You are on page 1of 13

STUDI KUALITATIF PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF OLEH WANITA

BEKERJA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS


KASSI-KASSI MAKASSAR

Rafika1], Subriah2], Asmawati Gasma3]


1]
Mahasiswa Prodi DIV Kebidanan Poltekkes Kemenkes Makassar
2]
Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Makassar
3]
Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Makassar
Email: Fikarafika315@gmail.com

ABSTRAK

Exclusive breast milk is breastfeeding without any other fluids of formula, water,
orange juice or other supplementary foods before reaching the age of 6 months. This study
aims to find out how knowledge and support obtained by mothers working in exclusive
breastfeeding in the working area of Kassi-Kassi health center Makassar. This research is a
qualitative research using phenomenology design that is real experience or life experience.
This study was conducted by conducting in-depth interviews to informants, while the sample
in this study is working mothers who have babies aged 7-12 months with sampling by
purposive sampling that is in accordance with the will of researchers with certain
considerations based on the achievement of research objectives. Data analysis in this study
is in depth (conten analysis) and presented in the form of quotes penryataan informants. The
results showed that maternal knowledge worked on exclusive breastfeeding both, and the
support gained in exclusive breastfeeding ie from self, husband, parents, friends and work
environment, but more were not exclusively breastfed compared to those exclusively
breastfed, As for the inhibition of exclusive breastfeeding is a busy work, the assumption that
breast milk is less and not able to pump breastmilk, so it is very important support from the
work environment and health personnel to provide motivation to working mothers.

Keywords : Exclusive breastfeeding, working women

I. PENDAHULUAN
Menurut World Health Organization (WHO) Air Susu Ibu eksklusif merupakan
pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan lain baik susu formula, air putih, air jeruk,
ataupun makanan tambahan lain sebelum mencapai usia 6 bulan.
Secara global bayi yang berusia 0-6 bulan disusui secara eksklusif hanya 36%
mulai periode 2007-2014 dan terjadi peningkatan hanya sebanyak 4% yaitu 40% pada
tahun 2017 (World Health Organization, 2017).
Menurut Depkes Tahun 2015 capaian ASI eksklusif belum mencapai target
Renstra yaitu 80%, di Indonesia capaian pemberian ASI eksklusif hanya mencapai
55,7%, dan menurut Provinsi, kisaran cakupan ASI eksklusif di Sulawesi Selatan 71,5%,
Sulawesi Barat 62,2%, Sulawesi Tengah 62,2%, Sulawesi Tenggara 54,4% dan Sulawesi
Utara yaitu 26,3%.
Menurut Survey Demografis Kesehatan Kota Makassar tingkat pemberian ASI
eksklusif pada tahun 2013 yaitu 67,79% atau 8.950 dari 13.203 bayi, tahun 2014
mengalami penurunan yaitu 61,03% atau 9.232 dari 15.132 bayi, dan pada tahun 2015
meningkat kembali menjadi 72,43% atau 10.723 dari 14.805 bayi.
Menurut Riskesdas Tahun 2013 menunjukkan data pemberian ASI oleh wanita
tidak bekerja lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian ASI oleh Wanita bekerja,
yaitu sebesar 80,2%, sedangkan oleh wanita bekerja yaitu 75,3% (Depkes, 2015).
Bentuk dukungan ibu menyusui yang kembali bekerja dilindungi oleh Negara
Indonesia dengan menjamin hak ibu bekerja agar dapat terus memberikan ASI eksklusif
selama enam bulan adapun peraturan perundangan yang mengatur hal tersebut pasal 83
Undang-undang No. 13/2003 tentang ketenagakerjaan yaitu pekerja/buruh perempuan
yang anaknya masih menyusu harus diberi kesempatan sepatutnya untuk menyusui
anaknya jika hal itu harus dilakukan selama waktu kerja (Maryuni, 2012).
Berbagai upaya yang telah dilakukan pemerintah kota Makassar untuk
meningkatkan pemberian ASI eksklusif seperti, peraturan Walikota Nomor 49 tahun
2012 tentang Pemberian ASI eksklusif, pelatihan konseling dan Motivator ASI,
pembinaan dan pengawasan pemberian ASI eksklusif di rumah sakit dan rumah sakit
bersalin, pembuatan ruang laktasi di tempat-tempat umum, sosialisasi dan kampanye
ASI, KIE melalui media cetak dan elektronik, dan peningkatan komitmen dan kapasitas
stakeholder dalam meningkatkan , melindungi dan mendukung pemberian ASI (Dinkes
Kota Makassar, 2015).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Intan Agustina dengan judul
keberhasilan ibu bekerja memberikan ASI eksklusif di Yogyakarta pada tahun 2015
dengan hasil penelitiannya mengemukakan bahwa ibu bekerja memiliki strategi tertentu
untuk mencapai keberhasilan dalam memberikan ASI eksklusif. Pendidikan, penyediaan
fasilitas, dan kebijakan menyusui ditempat bekerja perlu diberikan kepada ibu bekerja.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Kassi-Kassi
Kecamatan Rappocini Kota Makassar, didapatkan data cakupan Pemberian ASI eksklusif
pada tahun 2017 yaitu sebanyak 342 dari 1.307 bayi.
Menurut Susanti, 2016 adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI
eksklusif antara lain usia ibu, tingkat pendidikan, pengetahuan, dukungan dari sekitar ibu
serta status pekerjaan ibu. Namun, dikarenakan keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti,
maka peneliti memilih dua fokus peneltian yang akan diteliti yaitu pengetahuan ibu
bekerja dan dukungan yang didapatkan dalam pemberian ASI eksklusif.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai Studi Kualitatif Pemberian ASI Eksklusif Oleh Wanita Bekerja di
Wilayah Kerja Puskesmas Kassi-Kassi Makassar.

II. METODE PENELITIAN


Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi,
yang berfokus pada pemberian ASI eksklusif oleh wanita bekerja dimana fokus
penelitian yaitu, pengetahuan ibu bekerja mengenai pemberian ASI eksklusif dan
dukungan yang didapatkan ibu bekerja dalam pemberian ASI eksklusif. Tempat
penelitian adalah di Wilayah Kerja Puskesmas Kassi-Kassi, Kecamatan Rappocini, Kota
Makassar.
Pengambilan sampel dilakukan menggunakan metode purposive sampling yaitu
terdiri dari 7 orang informan utama ibu bekerja dan informan kunci sebanyak 2 orang.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pedoman wawancara yang mengacu
pada fokus penelitian dan didukung dengan alat bantu elektronik berupa alat perekam
suara, dan kamera.
Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam terhadap
informan utama dan informan kunci. Informan utama adalah ibu bekerja yang memiliki
bayi usia 7-12 bulan yang tinggal di Wilayah Kerja Puskesmas Kassi-kassi Makassar dan
informan kunci yaitu ahli gizi dan bidan KIA yang bekerja di Puskesmas Kassi-kassi
Makassar. Wawancara mendalam digunakan dengan tujuan mengetahui pengetahuan ibu
bekerja mengenai pemberian ASI eksklusif dan dukungan yang didapatkan dalam
pemberian ASI eksklusif. Analisis data dalam penelitian ini yaitu secara mendalam
(conten analysis) dan disajikan dalam bentuk kutipan-kutipan penryataan dari informan
utama dan informan kunci.

III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. HASIL PENELITIAN
1. Pengetahuan
a. Waktu kerja
“……jam 8 pulang jam 5” (NY. M, 30 tahun)
“….. saya perginya jam 9, pulang jam-jam begini setengah 7, setengah 8
paling lama toh, paling cepet biasa jam 5” (NY. S, 39 tahun
“…..jammm setengah 9 atau jam 9, pulang jammm, sampai dirumah jam 6
atau jam 7” (Ny. I, 32 tahun)
“……saya biasa jam setengah 8 sampai jam 4, ini jam kerjanya yah?, oh
iya sampai jam 4” (Ny. A, 32 tahun)

Dari wawancara yang dilakukan pada 4 informan diatas rata-rata


meninggalkan bayinya untuk berangkat bekerja yaitu kurang lebih 9 jam.

“ jam 8, pulang jam 2 biasa jam 2 lewat” (NY. F, 24 tahun)


“ sayaaaa berangkat jam 7, kalau pulang paling lama selesai kelas jammm
setengah 1 biasa…..hampir jam 1 lah” (NY. A, 32 tahun)
“ setengah 2 sampai setengah 6” (NY. Y, 35 tahun)

Dari wawancara yang dilakukan pada tiga informan diatas lama


bekerja di luar rumah dan meninggalkan bayinya selama kurang lebih 5 jam.
b. Pendapat tentang ASI eksklusif
“……iya, ASI 6 bulan, emm iya 6 bulan toh, eeee yang 2 tahun kan ada
pendamping ASInya toh, kalau 6 bulan Cuma ASI saja” (NY. M, 30 tahun)
“……iya, ASI eksklusif itu adalaaah pemberian ASI 6 bulan tanpa dicampur
dengan hehehe susu formula jadi to’ ASI saja toh dari lahir biar air putih
tidak ada” (NY. A, 32 tahun)
“……eeee ini oh dari umur 1 sampai 6 bulan pemberian ASI, ASI… ASI
terus menerus tidak campur formula, nda campur toh kalau ASI eksklusif
kalau saya” (NY. S, 39 tahun)

Dari wawancara dengan tiga informan inti diatas diketahui bahwa


semua pernah mendengar tentang ASI Eksklusif dan pengertian ASI
eksklusif yaitu pemberian ASI sampai 6 bulan tanpa dicampur dengan
makanan dan minuman lainnya termasuk susu formula.

“……..pernah, baik sekali sebenarnya saya mau minimal sampai 6 bulan


tapi kadar Allah tidak bisa, tidak sanggupki kupompa, biasa tidak cukupki,
jadi dibantumi sama sufor, ASI eksklusif itu pemberian ASI toh, Air Susu Ibu
sampai minimal umur 6 bulan kalau bisa dilanjutkan sampai umur 2 tahun”
(NY. F, 24 tahun)

Dari wawancara mendalam yang dilakukan pada informan inti diatas


yaitu pernah mendengar tentang ASI eksklusif dan pendapatnya tentang ASI
eksklusi yaitu pemberian ASI saja minimal 6 bulan dan bisa dilanjutkan
sampai 2 tahun, ASI sangat baik, namun tidak bisa ASI eksklusif karena
tidak sanggup untuk memompa dan ASInya tidak cukup sehingga bayinya
dibantu dengan susu formula.

“……iya waktu pertama ji toh sudah melahirkan yang anak pertama, ASI
eksklusif? Anu tidak dicampur toh sama susu formula, (usia berapa tidak
dicampur?) mulai 0 bulan sampai 2 tahun” (NY. Y, 35 tahun)
“……iya, pendapatku saya setuju sekali sama ASI eksklusif eeee…karena
itu kan emmm berpengaruh juga di daya tahan tubuhnya anak-anak toh
eeee… seperti ini anakku dua orang ini dia ASI sampai….masih sekarang ini
juga eeee dan eee khasiatnya memang terasaki di anak-anak, ASI eksklusif
itu adalah ASI, ASI….eee…ASI terus menerus toh ,…maksudnya ASI tanpa
ada bantuan sufor selama eee.. kurang lebih 2 tahun, ASI eksklusif, eee 2
tahun toh, 3 tahun sih yang pertama kalau anakkku, iya 2 tahun lah” (Ny. I,
32 tahun)
“……iya, eeee…. ASI yang diberikan secara langsung dari ibu eee.. cumin
saya kemarin memang nggak ASI eksklusif sampai 2 tahun cuman 4 bulan
aja” (Ny. A, 32 tahun)

Dari wawancara dengan 3 informan inti diatas mengenai ASI


eksklusif yaitu semua pernah mendengar dan pendapatnya tentang ASI
eksklusif yaitu pemberian ASI tanpa bantuan susu formula dan diberikan
ASI sampai 2 tahun.
c. Tradisi-tradisi atau kebiasaan-kebiasaan tentang pemberian ASI
“….sebelum ASI, tidak adaji” (NY. M umur 30 tahun)
“……emmm.. nda, ndak adaji karena kalau eeee..sama anakku langsung ji
eee..menyusui langsung” (Ny. I umur 32 tahun)
“…..nggak sih, ngasi itu aja ASI” (Ny. A umur 32 tahun)

Dari petikan wawancara dari tiga informan diatas mengatakan


bahwa tidak ada tradisi-tradisi atau kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan
dalam pemberian ASI tetapi langsung menyusui

“…..eeee…..apa dih, cuci payudara toh” (NY. F, 24 tahun)


“….tidak ada, ituji kalau pulang kerja begitu dicuci dulu toh, dicuci dulu
nenennya hehe baru dikasi, ituji” (NY. S, 39 tahun)

Dari wawancara yang dilakukan pada dua informan diatas


didapatkan informasi bahwa kebiasaan yang dilakukan dalam pemberian
ASI eksklusif yaitu mencuci payudara terlebih dahulu sebelum memberikan
ASI kepada bayi.

“…..oh kalau kebiasaan, saya…. Biasanya bahagia dulu baru kasi


tete,hehehe kalau saya tidak bahagia tidak keluar ASInya, ndak adaji
tradisi-tradisi begitu ndak adaji”. (NY. A, 32 tahun)

Dari wawancara mendalam yang dilakukan pada informan di atas


mengatakan bahwa dalam pemberian ASI tidak ada tradisi yang dilakukan
tetapi harus selalu bahagia sebelum memberikan ASI supaya ASI lancar.

“……rajin minum daun katuk untuk penambah darah, penambah ASI”


(NY. Y, 35 tahun)

Dari wawancara mendalam yang dilakukan pada informan diatas


yaitu kebiasaan yang dilakukan dalam pemberian ASI yaitu rajin untuk
minum daun katuk yang berguna untuk menambah darah dan melancarkan
ASI.
d. Manfaat ASI
“…..pencernaannya?, kan beda kalau susu formula dia lambat
pencernaaannya, kalau ASI baguski, cepat, terus eeee..apalagi pencernaan
sama beolnya kalau susu formula biasa keras , biasa lembek, kalau ASI
normalji, kan saya punya dua anak toh, yang satu ASI yang satu bukan ,susu
formula, kalau dia ASI baguski daya tahan tubuhnya” (NY. M, 30 tahun)
“….untuk kekebala tubuh lebih baik, menghindari penyakit-penyakit yang
berbahaya, ketahanan tubuh itu lebih penting, kekebalan tubuh” (NY. Y, 35
tahun)
“…..manfaatnya itu, satu, daya tahan tubuh anak toh, terus apa dih iya
kekebalan tubuh, terus pertumbuhannya mungkin yah, eeee..apalagi, oh ini
ee apa kontak batin ke ibu lebih dekat toh” (NY. S, 39 tahun)
“…….apa dih, kan itu ASI sebenarnya sehatki, baru bikin system imunnya
bayi toh, nakasi kuatki sistem imunnya bayi, tidak mudah sakit, bagus juga
bedeng untuk kecerdasannya, emosionalta sama bayita,begitu” (NY. F, 24
tahun)
“……ya….paling susu paling terbaik buat bayi, ya itu aja sih paling baik
dari susu formula” (Ny. A, 32 tahun)

Dari wawancara mendalam yang dilakukan pada informan di atas di


dapatkan informasi tentang manfaat ASI yaitu susu yang paling baik
dibandingkan dengan susu formula, untuk meningkatkan daya tahan tubuh
bayi agar terhindari dari berbagai macam penyakit, sistem pencernaan bayi
bagus apabila diberikan ASI dibandingkan dengan susu formula,
kecerdasannya bagus, dan emosionalnya, serta kontak batin antara ibu dan
bayi lebih dekat.

“……manfaatnya itu kan, kalau ASI setau saya sih larinya keotak toh,
makanya emmm….anak-anak yang ASI sih yang dua itu utamanya jadi
otaknya yang dikasi makan dan sistem imunnya begitu, bukan badannya kan,
beda kalau susu formula, kalau susu formula kan anaknya gemuk-gemuk
karena isinya kan glukosa kalau ASI hehe dia tidak lari….. ke itu ke…
badan toh untuk otak saja sama system imun sih kalau saya setaunya” (NY.
A, 32 tahun)
“……manfaatnya ASI …..banyak sekali manfaatnya terasa sekali karena
itumi yang pertama daya tahan tubunya anak-anak , yang kedua
eee….berpengaruh mungkin agak cepatki tangkap kalau anak yang ASI toh,
terus …. Tidak gemuk sih kalau anak ASI, tidak ada anakku yang gemuk
juga, ndak ada yang gemuk tapi sehat, alhamdulillah” (Ny. I, 32 tahun)

Dari wawancara yang dilakukan pada informan inti diatas didapatkan


informasi bahwa pemberian ASI berpengaruh ke kecerdasan bayi dan system
imunnya bukan ke badannya sehingga bayi yang diberikan ASI tidak gemuk
tapi sehat.
e. Cara pemberian ASI eksklusif oleh wanita bekerja
“……kalau dirumah langsungji, kalau ke kantor saya anu pompa, pumping,
pakai dot tapi ASI biasa dapat 3-4 botol dalam satu hari dibawah 6 bulan
kalau sekarang ndami ” (NY. M, 30 tahun)
“……kalau ASI eeee kalau dirumah nda anuji, direct ji, langsung ji toh eee
kalau kerja saya pompa, pompa dikantor, kalau ini sekarang jarangmi saya
pompa karena makanmi juga toh, (kalau pergi kerja?) saya pompa, saya
pompa pokoknya setiap 2 bjam waktu masih bayi naik-naik sedikit umurnya
setiap 3 jam” (Ny. I, 32 tahun)
“……di pumping, dipumping, disimpen, nanti kalau mau dikasiin dicairin
dulu diangetin (kalau dirumah?) langsung kalau di rumah iya langsung ndak
perlu dipumping ( berapa jam dikasi?) 2 jam tapi tergantung bayinya juga,
kalau dia belum sampai 2 jam menangis yan minta langsung dinenenin aja”
(Ny. A, 32 tahun)

Dari wawancara mendalam yang dilakukan pada tiga informan di


atas mengatakan bahwa cara memberikan ASI pada saat di rumah yaitu
menyusui langsung sedangkan pada saat pergi bekerja yaitu ASI dipompa di
masukkan kedalam dot waktu bayi masih umur dibawah 6 bulan tapi setelah
umurnya diatas 6 bulan sudah tidak dipompa dan cara pemberiannya yaitu
ASI dihangatkan dulu.

“……kalau dulu toh….sebenarnya kukasi anuji toh kukasi ASI langsungji


dari payudaraku, kerja juga biasanya kubawaji cuman kadang-kadang ku
eee kukasi dot kukasi pompa toh baru kasi dot tapi lama kelamaan terlalu
anumi kubantumi sufor (berapa bulan baru dikasi?) 5 hampir 6, hamper
sebenarnya lewat itu hampirmi melewati yang 6 bulan itu, yang semestinya
toh, menyesalka juga hehe” (NY. F, 24 tahun)

Dari wawancara yang di lakukan pada informan di atas diketahui


bahwa cara pemberian ASI pada saat di rumah yaitu langsung dari payudara
sedangkan pada saat pergi bekerja yaitu kadang bayinya dibawah kekantor
dan kadang juga di pompa dimasukkan ke dot tapi pada umur 5 bulan sudah
dibantu dengan susu formula.

“biasanya saya tinggal toh, anaknya saya tinggal tapi ada yang jagain,
habis itu kalau ta 2 jam mi begitu toh balik meka kerumah baru saya kasi
tete, kalau masih bayi ki nah….belum cukup 6 bulan begitu he tapi kalau
sudah diatas 6 bulan saya bawa kesekolah ji, jadi kalau disekolah kan adaji
ruang guru toh tinggal kasi tidur situ, masuk dikelas kan mengajar kan
sambil digendong, kan ada penggendong, adaji alat penggendong toh,
sambil digendong sambil mengajar susah amat hehehe tiba jam netenya
dikasi turun lagi” (NY. A, 32 tahun)

Dari wawancara mendalam yang dilakukan pada informan diatas


mengatakan bahwa cara pemberian ASI pada saat bekerja yaitu ketika
bayinya masih umur dibawah 6 bulan ditinggal di rumah dan setiap 2 jam
kembali lagi kerumah untuk menyusui tapi ketika sudah usia diatas 6 bulan
baru dibawah kesekolah sambil degendong sambil mengajar.

“kalau pergi kerja tidak dikasi apa-apa minum air putih ji, kalau pas
datang baru dikasi ASI ( kalau pergi kerja?) air putih ji iya mulai 6 bulan
saya kasimi susu formula dia lebih suka tete, masih menyusui sampai
sekarang” (NY. Y, 35 tahun)

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan pada informan diatas


diketahui bahwa pemberian ASI pada saat pergi bekerja yaitu tidak diberikan
apa-apa Cuma air putih saja kalau sudah datang dari bekerja baru diberikan
ASI dan pada saat usia 6 bulan diberikan susu formula tapi bayinya lebih
suka ASI dan sampai sekarang masih menyusui.

“oh kalau saya pergi kerja, kalo dulu awal-awal ASInya masih banyak saya
kadang pumpingkan, eee tapi ini semenjak, mungkin pengaruh anu toh
capek, stress kerja jadi tidak terlalu banyakmi ASInya, nanti dirumah baru
saya kasi ASI, kalau berangkat kerja susu formula, jadi semenjak saya kerja
umur, umur 5, 4, ya 5 bulan saya campur jadi bukan eksklusif ini dia karena
dicampurmi toh, tapi masih ASI sekarang umur 10 bulan, cuman nanti kalau
dirumah, kalo keluar kerja titp sini pake susu formula (kalau dirumah
biasanya berapa jam ?) kalau ini dia kan kuat minumkayaknya itu satu-satu
jam, kalau init oh kadang juga nda kadang baring-baring nda menentu
paling lama mungkinlah 1 jam kadang setengah jam baring-baring ini lagi9
tapi sambil nenen lagi” (NY. S, 39 tahun)

Dari wawancara mendalam yang dilakukan pada informan diatas di


ketahui bahwa pemberian ASInya pada saat di awal-awal ASInya masih banyak
sering di pompa tetapi karena factor stress, capek kerja produksi ASInya
berkurang sehingga tidak dipompa dan bayi disusui ketika pulang kerja, ketika
bayi usia 5 bulan diberikan susu formula sehingga tidak eksklusif.
f. Usia pemberian MP-ASI pertama pada bayi
“…….6 bulan, eeee…pisang, yang penting buah-buahan toh yang pertama”
(Ny. M, 30 tahun)
“…..6……(apa yang pertama diberikan), pisang” (Ny. F, 24 tahun)
“…..6 bulan, (apa yang pertama diberikan?) ini bubur saring, yang di
eh..bukan saring mallah saya blender pisang, neneknya suka kasi pisang”
(Ny. S, 39 tahun)

Dari wawancara mendalam yang dilakukan pada informan diatas


didapatkan informasi mengenai kapan pertama kali memberikan MP-ASI
yaitu pada umur 6 bulan dan makanan pertama yang diberikan yaitu pisang

“5 bulan 30 hari, itu yang benar toh bukan 6 bulan yang benar itu 5 bulan
30 hari, pisang ambon, pisan dikerup toh dikrok sama ASInya dicampu ituji,
3 hari pengenalan, habis itu pengenalan lagi alpukad 3 hari” (Ny. A, 32
tahun

Dari wawancara yang dilakukan pada informan diatas mengatakan


bahwa pertama kali memberikan MP-ASI pada bayi yaitu umur 5 bulan 30
hari dan makanan pertama yang diberikan yaitu pisang ambon dikerup dan
dicampur dengan ASI sampai 3 hari untuk pengenalan kemudian dilanjutkan
lagi dengan buah alvukad selama 3 hari.

“…..umur 6 bulan, bubur, bubur instan ji, kayak sun, bubur anu organic”
(Ny. Y, 35 tahun)
“….6…..bulan (apa yang pertama diberikan?) emmmm apa dih buah-
buahan, oh yang pertama? Anuji kalau yang pertama itu masih …..apakah
itu kayak milna-milna yang cair itu, saya kasi cair, ya….nanti kalau
mungkin selama….kurang lebih 1 bulan lah baru saya ke bubur campur
buahmi, bubur yang dibuatkan tapi awal-awalnya itu milnaji yang saya kasi
cair dulu pengenalan” (Ny. I, 32 tahun)
“….6 bulan, itu hari saya kasi pertamanya….kasi pisang cuman dia ndak
mau, akhirnya saya kasi makanan instan hehe karena dia ndak mau pisang
ndak mau buah apa, akhirnya makanan instan saya kasi, iya bubur instan”
(Ny. A umur 32 tahun)

Dari hasil wawancara yang dilakukan pada informan diatas


didapatkan informasi tentang pertama kali memberikan MP-ASI pada
bayinya yaitu umur d bulan dan makanan pertama yang diberikan yaitu
makanan instan seperti bubur instan, biscuit milna kemudian dikasi cair
sebagai pengenalan dan kemudian dilanjutkan dengan buah-buahan.
2. Dukungan dalam pemberian ASI
“……eeee……saya sendiri sih, sama teman juga, pengalaman kalau anak yang
ASI daya tahan tubuhnya bagus, kan anakku tuh yang pertama sering sakit baru
1 bulan masuk lagi rumah sakit, panas demam tapi ini ASI tidak ji, kalau
imunisasi toh pasti sakit berhari-hari, yang ASI 1 hariji sembuhmi” (Ny. M, 30
tahun)
“…….saya ji sendiri, maksudnya dorongannya itu eee… yang memotivasi saya
kasi ASI yah dirikuji sendiri karena saya lihat ee.. eee… anunya juga toh dari
segi manfaatnya anak ASI kentaraji memang toh, kebanyakan kkalau anak sufor
badannya besar toh tapi lembek, nda adaji dorongan dari saya ji juga” (Ny. I,
32 tahun)

Dari wawancara mendalam yang dilakukan pada informan di atas


didapatkan informasi bahwa dukungan yang didapatkan dalam pemberian ASI
yaitu dorongan dari dalam diri sendiri untuk memberikan ASI karena melihat
dari pengalaman bahwa ASI dapat meningkatkan kekebalan tubuh pada bayi di
bandingkan dengan susu formula.

“……banyak sekali….suamiku, mertuaku, hehe..teman-temanku semuanya


sebenarya mendukung semuaji, (dukungan yang bagaimana?) kayak
eee….nabilang iya kasi tetemi atau suamiku juga biasa, bahkan bayak itu ASI
bosterku yang bikin kasi banyak ASI toh, beli meki susu menyusui lah, teh yang
bikin lancar ASI, tapi kadar Allah eee…” (Ny. F, 24 tahun)
“……ada , banyak, suami, neneknya, eh…. Itumi makanananya toh diberikan
makanan yang anu pendukung ASI, obat-obat apa pelancar ASI” (Ny. Y, 35
tahun)
“ iya suami saya ,ayahnya eee( dukungan yang kayak bagaimana itu ibu?)
dorongan yah gimana yah haha support lah yah kasi support ASI yang paling
baik gitu” (Ny. A, 32 tahun)

Dari hasil wawancara yang dilakukan pada informan di atas bahwa


dukungan yang didapatkan untuk pemberian ASI yaitu dari suami, ibu, mertua,
dan teman dan bentuk dukungan yang didapatkan yaitu support untuk menyusui
bahwa ASI yang baik untuk bayi, minum pelancar ASI seperti teh, susu pelancar
ASI
“……ini ayah ASI ji kok, dengan dukungan seperti apa ayah? Pergi mall
hehehe belikan ini itu dih supaya bahagia toh, kalau ke mall yang ada layanan
apa namanya? Ada fasilitas menyusuinya sering kaliji kapang, MP jarang
begituan di mariji ada” (Ny. A, 32 tahun)

Dari wawancara yang dilakukan pada informan di atas mengatakan


bahwa dukungan yang di dapatkan dalam pemberian ASI yaitu suami dan bentuk
dukungan yang didapatkan yaitu selalu membuat bahagia dan pergi ke Mall yang
ada fasilitas ruangan menyusuinya.

“….. lingkungan toh, eeee ini, kluarga, suami, orang tua, saudara, lingkungan
kerja juga kebetulan saya kerja di rumah sakit hehehe saya di syeh yusuf,
(dukungan yang bagaiman itu yang diberikan) eee..apa eee usahakan ASI
sampai 6 buan eksklusiif, tapi ee umumnya kita dikantor ngerti lah kalau kita itu
eee terbatas karena pekerjaan mungkin, baru kalau anak cowokkan kuat minum
eeee kalau dipumpingkan nggak cukup, terpaksa saya bantu ( jadi umur 5 bulan
kita bantu?) iya, semenjak say masuk kerjami, saya kan kemarin cuti 4 bulan lah
yah, semenjak saya masuk kerja sudahmi saya bantumi, tapi nanti kalau ini
pulang dititip gini atau dirumah toh sama bapaknya ji , kalau saya sudah pulang
kasi ASI” (Ny. S, 39 tahun)

Dari wawancara mendalam yang dilakukan pada informan mengatakan


bahwa dukungan yang didapatkan untuk pemberian ASI yaitu dari keluarga
seperi suami, orang tua, saudara, dan juga lingkungan kerja bentuk dukungan
yang didapatkan yaitu motivasi untuk terus menyusui ASI eksklusif selama 6
bulan namun karena pekerjaan di kantor dan waktu terbatas sehingga tidak bisa
ASI eksklusif hanya sampai 5 bulan karena kalau anak cowok kuat minum
sehingga kalau di pumpingkan tidak cukup sehingga dibantu dengan pemberian
susu formula.
B. PEMBAHASAN
1. Pengetahuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita bekerja yang menyusui
meninggalkan bayinya dengan waktu yang cukup lama sehingga wanita bekerja
memiliki kesibukan lebih di tempat kerja dibandingkan di rumah dan adapun
pengetahuan wanita bekerja tentang ASI dikatakan baik, namun dari tujuh
informan yang dilakukan wawancara mendalam hanya tiga orang yang berhasil
ASI eksklusif dan empat orang yang tidak berhasil ASI eksklusif.
Pengetahuan tentang pemberian ASI eksklusif oleh wanita bekerja baik
karena dengan alasan semua pertanyaan tentang pemberian ASI eksklusif
dijawab dengan baik seperti pengertian ASI eksklusif, kebiasaan yang dilakukan
sebelum pemberian ASI, manfaat ASI, bagaimana cara pemberian ASI ketika
bekerja dan kapan MP-ASI di berikan kepada bayi, dan ini sejalan dengan
wawancara mendalam yang dilakukan kepada dua informan kunci yaitu ahli gizi
dan bidan, namun karena adanya factor- factor yang menghabat wanita bekerja
sehingga tidak berhasil ASI eksklusif yaitu, kesibukan kerja, dan beranggapan
ASInya kurang dan tidak sanggup untuk memompa ASInya.
2. Dukungan dalam pemberian ASI
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 7 informan yang dilakukan
wawancara mendalam terdapat 6 informan yang mendapat dukungan dari dalam
diri sendiri dan dukungan dari sekitarnya seperti suami, orang tua, teman dan
lingkungan kerja dalam pemberian ASI eksklusif, bentuk dukungan yang
didapatkan yaitu support atau semangat untuk terus menyusui, dan melihat
pengalaman bahwa ASI sangat bagus untuk bayi sedangakan informan yang satu
mendapatkan dukungan atau yang memotivasi untuk terus menyusui yaitu dari
dalam diri sendiri karena melihat manfaat ASI sangat baik untuk tumbuh
kembang bayi. Dalam penelitian ini, jawababan yang dikemukan oleh semua
informan inti tentang dukungan yang didapakan untuk pemberian ASI eksklusif
yaitu sejalan dengan jawaban yang dikemukakan oleh dua informan kunci yaitu
ahli gizi dan bidan.
Dalam penelitian ini dari jawaban yang diungkapkan oleh tujuh informan
tidak ada yang menyebutkan mendapatkan dukungan pemerian ASI eksklusif
dari tenaga kesehatan padahal Dukungan dari tenaga kesehatan sangat diperlukan
bagi ibu tentang pentingnya ASI eksklusif sudah harus diberikan sejak masa
antenatal, yang dilakukan oleh semua tenaga kesehatan baik bidan maupun
dokter. Peran tenaga kesehatan di ruang perawatan ibu dan bayi sangat besar,
agar setiap bayi yang dipulangkan harus menyusu (Laksmi, 2010). Kemudian
dukungan di tempat kerja juga sangat penting diberikan kepada ibu yang bekerja
dalam pemberian ASI karena dari hasil penelitian alasan tidak memberikan ASI
eksklusif yaitu stress karena kesibukan kerja.
IV. KESIMPULAN
A. Pengetahuan
Pengetahuan ibu bekerja tentang pemberian ASI eksklusif baik, namun
karena beberapa faktor mengakibatkan ibu bekerja lebih banyak yang tidak ASI
eksklusif dibandingkan dengan yang berhasil ASI eksklusif, adapun faktor yang
menghambat pemberian ASI eksklusif tersebut yaitu kesibukan kerja, anggapan
bahwa ASInya kurang dan tidak sanggup untuk memompa ASInya.
B. Dukungan dalam pemberian ASI
Dukungan yang didapatkan ibu bekerja dalam pemberian ASI eksklusif yaitu
dari diri sendiri, suami, orang tua, teman dan lingkungan kerja,dan juga sangat perlu
dukungan dari tenaga kesehatan seperi cara pemberian ASI eksklusif oleh wanita
bekerja dan adanya faktor yang membuat ibu bekerja tidak memberikan ASI
eksklusif yaitu kesibukan bekerja, anggapan bahwa ASInya kurang dan tidak
sanggup untuk memompa ASInya sehingga dari jawaban informan tersebut
dukungan yang juga sangat penting untuk ibu bekerja yaitu dukungan tempat kerja
seperti memberikan edukasi ASI eksklusif bagi karyawan, penyediaan ruang
menyusui dan freezer, dan pengaturan jam kerja shift bagi ibu menyusui.
V. REFERENSI
Anggraeni, Agustina, 2015, Keberhasilan Ibu Bekerja Memberikan ASI Eksklusif,
(online).http://ejournal.almaata.ac.id. Diakses tanggal 10 Desember 2017
Asih Yusari, dan Risnaeni, 2016, Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. CV. Trans
Info Media. Jakarta

Astutik, Yuli R, 2015, Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui. Trans Info Media.
Jakarta

Cunningham F, Garry, dkk, 2006, Obstetri Williams.Jakarta . EGC. Jakarta

Dahlan, Arvina, dkk, 2015, Hubungan Status Pekerjaan dengan Pemberian ASI
eksklusif, (online). http:// jurnal. Unimus.ac.id. diakses tanggal 20 Mei 2018

Depkes, 2013, Profil Dinas Kesehatan Indonesia, (Online).http://www.depkes.go.id.


Diakses tanggal 16 November 2017

Dinas Kesehatan Kota Makassar, 2015, Profil Kesehatan Kota Makassar,


(Online).http://dinkeskotamakassar.com. Diakses tanggal 16 November 2017)

Kelly, Paula, 2010, Asuhan Neonatus dan Bayi. EGC. Jakarta

Laksmi, Ayu, 2010, Indonesia Menyusui. IDAI. Jakarta

Lestari, Titik, 2015, Kumpulan Teori untuk Kajian Pustaka Penelitian Kesehatan. Nuha
Medika. Yogyakarta

Maulana, H.D.J, 2013, Promosi Kesehatan. EGC. Jakarta

Maryunani, Anik, 2012, Inisiasi Menyusui Dini dan ASI Eksklusif dan Manajemen
Laktasi. Trans Info Media. Jakarta

Moleong, Lexy, 2017, Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya.


Bandung

Myles, 2011, Buku Bidan. EGC. Jakarta

Pollard, Maria, 2016, ASI Asuhan Berbasis Bukti. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta

Notoatmodjo, Soekidjo, 2012, promosi kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Rineka


Cipta. Jakarta

Prawirohardjo, Sarwono, 2014, Ilmu Kebidanan. PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo. Jakarta

Rahma, Andi S, 2012, Fisiologi Laktasi. ISBN. Jakarta


Roesli, Utami, 2010, Mengenal ASI Eksklusif. Trubus Agriwidya, Anggota IKAPI.
Jakarta

Saryono dan Anggraeni, Dwi M, 2011, Metodologi Penelitian Kualitatif. Nuha Medika.
Jakarta

Setiyowati, widya, 2014, Hubungan Pengetahuan tentang ASI Eksklusif pada Ibu
Bekerja dengan Pemberian ASI Eksklusif, (online). http:// sinta. Unud.ac.id.
diakses tanggal 22 Mei 2018

Soetjiningsih, 2012, Sumber Gizi Klinik ASI. EGC. Jakarta

Sugiyono, 2013, Memahami Penelitian Kualitatif.Alfabeta. Bandung

Susanti, Niluh Ayu S, 2016, Pengalaman Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu yang
Mempunyai Beban Kerja Ganda, (Online). https://sinta.unud.ac.id. Diakses
tanggal 02 November 2017

World Health Organization (WHO), 2012, Infant and Young Child Feeding.
World health Organization, 2017

Yuliarti, Nuherti, 2015, Keajaiban ASI. C.V. Andi Offset. Yogyakarta

Zakiah, Ummu, 2009, Kualitas Pelayanan Temu Wicara Dalam Kunjungan Keempat
Pemeriksaan Kehamilan Di Puskesmas Sikumana Kota Kupang. Politeknik
Kesehatan Makassar. Makassar

You might also like