You are on page 1of 9

PENERAPAN TEKNOLOGI INSEMINASI BUATAN

PADA TERNAK DOMBA

Oleh: Setyo Utomo dan Nur Rasminati


Program Studi Peternakan, Universitas Mercu Buana Yogyakarta
aina_set@yahoo.com; nurrasminati@yahoo.co.id

Abstract
The application of AI technology was aimed to improve the quality
of sheep in the village Tanjungharjo within the framework of community
economic empowerment. The activities centered in the hamlet Klajuran and
Tanjunggunung, which has biggest number of sheep population. This
activity was began with the selection of candidates for ewes and superior
males. 32 ewes and 2 males were used in this activity. Prior to the AI, the
ewes synchronized using PGF2α with a dose of 0.2 and 0.5 ml / IM / head
and part of the ewes fed flushing. The results showed that the
synchronization of applied technology for both flushing and non flushing
indicate the occurrence of estrus with estrous intensity the average of 2.8. It
could be concluded that almost all ewes synchronized shows estrous with
near maximal intensity (3), which is swollen, red and slimy. Analysis of
variance of flushing treatment showed significant different to estrous
intensity (3 vs 2.6). Synchronization using different doses of PGF2α
treatment and flushing yielded an average pregnancy rate is different too.
The average pregnancy in the treatment flushing was 100%, while the non-
flushing was 70%. While for the treatment of PGF2α dose, to 0.5 ml / head
pregnancy rate reached 95% and to 0.2 ml / head pregnancy rate reached
80%. It can be concluded that the flushing and different doses of PGF2α
have effect on the intensity of estrus and achievements AI.

Keywords : artificial insemination, feed flushing, synchronization


estrous, Sheep

A. PENDAHULUAN yah Tanjungharjo, khususnya pada


1. Analisis Situasi dua Pedukuhan Demplot, yaitu Kla-
Kegiatan pengabdian kepada juran dan Tanjunggunung. Kegiatan
masyarakat dalam skim kegiatan dilaksanakan selama delapan bulan
mono tahun Ipteks bagi Masyarakat efektif di lapangan yang terbagi da-
(IbM) benar-benar langsung menyen- lam dua kegiatan, yaitu: penyuluhan
tuh kebutuhan masyarakat di wila- motivasi, manajemen reproduksi,

1
2

dan teknologi Inseminasi Buatan Melalui teknologi IB meng-


(IB), serta budidaya ternak domba gunakan pejantan unggul terpilih
sebagai suatu kegiatan bisnis dan dari bangsa domba lokal, memung-
aplikasi teknologi IB di masyarakat. kinkan penyebaran kualitas genetik
Populasi ternak di desa Tan- domba akan segera terwujud di
jungharjo adalah sapi yang berjum- masyarakat. Penerapan sinkronisasi
lah 776 ekor, 441 ekor kambing, dimungkinkan akan lahir domba-
428 ekor domba; rata-rata kepemi- domba yang mengalami peningkatan
likan ternak sapi potong 1,46 ekor/ kualitas secara bersamaan sehingga
KK, kambing 0,98 ekor/KK dan dapat mempercepat penyebaran kua-
domba 2,09 ekor/KK (Rasminati, litas genetik domba lokal.
2009). Khusus untuk ternak domba, Kebiasaan peternak yang
sebagian besar (67%) domba yang membiarkan ternaknya menyapih
ada di desa Tanjungharjo adalah sendiri, kemudian baru dikawinkan
Domba Ekor Gemuk (DEG). Namun lagi dapat mempengaruhi interval
secara kualitas genetik, ternak dom- kelahiran. Selain itu, pemberian pa-
ba yang ada masih belum baik, kan yang kurang memenuhi kebutuh-
selain itu, pertambahan populasinya an ternak juga akan memperpanjang
masih lambat. Hanya terdapat be- interval kelahiran. Interval kelahiran
berapa peternak domba yang mem- dipengaruhi oleh perkawinan kem-
punyai DEG kualitas unggul. Pada bali setelah melahirkan, lama bun-
umumnya, jarak kelahiran ternak ting, waktu penyapihan cempe, dan
domba di wilayah Tanjungharjo produksi pakan di desa Tanjung-
masih relatif panjang (9 – 10 bulan) harjo.
dengan jumlah anak rata-rata 1 – 2 Upaya peningkatan kualitas
ekor setiap kelahiran. reproduksi juga dapat ditempuh me-
Peternak di wilayah Tanjung- lalui pemberian pakan (penguat)
harjo belum terbiasa dengan tekno- tambahan yang dinamakan flushing.
logi untuk meningkatkan produkti- Dengan flushing, diharapkan akan
vitas ternak, baik teknologi pakan mempercepat waktu terjadinya estrus/
maupun teknologi reproduksi. Me- birahi bagi domba-domba calon in-
reka belum mengenal Inseminasi duk (hasil penelitian umur pertama
Buatan (IB) untuk ternak domba, kawin domba di wilayah tersebut
dan belum menerapkan teknologi adalah 13 bulan) menjadi sekitar 10
flushing pakan untuk memperbaiki bulan. Estrus kembali setelah ber-
kualitas pakan domba. Selama ini, anak hasil penelitian daerah tersebut
teknik perkawinan domba masih se- (Utomo, 2009) rata-rata 6 bulan,
cara alami, dengan membiarkan ter- sehingga dalam 1 tahun hanya diper-
nak kawin ketika betina domba oleh 1 kali beranak. Penelitian flush-
birahi dengan pejantan yang ada. ing pakan dengan penambahan ku-
ning telur pada induk-induk domba

Inotek, Volume 16, Nomor 1, Februari 2012


3

menunjukkan pengaruh yang sangat mitra, teknologi IB dan pemberian


nyata terhadap timbulnya birahi dan pakan flushing dapat diterapkan oleh
angka kebuntingan domba ekor ge- masyarakat secara langsung sehing-
muk di wilayah tersebut (Utomo, ga diharapkan Desa Tanjungharjo
2009). Melalui teknologi flushing akan mempunyai domba dengan
akan terjadi estrus yang lebih cepat kualitas genetik yang baik dengan
(menjadi 3 bulan pasca beranak) se- tingkat pertumbuhan (ADG) yang
hingga akan dihasilkan 3 kali ber- tinggi dan kemampuan reproduksi
anak dalam 2 tahun. Pakan flushing yang baik juga.
juga meningkatkan lamb crop 10 –
20%, sehingga akan mempercepat 2. Permasalahan Mitra
pertambahan populasi domba de- Secara kualitas genetik, ter-
ngan kualitas yang baik. nak domba yang ada saat ini di Desa
Peningkatan kemampuan re- Tanjungharjo masih belum baik. Se-
produksi ternak domba akibat pem- lain itu, pertambahan populasinya
berian pakan flushing pada akhirnya masih lambat, yang ditunjukkan de-
akan mampu meningkatkan populasi ngan rendahnya angka ADG, yaitu
ternak domba secara lebih cepat ka- 30 – 45 g/hari (Rasminati, 2009) dan
rena domba akan efisien dalam akti- angka reproduksi hanya 1 kali ber-
vitas reproduksinya. Peningkatan efi- anak dalam 1 tahun. Hanya terdapat
siensi reproduksi ini jelas akan me- beberapa peternak domba yang mem-
ningkatkan populasi ternak di suatu punyai DEG kualitas genetik unggul
wilayah, sekaligus peningkatan pen- (baik). Selain itu, pada umumnya ja-
dapatan masyarakat. rak kelahiran ternak domba di wi-
Keberadaan mitra akan sa- layah Tanjungharjo saat ini masih
ngat berpengaruh terhadap keber- relatif panjang (9 – 10 bulan) de-
langsungan model dan teknologi ngan jumlah anak rata-rata 1 – 2
yang akan diterapkan di masyarakat. ekor setiap kelahiran. Permasalahan
Di samping itu, mitra juga meman- lain adalah umur beranak pertama
dang teknologi ini akan sangat ber- yang relatif panjang, yaitu rata-rata
manfaat, terutama untuk mening- 13 bulan dan kembalinya estrus
katkan kualitas genetik serta me- (birahi) setelah beranak yang terlalu
ningkatkan efisiensi reproduksi dom- lama, rata-rata 6 bulan (Utomo,
ba lokal yang dipelihara peternak. 2009).
Hal lain yang mendukung peman- Peternak di wilayah Tanjung-
faatan teknologi ini adalah bahwa harjo belum terbiasa dengan tekno-
melalui mitra dapat disampaikan logi untuk meningkatkan produkti-
perlunya perbaikan manajemen da- vitas ternak, baik teknologi pakan
lam pemeliharaan ternak domba, maupun teknologi reproduksi. Me-
terutama dalam pemberian pakan reka belum mengenal Inseminasi
dan manajemen reproduksi. Melalui Buatan (IB) untuk ternak domba,

Penerapan Teknologi Inseminasi Buatan pada Ternak Domba


4

serta belum menerapkan teknologi di Desa Tanjungharjo dalam bentuk


flushing pakan untuk memperbaiki kegiatan diklat.
kualitas pakan domba. Selama ini, Kegiatan selanjutnya adalah
teknik perkawinan domba dilakukan perbaikan kualitas keturunan domba
secara alami, dengan membiarkan melalui penerapan teknologi flush-
ternak kawin ketika betina domba ing pakan, baik bagi calon induk
birahi dengan pejantan yang ada. (domba yang berumur 9 – 10 bulan)
Berdasarkan fakta-fakta ca- maupun bagi induk (2 – 3 bulan)
paian produktivitas domba di Tan- pasca beranak. Terapan teknologi
jungharjo, permasalahan manajemen selanjutnya adalah melalui sinkroni-
baik manajemen pemberian pakan, sasi birahi (estrus) menggunakan
manajemen reproduksi maupun per- perlakuan hormonal PGF2α secara
masalahan bibit menjadi kendala IM, kemudian penerapan perkawin-
utama usaha ternak domba di wi- an dengan teknologi IB semen segar
layah tersebut. (dengan pengencer citrat kuning
telur) menggunakan pejantan domba
3. Solusi yang Dilaksanakan lokal (DEG) terpilih yang memiliki
Solusi dilaksanakan melalui keunggulan secara fenotipik.
penggunaan teknologi yang benar-
benar dapat dilakukan oleh masya- 4. Maksud dan Tujuan
rakat sesuai dengan potensi yang a. Penyadaran pemeliharaan ternak
tersedia, murah, dan mudah. domba dari pola tradisional meng-
Metode pendekatan yang di- arah ke sistem intensif.
tawarkan untuk mendukung realisasi b. Pemanfaatan hasil persilangan
program ini adalah dengan mengajak dengan teknologi IB sehingga di-
masyarakat melaksanakan perhi- hasilkan keturunan yang memi-
tungan usaha ternak domba yang liki phenotipik baik.
sudah dijalankan sampai dengan ca- c. Peningkatan pendapatan masya-
paian hasil yang sudah dirasakan. rakat karena domba yang dipeli-
Kemudian, melakukan perhitungan hara memiliki kualitas baik se-
dan analisis ekonomi pada domba hingga meningkatkan nilai jual.
yang dipelihara secara intensif, yaitu d. Terwujud sentra bibit domba ber-
beranak 3 kali dalam 2 tahun dengan kualitas di Tanjungharjo.
kualitas ternak yang relatif lebih
baik. Diharapkan peternak akan tim- 5. Partisipasi Mitra
bul kesadaran berusaha dan secara Partisipasi mitra dalam pe-
sukarela akan melaksanakan pene- laksanaan program ditunjukkan me-
rapan Iptek yang ditawarkan. Ke- lalui dukungan dan kesanggupan
giatan ini dilakukan melalui pertemu- kerjasama sebagai mitra dengan tim
an dengan kelompok ternak yang ada dari Universitas Mercu Buana Yog-
yakarta dalam penerapan Ipteks bagi

Inotek, Volume 16, Nomor 1, Februari 2012


5

masyarakat. Partisipasi mitra ini 2. Materi


ditunjukkan melalui pelaksanaan Bahan yang digunakan da-
kegiatan secara bersama-sama da- lam kegiatan dari semenjak persiap-
lam hal pemilihan dan penyiapan an hingga pelaksanaan teknologi IB
calon induk maupun induk, melak- adalah peternak, ternak domba calon
sanakan pemberian flushing, me- induk, teser, pejantan DEG.
milih pejantan yang baik dan disukai Alat yang digunakan meli-
peternak, serta memelihara domba puti peralatan kandang domba, alat
sesuai petunjuk pelaksanaan seba- ukur vital statistik, alat tulis, quise-
gaimana penerapan teknologi flush- ner, peralatan uji mikroskopis, sepe-
ing, sinkronisasi estrus, dan merawat rangkat alat penampungan termasuk
kebuntingan sampai beranak. seperangkat alat Vagina Buatan,
thermos, air hangat, handuk kecil,
6. Target Luaran seperangkat alat IB (spuit 5 ml dan
Berdasarkan kegiatan pene- kateternya).
rapan teknologi ini, dihasilkan luar-
an berupa hal seperti berikut. 3. Metode
1. Perubahan mindset peternak da- Pelaksanaan kegiatan PPM
lam memelihara domba yang ber- yang langsung berkaitan dengan
orientasi pada keuntungan (profit terapan aplikasi Inseminasi Buatan
oriented). meliputi hal-hal seperti berikut.
2. Umur beranak pertama yang te- a. Persiapan calon induk, melibat-
pat (15 bulan) dari umur beranak kan 21 orang mahasiswa yang di-
pertama 20 bulan. terjunkan di dua pedukuhan, yaitu
3. Peningkatan jarak beranak (lam- Klajuran dan Tanjunggunung de-
bing interval) dari 2kali/2 tahun ngan pertimbangan di dua dusun
menjadi 3 kali/2 tahun serta ada- tersebut populasi domba terba-
nya peningkatan kualitas genetik nyak. Mahasiswa mencari calon
domba yang ada di wilayah mi- induk dengan syarat umur mini-
tra. mal sudah di atas 10 bulan, dan
4. Peningkatan lamb crop 10 – 20% sedang tidak bunting. Dari obser-
vasi ini, diperoleh 20 ekor calon
induk/induk di Dusun Klajuran
B. METODE PENGABDIAN (domba ekor kurus) dan 12 ekor
1. Waktu dan Tempat Kegiatan calon induk/induk domba (domba
Kegiatan dilaksanakan dari ekor kurus) di Dusun Tanjung-
bulan April 2011 s/d bulan Desem- gunung.
ber 2011 (8 bulan efektif) di Dusun b. Calon induk yang ada di Klajuran
Klajuran dan Dusun Tanjunggunung. selanjutnya diberi pakan tambah-
an menjelang estrus (Utomo,
2009) dengan kadar ekstra pro-

Penerapan Teknologi Inseminasi Buatan pada Ternak Domba


6

tein dan ekstra energi selama 10 nya birahi pada hari ke 18 – 20


hari. Pakan flushing diberikan se- pasca IB.
banyak 2 kg/ekor/hari dengan h. Evaluasi kebuntingan (Non Re-
komposisi protein (%) yang ber- turn = NR) dilakukan setiap
asal dari bekatul 10% sebanyak 1 bulan hingga bulan ke – 4 yang
kg, tepung jagung 2 – 3% se- tingkat kebuntingannya dinyata-
banyak 0,5 kg, nasi aking 1 – 2% kan dalam persentase.
sebanyak 0,5 kg; kuning telur 18
– 19% sebanyak 22,4 g/ekor. 4. Data yang Diambil
c. Calon induk yang ada di Klajuran Data kegiatan yang diambil
maupun di Tanjunggunung di- dalam penerapan ipteks ini adalah
lakukan sinkronisasi mengguna- intensitas birahi dan nonreturn ka-
kan PGF2α dengan dosis 0,2 dan rena pengaruh pemberian flushing
0,5 ml/IM/ekor. dan dosis PGF2α. Data Intensitas
d. Selama 48 jam pasca penyuntik- Berahi dan NR (kebuntingan) selan-
an sinkronisasi birahi, dilakukan jutnya diuji beda nyata dan Diana-
pengamatan birahi, yaitu adanya lisis secara deskriptif.
perubahan-perubahan pada tubuh
induk yang meliputi vulva beng- C. HASIL DAN PEMBAHASAN
kak, memerah, berlendir. 1. Pengaruh Flushing dan Dosis
e. Sinkronisasi kedua dilaksanakan PGF 2 α terhadap Estrus/Birahi
10 hari berikutnya, dan semua Penerapan teknologi IB di-
calon induk/induk dilakukan IB. awali dengan kegitan sinkronisasi
f. Pelaksanaan IB yang diawali de- birahi terhadap calon-calon induk
ngan penampungan semen DEG yang terpilih sesuai dengan persya-
milik 2 peternak di Dusun Wiji- ratan. Sebelum dilakukan sinkroni-
mulyo yang terpilih sebagai pe- sasi birahi, sebagian domba diper-
macek, kemudian pemeriksaan lakukan dengan pemberian pakan
sperma, pengenceran dan pelak- tambahan (flushing) selama 10 hari.
sanaan IB. Dosis yang digunakan Sinkronisasi dilakukan terhadap in-
berdasarkan volume semen yang duk atau calon induk menggunakan
diencerkan, yaitu 1 ml/ekor dengan metoda IM (intra muscular) di
dosis IB sekitar 100 juta sel/IB/ daerah femur dengan dosis 0,2 dan
ekor. Pelaksanaan IB mengguna- 0,5 ml/ekor.
kan metoda vaginal dengan de- Pengaruh pemberian flushing
posisi semen pada daerah portio dan dosis PGF2α yang berbeda ter-
vaginalis services. hadap angka intensitas berahi secara
g. Deteksi kebuntingan dilakukan rata-rata menunjukkan perbedaan
dengan menandai kembali tidak- yang nyata, sebagaimana tertera
pada Tabel 1.

Inotek, Volume 16, Nomor 1, Februari 2012


7

Tabel 1. Angka Intensitas Berahi Domba Berdasarkan Perlakuan


Perlakuan ml/ekor
Perlakuan Ulangan Rata-rata
0,20 0,50
Flushing 1 3 3
2 3 3
3 3 3
Rata-rata 3 3 3a
Non flushing 1 3 2
2 3 3
3 1 3
4 2 3
5 3
Rata-rata (ns) 2,5 2,7 2,6b

Hasil sinkronisasi baik untuk birahi namun secara nyata berpe-


flushing maupun nonflushing me- ngaruh terhadap intensitas/kekuatan
nunjukkan terjadinya estrus dengan birahi/ sex desire (Godfry, 2003).
Angka Intensitas Birahi (AIB) rata-
rata total 2,8 atau dapat dinyatakan 2. Pengaruh Flushing dan Dosis
hampir semua calon induk yang PGF2α terhadap NR (Kebun-
disinkronisasi menunjukkan birahi tingan)
dengan intensitas mendekati maksi- Pemberian flushing dan
mal (3), yaitu bengkak, merah dan PGF2α yang berbeda akan ber-
berlendir. Jika dilakukan analisis va- pengaruh terhadap kebuntingan ber-
riansi terhadap perlakuan flushing dasarkan nonreturn (tidak kembali-
menunjukkan perbedaan yang nyata nya birahi), selengkapnya tertera
terhadap AIB, yaitu flushing 3 dan pada Tabel 2.
nonflushing 2,6. Sinkronisasi menggunakan
Kondisi ternak domba secara dosis PGF2α berbeda dan perlakuan
umum di Tanjungharjo dengan pola flushing menghasilkan rata-rata ang-
pemberian pakan digembalakan de- ka kebuntingan yang berbeda. Rata-
ngan sesekali diberikan pakan kon- rata kebuntingan pada perlakuan
sentrat limbah rumah tangga menun- flushing 100%, sedangkan nonflush-
jukkan tingkat kecukupan pakan ing 70%. Sementara untuk perlaku-
yang relatif baik sehingga perlakuan an dosis PGF2α, untuk 0,5 ml/ekor
pakan flushing dan dosis PGF2α dicapai angka kebuntingan 95% dan
dalam sinkronisasi estrus tidak mem- untuk 0,2 ml/ekor dicapai angka ke-
berikan efek yang nyata timbulnya buntingan 80%.

Penerapan Teknologi Inseminasi Buatan pada Ternak Domba


8

Table 2. Angka Kebuntingan Domba Ekor Gemuk yang di IB


pada Perlakuan yang Berbeda (%)
Level hormone PGF2α (ml/ekor)
Perlakuan Rata-rata
0,2 0,5
Flushing 100 100 100
Non flushing 60 80 70
Rata-rata 80 90

Secara deskriptif perlakuan yang mengalami ovulasi juga me-


flushing memberikan angka kebun- ningkat (Utomo, 2004).
tingan paling tinggi (100%). hAl ini
disebabkan tambahan nutrient akan E. KESIMPULAN DAN SARAN
memberikan pengaruh positif ter- 1. Kesimpulan
hadap fungsi dan peranan kelenjar Pemberian flushing pakan
endokrin sebagai penghasil hormone dan dosis PGF2α berpengaruh ter-
(Partodihardjo, 1987). Fluktuasi hor- hadap angka intensitas estrus dan
mon reproduksi baik yang meng- capaian hasil IB.
ikuti mekanisme umpan balik ne-
gatif maupun positif akan meng- 2. Saran
akibatkan fluktuasi level hormon Aplikasi flushing pakan perlu
reproduksi dalam darah semakin dilakukan dan untuk tujuan efisiensi
tajam. Akibatnya, proses reproduksi sinkronisasi estrus sebaiknya meng-
dan kesiapan lingkungan internal gunakan dosis PGF2α sebanyak 0,5
benar-benar mendukung proses ke- ml/IM/ekor. Namun, untuk tujuan
buntingan (Utomo, 2009). Hal yang ekonomis penggunaan 0,2 ml/ekor/
sama juga terjadi pada penambahan IM tetap dianjurkan.
level PGF2α yang menyebabkan pe-
nambahan level prostaglandin se- F. UCAPAN TERIMAKASIH
hingga menyebabkan lisisnya Cor- Ucapan terimakasih disam-
pus lutheum yang berakibat men- paikan setinggi-tingginya kepada:
urunnya hormon progesterone dan 1. Direktorat Penelitian dan Peng-
meningkatnya level hormone FSH. abdian Kepada masyarakat (Dit.
Hormon FSH berperan dalam sti- Litabmab, Kemdikbud) atas fasi-
mulasai pertumbuhan dan perkem- litas pendanaan kegiatan Ipteks
bangan folikel dan oocyt. Akibatnya, bagi Masyarakat tahun 2011.
tingkat ovulasi juga akan terjadi se- 2. Lembaga Penelitian dan Pengab-
cara sempurna dan memungkinkan dian Kepada Masyarakat (LPPM)
kesempatan fertilisasi meningkat UMB Yogyakarta, yang meng-
karena kemungkinan folikel de graff awal terselesaikannya kegiatan
ini dengan baik di lapangan

Inotek, Volume 16, Nomor 1, Februari 2012


9

DAFTAR PUSTAKA Tillman A.D., Hari Hartadi, Soe-


Obst,J.M. T. Boyes and T Chaniago, domo R, Soeharto P dan
1980. “Reproductive Perfor- Soekamto L, 1984. Ilmu Ma-
mance of Indonesian Sheep kanan Ternak Dasar. Gadjah
and Goat”. Procc. Aust. Soc Mada University Press, Yog-
Anim. Prod. 13 : 321-324. yakarta.

Partodihardjo,S. 1987. Ilmu Repro- Utomo, S. 2004. Capaian Tingkat


duksi Hewan. Mutiara Sumber Reproduksi Kambing dan
Widya. Jakarta. Domba Lokal di Tingkat Pe-
tani di Kabupaten Bantul.
Rasminati, N. 2009. “Efektivitas Pe- Laporan Penelitian, Prodi Pe-
nerapan Model Ketahanan Pa- ternakan, Fak. Pertanian,
ngan di Desa Tanjungjarjo, UWM, Yogyakarta.
Kecamatan Nanggulan dengan
Pola Integrated Farming Ta- ______. 2009. “Pengaruh Pemberian
naman – Ternak”. Jurnal Flushing Pakan terhadap
Caraka Tani Fakultas Pertani- Capaian Hasil IB dan Kajian
an UNS. Vol XXIV No. 2, Ekonominya pada Domba un-
Oktober 2009. ISSN: 0854- tuk Mendukung Ketahanan
3984 Pangan di Desa Tanjunghar-
jo”. Jurnal Caraka Tani Fak.
R.W. Godfry I. A.J. Weis and R.E. Pertanian UNS. Vol XXIV
Dodson, 2003. Journal of Ani- No. 2, Oktober 2009. ISSN :
mal and Veterinary Advances 0854-3984.
2 (3): 184-190. Grace Publica-
tions Network. 2003. Agrycul-
ture Experiment Station, Uni-
versity of The Virgin Island.

Penerapan Teknologi Inseminasi Buatan pada Ternak Domba

You might also like