You are on page 1of 7

Jurnal Biosains Pascasarjana Vol.

22(2020) pp
© (2020) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia

PENERAPAN LATIHAN KETERAMPILAN


SOSIAL: BERMAIN PERAN PADA PASIEN
SKIZOFRENIA DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN ISOLASI SOSIAL DI RUANG
PURI MITRA RSJ MENUR SURABAYA
Herdiana Putri Larasati
Program Studi Profesi Ners Fakultas Keperawatan Dan
Kebidanan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya

ABSTRACT
Patients have difficulty in spontaneously relating to others who are manifested by isolating themselves,
not being mindful and unable to share experiences. If social isolation patients are not resolved quickly, they
can endanger the safety of themselves and others. The purpose of this research is to apply social skills training
therapy: role play with social isolation nursing problem in Puri Mitra Meniran Mental Room of Menur Surabaya.
The study design uses a case study, the subject of one patient's study with a catatonic diagnosis of schizophrenia,
with social isolation nursing issues. Methods of collection by observation, interview, physical examination, and
application of social skills training therapy: role play. Application of social skills training therapy: this role play is
performed for approximately 60 minutes every day. The application is given in SP 1 step 6 on the 9th day
indicating the patient is willing to communicate with others. Once this implementation is applied there is an increase
in interacting with others. So the more often done for patients with social isolation then very helpful and facilitate
the patient in interacting with others.

Keywords: Social Isolation, Social Skills; Role Playing

Abstrak
Pasien mengalami kesulitan dalam berhubungan secara spontan dengan orang lain yang dimanifestasikan
dengan mengisolasi diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup berbagi pengalaman. Bila pasien isolasi sosial
tidak cepat teratasi maka akan dapat membahayakan keselamatan diri sendiri maupun orang lain. Tujuan
penelitian ini untuk menerapkan terapi latihan keterampilan sosial: bermain peran dengan masalah keperawatan
isolasi sosial di Ruang Puri Mitra Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya. Desain penelitian menggunakan studi kasus,
subjek penelitian satu orang pasien dengan diagnosa medis skizofrenia katatonik, dengan masalah keperawatan
isolasi sosial. Metode pengumpulan dengan cara observasi, wawancara, pemeriksaan fisik, dan penerapan terapi
latihan keterampilan sosial: bermain peran. Penerapan terapi latihan keterampilan sosial: bermain peran
ini dilakukan selama kurang lebih 60 menit setiap hari. Penerapan tersebut diberikan dalam SP 1 langkah ke 6
di hari ke 9 menunjukkan pasien mau berkomunikasi dengan orang lain. Setelah diberikan penerapan ini terjadi
peningkatan berinteraksi dengan orang lain. Sehingga semakin sering dilakukan untuk pasien dengan isolasi sosial
maka sangat membantu dan mempermudah pasien dalam berinteraksi dengan orang lain.
Keywords: Isolasi Sosial, Keterampilan Sosial; Bermain Peran

1
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol.22(2020) pp
© (2020) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia
isolasi sosial, mengidentifikasi kerugian
1. PENDAHULUAN
tidak berinteraksi dengan orang lain,
mengidentifikasi keuntungan berinteraksi
Dewasa ini kesehatan jiwa
dengan orang lain, mengajarkan pasien cara
menjadi masalah kesehatan yang sangat
berkenalan dengan satu orang,
serius dan memprihatinkan. Menurut
menganjurkan pasien memasukkan kegiatan
WHO (World Health Organization)
latihan berbincang-bincang dengan orang
(2018), angka terjadinya gangguan jiwa
lain ke dalam kegiatan harian.
diantaranya sekitar 23 juta terkena
skizofrenia. Di Indonesia, dengan
berbagai faktor biologis, psikologis dan 2. METODE PENELITIAN
sosial dengan keanekaragaman
penduduk; maka jumlah kasus Studi kasus ini adalah studi untuk
gangguan jiwa bertambah yang mengeksplorasi Penerapan Latihan
berdampak pada penambahan beban Keterampilan Sosial: Bermain Peran pada
negara dan penurunan produktivitas pasien skizofrenia dengan masalah
manusia untuk jangka panjang. Data keperawatan Isolasi Sosial Di Ruang Puri
Riskesdas (2013) menunjukkan Mitra Surabaya.
prevalensi gangguan mental emosional Pengolahan data dilakukan sejak
yang ditunjukkan dengan gejala-gejala peneliti dilapangan, waktu pengumpulan
depresi dan kecemasan untuk usia 15 data sampai data terkumpul semua. Analisa
tahun ke atas mencapai sekitar 14 juta data dilakukan dengan cara mengemukakan
orang atau 6% dari jumlah penduduk fakta, selanjutnya membandingkan dengan
Indonesia. Sedangkan prevalensi teori yang ada dan selanjutnya akan
gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia dituangkan dalam pembahasan. Teknik
mencapai sekitar 400.000 orang atau analisis yang digunakan dengan cara
sebanyak 1,7 per penduduk. menarasikan jawaban-jawaban dari peneliti
Berdasarkan data selama bulan yang diperoleh. Teknik analisis yang
Oktober- November 2016 terdapat 30 digunakan dengan cara observasi oleh
pasien di Ruang Puri Mitra Rumah peneliti. Selanjutnya data diinterprestasikan
Sakit Jiwa Menur Surabaya didapatkan oleh peneliti untuk dibandingkan dengan
pasien perilaku kekerasan sebanyak 5 teori yang ada sebagai bahan unutk
orang (10,9%), halusinasi sebanyak 5 rekomendasi dalam intervensi tersebut.
orang (10,9%), waham sebanyak 4
orang (8,7%), defisit perawatan diri 3. HASIL PENELITIAN
sebanyak 4 orang (8,7%), harga diri
rendah sebanyak 5 orang (10,9%), dan Setelah melakukan asuhan
isolasi sosial sebanyak 7 orang (12%). keperawatan kepada pasien dengan isolasi
Dalam mengatasi masalah gangguan sosial di Rumah Sakit Jiwa Menur
interaksi pada pasien gangguan jiwa Surabaya Ruang Puri Mitra, maka akan
khususnya pasien isolasi sosial dapat membahas antara penerapan dengan
dilakukan upaya – upaya tindakan masalah yang terjadi pada pasien.
keperawatan bertujuan untuk melatih Pembahasan ini dimulai dari tahap proses
pasien melakukan interaksi sosial keperawatan yaitu: pengkajian, diagnosa
sehingga klien merasa nyaman ketika keperawatan, intervensi, implementasi, dan
berhubungan dengan orang lain. evaluasi.
Tindakan yang sudah dilakukan di Dari hasil pengkajian maka
Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya Di ditemukan masalah yang menjadi diagnosis
Ruang Puri Mitra yang mengalami prioritas yaitu isolasi sosial. Penulis
gangguan isolasi sosial ada beberapa SP memperoleh data dengan cara waawancara,
(Strategi Pelaksanaan) yaitu pada SP1 observasi, pemeriksaan fisik dan melihat
yaitu membina hubungan saling data yang ada di Ruang Puri Mitra. Analisa
percaya, mengidentifikasi penyebab data dilakukan pada tanggal 13 Oktober
2
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol.22(2020) pp
© (2020) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia
2016, didapatkan data subjektif yaitu yaitu mengevaluasi jadwal kegiatan harian
sdr.A mengalami isolasi sosial dimana pasien, memberikan kesempatan kepada
pasien hanya mengatakan,“tidak tahu” pasien untuk berkenalan dengan dua orang
dan “malu” saat ditanya. Dari data atau lebih, menganjurkan pasien
objektif pasien selalu menyendiri, memasukkan kegiatan ini ke dalam jadwal
melamun, selalu menghindar, selalu kegiatan harian. Selanjutnya pada SP1
menunduk, tidak ada kontak mata, dan keluarga yaitu mendiskusikan masalah yang
afek datar. dirasakan keluarga dalam merawat pasien,
Pada kasus kelolaan hanya menjelaskan pengertian tanda dan gejala
mengambil satu prioritas diagnosa menarik diri yang dialami pasien beserta
masalah yaitu isolasi sosial. Menurut proses teradinya, menjelaskan cara-cara
Abdul (2015), tanda dan gejala dari merawat pasien isolasi sosial. Pada SP2
isolasi sosial yaitu kurang spontan, keluarga yaitu melatih keluarga
apatis (acuh tak acuh terhadap mempraktikkan cara merawat pasien isolasi
lingkungan), ekspresi wajah kurang sosial, melatih keluarga melakukan cara
berseri (ekspresi sedih), afek tumpul, merawat langsung kepada pasien isolasi
tidak merawat dan memperhatikan sosial. Pada SP3 keluarga yaitu membantu
kebersihan diri, komunikasi verbal keluarga membuat jadwal aktivitas termasuk
menurun atau tidak ada. Pasien tidak minum obat, menjelaskan follow up pasien
bercakap- cakap dengan pasien lain setelah pulang (Keliat, 2011). Perawat juga
atau perawat, menyendiri, tidak atau perlu melakukan kontak sering dan singkat
kurang sadar dengan lingkungan secara bertahap dengan pasien, hal ini
sekitarnya, pemasukan makan dan dilakukan dengan alasan bahwa keberadaan
minuman terganggu, aktivitas menurun, perawat merupakan kontak realitas bagi
harga diri rendah, posisi janin pada saat keberadaan pasien dan juga menunjukkan
tidur, menolak berhubungan dengan perhatian dan kepedulian perawat yang tulus
orang lain. kepada pasien seperti memanggil nama
Rencana keperawatan yang pasien, menyebutkan hari dan waktu. Selain
dilakukan pada sdr.A terdiri dari 3 itu keluarga juga berperan sebagai sumber
Strategi Pelaksanaan (SP) isolasi sosial data yang mendukung dalam memberikan
mulai dari SP1-SP3 Pasien dan SP1- asuhan keperawatan pada sdr.A tetapi saat
SP3 Keluarga. dilakukan pengkajian tidak ada keluarga
yang menjaga setiap saat, sehingga tidak
Pada SP1 yaitu membina
mendapatkan informasi terlalu banyak
hubungan saling percaya,
mengenai pasien.
mengidentifikasi penyebab isolasi
sosial, mengidentifikasi kerugian tidak Pasien dengan masalah keperawatan
berinteraksi dengan orang lain, isolasi sosial perawat wajib menjelaskan tata
mengidentifikasi keuntungan interaksi cara berinteraksi dengan orang lain,
dengan orang lain, mengajarkan pasien keuntungan berinteraksi dengan orang lain.
cara berkenalan dengan satu orang, Sehingga masalah isolasi sosial pada pasien
menganjurkan pasien memasukkan dapat berkurang. Sesuai dengan teori yang
kegiatan latihan berbincang- bincang dikemukakan oleh Keliat (2011) bahwa
dengan orang lain ke dalam kegiatan perawat harus bisa mengajarkan pasien
harian. isolasi sosial dengan cara berinterkasi
dengan orang lain, mengajarkan keuntungan
Pada SP2 yaitu mengevaluasi
dan kerugian tidak berinteraksi dengan
jadwal kegiatan harian pasien,
orang lain.
memberikan kesempatan kepada pasien
untuk mempraktikkan cara berkenalan Fitria (2011) yang menyebutkan
dengan satu orang, membantu pasien bahwa dalam mengatasi masalah gangguan
memasukkan kegiatan berbincang- interaksi pada pasien gangguan jiwa
bincang dengan orang lain sebagai khususnya pasien isolasi sosial dapat
salah satu kegiatan harian. Pada SP3 dilakukan upaya upaya tindakan
keperawatan bertujuan untuk melatih klien
3
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol.22(2020) pp
© (2020) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia
melakukan interksi sosial sehingga Pada pertemuan ke 3 tanggal 17
klien merasa nyaman ketika oktober 2016 perawat tetap mengulangi lagi
berhubungan dengan orang lain. cara membina hubungan saling percaya
Latihan keterampilan sosial diberikan terhadap orang lain dengan cara beri salam
pada pasien dengan gangguan isolasi setiap berinteraksi, sapa pasien dengan
sosial untuk melatih keterampilan nama baik verbal maupun nonverbal,
dalam menjalin hubungan dengan perkenalkan diri dengan sopan, menanyakan
orang lain dan lingkungannya secara nama lengkap, nama yang disukai pasien,
optimal bertujuan untuk mengajarkan menjelaskan tujuan pertemuan. Saat
kemampuan berinteraksi seseorang dievaluasi Sdr.A mau mengatakan selamat
dengan orang lain. Dari hasil penelitian pagi juga mbak, Nama saya “A” sekaligus
ini klien isolasi sosial yang sudah berjabat tangan dan ada kontak mata. Hal ini
melakukan latihan keterampilan dapat dikatakan pasien sudah bisa membina
sosialisasi terlihat lebih mampu hubungan saling percaya terhadap orang
melakukan hubungan sosialisasi dengan lain.
baik dibandingkan sebelum latihan Pada pertemuan ke 4 tanggal 18
keterampilan sosialisasi. oktober 2016 perawat mengajarkan pada
Hasil tindakan keperawatan yang point SP1 yang didalamnya
telah dilaksanakan pada Sdr.A hanya mengidentifikasi penyebab isolasi sosial
dilakukan pada SP1 selama 12 hari dengan cara mengkaji pengetahuan pasien
pertemuan dimulai pada tanggal 13 tentang perilaku menarik diri dan tandanya,
oktober 2016. Untuk SP1 dilaksanakan memberikan kesempatan kepada pasien
mulai tanggal 13 oktober 2016 yang untuk mengungkapkan perasaan yang
dimana memulai mengajarkan cara menyebabkan pasien tidak mau bergaul,
membina hubungan saling percaya memberikan pujian tentang kemampuan
dengan cara beri salam setiap pasien mengungkapkan perasaannya. Sdr.A
berinteraksi, sapa pasien dengan nama saat ditanya, pasien hanya mengatakan
baik verbal maupun nonverbal, “malu” sambil menundukkan kepala,
perkenalkan diri dengan sopan, menjawab singkat. Sehingga dapat
menanyakan nama lengkap, nama yang dievaluasi bahwa pasien mau berbicara
disukai pasien, menjelaskan tujuan sedikit tapi singkat.
pertemuan. Pada saat pertemuan ke 1, Pada pertemuan ke 5 tanggal 19
pasien menghindar, menunduk, tidak oktober 2016 perawat mengajarkan pada
ada kontak mata. Pasien dapat point SP1 yang didalamnya
dievaluasi melakukan SP1 dalam sehari mengidentifikasi keuntungan dan kerugian
tidak berhasil dikarenakan pasien tidak apabila tidak dapat berkomunikasi dengan
mau berjabat tangan dan berusaha orang lain, yang meliputi mengkaji
menghindari perawat. pengetahuan pasien tentang keuntungan dan
Pada pertemuan ke 2 tanggal 14 kerugian jika tidak memiliki teman,
oktober 2016 perawat tetap mengulangi memberi kesempatan pasien untuk
lagi cara membina hubungan saling berinteraksi dengan orang lain,
percaya terhadap orang lain dengan mendiskusikan bersama pasien tentang
cara beri salam setiap berinteraksi, keuntungan dan kerugian jika tidak
sapa pasien dengan nama baik verbal berinteraksi dengan orang lain, memberi
maupun nonverbal, perkenalkan diri penguatan positif terhadap kemampuan
dengan sopan, menanyakan nama mengungkapkan perasaan tentang
lengkap, nama yang disukai pasien, keuntungan berinteraksi dengan orang lain.
menjelaskan tujuan pertemuan. Saat Sdr.A saat ditanya mengatakan jika dapat
dievaluasi pasien hanya diam, tidak berinteraksi akan mempunyai teman banyak,
mau berjabat tangan, tidak ada kontak dan apabila tidak berinteraksi tidak akan
mata, mengalihkan pandangan. mempunyai teman banyak. Sehinga dapat
Sehingga pada SP1 ini harus dievaluasi bahwa pasien mau berbicara
mengulangi kembali. sedikit demi sedikit.
4
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol.22(2020) pp
© (2020) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia
Pada hari ke 6 tanggal 20 oktober dapat berkomunikasi sesuai bahasa tubuh
2016 perawat mengajarkan pada point (kontak mata, duduk tegak)
SP1 yang didalamnya mengidentifikasi tetapi setelah pendekatan secara terus
pasien berkenalan dengan satu orang, menerus akhirnya pasien bersedia. Pasien
yang meliputi mengkaji kemampuan juga mengikuti kegiatan awal sampai akhir.
dalam membina hubungan dengan Sdr.A diajarkan cara berkomunikasi dasar
orang lain, mendorong dan membantu nonverbal / sikap tubuh, seperti: kontak
pasien berinteraksi dengan orang lain mata, duduk tegak, tersenyum, dan jabat
secara bertahap, memberi penguat tangan, melatih komunikasi verbal:
positif atas keberhasilan yang dicapai. mengucapkan salam (selamat pagi, selamat
Sdr.A saat ditanya dan disuruh siang, dan selamat malam) dan
berkenalan, pasien mengatakan malu memperkenalkan diri (memperkenalkan
sambil menundukkan kepala, tidak ada nama lengkap, nama panggilan, asal, dan
kontak mata. Sehingga dapat dievaluasi hobi), melatih komunikasi dalam menjawab
bahwa SP1 dalam point ini harus pertanyaan terkait dengan kegiatan sehari-
diulang kembali. hari yang dilakukan pasien, dan melatih
Pada hari ke 7 tanggal 21 oktober berkomunikasi untuk bertanya dengan cara
2016 perawat mengulangi kembali. terapis mempraktekkan terlebih dahulu
perawat mengajarkan pada point SP1 kemudian dilanjutkan pasien yang akan
yang didalamnya mengidentifikasi mempraktekkan setelah diberi contoh oleh
pasien berkenalan dengan satu orang, terapis. Pada saat pasien untuk
yang meliputi mengkaji kemampuan mempraktekkan, pasien tidak dapat
dalam membina hubungan dengan mengucapkan salam dan memperkenalkan
orang lain, mendorong dan membantu diri, tidak dapat berkomunikasi sesuai
pasien berinteraksi dengan orang lain bahasa tubuh (kontak mata, duduk tegak).
secara bertahap, memberi penguat Misalnya pasien mengucapkan “Nama saya
positif atas keberhasilan yang dicapai. A (dengan mengalihkan pandangan)”.
Sdr.A saat ditanya dan disuruh Sehingga dalam implementasi sesi 1 tidak
berkenalan, pasien mengatakan ingin berhasil dan mengulangnya kembali pada
mencoba berkenalan. Pasien memulai tahap sesi 1.
mau berkenalan, pasien mengulurkan 4. KESIMPULAN
tangannya sehingga dapat dievaluasi
bahwa pasien mau berkenalan sedikit Hasil studi kasus dan pembahasan
demi sedikit. yang telah diberikan diatas mengenai
Selain penulis melatih SP1 yang penerapan terapi latihan keterampilan
sudah diterapkan sesuai Standar sosial: bermain peran pada pasien
Operasional Prosedur (SOP) dirumah skizofrenia dengan masalah keperawatan
sakit. Penulis juga menerapkan tentang Isolasi Sosial di Rumah Sakit Jiwa Menur
Penerapan Latihan Keterampilan Surabaya di Ruang Puri Mitra, maka
Sosial: Bermain Peran sesuai dengan penulis dapat mengambil kesimpulan yaitu
EBN (Evidance Based Nursing) yang mengetahui pasien dengan isolasi sosial
sudah dilakukan oleh orang lain. adanya peningkatan berinteraksi dengan
Pada penerapan sesi 1 penulis orang lain setelah diberikan terapi latihan
mengeksplor pada SP1 pada point keterampilan sosial: bermain peran.
memasukkan jadwal harian. Penerapan
ini dilakukan pada pertemuan ke 8
tanggal 24 Oktober 2016 selama ± 60
menit. Sebelum dilaksanakan latihan
keterampilan sosial: bermain peran,
pasien awalnya menolak untuk diajak
latihan keterampilan sosial: bermain
peran, pasien tidak dapat mengucapkan
salam dan memperkenalkan diri, tidak
5
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol.22(2020) pp
© (2020) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Lilik Ma’rifatul, dkk. 2016.


Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa- Teori dan
Aplikasi Praktik Klinik.
Yogyakarta:Infomedia
Baradero, Mary. 2015. Kesehatan
Mental Pskiatri.Jakarta: EGC
Berhimpong,
Eyvin, dkk. 2016. Pengaruh Latihan
Keterampilan Sosialisasi
Terhadap
Kemampuan
Berinteraksi Klien Isolasi
Sosial Di Rsj Prof.
Dr. V. L.
Ratumbuysang Manado
Davidson. 2011. Keperawatan
Kesehatan Jiwa.
Yogyakarta: Gramedia
Pustaka Utama
Kusumawati, Farida, dkk. 2010.
Buku Ajar Keperawatan
Jiwa.Jakarta :Salemba Medika
Keliat, Budi Anna, dkk. 2011.
Keperawatan Kesehatan Jiwa
Komunitas: CMHN.Jakarta:
EGC
Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan
KeperawatanJiwa.Yogyakarta
: Andi
Riskesdas. 2013. Kesehatan Jiwa.
www.litbang.depkes.go.id

6
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol.22(2020) pp
© (2020) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia

You might also like