You are on page 1of 6

Berbagi Pengalaman dengan Residen di Rehabilitasi IPWL Bukit Doa

Taman Getsemane Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara

Yusuf Qordawi Siregar


Universitas Sumatera Utara
Email: yusufqordawi1998@gmail.com

Abstract
Drug abuse in Indonesia is very worrying and has become a national threat. The national threat has the
potential to disrupt the survival of the nation and state and disrupt self-defense. Drug abuse in Indonesia
has been going on for a long time and is increasing. Circulation of drug abuse threatens the hope of the
nation's young generation and is endemic almost all over the world. Being a threat to family life,
security, stability and national security. Drugs can cause a very dangerous dependence. However, its
circulation is still there today. Drug abuse has hit all walks of life, from teenagers, adults to the elderly.
Rehabilitation is one way to recover an addict and a victim of drug abuse. The government and the
private sector provide rehabilitation facilities for addicts and victims of narcotics abuse. One of the
rehabilitation facilities established by the private sector in collaboration with the government is named
IPWL Bukit Doa Taman Getsemane located in the Deli Serdang Regency area. The number of resident
addicts and victims of drug abuse is approximately 5 people. Monotonous activities make addicts and
victims of drug abuse feel bored. Therefore, while carrying out field work at IPWL Bukit Doa
Getsemane from September 06 to November 27 2021, the author as a practitioner tries to provide non-
monotonous activities such as game sessions and group discussions, namely by sharing experiences with
fellow residents.

Keywords: Rehabilitation, Drug Abus


PENDAHULUAN
Penyalahgunaan narkoba di Indonesia sangat memperhatinkan dan telah menjadi ancaman nasional.
Ancaman nasional tersebut berpotensi besar menganggu kelangsungan hidup bangsa dan negara serta
mengganggu ketahanan diri. Dan sudah berlangsung sejak lama dan semakin lama semakin meningkat.
Peredaran penyalahgunaan narkoba mengancam generasi muda harapan bangsa dan mewabah hampir di
seluruh dunia. Menjadi ancaman bagi kehidupan keluarga, keamanan, stabilitas dan ketahanan nasional.
Narkoba dapat menimbulkan ketergantungan yang sangat membahayakan. Namun, peredarannya masih
terus ada hingga kini. Penyalahgunaan narkoba telah melanda semua lapisan masyarakat, mulai dari
remaja, orang dewasa sampai lanjut usia.
Menurut Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 Pasal 1 angka 1 pengertian dari Narkotika adalah zat
atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis maupun semisintesis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan
rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantingan yang dibedakan dalam golongan- golongan sebagaimana
telah terlampir didalam udang-undang ini. Menurut Felicia (2015), Pengertian dari Rehabilitasi terhadap
pecandu narkotika adalah suatu proses pengobatan untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan dan
masa menjalani rehabilitasi tersebut diperhitungkan sebagai masa menjalani hukuman.
Upaya pemerintah untuk mengurangi peredaran narkoba di Indonesia, agar generasi bangsa tidak
terpapar oleh efek negatif zat tersebut antara lain :

1. Memberlakukan Peraturan Perundang-Undangan Pada peraturan undang-undang ini pemerintah


mengatur mengenai ketentuan hukuman atas para pengedar narkoba yaitu Undang-Undang Narkotika
Pasal 85 bahwa barang siapa yang memberikan narkotika golongan I untuk digunakan orang lain, akan
di pidana penjara paling lama 15 tahun dengan denda paling banyak 750 juta rupiah kemudian untuk
golongan II akan di pidana penjara 10 tahun
dan dikenakan denda sebesar 500 juta rupiah\
2. Membentuk Lembaga Negara yang Fokus Pada Penanganan Narkoba Pemerintah Indonesia lebih
mengedepankan peranan Kepolisian dan Badan Narkotika Nasional (BNN) dalam rangka mencegah dan
memberantas peredarannarkoba di Indonesia
3. Menyebarkan edukasi kepada masyarakat Lembaga Kepolisian dan BNN membuat program yang bersifat
edukatif tentang bahaya narkoba. Langkah edukasi tersebut melalui berbagai jalur keluarga dan memberantas
peredaran narkoba di Indonesia
4. Mengembangkan sarana untuk mendeteksi penggunaan narkoba Agar pemerintah dapat mengontrol atau
memantau kasus peredaran narkoba
5. Memberlakukan sistem tes urine dalam perekrutan anggota dalam suatu Instansi Langkah ini sangat
penting agar pemerintah dapat memastikan bahwa setiap instansi pemerintah atau swasta bersih dari kasus
penggunaan obat-obatan terlarang.

Di Indonesia, ada banyak fasilitas rehabilitasi baik yang dikelola oleh pemerintah maupun pihak
swasta. Seorang pecandu dan korban penyalahgunaan narkotika, sedikit sekali yang memiliki kesadaran
untuk melakukan rehabilitasi.Seperti di IPWL Bukit Doa Taman Getsemane, hanya sedikit pecandu dan
korban penyalahgunaan narkotika tidak sampai 5 orang yang mengajukan diri untuk menjalani
rehabilitasi. Mereka menjalankan rehabilitasi karena ditangkap oleh pihak berwenang atau intervensi
dari pihak keluarga. Sehingga mereka menjadi jenuh dan stres, ditambah dengan kegiatan yang menurut
mereka sangat monoton dan situasi ini membuat mereka memiliki tingkat kejenuhan yang tinggi.
Dengan situasi diatas,pada saat penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan di PRWL Bukit Doa
TamanGetsemane mulai tanggal 06 September 2021-27 November 2021, penulis berusaha untuk memberikan
materi yang berbedadisetiap harinya contohnya sesi permainan dan diskusi kelompok yaitu dengan berbagi
pengalaman sesama residen agar pecandu dan korban penyalahgunaan narkotika tidak mengalami kejenuhan
karena materi yang disampaikan terlalu monoton.
METODE
Secara umum metode yang dilakukan berupa tahapan intervensi, antara lain
1. Engagement
Praktikan masih berusaha untuk melakukanpendekatan dengan residen
2. Assessment
Praktikan melakukan pengkajian masalah terhadap residen. Teknik yang digunakan adalah dengan
matriks prioritas masalah. Setiap partisipan diberikan waktu untuk menyampaikan pengalamannya
kepada partisipan lain.
3. Perencanaan.
Praktikan mulai merumuskan perencanaan yang sesuai dengan masalah yang didapati pada tahap
assessment. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan direktif (instruktif), dilakukan
berlandaskan asumsi bahwa community worker (dalam hal ini adalah praktikan) tahu apa yang
dibutuhkan dan apa yang tidak dibutuhkan yang baik bagikomunitas.
4. Pengimplementasian Rencana.
Praktikan mulai melaksanakan kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan apa yang sudah direncanakan
5. Evaluasi.
Tahap terminasi, praktikan melakukan evaluasi dengan cara menanyakan kepuasan residen terhadap
kegiatan-kegiatan yangsudah dilakukan selama praktikan melakukan praktik kerja lapangan.
6. Terminasi.
Untuk mengurangi rasa jenuh residen, praktikan melakukan pemutusan hubungan terhadap residen
dengan kata lain praktikan tidak lagi melakukan kegiatan untukmengurangi rasa jenuh residen.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Setiap mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Sosial,diwajibkan untuk melakukan Praktik Kerja
Lapangan sebanyak 2 (dua) kali pada masa perkuliahan. Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang pertama untuk
ruang lingkup mikro mulai dilakukan pada perkuliahan semester 6 dan pada semester 7 untuk Praktek
Kerja Lapangan (PKL). Tujuan dari Praktek Kerja Lapangan adalah untuk mengasah kemampuan
mahasiswa dalam menerapkan ilmu yang sudah dipelajari selama di bangku kuliah. Selama masa praktik,
mahasiswa wajib memiliki partner. Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang dilaksanakan oleh penulis
(pratikan) di IPWL Bukit Doan Taman Getsemane merupakan yang kedua kali. Praktik dilakukan 3 (tiga)
kali dalam seminggu yaitu hari Selasa, Kamis dan Sabtu. Pratikan bersama seorang teman dari jurusan yang
sama.
Untuk 2 (dua) minggu pertama, praktikan masih melakukan pendekatan dengan residen di IPWL
Bukit Doa Taman Getsemane. Melakukan pendekatan dengan cara mengikuti kegiatan yang dilakukan
residen seperti morning meeting, sesi tools, seminar, ibadah. Ketika tidak ada kegiatan praktikan
melakukan diskusi kecil dengan santai, praktikan mulai melakukan penggalian masalah atau assessment.
Pertanyaan yang diberikan kepada residen adalah “Selama menjalani rehabilitas hal- hal apa saja yang
menimbulkan rasa jenuh ?”. Jawaban yang diberikan oleh residen yaitu mulai dari menu makanan hampir
setiap hari sama tidak ada variasi, dilarang merokok, tidak bisa berkumpul dengan keluarga, di hari libur di
kunci di kamar seharian dan program kegiatan yang monoton. Dari jawaban yang pratikan dapat, cukup
membuat praktikan terkejut hampir semua kegiatan membuat para residen merasa bosan dan jenuh selama
melaksanakan rehabilitasi. Dari hasil assessment yang dilakukan pratikan, masalah utama yang terjadi
terhadap residen adalah program kegiatan yang dilakukan setiap hari terasa mononton tidak ada variasi
kegiatan yang diberikan. Praktikan mencoba membuat suatu program kegiatan yang berbeda yaitu dengan
mengadakan diskusi kelompok. Setiap residen diberikan kesempatan untuk berbagi pengalaman hidup
tentang apa saja baik keluarga maupun teman. Dan untuk sesi permainan dibuat semenarik mungkin.
Kegiatan tersebut dilaksanakan pada setiap hari Selasa dan Sabtu pada pukul 15.00 Wib -16.00 Wib.
Selama melaksanakan kegiatan, residen mengaku sangat puas, mereka sangat senang dengan kegiatan baru
yang diberikan oleh pratikan yang PKL di IPWL Bukit Doa Taman Getsemane.
Terminasi dilakukan pada hari terakhir Praktik Kerja Lapangan yaitu pada residen yang ikut
berpartisipasi dalam kegiatan yang diadakan oleh penulis selaku pratikan. Praktikan dan Residen membuat
acara perpisahan dengan makan bersama dengan membuat ikan bakar yang dilakukan secara bersama-sama
agar menambah rasa kebersamaan sebelum para pratikan pamit pulang.
Berikut adalah gambar kegiatan residen di Rehabilitasi IPWL Bukit Doa Getsename Kabupaten Deli
Serdang, Sumatera Utara

Gambar 1. Sesi Religi

Gambar 2. Sesi Ecounter


KESIMPULAN
Dari program kegiatan yang diberikan para pratikan, membuat residen merasa senang dan gembira.
Program baru tersebut dapat mengurangi kejenuhan yang dirasakan residen dalam menjalani rehabilitasi.
Diharapkan untuk lembaga rehabilitasi agar dilakukan perbaikan khususnya untuk program kegiatan para
residen. Agar para residen betah di tempat rehabilitasi dan tidak merasa bosan.

UCAPAN TERIMAKASIH
Dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih kepada seluruh staf dan residen di IPWL Bukit
Doa Taman Getsemane Kabupaten Deli Serdang yang sudah menerima saya untuk PKL di sini.
Semoga IPWL Bukit Doa Taman Getsemane semakin berkembang dan maju.

DAFTAR PUSTAKA
Felicia, Evelyn. 2015. Kendala dan Upaya Rehabilitasi Bagi Pecandu Narkotika oleh Badan Narkotika
Nasional Provinsi (BNNP) Yogyakarta.Jurnal.Yogyakarta.

Sujono Ar, Pannel Bonny. 2011. Komentar dan Pembahasan UU No. 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika, Sinar Grafika, Jakarta.

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 TentangNarkotika

Pasal 103 ayat (2) Undang-Undang Nomor 35Tahun 2009 tentang Narkotika

You might also like