You are on page 1of 8

Peran Pengukuran, Standardisasi, Pengujian dan Jaminan Mutu (Ir. Setyodewati, M.Eng.

Sc)

PERAN PENGUKURAN, STANDARDISASI, PENGUJIAN


DAN JAMINAN MUTU (MSTQ) DALAM USAHA PENINGKATAN MUTU

Ir. Setyodewati, M.Eng.Sc

Abstract

Measurement, Standardization, Testing and Quality Assurance (MSTQ) have important role in the recent
development of industry, science and technology. Those four elements are interrelated, thus are measurement
without the accepted standard developed through National Standardization System is meaningless. Recently,
most of calibration activities are carried out by private sector and their location are concentrated in Jakarta and
West Java. Most of them are focusing their calibration activities to the needs of their parent organizations, and the
only small number of them also provides their calibration services to external customers. On the other hand, the
number of testing laboratories increase faster as demand from the government for exported or imported products
shall be tested by accredited testing laboratories as the application of mandatory national standards (SNI).
Location testing laboratories widely spread in the country and their activities depend on the commodities of the
region, for example, in the region those produce tea or coffee, there will be testing laboratories for tea and coffee.
Scope of activities of calibration laboratories also focused on the measurement of mass, temperature,
dimensional as most of Indonesian industries use the kind of measuring instruments for their processes.
Keywords: MSTQ, calibration laboratories, testing laboratories.

1. PENDAHULUAN terdapat Institusi Metrologi Nasional (National


Metrology Institution – NMI) sebagai suatu
institusi yang mengelola standar fisik nasional di
Sejak dicanangkannya rencana pemerintah suatu negara. NMI dapat diakui secara
untuk siap tinggal landas menuju era internasional jika institusi tesebut dapat
industrialisasi pada awal abad 21, banyak sudah membuktikan bahwa peralatan standar yang
usaha yang telah ditempuh untuk mewujudkan dikelolanya tertelusur ke satuan sitem
rencana tersebut. Semua usaha telah internasional atau SI. Salah satu cara untuk
menampakkan hasil, misalnya mekarnya industri menilai kompetensi ini dengan melakukan
dalam negeri serta meningkatnya ekspor produk- evaluasi terhadap NMI tersebut. Di Indonesia
produk manufaktur. Hasil yang telah diperoleh sebagai NMI adalah Pusat Penelitian Kalibrasi,
dengan susah payah itu perlu dan harus Instrumentasi dan Metrologi (Puslit KIM) – LIPI
dimantapkan serta ditingkatkan, dan mengenai yang ditunjuk sebagai Pengelolaan Teknis Ilmiah
pemantapan serta peningkatan produksi, tidak Standar Nasional Satuan Ukuran (SNSU) dalam
dapat tidak, mutu akan dipermasalahkan Kepres No. 79 tahun 2001 tentang Komite
terutama mutu produk industri dalam negeri. Standar Nasional untuk Satuan Ukuran. Puslit
Mutu merupakan kekuatan pokok produk KIM ini telah dievaluasi melalui akreditasi oleh
industri yang menentukan kesanggupan dan Komite Akreditasi Nasional (KAN) dengan
ketangguhannya untuk menghadapi makin evaluator dari NMI negara lain yang terdaftar
kerasnya persaingan antara sesama produsen pada Asia Pasifik Metrologi Program (APMP).
dan makin meningkatnya tuntutan konsumen. Sistem penilaian kesesuaian sekarang ini
Untuk menjaga dan meningkatnya mutu produk telah ditangani secara serius oleh Komite
industri, diperlukan peranan pengukuran, Akreditasi Nasional (KAN) yang berkoordinasi
standardisasi, pengujian dan jaminan mutu dengan Badan Standardisasi Nasional (BSN)
(MSTQ – Measurement, Standardization, untuk masalah standar-standar yang terkait
Testing, and Quality). Peran pengukuran melalui dengan hal tersebut. Dalam tulisan ini akan
kalibrasi, standardisasi dan pengujian, dan untuk dibahas peran pengukuran, standardisasi,
jaminan mutu diperlukan sistem penilaian pengujian, dan jaminan mutu (MSTQ) dalam
kesesuaian yang mencakup kemampuan teknis menunjang mutu produk dari segi pengukuran
dan manajemen. atau kalibrasinya, standar-standar yang
Peranan kalibrasi tidak terlepas dari digunakan untuk menunjang mutu terutama SNI,
ketertelusuran pengukuran yaitu dengan melalui pengujian sebagai bukti bahwa SNI yang telah
kalibrasi ketertelusuran pengukuran dapat di diterapkan terutama SNI wajib dapat menunjang
lacak ke satuan SI yang artinya jaminan atas mutu produk dan jaminan mutu produk melalui
hasil dari pengukuran dan atau pengujian dapat akreditasi dan sertifikasi.
dipertanggung jawabkan. Dalam ketertelesuran
35
Jurnal Standardisasi Vol. 8 No. 1, Maret 2006: 35-42

2. LATAR BELAKANG DAN DASAR standar dan penilaian kesesuaian adalah


PEMBAHASAN masalah penting yang tidak dapat diabaikan.
Sejak tahun 1995 sampai saat ini tahun 2006
notifikasi standar yang telah dibuat oleh
Perkembangan kelembagaan MSTQ dimulai
Indonesia baru 5, sedangkan negara-negara di
pertengahan tahun 80-an. Dengan telah
Asia Tenggara lainnya misalnya Thailand sudah
dibentuknya Dewan Standardisasi Nasional yang
menotifikasi 183, negara Malaysia menotifikasi
sejak tahun 1995 menjadi Badan Standardisasi
163 standar, dan Singapura menotifikasi 16
Nasional (BSN), implemetasi MSTQ telah
standar, yang artinya pengertian tentang
berkembang serta terarah. Salah satu misi BSN
implementasi perjanjian TBT di Indonesia relatif
adalah mengembangkan dan mendorong
masih rendah.
pendayagunaan Standar Nasional Indonesia
(SNI). Sesuai dengan definisi standar yang Persyaratan dalam dunia perdagangan
diterbitkan oleh ISO (International Organization dan ketentuan baru dari WTO, mengakibatkan
for Standardization) dan IEC (International semua negara-negara industri mengembangkan
Electrotechnical Commision), SNI diartikan sistem penilaian kesesuaiannya untuk
sebagai dokumen yang berisikan ketentuan dinyatakan secara internasional melalui
teknis, pedoman dan karakteristik kegiatan dan perjanjian saling pengakuan atau Mutual
produk, yang disusun dan disepakati oleh Recognition Arrangement/Agreement (MRA).
pemangku kepentingan dan ditetapkan oleh BSN Meskipun MRA baru dapat berfungsi bila
sebagai acuan yang berlaku secara nasional regulator dapat menerima hasil uji atau produk
untuk membentuk keteraturan yang optimum dari laboratorium atau organisasi yang kompeten
dalam konteks keperluan tertentu. di bidangnya. Dalam kondisi saat ini sistem
penilaian kesesuaian di Indonesia masih perlu
dikembangkan, selain terbatasnya tenaga ahli di
2.1 Perkembangan Perdagangan Dunia bidang yang terkait dengan penilaian
Persaingan internasional di bidang perdagangan kesesuaian, juga masalah ketertelusuran
menjadi semakin tajam. Elemen-elemen yang pengukuran dan ketidakpastian pengukuran
mendorong menajamnya persaingan tersebut serta bahan acuan standar (Standard Reference
adalah mutu produk, waktu penyerahan, jaminan Material – SRM), masih belum dapat diakui
purna jual, kepekaan akan minat konsumen, kompetensinya.
inovasi produk, agresifitas pemasaran, efisiensi
dan efektifitas jaringan distribusi. Sampai saat ini
2.2 Perkembangan Teknologi
perjanjian bilateral masih menjadi dasar
terjadinya praktek perdagangan dan yang Dalam waktu kurang dari 25 tahun, Jepang telah
dijadikan ukuran adalah aturan dan standar yang berhasil meningkatkan citra produk industri
berlaku di negara pengimpor. Globalisasi mereka. Hal ini dimungkinkan berkat adanya
perdagangan telah memberikan penekanan lain, dukungan pemerintah serta diterapkannya
walau demikian kedudukan negara pengimpor teknik-teknik baru dalam proses penciptaan nilai
masih tetap memegang peranan yang tambah, yang membuat mereka unggul
menentukan. Dalam putaran Uruguay tahun dibandingkan Amerika dan negara-negara
1994 tentang hambatan teknis perdagangan industri di Eropa.
(Technical Barrier to Trade – World Trade Di negara-negara industri seperti halnya
Organization (TBT-WTO) menyatakan bahwa Jepang, Amerika dan Eropa, kegiatan MSTQ
dipersyaratkan adanya kompetensi teknis telah melekat menjadi bagian yang inherent
lembaga penilaian kesesuaian yang memadai di dalam kehidupan industri mereka. Intensitas
anggota yang melakukan ekspor, sehingga penerapan MSTQ telah dijadikan tolok ukur
terdapat kepercayaan yang berkelanjutan dari kemajuan teknologi dan industri suatu negara.
hasil penilaian kesesuaian melalui verifikasi Cina misalnya, perkembangan industri dinegara
terhadap kesesuaian. Sebagai contoh, melalui ini sangatlah cepat, produk-produk Cina banyak
akreditasi, dengan pedoman atau rekomendasi terdapat di Indonesia. Cina memperhitungkan
yang relevan, yang diterbitkan oleh lembaga mutu dari berapa lama konsumen akan
standardisasi internasional harus menggunakan produk tersebut, bukan berapa
dipertimbangkan sebagai indikasi kompetensi lama produk tersebut bertahan, sehingga mutu
teknis yang memadai. produk disesuaikan terhadap lamanya konsumen
Informasi tentang standar dan penilaian dalam menggunakan produk tersebut.
kesesuaian untuk memfasilitasi perdagangan
internasional dan domestik sangatlah diperlukan,
sedangkan peran MSTQ untuk menunjang
36
Peran Pengukuran, Standardisasi, Pengujian dan Jaminan Mutu (Ir. Setyodewati, M.Eng. Sc)

3. KAJIAN TENTANG PENGUKURAN DAN kompeten, akomodasi dan kondisi lingkungan


PENGUJIAN DI INDONESIA yang memadai, metode pengujian atau metode
kalibrasi yang didokumentasikan dan divalidasi,
peralatan dan/atau standar/bahan acuan yang
Menghadapi kenaikan permintaan akan produk
memadai dan tertelusur, pengambilan sampel
yang berkualitas dalam pasar internasional,
dan penanganan sampel uji atau barang yang
suatu ekonomi memerlukan dukungan MSTQ
dikalibrasi secara benar. Tentu saja semua hal di
yang efektif. Demi menjamin mutu, produsen
atas tidak dapat menjamin bahwa 100% produk
memerlukan suatu laboratorium yang
sesuai persyaratan, karena kesalahan acak dan
mempunyai tenaga kerja yang kompeten untuk
sistematik selalu ada (yang kemudian
mengerjakan pengendalian mutu dan pengujian
dikuantifikasi dalam bentuk ketidakpastian), dan
di pabriknya.
juga kemungkinan terjadinya kekeliruan lainnya.
Dengan adanya ISO/IEC Guide 25 yang Laboratorium-laboratorium dengan kegiatan
telah diperbaharui menjadi ISO/IEC 17025 yang mengacu pada ISO/IEC 17025 yang telah
selaras dengan ISO 9000, yaitu tentang dakreditasi oleh KAN bertambah setiap tahunnya
kompetensi yang harus dipatuhi oleh seperti terlihat pada Tabel 1.
laboratorium penguji dan laboratorium kalibrasi,
Pada Tabel 1 berikut dapat dilihat
kegiatan pengukuran dan pengujian menjadi
penambahan laboratorium kalibrasi dan
lebih terarah dan sistemnya dapat diakui secara
laboratorium penguji dari tahun 1998 sampai
internasional. Dalam ISO/IEC 17025 ini
dengan akhir tahun 2005.
dijelaskan bahwa produk-produk yang dihasilkan
oleh suatu laboratorium harus memenuhi hal-hal
sebagai berikut: mempunyai personel yang

Tabel 1 Laboratorium Penguji dan Laboratorium Kalibrasi

Tahun 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005


Laboratorium penguji 45 63 78 117 158 186 239 301
Laboratorium kalibrasi 17 21 32 46 51 58 66 81
Sumber: Laporan Tahunan Komite Akreditasi Nasional

Data di atas tidak diperhitungkan laboratorium- Metrologi LIPI (Puslit KIM-LIPI), seperti yang
laboratorium yang telah dicabut status telah dijelaskan di atas.
akreditasinya. Sebagai informasi sampai dengan Pengukuran melalui kalibrasi masih relatif
tahun 2005, laboratorium penguji yang dicabut rendah di Indonesia, kegiatan ini dianggap tidak
akreditasinya adalah sebanyak 35 laboratorium, menguntungkan, sehingga perkembangan
sedangkan laboratorium kalibrasi sebanyak 3 laboratorium kalibrasi amatlah lambat di
laboratorium. Pencabutan ini didasarkan pada Indonesia. Penyebarannyapun tidak merata,
tidak dilakukannya perpanjangan status sebagai informasi sampai tahun 2005
akreditasi karena kebakaran, gempa bumi dan laboratorium kalibrasi yang telah diakreditasi
lain-lain (misalnya di Aceh dan Bali). oleh KAN sebanyak 81 laboratorium seperti
terlihat pada Tabel 1. Penyebaran laboratorium
3.1 Pengukuran kalibrasi di DKI Jakarta dan Jawa Barat yang
dapat dilihat pada Tabel 2, merata untuk semua
Pengukuran adalah bagian dari metrologi dan
bidang, terutama yang dikelola oleh swasta.
dalam MSTQ merupakan unsur yang pertama.
Sedangkan di daerah lainnya tergantung pada
Metrologi di Indonesia masih dalam taraf
adanya laboratorium penguji dan hanya bidang
mencari identitas diri, yang artinya saat ini
tertentu saja. Sebagai data terakhir penyebaran
metrologi teknis dan metrologi legal masih
laboratorium kalibrasi beserta kemampuannya
berjalan sendiri-sendiri sesuai aturannya masing-
dalam bidang yang dapat laboratorium-
masing. Sehingga masalah yang paling penting
laboratorium tersebut lakukan adalah sebagai
yaitu proses ketertelusuran pengukuran, belum
berikut (yang dimaksud instrumen analis disini
dapat direalisasikan bersama. Namun demikian
adalah untuk bidang optik dan peralatan yang
telah disepakati bahwa NMI Indonesia adalah
menggunakan Standard Reference Material
Pusat Penelitian Kalibrasi Instrumentasi dan
(SRM) atau Certified Reference Material (CRM).

37
Jurnal Standardisasi Vol. 8 No. 1, Maret 2006: 35-42

Tabel 2 Penyebaran Labratorium Kalibrasi Beserta Bidangnya


Propinsi Dimensi Suhu Kelistrikan Massa Waktu Instrumen Analis
Kepemilikan P B S P B S P B S P B S P B S P B S
DKI Jakarta 3 0 13 4 2 10 - 1 9 6 4 11 - - 6 2 - 2
Jawa Barat 5 3 5 7 2 4 3 5 4 6 3 7 1 4 3 4 - -
Banten 1 1 2 1 1 2 1 1 2 3 1 2 - - 1 - - 2
Jawa Tengah 2 - 1 1 1 1 - - 1 2 1 1 - - - - - 1
Jawa Timur 1 1 - 1 2 1 - 2 - 3 1 1 - 2 - - 1 -
Sumatra Utara 1 - - 1 - - - - - 1 - - - - - - - -
Sumatra Barat 1 - - 1 - - - - - 1 - - - - - - - -
Sumatra Selatan - - - - 2 - - - - - 2 - - - - - 1 -
Batam / Riau - - 1 - - 1 - 1 2 - - 2 - 1 1 - - -
Sulawesi Selatan 1 - - 1 - - - 1 - 1 - - - 1 - - - -
Kalimantan Selatan 1 - - 1 - - - - - 1 - - - - - - - -
Kalimantan Timur - 1 - - - - - - - - - - - - - - - -
Jumlah 16 5 22 18 10 19 4 9 18 24 12 24 1 8 11 6 2 5
Keterangan: P = Pemerintah; B = BUMN; S = Swasta
Sumber: Direktori Komite Akreditasi Nasional

3.2 Pengujian tinggi antara 50 – 100 laboratorium. Bidang-


bidang kegiatan dari laboratorium penguji yang
Pengujian dalam MSTQ merupakan bagian
telah diakreditasi oleh KAN, lebih banyak bidang
penting, dengan adanya pengujian terhadap
atau sektor dimana laboratorium-laboratorium
suatu produk tertentu dapat dilihat mutu dari
tersebut berada, misalnya di Jakarta, sektor
produk-produk tersebut. Pertumbuhan
industri lebih banyak dibandingkan daerah lain.
laboratorium penguji yang diakreditasi oleh KAN
Di Jawa Barat, sektor pertanian lebih
berkembang pesat. Perkembangan ini
mendominasi. Sebagai data terakhir tentang
disebabkan oleh ketentuan bahwa laboratorium
penyebaran laboratorium penguji beserta
penguji yang melaksanakan SNI wajib harus
kemampuannya dalam bidang yang dapat
sudah diakreditasi. Dalam Tabel 1 dapat dilihat
laboratorium-laboratorium tersebut lakukan
pertambahan laboratorium penguji, terutama
adalah sebagai berikut:
untuk tahun-tahun terakhir, penambahan cukup

Tabel 3 Penyebaran Labratorium Penguji Beserta Bidangnya


Pertambangan
Propinsi Perikanan Pangan Pertanian Lingkungan Atau
Energi
Kepemilikan P B S P B S P B S P B S P B S
DKI Jakarta 3 - - 9 1 1 5 - - 5 1 5 11 3 1
Jawa Barat 2 - - 8 2 6 12 1 1 12 5 5 7 2 2
Banten 1 - - 1 - - 1 - - 2 - - 1 - -
Jawa Tengah 5 - - 2 - 1 2 2 1 6 1 - 1 2 -
Jawa Timur 2 - - 3 1 1 4 - 1 2 1 1 2 1 -
DI Yogyakarta - - - 1 - - 1 - - 1 - - - - -
Sumatra Utara 1 - - 3 - 1 4 - - 4 - - - - -
Sumatra Barat 1 - - 2 - - 2 - - 1 - - - - 2
Sumatra Selatan 2 - - 2 1 - 2 - - 4 1 - - 5 -
Riau 1 - - 3 - 2 1 - - 1 - - - 1 -
Bengkulu 1 - - 1 - - 1 - - - - - - - -
Lampung 2 - - 1 - - 1 1 2 1 - - - 2 -
Jambi 1 - - 2 - - 1 - - - - - - - -

38
Peran Pengukuran, Standardisasi, Pengujian dan Jaminan Mutu (Ir. Setyodewati, M.Eng. Sc)

Pertambangan
Propinsi Perikanan Pangan Pertanian Lingkungan Atau
Energi
Kepemilikan P B S P B S P B S P B S P B S
Bangka Belitung - - - - - - - - - - - 1 - - 1
Sulawesi Selatan 4 - - 3 - - 1 - 3 1 - - - 2 -
Sulawesi Utara 2 - - 2 - - - 1 - - - - - - -
Sulawesi Tengah - - - 1 - - 1 1 - - - - - - -
Sulawesi Tenggara 1 - - 1 - - 1 -- - - - - - - -
Maluku - - - 1 - - - - - - - - - - -
Kalimantan Selatan 1 - - 2 - - 1 - 1 1 1 - 1 1 2
Kalimantan Timur 2 - - 2 - - - - - 1 1 - - 6 1
Kalimantan Tengah 1 - - 1 - - - - - 1 - - - - -
Kalimantan Barat 2 - - 4 - - 1 - - 1 - - - - -
Bali 2 - - 1 - - 1 - - - - - - - -
NTB - - - 1 - - - - - 1 - - - - -
NTT 1 - - - - - - - - - - - - - -
Irian Jaya 3 - - 2 - - 1 1 - - - 1
Jumlah 41 - - 59 5 12 44 7 9 45 11 13 23 25 9
Keterangan: P = Pemerintah; B = BUMN; S = Swasta
Sumber : Direktori Komite Akreditasi Nasional

4. KAJIAN TENTANG STANDARDISASI intrepretasi hasil, dan sampai saat ini hanya
DAN JAMINAN MUTU beberapa yang berisi seperti itu (sebagai contoh
dari ASTM, Australian Standard). Sebagian
besar lebih banyak mengatur mengenai
4.1 Standardisasi
spesifikasi untuk suatu peralatan dan langkah-
Dengan adanya Sistem Standardisasi Nasional langkah pengukuran yang diperlukan untuk
(SSN) melalui PP 102 yang dikembangkan oleh menilai kesesuaian terhadap spesifikasi tersebut.
BSN sebagai landasan kerja standardisasi yang Sehingga dalam menilai kompetensi personel
mencakup standar, penilaian kesesuaian dan dalam melakukan kalibrasi akan berbeda dari
regulasi teknis seperti terlihat pada Gambar 1. satu asesor terhadap asesor lainnya, tergantung
BSN juga memfasilitasi pembentukan dan dari cara melihat asesor tersebut terhadap
perkembangan kelembagaan yang terkait spesifikasi yang diinginkan laboratorium.
dengan sistem standardisasi nasional dan Sehingga Uji bading antar laboratorium sangat
mengembangkan kebijakan dan pedoman di diperlukan sekali untuk menilai kompetensi
bidang standardisasi untuk memandu personel dalam melaksanakan kalibrasi, dalam
pelaksanaan semua proses standardisasi. hal ini standar acuan selalu dianggap benar atau
Penggunaan SNI di laboratorium, hasil kalibrasi yang dilakukan oleh laboratorium
terutama SNI wajib banyak dilaksanakan oleh acuan dianggap sebagai nilai benar. Sehingga
laboratorium-laboratorium penguji milik metode kalibrasi setiap laboratorium akan
pemerintah, karena peraturan ini lebih banyak berbeda tergantung dari standar acuan yang
ditujukan untuk produk-produk yang diatur oleh digunakan.
pemerintah. Dari Direktori KAN tahun 2005,
tercatat 184 laboratorium yang telah diakreditasi,
yang menggunakan SNI sebanyak 103
laboratorium dan kesemuanya dilakukan oleh
laboratorium penguji, sedangkan lainnya
menggunakan ASTM, AOAC, APHA terutama
untuk sektor-sektor yang berkaitan dengan uji
kimia. Lain halnya dengan laboratorium kalibrasi,
kegiatan laboratorium kalibrasi belum ada yang
menggunakan SNI karena belum ada SNI
tentang kegiatan kalibrasi. Sebagian besar
malah menggunakan pengembangan sendiri
berdasarkan pegalaman kemudian dilakukan uji
banding dengan menggunakan metode
pengembangan sendiri ini. Metode kalibrasi
seharusnya berisi model matematis, analisis
data, ketidak pastian, cara pelaporan, dan
39
Jurnal Standardisasi Vol. 8 No. 1, Maret 2006: 35-42

PASAR GLOBAL

Standar Regulasi
Teknis
Penilaian
Kesesuaian

3
EH

Gambar 1 Sistem Standardisasi Nasional

4.2 Jaminan Mutu adalah mendiseminasikan standar satuan


ukuran, mengembangkan berbagai kompetensi
Agar produk yang dihasilkan sesuai seperti yang
di bidang metrologi untuk pengembangan
diinginkan dalam pasar internasional, perlu
standar satuan ukuran, metoda kalibrasi dan
adanya acuan atau standar baik itu di bidang
pengukuran. Dalam APLAC MR 002 tentang
hasil produk atau peralatan yang dipunyainya.
NMI dan ketertelusuran dinyatakan bahwa
Dalam ISO/IEC 17025 tentang jaminan kepercayaan laboratorium-laboratorium dan
mutu dapat dijelaskan bahwa jaminan mutu lembaga inspeksi tentang ketertelusuran yang
merupakan semua kegiatan yang terencana dan diklaimnya ke NMI yang telah diakreditasi dan
sistematis, yang diperlukan untuk memberikan sebagai penunjang kegiatan BIPM dan
keyakinan bahwa produk yang dihasilkan akan organisasi metrologi regional. Dan dalam ILAC
memenuhi kebutuhan. P-10 dinyatakan bahwa informasi tentang NMI
Kontribusi masing-masing faktor yaitu yang diperlukan oleh badan akreditasi untuk
personel, lingkungan, metode dan peralatan mendemonstrasikan ketertelusuran bagi
mempunyai kontribusi dalam menentukan laboratorium-laboratorium yang telah
ketidakpastian pengukuran, dan ketidakpastian diakreditasinya telah dipublikasikan dalam
tersebut berbeda pada (jenis dari) pengujian Appendix C of the CIPM MRA.
yang satu dan yang lainnya dan pada (jenis dari) Sampai saat ini Puslit KIM-LIPI sebagai
kalibrasi yang satu dan yang lainnya. NMI Indonesia telah terdaftar di Apendix C BIPM
Laboratorium harus memperhitungkan faktor- untuk bidang kelistrikan, sebagai suatu syarat
faktor tersebut dalam mengembangkan metoda MRA KAN di APLAC/ILAC, sedangkan untuk
dan prosedur pengujian dan kalibrasi, dalam bidang massa, suhu, tekanan dan dimensi masih
pelatihan dan kualifikasi personel, dan dalam dievaluasi oleh Joint Committee of Regional
pemilihan dan kalibrasi peralatan yang Metrology Bodies (JCRB)
digunakan.
Seperti yang telah dinyatakan di atas
5. PEMBAHASAN
bahwa Institusi Metrologi Nasional di Indonesia
adalah Puslit KIM-LIPI yang merupakan lembaga
yang berfungsi untuk mengembangkan 5.1 Pengukuran dan Pengujian
infrastruktur metrologi yang mencakup 5.1.1 Laboratorium Kalibrasi
penyediaan dan pemeliharaan Standar Nasional
Pengukuran yang dilakukan oleh laboratorium
Satuan Ukuran (SNSU). SNSU adalah standar
kalibrasi, masih banyak tersebar di daerah
satuan ukuran yang memiliki nilai ketidakpastian
Jakarta dan Jawa Barat. Peralatan-peralatan
terkecil di Indonesia dan dapat ditelusuri
yang memerlukan kalibrasi terbanyak adalah
ketertelusurannya melalui rantai tak terputus ke
pada bidang massa, suhu dan dimensi.
standar primer. Fungsi lain dari Puslit KIM-LIPI
40
Peran Pengukuran, Standardisasi, Pengujian dan Jaminan Mutu (Ir. Setyodewati, M.Eng. Sc)

Sedangkan bidang lain misalnya kelistrikan, Laboratorium-laboratorium penguji melakukan


hanya sebagian kecil industri ini yang kalibrasi peralatan ukurnya melalui laboratorium-
mempunyai peralatan ukur kelistrikan untuk laboratorium kalibrasi dari organisasi induknya,
dikalibrasi, sehingga laboratorium kalibrasi ini misalnya laboratorium-laboratorium di bawah
lebih banyak menunjang organisasi induknya. Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)
Hal ini dapat dilihat dari sertifikat yang diterbitkan di seluruh Indonesia, mengkalibrasikan peralatan
oleh laboratorium-laboratorium tersebut. ukurnya lebih banyak ke Pusat Pengawasan
Demikian juga untuk laboratorium kalibrasi, Obat dan Makanan (PPOM) Jakarta. Demikian
selain di DKI dan Jawa Barat, laboratorium- juga untuk laboratorium-laboratorium di bawah
laboratorium tersebut lebih banyak untuk Departemen Perdagangan, lebih banyak ke
menunjang organisasi induknya, sehingga laboratorium kalibrasi yang terdapat d bawah
bidang yang dapat dikalibrasipun tergantung Departemen Perdagangan.
pada kebutuhan organisasi induknya atau
peralatan ukur yang dipunyai oleh laboratorium
5.2 Sistem Standardisasi Nasional dan
penguji yang terdapat diderahnya.
Jaminan Mutu
Laboratorium-laboratorium kalibrasi, melakukan
Standardisasi dalam mendukung jaminan mutu
kalibrasi terhadap peralatan ukurnya lebih
produk dapat dicapai dengan telah berfungsinya
banyak ke NMI Indonesia, atau ke laboratorium
sistem pengujian yang beracuan pada SNI, dan
kalibrasi lain yang mempunyai peralatan standar
Lembaga Sertifikasi Produk yang mulai
dengan ketelitian lebih tinggi, dengan
berkembang dengan sistem yang telah
konsekuensi mempunyai ketidakpastian yang
diterapkan oleh Komite Akreditasi Nasional
akan lebih besar.
(KAN). KAN sebagai salah satu lembaga
penilaian kesesuaian, disamping lembaga-
5.1.2 Laboratorium Penguji lembaga sertifikasi lain yang mempunyai
Dari Tabel 3, dapat dilihat bahwa laboratorium kepentingan demi perkembangan standar itu
penguji yang telah diakreditasi oleh KAN lebih sendiri. Standar yang dimaksud di atas termasuk
banyak milik pemerintah. Hal ini disebabkan SNI, tentu disini diharapkan adalah SNI sebagai
adanya penunjukkan dari pemerintah untuk tuan rumah perkembangan standar di Indonesia.
melaksanakan SNI wajib, dengan kata lain Lembaga penilaian kesesuaian,
laboratorium yang ditunjuk untuk melaksanakan khususnya laboratorium penguji maupun
SNI wajib harus sudah diakreditasi oleh KAN. laboratorium kalibrasi, harus secara periodik
Kegiatan pengujian yang dilakukan tergantung mengkalibrasikan peralatan ukurnya, agar dapat
dari daerahnya, pada sektor perikanan merata diketahui ketidak pastian pengukurannya. Hal ini
di semua daerah di Indonesia, kecuali untuk juga untuk menjaga ketertelusuran peralatan
Daerah Istimewa Yogyakarta, Bangka Belitung, ukur tersebut. Dalam ketertelusuran pengukuran
Sulawesi Tengah, Maluku dan NTB. laboratorium kalibrasi yang telah diakreditasi
Keseluruhan dari laboratorium tersebut adalah oleh KAN merupakan pilihan yang tepat untuk
milik pemerintah. Sedangkan sektor industri mengkalibrasikan peralatan ukur milik lembaga
seperti telah dijelaskan di atas, DKI Jakarta dan penilaian kesesuaian, karena laboratorium-
Jawa Barat lebih mendominasi, demikian juga laboratorium kalibrasi tersebut sudah dibuktikan
pertanian, daerah Jawa Barat lebih banyak di melalui akreditasi bahwa mereka tertelusur ke SI
bandingkan daerah-daerah lainnya. Untuk sektor melalui Institusi-institusi metrologi nasional.
pertanian ini, didaerah perkebunan kopi,
misalnya di Sulawesi, maka laboratorium penguji
6. KESIMPULAN
lebih banyak untuk kegiatan pengujian kopi. Jadi
sektor pertanian yang dimaksud dalam Tabel 3
adalah kegiatan laboratorium penguji dimana 6.1 Sampai saat ini laboratorium kalibrasi yang
laboratorium penguji tersebut berada, bukan tersebar di Indonesia lebih banyak di
berarti laboratorium penguji tersebut mampu Jakarta dan Jawa Barat, hanya bidang-
menguji seluruh sektor pertanian. Sedangkan bidang tertentu yang terdapat di daerah
sektor lainnya hampir merata diseluruh tergantung pada kegiatan terbanyak di
Indonesia, kecuali untuk klinik dan kelistrikan. daerah tersebut.
Pengujian untuk kelistrikan hanya berada di 6.2 Demikian juga laboratorium penguji,
pulau Jawa, disebabkan karena industri bidang kegiatan yang dilakukan tergantung
ini hanya ada di Jawa dan barang-barang dimana laboratorium tersebut berada,
elektronik lebih banyak masuk melalui Tanjung misalnya sektor pertanian, laboratorium
Priuk atau Jakarta. penguji yang berada di sektor pertanian
41
Jurnal Standardisasi Vol. 8 No. 1, Maret 2006: 35-42

kopi atau coklat atau lainnya, akan BIODATA


melakukan pengujian sesuai komoditi
daerahnya. Ir. Setyodewati, M.Eng.Sc., saat ini bekerja di
Pusat Akreditasi Laboratorium dan Lembaga
6.3 Laboratorium-laboratorium kalibrasi lebih Inspeksi, Badan Standardisasi Nasional. Penulis
banyak menggunakan metode menyelesaikan pendidikan S2 bidang Optoelek-
pengembangan sendiri, terutama untuk tronika dan Aplikasi Laser di Universitas
kelistriak. Hal ini disebabkan karena Indonesia, Jakarta.
dokumen-dokumen tentang kegiatan
kalibrasi lebih banyak mengacu pada
specifikasi alat ukur. Yang dapat dianggap
sebagai metode kalibrasi hanya beberapa
standar acuan saja misalnya ASTM E 542
atau AS 2162 untuk volumetric glassware.
6.4 Pelaksanaan SNI wajib lebih banyak
dilaksanakan oleh laboratorium-
laboratorium penguji milik pemerintah,
karena adanya penunjukan dari Menteri
terkait untuk melaksanakan SNI wajib.
6.5 Perkembangan standar nasional,
pelaksanaan penilaian kesesuaian, dan
pemberlakuan standar wajib yang
digunakan oleh regulator berkaitan dengan
transaksi perdagangan internasional,
secara regional atgkungan yanional, harus
didukung dengan kebijakan yang mengacu
pada norma dan ketentuan yang
disepakati melalui PBB, WTO, lembaga
standar internasional dan kerja sama antar
lembaga akreditasi, serta melalui kerja
sama regional melalui APEC dan ASEAN.

DAFTAR PUSTAKA

1. Herudi Kartowisastro (1991), Sistem


MSTQ Nasional Prasyarat Industrialisasi,
KIPNAS V, Jakarta.
2. Herudi Kartowisastro, Setyodewati (1991),
Peran Kalibrasi, Instrumentasi, dan
Metrologi dalam Usaha Peningkatan Mutu,
Simposium Metode Metrologi dalam
Meningkatkan Kemampuan Bersaing
Kualitas Produk Indonesia, Jakarta
3. Direktori Laboratorium, Lembaga Inspeksi
dan Lembaga Sertifikasi yang telah
dikareditasi oleh Komite Akreditasi
Nasional - 2005
4. ISO/IEC 17025:2005: General
Requirements for the competence of
testing and calibration laboratories.
5. ILAC-P10:2002, ILAC Policy on
Traceability of Measuement Result, ILAC
Publication.

42

You might also like