This document discusses osteopenia in preterm infants, including prevention. Some key points:
- Osteopenia of prematurity is a decrease in bone mineral content in infants less than 37 weeks gestation. It occurs in 55% of infants <1000g and 23% of infants <1500g.
- Risk factors include prolonged total parenteral nutrition, bronchopulmonary dysplasia, and medications like diuretics and steroids.
- Prevention involves adequate nutrition with calcium, phosphorus, and vitamin D, as well as limiting risk factor exposures. Nutritional interventions during the NICU stay aim to achieve intrauterine accretion rates.
- After discharge, infants <1500g
This document discusses osteopenia in preterm infants, including prevention. Some key points:
- Osteopenia of prematurity is a decrease in bone mineral content in infants less than 37 weeks gestation. It occurs in 55% of infants <1000g and 23% of infants <1500g.
- Risk factors include prolonged total parenteral nutrition, bronchopulmonary dysplasia, and medications like diuretics and steroids.
- Prevention involves adequate nutrition with calcium, phosphorus, and vitamin D, as well as limiting risk factor exposures. Nutritional interventions during the NICU stay aim to achieve intrauterine accretion rates.
- After discharge, infants <1500g
This document discusses osteopenia in preterm infants, including prevention. Some key points:
- Osteopenia of prematurity is a decrease in bone mineral content in infants less than 37 weeks gestation. It occurs in 55% of infants <1000g and 23% of infants <1500g.
- Risk factors include prolonged total parenteral nutrition, bronchopulmonary dysplasia, and medications like diuretics and steroids.
- Prevention involves adequate nutrition with calcium, phosphorus, and vitamin D, as well as limiting risk factor exposures. Nutritional interventions during the NICU stay aim to achieve intrauterine accretion rates.
- After discharge, infants <1500g
PREMATUR TUNJUNG WIBOWO Curricullum Vitae • Nama: Tunjung Wibowo • Ins7tusi: RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta/FK UGM • Pendidikan • Dokter Umum : FK UGM 1998 • MPH : Umea University 2000 • Magister Anak : FK UGM 2003 • Konsultan Neonatologi : kolegium anak 2011 • Jabatan • Sekretaris sub komite e7k dan disiplin profesi Komite Medis RSUP dr. Sardjito • Ketua pani7a Rekam Medis RSUP Dr. Sardjito • Anggota Kendali mutu dan kendali biaya RSUP Dr. Sardjito • Organisasi • Sekretaris UKK Neonatologi IDAI (2015 – 2017) • Bagian Ilmiah IDAI cabang Yogyakarta • Ketua Cabang Perinasia Yogyakarta outline • Pendahuluan • Homeostasis tulang • Epidemiologi • Faktor risiko • Diagnosis • Skrining • Manajemen dan pencegahan PENDAHULUAN • definisi: penurunan bone mineral content (BMC) pada bayi kurang bulan • Is7lah yg sering dipakai • metabolic bone disease (MBD), • osteopenia of prematurity (OOP), • neonatal rickets or • rickets of prematurity HOMEOSTASIS TULANG JANIN DAN NEONATUS • Mineralisasi tulang dimulai sejak embrio • Proses utama terjadi di trimester 3: 80% mineral sdh tersimpan • 25 mgg: akresi mineral 60 mg/hari • 35-38 mgg: 300 mg/hari • The osteoblasts produce the organic bone matrix for deposi7on of calcium and phosphate, with a progressively expansion of bone volume through an increase in the trabecular thickness. • The func7on and ac7vity of osteoblasts and osteoclasts are influenced by the availability of minerals before birth. • The placenta provides calcium, phosphate and magnesium by an ac7ve transport from the maternal circula7on, even in the presence of low levels of these minerals, while the kidneys and the gut have a poor role for the fetus. • This fetal “hypercalcemia” is necessary for an adequate skeletal forma7on
Front. Pediatr. 7:143.
doi:10.3389/fped.2019.00143 MEKANISME AKRESI TULANG PADA JANIN EPIDEMIOLOGI • Kejadian • BBL< 1000 g: 55% • BBL< 1500 g: 23% • By premature yg dapat ASI: 40% • By premature yg dapat susu formula khusus dan suplementasi calsium dan fosfat: 16% • Dampak jangka Panjang: • Usia 7 th BBL<1500g: mempunyai berat badan, Panjang badan, BMI dan lumbal BMI dan BMD yg lbh rendah dari populasi • Usia 5,7-8,3 th bayi dng UK 34 minggu mempunyai masa tulang yg lbh rendah dibandingkan yg lhr cukup bulan Italian Journal of Pediatrics 2009, 35:20 doi:10.1186/1824-7288-35-20 FAKTOR RISIKO
ANTENATAL POSTNATAL
• Placental insufficiency • Prolonged TPN > 4 weeks
• Preeclampsia • Bronchopulmonary dysplasia • Chorioamnioni7s • Necro7zing enterocoli7s • Gene7c polymorphisms (vitamin • Liver disease Renal disease D receptor, estrogen, collagen • Medica7ons (loop diure7cs, alpha I) methylxanthines, • Male gender glucocor7coids) DIAGNOSIS • Gold standard pemeriksaan bone mineral density (BMD): Dual energy X-ray absorptiometry (DEXA) • Tidak semua center tdk punya alat • Pelaksanaan 7dak mudah • Pemeriksaan radiologi-->Koo’s score: • Grade 1: terdapat bone rarefac3on (penipisan tulang) • Grade 2: terdapat penipisan tulang yg berhubungan dengan perubahan metaphyseal, bayangan dan pembentukan tulang subperiosteal • -Grade 3: terdapat fraktur spontan • Manifestasi klinis biasanya baru nampak pada fase akhir penyakit dan sngt sulit terdeteksi • Skrining sngt perlu dilakukan • Pemeriksaan marker biokimia pd serum pd minggu ke-3 kehidupan bisa membantu Dx • Marker biokimia: calcium, phosphate, alkaline phosphatase (ALP), PTH, dan vitamin Dà 7dak ada yg spesifik KALSIUM • Serum kalsium 7dk reliable utk skrining krn kadar plasma dipertahankan dng melepaskan kalsium dari tulang • Kadar kalsium jg akan dipengaruhi kadar fosfat. FOSFOR • Serum fosfat <3,6 mg/dl (1,16 mmol/L) pd bayi dng ASI eksklusifà berisiko 7nggi terjadi MBD in newborns exclusively maternal breasned suggest the deple7on of the mineral content and indicate a greater risk for MBD development (26). • Serum fosfat <5.6 mg/dl (<1.8 mmol/L) berhubungan erat dng gambaran radiologi ricket pd bayi premature dng UK 30.3 mgg (24.7– 33.0 mgg) dan rerata BBL: 1,490 g (735–2,250 g) ALKALIN FOSFATSE (ALP) • ALP: marker penggan7an tulang: • Scr fisiologis naik di usia 3 minggu kehidupan • Puncak usia 6-12 mgg • Buk7 yg ada • ALP >500 IU/L : kemungkinan gangguan homeostasis tulang • ALP >700 IU/L : demineralisasi tulang (meski tanpa gejala klinis) • ALP > 900 IU/L: berhubungan dng kadar fosfat < 5,6 mg/dL (<1,8 mmol/L), pd preterm <33 mgg (sensi7vity: 70% dan specificity: 100%)
Apabila 2x pengukuran ALP dng jarak 1 minggu kadarnya >
800 IU/L: disarankan dilakukan X-ray wrist dan/atau knee Paratiroid hormon (PTH) dan tubular reabsorption of phosphate (TRP) • PTH akan meningkat bila serum kalsium rendah • PTH akan meningkatkan reabsorsi ca di tulang, meningkatkan absorsi ca di usus, meningkatkan reabsorsi di ginjal, meningkatkan ak7vasi vit D di ginjal • PTH >100 pg/ml: mengindikasikan BBLER berisiko osteopenia • TRP: [1-(urinary phosphorus/urinary crea<nine × serum crea<nine/serum phosphorus)] × 100 78–91%: normal • • >95% : insufficient phosphate supplementasi • TRP rendah dan PTH 7nggi: defisiensi kalsium • TRP 7nggi dan PTH rendah atau normal: defisiensi fosfat SKRINING • Indikasi • BBL<1500 g, ATAU • UK< 28 MINGGU, ATAU • Dpt TPN> 4 mgg ATAU • Mendapat terapi diure7c atau steroid • Monitor: • Pemeriksaan serum “bone profile” (Ca, P and ALP)/minggu • Jika serum P < 1,8 mmol/L and ALP > 500 IU/L, periksa TRP renal. Jika > 95%, berikan supplementa7on phospat • Jika phospat 7dak meningkat dan ALP masih 7nggi/cenderung naik per7mbangkan terapi ergocalciferol atau alphacalcidol MANAGEMENT & PREVENSI • Pencegahan primer: • Kecukupan nutrisi: kalsium, fosfat dan vitamin D • Batasi penggunaan: diure7cs and methylxanthines (menurunkan penyimpanan mineral) dan glucocor7coids (meningkatkan resorbsi tulang) • Intervensi Nutrisi: untuk mencapai akresi intrauteri • TPN • Enteral • Post-discharge
TPN • Early aggressive nutri7on: TPN dng protein yg 7nggi di awal utk pertumbuhan dan pertambahan jaringan • Fosfat merupakan mineral pen7ng untuk pertumbuhan • Apabila asupan fosfat 7dak adekuatà tulang akan dijadikan sumber fosfatàMeningkatkan uptake cellular • Pelepasan fosfat dari tulang jg memicu pelepasan calcium • Pemberian asam amino 7nggi tanpa suplemen fosfatà hipofosfatemia dan hiperkalsemia
Optimal rasio Ca:P= 1,5-1,7:1
Kebutuhan kalsium, fosfor dan vit D pada bayi< 1500 g yg mendapatkan TPN TPN MINGGU TPN STLH MINGGU PERTAMA (KEB PERTAMA CAIRAN: 140 – 150 ML/KG/HR KALSIUM 40-120 mg/kg/hr 75-90 mg/kg/hr (1-3 mmol/kg/hr (1,8-2,2 mmol/kg/hr) FOSFAT 31-71 mg/kg/hr 60-70 mg/kg/hr (1-2,2 mmol/kg/hr (1,9-2,2 mmol/kg/hr) VITAMIN D 160-280 IU/hr 160 – 280 IU/hr ENTERAL • Absorbsi Ca dari ASI 70% dan susu formula 40% • Absorbsi fosfat: 60-90% • Es7masi akresi intrauterine • Kalsium: 105 mg/Kg • Fosfat: 70 mg/Kg • Kandungan ASI • Kalsium: 6,25 mmol/L (250 mg/L) • Fosfat: 4,5 mmol/L (140 mg/L) • For7fikasi ASI diperlukan untuk mencapai target akresi intrauterin Vitamin D • Berperan dalam absorbsi kalsium di usus • Bayi premature absorbs kalsium: proses pasif melalui rute paraseluler blm tergantung vit D • Peran vit D dlm absorbs kalsium blm jelas • Guideline: tetap menganjurkan vit D suplementasi Kebutuhan kalsium, fosfor dan vit D pada bayi< 1500 g yg sudah full enteral feeding
Full enteral feeding (ASI/susu
formula) kalsium 140-160/100Kcal (AAP) 70-140/100 Kcal (ESPGHAN) Fosfat 95-108 mg/100 Kcal (AAP) 50-86 mg/100 Kcal (ESPGHAN) Vit D 200 – 400 IU/hr (AAP) 800-1000 IU/hr (ESPGHAN) POST DISCHARGE • BBL<1500 g dng ASI eksklusif • Cek ALP 2-4 minggu stlh pulang • Bila ALP> 800 IU/L-à berikan suplementasi mineral • Bila terdapat low growth velocity • Berikan Preterm formula post-discharge atau ASI yang dilakukan for7fikasi sampai 40 – 50 mgg pos-concep7onal age SIMPULAN • Osteopenia merupakan komplikasi bayi premature yang pen7ng utk dilakukan pencegahan dan manajemen • Osteopenia akan memberikan komplikasi jangka Panjang • Asupan fosfat dan kalsium yang adekuat sejak awal akan mengurangi risiko osteopenia • Vitamin D diperlukan untuk meningkatkan absorsi kalsium di usus