Professional Documents
Culture Documents
ABSTRAK
Exclusive breast milk is breastfeeding without any other fluids of formula, water,
orange juice or other supplementary foods before reaching the age of 6 months. This study
aims to find out how knowledge and support obtained by mothers working in exclusive
breastfeeding in the working area of Kassi-Kassi health center Makassar. This research is a
qualitative research using phenomenology design that is real experience or life experience.
This study was conducted by conducting in-depth interviews to informants, while the sample
in this study is working mothers who have babies aged 7-12 months with sampling by
purposive sampling that is in accordance with the will of researchers with certain
considerations based on the achievement of research objectives. Data analysis in this study
is in depth (conten analysis) and presented in the form of quotes penryataan informants. The
results showed that maternal knowledge worked on exclusive breastfeeding both, and the
support gained in exclusive breastfeeding ie from self, husband, parents, friends and work
environment, but more were not exclusively breastfed compared to those exclusively
breastfed, As for the inhibition of exclusive breastfeeding is a busy work, the assumption that
breast milk is less and not able to pump breastmilk, so it is very important support from the
work environment and health personnel to provide motivation to working mothers.
I. PENDAHULUAN
Menurut World Health Organization (WHO) Air Susu Ibu eksklusif merupakan
pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan lain baik susu formula, air putih, air jeruk,
ataupun makanan tambahan lain sebelum mencapai usia 6 bulan.
Secara global bayi yang berusia 0-6 bulan disusui secara eksklusif hanya 36%
mulai periode 2007-2014 dan terjadi peningkatan hanya sebanyak 4% yaitu 40% pada
tahun 2017 (World Health Organization, 2017).
Menurut Depkes Tahun 2015 capaian ASI eksklusif belum mencapai target
Renstra yaitu 80%, di Indonesia capaian pemberian ASI eksklusif hanya mencapai
55,7%, dan menurut Provinsi, kisaran cakupan ASI eksklusif di Sulawesi Selatan 71,5%,
Sulawesi Barat 62,2%, Sulawesi Tengah 62,2%, Sulawesi Tenggara 54,4% dan Sulawesi
Utara yaitu 26,3%.
Menurut Survey Demografis Kesehatan Kota Makassar tingkat pemberian ASI
eksklusif pada tahun 2013 yaitu 67,79% atau 8.950 dari 13.203 bayi, tahun 2014
mengalami penurunan yaitu 61,03% atau 9.232 dari 15.132 bayi, dan pada tahun 2015
meningkat kembali menjadi 72,43% atau 10.723 dari 14.805 bayi.
Menurut Riskesdas Tahun 2013 menunjukkan data pemberian ASI oleh wanita
tidak bekerja lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian ASI oleh Wanita bekerja,
yaitu sebesar 80,2%, sedangkan oleh wanita bekerja yaitu 75,3% (Depkes, 2015).
Bentuk dukungan ibu menyusui yang kembali bekerja dilindungi oleh Negara
Indonesia dengan menjamin hak ibu bekerja agar dapat terus memberikan ASI eksklusif
selama enam bulan adapun peraturan perundangan yang mengatur hal tersebut pasal 83
Undang-undang No. 13/2003 tentang ketenagakerjaan yaitu pekerja/buruh perempuan
yang anaknya masih menyusu harus diberi kesempatan sepatutnya untuk menyusui
anaknya jika hal itu harus dilakukan selama waktu kerja (Maryuni, 2012).
Berbagai upaya yang telah dilakukan pemerintah kota Makassar untuk
meningkatkan pemberian ASI eksklusif seperti, peraturan Walikota Nomor 49 tahun
2012 tentang Pemberian ASI eksklusif, pelatihan konseling dan Motivator ASI,
pembinaan dan pengawasan pemberian ASI eksklusif di rumah sakit dan rumah sakit
bersalin, pembuatan ruang laktasi di tempat-tempat umum, sosialisasi dan kampanye
ASI, KIE melalui media cetak dan elektronik, dan peningkatan komitmen dan kapasitas
stakeholder dalam meningkatkan , melindungi dan mendukung pemberian ASI (Dinkes
Kota Makassar, 2015).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Intan Agustina dengan judul
keberhasilan ibu bekerja memberikan ASI eksklusif di Yogyakarta pada tahun 2015
dengan hasil penelitiannya mengemukakan bahwa ibu bekerja memiliki strategi tertentu
untuk mencapai keberhasilan dalam memberikan ASI eksklusif. Pendidikan, penyediaan
fasilitas, dan kebijakan menyusui ditempat bekerja perlu diberikan kepada ibu bekerja.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Kassi-Kassi
Kecamatan Rappocini Kota Makassar, didapatkan data cakupan Pemberian ASI eksklusif
pada tahun 2017 yaitu sebanyak 342 dari 1.307 bayi.
Menurut Susanti, 2016 adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI
eksklusif antara lain usia ibu, tingkat pendidikan, pengetahuan, dukungan dari sekitar ibu
serta status pekerjaan ibu. Namun, dikarenakan keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti,
maka peneliti memilih dua fokus peneltian yang akan diteliti yaitu pengetahuan ibu
bekerja dan dukungan yang didapatkan dalam pemberian ASI eksklusif.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai Studi Kualitatif Pemberian ASI Eksklusif Oleh Wanita Bekerja di
Wilayah Kerja Puskesmas Kassi-Kassi Makassar.
“……iya waktu pertama ji toh sudah melahirkan yang anak pertama, ASI
eksklusif? Anu tidak dicampur toh sama susu formula, (usia berapa tidak
dicampur?) mulai 0 bulan sampai 2 tahun” (NY. Y, 35 tahun)
“……iya, pendapatku saya setuju sekali sama ASI eksklusif eeee…karena
itu kan emmm berpengaruh juga di daya tahan tubuhnya anak-anak toh
eeee… seperti ini anakku dua orang ini dia ASI sampai….masih sekarang ini
juga eeee dan eee khasiatnya memang terasaki di anak-anak, ASI eksklusif
itu adalah ASI, ASI….eee…ASI terus menerus toh ,…maksudnya ASI tanpa
ada bantuan sufor selama eee.. kurang lebih 2 tahun, ASI eksklusif, eee 2
tahun toh, 3 tahun sih yang pertama kalau anakkku, iya 2 tahun lah” (Ny. I,
32 tahun)
“……iya, eeee…. ASI yang diberikan secara langsung dari ibu eee.. cumin
saya kemarin memang nggak ASI eksklusif sampai 2 tahun cuman 4 bulan
aja” (Ny. A, 32 tahun)
“……manfaatnya itu kan, kalau ASI setau saya sih larinya keotak toh,
makanya emmm….anak-anak yang ASI sih yang dua itu utamanya jadi
otaknya yang dikasi makan dan sistem imunnya begitu, bukan badannya kan,
beda kalau susu formula, kalau susu formula kan anaknya gemuk-gemuk
karena isinya kan glukosa kalau ASI hehe dia tidak lari….. ke itu ke…
badan toh untuk otak saja sama system imun sih kalau saya setaunya” (NY.
A, 32 tahun)
“……manfaatnya ASI …..banyak sekali manfaatnya terasa sekali karena
itumi yang pertama daya tahan tubunya anak-anak , yang kedua
eee….berpengaruh mungkin agak cepatki tangkap kalau anak yang ASI toh,
terus …. Tidak gemuk sih kalau anak ASI, tidak ada anakku yang gemuk
juga, ndak ada yang gemuk tapi sehat, alhamdulillah” (Ny. I, 32 tahun)
“biasanya saya tinggal toh, anaknya saya tinggal tapi ada yang jagain,
habis itu kalau ta 2 jam mi begitu toh balik meka kerumah baru saya kasi
tete, kalau masih bayi ki nah….belum cukup 6 bulan begitu he tapi kalau
sudah diatas 6 bulan saya bawa kesekolah ji, jadi kalau disekolah kan adaji
ruang guru toh tinggal kasi tidur situ, masuk dikelas kan mengajar kan
sambil digendong, kan ada penggendong, adaji alat penggendong toh,
sambil digendong sambil mengajar susah amat hehehe tiba jam netenya
dikasi turun lagi” (NY. A, 32 tahun)
“kalau pergi kerja tidak dikasi apa-apa minum air putih ji, kalau pas
datang baru dikasi ASI ( kalau pergi kerja?) air putih ji iya mulai 6 bulan
saya kasimi susu formula dia lebih suka tete, masih menyusui sampai
sekarang” (NY. Y, 35 tahun)
“oh kalau saya pergi kerja, kalo dulu awal-awal ASInya masih banyak saya
kadang pumpingkan, eee tapi ini semenjak, mungkin pengaruh anu toh
capek, stress kerja jadi tidak terlalu banyakmi ASInya, nanti dirumah baru
saya kasi ASI, kalau berangkat kerja susu formula, jadi semenjak saya kerja
umur, umur 5, 4, ya 5 bulan saya campur jadi bukan eksklusif ini dia karena
dicampurmi toh, tapi masih ASI sekarang umur 10 bulan, cuman nanti kalau
dirumah, kalo keluar kerja titp sini pake susu formula (kalau dirumah
biasanya berapa jam ?) kalau ini dia kan kuat minumkayaknya itu satu-satu
jam, kalau init oh kadang juga nda kadang baring-baring nda menentu
paling lama mungkinlah 1 jam kadang setengah jam baring-baring ini lagi9
tapi sambil nenen lagi” (NY. S, 39 tahun)
“5 bulan 30 hari, itu yang benar toh bukan 6 bulan yang benar itu 5 bulan
30 hari, pisang ambon, pisan dikerup toh dikrok sama ASInya dicampu ituji,
3 hari pengenalan, habis itu pengenalan lagi alpukad 3 hari” (Ny. A, 32
tahun
“…..umur 6 bulan, bubur, bubur instan ji, kayak sun, bubur anu organic”
(Ny. Y, 35 tahun)
“….6…..bulan (apa yang pertama diberikan?) emmmm apa dih buah-
buahan, oh yang pertama? Anuji kalau yang pertama itu masih …..apakah
itu kayak milna-milna yang cair itu, saya kasi cair, ya….nanti kalau
mungkin selama….kurang lebih 1 bulan lah baru saya ke bubur campur
buahmi, bubur yang dibuatkan tapi awal-awalnya itu milnaji yang saya kasi
cair dulu pengenalan” (Ny. I, 32 tahun)
“….6 bulan, itu hari saya kasi pertamanya….kasi pisang cuman dia ndak
mau, akhirnya saya kasi makanan instan hehe karena dia ndak mau pisang
ndak mau buah apa, akhirnya makanan instan saya kasi, iya bubur instan”
(Ny. A umur 32 tahun)
“….. lingkungan toh, eeee ini, kluarga, suami, orang tua, saudara, lingkungan
kerja juga kebetulan saya kerja di rumah sakit hehehe saya di syeh yusuf,
(dukungan yang bagaiman itu yang diberikan) eee..apa eee usahakan ASI
sampai 6 buan eksklusiif, tapi ee umumnya kita dikantor ngerti lah kalau kita itu
eee terbatas karena pekerjaan mungkin, baru kalau anak cowokkan kuat minum
eeee kalau dipumpingkan nggak cukup, terpaksa saya bantu ( jadi umur 5 bulan
kita bantu?) iya, semenjak say masuk kerjami, saya kan kemarin cuti 4 bulan lah
yah, semenjak saya masuk kerja sudahmi saya bantumi, tapi nanti kalau ini
pulang dititip gini atau dirumah toh sama bapaknya ji , kalau saya sudah pulang
kasi ASI” (Ny. S, 39 tahun)
Astutik, Yuli R, 2015, Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui. Trans Info Media.
Jakarta
Dahlan, Arvina, dkk, 2015, Hubungan Status Pekerjaan dengan Pemberian ASI
eksklusif, (online). http:// jurnal. Unimus.ac.id. diakses tanggal 20 Mei 2018
Lestari, Titik, 2015, Kumpulan Teori untuk Kajian Pustaka Penelitian Kesehatan. Nuha
Medika. Yogyakarta
Maryunani, Anik, 2012, Inisiasi Menyusui Dini dan ASI Eksklusif dan Manajemen
Laktasi. Trans Info Media. Jakarta
Pollard, Maria, 2016, ASI Asuhan Berbasis Bukti. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta
Saryono dan Anggraeni, Dwi M, 2011, Metodologi Penelitian Kualitatif. Nuha Medika.
Jakarta
Setiyowati, widya, 2014, Hubungan Pengetahuan tentang ASI Eksklusif pada Ibu
Bekerja dengan Pemberian ASI Eksklusif, (online). http:// sinta. Unud.ac.id.
diakses tanggal 22 Mei 2018
Susanti, Niluh Ayu S, 2016, Pengalaman Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu yang
Mempunyai Beban Kerja Ganda, (Online). https://sinta.unud.ac.id. Diakses
tanggal 02 November 2017
World Health Organization (WHO), 2012, Infant and Young Child Feeding.
World health Organization, 2017
Zakiah, Ummu, 2009, Kualitas Pelayanan Temu Wicara Dalam Kunjungan Keempat
Pemeriksaan Kehamilan Di Puskesmas Sikumana Kota Kupang. Politeknik
Kesehatan Makassar. Makassar