You are on page 1of 11

PERENCANAAN PENGELOLAAN SAMPAH DI

PERMUKIMAN DESA GUNUNGPRING MUNTILAN


PLANNING OF WASTE MANAGEMENT IN SETTLEMENT
GUNUNGPRING VILLAGE MUNTILAN
Ahmad Taufani Adityaputra*, Fajri Mulya Iresha*, Kasam**
Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Islam Indonesia, Sleman, Yogyakarta (55584)

Email : ahmadtaufania@gmail.com
ABSTRACT
Gunungpring village is a village with a population of 10,639 people located in Muntilan sub-district,
Magelang district, Central Java province. In terms of waste management, Gunungpring village already has a TPS, but
the existing management is not optimal. This is indicated by the amount of garbage transported to the landfill, which
can actually be minimized through the management process. The focus of planned waste management planning is TPS
using the 3R concept. Planning is done by sampling waste generation in the planning area, in this case the
Gunungpring village settlement. The sampling method is carried out based on SNI 19-3964-1994 about the method of
taking and measuring the sample generation and composition of urban waste by calculating the number of samples
using the Slovin formula. The planned TPS 3R will refer to the regulation of the Minister of Public Works and Public
Housing in 2017 concerning Technical Guidelines for TPS 3R. Based on the results of the sampling conducted for 8
consecutive days, it was found that the volume of organic waste generation was 40.87% recycled 25.22% and the
residue was 33.91%. Organic waste, processed using the composting method with an open bin reactor, recycled waste
is processed using a chopping and residual waste is transported using a dump truck to the Pasuruhan landfill. The 3R
TPS is planned to cover the settlement area of Gunungpring village, Darussalam Watucongol graveyard and Islamic
boarding school tourism complex. The planned building area of 3R TPS is 500 m2 which includes the reception, sorting,
enumeration, composting, drying compost, storage, office, sanitation, warehouse, workshop, security post and parking
area with a budget plan of Rp. 785,355,000.

Keywords: Management, Planning, Settlement, TPS 3R

ABSTRAK

Desa Gunungpring merupakan sebuah desa dengan jumlah penduduk 10.639 jiwa yang terletak di kecamatan
Muntilan, kabupaten Magelang, provinsi Jawa Tengah. Dalam hal pengelolaan sampah, desa Gunungpring sudah
mempunyai Tempat Penampungan Sampah (TPS), tetapi pengelolaan yang sudah ada dirasa belum optimal. Hal ini
ditandai dengan banyaknya sampah yang diangkut menuju (Tempat Pemprosesan Akhir)TPA, yang sebenarnya dapat
di minimasi melalui proses pengelolaan. Fokus perencanaan pengelolaan sampah direncanakan adalah TPS dengan
menggunakan konsep 3R. Perencanaan dilakukan dengan melakukan sampling timbulan sampah di wilayah
perencanaan, dalam hal ini permukiman desa Gunungpring. Metode sampling dilakukan berdarkan SNI 19-3964-1994
tentang metode pengambilan dan pengukuran contoh timbulan dan komposisi sampah perkotaan dengan perhitungan
jumlah sample menggunakan rumus slovin. TPS 3R yang direncanakan nantinya akan mengacu pada peraturan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tahun 2017 tentang Petunjuk Teknis TPS 3R. Berdasarkan hasil
sampling yang dilakukan selama 8 hari berturut-turut, didapatkan volume timbulan sampah organik sebesar 40,87%
daur ulang 25,22% dan residu 33,91%. sampah organik, diolah menggunakan metode pengomposan dengan reaktor
open bin, sampah daur ulang diolah menggunakan mesin pencacah dan sampah residu diangkut menggunakan dump
truck menuju TPA Pasuruhan. TPS 3R direncanakan mencakup wilayah permukiman desa Gunungpring, komplek
wisata makam dan Pesantren Darussalam Watucongol. Luas bangunan TPS 3R yang direncanakan sebesar 500 m 2
yang meliputi area penerimaan, pemilahan, pencacahan, pengomposan, pengeringan kompos, penyimpanan, kantor,
sanisatasi, gudang, bengkel, pos satpam dan area parkir dengan rencana anggaran biaya sebesar Rp. 785.355.000.

Kata Kunci: Pengelolaan, Perencanaan , Permukiman, TPS 3R

1
PENDAHULUAN kepadatan penduduk disuatu daerah semakin
hari akan semakin bertambah. Hal itu tentu
Menurut Peraturan Menteri saja berbanding lurus dengan sampah yang
Pekerjaan Umum (2013) kondisi lingkungan dihasilkan.
yang sejahtera di masa yang akan datang
akan sangat diperlukan adanya lingkungan Dalam pemilihan teknologi, haruslah
rumah tangga yang sehat. Terkait dengan dilakukan pengkajian mengenai teknologi
aspek persampahan, bahwa lingkungan apa yang tepat untuk digunakan. Hal ini
rumah tangga yang sehat dan bersih sangat disebabkan karena karakteristik dan
diperlukan dalam rangka peningkatan komposisi sampah yang dihasilkan disetiap
derajat kesehatan masyarakat Indonesia daerah sudah pasti berbeda-beda. Misal
sehingga masyarakat dapat menjadi lebih disebabkan karena kebiasaan, pola pikir,
produktif. ekonomi, pendidikan, maupun kondisi
geografis. Mengenai dengan hal tersebut,
Dewasa ini pengelolaan sampah peneliti ingin mengkaji pengelolaan sampah
menjadi salah satu permasalahan serta isu yang tepat untuk diterapkan berdasarkan
penting yang dihadapi oleh negara-negara komposisi sampah rumah tangga yang
berkembang. Sebagai salah satu Negara dihasilkan oleh masyarakat desa
berkembang, Indonesia juga menghadapi Gunungpring.
berbagai permasalahan lingkungan seperti
permasalahan mengenai sampah (Tallei, et
al 2013). METODE PENELITIAN

Volume sampah yang melebihi Penelitian akan dilakukan meliputi


kapasitas daya tampung, manajemen 11 dusun yang berada di wilayah Desa
pengelolaan sampah yang tidak efektif,
Gunungpring, Kecamatan Muntilan,
hingga kurangnya dukungan kebijakan
pemerintah dapat menyebabkan Kabupaten Magelang. Pada proses
penumpukan sampah. Penumpukan sampah pengambilan sampel sampah, dilakukan
tersebut kemudian memiliki dampak pada masing-masing wilayah di Desa
lingkungan, kesehatan dan estetika. (Santi, Gunungpring, teknik sampling yang
2017). dilakukan pada penelitian ini menggunakan
Permasalahan sampah sebenarnya metode acak dengan metode Random
bukan suatu permasalahan yang baru, tetapi Sampling. mengukur jumlah timbulan
permasalahan tersebut tidak dapat komposisi sampah yang dihasilkan di Desa
dikesampingkan. Dengan semakin Gunungpring sesuai SNI 19-3964-1994
banyaknya sampah yang dihasilkan, sampah tentang metode pengambilan dan
yang dibuang ke tempat pemrosesan akhir pengukuran contoh timbulan dan komposisi
(TPA) juga akan semakin banyak. Oleh
sampah perkotaan. Sedangkan untuk metode
sebab itu diperlukan pengelolaan sampah
disumber, sumber yang dimaksudkan adalah pengambilan sample menggunakan metode
sumber pada skala desa atau kelurahan. slovin.

Desa Gunungpring sendiri Berdasarkan metode slovin:


merupakan desa yang berada di kecamatan 𝑁
Muntilan, Kabupaten Magelang, provinsi Rumus: n = 1+𝑁(𝐸²)
Jawa Tengah . Desa yang terdiri dari 11
dusun tersebut mempunyai kepadatan Dimana:
penduduk sebesar 10.639 jiwa
(Desagunungpring, 2018). Bagaimanapun,

2
N adalah jumlah sampel ; N adalah jumlah Berdasarkan acuan SNI 19-3964-
penduduk total ; E adalah tingkat eror (1%, 1994, sampah yang dihasilkan oleh
2%, 3%, 5% atau 10%) permukiman berkisar antara 0,25 hingga 0,4
kg/orang/hari, sedangkan di permukiman
10.639 𝑗𝑖𝑤𝑎
n = 1+10.639𝑗𝑖𝑤𝑎 (10%²) = 99,06 jiwa rumah tangga desa Gunungpring didapatkan
nilai berat sampah sebesar 0,252
Banyaknya jiwa yang dibutuhkan untuk kg/orang/hari dengan menggunakan metode
sampel adalah 99,06 jiwa. Setelah random sampling.
dikonversi dengan banyaknya jiwa dalam 1
KK (2,5) maka di dapat 40 KK Dengan nilai berat sampah sebesar
0,252 kg/orang/hari, nilai berat sampah
Penentuan jumlah sampel di Desa termasuk kedalam kategori sampah yang
Gunungpring dilakukan dengan dihasilkan rumah non permanen, walaupun
menggunakan metode slovin dengan tingkat rumah disana dominan termasuk kategori
error 10%. Jumlah sampel yang diukur dari rumah permanen. Hal ini kemungkinan
perhitungan adalah sebanyak 40 KK. karena perilaku masyarakatnya tidak terlalu
konsumtif. Sehingga sampah yang
dihasilkan relatif sedikit.

Teknik pengumpulan data terbagi Untuk menghitung nilai berat


menjadi 2 yaitu: sampah perorangnya digunakan rumus
1. Pengumpulan data primer : sebagai berikut :
a. Sampling timbulan sampah
menggunakan metde SNI 19-3964-
1994 Volume Sampah
b. Survey lapangan, wawancara kepada Nilai rata-rata volume sampah
pengurus TPS eksisting di desa sebesar 175,05 liter per hari. Cukup
Gunungpring berbanding lurus dengan berat sampah rata-
c. Jumlah penduduk tiap rumah /Kepala rata, yang juga terjadi lonjakan pada hari
Keluarga. Rabu. Grafik berat total Volume sampah
2. Pengumpulan data sekunder : didominasi oleh sampah organik, plastik
a. Referensi karya tulis ilmiah. kemudian kertas.
HASIL DAN PEMBAHASAN Dari perhitungan rata-rata volume
hasil sampling, kemudian dibagi dengan
Timbulan Sampah di Permukiman Desa banyaknya jiwa yang diambil sampelnya
Gunungpring Muntilan (sebanyak 100 jiwa). Perhitungan dari
volume sampah rata-rata dijelaskan dengan
rumus berikut :
Berat Sampah
175,05 (liter)
Volume Sampah = 100 orang
Perhitungan berat timbulan per
= 1,75 (liter/org/hari)
kapita dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
Berat Total sampah sampling (Kg) Dari perhitungan di atas, didapatkan
Berat Sampah = volume sampah perorang di permukiman
Jumlah jiwa (orang)
25,24 (kg) desa Gunungpring setiap harinya sebesar
= 100 (orang)
1,75 liter/orang/hari.
= 0,252 Kg/orang/hari Hasil penelitian timbulan sampah
permukiman desa Gunungpring tidak jauh
berbeda dengan timbulan sampah domestik

3
kota Bukittinggi. Studi timbulan tentang layak jual 8,25% , layak kompos 75,66%
komposisi dan karakteristik sampah dan residu sebesar 16,09%.
domestik kota Bukittinggi yang telah
dilakukan oleh Ruslinda, dkk (2012),
menghasilkan timbulan sampah dengan 0,2
kg/orang/hari unuk satuan berat atau 1,49 25,22 Layak Jual
liter/orang/hari untuk satuan volume. Hal ini 40,87
Layang Buang
disebabkan kategori kota Bukittinggi dan
33,91 Layak Kompos
Magelang termasuk ke dalam kategori kota
kecil.
Hasil nilai rata-rata timbulan sampah
dilakukan perbandingan dengan acuan nilai Gambar 2. Presentasi Volume Sampah
range pada SNI 19-3983-1995 mengenai Terkelompokkan
“Spesifikasi Timbulan Sampah untuk Kota Gambar 2 mempresentasikan volume
Kecil dan Kota Sedang di Indonesia”. Nilai sampah yang terdapat di desa Gunungpring.
range timbulan sampah dapat dilihat Hasil presentase sampah merupakan rata-
selengkapnya pada Tabel 2 rata sampah yang dihasilkan selama 8 hari
berturut-turut. Presentase sampah yang
Tabel 1. Range Timbulan Sampah Kota Kecil dan didapatkan adalah sampah layak jual dengan
Kota Sedang di Indonesia persen volume sebesar 25,22%, sampah
Timbulan Sampah
Komponen organik 40,87% dan sampah residu sebesar
Volume Sampah Berat Sampah
Sumber
(liter/orang/hari) (kg/orang/hari) 33,91%.
Sampah
SNI SNI
Rumah Rencana Pengelolaan Sampah
2,25 - 2,50 0,35 - 0,40
Permanen
Permukiman Desa Gunungpring
Rumah Semi
2,00 - 2,25 0,30 - 0,35
Muntilan
Permanen
Setelah mengetahui data timbulan,
Rumah Non
Permanen
1,75 - 2,00 0,25 - 0,30 komposisi, total volume dan berat sam
pahkemudian dapat direncanakan
Sumber : BSN, 1995 pewadahan, pengumpulan, pengelolaan dan
pengangkutan sampah permukiman desa
8,25 Gunungpring.
16,09
Layak Jual Pewadahan
Layang Buang
75,66 Rencana pewadahan dimaksudkan untuk
Layak Kompos
memudahkan petugas tps dalam hal
pengelolaan nantinya. Pewadahan skala
rumah tangga dibedakan menjadi 2 jenis,
Gambar 1. Presentasi Berat Sampah yaitu sampah organik dan sampah
Terkelompokkan anorganik. Pewadahan sampah organik dan
Sampah mula-mula dikelompokkan sampah anorganik dimaksudkan agar
menjadi 3 bagian, yaitu sampah layak jual nantinya sampah anorganik yang layak jual
(daur ulang), sampah layak kompos tidak bercampur dengan air dari sampah
(organik) dan sampah layak buang (residu). organik yang umumnya mengandung air.
Gambar 1 mempresentasikan komposisi Diketahui volume sampah total sebesar
berat sampah yang terdapat di permukiman 18.623,17 liter. Dengan presentase
desa Gunungpring. Berdasarkan perhitungan komposisi sampah dapur sebesar 40,87%
presentase yang didapat yaitu berat sampah dan sampah anorganik sebesar 59,13%.

4
Berikut perhitungan besaran volume dari Tabel 3 menunjukkan berapa jumlah wadah
sampah dapur dan sampah anorganik : pengangkut yang dibutuhkan untuk
pengumpulan sampah. Jumlah pengangkutan
 Sampah Organik : 40,87% x yang dibutuhkan untuk pengangkutan setiap
18.623,17 liter = 7.611,8 liter harinya sebanyak 10 kali pengangkutan.
 Sampah Anorganik : 59,13% x
18.623,17 liter = 11.011,365 liter Tabel 3. Jumlah Wadah dan Pengumpulan

Untuk memudahkan pewadahan dan Waktu organik Anorganik


pengangkutan, pewadahan sampah
menggunakan kresek plastik. Selain lebih pagi 2 3
ekonomis, umumnya masyarakat sore 2 3
menampung sampah menggunakan wadah
yang dilapisi kresek plastik. Jumlah 4 6
Pengangkutan ke TPS
Perencanaan pengangkutan sampah Tabel 3 menunjukkan kegiatan
menggunakan sepeda motor roda tiga karena pengangkutan sampah permukiman desa
daerah layanan memungkinkan untuk Gunungpring menuju TPS dilakukan dua
mobilisasi pengangkutan dengan kendaraan kali pada pagi hari, dikarenakan dominan
bermotor. Periode pengambilan sampah sampah dihasilkan adalah sampah organik
dilakukan setiap hari, pertimbangan periode yang berasal dari dapur (aktitifitas
pengambilan dikarenakan keterbatasan lahan memasak) yang kebanyakan dilakukan pada
dan mencegah pembusukan sampah sebelum pagi hari.
dilakukan pengelolaan.
Perencanaan Pengolahan
Bak pengangkut kendaraan roda tiga
menyesuaikan dengan yang tersedia di Rencana pengelolaan sampah yang
pasaran, dengan dimensi 150 cm x 125 cm x akan dibuat adalah dengan membuat desain
100 cm yang kemudian diberi pemisah TPS 3R. Rencana pengelolaan dibuat
sehingga menjadi 2 bagian untuk berdasarkan hasil timbulan sampah wisata
memisahkan antara sampah organik dan religi, permukiman desa dan pondok
anorganik. Berikut jumlah wadah pesantren watucongol. Dengan perencaan
pengangkut dapat dilihat pada tabel 2 sampah organik diolah dengan cara
komposting sedankan untuk sampah
Tabel 2. Jumlah Wadah pengangkut anorganik yang layak untuk dijual diolah
yang Dibutuhkan menggunakan mesin pencacah.
Volu Volu Total Untuk mempermudah perencanaan,
me me pengum digunakan SNI 3242-2008 tentang
Jenis (liter) bak pulan pengum pengelolaan sampah permukiman sebagai
samp penga sampah pulan landasan. Didalamn SNI tersebut, terdapat
ah ngkut tatacara serta ketentuan untuk pembuatan
(liter) TPS, dengan menggunakan TPS tipe II yang
memiliki kapasitas pelayanan untuk ±
Organ 7.611, 1.875 4,05 4 30.000 jiwa dengan luasan area lahan 300
ik 8 m2. Pemilihan TPS tipe ini dikarenakan area
Anor 11.01 1.875 5,87 6 yang dilayani meliputi komplek wisata religi
ganik 1,365 dengan rata-rata pengunjung perharinya
sekitar 746 orang, permukiman desa dengan
jumlah penduduk 10.639 jiwa, serta pondok

5
pesantren Watucongol dengan jumlah santri yaitu dengan memperkirakan rata-
dan pengurusnya sebanyak 525 orang. rata timbulan sampah yang akan
masuk dibagi perkiraan tinggi
Sarana dan prasarana yang dimiliki di sampah. Perkiraan luas area dihitung
dalam TPS 3R ini meliputi kantor berdasarkan dari rata-rata volume
administrasi, pos satpam, parkiran, wadah yang dihasilkan, di dapatkan dari
pemilahan sampah daur ulang, wadah hasil sampling pada komlpek
pemilahan sampah organik, wadah makam, permukiman desa dan
penyimpanan residu, gudang penyimpanan pondok pesantren Watucongol
sampah daur ulang dan area peletakan alat Gunungpring.
pemadatan sampah dengan luasan TPS 3R Total sampah yang dari tiga
yang disesuaikan dengan luas area layanan tersebut, didapatkan
TPS tipe II yaitu sebesar 300 m2. volume total yang akan masuk
Berikut adalah volume sampah terpilah sebesar 21.611,36 liter/hari atau
Komplek Makam Gunung Pring : 21,62 m3/hari, lalu ditambahkan area
- Sampah layak jual : 67,47 % x untuk gerobak dan akses kendaraan
1.886,125 Liter = 1.272,5 Liter roda tiga seluas 13 m2. Luas
- Sampah layak Kompos : 11,23 % x dropping area didapat dari jumlah
1.886,125 Liter = 211,88 Liter volume total sampah dan akses
- Sampah layak Buang : 21,30 % x kendaraan maka didapatkan luas area
1.886,125 Liter = 401,75 Liter sebesar 34,62 m2 kemudian
Volume Sampah terpilah Pesantren dibulatkan menjadi 35 m2.
Darussalam Watucongol Muntilan : b) Area pemilahan sampah daur ulang
- Sampah layak jual : 60,2 % x Area pemilahan sampah daur
1.102,063 Liter = 663,4375 Liter ulang dibuat dari data volume
- Sampah layak Kompos : 9,02 % x sampah daur ulang Komplek Makam
1.102,063 Liter = 99,375 Liter Gunung Pring sebesar 1.272,5 Liter
- Sampah layak Buang : 30,78% x atau 1,27 m2, Pesantren sebesar
1.102,063 Liter = 339,25 Liter 663,44 Liter atau 0,66 m3,
Volume Sampah terpilah Pemukiman Pemukiman Desa Gunung Pring
Desa Gunungpring Muntilan : Muntilan 4.696,76 Liter atau 4,7 m3,
- Sampah layak jual : 25,22 % x maka total area pemilahan sampah
18.623,17 Liter = 4.696,76 Liter daur ulang 6,63 m3 maka dibulatkan
- Sampah layak Kompos : 40,87 % menjadi 7 m3.
x18.623,17 Liter =7.611,29 Liter c) Area pencacahan dengan mesin
- Sampah layak Buang: 33,91% x pencacah.
18.623,17 Liter = 6.315,117 Liter Area pencacahan plastik meliputi
berat sampah plastik yang dihasilkan
Berikut adalah tahapan perencanaan oleh Komplek Makam Gunung Pring
fasilitas TPS 3R berdasarkan Juknis TPS 3R sebesar 29,37 Kg/ Hari, Pondok
Tahun 2017 : Pesantren Darussalam Watucongol
15,15 Kg/ Hari, Pemukiman Desa
a) Area Penerimaan Sampah Gunung Pring Muntilan 60,6423 Kg/
Sampah hasil dari Hari, maka total sampah yang kan
pengangkutan yang dibawa menuju dicacah dengan jumlah 105,16 Kg/
ke TPS mulanya di letakkan pada Hari.
suatu lokasi yang disebut dropping Maka dimensi mesin pencacah
area. Area tersebut hanya untuk menyesuaikan dengan produk yang
menaruh sampah sementara saja, ada di pasaran dengan dimensi
sebelum dilakukan pengelolaan. panjang 1,1 m lebar 0,5 m dan tinggi
Untuk memperhitungan luas area ini
6
1,2 m, dengan kapasitas untuk Pengomposan Dengan Teknik Open
mencacah 75 Kg sampai 100 Kg /Jam Bin
menggunakan bahan bakar solar. Metode teknik komposting
Berikut adalah uraian perhitungan ini dilakukan dengan menggunakan
luas area pencacahan. bak berbentuk persegi panjang
- Luasan area pencacahan dengan menggunakan bioaktifator
Ukuran Mesin Pencacah berupa EM4 sebagai pengurai
= ((panjang mesin pencacah kemudian sampah organik tersebut
+1) x (lebar mesin pencacah ditutup menggunakan plastik.
-
+1) x tinggi) + ruang Alur Kerja Teknik Open Bin
gerak pekerja  Sampah dicincang
= ((1,1+1) x (0,5+1) x (1,2)) + sampai ukuran 1-2 cm
2  Disemprot dengan
= 3.8 m2 + 2 m2 = 6 m3 cairan EM4 atau
(pembulatan) bioaktifator
d) Area Pengomposan  Pengisian sampah
Area pengomposan terdiri dari total dapat dilakukan setiap
volume sampah yang akan dikompos hari
kan dari Komplek Makam Gunung - Kriteria Desain
Pring, Pondok Pesantren Darussalam Volume setiap Open Bin =
Watucongol dan Pemukiman Desa panjang x lebar x tinggi
Gunung Pring Muntilan, berikut = 4,5 m x 3 m x 1,5 m = 22,5
adalah uraian volume sampah m3
organik : - Total Volume Pengomposan
Total volume Sampah yang Total volume pengomposan :
dikomposkan 7.923,055 liter/ hari
- Komplek Makam Gunung - Waktu pengomposan: 30 hari
Pring Muntilan - Total volume pengomposan :
= 211,88 Liter/ Hari x 30 lama pengomposan x volume
Hari ( Waktu Pengomposan ) sampah per hari =
= 6356,4 Liter 30 x 7.923,055 liter =
- Pondok Pesantren 237.691,65 liter = 237,7 m3
Darussalam Watucongol - Penentuan Jumlah Reaktor
= 99,375 Liter/ Hari x 30 Jumlah reaktor yang
Hari ( Waktu Pengomposan ) dibutuhkan :
= 2981,25 Liter 237,7 m3
= 20,25 m3 = 11,73 ~ 12
- Pemukiman Desa Gunung
Pring Muntilan reaktor
= 7.611,8 Liter/ Hari x 30 - Penentuan Luas Kebutuhan
Hari ( Waktu Pengomposan ) Ruang
= 228.354,1662 Liter Panjang per unit reaktor
- Maka volume total yang akan Panjang reaktor + panjang
dibutuhkan untuk pasangan bata
pengomposan = 4,5 + ( 2 x 0,2) = 4,9 m
= 6356,4 Liter + 2981,25 Lebar per unit kompos
Liter + 228.354,1662 Liter Lebar reaktor + lebar
= 237.691,8162 Liter pasangan bata
= 237,7 m3 3 m + (2 x 0,1m) = 3,2 m
- Luas untuk satu unit reaktor
panjang x lebar
4,9 m x 3,2 m = 15,68 m2
7
-
Kebutuhan lahan reaktor - Volume layak jual
12 x 15,68 = 188,16 m2 = 1,27 m2/ Hari x 7 Hari
- Area mobilitas pekerja = 8,9 m2
Panjang reaktor x lebar area - Volume sampah layak jual
mobilitas Pondok Pesantren
29,4 m x 1 m = 29,4 m2 Darussalam Watucongol :
-
Kebutuhan ruang total Volume layak jual
Kebutuhan lahan reaktor + = 0,66 m2/ Hari x 7 Hari
area mobilitas pekerja = 4,62 m3
= 188,16 m2 + 29,4 m2 = 217, - Volume sampah layak jual
56 m2 Pemukiman Desa
= 218 m2 Gunungpring :
Luas area pengomposan yang Volume layak jual
direncanakan sebesar 218 m2, selain = 4,69 m2/ Hari x 7 Hari
karena banyaknya sampah yang akan = 32,87 m3
diolah, lama durasi pengomposan - Maka area yang dibutuhkan
juga sangat berpengaruh. Seperti untuk penyimpanan sampah
penelitian yang dilakukan oleh Santi layak jual
dkk (2017) tentang perencanaan Luas area total layak jual
sistem pengelolaan sampah terpadu = 8,9 m2 + 4,62 m2 + 32,87
di kelurahan Bandarharjo, dengan m2 / tinggi tumpukan (2 m)
komposisi sampah organik sebesar = 23,19 m2~ 24 m2
5,87 m3 setiap harinya, luas
kebutuhan yang dibutuhkan untuk Berikut adalah sampah layak kompos
area pengomposan sebesar 212,4 m2. :
e) Area Penyaringan dan Pengeringan - Volume sampah layak
Kompos kompos Komplek Makam
Mengacu mesin penyaringan kompos Gunungpring :
dengan kapasitas 200-300 kg/jam = 0,21188 m3/hari x 7 hari
berdimensi 2 m x 0,8 m x 1 m. = 1,48316 m3
Luasan alat penyaring dan - Volume sampah layak
pengeringan kompos kompos Pondok Pesantren
= ( panjang penyaring) x (lebar Darussalam Watucongol :
conveyor) = 0,099375 m3/hari x 7 hari
= ((2) x (0,8)) + ruang gerak pekerja = 0,695625 m3
= 1,6 m2 + 2 m2 - Volume sampah layak
= 4 m2 (Pembulatan) kompos Pemukiman Desa
f) Area Penyimpanan Gunungpring :
Sampah yang sudah dipilah dan = 7,61129 m3/hari x 7 hari
diproses kemudian siap jual. Area ini = 53,27903 m3
dibagi menjadi 3 area yang terdiri - Maka area yang dibutuhkan
dari layak kompos, layak jual dari untuk penyimpanan sampah
botol plastik, keresek plastik, botol layak kompos
warna, kardus, kertas warna, kertas Luas area total layak kompos
putihan. Masa penyimpanan sampah = (1,48316 m3 + 0,695625 m3
layak jual selama 7 hari. + 53,27903 m3) / tinggi
Berikut adalah data volume tumpukan ( 2 m)
sampah layak jual : = 27,72 m2 = 28 m2
Volume sampah layak jual Komplek g) Area Kantor
Makam Gunungpring :

8
Area kantor berfungsi untuk para Penambahan Nilai (PPN) sebanyak
pekerja dan pengarsipan kegiatan di 10%.
unit pengolahan sampah.
Diasumsikan 3 m2/pekerja dengan Perencanaan Pengangkutan Residu
jumlah pekerja 6 orang. Maka luas
kantor adalah 18 m2, untuk Hasil samping dari timbulan sampah
mempermudah desain perencanaan, di TPS 3R yang direncanakan menghasilkan
luas area perencanaan ditambahkan 1 cukup banyak sampah residu. Sampah residu
m2. Sehingga luas kantor sebesar 19 tersebut nantinya akan diangkut
m2 . menggunakan dump truck menuju TPA
h) Ruang Sanitasi Pasuruhan dengan menggunakan metode
Ruangan untuk sanitasi pekerja SCS (Stationary Container System).
seperti kamar mandi, dan tempat Penjelasan metode SCS terdapat pada
cuci. Luas area ini adalah 3 m2. peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 3
Untuk tempat cuci tangan, cuci kaki Tahun 2013 lampiran II Tentang
dan cuci alat. Luas yang dibutuhkan Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana
adalah 2 m2. Persampahan dalam Penanganan Sampah
i) Gudang Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah
Ruang penyimpanan untuk peralatan Rumah Tangga.
kebersihan, seperti sapu, pel,
Pengangkutan Sampah residu
serokan, karung goni, tali dan lain-
merupakan akumulasi sampah yang
lain. Luas area ini 8 m2.
dihasilkan oleh komplek wisata makam,
j) Bengkel
permukiman desa dan pondok pesantren
Bengkel berfungsi untuk ruangan
Darussalam Watucongol. Berikut adalah
perawatan, modifikasi maupun
presentase hasil sampah yang dihasilkan
perbaikan untuk alat dan mesin. Luas
oleh tiap-tiap sumber sampah :
bengkel 8 m2.
k) Pos Penjaga - Sampah layak Buang Pondok
Ruangan untuk pekerja yang Pesantren Darussalam Watucongol :
menjaga TPS 3R, dengan luas 3 m2. 30,78% x 1.102,063 Liter = 339,25
l) Area Parkir Liter
Area untuk memarkirkan alat angkut - Sampah layak Buang Komplek
maupun pengunjung TPS 3R dengan Makam Gunungpring Muntilan :
lahan 45 m2 sehingga dapat 21,30 % x 1.886,125 Liter =
memarkirkan masuk-keluarnya 401,75 Liter.
kendaraan. Mobil biasa : 6 m x 3 m = - Sampah layak Buang Pemukiman
18 m2 Desa Gunungpring Muntilan :
Motor : 4 m x 3 m = 12 m2 Sampah layak Buang: 33,91% x
Motor roda tiga : 5 x 3 m = 15 m2. 18.623,17 Liter = 6.315,117 Liter
Total Luas area parkir = 45 m2
m) Analisis Kebutuhan Lahan Unit Hasil total dari sumber sampah pada
Pengolahan ke tiga lokasi tersebut sebesar 7.056,117
Kebutuhan lahan yang di butuhkan liter atau 7,056 m3. Maka pengangkutan
berdasarkan perhitungan di atas cukup dilakukan sehari sekali pada pagi hari
sebesar 458 m2. Sedangkan untuk oleh petugas DLH (Dinas Lingkungan
perhitungan Rencana Anggaran Hidup) kabupaten Magelang.
Biaya (RAB) yang di butuhkan
sebesar Rp. 785.355.000. KESIMPULAN DAN SARAN
Perhitungan di atas sudah
ditambahkan dengan Pajak

9
Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan hasil dari penelitian Alam, P. (2013), Impact of Solid Waste on
yang dilakukan di permukiman desa Health and the Environment, New
Gunungpring didapatkan kesimpulan Delhi, India
sebagai berikut :
Anschutz, J (1996). Community-based
1. Berat sampah yang dihasilkan yang
dihasilkan oleh masyarakat desa solid waste management and
Gunungpring memiliki rata – rata water supply projects:
berat sebesar 0,25 kg/orang/hari Community Participation in
dangan volume sampah sebesar 1,75 Waste Management, Problems
and Solution Compared.
liter/orang/hari
Netherland: Nieuwehaven CW
2. Komposisi berat sampah yang
Gouda
dihasilkan oleh masyarat desa
Gunungpring memiliki komposisi
Badan Standarisasi Nasional (1994).
terbesar berupa sampah organik
dengan presentase sebesar 75,66% Standar Nasional Indonesia SNI-
kemudian sampah residu sebesar 19-3964-1994 Metode
16,09% dan yang terkecil berupa Pengambilan dan Pengukuran
Contoh Timbulan dan Kompos.
sampah layak jual dengan presentase
Jakarta
8,25%.
3. Pengelolaan sampah di desa
Badan Standarisasi Nasional (2008).
Gunungpring menggunakan jasa TPS
Gunungpring tetapi ada juga yang Standar Nasional Indonesia SNI-
membuang sampahnya secara 3242-2008 Tatacara Pengelolaan
Sampah di Pemukiman. Jakarta
mandiri ke TPS. Upaya pengurangan
sampah berupa pembuatan lubang
Desagunungpring (2018). Tabel Data
untuk membuang sampah
daun/sampah taman. Demografi Berdasar Jenis
Kelamin.
4. Rencana Anggaran Biaya yang
desagunungpring.magelangkab.go.i
diperlukan untuk pembangunan TPS
d/index.php/first/statistik/4 (2 maret
3R yang direncanakan sebesar Rp.
2018).
785.355.000,00

Saran Damanhuri, E. (2011). Diktat Pengelolaan


Sampah. Program Studi Teknik
1. Untuk pengkajian lebih lanjut, Lingkungan ITB
diperlukan penelitian yang lebih
mendalam khususnya pengaruh Kementerian Pekerjaan Umum dan
timbulan sampah dengan hubungan Perumahan Rakyat. (2017).
perilaku masyarakat. Petunjuk Teknis TPS 3R
2. Walaupun sampah yang dihasilkan
oleh masyarakat tergolong kecil, Menteri Pekerjaan Umum (2013). Peraturan
alangkah lebih baik jika ada Menteri Pekerjaan Umum
pengolahan sampah organik skala No.21/PRT//206 Tentang
rumah tangga dan juga bank sampah. Kebijakan dan Strategi Nasional
Sehingga nantinya dapat Pengembangan Sistem
meminimalisir sampah dari Pengelolaan Persampahan.
permukiman yang diangkut ke TPS. Jakarta

10
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor:03/PRT/M/2013 Tentang
Penyelenggaraan “Prasarna dan
Sarana Persampahan dalam
Penanganan Sampah Rumah
Tangga dan Sampah Sejenis
Sampah Rumah Tangga”

Ruslinda, Y. (2012). Studi Timbulan,


Komposisi dan Karakteristik
Sampah Domestik Kota
Bukittinggi. Jurnal Teknik
Lingkungan. Tugas Akhir.
UNAND 9 (1) : 1-12, Januari 2012

Tchobanoglous, G. (1993). Integreted Solid


Waste Management. Mc Graw
Hill International Edition. New
York.

Undang-Undang Republik Indonesisia.


(2008). UU No 18 Tentang
Pengelolaan Sampah. Republik
Indonesia, 1–46.

Santi, Laksmi K., (2017). Perencanaan


Sistem Pengelolaan Sampah
Terpadu Studi Kasus RW 3,4,
dan 5 Kelurahan Bandarharjo
Kecamatan Semarang Utara
Kota Semarang. Tugas Akhir.
Semarang : UNDIP. Vol.6,No. 1

Suprihatin. A., Prihanto D., Gelbert M.


(1999). Sampah dan
Pengelolaannya. Malang:
PPPGT/VEDC.

Tallei, Trina E., Iskandar, J., Runtuwene, S.,


& Filho, Walter . (2013) . “Local
Community-based Initiatives of
Waste Management Activities on
Bunaken Island in North
Sulawesi, Indonesia”. research
journal of Environmental and Earth
Sciences

11

You might also like