screening and miliar setiap tahunnya. Pengendalian
extraction with various solvent. Parametric penyakit dengan memanfaatkan ekstrak
observation were area growth of fungus and bangun-bangun yang berpotensi sebagai
inhibition percentage of WRD. Phytochemical antimikroba belum banyak diterapkan di
screening results showed that roots and perkebunan karet. Tujuan penelitian ini
leaves of bangun-bangun plant contained adalah untuk mengidentifikasi metabolit
flavonoid such as glycoside and sekunder bangun-bangun dan mengetahui
saponin.These compounds were categorized persentase penghambatan metabolit
as polar and semi-polar molecules that made sekunder bangun-bangun terhadap
the extraction with polar solvent, such as penyakit JAP skala laboratorium. Penelitian
acetone, was easier. Preliminary test showed menggunakan Rancangan Acak Lengkap
that root extraction with various solvent and (RAL) faktorial dengan 2 faktor dan 3
concentration were significantly different. ulangan. Faktor yang digunakan adalah
Highest inhibition percentage was found in dosis dan pelarut (aseton, n-heksana dan
root extracted with acetone of 98.46% with metanol). Komponen yang dianalisis adalah

189
Dalimunthe, Sembiring, Andriyanto, Siregar, Darwis, dan Barus

akar dan daun bangun-bangun untuk (fungisida nabati) yang berpotensi sebagai
mengetahui metabolit sekunder yang antimikroba belum banyak diterapkan di
dihasilkan bangun-bangun melalui perkebunan karet. Sementara itu, pengujian
identifikasi fitokimia kemudian diekstraksi aktivitas anticendawan berbagai tanaman
dengan berbagai pelarut untuk diuji telah banyak dilakukan untuk menekan
terhadap Jamur Akar Putih (Rigidoporus perkembangan patogen penyebab penyakit,
microporus). Parameter yang diamati yaitu termasuk patogen penyebab penyakit
luas pertumbuhan jamur dan persentase tanaman karet. Optimalisasi pemanfaatan
penghambatan JAP. Hasil identifikasi beberapa tanaman yang berpotensi untuk
fitokimia menunjukkan bahwa akar dan mengendalikan penyakit tanaman karet
daun bangun-bangun mengandung tersebut, diharapkan menjadi alternatif
senyawa flavonoid, glikosida dan saponin. pengendalian penyakit yang mudah dan
Senyawa ini tergolong dalam kategori murah karena berbasis pada sumber-
senyawa polar dan semipolar sehingga akan sumber nabati yang melimpah
mudah diekstraksi dengan menggunakan ketersediaannya, sehingga akan tercapai
pelarut polar (aseton). Uji pendahuluan suatu pengendalian yang efektif, efisien,
ekstraksi akar dengan berbagai macam ekonomis, dan ramah lingkungan. Sumber-
pelarut dan dosis menunjukkan interaksi sumber nabati sebagai fungisida nabati di
yang berpengaruh nyata. Persentase alam ketersediaannya masih melimpah dan
penghambatan tertinggi terdapat pada membutuhkan eksplorasi lebih lanjut.
ekstrak akar dengan menggunakan pelarut Beberapa sumber nabati yang dapat
aseton sebesar 98,46% pada dosis 10%. Uji dijadikan penghambat penyakit jamur akar
lanjutan hasil fraksinasi dengan putih adalah kunyit, laos, lidah mertua dan
menggunakan kertas cakram menunjukkan cocor bebek. Tanaman tersebut merupakan
daya hambat terkuat terdapat pada fraksi n- tanaman antagonis yang bagian akarnya
heksana (14-18,5 cm), fraksi etil asetat dapat membebaskan eksudat antibiotik dan
(13,5-15,5 cm), dan ekstrak etanol (7-10,5 mengakibatkan perubahan kondisi bio-
cm). kimia-fisik tanah yang terserang jamur akar
putih (Situmorang, Suryaningtyas, &
Kata kunci : Hevea brasiliensis; bangun- Febbiyanti, 2006).
bangun; metabolit sekunder;
uji antagonis; penyakit jamur Bangun-Bangun, bebangun, pokok
akar putih ubat batuk, raja bangun, hati-hati hijau
atau sedingin ataupun nama ilmiahnya
Plectranthus amboinicus/Coleus amboinicus
PENDAHULUAN merupakan sejenis herba wangi dan dapat
dimakan. Tanaman bangun-bangun
Penyakit jamur akar putih (JAP) yang mengandung senyawa bioaktif sebagai
disebabkan oleh jamur Rigidoporus antioksidan (Patel et al., 2010), antibakteri
microporus merupakan penyakit utama pada dan antifungi (Manjamalai, Narala, Haridas,
tanaman karet yang dapat mengakibatkan & Grace, 2011). Pertahanan biokimia berupa
kematian pada tanaman. Penyakit ini senyawa yang dihasilkan yaitu senyawa
menimbulkan kerusakan pada akar hasil metabolisme sekunder (flavanoid,
tanaman. Gejala pada daun terlihat pucat alkaloid, glycocid), senyawa yang
kuning dan tepi atau ujung daun terlipat ke dikeluarkan sebagai eksudat, senyawa yang
dalam kemudian daun gugur diikuti ujung menghambat, tidak menghasilkan senyawa
ranting menjadi mati. Adakalanya terbentuk yang diinginkan patogen. Di India tanaman
daun muda, atau bunga dan buah lebih bangun-bangun ini dipercaya dapat
awal. menyembuhkan berbagai penyakit seperti
demam malaria, hepatopati, batu ginjal dan
Pada perakaran tanaman sakit kandung kemih, cegukan, bronkitis,
tampak benang-benang jamur berwarna cacingan, kolik dan kejang, batuk, bahkan
putih dan agak tebal (rizomorf) (Fairuzah, hingga penyakit asma kronik. Hal ini karena
Dalimunthe, Karyudi, Suryaman & daun bangun-bangun mengandung
Widhayati, 2014). berbagai jenis flavonoid, seperti quercetin,
apigenin, luteolin, salvigenin, dan
Pengendalian penyakit dengan genkwanin.
memanfaatkan sumber-sumber nabati

190
Identifikasi dan Uji Metabolit Sekunder Bangun-Bangun (Coleus amboinicus) Terhadap Penyakit
Jamur Akar Putih (Rigidoporus microporus) di Laboratorium

Tulisan ini membahas tentang akar bangun-bangun untuk mengetahui


metabolit sekunder bangun-bangun yang jenis senyawa metabolit sekunder yang
memiliki potensi sebagai pengendali dihasilkan dan kemudian diuji terhadap
penyakit Jamur Akar Putih (Rigidoporus Jamur Akar Putih. Uji pendahuluan dengan
microporus) pada tanaman karet. Tujuan menggunakan teknik peracunan makanan
dari penelitian ini untuk mengidentifikasi (food poisoning). Inokulum JAP yang
metabolit sekunder bangun-bangun dan berumur 6 hari diambil dari biakan murni
mengetahui tingkat kemampuan dari fraksi dan ditumbuhkan pada media PDA yang
metabolit sekunder bangun-bangun dalam telah dicampur dengan ekstrak akar
mengendalikan penyakit Jamur Akar Putih bangun-bangun. Inokulum yang berbentuk
skala laboratorium. Uji pendahuluan di bulat dengan diameter 0,5 cm diletakkan di
laboratorium menunjukkan bahwa tanaman tengah cawan petri. Selanjutnya perlakuan
ini memiliki potensi dalam menghambat disimpan dalam inkubator dengan suhu
pertumbuhan jamur akar putih > 50%. kamar 280C.

Uji lanjutan dilakukan dari hasil


BAHAN DAN METODE fraksinasi akar bangun-bangun dan diuji
dengan teknik kertas cakram yang
Penelitian ini dilaksanakan di diinokulasikan berdekatan dengan isolat
Laboratorium Proteksi Balai Penelitian jamur akar putih. Setiap perlakuan terdiri
S u n g e i P u tih , L a b o r a to r iu m K im ia dari berbagai dosis termasuk kontrol.
Universitas Sumatera Utara (USU), dan Tahapan pelaksanaan penelitian antara lain:
Laboratorium Proteksi BBPPTP Medan pada
bulan Juli - Desember 2015. Bahan yang 1. Persiapan Contoh
digunakan dalam penelitian ini adalah Contoh akar tanaman bangun-bangun
tanaman bangun-bangun yang diperbanyak diperoleh dari hasil panen perbanyakan
di gawangan karet Tanaman Belum bangun-bangun di gawangan TBM karet.
Menghasilkan (TBM) 3, isolat penyakit jamur Akar yang telah dikering-anginkan
akar putih dari Balai Penelitian Sungei Putih kemudian digiling menjadi serbuk. Serbuk
untuk bahan yang akan diuji antagonis, akar ini akan diekstraksi dan fraksinasi
media potato dextrose agar (PDA) untuk metabolit sekunder, yang selanjutnya akan
pertumbuhan jamur, blank disc (oxoid), diuji aktivitasnya terhadap penyakit
aquades, spiritus, alkohol 70%, kapas, tanaman karet.
aluminium foil, pelarut organik (n-heksana,
etil asetat, aseton, metanol) yang diperoleh 2. Ekstraksi dan Uji Pendahuluan
dari Merck dengan tingkat kemurnian 99,9% Ekstraksi adalah kegiatan penarikan
dan bahan pendukung lainnya. Alat yang kandungan kimia yang dapat larut sehingga
digunakan dalam penelitian ini adalah botol dapat terpisah dari bahan yang tidak dapat
vial, gelas kimia, erlenmeyer, gelas ukur, larut dengan menggunakan suatu pelarut.
pipet tetes, corong buchner, rotavapor, alat Ekstrak adalah sediaan kental yang
destilasi, sentrifugator, petridish, tabung diperoleh dengan mengekstraksi senyawa
Falcon, spatula, sprayer, autoklaf, oven, cork aktif dari simplisia menggunakan pelarut
borer, jarum ose, mikroskop, gelas obyek, yang sesuai. Senyawa aktif yang terdapat
gelas penutup, pinset, vortex, lampu dalam berbagai simplisia dapat digolongkan
Bunsen, jangka sorong, cangkul, knapsack, ke dalam golongan minyak atsiri, alkaloid,
kamera digital, batang pengaduk, incubator, flavanoid, dan lain-lain. Pemilihan pelarut
hot plate, dan alat pendukung lainnya. dan cara ekstraksi yang tepat akan lebih
mudah apabila senyawa aktif yang
Penelitian ini menggunakan dikandung simplisia diketahui. Pelarut yang
Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial digunakan adalah etanol, aseton, dan n-
dengan 2 faktor (dosis dan pelarut) dan 3 heksana (Departemen Kesehatan Republik
ulangan. Faktor pertama adalah dosis dan Indonesia, 1995). Serbuk akar tanaman
faktor kedua adalah pelarut (aseton, n- bangun-bangun dimaserasi selama 3 x 24
heksana dan metanol). Data yang diperoleh jam pada suhu kamar menggunakan
dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA), bila metanol. Hasil maserasi disaring, kemudian
terdapat hasil yang berbeda nyata filtratnya dievaporasi sehingga diperoleh
selanjutnya dilakukan uji lanjut DMRT pada ekstrak kasar.
taraf 5%. Komponen yang dianalisis adalah

191
Dalimunthe, Sembiring, Andriyanto, Siregar, Darwis, dan Barus

3. Fraksinasi Ekstrak Akar Bangun- Kedua pelarut yang tidak saling bercampur
Bangun tersebut dimasukkan ke dalam corong pisah
Fraksinasi adalah suatu metode kemudian dikocok dan didiamkan. Solut
pemisahan senyawa organik berdasarkan atau senyawa organik akan terdistribusi ke
kelarutan senyawa-senyawa tersebut dalam dalam fasenya masing-masing bergantung
dua pelarut yang tidak saling bercampur, kepada kelarutannya terhadap fase tersebut
biasanya antara pelarut air dan pelarut dan kemudian akan terbentuk dua lapisan,
organik (Soebagio, Rusdiana, & Kairudin, yaitu lapisan atas dan lapisan bawah yang
2007). Teknik pemisahan ekstraksi cairan dapat dipisahkan dengan membuka kunci
ini biasanya dilakukan dengan pipa corong pisah (Odugbemi, 2008).
menggunakan corong pisah (Gambar 1).

a b
Gambar 1. Fraksinasi ekstrak etanol akar dengan pelarut n-heksana (a) dan etil asetat (b)
Figure 1. Fractionation of root ethanol extract with n-hexane solvent (a) and ethyl acetate (b)

4. Isolasi dan Pemurnian Jamur Akar Putih metabolit sekunder diinokulasikan pada
(JAP) kertas cakram kosong (blank disc). Cakram
Isolasi jamur patogen dari akar tanaman tersebut diinokulasikan pada kedua sisi
dilakukan dengan akar karet yang terserang jamur dengan jarak tanam 3,5 cm. Biakan
penyakit JAP dipotong sepanjang ± 1 cm, diinkubasi pada suhu ruang. Aktivitas
kemudian ditanam di media Potato Dextrose antagonis jamur ditunjukkan dengan
Agar (PDA). Inkubasi dilakukan pada suhu adanya penghambatan terhadap
ruang selama ± 3 hari dan selanjutnya pertumbuhan jamur yang ditandai dengan
dilakukan pemurnian pada jamur akar terbentuknya zona hambat. Pengamatan
putih. Isolat JAP dijadikan bahan untuk dimulai dari hari kedua sampai hari keenam
diuji dengan metabolit sekunder bangun- (Suryanto & Munir, 2006).
bangun.
Parameter yang diamati pada
5. Uji Fraksinasi Ekstrak Bangun-bangun penelitian ini adalah identifikasi fitokimia
terhadap penyakit Jamur Akar Putih dari simplisia dan ekstrak akar atau daun
Kemampuan metabolit sekunder dalam bangun-bangun meliputi pemeriksaan
menghambat pertumbuhan jamur akar golongan alkaloida, flavanoida, saponin,
putih dilakukan secara in vitro. Suspensi tanin, glikosida, antrakinon dan steroida
dari setiap fraksi metabolit sekunder atau triterpenoida. Pengamatan luas
dipersiapkan untuk diuji antagonis dengan pertumbuhan koloni JAP dilakukan pada 2,
jamur patogen. Bagian hifa terluar dari 4 dan 6 hsi (hari setelah inokulasi) dengan
jamur patogen dicetak dengan cork borer dan menggunakan alat planimeter kemudian
diinokulasikan pada bagian tengah media dihitung tingkat efikasi (persentase
PDA untuk jamur dan diinkubasi selama ± penghambatan) dengan menggunakan
24 jam pada suhu ruang (±28-30°C). rumus 1 sebagai berikut:
Selanjutnya, sebanyak 0,01 ml suspensi

192
Identifikasi dan Uji Metabolit Sekunder Bangun-Bangun (Coleus amboinicus) Terhadap Penyakit
Jamur Akar Putih (Rigidoporus microporus) di Laboratorium

TE = % (1) HASIL DAN PEMBAHASAN

dimana : Hasil Identifikasi Fitokimia Akar dan


TE = Daya efikasi (penghambatan) (%) Daun Bangun-Bangun
x = Luas pertumbuhan jamur pada
kontrol (cm) Penentuan golongan senyawa kimia
y = Luas pertumbuhan jamur pada simplisia, ekstrak etanol, fraksi n-heksana
perlakuan ekstrak akar bangun- dan fraksi etil asetat dilakukan untuk
bangun (cm) mendapatkan informasi golongan senyawa
metabolit sekunder yang terdapat di dalam
Pengamatan abnormalitas hifa jamur akar dan daun bangun-bangun.
JAP dilakukan dengan dua cara yaitu secara Pemeriksaan yang dilakukan adalah
makroskopis dan mikroskopis. pemeriksaan golongan senyawa alkaloid,
Abnormalitas pertumbuhan hifa patogen glikosida, steroid/triterpenoid, flavonoid,
yang diamati, berupa pembengkokan ujung tanin dan saponin. Hasil skrining fitokimia
hifa, hifa pecah, hifa berbelah, hifa simplisia dan ekstrak akar dan daun
bercabang, hifa lisis dan hifa tumbuh kerdil. bangun-bangun dapat dilihat pada Tabel 1
dan 2.

Tabel 1. Hasil identifikasi fitokimia serbuk simplisia dan ekstrak pada akar tanaman bangun-
bangun
Table 1. The results of phytochemical identification and powder simplisia extract on roots of
bangun-bangun plant
Akar bangun-bangun
No Identifikasi fitokimia Root of bangun-bangun plant
Phytochemical identification Simplisia Ekstrak
Simplicia Extract
1 Alkaloid - -
2 Flavonoid + +
3 Glikosida + +
4 Saponin + +
5 Tanin - -
6 Terpenoid/steroid - -
Keterangan : (+) = mengandung golongan senyawa, (-) = tidak mengandung golongan senyawa
Notes : (+) = containing the compound, (-) = doesn't contain the compound.

Tabel 2. Hasil identifikasi fitokimia simplisia dan ekstrak pada daun tanaman bangun-
bangun
Table 2. The results of phytochemical identification and powder simplicia extract on leaf of
bangun-bangun plant
Daun bangun-bangun
Identifikasi fitokimia Leaf of bangun-bangun plant
No
Phytochemical identification Simplisia Ekstrak
Simplicia Extract
1 Alkaloid - -
2 Flavonoid + +
3 Glikosida + +
4 Saponin + +
5 Tanin - -
6 Terpenoid/steroid + -
Keterangan : (+) = mengandung golongan senyawa, (-) = tidak mengandung golongan senyawa
Notes : (+) = containing the compound, (-) = doesn't contain the compound.

193
Dalimunthe, Sembiring, Andriyanto, Siregar, Darwis, dan Barus

Secara umum hasil identifikasi fitokimia dari suatu tanaman yang melimpah di
pada simplisia dan ekstrak akar bangun- Indonesia. Hasil identifikasi fitokimia ini
bangun menunjukan hasil positif pada dapat menjadi informasi untuk menentukan
senyawa flavonoid, glikosida dan saponin aktivitasnya dalam mengendalikan
(Tabel 1). Saponin digunakan sebagai penyakit.
antimikroba pada beberapa tahun terakhir.
Mekanisme kerja saponin sebagai Hasil Uji Pendahuluan Ekstrak Akar
antimikroba adalah menurunkan tegangan Bangun-Bangun dari Berbagai Macam
permukaan sehingga mengakibatkan Dosis dan Pelarut (Aseton, Etanol dan N-
naiknya permeabilitas atau kebocoran sel Heksana) terhadap Jamur Akar Putih
dan mengakibatkan senyawa interseluler
akan keluar (Bilalis et al., 2012). Bangun- Hasil uji pendahuluan menunjukkan
bangun mengandung senyawa metabolit adanya perbedaan yang nyata antar setiap
sekunder meliputi polifenol, saponin, perlakuan dosis dan pelarut terhadap luas
glikosida falvonol dan minyak atsiri pertumbuhan jamur akar putih (Tabel 3).
(Rasineni, Siddavattam, & Reddy, 2008). Pengamatan 2 hsi menunjukkan bahwa
ekstrak akar bangun-bangun dengan dosis
 Hasil skrining fitokimia pada 2,5% menunjukkan luas pertumbuhan
simplisia dan ekstrak daun bangun-bangun jamur terkecil pada pelarut n-heksana
menunjukkan hasil positif pada senyawa yakni sebesar 1,83 cm, berbeda nyata
flavanoid, glikosida, saponin dan dengan pelarut lainnya. Hal yang sama juga
triterpenoid/steroid, sedangkan pada terdapat pada dosis 5% dengan luas
ekstrak daun bangun-bangun terdapat pertumbuhan jamur sebesar 1,50 cm,
senyawa yang sama terkecuali berbeda nyata dengan pelarut aseton. Dosis
triterpenoid/steroid (Tabel 2). Terpenoid 7,5% menunjukkan luas pertumbuhan
adalah kelompok senyawa yang memberikan jamur terkecil pada pelarut metanol yakni
rasa, bau, dan warna pada tumbuhan, 1,10 cm, tidak berbeda nyata dengan pelarut
biasanya terdapat pada daun dan buah. n-heksana, namun berbeda nyata dengan
Terpenoid yang ditemukan di alam sebagian pelarut aseton. Dosis 10% menunjukkan
besar merupakan komponen minyak atsiri. luas pertumbuhan jamur terkecil terdapat
Bahan-bahan nabati yang digunakan pada pelarut aseton sebesar 0,63%, tidak
sebagai fungisida umumnya berasal dari berbeda nyata dengan pelarut lainnya.
bagian daun, bunga dan atau rimpang (akar)

Tabel 3. Pengaruh interaksi dosis dan pelarut terhadap luas pertumbuhan jamur pada
pengamatan 2 hsi
Table 3. The influence of interaction of dosage and solvent on growth area of fungi in
observation at 2 days after inoculation

Pelarut
Dosis Solvent
Dosage Aseton n-heksana Metanol
Acetone n-hexane Methanol
6,18 a 4,73 a 4,72 a
Kontrol
A B B
5,28 b 1,83 b 2,53 b
2,5%
A C B
4,45 c 1,50 b 1,73 c
5%
A B B
4,25 c 1,45 b 1,10 d
7,5%
A B C
0,63 d 0,93 c 0,95 d
10%
A A A
Angka rata-rata yang diikuti huruf kecil yang sama pada kolom dan huruf besar yang sama pada baris
yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.
Figures in the same column followed by the same small letter and number followed by the same capital in
the same row are not significantly different at Duncan Multi Range Test P0.05

194
Identifikasi dan Uji Metabolit Sekunder Bangun-Bangun (Coleus amboinicus) Terhadap Penyakit
Jamur Akar Putih (Rigidoporus microporus) di Laboratorium

Interaksi dosis dan pelarut terhadap senyawa aktif yang dikandung simplisia
luas pertumbuhan jamur akar putih dapat diketahui. Hasil skrining menunjukkan
dilihat pada Tabel 4. Pada pengamatan 4 hsi bahwa akar dan daun bangun-bangun
menunjukkan bahwa luas pertumbuhan positif mengandung senyawa polar dan semi
jamur terkecil masih terdapat pada dosis polar yakni flavanoid, glikosida dan saponin.
10% di setiap pelarut yaitu sebesar 0,68 Senyawa ini larut dalam pelarut aseton dan
(aseton); 2,35 (n-heksana) dan 1,33 cm metanol. Sementara pelarut n-heksana
(metanol) (Tabel 4). Pada dosis 2,5% sampai (C6H14) yang merupakan golongan alkana
dengan dosis 7,5% luas pertumbuhan jamur dan termasuk ke dalam pelarut nonpolar
tidak berbeda nyata pada pelarut n-heksana mengandung senyawa nonpolar yakni
dan metanol, sedangkan terhadap pelarut terpenoid/streoid.
aseton terdapat perbedaan yang nyata.
Pengaruh interaksi dosis dan pelarut
Pada pengamatan 6 hsi pertumbuhan terhadap persentase penghambatan JAP
JAP pada kontrol (0%) sudah memenuhi pada pengamatan 2 hsi menunjukkan
cawan petri dengan luasan sebesar 46,05- pengaruh yang nyata dengan kisaran
56,20% (Tabel 5). Hal ini berbeda nyata persentase penghambatan berkisar antara
dengan perlakuan lainnya yang 13,77-89,77% (Tabel 6). Ekstrak akar
menunjukkan adanya interaksi yang bangun-bangun dengan menggunakan
berpengaruh nyata antara dosis dan pelarut pelarut aseton dapat menghambat
seperti yang dibahas pada pengamatan 2 pertumbuhan JAP sebesar 89,77% pada
dan 4 hsi yang menyatakan dosis 10% dosis 10%. Sementara dengan
memiliki luas pertumbuhan jamur terkecil menggunakan pelarut n-heksana dan
pada setiap pelarut. Pemilihan pelarut pada metanol dapat menghambat sebesar 80,35%
ekstraksi yang tepat akan lebih mudah bila dan 79,85% pada dosis yang sama.

Tabel 4. Pengaruh interaksi dosis dan pelarut terhadap luas pertumbuhan jamur pada
pengamatan 4 hsi
Table 4. The influence of interaction of dosage and solvent on growth area of fungi in
observation at 4 days after inoculation
Pelarut
Dosis Solvent
Dosage Aseton n-heksana Metanol
Acetone n-hexane Methanol
26,85 a 21,85 a 21,85 a
Kontrol
A B B
21,60 b 11,15 b 11,73 b
2,5%
A B B
16,30 c 4,38 c 4,55 c
5%
A B B
11,35 d 3,10 d 2,48 cd
7,5%
A B B
0,68 e 2,35 d 1,33 d
10%
B A B
Angka rata-rata yang diikuti huruf kecil yang sama pada kolom dan huruf besar yang sama pada baris
yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.
Figures in the same column followed by the same small letter and number followed by the same capital in
the same row are not significantly different at Duncan Multi Range Test P0.05

195
Dalimunthe, Sembiring, Andriyanto, Siregar, Darwis, dan Barus

Tabel 5. Pengaruh interaksi dosis dan pelarut terhadap luas pertumbuhan jamur pada
pengamatan 6 hsi
Table 5. The influence of interaction dosage and solvent on growth area of fungi in observation
at 6 days after inoculation
Pelarut
Dosis Solvent
Dosage Aseton n-heksana Metanol
Acetone n-hexane Methanol
46,05 a 56,20 a 56,20 a
Kontrol
B A A
42,50 a 35,20 b 34,90 b
2,5%
A A A
32,88 b 11,93 c 11,08 c
5%
A B B
25,18 c 11,90 c 4,75 cd
7,5%
A B C
0,70 d 6,18 d 2,95 d
10%
C A B
Angka rata-rata yang diikuti huruf kecil yang sama pada kolom dan huruf besar yang sama pada baris
yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.
Figures in the same column followed by the same small letter and number followed by the same capital in
the same row are not significantly different at Duncan Multi Range Test P0.05

Tabel 6. Pengaruh interaksi dosis dan pelarut terhadap persentase penghambatan JAP
pada pengamatan 2 hsi
Table 6. The effect of interaction of dosage and solvent to WRD inhibition percentage at 2 days
after inoculation
Pelarut
Dosis Solvent
Dosage Aseton n-heksana Metanol
Acetone n-hexane methanol
0,00 d 0,00 c 0,00 d
Kontrol
A A A
13,77 c 61,65 b 46,09 c
2,5%
B A A
27,33 bc 67,69 b 63,52 b
5%
B A A
29,85 b 69,31 b 76,45 a
7,5%
B A A
89,77 a 80,35 a 79,85 a
10%
A B B
Angka rata-rata yang diikuti huruf kecil yang sama pada kolom dan huruf besar yang sama pada baris
yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.
Figures in the same column followed by the same small letter and number followed by the same capital in
the same row are not significantly different at Duncan Multi Range Test P0.05

Hasil pengamatan 4 hsi tetap hanya mampu menghambat sebesar


menunjukkan bahwa ekstrak akar bangun- 39,21%. Ekstraksi akar bangun-bangun
bangun dengan dosis 10% pada setiap dengan menggunakan pelarut aseton
pelarut mampu menghambat pertumbuhan memiliki kemampuan menghambat JAP
JAP dengan kisaran hambatan antara lebih rendah pada dosis 5% bila
89,25-97,48% (Tabel 7). Ekstraksi dengan dibandingkan dengan pelarut lainnya
menggunakan pelarut n-heksana dan disebabkan karena sifat senyawa yang
metanol pada dosis 5% mampu diekstraksi dengan pelarut aseton adalah
menghambat pertumbuhan JAP sebesar polar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
79,91% dan 78,96%. Hal ini berbeda nyata senyawa polar daya ekstraksinya tinggi pada
dengan menggunakan pelarut aseton yang dosis ≥ 7,5%.

196
Identifikasi dan Uji Metabolit Sekunder Bangun-Bangun (Coleus amboinicus) Terhadap Penyakit
Jamur Akar Putih (Rigidoporus microporus) di Laboratorium

Tabel 7. Pengaruh interaksi dosis dan pelarut terhadap persentase penghambatan JAP
pada pengamatan 4 hsi
Table 7. The effect of interaction of dosage and solvent to WRD inhibition percentage at 4 days
after inoculation
Pelarut
Dosis Solvent
Dosage Aseton n-heksana Metanol
Acetone n-hexane Methanol
0,00 e 0,00 e 0,00 c
Kontrol
A A A
19,79 d 48,83 d 45,59 b
2,5%
B A A
39,21 c 79,91 c 78,96 a
5%
B A A
57,69 b 85,77 b 88,54 a
7,5%
B A A
97,48 a 89,25 a 93,96 a
10%
A B A

Hasil pengamatan 6 hsi bangun-bangun merupakan kelompok


menunjukkan bahwa ekstrak akar bangun- senyawa fenol yang mempunyai
bangun dengan menggunakan pelarut kecenderungan untuk mengikat protein,
aseton efektif menghambat JAP pada dosis sehingga mengganggu proses metabolisme
10% sebesar 98,46% sedangkan dengan jamur. Polifenol pada kadar tinggi dapat
menggunakan pelarut n-heksana dan menyebabkan koagulasi protein dan
metanol efektif menghambat JAP pada dosis menyebabkan sel membran mengalami lisis
5% sebesar 78,76% dan 80,27% (Tabel 8). (Prasetyo & Sasongko, 2014). Sama halnya
Banyak faktor yang mempengaruhi interaksi dengan senyawa saponin yang digunakan
dosis dan pelarut terhadap luas sebagai antimikroba. Menurut mekanisme
pertumbuhan jamur dan persentase saponin sebagai antimikroba lebih karena
penghambatannya. Hal ini terkait dengan adanya efek membranolitik daripada
senyawa-senyawa yang terkandung di dalam mengubah tegangan permukaan media
akar tanaman bangun-bangun. Senyawa ekstraseluler.
flavanoid yang terkandung dalam akar

Tabel 8. Pengaruh interaksi dosis dan pelarut terhadap persentase penghambatan JAP
pada pengamatan 6 hsi
Table 8. The effect of interaction of dosage and solvent to WRD inhibition percentage at 6 days
after inoculation
Pelarut
Dosis Solvent
Dosage Aseton n-heksana Metanol
Acetone n-heksana Methanol
0,00 d 0,00 d 0,00 d
Kontrol
A A A
7,69 d 37,28 c 38,09 c
2,5%
B A A
28,06 c 78,76 b 80,27 b
5%
B A A
45,28 b 78,79 b 91,55 a
7,5%
C B A
98,46 a 88,99 a 94,75 a
10%
A C B

197
Dalimunthe, Sembiring, Andriyanto, Siregar, Darwis, dan Barus

Secara visual terlihat pertumbuhan menghambat perdarahan dan saponin yang


jamur akar putih terhambat pada setiap bekerja sebagai antimikroba (Sajimin,
perlakuan dibandingkan dengan kontrol dan Purwantari, Sutedi, & Oyo, 2012).
secara mikroskopis juga terlihat adanya
interaksi antar metabolit sekunder yang Hasil Uji Lanjutan Ekstrak Etanol, Fraksi
diuji dengan miselium jamur akar putih. n-Heksana dan Fraksi Etil Asetat terhadap
Hasil pengamatan menunjukkan Jamur Akar Putih
mekanisme antibiosis dan lisis yang ditandai
dengan terjadinya kerusakan membran sel  Hasil uji antagonis ekstrak etanol,
pada jamur akar putih (Gambar 3). Inokulasi fraksi n-heksana dan fraksi etil asetat
dilakukan kembali dari hasil uji antagonis terhadap pertumbuhan JAP dapat dilihat
pada semua perlakuan dengan metode pada Tabel 9. Menurut Departemen
tanpa peracunan. Tujuannya untuk melihat Kesehatan Republik Indonesia (1995),
pertumbuhan jamur akar putih terhambat persyaratan batas daerah hambatan yang
atau tidak. Hasil menunjukkan efektif lebih kurang 14-16 mm. Hasil
pertumbuhan sedikit terlambat pengukuran menunjukkan bahwa fraksi n-
dibandingkan dengan kontrol dan secara heksana efektif dalam menghambat
visual pertumbuhan miselium JAP sedikit pertumbuhan jamur akar putih pada setiap
abnormal (Gambar 2). konsentrasi. Sementara untuk fraksi etil
asetat untuk konsentrasi 300-500 mg/mL
Menurut penelitian Valera et al yang masuk dalam kriteria dapat
(2003) diketahui bahwa tanaman bangun- menghambat pertumbuhan jamur akar
bangun mengandung minyak atsiri 0,043% putih sedangkan ekstrak etanol daya
yang berfungsi dapat melawan infeksi hambatnya tergolong kecil dan tidak
cacing, antibakteri, antijamur. Kandungan termasuk dalam menghambat pertumbuhan
senyawa lain terdapat pada daun bangun- JAP.
bangun adalah flavonol yang dapat

Gambar 2. Jamur Akar Putih di media PDA setelah perlakuan ekstrak bangun-bangun
Figure 2. White Root Disease in PDA medium after treatment of bangun-bangun plant extract

a 20µm b 20µm

Gambar 3. Miselium Jamur Akar Putih pada Kontrol (a) dan Perlakuan (b)
Figure 3. Micellium of White Root Disease in control (a) and treatments (b)

198
Identifikasi dan Uji Metabolit Sekunder Bangun-Bangun (Coleus amboinicus) Terhadap Penyakit
Jamur Akar Putih (Rigidoporus microporus) di Laboratorium

Tabel 9. Data hasil pengukuran diameter rata-rata daerah hambat pertumbuhan JAP
Table 9. The average diameter of White Root Disease area inhibition growth

Diameter daerah hambatan


Konsentrasi Diameter of area inhibition
No Concentration (mm)
(mg/mL) Ekstrak etanol Fraksi n-heksana Fraksi etil asetat
Ethanol extraction n-hexane fraction Ethyl acetate fraction
1 A (500) 10,50 18,50 15,50
2 B (400) 9,50 17,50 14,50
3 C (300) 8,50 16,50 14,00
4 D (200) 8,00 16,00 13,50
5 E (100) 7,00 14,00 13,50
6 G (DMSO) = Kontrol 1 - - -
7 F (Aquadest) =Kontrol 2 - - -

KESIMPULAN Pengembangan Pertanian atas pemberian


dana penelitian melalui program KKP3N
 Hasil identifikasi fitokimia 2015 dengan nomor kontrak:
menunjukkan bahwa akar bangun-bangun 44.82/HM.230/I.1/3/2015.K, Tanggal 05
mengandung senyawa yang bersifat polar Maret 2015.
dan semi polar yakni senyawa flavanoid,
glikosida dan saponin. Sementara daun
bangun-bangun selain mengandung tiga DAFTAR PUSTAKA
senyawa tersebut juga mengandung
senyawa nonpolar yakni terpenoid/steroid. Bilalis, D, Kakabouki, I., Karkanis, A.,
Hasil uji pendahuluan menunjukkan bahwa Travlos, I., Triantafyllidis, V., & Hela,
interaksi dosis dan pelarut terhadap luas D. (2012). Seed and saponin
pertumbuhan jamur akar putih terdapat production of organic quinoa
pengaruh yang nyata. Persentase (Chenopodium quinoa Willd.) for
penghambatan tertinggi terdapat pada different tillage and fertilization. Not
ekstraksi akar bangun-bangun dengan Bot Horti Agrobo., 40 (1): 42-46.
menggunakan pelarut aseton (polar) sebesar
98,46% pada dosis 10%. Ekstraksi dengan Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
menggunakan pelarut n-heksana dan (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV.
metanol mampu menghambat JAP di atas Jakarta, Indonesia: Departemen
75% pada dosis 5%. Hasil uji lanjutan Kesehatan.
melalui metode fraksinasi menunjukkan
daya hambat terkuat terdapat pada fraksi n- Fairuzah, Z., Dalimunthe, C. I., Karyudi.,
heksana (14-18,5 cm) kemudian fraksi etil Suryaman, S., & Widhayati, W. E.
asetat (13,5-15,5 cm) dan ekstrak etanol (7- (2014). Keefektifan beberapa fungi
10,5 cm). Diharapkan adanya kelanjutan antagonis (Trichoderma sp.) dalam
dari kegiatan penelitian ini untuk biofungisida endohevea terhadap
menentukan senyawa yang lebih spesifik penyakit jamur akar putih
dari golongan flavanoid dan saponin. Selain (Rigidoporus microporus) di lapangan.
itu, perlu diuji terkait tentang eksudat pada Jurnal Penelitian Karet, 32(2), 122-
akar bangun-bangun untuk melihat jumlah 128.
kandungan dan interaksinya.
Manjamalai, A., Narala, Y., Haridas, A., &
Grace, B. M. V. (2011). Antifungal,
UCAPAN TERIMA KASIH antiinflammatory and GC-MS of
 methanolic extract of Plectranthus
ambboinicus Leaf. Int J Curr Pharm
Pada kesempatan ini disampaikan
Res., 3(2), 129-136.
terima kasih kepada Badan Penelitian dan

199
Dalimunthe, Sembiring, Andriyanto, Siregar, Darwis, dan Barus

Odugbemi, T. (2008). A textbook of medicinal Situmorang, A. H., Suryaningtyas, H., &


plants from nigeria. Yoba-Lagos, Febbiyanti, T. R. (2006). Control of
Nigeria: University of Lagos Press. white root disease using antagonistic
plant on rubber plantation.
Patel, R. D., Mahobia, N. K., Singh, M. P., Proceedings of International Workshop
Singh, A., Sheikh, N. W., Alam, G., & on White Root Disease of Hevea Rubber
Singh, S. K. (2010). Antioxidant (p. 82-96). Salatiga, Indonesia: IRRI-
potential of leaves of Plectranthus IRRDB.
amboinicus (Lour) Spreng. Der
Pharmacia Lettre, 2(4), 240-245. Soebagio, B., Rusdiana, T., & Kairudin.
(2007). Pembuatan gel dengan
Prasetyo, D. P., & Sasongko, H. (2014). aqupec HV-505 dari ekstrak umbi
Aktivitas antibakteri ekstrak etanol bawang merah (Allium cepa, L.)
70% daun kersen (Muntingia calabura sebagai antioksidan. Prosiding
L.) terhadap bakteri Bacillus subtilis Seminar Penelitian Dosen Fakultas
dan Shigella dysenteriae sebagai Farmasi Universitas Padjajaran (12p).
materi pembelajaran biologi SMA Bandung, Indonesia: Unpad
Kelas X untuk mencapai Kd 3.4 pada
kurikulum 2013. JUPEMASI-PBIO, Suryanto, D., & Munir, E. (2006). Potensi
1(1), 98-102. isolat bakteri kitinolitik lokal untuk
pengendalian jamur hayati. Prosiding
Rasineni, G. K., Siddavattam, D., & Reddy, A. Seminar Hasil-Hasil Penelitian Usu
R. (2008). Free radical quenching 2006 (p. 15-25). Medan, Indonesia:
activity and polyphenols in three USU.
species of Coleus. J. Medicinal. Plant.
Res., 2(10), 283-291. Valera, D., Rivas, R., Avila, J.L., Aubert, L.,
Alonsoamelat, M., & Usbillage, A.
Sajimin., Purwantari, N. D., Sutedi, E., & (2003). The essential oil of Coleus
Oyo. (2012). Pengaruh interval potong amboinus loorerio chemical
terhadap produktivitas dan kualitas composition and evaluation of insect
tanaman bangun-bangun (Coleus anti-feedant effects. Ciencia.
amboinicus L.) sebagai komoditas Maracaibo Venez., 11, 113-118.
harapan pakan ternak. Jurnal Imiah
Ternak Veteriner, 16(4), 288-293.

200

You might also like